Anda di halaman 1dari 82

PENERBIT

PUSTAKA AKSARA
Laman : www.pustakaaksara.co.id
Surel : info@pustakaaksara.co.id
Ponsel : 0858-0746-8047
Alamat : Jl. Karangrejo Sawah IX, nomor 17, Kota Surabaya

Nomor : 045/PPA-1/III/2023 Surabaya, 17 Maret 2023


Lampiran : 1 bendel
Perihal : Permohonan ISBN/Barcode untuk buku

Yth.
Kepala Pusat Bibliografi dan Pengolahan Bahan Perpustakaan
Perpustakaan Nasional RI

Bersama ini kami atas nama,


Penerbit : Pustaka Aksara
Penanggung jawab : Fajar Tri Septiono
Admin : Thifana Ayu Rohmah

Mengajukan permohonan ISBN untuk,


Judul : RahIMM Kita
Kepengarangan : Mochammad Yogik Septiawan, Vitara Rizka Aodatilla, Dwiki Ayu
Pramudya, dkk
Link/akses ketersediaan buku : https://www.pustakaaksara.co.id/view/115

Bersama ini kami lampirkan dummy buku dan Surat Pernyataan Keaslian Karya dari Penulis.

Demikian permohonan ini kami ajukan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Fajar Tri Septiono


\1 lt.t I Pr.lt\\ \'1.\,1\ il[.lsl.l \\ t\ \R\ \

Yang hertaadatangan di hwah i*i r

Nama : Ma*hammad Yogik Septiawan


Alamat : Jl. Sutorejo No. lS Surabaya

NIK : 3-525O209089?0001

Telp/HP :0815554?44ff1
menyatakan dengan sesrtgguhnya, bahwa:

Judul : RalrIMM Kita


Penulis : Moch Yogik Septiawan, Asis, Msh. Ali,Idrus Salarn, Adimas S, Dwiki AP'
Vitara RA. Fira Surnrawati, Taninda Mey T, Andi Nunrl A, Putri Rohmatul, Nofia Aprilia,
Sukma Risma MB

adalah bemr merupkan karya arli yang dibuat un$tk dit€rbitkan dan disebarluaskan $ecar:r
$rnum rnelalui:

Pererbit : Pustaka Aksara


Alamat : Surahaya, Jawa Timur, lndo,nesia
demikian surat ini dibuat seben*r-bcnarnya serta akan menjadi pertanggungiawahn kami jika
terdap*t psnyalahgunaan d*n akibat yang ditimhulkannya.

5r:r,rtr,rr.: . l- \l,ilri lll.ll

\;srij,,,1,, \1',.i'rrtii: rt.tri \'tr'liL


a
RahIMM Kita
Harapan, Cita-cita dan Gagasan Kader IMM
Kota Surabaya untuk Indonesia

Mochammad Yogik Septiawan


Vitara Rizka Aodatilla
Dwiki Ayu Pramudya
Fira Surmawati Moh. Saleh
Tanida Mey Tantika
Sindi Novelia
Andi Nurul Aisyah AM
Putri Rohmatul Ilmi
Adilla Wahyuni Salsabillah
Nofia Aprilia Amanu
Idrus Salam
Adimas Setiawan
Asis
Moh. Ali
Suka Risma Madu Buana

i
RahIMM Kita

Penulis : Mochammad Yogik S., Vitara Rizka A.,


Dwiki Ayu P., Fira Surmawati, Tanida Mey
T., Sindi Novelia, Andi Nurul Aisyah AM,
Putri Rohmatul I., Adilla Wahyuni S., Nofia
Aprilia Amanu., Idrus Salam, Adimas
Setiawan, Asis, Moh. Ali, Suka Risma M.
B.
Desain Sampul : Hazima
Tata letak : Syifaul Qolby
ISBN :

Diterbitkan Oleh :
PUSTAKA AKSARA, 2023
Redaksi :
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Telp. 0858-0746-8047
Laman : www.pustakaaksara.co.id
surel : info@pustakaaksara.co.id

Anggota IKAPI

Cetakan Pertama : 2023

All right reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak atau memindahkan Sebagian atau
seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun dan dengan cara
apapun, termasuk memfotocopy, merekam, atau dengan Teknik
perekaman lainya tanpa seizin tertulis dari penerbit

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................iv
(ERA FEMINISME) PUAN DIKANCAH ORGANISASI IMM 15
As Literacy-Based Sosial Control: Masyarakat Aktif, Kader
Kolaboratif........................................................................................ 19
Gerakan IMM dalam Menghadapi Fenomena Mandi Lumpur
sebagai Gambaran Dehumanisasi Sosial Masyarakat Digital ... 25
Gerakan IMM Merabuk Empati Masyarakat dalam Krisis Sosial
........................................................................................................... 32
Hidup Bermasyarakat dengan Gelar Alumni IMM, Harus
Bagaimanakah? ................................................................................ 37
IMM dan Problematika Masyarakat (Presfektif Pendidikan) ... 39
Meningkatkan Generasi Muda yang Aktif dan Intelegent
melalui Gerakan IMM..................................................................... 44
Peran Kader untuk Masyarakat .................................................... 48
Urgensi Digitalisasi Bidang Pendidikan Pasca Covid-19 ........... 52
Masifikasi Revolusi Akhlaqul Karimah Di Era Society 5.0 ....... 57
Gerakan Amal IMM untuk Masyarakat ....................................... 63
IMM dan Gerakan Transformasi Digital ..................................... 67
Deskriminasi dan Perlakuan Tidak Adil Terhadap Kelompok
Minoritas .......................................................................................... 72
Mengenal SOGIESC (Sexual Orientation, Gender Identify,
Ekspression, Sex Characteristic) Dan Pandangan Islam
Mengenai SOGIESC ........................................................................ 77

iii
Kata Pengantar
Assalamuallaikum, Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat sehat dan nikmat sempat kepada
kita semua. Sehingga selama proses penulisan dan penyusunan
buku “RahIMM Kita” Oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Kota Surabaya Periode 2022-2023 dapat
diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam akan selamanya tercurahlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah
menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya. Nabi yang
mengajarkan kepada kita semua tentang arti suatu perjuangan.
Berangkat dari kondisi zaman yang penuh dengan kemaksiatan
hingga menuju zaman yang terang benderang yakni agama
Islam.
Tiada kata selain ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kader IMM Kota Surabaya yang telah
memberikan dedikasinya, sumbangsih pemikirannya, sehingga
apa yang telah kita cita-citakan bersama dalam mewujudkan
narasi besar IMM Kota Surabaya yaitu “Sosioliterasi” dapat
tercapai dengan hadirnya buku “RahIMM Kita”
Buku Ini merupakan kepingan kecil dari cita-cita besar
PC IMM Kota Surabaya periode 2022-2023 dalam mewujudkan
kader-kader yang memiliki keshalehan sosial dan etos
intelektulisme. Semua menyadari bahwa keshalehan sosial dan
etos intelektualisme adalah hal yang penting dan sejatinya harus
terus diasah dalam diri kader.
Dengan hadirnya buku ini “RahIMM Kita” menandakan
bahwa IMM Kota Surabaya terus berusaha memberikan
dedikasi terbaiknya untuk IMM, Muhammadiyah dan
Indonesia. Catatan sejarah hebat yang telah diukir oleh kakanda-
ayunda sebelumnya adalah hal perlu diapresiasi dan jangan
dijadikan beban untuk mengukir sejarah baru yang lebih baik.

iv
Akhir kata, semoga buku ini “RahIMM Kita” oleh
Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota
Surabaya Periode 2022-2023 dapat memberikan suntikan
semangat untuk terus melangkah mencatatkan sejarah-sejarah
baru

Billahi Fi Sabililhaq, Fastabiqul Khairot


Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Ketua Umum PC IMM Kota Surabaya 2022-2023


Mochammad Yogik Septiawan

v
Era Baru Gerakan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah
Mochammad Yogik Septiawan
Ketua Umum PC IMM Kota Surabaya 2022-2023

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sudah


mencapai usia yang tidak lagi belia, IMM sudah memasuki usia
yang relatif matang dalam menghadapi berbagai tantangan. Baik
itu berbagai tantangan sosial politik, kebudayaan, ras, suku, adat
dan tantangan isu sosial lainnya, baik itu tantangan skala lokal
maupun skala nasional bahkan internasional.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang saat ini
sudah menginjak usia ke-59 sudah seyogyanya mampu menjadi
role model gerakan kemajuan, gerakan yang dapat memberikan
kebermanfaatan terhadap kehidupan umat manusia dan alam
semesta. Maka hal ini adalah suatu tantangan untuk mengawal
gerakan-gerakan yang mampu menyelesaikan problem
kemasyarakatan dan keIndonesiaan.
Sejak awal kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) pada tanggal 14 Maret 1964 Masehi,
IMM sudah dihadapkan dengan berbagai problematika
keumatan maupun kebangsaan. Problematika internal maupun
ekternal. Problematika internal adalah dimana suatu kebutuhan
yang mengharuskan IMM untuk lahir karena persoalan ditubuh
Muhammadiyah itu sendiri yang lebih kepada persoalan
ideologis, upaya untuk melakukan dakwah dikalangan
masyarakat kampus maka IMM diperlukan untuk lahir sebagai
wadah internalisasi ideologi Muhammadiyah. Kemudian
problematika eksternal yang berasal dari luar tubuh
Muhammadiyah, hal ini lebih kepada persoalan kebangsaan
yang rentan terhadap serangan PKI dan underbownya diranah
mahasiswa yaitu Central Gerakan Mahasiswa Indonesia
(CGMI), maka IMM diharuskan hadir sebagai sintesis
problematika yang terjadi.

6
Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang kita
kenal dengan trilogi, yaitu keagamaan, kemahasiswaan dan
kemasyarakatan saya rasa perlu kita refleksikan bersama.
Apakah gerakan yang senantiasa digaungkan disetiap kaderisasi
di tingkat dasar (DAD) maupun dalam ruang-ruang diskusi
lainnya, apakah gerakan IMM sudah benar-benar mengakar
kepada setiap kader IMM? Saya rasa membahas gerakan IMM
pada saat ini sangat menarik dan menjadi hal yang urgent untuk
segera diselesaikan.
Dalam tulisan ini akan membahas bagaimana era baru
gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah saat ini dan
efektifitas gerakan IMM dalam tantangan era kemudahan dan
kecepatan arus informasi. Apakah IMM mampu memberikan
sumbangsih ide dan gerakannya dalam menghadapi era ini?
Sedikit banyak tulisan ini akan membantu dan sebagai referensi
kader untuk melihat seberapa jauh gerakan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah pada saat ini.
Epistemologi Gerakan
Sebelum jauh berbicara mengenai role model gerakan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, paling tidak kita mencoba
menguraikan bagaimana epistemologi gerakan yang
sebenarnya. Sebelum jauh masuk kedalam isi tulisan, penting
bagi kita semua untuk mengetahui konsepsi gerakan menurut
beberapa pemikiran para tokoh. Epistemologi berasal dari dua
bahasa yaitu Episteme yang berarti Pengetahuan dan Logos
berarti Ilmu, maka espistemologi adalah pembahasan seputar
pengetahuan tentang ilmu, dalam hal ini adalah pengetahuan
tentang ilmu gerakan menurut beberapa tokoh. Kita ketahui
pentingnya pondasi pemikiran untuk lebih jauh menapaki
terjalnya dinamika kehidupan.
Jika kita berangkat dari pandangan Paulo Freire
mengenai gagasannya tentang kesadaran manusia. Menurut
Paulo Freire, bahwa manusia memiliki beberapa tingkatan
kesadarannya. Tingkat kesadaran menurut paulo freire terdapat
tiga tahapan, yaitu kesadaran magis, kesadaran naif dan
kesadaran kritis. Kesadaran magis merupakan kesadaran paling

7
lemah menurutnya, karena kesadaran ini adalah kesadaran yang
hanya berserah diri pada keniscayaan takdir, kepercayaan
terhadap kekuatan supranatural atau kekuatan metafisika.
Kesadaran Naif sedikit memiliki tingkatan yang lebih baik
daripada kesadaran magis. Kesadaran naif merupakan
kesadaran yang sudah mampu melihat gejala sosial bukan lagi
dari kekuatan supranatural, kesadaran ini sudah mampu
mengetahui letak permasalahannya akan tetapi belum mampu
menyelesaikan problem yang terjadi. Sedangkan kesadaran
kritis adalah kesadaran yang dicita-citakan oleh Paulo Freire,
menurutnya kesadaran ini sudah mampu melihat dan
melakukan perlawanan terhadap problem yang terjadi. Maka
sejarah yang tercipta akan bergantung pada kesadaran
masyarakat berada pada tingkat mana.
Menurut Paulo Freire manusia adalah makhluk historis,
ada didunia dan bersama dunia, maka kehadiran manusia
adalah suatu keniscayaan menjadi sejarah dan selayaknya
menjadi manusia yang terus “mengada” tidak hanya sekadar
“ada”. Pesan yang disampaikan oleh Paulo Freire adalah upaya
manusia untuk terus bergerak dan bertindak sesuai dengan
kesadaran tertinggi yaitu kesadaran kritisnya, karena sejarah
perubahan besar akan tercipta dengan gerakan yang berasal dari
kesadaran kritis manusia.
Begitupun juga pandangan gerakan menurut Karl Marx
tidak terlampau jauh berbeda. Konsepsi pemikiran Karl Marx
dalam menguraikan gerakan, Karl Marx memiliki gagasan
tentang dialektika. Karl Marx mengutarakan dalam
pemikirannya yaitu dialektika historis dan dialektika materialis,
menurutnya sejarah yang diciptakan oleh manusia adalah suatu
bentuk gesekan atau benturan yang terjadi saat proses
menciptakan sejarah, artinya terdapat semacam dialektika
dalam setiap fenomena.
Karl Marx terpengaruh oleh pemikiran Hegel. Konsep
dialektika Hegel sebagai sebuah metode pemikiran banyak
mengilhami Marx dalam memandang realitas sosial dan gerakan
perubahan sejarah manusia. Karl Marx membawa tradisi filsafat

8
Hegel ke dalam bentuk yang lebih kongkrit atau nyata, dalam
hal ini adalah materialisme. Menurut Karl Mark, dunia tidak bisa
bergerak atau berubah jika hanya dipikirkan. Pada
kenyataannya perubahan sejarah manusia terjadi karena
tindakan kerja atau gerakan kongkrit.
Aktifitas yang mendorong gerakan perubahan dalam
pandangan Marx terpusat pada aktifitas produksi, yaitu cara-
cara manusia menghasilkan sesuatu yang bernilai guna (mode of
produksi). Dengan melakukan aktifitas kerja, manusia mengalami
perkembangan, dan bentuk-bentuk interaksi serta produksipun
sebagai hasil kerja juga mengalami perkembangan yang lebih
kompleks.
Marx memberikan tinjauan terhadap dinamika sejarah
manusia. Sejarah sebagai proses berkelanjutan yang dialektis,
perkembangan masyarakat. Dimana satu generasi adalah
penopang generasi berikutnya. Rangkaian proses sejarah
menurut Marx digerakkan oleh aktifitas praktis, yaitu kerja.
Maka pemikiran Karl Marx mengenai gerakan adalah proses
gerakan yang tidak hanya dilakukan dalam ranah ide atau suatu
bentuk yang metafisik, melainkan bentuk gerakan secara nyata
yang dilalui secara empiris.
Konsepsi gerakan seperti yang disampaikan oleh para
tokoh tersebut saya rasa sedikit banyak menjadikan sebagai
landasan kader IMM dalam melakukan gerakan-gerakan yang
masif dan komprehensif. Bukan hanya gerakan melalui ranah
ide atau logika semata, melainkan masif melalui gerakan nyata.
Gerakan IMM Saat Ini
Pada dewasa ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
telah mencapai usia setengah abad lebih sejak tahun 1964. Saat
ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah mencapai usia 59
tahun, bukan usia yang muda. Banyak problematika yang sudah
dilalui Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, baik menghadapi
gelombang serangan PKI melalui underbownya yaitu CGMI
yang terus melancarkan aksi-aksinya dengan berusaha untuk
membubarkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kondisi
yang pada saat itu umat islam mendapatkan teror dan ancaman

