Anda di halaman 1dari 15

SIKAP MENTAL SELAMA PKL

TARGET PKL YANG INGIN


DICAPAI
----------------------------------------------
APA ITU SIKAP MENTAL ?
KENAPA SIKAP MENTAL
DIPERLUKAN SELAMA PKL ?
APA CONTOH SIKAP MENTAL
YANG HARUS DILAKSANAKAN
OLEH PESERTA DIDIK
Menumbuhkan Budaya Kerja di SMK
PENGEMBANGAN dan penerapan pendidikan karakter kerja siswa sekolah
menengah kejuruan (SMK) merupakan hal yang pokok dalam upaya
meningkatkan kapasitas dan kualitas lulusan SMK. Hal ini tertuang dalam
penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sekolah menengah kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja.

Dalam Perpres Nomor 87 tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan


Karakter, kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan SMK/MAK,
khususnya standar kompetensi lulusan terdapat sembilan area kompetensi.
Salah satu area kompetensi tersebut adalah karakter pribadi dan sosial
lulusan SMK/MAK. Pengembangan karakter kerja bagi siswa SMK merupakan
aspek penting dalam menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan
berhasil dalam pekerjaannya. Siswa SMK harus dipersiapkan untuk
menghadapi persaingan dan tantangan dalam bekerja di dunia usaha dan
industri. Bekerja di dunia usaha dan industri berbeda dengan lingkungan
sekolah, sehingga diperlukan adanya pengembangan karakter kerja meliputi
pembinaan ketahanan mental, disiplin kerja, ketahanan fisik, dan perilaku
positif siswa.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan tanggung jawab


bersama antara stakeholder, baik pemerintah, masyarakat, maupun orang
tua. Tanggung jawab bersama tersebut merupakan tanggung jawab dalam
mempersiapkan generasi muda dalam rangka menjaga keberlangsungan
kehidupan masyarakat yang lebih baik di masa depan serta mempersiapkan
pemimpin-pemimpin di masa depan. Keberlangsungan tersebut ditandai oleh
pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki bangsa dan negara.

Pengembangan penguatan budaya kerja bagi peserta didik SMK merupakan


aspek penting dalam menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan
berhasil dalam pekerjaannya. Peserta didik SMK harus dipersiapkan untuk
menghadapi kondisi dan tantangan industri, dunia usaha dan dunia kerja.
Penguatan budaya kerja bagi peserta didik menjadi bagian dari upaya
peningkatan mutu peserta didik. Peserta didik dan guru sebagai sumber daya
manusia yang potensial perlu memiliki bekal pemahaman dan penguasaan
bidang tertentu baik pemahaman dan penguasaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, agama, seni, olah raga, keterampilan,
kewirausahaan, dan sebagainya.

Karakter kerja yang dibutuhkan dunia kerja meliputi etika kerja, rasa
keingintahuan, sifat dapat dipercaya, disiplin diri, kejujuran, komitmen,
tanggung jawab, respek terhadap diri sendiri dan orang lain, toleransi, kerja
keras, hubungan kerja yang baik, integritas, perilaku yang baik, komunikasi,
kegigihan, motivasi kerja tinggi, kerja sama yang baik, inisiatif, keberanian,
moral, kerajinan, daya adaptasi, pengendalian diri, pembelajar yang cepat,
keinginan untuk belajar hal-hal yang baru, kemampuan cara belajar,
keluwesan, dan kewirausahaan (Slamet, 2011).

Pendidikan karakter kerja merupakan proses pendidikan yang dilakukan


dalam rangka mempersiapkan lulusan yang memenuhi persyaratan karakter
kerja di dunia kerja, baik sebagai pekerja maupun mandiri. Karakter
seseorang tumbuh dan berkembang atas dua kekuatan, yaitu berasal dari
dalam yang berupa faktor biologis dan kekuatan dari luar yang berupa faktor
lingkungan. Pembentukan karakter dapat dibentuk oleh sebuah proses
kebiasaan yang terjadi secara terus menerus yang ditanamkan melalui
budaya sekolah. Pendidikan di sekolah dapat membentuk karakter peserta
didik sampai peserta didik lulus dari sekolah. Pembentukan karakter
merupakan pikiran yang di dalamnya terdapat seluruh program yang
terbentuk dari pengalaman hidupnya.

