Karakter kerja yang dibutuhkan dunia kerja meliputi etika kerja, rasa
keingintahuan, sifat dapat dipercaya, disiplin diri, kejujuran, komitmen,
tanggung jawab, respek terhadap diri sendiri dan orang lain, toleransi, kerja
keras, hubungan kerja yang baik, integritas, perilaku yang baik, komunikasi,
kegigihan, motivasi kerja tinggi, kerja sama yang baik, inisiatif, keberanian,
moral, kerajinan, daya adaptasi, pengendalian diri, pembelajar yang cepat,
keinginan untuk belajar hal-hal yang baru, kemampuan cara belajar,
keluwesan, dan kewirausahaan (Slamet, 2011).
1. Integritas
Keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik dan benar
INDIKASI POSITIF
1. Bertekad dan bekemauan untuk berbuat yang baik dan benar
2. Berpikiran positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi
3. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Menolak korupsi, suap, atau gratifikasi
INDIKASI NEGATIF
1. Melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan
2. Melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi
3. Menerima pemberian dalam bentuk apapun di luar ketentuan
2. Profesionalitas
Bekerja secara disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil terbaik
INDIKASI POSITIF
1. Melakukan pekerjaan sesuai kompetensi jabatan
2. Disiplin dan bersungguh-sungguh dalam bekerja
3. Melakukan pekerjaan secara terukur
4. Melaksanakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu
5. Menerima reward and punishment sesuai dengan ketentuan
INDIKASI NEGATIF
1. Melakukan pekerjaan tanpa perencanaan yang matang
2. Melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan tugas dan fungsi
3. Malas dalam bekerja
4. Melakukan pekerjaan dengan hasil yang tidak sesuai dengan standar
3. Inovasi
Menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik
INDIKASI POSITIF
1. Selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan
2. Bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif
3. Meningkatkan kompetensi dan kapasitas pribadi
4. Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif dan efisien
INDIKASI NEGATIF
1. Merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai
2. Bersikap apatis dalam merespons kebutuhan stakeholder dan user
3. Malas belajar, bertanya, dan berdiskusi
4. Bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan
4. Tanggung Jawab
Bekerja secara tuntas dan konsekuen
INDIKASI POSITIF
1. Menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu
2. Berani mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi, dan melakukan langkah-langkah
perbaikan
3. Mengatasi masalah dengan segera
4. Komitmen dengan tugas yang diberikan
INDIKASI NEGATIF
1. Lalai dalam melaksanakan tugas
2. Menunda-nunda dan/atau menghindar dalam melaksanakan tugas
3. Selalu merasa benar dan suka menyalahkan orang lain
4. Menolak resiko atas hasil pekerjaan
5. Memilih-milih pekerjaan sesuai dengan keinginan pribadi
6. Menyalahgunakan wewenang dan tanggung jawab
5. Keteladanan
Menjadi contoh yang baik bagi orang lain
INDIKASI POSITIF
1. Berakhlak terpuji
2. Memberikan pelayanan dengan sikap yang baik, penuh keramahan, dan adil
3. Membimbing dan memberikan arahan kepada bawahan dan teman sejawat
4. Melakukan pekerjaan yang baik dimulai dari diri sendiri
INDIKASI NEGATIF
1. Berakhlak tercela
2. Melayani dengan seadanya dan sikap setengah hati
3. Memperlakukan orang berbeda-beda secara subjektif
4. Melanggar peraturan perundang-undangan
5. Melakukan pembiaran terhadap bentuk pelanggaran
Pengertian, Fungsi, Aspek dan Jenis
Budaya Kerja
Oleh Muchlisin Riadi Agustus 01, 2019
Budaya kerja adalah suatu asumsi, nilai dan norma yang dilakukan berulang-ulang
oleh pegawai atau karyawan yang dikembangkan dalam organisasi yang tercermin
dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang
terwujud sebagai kerja atau bekerja sebagai kekuatan untuk meningkatkan efisiensi
kerja.
Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu
keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan.
Nilai-nilai tersebut bermula dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi
keyakinan pada diri pelaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang menjadi kebiasaan tersebut
dinamakan budaya dan mengingat hal ini dikaitkan dengan mutu kerja, maka dinamakan
budaya kerja.