9
dimana-mana. Begitupun juga kondisi internal umat islam yang
masih banyak melakukan praktik-praktik tahayul dan kondisi
yang masih terbelakang. Selain itu kondisi internal
Muhammadiyah yang semakin berkembangnya dunia
pendidikan Muhammadiyah dengan berdirinya perguruan
tinggi Muhammadiyah. Maka cita-cita untuk menghadirkan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah saatnya untuk
dilahirkan.
Mari beranjak dari romantisme masa lalu, jangan kita
terlena pada romantisme sejarah Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yang cukup heroik. Terlalu membanggakan
kisah masa lalu akan berdampak buruk pada kinerja kader
untuk memberikan dan menciptakan sejarah baru Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah pada saat ini. Jika menengok jauh
kebelakang pada awal kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah hingga pada era saat ini, tentu aksi-aksi heroik
yang dilakukan kader IMM kala itu hampir sudah tidak pernah
kita ketahui pada gerakan IMM saat ini.
Aksi-aksi turun ke jalan untuk melakukan blokade jalan,
pembakaran ban dan lain sebagainya sudah sedikit mengalami
penurunan. Aksi semacam itu memang masih masif dilakukan
pada era kontemporer, akan tetapi era sudah mulai berubah,
bukan lagi era tertutupnya akses menyampaikan pendapat dan
lainnya. Sejak era reformasi dimana presiden soeharto
digulingkan, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat
dan menyampaikan aspirasi sudah mulai mudah dilakukan dan
era revolusi industri 4.0 sudah dimulai dimana kemudahan
menyampaikan informasi melalui smartphone.
Tentu melihat perbedaan era tersebut akan berbeda juga
pola gerakan yang diciptakan oleh kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah. Jika melihat era sekarang yang dipenuhi
dengan internet dan kemudahan menjangkau informasi yang
jauh sekalipun. Maka gerakan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah saat ini sedikit banyak akan menyesuaikan
dengan kondisi perkembangan ilmu pengetahuan. Gerakan
yang lebih banyak menggunakan kecanggihan teknologi

10
informasi, lebih menghabiskan pada dunia maya. Bagaimana
merespon situasi kondisi bangsa yang tidak baik-baik saja lebih
melakukan gerakan secara virtual atau non fisik. Bisa kita lihat
bagaimana Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merespon
berbagai isu beberapa tahun belakang ini, isu omnibus law
merupakan aksi besar-besaran yang dilakukan oleh seluruh
elemen masyarakat tidak lain juga termasuk Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah. Aksi turun ke jalan memang tetap dilakukan,
akan tetapi aksi melalui media sosial tetap menjadi aksi yang
tidak ditinggalkan dengan menggalakkan gerakan
#gejayanmemanggil #reformasidikorupsi dan berbagai tagline
lainnya disuarakan melalui media sosial baik secara personal
maupun melalui media sosial organisasi.
Singkatnya gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
pada saat ini adalah gerakan yang lebih kepada gerakan-gerakan
media. Merespon segala sesuatu melalui telepon pintar,
membranding dan mempertahanan keberadaan organisasi
dilihat sejauh mana masifnya gerakan media sosial
organisasinya. Cara pandang manusia sudah mulai bergeser,
bukan lagi seberapa sering Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
melakukan turun ke jalan, tetapi seberapa aktif dan kreatifnya
media sosial Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu bergerak.
Counter Hegemoni terhadap Era Post Truth
Post Truh merupakan era dimana era yang sudah
melampaui kebenaran. Bagaimana kita membayangkan apa
yang ada setelah kebenaran? Apakah era tersebut adalah
kembali pada era kebohongan? Lantas apakah Post Truth sama
dengan Hoax? Dalam beberapa literatur yang saya baca,
Kehadiran post truth diakibatkan beberapa kondisi yang ada di
masyarakat saat ini, yaitu pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan fenomena masyarakat yang memiliki sensasi yang
dapat mempengaruhi emosional dan kepercayaan masyarakat
dan semakin suburnya post truth adalah dengan adanya
kepentingan politik masing-masing kelompok.
Post Truth Era yang kita kenal dengan era setelah kebenaran ini
sudah mulai diterapkan pada saat terpilihnya presiden Amerika

11
Serikat yaitu Donald Trump pada tahun 2014. Dimana
kemenangannya hasil dari penyebaran post truth.
Dalam era Post-Truth, narasi selalu mengalami kemenangan
mutlak terhadap data atas fakta yang ada. Fenomena Post Truth
menghadirkan jenis fakta atas suatu peristiwa yang
kebenarannya dapat dimanipulasi sesuai dengan kemauan dan
kepentingan kelompok atau pengirim berita.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi
otonom Muhammadiyah yang sejak kelahirannya memiliki
semangat perubahan dan keberpihakan terhadap kaum
terpinggirkan, kaum lemah yang membutuhkan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah. Maka dengan memasuki
kemudahan akses informasi yang melahirkan era post truth,
IMM harus bersiap dalam menghadapi persoalan tersebut.
Kaderisasi dan edukasi kepada kader IMM dari tingkat
komisariat hingga tingkat yang lebih tinggi harus secara kolektif
dilakukan. Disini menurut hemat saya ada beberapa hal yang
penting dilakukan sebagai gerakan yang efektif untuk
melakukan counter hegemoni gerakan-gerakan post truth.

1. Masifikasi kesadaran filantropi


Gerakan pertama adalah masifikasi kesadaran filantropi
islam. Melakukan gerakan-gerakan penyadaran kader terhadap
pentingnya kesadaran filantropi islam perlu mendapatkan
respon yang baik oleh kader-kader IMM di seluruh Indonesia.
Filantropi merupakan gerakan memanusiakan manusia,
gerakan sosial, gerakan pemberdayaan terhadap kelompok
manusia yang tertindas. Sebagai peletak dasar gerakan
pembebasan adalah memberikan kesadaran kemanusiaan
terhadap kader IMM. Masyarakat yang terkena dampak post
truth merupakan masyarakat yang tertindas, masyarakat yang
harus mendapatkan pertolongan. Maka dengan masifnya
gerakan penyadaran filantropi paling tidak memberikan rasa
empati untuk tidak melakukan penyebaran berita-berita yang
tidak berdasarkan data dan fakta.

2. Masifikasi gerakan literasi

12
Gerakan kedua adalah masifikasi basis gerakan literasi.
Sudah kita ketahui semuanya bahwa saat ini sudah memasuki
era kecanggihan teknologi infomasi, dimana kemudahan
mendapatkan informasi dari berbagai media sosial ataupun
media cetak yang diproses secara masif oleh berbagai instansi,
bahkan secara individu sudah bisa melakukan dan membuat
informasi yang diinginkan. Untuk meminimalisir mendapatkan
sumber informasi yang salah, maka kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah perlu meningkatkan gerakan literasinya.
Paling tidak gerakan literasi dalam hal ini adalah gerakan
membaca dan menulis perlu dimasifkan untuk melawan
penyebaran berita-berita yang tidak bersumber dengan fakta
yang jelas, dalam hal ini adalah post truth.

3. Masifikasi gerakan media


Gerakan selanjutnya adalah masifikasi gerakan media.
Tidak cukup untuk melakukan perlawanan terhadap post truth
jika dengan melakukan penyadaran dan meningkatkan
kegemaran membaca dan menulis. Sebagai gerakan akhir,
sebagai gerakan penyempurna adalah dengan masifikasi
gerakan melalui media. Saat ini tidak perlu kita sangkal apabila
segala aktifitas lebih banyak dilakukan di ruang-ruang dunia
maya atau dunia internet. Suatu keharusan sebagai kader IMM
untuk merespon dan melakukan perlawanan post truth adalah
dengan menyampaikan berita-berita yang benar secara masif
melalui media sosial. Semakin banyak informasi kebenaran yang
kita sampaikan melalui media akan sedikit banyak berperan
melakukan counter terhadap berita post truth.
Dalam persoalan yang dinamis dan juga kompleks,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada saat ini harus mampu
mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera tanpa ada
kebohongan dan penindasan yang tersistem yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok yang berkepentingan memperkaya
diri dan kelompoknya.
Tulisan ini dalam rangka menyambut Milad Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah ke 59 tahun. Tulisan ini masih
banyak kekurangan dan perlu mendapatkan tambahan gagasan

13
terbaru yang lebih sesuai dan efektif dalam menyelesaikan
persoalan tersebut. Makan besar harapan saya, tulisan ini sedikit
banyak memberikan manfaat kepada masyarakat dan terkhusus
kepada kader IMM itu sendiri.

14
(ERA FEMINISME) PUAN
DIKANCAH ORGANISASI IMM
Vitara Rizka Aodatilla
Anggota RPK IMM Blue Savant 2023

Pengantar Tulisan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) saat ini
usianya sudah menginjak 59 tahun. Kini sudah tidak muda lagi,
seharusnya IMM mampu menjadi panutan. Untuk hal ini, IMM
harus mampu mengayomi serta membantu menyelesaikan
permasalahan yang terdapat di masyarakat.
Ada banyak isu kemanusiaan yang menjadi sentral
perubahan di era saat ini. Masalah tersebut antara lain,
kurangnya pembangunan infrastruktur di daerah terpencil,
kelaparan, kesenjangan sosial, krisis moral dan etika, dll. Oleh
karena itu, IMM sebagai organisasi sosial harus memerhatikan
dan bergerak maju agar Muhammadiyah dan Ortomnya dapat
dikenal publik. Selain untuk menyelesaikan persoalan yang ada,
kesan publik terhadap Muhammadiyah juga dibangun sebagai
bermoral anggun dan lebih intelektual.
IMM lahir sebagai organisasi gerakan Muhammadiyah
yang bergerak dalam 3 nilai ideologi yaitu intelektualitas,
religiusitas, dan kemanusiaan. Inilah identitas dasar kerangka
IMM, menunjukkan bahwa IMM adalah organisasi pelopor,
pelaksana, dan pelengkap. Upaya ini untuk membangun masa
depan pemuda Muhammadiyah sebagai pemimpin.
Dalam tulisan ini membahas tentang bagaimana
efektivitas Wanita Dikancah Organisasi. Apakah IMM mampu
menghadapi apa-apa yang ada di era ini?

Era Feminisme
Kartini adalah tokoh wanita paling populer di Indonesia
yang sukses mendapatkan hari ulang tahunnya sebagai hari
nasional oleh pemerintah Indonesia. Kartini menggambarkan
dan menciptakan dunia baru bagi masa depan wanita Indonesia.
Pelayanannya tidak pernah berhenti dan tidak pernah hilang,

15
menjadikan Kartini sebagai sosok wanita yang paling layak di
negara ini.
Seperti Kartini, sosok ini begitu dikenal oleh masyarakat
Muhammadiyah. Siti Walidah atau yang lebih dikenal dengan
Nyai Ahmad Dahlan. Sosok wanita yang gencar menggaungkan
tentang kesetaraan gender. Siti Walidah adalah pendiri Nasiatul
Aisyiyah, ini didirikan pada 19 Mei 1917.
Saat itu, Aisyiyah mendeklarasikan poligami pada
tahun 1930. Namun, disisi lain Aisyiyah melarang wanita
berambut pendek, naik sepeda, dll. Jadi, terdapat ambiguitas
karena semangat yang ditekankan adalah pengetahuan dari
barat, tetapi tidak dengan perilakunya.
Saat ini, dari waktu ke waktu, Aisyiyah terus
berkembang dan memberikan manfaat bagi kemajuan harkat
dan martabat wanita di Indonesia. Organisasi ini bergerak dalam
ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.
Hasil nyatanya adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan
taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan perguruan tinggi.

Organisasi & IMM


Organisasi (serapan dari bahasa Belanda: organisatie)
merupakan wadah atau tempat berkumpulnya orang dengan 3
sistematis, terpimpin, terkendali, terencana, rasional dalam
memanfaatkan segala sumber daya baik dengan metode,
material, lingkungan dan uang serta sarana dan prasarana, dan
lain sebagainya dengan efisien dan efektif untuk bisa mencapai
tujuan organisasi. Dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, organisasi
dipelajari sebagai objek penelitian oleh antara lain ilmu sosiologi,
ekonomi, politik, psikologi, antropologi, sejarah, dan manajemen.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sebuah
Organisasi Mahasiswa Islam, sekaligus Organisasi Ortonom
Muhammadiyah yang bergerak di bidang Keagamaan,
Kemahasiswaan, dan Kemasyarakatan. IMM dibentuk di
Yogyakarta pada tangggal 14 Maret 1964. IMM sendiri memiliki
tujuan “mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang
Berakhlak Mulia dalam rangka mencapai Tujuan
Muhammadiyah”.

16
Berkat identitas ini, IMM dapat menjadi wadah bagi
mahasiswa untuk menyalurkan ide-ide pembaharuan dan
pengembangan. Sebagaimana tertuang dalam tiga kompetensi
inti IMM, yaitu religiusitas, kecerdasan, dan kemanusiaan, para
kader IMM memikul tanggung jawab untuk ketiga bidang
tersebut. Oleh karena itu, kader IMM harus memiliki tauhid
yang kuat dan menginternalisasi pemahaman Muhammadiyah,
intelektual yang tinggi dengan nalar kritis dan kepekaan sosial
yang baik. Oleh karena itu, kader IMM selalu berharap mampu
menjawab tantangan zaman secara intelektual meskipun berada
di Era Revolusi Industri 4.0 dengan tetap berpegang pada
prinsip-prinsip ajaran Islam.

Elegi Wanita Dalam Organisasi


Wanita adalah karakter yang digambarkan sangat
anggun, hangat dan anggun. Kepribadian wanita yang positif
inilah yang membuat wanita tergolong memiliki nilai sopan
santun. Karakter wanita pada era ini merupakan gambaran
dimana wanita menemukan kemandirian yang sejahtera. Hal ini
karena kebebasan umum yang dirasakan sebagian besar wanita.
Pada saat ini adalah gambaran wanita modern yang dapat
menggerakkan dirinya untuk selalu membagi waktunya antara
keluarga, pekerjaan dan masyarakat.
Wanita yang berkancah di dunia organisasi biasanya
lebih mementingkan kesejahteraan wanita dan anak-anak.
Wanita itu tidak hanya pandai bersolek, memasak di dapur, dan
beranak. Statement itu harus dipatahkan karena wanita masa
kini sudah memiliki kebebasan dan kesejahteraan. Mereka
mandiri, bisa menjadi apa saja yang dimau, seperti menjadi
pemimpin misalnya.Wanita memiliki hak dan kesempatan yang
setara dengan laki-laki dalam memilih sendiri perjalanan
kariernya, pun dalam hal menjadi seorang pemimpin. Saat ini
banyak wanita diluar sana akhirnya menemukan jati diri dan
menyadari potensi, kemampuan dan kesempatan yang dimiliki
untuk terjun sebagai pemimpin. Oleh sebab itu, jika wanita
menjadi pemimpin, kesetaraan gender akan semakin meningkat
dan mendapatkan hak sebagai mana mestinya.