Implementasi karakter kerja melalui proses pembelajaran di sekolah dapat


dilakukan dengan berbagai cara. Karakter kerja dapat diintegrasikan melalui
mata pelajaran yang lebih banyak menekankan praktik, namun tidak
menutup kemungkinan diintegrasikan melalui mata pelajaran yang lebih
menekankan teori. Meskipun sebenarnya antara teori dan praktik merupakan
satu kesatuan. Karakter kerja lulusan SMK dalam memasuki dunia
kerja/industri ataupun usaha mandiri mutlak harus dimiliki agar sesuai yang
diinginkan oleh dunia kerja/industri ataupun usaha mandiri.
5 Nilai Budaya Kerja
1. HOME

1. Integritas
Keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik dan benar
INDIKASI POSITIF
1. Bertekad dan bekemauan untuk berbuat yang baik dan benar
2. Berpikiran positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi
3. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Menolak korupsi, suap, atau gratifikasi
INDIKASI NEGATIF
1. Melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan
2. Melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi
3. Menerima pemberian dalam bentuk apapun di luar ketentuan

2. Profesionalitas
Bekerja secara disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil terbaik
INDIKASI POSITIF
1. Melakukan pekerjaan sesuai kompetensi jabatan
2. Disiplin dan bersungguh-sungguh dalam bekerja
3. Melakukan pekerjaan secara terukur
4. Melaksanakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu
5. Menerima reward and punishment sesuai dengan ketentuan
INDIKASI NEGATIF
1. Melakukan pekerjaan tanpa perencanaan yang matang
2. Melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan tugas dan fungsi
3. Malas dalam bekerja
4. Melakukan pekerjaan dengan hasil yang tidak sesuai dengan standar

3. Inovasi
Menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik
INDIKASI POSITIF
1. Selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan
2. Bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif
3. Meningkatkan kompetensi dan kapasitas pribadi
4. Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif dan efisien
INDIKASI NEGATIF
1. Merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai
2. Bersikap apatis dalam merespons kebutuhan stakeholder dan user
3. Malas belajar, bertanya, dan berdiskusi
4. Bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan

4. Tanggung Jawab
Bekerja secara tuntas dan konsekuen
INDIKASI POSITIF
1. Menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu
2. Berani mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi, dan melakukan langkah-langkah
perbaikan
3. Mengatasi masalah dengan segera
4. Komitmen dengan tugas yang diberikan
INDIKASI NEGATIF
1. Lalai dalam melaksanakan tugas
2. Menunda-nunda dan/atau menghindar dalam melaksanakan tugas
3. Selalu merasa benar dan suka menyalahkan orang lain
4. Menolak resiko atas hasil pekerjaan
5. Memilih-milih pekerjaan sesuai dengan keinginan pribadi
6. Menyalahgunakan wewenang dan tanggung jawab

5. Keteladanan
Menjadi contoh yang baik bagi orang lain
INDIKASI POSITIF
1. Berakhlak terpuji
2. Memberikan pelayanan dengan sikap yang baik, penuh keramahan, dan adil
3. Membimbing dan memberikan arahan kepada bawahan dan teman sejawat
4. Melakukan pekerjaan yang baik dimulai dari diri sendiri
INDIKASI NEGATIF
1. Berakhlak tercela
2. Melayani dengan seadanya dan sikap setengah hati
3. Memperlakukan orang berbeda-beda secara subjektif
4. Melanggar peraturan perundang-undangan
5. Melakukan pembiaran terhadap bentuk pelanggaran
Pengertian, Fungsi, Aspek dan Jenis
Budaya Kerja
Oleh Muchlisin Riadi  Agustus 01, 2019

Budaya kerja adalah suatu asumsi, nilai dan norma yang dilakukan berulang-ulang
oleh pegawai atau karyawan yang dikembangkan dalam organisasi yang tercermin
dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang
terwujud sebagai kerja atau bekerja sebagai kekuatan untuk meningkatkan efisiensi
kerja.

Budaya kerja merupakan pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai tuntutan


yang mengikat pada karyawan karena dapat diformulasikan secara formal dalam
berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan. Budaya kerja, merupakan
sekumpulan pola perilaku yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu
dalam sebuah organisasi. Membangun budaya berarti juga meningkatkan dan
mempertahankan sisi-sisi positif, serta berupaya membiasakan pola perilaku
tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.

Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu
keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan.
Nilai-nilai tersebut bermula dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi
keyakinan pada diri pelaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan tersebut
dinamakan budaya dan mengingat hal ini dikaitkan dengan mutu kerja, maka dinamakan
budaya kerja.