Berikut definisi dan pengertian budaya kerja dari beberapa sumber buku:
1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang telah lebih luas
daripada kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
1. Anggapan dasar tentang kerja. Pendirian atau anggapan dasar atau kepercayaan
dasar tentang kerja, terbentuknya melalui konstruksi pemikiran logistik. Premisnya
adalah pengalaman hidup empiris, dan kesimpulan.
2. Sikap terhadap pekerjaan. Manusia menunjukkan berbagai sikap terhadap kerja.
Sikap adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu. Kecenderungan itu berkisar
antara menerima sepenuhnya atau menolak sekeras-kerasnya.
3. Perilaku ketika bekerja. Dan sikap terhadap bekerja, lahir perilaku ketika bekerja.
Perilaku menunjukkan bagaimana seseorang bekerja.
4. Lingkungan kerja dan alat kerja. Dalam lingkungan, manusia membangun
lingkungan kerja yang nyaman dan menggunakan alat (teknologi) agar ia bekerja
efektif, efisien dan produktif.
5. Etos kerja. Istilah etos diartikan sebagai watak atau semangat fundamental budaya,
berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu
kelompok masyarakat. Jadi etos berkaitan erat dengan budaya kerja.
Sedangkan menurut Tika (2008), unsur-unsur budaya kerja adalah sebagai berikut:
1. Asumsi dasar. Dalam budaya kerja terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi
sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk
berperilaku.
2. Keyakinan yang dianut. Dalam budaya kerja terdapat keyakinan yang dianut dan
dilaksanakan oleh para anggota perusahaan. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai
yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum perusahaan,
filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha.
3. Pimpinan atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya kerja. Budaya kerja
perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin perusahaan atau kelompok
tertentu dalam perusahaan tersebut.
4. Pedoman mengatasi masalah. Dalam perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang
sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.
Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang
dianut bersama anggota organisasi.
5. Berbagai nilai (sharing of value). Dalam budaya kerja perlu berbagi nilai terhadap
apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.
6. Pewarisan (learning process). Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh
anggota perusahaan perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam
organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam perusahaan
tersebut.
7. Penyesuaian (adaptasi). Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan
atau norma yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi
perusahaan terhadap perubahan lingkungan.
1. Disiplin, perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di
dalam maupun di luar perusahaan. Karyawan yang miliki kedisiplinan tinggi
mempunyai karakteristik melaksanakan tata tertib dengan baik, tugas dan tanggung
jawab yang baik, disiplin waktu dan kehadiran, disiplin dalam berpakaian.
2. Keterbukaan, kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan
kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan. Keterbukaan dalam hal
ini kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan secara jujur dan
bersikap langsung.
3. Saling menghargai, perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu,
tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja. Indikator dari sikap saling
menghargai antara lain: membiarkan orang lain berbuat sesuatu sesuai haknya,
menghormati pendapat orang lain, serta bersikap hormat kepada setiap karyawan.
4. Kerja sama, kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau
kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan. Beberapa
indikator untuk mengukur kerja sama antara lain: tujuan yang jelas, terbuka dan jujur
dalam komunikasi, keterampilan mendengarkan yang baik, partisipasi semua
anggota, serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
Daftar Pustaka
membutuhkan tingkat percaya diri yang tinggi. Hal tersebut yang seharusny tetap dimiliki oleh seseorang
Salah satu sikap mental yang harus dilatih yaitu percaya diri, dan masih ada beberapa sikap lain yang
dikembangkan. Dalam ilmu pengembangan pribadi, seseorang haruslah bisa bersikap secara positif dan
teruji. Untuk mengetahui apa saja contoh indepedensi dalam sikap mental, berikut ini beberapa
penjelasannya :
Kecerdasan emosional adalah dasar kekuatan mental seorang pribadi. Kecerdasan emosi merupakan suatu
kemampuan untuk memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan menata
hubungannya dengan orang lain menjadi baik pula. Seseorang yang cerdas secara emosi akan bersikap
tegas dan dapat mengendalikan perilaku sehingga menghindari dari perilaku-perilaku negatif.