17
Simpulan Tulisan
Kita harus memberikan ruang untuk wanita
menunjukkan potensi yang dimilikinya. (IMM) Sebagai
organisasi, harus mampu memberi wadah untuk
berkembangnya potensi serta bakat bagi wanita agar kesetaraan
gender semakin merata.
Tulisan ini masih banyak kurangnya dan maaf apabila
terdapat kesalahan dalam kata. Harapan besar, semoga tulisan
ini membawa manfaat bagi yang membacanya.

18
As Literacy-Based Sosial Control:
Masyarakat Aktif, Kader Kolaboratif
Dwiki Ayu Pramudya
Ketua Bidang RPK PK IMM Blue Savant Universitas
Muhammadiyah Surabaya

Problematika masyarakat bergantung pada situasi era


yang sedang berlangsung. Era ini menjadi era yang menuju
pada era super canggih di bidang teknologi, komunikasi, dan
informatika. Tidak dapat dipungkiri lagi, laju perkembangan
tak dapat terbendung lagi yang merupakan picuan dari
berbagai eksternal. Namun, kita bisa memanfaatkan hal-hal
positif yang telah didampakkan dengan menepis berbagai hal
negatif. Sebagai pemirsa, penikmat, dan pemeran era digital
saat ini, sudah semestinya berjalan mengikuti alur dengan
mengindahkan norma dan yang sedang berlaku. Selain itu,
juga senantiasa memperhatikan kultur yang saat ini terbilang
sudah rapuh, tidak lagi melekat pada gerenasi ke generasi. Era
yang memberikan sumbangsih luar biasa kepada kehidupan
manusia modern (milenial) hingga mampu memicu minat dari
manusia klasik –masyarakat pada era 60an. Berbagai kalangan
mampu menikmati keberadaan teknologi yang canggih seperti
saat ini. Banyak pihak yang mungkin merasa diuntungkan
dengan mengambil hal positifnya kemudian bergerak dengan
beriringan.
Literasi yang digadang-gadang sebagai problem saat ini
dan waktu-waktu sebelumnya juga menjadi tantangan di
berbagai kalangan. Untuk menjawab berbagai tantangan
perlulah setiap individu menyadari betapa pentingnya
keterampilan membaca dalam kehidupan sosial. Berangkat
dari tingkat pendidikan klasik yang terbukti pada masyarakat
60 – 70-an menunjukkan era yang berada dilevel kurang hingga
tidak bisa membaca. Hal ini menjadi pekerjaan yang tidak akan
habis lemburnya dalam dunia pendidikan. Di periode
selanjutnya, minat baca mulai meningkat dengan pendidikan
yang lebih modern. Orang tua mulai menyadari pentingnya

19
anak sekolah agar tidak mengulang sejarah orang tuanya.
Hanya bagi orang tua yang melek teknologi –dalam hal
memahami masa depan yang semakin gemilang dengan
melihat wacana-wacana teknologi yang diambil alih oleh robot
seperti di negara tetangga. Mereka mulai menyadari hingga
bisa meramal berbagai hal yang mungkin saja terjadi di
kemudian hari. Dan terbukti. Berbagai hal yang dimimpikan
oleh masyarakat klasik diwujudkan oleh generasi Z yang kerap
di sapa generasi milenial.
Dalam pengertian secara general, literasi tidak hanya
difokuskan hal membaca. Apalagi difokuskan pada doktrin
membaca buku-buku yang terbilang monoton. Lebih modern
lagi untuk menjawab tantangan era ini ialah dengan membaca
wacana dan masalah. Membaca kondisi dan situasi juga
menjadi bagian yang menunjang adanya wacana dan masalah.
Membaca buku adalah dasar yang sudah tidak terpikirkan lagi
eksistensinya. Bahkan sudah mencapai level di luar kepala.
Tidak lagi berdebat mengenai sudah membaca buku atau
belum, tetapi sudah masuk pada level apa yang sudah dibaca
dan seperti apa implementasinya. Kedua hal itu dibentengi
dengan minat baca yang kuat, yang tidak hanya membaca
sekedar membaca. Bergantung apa yang sedang dibaca pula,
apakah lebih visioner atau sebaliknya. Berita yang saat ini
menjadi makanan pokok masyarakat telah diberi bumbu-
bumbu yang tidak sehat demi meningkatkan popularitas pihak
yang berkepentingan. Melihat banyak orang yang
terperangkap dalam berita bohong menjadi salah satu indikator
betapa lemahnya minat baca masyarakat, apalagi milenial.
Hanya dengan membaca headline, tumbuh konsep pemikiran
liar yang tidak terbatas. Hal inilah yang akan terus menjadi
pekerjaan lembur yang tidak kunjung habis walau sudah
digarap dengan maksimal.

Masyarakat Aktif
Yang dimaksud dengan masyarakat aktif adalah
masyarakat yang saat ini menikmati era digital dan
menyaksikan berbagai perubahan besar disbandingkan dengan

20
era sebelumnya. Masyarakat aktif (pembelajar) yang saat ini
sangat tidak asing lagi dengan keberadaan gawai. Mereka
menyadari betul bahwa gawai sangat bermanfaat bagi mereka
yang selalu mengutamakan fungsi manfaat. Namun, akan
menjadi kurang bermanfaat bagi mereka yang hanya
mengutamakan fungsi hiburan semata. Namun, nyatanya tidak
hanya terfokuskan pada penggunaan gawai, fenomena yang
saat ini dapat kita saksikan adalah televisi yang juga mulai
berkembang. Semakin luas akses televisi yang sejak dulu belum
mengalami perubahan. Bukan menjadi hal yang tabu lagi, era
yang semakin pandai menuntut masyarakat juga semakin
cerdas. Konsep berpikir generasilah yang akan menentukan
bagaimana proyeksi kemajuan teknologi. Berkembang
pesatnya teknologi membuat berbagai hal kembali berbenah
dari tatanan yang sebelumnya. Masyarakat aktif secara
menyeluruh saat ini mulai mampu mempergunakan android
dengan tujuan yang beragam. Berbeda dengan masyarakat
aktif kota, masyarakat aktif di desa menjadi sorotan dalam
fokus pembahasan tulisan ini. Teknologi yang melaju pesat
telah sampai pada pelosok-pelosok negeri. Keberadaan
jaringan sudah memiliki akses yang sangat luas dan
memudahkan setiap individu untuk menggunakannya.
Menilik sedikit analisis dan pengamatan penulis
menyatakan, bahwa generasi 70-an mulai aktif menggunakan
gawai dengan tujuan utama untuk berkomunikasi. Pertemanan
yang sudah lama terputus kembali terhubung hanya dengan
bertukar nomor telepon. Kembali berkabar hingga saling
menyapa meski melalui dunia maya. Hal ini merupakan salah
satu vibes positif dalam hal bersilaturahim, di mana pun
keberadaannya bisa dijangkau dengan gawai. Selain itu,
melihat perkembangan gawai yang terus meningkat dengan
diksi konten creator, mereka membuktikan sendiri dengan
mengeksplor gawai yang dimiliki. YouTube, menjadi jujukan
dalam penggunaan gawai untuk melihat konten-konten yang
tersedia. Merespon hal tersebut, mereka mulai berantusias
dalam menggunakan gawai dengan tujuan untuk melihat

21
konten-konten yang diperlukan. Problematika masyarakat aktif
di desa terbatas pada dinamika mata pencaharian, yakni
pertanian. Mereka menyadari betapa tidak terbatasnya
informasi yang banyak disajikan dalam teknologi. Semua
sudah terkemas rapi dalam kemasan Google dan YouTube
yang super lengkap. Apapun yang dicari akan terjawab dengan
hanya meng-klik fitur-fitur yang telah sajikan. Setelah melihat –
yang saat ini kita sebut referensi– dari sumber tersebut, mereka
menerapkan dalam aktivitas keseharian. Salah satu bukti
konkretnya adalah bapak-bapak petani yang menerapkan
tutorial dalam pemberantasan hama dan ibu-ibu yang
menerapkan resep-resep memasak.
Berdasarkan fenomena tersebut, kita bisa melihat respon
positif masyarakat aktif terhadap melejitnya eksistensi
tekologi, lebih khusus gawai. Jika hal tersebut tidak dibarengi
dengan literasi yang memadai, akan mengakibatkan berbagai
dampak yang bersifat negatif. Mereka yang menggunakan
gawai secara aktif akan berpotensi mengikuti semua yang telah
ditonton atau diserap secara sekilas. Bahkan berita-berita yang
disajikan –yang saat ini marak dengan berita bohong– era ini
sangat memperngaruhi pola pikir pada masyarakat aktif. Suatu
hal positif jika masyarakat aktif mampu memilah asupan yang
memberikan banyak manfaat. Namun, akan menjadi pekerjaan
lembur jika kita sebagai pegiat literasi membiarkan masyarakat
aktif mengonsumsi berita bohong yang kemudian berdampak
pada pola pikir mereka dengan durasi berkepanjangan.

Kader Kolaboratif
Pegiat keilmuan yang menjadi label pada milenial –yang
dimaksud milenial adalah kader-kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah– era ini menjadi pekerjaan yang akan terus
dikerjakan hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan.
Beralihnya era dan bergantinya zaman akan selalu memberikan
pekerjaan yang berbeda. Untuk itulah, literasi menjadi senjata
utama dalam berbagai bidang. Tidak hanya terjebak dengan
literasi membaca, literasi numerik juga menjadi salah satu hal
yang juga perlu diperhitungkan. Membaca wacana-wacana

22
kedepan menjadi satu hal yang perlu kembali dipikirkan.
Bukan hanya berbatas pada pemikiran, melainkan sudah
menjadi keharusan untuk dinyataka dengan aksi sebagai buah
dari pemikiran.
Penawaran kolaborasi akan selalu menjadi transaksi
verbal yang menarik. Bekerja sama mampu memberikan
banyak efek yang menguntungkan bagi pihak yang berkaitan.
Mereka akan saling bekerja untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang dipersoalkan. Kolaborasi yang dimaksudkan di
sini adalah peran kader yang menempatkan diri di pihak
masyarakat aktif. Kerja sama yang sehat antara keduanya akan
memberikan dampak yang menyumbang perubahan ke arah
yang lebih visioner. Bentuk kolaboratif yang dimaksudkan di
sini mengacu pada eksistensi teknologi yang sedang dinikmati
oleh masyarakat aktif. Berbagai bentuk aktivitas masyarakat –
khususnya masyarakat aktif di desa– yang berkenaan dengan
teknologi perlulah mendapat pengawalan khusus dari kader.
Bentuk pengawalannya bisa berupa sosialisasi secara langsung
maupun tidak langsung. Memberikan pengetahuan saja
rasanya tidak cukup untuk mengawal masyarakat. Terdapat
opsi lain, yakni mengikuti alur kemauan masyarakat. Jika pada
sebelumnya telah dijelaskan fenomena masyarakat yang
menyadari peran teknologi dalam bentuk konten, maka
perlulah kader mengikuti alur tersebut secara aktif, kreatif, dan
produktif.
Kolaborasi dalam bentuk pendampingan inilah yang
perlu dikonsep ulang oleh para kader untuk mengawal
masyarakat dalam berpartisipasi aktif dan menyaksikan
perkembangan era super canggih seperti saat ini. Sebagai
contoh, beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan kabar
tv analog yang akan segera beralih ke tv digital. Iklan
bertebaran di mana-mana tetapi tanpa penjelasan gamblang
mengenai sebab dan akibatnya. Ketidaktahuan mereka akan
menjadi masalah yang harus segera dipecahkan. Di sinilah
peran kader dalam merespon berbagai masalah. Pembaruan
akan menjadi masalah jika tidak diberi penjelasan yang sejelas-

23
jelasnya. Langkah utama yang bisa dilakukan ialah dengan
meriset mengenai sebab akibat adanya pembaruan atau
perkembangan dari berbagai aspek. Riset sedalam-dalamnya
melalui jalan literasi dari berbagai sumber sebagai bahan
penjelasan kepada pihak-pihak yang perlu mendapatkan
penjelasan. Setelah itu, pentingnya edukasi terhadap
masyarakat menjadi fokus peran para kader. Entah dengan
terjun langsung untuk bersosialisasi atau memproduksi konten
kreatif sebagai respon digital.
Dengan kolaborasi ini akan memberikan sedikit
sumbangsih untuk pihak-pihak yang rentan mendapat
dampak, baik itu positif maupun negatif. Peran teknologi yang
saat ini menyerang anak- anak juga menjadi perhatian khusus
layaknya teknologi yang juga dikonsumsi oleh masyarakat.
Fenomena anak-anak yang aktif bermain gawai juga menjadi
salah satu faktornya. Sebagai pihak yang melek akan teknologi,
sudah sepantasnya para kader mengambil peran dengan
sebagai mana mestinya. Tidak hanya kader yang menjadi
kontrol sosial, melainkan literasi juga turut berperan.
Singkatnya,masyarakat aktif menjadi subjek dalam riset
kader kolaboratif di era digital saat ini. Berbagai fenomena
bermunculan di lingkungan masyarakat, mulai dari persoalan
yang sederhana hingga persoalan yang lebih kompleks. Sudah
saatnya kader mengambil peran dengan lebih signifikan untuk
mengawal masyarakat aktif dalam menikmati kebagusan
teknologi yang saat ini memberikan dampak positif dan negatif.
Menikmati dampak positif dan menepis dampak negatif akan
menjadi topik kerja sama yang menarik bagi para kader sebagai
milenial dan masyarakat. Dengan adanya kolaborasi ini,
diharapkan mampu meminimalisir persoalan yang ada serta
mengoptimalkan keharmonisan dalam kehidupan.

24
Gerakan IMM dalam Menghadapi
Fenomena Mandi Lumpur sebagai
Gambaran Dehumanisasi Sosial
Masyarakat Digital
Fira Surmawati Moh. Saleh
Anggota Bidang RPK Komisariat Blue Savant 2022-2023

Pengantar Tulisan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sudah
mencapai usia yang tidak lagi belia, IMM sudah memasuki usia
yang relatif matang dalam menghadapi berbagai tantangan.
Baik itu tantangan skala lokal maupun skala nasional bahkan
internasional. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang saat ini
sudah menginjak usia ke 59 sudah seyogyanya mampu menjadi
role model gerakan kemajuan. Maka hal ini adalah suatu
tantangan untuk mengawal gerakan-gerakan yang mampu
menyelesaikan problem kemasyarakatan.
Gerakan IMM yang kita kenal dengan trilogi, yaitu
keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan saya rasa
perlu kita refleksikan bersama. Apakah gerakan yang
senantiasa digaungkan disetiap kaderisasi di tingkat dasar
(DAD) maupun dalam ruang-ruang diskusi lainnya, apakah
gerakan IMM sudah benar-benar mengakar kepada setiap kader
IMM? Saya rasa membahas gerakan IMM pada saat ini sangat
menarik dan menjadi hal yang urgent segera diselesaikan.
Dalam tulisan ini akan membahas bagaimana efektifitas
gerakan IMM dalam tantangan masyarakat modern, yaitu
fenomena “Mandi Lumpur” atau bisa dikatakan pengemis
online. Apakah IMM mampu memberikan sumbangsih ide dan
gerakannya dalam menghadapi tantagan ini? Tentunya
seorang kader IMM tidak bisa hanya menonton problematika
yang terjadi pada masyarakat.

Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)


Menurut KBBI, gerakan adalah pergerakan, usaha atau
kegiatan dalam lapangan sosiaL, politik dan sabagainya.