Berikut definisi dan pengertian budaya kerja dari beberapa sumber buku:

 Menurut Mangkunegara (2005), budaya kerja adalah seperangkat asumsi atau


sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang
dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah
adaptasi eksternal dan integrasi internal. 
 Menurut Triguno (2003), budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh
pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan
pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau
organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita,
pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja. 
 Menurut Nawawi (2003), budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-
ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaran terhadap kebiasaan ini
memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah
menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
 Menurut Ndraha (2004), budaya kerja merupakan sekelompok pikiran dasar atau
program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan
kerja sama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat. 
 Menurut Hartanto (2009), budaya kerja adalah perwujudan dari kehidupan yang
dijumpai di tempat kerja. Budaya kerja adalah suatu sistem makna yang terkait
dengan kerja, pekerjaan, interaksi kerja, yang disepakati bersama, dan digunakan
dalam kehidupan kerja sehari-hari.

Fungsi dan Tujuan Budaya Kerja


Menurut Feriyanto dan Triana (2015), tujuan budaya kerja adalah sebagai berikut:

1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. 
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang telah lebih luas
daripada kepentingan diri individual seseorang. 
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan. 
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan. 

Menurut Tika (2008), fungsi budaya kerja adalah sebagai berikut:

1. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan. Organisasi maupun kelompok lain.


Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain. 
2. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu perusahaan. Hal ini merupakan bagian
dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka bangga sebagai seorang
karyawan/karyawan suatu perusahaan. Para karyawan mempunyai rasa memiliki,
partisipasi, dan rasa tanggung jawab atas kemajuan perusahaan-nya. 
3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan di mana lingkungan
kerja dirasakan positif, mendukung dan konflik serta perubahan diatur secara efektif. 
4. Sebagai mekanisme kontrol dalam memandu dan membentuk sikap serta perilaku
karyawan. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol, didaftarkannya struktur,
diperkenalkan-nya dan diberi kuasanya karyawan oleh perusahaan, makna bersama
yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua orang
diarahkan ke arah yang sama. 
5. Sebagai integrator. Budaya kerja dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya
sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya perusahaan-
perusahaan besar di mana setiap unit terdapat para anggota perusahaan yang terdiri
dari sekumpulan individu yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda. 
6. Membentuk perilaku bagi karyawan. Fungsi seperti ini dimaksudkan agar para
karyawan dapat memahami bagaimana mencapai tujuan perusahaan. 
7. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok perusahaan.
Masalah utama yang sering dihadapi perusahaan adalah masalah adaptasi terhadap
lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. Budaya kerja diharapkan dapat
berfungsi mengatasi masalah-masalah tersebut.
8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan. Fungsi budaya kerja
adalah sebagai acuan untuk menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar,
penentuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut. 
9. Sebagai alat komunikasi. Budaya kerja dapat berfungsi sebagai alat komunikasi
antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antara anggota organisasi.
Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek komunikasi yang
mencakup kata-kata, segala sesuatu bersifat material dan perilaku. Kata-kata
mencerminkan kegiatan dan politik organisasi.

Aspek-aspek Budaya Kerja 


Menurut Ndraha (2003), komponen budaya kerja adalah sebagai berikut:

1. Anggapan dasar tentang kerja. Pendirian atau anggapan dasar atau kepercayaan
dasar tentang kerja, terbentuknya melalui konstruksi pemikiran logistik. Premisnya
adalah pengalaman hidup empiris, dan kesimpulan. 
2. Sikap terhadap pekerjaan. Manusia menunjukkan berbagai sikap terhadap kerja.
Sikap adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu. Kecenderungan itu berkisar
antara menerima sepenuhnya atau menolak sekeras-kerasnya. 
3. Perilaku ketika bekerja. Dan sikap terhadap bekerja, lahir perilaku ketika bekerja.
Perilaku menunjukkan bagaimana seseorang bekerja.
4. Lingkungan kerja dan alat kerja. Dalam lingkungan, manusia membangun
lingkungan kerja yang nyaman dan menggunakan alat (teknologi) agar ia bekerja
efektif, efisien dan produktif. 
5. Etos kerja. Istilah etos diartikan sebagai watak atau semangat fundamental budaya,
berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu
kelompok masyarakat. Jadi etos berkaitan erat dengan budaya kerja.