2. Percaya Diri
Contoh indepedensi dalam sikap mental berikutnya yaitu memiliki sikap percaya diri. Dengan sikap yang
bermental kuat , dirinya akan memiliki tingkat percaya kepada kemampuannya dan memiliki pengendalian
yang kuat atas keraguan serta kegelisahan. Seseorang tanpa ragu untuk menggapai sesuatu dengan mental
kepercayaan diri.
Sikap yang tegas bukan berarti galak atau terlalu berani, sikap tegas mencerminkan pribadi yang memiliki
prinsip dan tidak suka akan hal yang bertele – tele atau ambigu. Memiliki sikap tegas tentu berdampak
pada hal yang baik, Anda akan dihargai orang lain dan dianggap memiliki komitmen kuat akan sesuatu hal.
Berikut ini contoh indepedensi dalam sikap mental lainnya yaitu rasa optimis yang tinggi. Apapun hal
yang terjadi, tanpa ragu ia akan mampu menghadapi itu semua dengan rasa optimis. Dengan sikap
demikian maka banyak hal positif yang akan menghampirinya tanpa ada rasa takut akan kegagalan atau
keterpurukan. Apalagi dengan pengalaman maka tingkat rasa optimis harusnya semakin tinggi.
5. Memiliki Disiplin
Sikap disiplin memang tidak dimiliki oleh semua orang, karena sikap ini butuh keteladanan, komitmen dan
juga keihklasan. Untuk menjadi disiplin perlu waktu dan pembelajaran, namun dengan seringnya melakuka
hal kecil dengan rasa dan sikap penuh komitmen maka lambat laun disiplin akan tercipta. Setiap individu
yang berharapa akan hal yang bebas jika tidak ada hal yang mendisplinkannya maka semua akan sia – sia.
Salah satu contoh indepedensi dalam sikap mental yaitu memiliki sikap positif thingking. Memang dalam
kehidupan tidaklah mulus sesuai harapan, namun dengan memiliki sikap ini pengalaman pahit akan
dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan juga sebagai modal bahwa setiap kegagalan dan
Dalam segala aspek apapun yang Anda lakukan mengharuskan untuk memiliki rasa tanggung jawab tinggi.
Hal ini dikarenakan rasa tanggung jawab menjadi modal utama untuk mencapai usaha yang berhasil,
apapun pekerjaan atau usaha Anda tanpa tanggung jawab hasilnya pasti tidak sesuai dengan harapan.
Mental berjiwa bertanggungjawab memiliki pribadi dan etika yang baik dan mumpuni.
Menghadapi kehidupan yang serba instan, cepat dan juga mobilitas yang tinggi memerlukan suatu sikap
sabar dan juga ikhlas. Sikap ini menandakan seseorang mampu bertahan dan juga meneriman segala
kondisi tanpa tidak berusaha. Bukan berarti menyerah, dengan ikhtiar dan juga rasa optimis dan berpikir
Sikap tersebut diatas mewakili beberapa sikap mental lain yang harus dimiliki seorang yang ingin
menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat, sukses dan juga damai.
Semoga penjelasan diatas bermanfaat dan demikian contoh indepedensi dalam sikap mental, dan semoga
pula menjadi referensi Anda dalam menyikapi hal baik dalam sifat dan sikap sehari – hari.
Revolusi Mental: Pengertian, Tujuan dan
Contohnya
Revolusi Mental: Pengertian, Tujuan dan Contohnya - Revolusi mental sudah banyak
disebut – sebut oleh Pak Jokowi (Presiden RI). Beliau menyebut revolusi mental setiap kali
dalam pidatonya, berharap agar akan adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Perubahan baik dalam hal cara berpikir maupun dalam berperilaku. Sudah sangat banyak
mental orang Indonesia yang sudah maju, namun ada pula yang masih terperosok dalam
jurang kegelapan, membuat bangsa Indonesia tidak dapat maju. Sebetulnya, apa yang
dimaksud dengan revolusi mental?