25
Sedangkan menurut etimologi gerakan adalah aktivitas sosial
berupa Gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan
kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar
atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu
sosial, budaya, atau politik dengan melaksanakan, menolak,
atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial
Sejarah lahirnya Gerakan tidak lepas dari fungsi agama.
Ia muncul bersama peradapan manusia sejak zaman Nabi-nabi
dan nenek moyang yang terjadi kerjasama antar manusia
dalam menjamin kelangsungan hidupnya. Sejumlah ahli
sosiologi menekankan pada segi kolektif dan gerakan sosial ini,
sedangkan diantara mereka ada pula yang menambahkan segi
kesengajaan, organisasi dan kesinambungan (Sunarto, 2004).
Bruce J Cohen mengatakan ciri-ciri dan gerakan sosial
lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat.
Dengan kata lain gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap
sesuatu yang tidak diinginkannya atau menginginkan
perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil.
Konsepsi dan ciri-ciri gerakan seperti yang disampaikan
oleh para tokoh tersebut saya rasa sedikit banyak menjadikan
sebagai landasan kader IMM dalam melakukan gerakan-
gerakan yang kolektif dan sosial. Berbicara mengenai gerakan
yang ada di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, tak terlepas
dari dua hal yakni sebagai gerakan perkaderan dan juga
gerakan sosial.

Fenomena Mandi Lumpur Menjadi Salah Satu


Problematik Masyarakat
Belakangan ini sedang tren menyiarkan secara
langsung atau live aksi mandi di kubangan lumpur melalui
platform TikTok. Ironisnya tak jarang aksi tersebut juga
dilakukan oleh orang lanjut usia. Dari aksi itu mereka akan
memperoleh gift dari penonton yang bisa ditukarkan dengan
uang. Menurut Angga Prawadika Aji dosen Komunikasi
Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga
(UNAIR), mengatakan bahwa saat ini media sosial menjadi

26
tempat untuk mendapatkan dua hal, yakni kepopuleran dan
uang. Apalagi saat ini penyedia konten di media sosial tengah
berlomba untuk menyajikan sesuatu yang dapat menarik
perhatian masyarakat.
“Orang-orang ini berupaya untuk menarik perhatian
dengan berbagai macam strategi, salah satunya live Mandi
Lumpur di Tiktok itu,” katanya, seperti dikutip dari laman resmi
Unair, Selasa, 10 Januari 2023. Angga menjelaskan bahwa
praktik seperti ini sudah lama terjadi. Berawal dari televisi
kemudian bergeser kemedia sosial. “Tayangan dehumanisasi
ini sudah sering kali muncul dan penontonnya banyak.
Dimulai dari konten yang ada di televisi kemudian dibawa ke
platform lain seperti TikTok” ujarnya. Tujuannya tentu untuk
mendapat popularitas dan bersaing dengan penghasil konten
lain. Dengan meraih popularitas dapat menghasilkan uang.
“Mau tak mau praktik dehumanisasi semacam ini diakui bisa
menarik perhatian orang banyak,” katanya. Aksi untuk
menarik perhatian masyarakat ini menjadikan konten kreator di
media sosial sering melupakan nilai moral dan etika yang
sejatinya harus dijunjung.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi
otonom muhammadiyah yang sejak kelahirannya memiliki
semangat perubahan dan keberpihakan terhadap kaum
terpinggirkan, kaum lemah yang membutuhkan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah. Maka dengan memasuki
fenomena pengemis online ini atau dikenal dengan fenomena
Mandi Lumpur, IMM harus bersiap dalam menghadapi
persoalan tersebut. Terkait fenomena akhir-akhir ini di media
sosial TikTok, dimana banyak sekali orang Mandi Lumpur dan
ditayangkan langsung untuk ditonton orang banyak,
bagaimana islam memandangnya.

27
Artinya: “Kebaikan (harta) yang ada padaku tidak ada yang
aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari
meminta-minta, Allah akan memelihara dan menjaganya. Siapa yang
menyabarkan dirinya dari meminta-minta, Allah akan
menjadikannya sabar. Siapa yang merasa cukup dengan Allah dari
meminta kepada selain-Nya, Allah akan memberikan kecukupan
kepadanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik
dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. al-Bukhari).
Dari hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada
kita semua agar tidak meminta-minta, (mengemis). Allah akan
menjaga dan memelihara orang yang menahan dirinya dari
meminta- minta (mengemis).
Syamsuddin az-Zahabiy (1416 H) menjelaskan bahwa
sebagian orang sangat ringan untuk meminta kepada orang
lain, tanpa adanya kebutuhan yang mendesak, dan sering
mengatakan: diberi ya syukur, tidak diberi ya tidak mengapa.
Padahal meminta-minta di samping berdosa, juga menurunkan
martabat dan muru’ah.
Dalam suatu hadis diungkapkan bahwa orang yang suka
meminta-minta, di akhirat nanti daging di wajahnya akan
rontok, sehingga tinggal kulit dan tulang: “Diriwayatkan dari
Abdullah bin Umar ra, ia berkata: Nabi saw bersabda: Sebagian orang
selalu meminta-minta hingga ketika sampai di hari kiamat, tidak ada
sedikit pun daging di wajahnya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim].
Apalagi melihat fenomena mandi lumpur yang sedang viral
akhir-akhir ini adalah sebuah kegiatan “mengemis” di media
sosial.

Dehumanisasi Sebagai Salah Satu Lawan Ikatan Mahasiswa


Muhammadiyah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
Dehumanisasi adalah penghilangan harkat manusia, perbuatan
memperlakukan seseorang sebagai bukan manusia karena
merasa takut atau untuk menghilangkan rasa bersalah akibat
perilaku agresif.
Pada hakikatnya setiap manusia adalah makhluk yang
memiliki kebebasan dan derajat yang sama satu antara satu

28
dengan yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Namun
terjadinya dehumanisasi membuat orang lain merasa bahwa
dirinya memiliki hak dan derajat lebih tinggi dari orang lain,
kemudian berujung melakukan diskriminasi. Keyakinan, ras,
profesi, bisa jadi "lahan empuk" munculnya dehumanisasi. Hal
tersebut tentu saja tidak dibenarkan karena diskriminasi dapat
berlanjut dan mengakibatkan terjadinya penindasan.
Dehumanisasi bukan hanya dalam bentuk diskriminasi
terhadap orang lain, tetapi juga bisa terjadi ketika seseorang
mulai tidak bisa menghargai diri sendiri. Orang-orang yang
mengalaminya biasanya akan terjebak dengan berbagai hal
yang merugikan diri sendiri.
Fenomena pengemis online menjadi gambaran
dehumanisasi sosial sebagai implikasi dari adanya paradoks
digital. Namun, sebagaimana sebuah paradoksal, peluang ini
dibaca berbeda oleh sebagian orang. Fenomena pengemis
online hanya satu dari sekian banyak paradoks pada
perkembangan masyarakat digital, sehingga memastikan arah
transformasi ini berjalan sesuai koridor bukanlah sesuatu yang
mudah. Maka bukan hal yang omong kosong ketika Anthony
Giddens (2005) mengatakan transformasi digital sebagai mesin
raksasa yang akan merusak berbagai sendi kehidupan
manusia.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi
otonom muhammadiyah yang sejak kelahirannya memiliki
semangat perubahan dan keberpihakan terhadap kaum
terpinggirkan, kaum lemah yang membutuhkan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah. Maka dengan memasuki era
dehumanisasi, IMM harus bersiap dalam menghadapi
persoalan tersebut.
Orang-orang Islam, tentu sudah akrab dengan istilah-
istilah seperti amar ma’ruf, nahi munkar, dan iman kepada
Allah. Banyak ulama yang menggaungkan ketiga hal ini untuk
diamalkan muslim. Ketiga hal ini biasanya diartikan dalam
dimensi spiritual atau yang berkaitan dengan ibadah, seperti
amar ma’ruf yang dicontohkan dengan memerintah orang

29
untuk mendirikan sholat. Namun bagi Kuntowijoyo, ketiganya
juga bisa memiliki dimensi sosial. Dimana hal-hal normatif
dalam Islam yang diperintahkan Al-Qur’an ini, bisa
diempiriskan ke dalam aksi sosial yang bisa membawa kepada
visi Islam, rahmatan lil ‘alamin. Kemudian membuatnya
merumuskan ilmu sosial profetik. Ilmu sosial profetik sendiri
merupakan gagasan Kuntowijoyo, yang diartikan sebagai ilmu
sosial yang menjadikan nilai-nilai normatif Islam sebagai
landasan keilmuanya, sehingga dapat diaktualisasikan dan
menjadi petunjuk perilaku dan aksi sosial (Leprianida, 2009).
Ilmu Sosial Profetik terdiri dari tiga pilar utama, yaitu
humanisasi, liberasi, dan transendensi. Dalam dehumanisasi ini
masuk ke dalam pilar utama yang pertama, yakni humanisasi.
Humanisasi di sini yaitu suatu usaha untuk mengangkat
kembali martabat manusia akibat dehumanisasi (objektivikasi
teknologis, ekonomis, sosial, budaya, atau negara), agresivitas
(agresivitas kolektif, dan kriminalitas), dan loneliness
(privatisasi, individuasi) (Kuntowijoyo, 1997).
Hal-hal itu bisa membawa manusia yang tadinya
diciptakan dengan sebaik-baik ciptaan pada apa yang disebut
dalam Al-Qur’an “asfal as-safilin” (jatuh ke tempat paling
rendah) (QS. At-Tin ayat 4-5). Bentuk humanisasi yang
diisyaratkan pada ayat selanjutnya adalah iman dan amal saleh
dalam arti luas. Contoh kongkrit dari humanisasi ini yaitu
bagaimana umat Islam yang dipimpin Nabi Muhammad SAW.
pada waktu itu, mengangkat derajat perempuan yang tadinya
hanya dianggap sebagai objek dan tidak berharga dalam
budaya Arab. Praktik humanisasi itu didasari bahwa baik laki-
laki maupun perempuan sama dihadapan Allah (Kodrat
Permana A, 2021).

Simpulan Tulisan
Dalam persoalan yang dinamis dan juga kompleks,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada saat ini harus mampu
mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera tanpa ada
dehumanisasi dengan menghilangkan fenomena Mandi
Lumpur sebagai kegiatan pengemis online. Dengan

30
melaksanakan Gerakan humanitas maka IMM dapat
menyelesaikan problematic pada masyarakat digital.
Tulisan ini masih banyak kekurangan dan perlu
mendapatkan tambahan gagasan terbaru yang lebih sesuai dan
efektif dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Maka besar
harapan saya, tulisan ini sedikit banyak memberikan manfaat
kepada masyarakat dan terkhusus kepada kader IMM itu
sendiri.

31
Gerakan IMM Merabuk Empati
Masyarakat dalam Krisis Sosial
Tanida Mey Tantika
Anggota RPK IMM Blue Savant

Pengantar Tulisan
Tantangan akan selalu hadir selama kehidupan terus
berlantas. Tantangan dari hal yang sederhana hingga rumit.
Tantangan yang ada berasal dari sebab akibat suatu hal.
Menimbulkan banyak penyimpangan yang seharusnya tidak
terjadi.
Penyimpangan terus semarak sudah sepantasnya
dihentikan dengan memperbaiki diri sendiri sebelum
melangkah pada lingkungan sosial. Pintar-pintar memilih role
model untuk gerakan berkemajuan. Maka, hal ini adalah suatu
tantangan untuk mengawal gerakan-gerakan yang mampu
menyelesaikan problem kemasyarakatan dan keindonesiaan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi suatu hal yang
menarik perhatian untuk dijadikan acuan perubahan sosial
yang lebih baik. Dengan trilogi yang dimiliki, yaitu keagamaan,
kemahasiswaan, dan kemasyarkatan mampu menjadi akar dari
permasalahan yang ada. Kaderiasi sudah banyak dilakukan
untuk mewujudkan tujuan IMM itu sendiri. Menanamkan
nilai-nilai yang sudah sepantasnya melekat pada setiap kader
IMM. Rasa empati yang dimiliki setiap kader akan
memengaruhi bagaimana hubungan yang terjadi dalam
lingkup gerakan IMM dan yang dihasilkan organisasi tersebut.
Dalam tulisan ini akan membahas bagaimana peranan gerakan
IMM dalam tantangan Krisis Empati.

Gerakan IMM dan Tujuannya


Secara etimologi gerakan merupakan aktivitas sosial
berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan
kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar
atau individu yang secara spesifik berfokus pada isu-isu sosial,
budaya, atau politik dengan melaksankan, menolak, atau

32
mengampanyekan sebuah aksi.
Semetara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
gerakan merupakan pergerakan, usaha, atau kegiatan dalam
lapangan sosial, politik, dan sebagainya. Jadi, bisa disimpulkan
bahwa gerakan merupakan usaha untuk mencapai tujuan yang
baik.
Dalam tatanan sosial, juga terdapat gerakan sosial.
Menurut Cohen gerakan sosial merupakan gerakan yang
dilakukan oleh seumlah orang yang sifatnya terorganisir degan
tujuan untuk mengubah dan mempertahankan sesuatu unsur
tertentu dalam masyarakat luas. Poin kemasyarakatan ini
menjadi salah satu hal yang berhubungan degan trilogi Ikatan
Mahasiswa Muhammadiah.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan
salah satu organisasi ortonom Muhammadiyah yang bergerak
di bidang kemahasiswaan. Ortom bertujuan untuk membina
warga Muhammadiyah dan kelompok masyarakat tertentu
sesuai bidang kegiatan yang diadakan, dalam rangka
mewujudkan maksud dan tujuan muhammadiyah. Mahasiswa
patut medobrak keadaan untuk menjadikannya selaras
dengan norma yang berlaku. Bukan megandalkan orang-
orang terdahulu, bahkan meyalahkan atas adanya
penyimpangan sosial. Kita sebagai generasi penerus bukan
malah meyalahkan keadaan, tetapi memperbaiki keadaan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
menancapkan akarnya yang kuat, berkomitmen penuh untuk
menjadi solusi di tengah persoalan manusia dan bangsa bahkan
di era globalisasi. Tumbuh dan berkembang seiring degan
perjalanan sejarah itu sediri yang menjadi hal yang sangat
krusial untuk terus dijalankan.
Memasuki usia ke-59 tahun, usia yang cukup matang
untuk terus mengarahkan IMM dalam memainkan peranan
penting dalam merawat, membangun, dan memperjuangkan
masa depan bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita
kemerdekaan. Sebagaimana yang tertuang dalam nilai- nilai
pancasila dan amanat UUD 1945, yakni Indonesia ikut serta

33
dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, selaras
dengan cita- cita persyarikatan Muhammadiyah abad ke-2,
yaitu Indonesia berkemajuan dan mencerahkan semesta.
IMM sebagai bagian dari entitas mahasiswa yang ada
tentunya harus hadir terdepan sebagai solusi dalam
mengembalikan gerakan mahasiswa pada posisi yang
seharusnya. sebagai kelompok middle class yang punya
tanggung jawab moral dan tanggung jawab sosial untuk
memperjuangkan apa yang menjadi kepentingan masyarakat.