Sedangkan menurut Tika (2008), unsur-unsur budaya kerja adalah sebagai berikut:

1. Asumsi dasar. Dalam budaya kerja terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi
sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk
berperilaku.
2. Keyakinan yang dianut. Dalam budaya kerja terdapat keyakinan yang dianut dan
dilaksanakan oleh para anggota perusahaan. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai
yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum perusahaan,
filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha. 
3. Pimpinan atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya kerja. Budaya kerja
perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin perusahaan atau kelompok
tertentu dalam perusahaan tersebut.
4. Pedoman mengatasi masalah. Dalam perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang
sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.
Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang
dianut bersama anggota organisasi. 
5. Berbagai nilai (sharing of value). Dalam budaya kerja perlu berbagi nilai terhadap
apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang. 
6. Pewarisan (learning process). Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh
anggota perusahaan perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam
organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam perusahaan
tersebut. 
7. Penyesuaian (adaptasi). Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan
atau norma yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi
perusahaan terhadap perubahan lingkungan. 

Indikator Budaya Kerja 


Menurut Nurhadijah (2017), indikator budaya kerja adalah sebagai berikut:

1. Disiplin, perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di
dalam maupun di luar perusahaan. Karyawan yang miliki kedisiplinan tinggi
mempunyai karakteristik melaksanakan tata tertib dengan baik, tugas dan tanggung
jawab yang baik, disiplin waktu dan kehadiran, disiplin dalam berpakaian. 
2. Keterbukaan, kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan
kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan. Keterbukaan dalam hal
ini kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan secara jujur dan
bersikap langsung. 
3. Saling menghargai, perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu,
tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja. Indikator dari sikap saling
menghargai antara lain: membiarkan orang lain berbuat sesuatu sesuai haknya,
menghormati pendapat orang lain, serta bersikap hormat kepada setiap karyawan. 
4. Kerja sama, kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau
kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan. Beberapa
indikator untuk mengukur kerja sama antara lain: tujuan yang jelas, terbuka dan jujur
dalam komunikasi, keterampilan mendengarkan yang baik, partisipasi semua
anggota, serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

Jenis-Jenis Budaya Kerja 


Menurut Tika (2008), terdapat beberapa jenis budaya kerja, yaitu sebagai berikut:
1. Budaya rasional. Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran
pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi
tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas dan keuntungan atau
dampak). 
2. Budaya ideologis. Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan
yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan
revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan).
3. Budaya konsensus. Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi,
partisipasi dan konsensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi
(iklim, moral dan kerja sama kelompok).
4. Budaya hierarki. Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal
(dokumentasi, komputasi dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan
kesinambungan (stabilitas, kontrol dan koordinasi).

Daftar Pustaka

 Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber daya Manusia


Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
 Triguno. 2003. Budaya Kerja (falsafah, tantangan, lingkungan yang kondusif, kualitas,
pemecahan masalah). Jakarta: Golden Terayon Press.
 Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
 Ndraha, Taliziduhu. 2003.  Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
 Hartanto, Frans Mardi. 2009.  Paradigma Baru Manajemen Indonesia. Bandung:
Mizan.
 Nurhadijah. 2017. Studi tentang Budaya Kerja Pegawai Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 1 Penajam Paser Utara. ejournal Administrasi Negara, Vol.V, No.1. 
 Feriyanto, Andri dan Triana, Endang Shyta. 2015. Pengantar Manajemen (3 In 1).
Yogyakarta: Mediatera.
 Tika, H Pabundu. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja. Jakarta: Bumi
Aksara.
8 Contoh Indepedensi Dalam Sikap Mental
Tidak semua orang memiliki rasa percaya diri dalam melakukan tindakan, apalagi tindakan tersebut

membutuhkan tingkat percaya diri yang tinggi. Hal tersebut yang seharusny tetap dimiliki oleh seseorang

yang ingin maju dan berkembang sebagai individu yang indepedensi.

Salah satu sikap mental yang harus dilatih yaitu percaya diri, dan masih ada beberapa sikap lain yang

dikembangkan. Dalam ilmu pengembangan pribadi, seseorang haruslah bisa bersikap secara positif dan

teruji. Untuk mengetahui apa saja contoh indepedensi dalam sikap mental, berikut ini beberapa

penjelasannya :

1. Cerdas Secara Emosional

Kecerdasan emosional adalah dasar kekuatan mental seorang pribadi. Kecerdasan emosi merupakan suatu

kemampuan untuk memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan menata

hubungannya dengan orang lain menjadi baik pula. Seseorang yang cerdas secara emosi akan bersikap

tegas dan dapat mengendalikan perilaku sehingga menghindari dari perilaku-perilaku negatif.