Apa pengertian revolusi mental? Mendengar kata revolusi sudah tidak asing lagi di telinga
kita. Bahkan dalam pelajaran sejarah pun kita sering menggunakannya, seperti halnya
revolusi industry, pahlawan revolusi, dll. Jadi apa sih arti revolusi? Revolusi adalah sebuah
perubahan dalam waktu yang singkat. Menurut Aristoteles, revolusi dibagi menjadi 2 macam.
Pertama, perubahan total dari suatu system ke system yang berbeda. Dan yang kedua,
modifikasi system yang sudah ada. Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun –
tahun silam, dengan berbagai macam situasi dan kondisi dalam metode, durasi dan ideology
motivasi yang berbeda - beda. Revolusi tersebut menghasilkan perubahan – perubahan
dalam budaya, ekonomi, dan social politik.
Sedangkan kata mental atau istilah panjangnya mentalitas adalah sebuah cara berpikir atau
konsep pemikiran manusia untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Mental merupakan
kata lain dari pikiran. Sehingga, mentalitas dapat dikatakan sebagai cara berpikir tentang
suatu hal. Cara seseorang berpikir ini dipengaruhi oleh pengalaman, hasil belajar, dan atau
lingkungan juga dapat mempegaruhi pola piker tersebut. Dari makna – makna kata di atas
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengertian revolusi mental adalah perubahan cara
berpikir dalam waktu singkat untuk merespon, bertindak dan bekerja.
Contoh revolusi mental yang terdapat di Indonesia. Kita bisa melihat masyarakat Jawa,
masyarakat Jawa pada umumnya bersifat “nerimo” menerima segala sesuatunya dengan
sabar dan tabah. Dengan kehidupan yang biasa – biasa saja sudah merasa cukup. Namun, di
era seperti sekarang ini, sifat “nerimo” itu tadi sudah tidak cocok untuk di aplikasikan.
Sekarang jaman sudah berubah, pendidikan semakin maju dan tidak murah. Jika mental
tersebut masih digunakan, maka yang terjadi adalah anak cucu mereka tidak kuliah karena
bertani saja sudah dapat mencukupi kebutuhan sehari – hari. Namun, mental – mental
seperti itu tidak akan membuat bangsa Indonesia menjadi lebih maju. Malah akan semakin
tertinggal karena perkembangan jaman begitu cepat.
revolusi mental dicetuskan oleh Ir. Soekarno, dicetuskan saat pidato kenegaraan
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. revolusi mental saat itu agar supaya
Negara Indonesia menjadi Negara yang berdaulat dalam aspek politik, dan mandiri dalam
hal ekonomi, dan berkarakter dalam hal social budaya. Tidak hanya Ir. Soekarno, presiden
Jokowi pun menyerukan revolusi mental, dimana adanya sebuah Gerakan Nasional revolusi
mental (GNRM), yang dimaksudkan untuk mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan
baru untuk mewujudkan negara Indonesia yang berdaulat dan berkrakter.
Revolusi mental tidak hanya untuk Negara saja, tetapi revolusi mental dalam pribadi masing
– masing manusia juga dibutuhkan. Tujuan revolusi mental adalah agar kita dapat
beradaptasi dan diterima oleh seluruh penjuru negeri. Dalam lingkup sempitnya, kita dapat
diterima dengan mudah di dalam masyarakat karena kita dapat beradaptasi dengan cepat.
revolusi mental membawa kita untuk dapat mengubah cara berpikir kita dimana pun kita
berada. Itu suatu contoh revolusi mental dalam memandang suatu situasi dan kondisi.
revolusi mental menuntut kita untuk dapat bersikap mandiri dan dapat menyesuaikan diri di
setiap keadaan. Karena tak semua situasi dan kondisi kita harus diatur dan diarahkan oleh
orang lain. Tidak setiap situasi membisikkan kita semua keadaan, terkadang apa yang kita
lakukan menjadi sebuah kesalahan karena kita tidak mengaplikasikan revolusi mental. Kita
harus belajar memahami dan berpikir secara menyeluruh untuk dapat mengubah cara
pandang dan cara berpikir supaya menjadi dewasa. Waktu tidak akan pernah menunggu kita
untuk berubah. Sehingga, kita lah yang harus merubahnya.