Krisis Sosial
Krisis sosial adalah sebuah keadaan tidak kondusif
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, di mana banyak
kejadian yang membuat kondisi lingkungan menjadi
memburuk dan tidak nyaman serta aman. Krisis sosial
merupakan sebuah gejala yang terjadi di dalam masyarakat, di
mana semua kalangan ataupun elemen di dalamnya mungkin
saja terlibat dan berperan dalam kejadian atau berlangsungnya
krisis tersebut. Ada banyak hal yang mempengaruhi dan
menjadi penyebab terjadinya krisis sosial di tengah-tengah
masyarakat, hal ini tentu saja tidak terjadi dalam waktu satu
malam saja, tetapi telah tumbuh dan berkembang dalam masa
yang cukup lama. Baberapa di antaranya seperti poin di bawah
ini:

1. Minimnya rasa peduli terhadap lingkungan dan orang-


orang sekitar, hal ini banyak sekali terjadi pada masyarakat
yang tinggal di perkotaan.
2. Tidak ada interaksi dengan komunitas atau orang-orang
yang bergerak di bidang sosial, sehingga minim sekali
informasi mengenai hal ini.
3. Tidak mendapatkan bimbingan yang cukup dari orangtua
atau keluarga mengenai pentingnya menjaga kondisi
kehidupan sosial di rumah ataupun lingkungan pergaulan
sehari-hari.

34
Trilogi IMM sebagai Penanggulangan
Rumusan ideologi IMM yang tertuang di dalam NDI
tersebut tentunya secara konsep sudah dikatakan sempurna, jika
seorang kader mampi meyemaikan dalam mejalankan tugas dan
tanggungjawab kemahasiswaannya akan menjadi jalan yang
tepat untuk membuat suatu gerakan positif untuk mencapai
tujuan.
Pertama, gerakan keagamaan yang nilainya adalah
kualifikasi spiritual sebagai organisasi otonim muhammadiyah
tentu memiliki landasan gerak yang sama degan
Muhammadiyah, yaitu islam. Sehingga kepribadiam IMM
adalah kepribadian yang dicontohkan lewat moralitas.
Kedua, gerakan kemasyrakatan adalah manifestasi
aktivitas kemanusiaan atau humanitas, artinya kader yang
mampu untuk bersosialisasi di tengah kehidupan masyarakat
dan senantiasa terlibat dalam agenda-agenda sosial
kemanusiaan degan cara yang penuh kebijaksanaan.
Ketiga, gerakan kemahasiswaan di mana variabelnya
adalah kualitas intelektual. IMM harus mampu menjaga napas
intelektualisme dan pegembangan wacana, dan itulah yang
menjadi teks dalam tujuan IMM, yaitu megusahakan akademisi
islam yang berakhlak mulia.
Ketiga konsep tersebut apabila diterapkan degan baik,
akan muncul pada kesadaran diri setiap kader. Kesadaran
tersebut nantinya akan memunculkan empati sesama makhluk
sosial. Empati merupakan kemampuan untuk memahami apa
yang dirasakan orang lain, melihat sesuatu daru sudut pandang
orang lain, dan juga membayangkan diri sendiri berada di posisi
orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam
membangun dan menjaga hubungan antara sesa manusia. Porsi
empati yang pas pada setiap kader akan mendorong untuk
melakukan hal-hal yang baik pula.

Simpulan Tulisan
Artinya dalam pengejewantahan konsepsi IMM tidak
cukup mencipta kader yang mumpuni secara intelektual dan
punya nilai spiritual yang mengakar akan tetapi konsekwensi

35
dari kecerdasan dan keimanan tersebut adalah hadirnya kader
IMM dalam menjawab berbagai pesoalan sosial kemanusiaan,
dinamika kebangassan dan realitas keummatan
Trilogi IMM menjadi segala bentuk gerakan humanitas. Nilai
Humanisme yang diterapkan juga harus diimbangi dengan
pengembangan intelektual kader. Sehingga akan tercipta
keseimbangan antara potensi kader dengan kemampuan
intelektualnya. Selain itu, apabila keduanya tampak seimbang
maka emosi diri kader akan terkontrol dengan baik. Emosi yang
terkontrol dengan baik itulah dapat membentuk empati yang
akan memacu kader IMM untuk melakukan kegiatan yang baik
pula.

36
Hidup Bermasyarakat dengan Gelar
Alumni IMM, Harus Bagaimanakah?
Sindi Novelia
PK IMM Blue Savant

IMM merupakan organisasi ortom kampus


Muhammadiyah. IMM kepanjangan dari Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah mewadahi kader-kader yang siap menjadi
generasi bangsa dengan tri kompetensi dasar IMM yakni
religiusitas, intelektualitas, dan humanitas.
IMM sudah memasuki tahun ke 59 hingga 2023 ini, tentu
bukan waktu yang singkat. Tak heran jika kader-kader IMM
yang telah lulus berorganisasi membentuk sebuah forum
alumni. Alumni yang hidup bermasyarakat membawa nama
Muhammadiyah dan hidup bermasyarakat dengan baik.
Selama berorganisasi di IMM para kader menempuh berbagai
materi tentang kemuhammadiyahan agar nantinya dapat paham
dengan baik apa maknanya. Mulai dari terapi visi, dharul arqom
dasar, dan rencana tindak lanjut. Semata-mata itu dilakukan
agar menjadi kader yang reformis.
Berbicara mengenai kader yang reformis adalah kader
yang bermanfaat bagi umat. Artinya seorang kader dapat
menjadi orang yang bermanfaat baik itu selama di perkuliahan
maupun di masyarakat.
Ketika sudah terjun di masyarakat pastilah kita menghadapi
dunia baru yang itu beda seperti kita sekolah maupun kuliah,
lalu bagaimanakah kita dapat bermasyarakat dengan baik?
Dengan cara salah satunya mengaplikasikan ilmu yang didapat
selama menjadi kader atau badan pengurus harian IMM.

Era Digital
Dalam era yang serba canggih ini alumni IMM diwajibkan
untuk melek teknologi. Pasalnya banyak sekali manfaat positif
dengan zaman yang serba canggih ini. Juga dengan dampak
negative nya yang banyak. Mahasiswa dituntut memahami lebih
dalam sehingga tidak tergerus oleh zaman. Mahasiswa yang

37
melek teknologi di era digital adalah generasi yang baik sehingga
dapat maju.

Toleransi Bermasyarakat Di Era Digital


Bijak dalam berkomunikasi dalam digital maupun
langsung, seorang alumni IMM haruslah menjunjung tinggi nilai
toleransi. Toleran artinya menerima dan menghormati.
Kehidupan bermasyarakat nantinya pastilah menemui sesuatu
yang berbeda. Hal ini sudah terlatih sejak dahulu di organisasi
IMM maka selama nanti bermasyarakat pastilah menemui
keberbedaan itu lagi. Sebagai seorang muslim yang baik tentu
kita dapat menghormati sesama dan saling hidup
bermasyarakat yang rukun dan sejahtera.

Penutup
Generasi milenial yang di dominasi oleh mahasiswa ini
harus bisa bertindak sebagai agent of change dan memutus
lingkaran setan tersebut. Mahasiswa dalam struktur masyarakat
harus dapat memegang peran tersendiri serta mempunyai arti
penting bagi perjalanan bangsa. Ada dua kedudukan mahasiswa
bagi struktur masyarakat yakni, 1) Bagian dari generasi muda
yang merupakan pelanjut dan pengisis dari pembangunan
bangsa; 2) Bagian dari kaum intelektual.
Oleh karena itu, mahasiswa dalam perjalannanya di mana
saja adalah merupakan salah satu sumber kepemimpinan
bangsa, sebagai salah satu kekuatan moral bangsa memiliki
jumlah yang besar dari bagian intelektual bangsa maupun
memengaruhi perubahan sosial serta kekuatan kolektif dan
pencetus kesadaran masyarakat

38
IMM dan Problematika Masyarakat
(Presfektif Pendidikan)
Andi Nurul Aisyah AM
IMM Blue Savant
Pendidikan sebagaimana mestinya harus didapatkan oleh
setiap anak karena pendidikan merupakan tempat ataupun
wadah untuk membentuk citra baik dalam diri manusia agar
mampu berkembang seluruh potensi yang ada di dalam dirinya.
Sebagaimana UUD No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang juga telah menjelaskan bahwa pendidikan adalah
wadah untuk mengembangkan seluruh potensi diri yang ada
pada diri manusia. Secara umum pendidikan tidak terbatas pada
materi pelajaran tertentu saja melainkan mencapai segala aspek
yang berkaitan dengan potensi diri manusia dalam hal
pengembangan. Tatkala peserta didik telah belajar, maka secara
tidak sengaja akan membentuk pola pikir, yang pada akhirnya
akan membentuk kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
Pada dasarnya pendidikan memberikan kepada peserta didik
agar dapat mengetahui hal baru.
Pendidikan adalah sesuatu yang tidak terbatas
sebagaimana pada dasarnya pendidikan sangatlah dibutuhkan
oleh segenap manusia, karena tanpa pendidikan dampak buruk
pada manusia itu akan terjadi. Pendidikan akan menciptakan
manusia yang baik dar masa ke masa dengan kemampuan
mereka masing-masing yang turut berkembang selama mereka
belajar suatu hal. Dengan landasan pemikiran tersebut,
pendidikan disusun sebagai usaha sadar untuk memungkinkan
bangsa Indonsesia mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan mengembangkan dirinya dari satu generasi ke generasi
berikutnya, di mana pendidikan sebagai alat dan tujuan yang
amat penting dalam memperjuangkan cita-cita bangsa
Indonesia.
Terlepas dari pentingnya pendidikan bagi anak bangsa,
pendidikan di Indonesia juga menuai banyak persoalan.
Berbagai problematika muncul tidak hanya dalam
permasalahan konsep pendidkan, peraturan, dan anggaran saja,

39
namun persoalan pelaksanaan pendidikan dari berbagai sistem
di Indonesia juga turut serta menambah kompleksnya
problematika pendidikan di Indonsesia. Problematika
pendidikan di Indonesia sangatlah banyak diantaranya,
rendahnya layanan pendidikan di Indonesia, rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia, serta rendahnya kemampuan literasi
anak- anak di Indonesia.
Pendidikan di Indonesia bahkan terkesan buruk, mutu
pendidikan di plosok desa tidak sebanding dengan mutu
pendidikan di kota. Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya sarana
prasarana yang kurang memadai, fasilitas pendidikan yang
belum merata, kesenjangan pendidikan, rendahnya kualitas
tenaga pengajar, dan mahalnya biaya pendidikan. Penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada hakikatnya
adalah akumulasi dari pebyebab rendahnya mutu pendidikan di
sekolah. Banyak hal yang menyebabkann rendahnya mutu
pendidikan seperti rendahnya sarana kualitas fisik, rendahnya
kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, kurangnya
pemerataan kesempatan pendidikan, dan rendahnya relevansi
pendidikan dengan kebutuhan.
Problematika pendidikan di Indonesia memang terbilang
cukup kompleks. Dimana permasalahan yang muncul cukup
menggangu dalam rangka memaksimalkan di dunia pendidikan.
Namun, seiring dengan era globalisasi, pemerataan dan
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dituntut untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusianya dalam
menghadapi persaingan global. Dunia pendidikan harus peka
dan tanggap dalam mempersiapkan sistem pendidikan sesuai
dengan konteks dan tuntutan zaman. Hal ini dikarenakan
pendidikan sebagai bentuk investasi dalam mempersiapkan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang berkualitas.
Pendidikan di Indonesia masih menjadi salah satu sektor dalam
negri yang membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut
dikarenakan masih banyak masalah-masalah yng cukup
signifikan yang belum bisa teratasi. Memang tak bisa dipungkiri,

40
mengatasi masalah yang mendasar bukanlah hal yang mudah,
namun dalam mengatasi problematika pendidikan di Indonesia
dapat dimulai dari segala aspek. Mulai dari aspek anggaran
infrasutruktur, manmajemen sekolah, regulasi sekolah, kualitas
guru,meningkatkan efisiensi proses belajar, menambah
penyediaan dana pendidikan, dan hingga beban administratif
guru.
Menyikapi problematika pendidikan di Indonesia,
pemerintah harus bertindak tegas dan cepat dalam mengatasi
masalah tersebut. Jika tidak generasi penerus bangsa akan sulit
bersaing dengan anak-anak mancanegara karena minimnya
ilmu dan keahlian. Dimana hal ini hanya akan mengakibatkan
meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Selain
pemerintah, mahasiswa sebagaimana juga dikenal sebagai
generasi perubahan (Agen Of Change) tidak boleh buta dan tuli
terhadap problematika pendidikan yang ada di Indonesia,
kerana dengan ulur tangan mahasiswa juga mampu
memperbaiki kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Gerakan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi
kemahasiswaan yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) sebagai eleman bangsa, merupakan gerakan
kemahasiswaan yang memiliki peran strategis dalam
mewujudkan peran bangsa yang baik. Sebagai agen of change
IMM harus didukung dengan kualifikasi kader yang kompeten
dalam melakukan perubahan dalam pendidikan. Sesuai dengan
identittasnya yaitu sebagai gerakan dakwah di kalangan
masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa, IMM memiliki
tanggung jawab untuk membentuk kader yang mampu
berdakwah amar ma’ruf nahi munkar. Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu organisasi
otonom Muhammadiyah yang bergerak dibidang dakwah amar
ma’ruf nahi munkar dengan 3 bidang kajian, yaitu: keagamaan,
kemahasiswaan dan kemasyarakatan.
Sebagaimana identitas yang melekat pada diri kader IMM,
IMM harus mampu mengulurkan tangan dalam menyikapi
permasalahan/problematika pendidikan yang ada di Indonesia.

41
IMM dengan semboyannya Fastabiqul Khairat berlomba-lomba
dalam kebaikan memberikan kontribusi dalam upaya
membangun pendidikan di Indonesia. IMM dengan bukti
nyatanya dan kontribusi yang telah diberikan, seperti
melakukan kunjungan rutin ke daerah-daerah, sebagai upaya
membantu mengajar anak-anak dalam memberikan
pemahaman literasi serta memberikan edukasi keilmuan
terhadap anak-anak di daerah terpencil.
Sebagaimana tujuan utama pendirian IMM ialah
menciptakan dan mengembangkan mutu sumber daya manusia
untuk menjadi masyarakat yang memilikki kemampuan
akademik, yang dapat mengembangkan serta menerapkan
pengetahuan yang telah dipelajarinya. hal tersebut juga terdapat
pada tujuan di dalam AD/ART organisasi, yaitu:”terbentuk
akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai
tujuan muhammadiyah”. Untuk mencapai pembentukan
akademisi islam maka dibutuhkan laboratorium untuk proses
eksperimen yaitu di forum Darul Arqom Dasar (DAD).
Persoalan pendidikan bukan hanya menjadi tugas lembaga
formal saja seperti sekolah atupun madrasah, melainkan juga
tugas bersama seluruh komponen anak bangsa, karena problem
yang mendasar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
yaitu dengan pendidikan.
Berdasarkan pada problematika pendidikan di Indonesia
yang terbilang cukup kompleks maka diperlukan sentuhan lebih
dari pemerintah maupun pihak lain (mahasiswa). Sebagaimana
mestinya IMM yang berlandaskan pada terbentuknya akademisi
islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan
muhammadiyah, sebagaimana kader IMM akan senantiasa
memberikan pembaharuan keagamaan menyangkut
pemahaman pemikiran dan realisasinya dalam kehidupan dan
pendidikan.
Tidak dapat dihindari, problematika pendidikan saat ini
terus menerus bergejolak di dunia. Yang menjadi sorotan saat ini
adalah akses pendidikan baik dari fasilitas ataupun SDM tenaga
pendidikan adalah yang penting segera dientaskan. Berada

42
ditengah pergejolakan tersebut, kader IMM memang harus hadir
dengan memberikan solusi-solusi pencerahan, sehingga
hadirnya IMM dapat memberi kesan yang indah bagi
masyarakat sekitar.