2. Percaya Diri

Contoh indepedensi dalam sikap mental berikutnya yaitu memiliki sikap percaya diri. Dengan sikap yang

bermental kuat , dirinya akan memiliki tingkat percaya kepada kemampuannya dan memiliki pengendalian

yang kuat atas keraguan serta kegelisahan. Seseorang tanpa ragu untuk menggapai sesuatu dengan mental

kepercayaan diri.

3. Mampu Bersikap Tegas

Sikap yang tegas bukan berarti galak atau terlalu berani, sikap tegas mencerminkan pribadi yang memiliki

prinsip dan tidak suka akan hal yang bertele – tele atau ambigu. Memiliki sikap tegas tentu berdampak

pada hal yang baik, Anda akan dihargai orang lain dan dianggap memiliki komitmen kuat akan sesuatu hal.

4. Memiliki Rasa Optimisme

Berikut ini contoh indepedensi dalam sikap mental lainnya yaitu rasa optimis yang tinggi. Apapun hal

yang terjadi, tanpa ragu ia akan mampu menghadapi itu semua dengan rasa optimis. Dengan sikap

demikian maka banyak hal positif yang akan menghampirinya tanpa ada rasa takut akan kegagalan atau

keterpurukan. Apalagi dengan pengalaman maka tingkat rasa optimis harusnya semakin tinggi.

5. Memiliki Disiplin
Sikap disiplin memang tidak dimiliki oleh semua orang, karena sikap ini butuh keteladanan, komitmen dan

juga keihklasan. Untuk menjadi disiplin perlu waktu dan pembelajaran, namun dengan seringnya melakuka

hal kecil dengan rasa dan sikap penuh komitmen maka lambat laun disiplin akan tercipta. Setiap individu

yang berharapa akan hal yang bebas jika tidak ada hal yang mendisplinkannya maka semua akan sia – sia.

6. Senantiasa Bersikap Positif

Salah satu contoh indepedensi dalam sikap mental yaitu memiliki sikap positif thingking. Memang dalam

kehidupan tidaklah mulus sesuai harapan, namun dengan memiliki sikap ini pengalaman pahit akan

dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan juga sebagai modal bahwa setiap kegagalan dan

ketidakberuntungan suatu hal dari kesuksesan yang tertunda.

7. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Tinggi

Dalam segala aspek apapun yang Anda lakukan mengharuskan untuk memiliki rasa tanggung jawab tinggi.

Hal ini dikarenakan rasa tanggung jawab menjadi modal utama untuk mencapai usaha yang berhasil,

apapun pekerjaan atau usaha Anda tanpa tanggung jawab hasilnya pasti tidak sesuai dengan harapan.

Mental berjiwa bertanggungjawab memiliki pribadi dan etika yang baik dan mumpuni.

8. Mampu Bersikap Sabar dan Ikhlas

Menghadapi kehidupan yang serba instan, cepat dan juga mobilitas yang tinggi memerlukan suatu sikap

sabar dan juga ikhlas. Sikap ini menandakan seseorang mampu bertahan dan juga meneriman segala

kondisi tanpa tidak berusaha. Bukan berarti menyerah, dengan ikhtiar dan juga rasa optimis dan berpikir

baik maka ia akan mampu menghadapi apapun kesulitan itu.

Sikap tersebut diatas mewakili beberapa sikap mental lain yang harus dimiliki seorang yang ingin

menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat, sukses dan juga damai.

Semoga penjelasan diatas bermanfaat dan demikian contoh indepedensi dalam sikap mental, dan semoga

pula menjadi referensi Anda dalam menyikapi hal baik dalam sifat dan sikap sehari – hari.
Revolusi Mental: Pengertian, Tujuan dan
Contohnya
Revolusi Mental: Pengertian, Tujuan dan Contohnya - Revolusi mental sudah banyak
disebut – sebut oleh Pak Jokowi (Presiden RI). Beliau menyebut revolusi mental setiap kali
dalam pidatonya, berharap agar akan adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Perubahan baik dalam hal cara berpikir maupun dalam berperilaku. Sudah sangat banyak
mental orang Indonesia yang sudah maju, namun ada pula yang masih terperosok dalam
jurang kegelapan, membuat bangsa Indonesia tidak dapat maju. Sebetulnya, apa yang
dimaksud dengan revolusi mental?