43
Meningkatkan Generasi Muda yang
Aktif dan Intelegent melalui Gerakan
IMM
Putri Rohmatul Ilmi
Anggota Bidang RPK Blue Savant

Pengantar Tulisan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau disingkat IMM
adalah salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang
berdiri pada 14 Maret 1964 di Yogyakarta. IMM menjadi
sebuah wadah bagi mahasiswa untuk membentuk akademisi
islam yang berakhlak mulia dalam mencapai tujuan
Muhammadiyah. Para mahasiswa yang tergabung dalam
organisasi IMM yang biasa disebut dengan kader harus
memiliki potensi yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap
kader Muhammadiyah. IMM sendiri adalah sebuah gerakan
mahasiswa islam di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan
kemahasiswaan.
Salah satu gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
adalah dibidang kemasyarakatan dimana gerakan IMM
berhubungan langsung dengan masyarakat dan diharapkan
dapat membantu mengatasi masalah atau problematika dalam
masyarakat. Salah satu permasalahan yang ada di masyarakat
adalah tentang pendidikan generasi muda sebagai penerus
masa depan bangsa.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana
gerakan IMM dapat meningkatkan generasi muda yang aktif
dan intelegent di perkembangan digital saat ini. Sebagai
mahasiswa yang kreatif dan inovatif, apakah gerakan IMM
dapat menjadikan pendidikan di masyarakat menjadi lebih baik
?.
Istilah gerakan tidak dapat terlepas dari kata "Gerak"
yang memiliki beberapa arti yaitu tindakan atau agitasi
terencana yg dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat
disertai program terencana dan ditujukan pada suatu
perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk

44
melestarikan pola-pola dan lembaga-lembaga masyarakat yang
ada. Gerakan merupakan aspek dinamis dari kehidupan
politik, karena itu gerakan sering terjadi di dalam bentuk
masyarakat apapun, utamanya masyarakat sedang mengalami
perubahan sosial- ekonomi, budaya dan politik. Secara
etimologi gerakan adalah aktivitas sosial berupa gerakan
sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok
informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau
individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu
sosial, budaya, atau politik dengan melaksanakan, menolak,
atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Dalam
sosiologi, Gerakan tersebut di atas diklarifikasikan sebagai
suatu bentuk perilaku kolektif tertentu yang diberi nama
gerakan sosial.
Menurut Paulo Freire kesadaran manusia itu terbagi
menjadi tiga, yakni kesadaran magis, kesadaran naif dan
kesadaran kritis. Konsep kesadaran tersebut dijadikan Freire
sebagai bekal untuk melawan para kaum penindas. Pertama,
Kader Magis, kader dalam kategori ini adalah seorang kader
yang tidak sadar dan tidak mengetahui bahwa dirinya itu tidak
bisa melakukan suatu pekerjaan. Kader yang memiliki
kesadaran magis adalah kader yang tidak tahu terkait situasi
dan kondisi yang ada di dalam organisasi itu sendiri. Jadi,
ia tidak memahami mengenai organisasi tersebut, baik itu dari
segi ontologis, empistemologis maupun aksiologis. serta ia
hanya sekadar ikut-ikutan tanpa ada tujuan yang jelas. Kedua,
Kader Naif. Kader dalam kategori ini adalah seorang kader
yang sebenarnya ia itu sadar terkait keterbatasan dan
kekurangan yang ada di dalam dirinya. Namun, ia tidak
melakukan suatu usaha untuk menutupi keterbatasannya.
Kader yang memiliki kesadaran naif adalah kader yang sadar
bahwa di pimpinan organisasinya sedang tidak produktif.
Namun, ia tidak bergerak dan tidak ada inisiatif untuk menjadi
aktor penggerak dalam pimpinan organisasi tersebut. Ketiga,
Kader Kritis. Kader dalam kategori ini adalah seorang kader
yang sadar bahwa ia tidak mampu, namun ia sangat optimis

45
dan ada upaya untuk merubah ketidak mampuannya. Kader
yang memiliki kesadaran kritis adalah kader yang sadar bahwa
di pimpinan organisasinya sedang tidak produktif bahkan
banyak masalah. Namun, ia memiliki kesadaran untuk
bergerak menjadi aktor perubahan sekaligus penggerak dalam
menyelesaikan masalah yang ada.
Konsepsi gerakan seperti yang disampaikan oleh Paulo
Freire tersebut saya rasa sedikit banyak menjadikan sebagai
landasan kader-kader IMM dalam melakukan gerakan-gerakan
yang masif dan komprehensif.

Gerakan IMM sebagai dobrakan untuk meningkatkan


generasi muda yang aktif dan intelegent dimasyarakat.
Di era globalisasi yang semakin meluas dan berkembang
tentu saja menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi semua
manusia terutama para generasi muda penerus masa depan
Bangsa Indonesia. Menjadikan bangsa menjadi lebih baik dan
maju pastinya memerlukan penerus bangsa yang memiliki
pontensi yang baik juga. Dengan berkembangnya teknologi
saat ini menjadi dua mata pisau bagi generasi muda. Teknologi
dapat menjadi jembatan bagi generasi muda untuk lebih
mudah mencari informasi dan wawasan seluas-luasnya dari
berbagai belahan dunia, dibandingkan dengan generasi
sebelumnya yang kurang dalam teknologi di Indonesia.
Generasi millennial juga memiliki sifat yang lebih toleran
terhadap sesamanya. Hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi
yang semakin cepat, di mana anak muda zaman sekarang dapat
berinteraksi dengan manusia dari berbagai belahan dunia.
Arus globalisasi berhasil menciptakan interaksi langsung dan
tidak langsung yang lebih luas antar umat manusia, yang tidak
mengenal batas-batas antara negara satu dengan negara yang
lain. Oleh sebab itu, globalisasi membuat generasi millennial
menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan, wawasan mereka
terhadap keberagaman pun menjadi lebih luas sehingga timbul
sifat toleran yang cukup tinggi dari generasi ini.
Namun, dari kelebihan tersebut ada juga kelemahan dari
penggunaan teknologi di masa sekarang. Jika orang dapat

46
memanfaatkan teknologi dengan baik maka akan mendapatkn
manfaatnya, dan sebaliknya jika tidak bisa memanfaatkan
teknologi dengan baik maka akan menjadi sebuah kelemahan
bagi generasi muda. Kebanyakan generasi muda zaman
sekarang tidak dapat lepas dari yang namanya gadget. Gadget
membuat anak muda zaman sekarang enggan untuk
bersosialisasi dengan masyarakat secara langsung. Seperti
kalimat “teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan
yang dekat” hal tersebut sangat dapat dirasakan pada zaman
sekarang yang kurang akan keaktifan para generasi muda.
Padahal wawasa dan pengetahuan dapat didapatkan dari hal-
hal kecil disekitar kita.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi
otonom muhammadiyah yang sejak kelahirannya memiliki
semangat dalam bidang kemasyarakatan salah satunya yaitu
menjadikan generasi muda menjadi lebih baik dan maju, maka
melalui gerakan IMM diharapkan menjadi salah satu solusi
untuk menjadikan generasi milenial menjadi generasi yang
siap menghadapi luapan globalisasi dengan keaktifan dan
kecerdasan yang dimiliki. Mengetahui perkembangan
masyarakat dilingkungan sekitar serta memberikan solusi atau
taggapan yang tepat untuk permasalahan- permasalahan yang
ada. Hal tersebut bukan hanya sebagai pengenalan bagi para
kader tentang kondisi di masyarakat, namun juga dapat
membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan.
Dalam persoalan yang dinamis dan juga kompleks,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada saat ini harus mampu
mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dan generasi
muda yang berkualitas.
Tulisan ini masih banyak kekurangan dan perlu
mendapatkan tambahan gagasan terbaru yang lebih sesuai dan
efektif dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Maka besar
harapan saya, tulisan ini sedikit banyak memberikan manfaat
kepada masyarakat dan terkhusus kepada kader IMM itu
sendiri.

47
Peran Kader untuk Masyarakat
Adilla Wahyuni Salsabillah
Komisariat Blue Savant

Bagaimana Bentuk Kepribadian yang harus dimiliki seorang


Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ?
Muhammadiyah merupakan organisasi islam yang
bergerak di kalangan masyarakat, mengikuti segala syari’at atau
tuntunan Nabi Muhammad SAW. dengan berpegang teguh
kepada Al-Qur’an dan As- Sunnah sebagai pedomannya dan
memiliki tujuan yang mulia, yakni ingin menjadikan masyarakat
islam yang sebenar-benarnya dengan menjalankan segala
syari’at Allah SWT dan menjauhi segala yang diharamkan oleh
Allah SWT.
Mahasiswa merupakan seorang pembelajar yang
memiliki tingkatan tertinggi dari pada siswa dan telah belajar
pada tingkat perguruan tinggi atau universitas. Seorang
mahasiswa harus memiliki pemikiran yang luas serta kritis
dalam semua hal agar dapat menanggapi isu atau permasalahan
yang terjadi di masyarakat, karena merekalah yang nantinya
sebagai penerus bangsa dan yang bisa membawa bangsa ini
menuju kemerdekaan yang sesungguhnya.
Maka dari itu muhammadiyah memikirkan sebuah
wadah yang dapat menampung aspirasi- aspirasi atau pendapat-
pendapat mahasiswa yaitu dengan mendirikan organisasi ikatan
mahasiswa muhammadiyah atau kita sebut dengan IMM.
Pada pembahasan kali ini kita akan membedah apasih
kepribadian Muhammadiyah yang harus dimiliki para kader
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu ?
Sebelumnya kita harus mengetahui arti dari kepribadian
sendiri, kepribadian adalah akhlak atau tingkah laku seseorang
dalam menghadapi situasi-situasi dalam kehidupan. Dan
manifestasi atau penerapannya yaitu semua tingkah laku pada
setiap diri individu itu sendiri
Dalam organisasi muhammadiyah pun memiliki
kepribadiannya sendiri yang dirumuskan oleh para tokoh –

48
tokoh muhammadiyah yang memiliki tujuan agar di terapkan
dalam menjalankan organisasi kedepannya dan juga dapat di
terapkan pada diri masing – masing individu agar berubah
menjadi lebih baik.
Nah, kita sebagai kader Muhammadiyah terlebih lagi
adalah para kader kader ikatan mahasiswa muhammadiyah
haruslah sanggup untuk menerapkan kepribadian
muhammadiyah dalam diri serta untuk menjalankan organisasi
dalam persyarikatan muhammadiyah. Ada banyak poin dalam
kepribadian muhammadiyah yang dirumuskan oleh para tokoh
– tokoh muhammadiyah.
Seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus
mampu menjalankan persyarikatan dengan beramal serta
berjuang menegakkan kebaikan demi perdamaian dan
kesejahteraan masyarakat. Maksudnya sebagai kader kita bukan
hanya memikirkan nasib diri kita sendiri akan tetapi kita juga
memikirkan orang lain dengan langkah penuh keikhlasan.
Seperti petuah yang disampaikan oleh sang pendiri KH.
Ahmad Dahlan: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan
mencari hidup di Muhamamdiyah”.
Lalu perbanyaklah kawan salah satunya dengan kita
berorganisasi pun merupakan salah satu cara untuk
memperbanyak kawan untuk saling bekerja sama dan tolong
menolong serta memperkuat tali persaudaraan atau yang kita
sebut dengan Ukhuwah Islamiyah.
Seorang kader IMM yang baik kita harus mampu
berlapang dada dalam hal apapun serta luas pandangan dalam
menilai sesuatu atau harus mampu berpikir kritis dalam setiap
hal dan senantiasa menjunjung dan memegang teguh ajaran
islam.
Menjadi seorang kader yang memiliki pengetahuan
keagamaan yang tinggi serta mampu berdakwah kepada
masyarakat luas akan pentingnya agama bagi kehidupan dan
mengerti cara – cara yang benar dalam beribadah sesuai dengan
tuntutan Nabi Muhammad SAW. “Kamu (Umat Islam) adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu

49
menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imron: 110)
Menaati segala hukum, undang undang, peraturan, serta
dasar dan falsafah negara yang sah. Selain taat kepada agama,
seorang kader pun harus senantiasa menaati hukum yang di
tetapkan di negara republik Indonesia dan menaati segala
perintah pimpinan negara dengan tetap memperhatikan apakah
hukum tersebut baik untuk dijalan kan atau malah menambah
madhorot yang intinya segala perintah dari pimpinan negara ini
wajib kita jalankan selagi tidak melenceng dari ajaran islam.
Seorang kader harus mampu menjadi contoh yang baik.
Menjalankan yang Ma’ruf atau segala sesuatu yang baik dan
mencegah segala hal yang mungkar. Bukan hanya sekedar
dakwah kepada orang lain tapi kita pun harus senantiasa
mengingatkan diri untuk selalu berpegang dalam kebaikan dan
menjadi teladan bagi umat.
Kader pun harus senantiasa aktif dalam perkembangan
masyarakat, harus memiliki keinginan untuk mengetahui
perkembangan masyarakat agar kita juga mampu untuk
mengatasi segala permasalahan yang terjadi dikalagan
masyarakat kita.
Saling bekerjasama dengan golongan islam manapun
tanpa memandang perbedaan yang ada, karena pada mulanya
kita semua sama derajatnya disisi Allah SWT hanya iman dan
taqwalah yang membedakan nya sehingga kita harus saling
bekerjasama untuk menguatkan ukhuwah atau persaudaraan
serta menyiarkan dan mengamalkan agama islam.
Membantu pemerintah dalam dalam memelihara dan
membangun negara serta bekerjasama dengan golongan lain,
karena pada dasarnya negara Indonesia adalah negara yang
memiliki banyak suku dan budaya yang memiliki keragaman
yang berbeda beda. Sehingga perlu adanya golongan yang
mampu dan berkeinginan kuat dalam menyatukan serta
meniadakan perbedaan yang ada dalam hal kenegaraan untuk
mencapai masyarakat indonesia yang adil dan makmur yang
dirihoi oleh Allah SWT.

50
Seorang kader haruslah adil dan kolektif baik dalam
ucapan maupun perbuatan, baik jasmani maupun rohani, baik
bagi diri sendiri maupun orang lain.
Demikianlah beberapa paparan tentang Kepribadian
Muhammadiyah yang harus ditanamkan dalam diri kader
muhammadiyah terlebih khusus para kader – kader IMM yang
bukan hanya terjun pada ranah kemahasiswaan saja akan
tetapi juga dalam bermasyarakat. Untuk keinginan kuat dalam
melaksanakan kepribadian ini yang paling penting adalah
meningkatkan keimanan kita terhadap sang maha pencipta
yakni Allah SWT.
Semoga dengan ini kita bisa untuk bersama sama
mencapai kesuksesan baik dunia maupun akhirat. Walaupun
bukan sukses harta yang kita peroleh akan tetapi kesuksesan
akhirat lah yang akan kita tunai nanti. Aamiin.

51
Urgensi Digitalisasi Bidang Pendidikan
Pasca Covid-19
Nofia Aprilia Amanu
PK IMM Blue Savant

Hadirnya virus corona atau Covid-19 dalam kehidupan


manusia membawa dampak yang sangat besar. Adanya
pandemi Covid-19 memaksa Pemerintah dan seluruh elemen
masyarakat untuk melakukan perubahan tanpa terkecuali
bidang pendidikan. Seperti beberapa sektor penting lainnya
bidang pendidikan juga mengalami perubahan yang mana
seluruh instansi di dalamnya pun dituntut untuk mampu
menghadapi berbagai perubahan situasi dan kondisi pada saat
itu.
Perubahan tersebut di antaranya seperti penerapan
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang tentunya memberikan
tantangan tersendiri salah satunya ialah digitalisasi. Sesuai
dengan perkembangan zaman digitalisasi pendidikan bukan
hal baru lagi bagi dunia Barat di luar sana. Namun, berbeda
dengan Indonesia di mana digitalisasi di bidang pendidikan
adalah hal yang baru. Tantangan pendidikan dengan segala
model yang ada harus menjadi pusat perhatian agar tidak
menghambat perkembangan pendidikan yang ada di
Indonesia.

Apa Itu Digitalisasi Pendidikan?


Digitalisasi pendidikan merupakan pendayagunaan
teknologi sebagai aspek sistem pembelajaran, mulai dari
kurikulum hingga ke sistem administrasi pendidikan. Adanya
digitalisasi dapat semakin memudahkan siswa mencari materi
secara praktis dan mudah hanya dengan melalui internet, tanpa
harus terus menerus menerima materi dari pertemuan tatap
muka secara langsung dengan pengajarnya. Perkembangan
digitalisasi yang begitu pesat ini telah membawa banyak
pengaruh pada dunia pendidikan. Sedangkan transformasi
digital, sebuah perusahaan atau institusi dikatan

52
bertransformasi jika dalam penggunaan IT tidak sebatas
digitisasi dan digitalisasi namun sudah bertransformasi dan
sudah menciptakan sumber-sumber revenue baru dan nilai
(Kartawijaya, 2019).
Di dunia Barat digitalisasi pada bidang pendidikan
sudah menjadi hal yang biasa dan bukan hal baru lagi bagi
mereka. Hadirnya pandemi di tengah-tengah masyarakat
dengan segala perubahan yang ada tidak membuat mereka
begitu terkejut dan sulit untuk beradaptasi. Jika bercermin
pada dunia saat ini, dimana siswa jauh lebih senang mencari
ilmu dengan menggunakan gadgetnyadaripada harus
membawa buku pelajaran yang begitu banyak dan berat, hal
inilah yang menjadikan digitalisasi di bidang pendidikan
semakin berkembang.
Dengan mengikuti perkembangan zaman, digitalisasi
pendidikan ini dihadirkan. Dengan maksud agar pendidikan
tetap dapat menghasilkan pembelajarn yang sesuai dengan
arah dan tujuannya. Mengelola digitalisasi dengan cerdas dan
tepat merupakan tantangan baru dalam dunia pendidikan agar
kegiatan pembelajaran tetap dapat terlaksanakan. Ada banyak
manfaat yang didapatkan dari digitalisasi pendidikan, yaitu
proses belajar mengajar tidak terbatas waktu, kapasitas daya
tampung tidak terbatas karena pembelajaran tidak dilakukan
di dalam kelas yang terbatas areanya, serta waktu pembelajaran
dalam masa digitalisasi tergantung pada setiap pelaku
pendidikan.

Menggalakkan atau Menghapuskan Digitalisasi Pasca


Pandemi pada Dunia Pendidikan
Pandemi Covid-19 adalah gerbang awal dari
digalakkannya digitalisasi pendidikan. Kegiatan pembalajaran
yang beralih menjadi daring dari semula tatap muka pada
akhirnya menjadi sebuah kebiasaan baru bahwa segala sesuatu
dilakukan dari rumah dan dengan bantuan digital. Dua tahun
lamanya siswa telah menghabiskan waktu mereka di depan
layar berjam-jam dari pagi hingga sore. Kebiasaaan yang telah

53
mengakar pada diri siswa ini pun juga sulit untuk dikendalikan
hingga dihilangkan.
Setelah Indonesia dan berbagai belahan negara di dunia
terbebas dari Covid-19 tetapi tidak dengan digitalisasi. Peran
buku telah tergantikan sepenuhnya larena segala sesuatu
mampu siswa akses hanya dengan melalui genggaman
gadgetnya. Di samping itu juga terdapat dampak negatif yang
bermunculan seperti siswa menjadi malas membaca buk, selalu
mengandalkan internet, hingga beranggapan buku kini
menjadi tidak menarik dan membosankan. Bukan hanya satu
atau dua saja siswa yang berpendapat demikian. Namun,
hampir dari seluruh siswa dalam sebuah kelas mampu
mengatakan hal itu.
PR negara ini bukan lagi mencari solusi bagi siswa yang
kesulitan dalam hal pendidikan seperti di saat pandemi
melanda. Tetapi, memikirkan sebuah cara bagaimana dengan
adanya digitalisasi ini mampu mengembangkan bidang
pendidikan. Pada saat ini siswa sudah mulai begitu kecanduan
dengan gadget bahkan tidak terpisahkan. Buku hanya menjadi
pajangan semata di saat informasi akurat sangat dibutuhkan.
Digitalisasi memang penting tetapi juga harus tetap
memperhatikan presentase kebutuhan dalam
menggunakannya. Dengan permasalahan yang ada seperti di
atas menjadikan tantangan baru apakah digitalisasi semakin
digalakkan atau dihapuskan. Penghapusan dgitalisasi tidka
serta- merta menghapus begitu saja dan mengembalikan sistem
pengajaran di sekolah kembali seperti semula yang
bermodalkan pada buku. Jika di masa pandemi para pelaksana
pendidikan mendapat tantangan untuk menyesuaikan sistem
sekolah yang baru, pada pasca pandemi para pelaksana
pendidikan ini harus membuat hal terbarukan untuk
membangun kembali semangat belajar siswa. Karena tidak
mungkin di zaman yang sudah maju dengan segala kemajuan
teknologi justru digitalisasi pendidikan dihapuskan. Tentu
ini bertentangan dengan harapan adanya digitalisasi bidang
pendidikan. Bukan semakin berkembang namun akan

54
terbelakang. Minat dan keingan siswa yang lebih condong pada
digital hal ini lah yang menjadikan para pelaksana pendidikan
memutar otak dan mengembangkan sistem atau model
pengajaran yang mampu menarik siswa. Tentunya
dengan tetap melibatkan digitalisasi.
Oleh karena itu, digitalisasi tidak bisa dihapuskan begitu
saja. Tetapi harus dipelihara dengan semaksimal mungkin
hingga melahirkan pembaharuan-pembaharuan pada bidang
pendidikan. Pelaksana pendidikan harus senantiasa mampu
melihat kondisi dari siswanya selepas dari pandemi yang telah
senantiasa menemani hampir selama kurang lebih 2 tahun.

Seberapa Siap Indonesia Menghadapi Digitalisasi


Tantangan pendidikan dan segala model yang harus
dihadapi merupakan hal yang harus dihadapi bagi Indonesia.
Hal ini mengingat lambatnya pergeseran pendidikan di
Indonesia dari paradigma lama ke paradigma baru.
Berdasarkan penjelasan di atas maka mutlak adanya digitalisasi
teknologi di bidang pendidikan era revolusi industri (Reflianto,
2018) yang dalam perjalannya dipercepat transformasinya
dengan adanya pandemi Covid-19.
Menciptakan strategi yang kreatif dan inovatif dalam
kegaiatan belajar mengajar sangat memberikan pengaruh besar
pada semanagat para peserta didik dalam dibina dan
diarahkan. Pemanfaatan media informasi dan komunikasi
yang benar juga perlu diperhatikan bagi setiap peserta didik
dalam menggali informasi. Fasilitas internet yang telah
seharusnya dapat mempermudahpara peserta didik dalam
memperoleh ilmu dan menjadi generasi yang maju bagi
bangsa.
Pada masa pandemi berlangsung pemerintah telah
mengupayakan pemerataan kuota internet sebagai bekal
dalammengikuti pembelajaran di sekolah. Namun, kini sudah
beralih masa pada pasca pandemi. Bukan hal yang asing lagi
jika para pelaksana pendidikan mengupayakan penerapan
digitalisasi di sekolah. Namun, juga tidak sedikit dari siswa

55
masih kesulitan dalam menjangkaunya.
Tantangan baru bermunculan dan hal inilah yang
membuat para pelaksana pendidikan dituntut untuk siap
menghadapinya. Salah satunya ialah ketersediaan jaringan
intenet yang memadai yaitu wifi. Karena bukan hal yang
langka lagi jika para pendidikan pun telah merambah pada
dunia digital untuk menunjang keterlaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang mana tidak luput dari adanya jaringan internet.
Tidak hanya itu, juga terdapat perangkat pembelajaran
yang memadai. Mengingat sudah cukup lama siswa hanya
menyaksikan pembalajarn secara daring tanpa langsung
melihat media nyatanya. Kurun waktu dengan segala
perubahannya itulah yang harus senantiasa menjadi perhatian
berbagai pihak. Segalanya harus dipersiapkan dengan matang
agar dapat berjalan secara maksimal sehingga tidak
menghambat pada perkembangan pada bidang pendidikan.
Karena sia-sia saja diluncurkan berbagai sistem dan model baru
dalam dunia pendidikan tetapi pelaksanaan di lapangan masih
belum mampu menghadapinya.

56
Masifikasi Revolusi Akhlaqul Karimah
Di Era Society 5.0
Idrus Salam
Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman PC IMM Surabaya

Dalam kehidupan, tentu Anda akan menghadapi


perubahan hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi
bulan atau bahkan tahun demi tahun.Tentunya ada kalanya
wajib menerima perubahan gaya hidup, baik dalam bidang
sosial maupun ekonomi. serta kesehatan. Bahkan tidak jarang
manusia harus berhadapan dengan teknologi yang maju pesat,
namun kita sebagai generasi muslim yang masih muda tentunya
tidak ketinggalan, artinya sebagai manusia yang berpegang
pada nilai-nilai islam tentunya kita harus ikut serta dalam
menyikapi persoalan hidup dalam masyarakat kita untuk
berperan dalam implementasi nilai nilai Islam.
Semangat juang yang diberikan yang berupa dakwah
dalam memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai, agama
terutama dalam menghadapi digitalisasi, yang serba teknologi,
sehingga generasi Muslim harus menjadi actor dalam
menciptakan cara baru untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat, Banyak perubahan yang harus dilakukan, mulai
dari perubahan cara hidup yang berangsur-angsur menurun,
mengakibatkan lemahnya iman, tidak meniru gaya hidup orang
lain , yang semakin memburuk lagi, revolusi cara hidup
masyarakat muslim konon menjadi sangat cepat dan sudah
mulai Mempengaruhi cara hidup masyarakat Muslim.
Saat ini, perkembangan teknologi informasi merambah ke
segala bidang kehidupan masyarakat, utamanya dibidang
pendidikan. Era Revolusi Industri 4.0 membutuhkan tiga jenis
literasi, yaitu literasi data, literasi humanistik, dan literasi teknis.
Pembelajaran 4.0 di era revolusi dapat menerapkan
blended/hybrid learning dan case study. Bahkan pendidikan di
era society 5.0 memungkinkan siswa atau murid untuk berjuang
bersama robot dalam kegiatan pembelajaran yang dirancang
untuk menggantikan peran pendidik. Society 5.0 dirumuskan

57
sebagai solusi Revolusi dari 4.0 yang dikhawatirkan akan
menurunkan derajat kemanusiaan dan karakter manusia. Di era
Society 5.0, sangat penting untuk mengembangkan nilai-nilai
karakter yang menumbuhkan empati dan toleransi sekaligus
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, inovatif, dan
kreatif. Masyarakat yang bertujuan untuk mengintegrasikan
ruang virtual dan ruang fisik menjadi satu, dan membiarkan
kecerdasan buatan membuat segalanya lebih mudah. Terjadinya
pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 memaksa hidup kita
untuk mengakselerasi penggunaan teknologi. Ini terjadi karena
kendala fisik dan sosial yang ada di antara manusia,
menyebabkan kita bergantung pada mesin dan teknologi untuk
menyelesaikan semua masalah kita. Sementara teknologi digital
menghadirkan berbagai kemudahan, banyak orang yang merasa
kontradiktif dan pesimis dengan Era Industri 5.0.
Sebagai masyarakat muslim, seluruh umat Islam
diwajibkan untuk mentaati berbagai bentuk aturan dan norma
yang telah ditetapkan, termasuk yang tertulis dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah, yang merupakan pedoman dan petunjuk hidup
umat Islam dan telah menjadi sebagaimana kita ketahui.
memiliki referensi tindakan sampai sekarang. hidup di dunia.
Al-Qur'an adalah sumber kebenaran bagi semua sumber lain di
dunia ini karena isinya berasal dari Allah dan Sunnah juga
berada di puncak hukum kedua setelah Al-Qur'an. Oleh karena
itu merupakan kewajiban kita semua untuk tidak
mengesampingkan mereka sebagai pedoman, karena akan
menjadi kesalahan yang sangat jelas jika kita tidak
menggunakan kedua sumber suci ini sebagai penopang dan
penerang kita di jalan kehidupan yang benar, di mana ada
banyak jalan gelap, terjal Dan suram, bergantian dekat dengan
kehidupan manusia.
Sebagai generasi muda, mahasiswa Indonesia khususnya
mahasiswa Muhammadiyah berperan dalam penerapan
roadmap ini secara sosial dalam hal ini. Generasi muda harus
siap menggunakan sumber daya manusia (SDM) yang ada
untuk menyongsong era Society 5.0 di Indonesia, karena masih

58
banyak SDM dalam negeri yang berpotensi memberikan kualitas
inovasi, kreativitas yang hampir sama dengan di luar negeri, dan
juga berharap dengan bantuan Society 5.0 ini dapat
mengembangkan sumber daya manusia di Indonesia, dapat kita
lihat masih adanya kesenjangan sumber daya manusia di
berbagai bidang. Society 5.0 sebagai pelengkap Revolusi Industri
4.0 perlu menyikapi peran generasi muda dalam kemajuan
bangsa Indonesia di masa depan. Generasi muda kreatif dan
inspiratif, cenderung membangun model kerja dengan
keterampilan interpersonal yang kuat. Generasi muda yang
kreatif, inovatif dan produktif perlu diperkaya sejak usia dini
dengan keterampilan soft skill yang tertuang dalam Society 5.0.
Tentu kemampuan paripurna tersebut diharapkan berhasil
memenangkan persaingan di Era disruptif dan dunia tak
berbatas.
Teory Revolusi Akhlaq
Pada masa Orde Baru, kata “revolusi” seakan tertelan
bumi; hilang dari peredaran. Seakan kata “revolusi” itu hanya
milik orang-orang kiri sehingga sebagian orang alergi, dan
sebagian yang lain ketakutan mengucapkan kata “revolusi”
karena khawatir dituduh macam-macam—padahal sebagai
sebuah istilah, “revolusi” bebas nilai dan miliki semua orang.
Revolusi akhlak merupakan sebuah teori yang di dalamnya
terdapat tiga teory dalam konsep revolusi akhlaq yaitu
Takhally, Tahally, dan Tarajjy yang menjelaskan tahapan-
tahapan perubahan akhlak secara gradual dan berproses. Teori
ini bisa diterapkan oleh semua orang, baik ulama, pemerintah,
pengusaha, intelektual, murid, guru, buruh, rakyat biasa, laki-
laki, perempuan, orang tua, remaja, anak, dan yang lain.
Adapun revolusi akhlak menurut Syekh Abu ‘Ala ‘Afifi
adalah transformasi diri atau perubahan diri secara mendasar
melalui tahapan-tahapan yang dirumuskan para ulama sufi
terdahulu, Seorang yang ingin melakukan revolusi akhlak,
terlebih dahulu harus melakukan takhalli, yakni
mengosongkan diri dari hal-hal yang dapat mengotori hati dan
merusak jiwa. Setelah itu, tahapan ini dilanjutkan