Pengertian revolusi mental dan contohnya

Apa pengertian revolusi mental? Mendengar kata revolusi sudah tidak asing lagi di telinga
kita. Bahkan dalam pelajaran sejarah pun kita sering menggunakannya, seperti halnya
revolusi industry, pahlawan revolusi, dll. Jadi apa sih arti revolusi? Revolusi adalah sebuah
perubahan dalam waktu yang singkat. Menurut Aristoteles, revolusi dibagi menjadi 2 macam.
Pertama, perubahan total dari suatu system ke system yang berbeda. Dan yang kedua,
modifikasi system yang sudah ada. Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun –
tahun silam, dengan berbagai macam situasi dan kondisi dalam metode, durasi dan ideology
motivasi yang berbeda - beda. Revolusi tersebut menghasilkan perubahan – perubahan
dalam budaya, ekonomi, dan social politik.

Sedangkan kata mental atau istilah panjangnya mentalitas adalah sebuah cara berpikir atau
konsep pemikiran manusia untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Mental merupakan
kata lain dari pikiran. Sehingga, mentalitas dapat dikatakan sebagai cara berpikir tentang
suatu hal. Cara seseorang berpikir ini dipengaruhi oleh pengalaman, hasil belajar, dan atau
lingkungan juga dapat mempegaruhi pola piker tersebut. Dari makna – makna kata di atas
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengertian revolusi mental adalah perubahan cara
berpikir dalam waktu singkat untuk merespon, bertindak dan bekerja.

Contoh revolusi mental

Contoh revolusi mental yang terdapat di Indonesia. Kita bisa melihat masyarakat Jawa,
masyarakat Jawa pada umumnya bersifat “nerimo” menerima segala sesuatunya dengan
sabar dan tabah. Dengan kehidupan yang biasa – biasa saja sudah merasa cukup. Namun, di
era seperti sekarang ini, sifat “nerimo” itu tadi sudah tidak cocok untuk di aplikasikan.
Sekarang jaman sudah berubah, pendidikan semakin maju dan tidak murah. Jika mental
tersebut masih digunakan, maka yang terjadi adalah anak cucu mereka tidak kuliah karena
bertani saja sudah dapat mencukupi kebutuhan sehari – hari. Namun, mental – mental
seperti itu tidak akan membuat bangsa Indonesia menjadi lebih maju. Malah akan semakin
tertinggal karena perkembangan jaman begitu cepat.

revolusi mental dicetuskan oleh Ir. Soekarno, dicetuskan saat pidato kenegaraan
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. revolusi mental saat itu agar supaya
Negara Indonesia menjadi Negara yang berdaulat dalam aspek politik, dan mandiri dalam
hal ekonomi, dan berkarakter dalam hal social budaya. Tidak hanya Ir. Soekarno, presiden
Jokowi pun menyerukan revolusi mental, dimana adanya sebuah Gerakan Nasional revolusi
mental (GNRM), yang dimaksudkan untuk mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan
baru untuk mewujudkan negara Indonesia yang berdaulat dan berkrakter.

Tujuan tevolusi mental

Revolusi mental tidak hanya untuk Negara saja, tetapi revolusi mental dalam pribadi masing
– masing manusia juga dibutuhkan. Tujuan revolusi mental adalah agar kita dapat
beradaptasi dan diterima oleh seluruh penjuru negeri. Dalam lingkup sempitnya, kita dapat
diterima dengan mudah di dalam masyarakat karena kita dapat beradaptasi dengan cepat.
revolusi mental membawa kita untuk dapat mengubah cara berpikir kita dimana pun kita
berada. Itu suatu contoh revolusi mental dalam memandang suatu situasi dan kondisi.
revolusi mental menuntut kita untuk dapat bersikap mandiri dan dapat menyesuaikan diri di
setiap keadaan. Karena tak semua situasi dan kondisi kita harus diatur dan diarahkan oleh
orang lain. Tidak setiap situasi membisikkan kita semua keadaan, terkadang apa yang kita
lakukan menjadi sebuah kesalahan karena kita tidak mengaplikasikan revolusi mental. Kita
harus belajar memahami dan berpikir secara menyeluruh untuk dapat mengubah cara
pandang dan cara berpikir supaya menjadi dewasa. Waktu tidak akan pernah menunggu kita
untuk berubah. Sehingga, kita lah yang harus merubahnya.

Anda mungkin juga menyukai