59
dengan tahalli, yakni menghiasi diri dengan kebaikan dan
keindahan. kemudian agen revolusi melakukan tajalli, yakni;
mewujudkan kebaikan, kemanfaatan, dan kemaslahatan secara
konkret dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
jika teory tersebut diterapkan, maka akan tercipta
perubahan kehidupan personal, kehidupan kolektif-masyarakat,
dan kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih
baik. Sebab ini mengafirmasikan bahwa istilah “revolusi” bukan
hanya milik kalangan kiri, sosialis, atau komunis, melainkan
sebagai sebuah istilah yang bisa digunakan oleh semua
kalangan. Revolusi akhirnya menemukan momentumnya
sebagai istilah yang bebas nilai, sudah bukan istilah yang
menakutkan, dan kembali pada makna generik/asalnya, yaitu
perubahan yang cukup mendasar.
Pengaruh Life Style
Moralitas manusia, dari zaman kuno hingga sekarang,
selalu menjadi topik yang konstan. Semakin terbuka dan otentik
hal itu terjadi, bahkan selalu menjadi topik hangat di media
massa (baik cetak maupun elektronik). Apakah kita harus
memahami bahwa semua itu berjalan beriringan dengan
kehidupan dunia dan menjadikan semuanya itu benar-benar
kehendak Yang Maha Kuasa. Tentu saja, ini semua adalah
pilihan, dan setiap orang boleh memilih yang baik dan yang
buruk sesuai dengan keadaan pribadinya. Karena pengaruh
eksternal, peristiwa itu terjadi tanpa direncanakan dan meliputi
semua lapisan masyarakat Muslim. Namun, perubahan yang
lebih menonjol pada masyarakat saat ini adalah perubahan
pandangan keagamaan yang tidak lagi sesuai dengan norma dan
nilai Islam yang dijunjung tinggi oleh umat Islam mulai sejak
dulu.
Dalam masyarakat 5.0 yang akan dihadapi nanti, tidak
hanya keterampilan literasi dasar yang dibutuhkan, tetapi juga
kemampuan lain, yaitu kemampuan berpikir kritis, penalaran
yang baik, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan memiliki
kemampuan memecahkan masalah. Serta memiliki karakter

60
yang mencerminkan Pancasila yaitu rasa ingin tahu, inisiatif,
ulet, adaptif, kepemimpinan, dan kepedulian sosial budaya.
Masyarakat diharapkan dapat menggunakan inovasi yang lahir
pada Revolusi Industri 4.0 untuk mengatasi berbagai tantangan
dan permasalahan sosial.
Perubahan gaya hidup dan pakaian yang banyak dialami
oleh para remaja, bahkan remaja muslim sekalipun. Tuhan tidak
membenarkan meniru orang lain. Dalam artikel ini, adalah
parodi dalam hal pencitraan dan ejekan. Karena siapa saja yang
mulai meneladani bisa jadi termasuk golongan yang ditiru,
sehingga setelah hari kiamat kedudukan dan statusnya sama.
Revolusi gaya hidup yang dialami oleh para pemuda muslim di
zaman modern ini, jika dilihat secara retrospektif, disebabkan
kurangnya pendidikan agama, mereka dengan mudah
meninggalkan hukum-hukum yang ada dan menggantinya
dengan budaya yang berbau kebarat-baratan, sangat sedikit.
mereka melihat konsekuensi dari tindakan mereka. Misalnya,
tidak jarang remaja akhir-akhir ini terjebak dalam pergaulan
bebas. menyebabkan lebih banyak kerusakan. seperti sex bebas,
seks bebas, mabuk-mabukan, dan naekoba dsb.
Kesimpulan
Dapat diamati dari contoh perubahan gaya hidup di atas,
sebenarnya tidak jauh dari pengaruh yang dibawa oleh orang-
orang selain Islam, terutama dari dunia gelap seperti dunia Barat
yang menganjurkan kebebasan seksual. Banyak remaja muslim
di Indonesia yang memiliki idola di luar negeri. Untuk
menunjukkan bahwa dia adalah penggemar sejati, dia tidak
bertanggung jawab mengubah hal-hal di dalam diri mereka
untuk menyatu dengan idola mereka. Inilah sebenarnya yang
terjadi tanpa kita sadari bahwa budaya kita sendiri sudah mulai
terkubur dan digantikan oleh budaya lain yang sudah berpaling
dari agama.
Setiap orang pasti memiliki cara atau jalan hidupnya
masing-masing, pada hakikatnya mereka telah mengembangkan
karakter yang menentukan akan seperti apa hidupnya nanti,
apakah mereka akan menerima apa yang sesuai dengan

61
fitrahnya yang diberikan Tuhan ataukah mereka akan
menerima. kodrat yang diberikan oleh Tuhan, atau mengikuti
yang lain, dan ingin menyamakan diri dengan yang lain,
sehingga kehilangan jati dirinya dan tidak dapat melawan arus
modernisasi yang dibawa oleh norma-norma di luar agama.
Akhir dari Risalah tersebut menyimpulkan bahwa semua
perubahan yang ada pada seseorang merangkum bagaimana
menghadapi apa yang baru saja muncul dalam kehidupan di
sekitar kita, jika hal baru itu bisa mengarah ke akhirat. Islam
tidak pernah melarang untuk mengikutinya, jika hal-hal baru
dirasa akan membawa kerusakan, maka keputusan yang lebih
bijak adalah tidak mengikutinya dan menerima hanya hal-hal
yang positif saja, seperti orang barat membawa angin segar
perkembangan teknologi. , jadi tidak ada salahnya kita juga
mempelajarinya, karena kita bisa mendapatkan pendidikan dari
mana saja, bahkan dari orang yang berbeda agama dengan kita.

62
Gerakan Amal IMM untuk Masyarakat
Adimas Setiawan
Ketua Umum PK IMM Blue Savant 2022-2023

Kesenjangan sosial merupakan salah satu masalah sosial


yang sering kita jumpai di kota-kota besar. Fenomena ini hampir
terjadi di semua kota di Indonesia. Salah satunya adalah
Surabaya. Surabaya, yang merupakan kota terbesar kedua di
Indonesia, memiliki tingkat kelahiran dan populasi pendatang
yang tinggi. Angka kelahiran dapat dilihat pada selama tiga
tahun terakhir, Surabaya mengalami kondisi yang bergejolak.
Dalam tiga tahun terakhir, angka kelahiran di Surabaya
terus meningkat sebesar 13,4%. Jika angka kelahiran dibiarkan
meningkat, ketimpangan sosial dan kemiskinan tidak segera
diselesaikan, maka akibatnya kejahatan akan muncul di berbagai
daerah di Surabaya. Banyak rakyat miskin yang terpaksa
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, seperti
mencopet dan mencuri. Namun, tidak sedikit pula orang tetap
rela berkeja keras, membating tulang demi menghidupi
keluarganya.
Surabaya merupakan salah satu pusat urbanisasi terbesar
di Indonesia karena Surabaya memiliki tingkat pendapatan yang
cukup tinggi, lapangan kerja yang banyak dan fasilitas yang
memadai. Jaminan kehidupan yang lebih baik di kota Surabaya
juga menjadi daya tarik pendatang ke Surabaya. Dua tahun
terakhir jumlah pendatang ke Surabaya meningkat sebesar
3,64%. Bertambahnya jumlah pendatang menyebabkan
bertambahnya jumlah penduduk di Surabaya.
Pertumbuhan penduduk yang tidak disesuaikan menimbulkan
banyak masalah, tentunya termasuk kemiskinan dan
pengangguran. Hal seperti itu, menyebabkan munculnya
ketimpangan sosial dalam kehidupan masyarakat Kota
Surabaya. Sejak tahun 2019, Pemkot Surabaya melalui Dinas
Sosial fokus pada pemutakhiran data Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk digunakan Pemerintah
Kota (Pemkot) Surabaya sebagai panduan bersama warganya
agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.

63
Oleh karena itu, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
sebagai Organisasi Otonom Muhammadiyah (Ortom) harus
berkomitmen terhadap dakwah dan kerangka Muhammadiyah.
Gerakan dakwah IMM amar ma'ruf nahi munkar dengan
menggunakan trikompetensi dasar yaitu religiusitas,
intelektualitas, dan humanitas. IMM memiliki peran penting
dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama duduk
dibangku perkuliahan.
Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh para
mahasiswa yang merupakan sebuah penggerak masyarakat
intelektual yang memiliki corak keberagaman pemikiran,
gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatif dan perlu di
aplikasikan para kader IMM di dalam masyarakat.
Banyak permasalahan atau Penyebab kemiskinan dapat
berupa kondisi alam dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial,
serta kondisi budaya . Kemiskinan alam dan ekonomi muncul
dari keterbatasan sumber daya alam, manusia dan lainnya,
sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat
mempengaruhi pembangunan. Kemiskinan struktural dan sosial
disebabkan oleh hasil pembangunan yang tidak merata,
pengaturan kelembagaan dan kebijakan pembangunan.
Sedangkan kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau
kebiasaan hidup yang merasa kecukupan sehingga menjebak
seseorang dalam kemiskinan.
Dikutip oleh Andre Bayo Ala (1981),
strategi memerangi kemiskinan Gunnar Adler Karlsson antara
lain adalah pertama strategi jangka pendek dengan cara
mentransfer sumber daya dalam jumlah yang cukup kepada
kaum miskin. Pengentasan kemiskinan jangka pendek meliputi
penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan
perbaikan distribusinya; kedua strategi jangka panjang dengan
membina swadaya masyarakat setempat. Perbaikan dalam
jangka panjang dengan cara meningkatkan dan memenuhi
harkat dan martabat manusia dalam kehidupan individu dan
sosial.

64
Kader IMM bisa menggunakan strategi yang kedua yang
mana perbaikan jangka panjang akan mempengaruhi nasib
masyarakat kedepanya, dengan cara membina swadaya
masyarakat yang kurang mampu atau kurang faham akan
pendidikan. Apalagi ditambah dengan permasalahan yang
kompleks yang dihadapi masyarakat saat ini.
Ketika orang tua mereka beraktivitas mencari nafkah
disitu banyak anak yang tidak terurus, karena prinsip mereka
hanyalah untuk mencari uang dan menghidupi keluarganya,
mereka mengabaikan pendidikan anak-anaknya, padahal itu
sudah kewajiban mereka untuk memperhatikan pendidikan
anaknya. Sangat disayangkan ternyata masih ada beberapa
masyarakat yang masih belum menyadari betapa pentingnya
pendidikan anak itu terutama di suatu kampung yang ada di
Surabaya. Ini menjadi PR kita bersama sebagai kader IMM untuk
bisa menyadarkan orang-orang yang ada disekitar kita agar
mereka tetap memperhatikan pendidikan anaknya.
Berangkat dari hal tersebut kader IMM harus peka
terhadap lingkungan dan harus pintar membaca situasi, dari
permasalahan tersebut para kader bisa menyalurkan ilmunya
demi pendidikan anak di suatu kawasan . Para kader bisa
membagikan ilmunya ke anak-anak, karena disitu bukan hanya
kader yang mengajarkan ilmu kepada anak akan tetapi disitu
kader juga turut serta belajar. Kader IMM jangan sampai hanya
menguasai bidang tertentu saja akan tetapi masih banyak bidang
yang harus dikuasai, hal tersebut akan meningkatkan wawasan
sekaligus pemahaman para kader IMM tentang berbagai hal.
Semoga dengan adanya tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca, baik itu masyarakat maupun kader
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dimanapun keberadaannya
sekarang. Tulisan ini masih banyak kekurangan dan perlu
adanya gagasan baru untuk IMM yang lebih baik bagi
masyarakat. Mari bersama-sama untuk saling peduli, setidaknya
dimulai dari kita sendiri untuk mengingatkan orang-orang
disekeliling kita seperti tetangga, sanak saudara dan orang yang
sudah kenal dekat dengan kita.

65
Tulisan ini merupakan kado dalam rangka menyambut
Milad IMM yang Ke-59 tahun. Gerakan bersama kader IMM
Surabaya menulis ini menunjukkan kecintaan kader kepada
IMM agar kedepannya bisa lebih baik dalam menyikapi
problematika di masyarakat sekitar kita. selamat Milad Ikatanku
semoga kader-kader IMM kedepanya dapat selalu memberikan
gagasan-gagasan yang menguntungkan bagi rakyat sesuai 6
Penegasan di poin ke-6, “Menegaskan bahwa amal IMM lillahi
ta’ala dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan rakyat”.

66
IMM dan Gerakan Transformasi Digital
Asis
Anggota Bidang Media PC IMM Kota Surabaya 2022-2023

Pengantar Tulisan
Era digital seperti sekarang ini di mana teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan
besar dalam kehidupan sehari-hari. Era ini ditandai dengan
tumbuhnya internet, media sosial, aplikasi, dan perangkat keras
yang memungkinkan seseorang untuk terhubung dan
berkomunikasi dengan orang lain di seluruh dunia dengan cepat
dan mudah. Era digital telah membawa peluang-peluang baru
bagi kader IMM, individu dan bisnis untuk tumbuh dan
berkembang. Misalnya, dengan adanya internet, Kader IMM
dapat dengan mudah mencari informasi, belajar, dan bahkan
menawarkan sebuah produk secara online.
Bisnis juga dapat memanfaatkan internet untuk
menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan efisiensi.
Namun, di sisi lain, era digital juga menimbulkan beberapa
tantangan baru. Salah satu tantangan terbesar adalah masalah
privasi dan keamanan online. Dengan semakin banyak orang
yang menggunakan internet dan membagikan informasi pribadi
secara online, risiko terjadinya pencurian identitas dan kejahatan
cyber semakin tinggi. Selain itu, perubahan-perubahan yang
cepat dalam industri yang disebabkan oleh teknologi digital
dapat mempengaruhi lapangan kerja, menyebabkan beberapa
pekerjaan menjadi tidak relevan dan menciptakan kebutuhan
akan keterampilan baru.
Di era saat ini, literasi digital atau kemampuan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara
efektif dan efisien sangat penting. Kemampuan ini membantu
seseorang untuk terlibat secara efektif dalam masyarakat dan
ekonomi yang terus berkembang dan terus-menerus berubah,
tentu ini juga menjadi suatu terobosan baru agar kader IMM
terus memanfaatkan dunia digital untuk kepentingan yang
positif. Oleh karena itu, penting bagi setiap kader IMM untuk

67
terus belajar dan mengembangkan keterampilan digitalnya agar
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi di era serba modern ini.
IMM sebagai organisasi islam tentu harus memanfaatkan
dunia digital ini kedalam banyak hal, seperti melakukan dakwah
melalui konten-konten kreatif, Selain itu, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah juga bisa menggunakan dunia digital untuk
menyebarkan informasi tentang kegiatan-kegiatan organisasi,
baik secara internal maupun eksternal. Dengan demikian, para
anggota dan masyarakat luas bisa mengetahui apa saja yang
dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Di samping itu, dunia digital juga bisa digunakan untuk
membangun komunikasi dan koordinasi yang lebih efektif
antara anggota organisasi. Misalnya, dengan menggunakan
aplikasi chatting atau grup diskusi, para anggota bisa saling
berbagi informasi dan terlibat dalam diskusi secara online, tanpa
harus selalu bertemu secara fisik. Selain itu, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah juga bisa memanfaatkan dunia digital untuk
melakukan fund raising atau penggalangan dana. Dengan
demikian, organisasi ini bisa mengumpulkan dana yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang
dijadwalkan. Dengan demikian, dunia digital bisa menjadi alat
yang sangat bermanfaat bagi Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dalam menjalankan kegiatan dan
menyebarkan dakwah dan lain sebagainya.
Berdasarkan ulasan diatas maka penulis ingin mengukur
sejauh mana IMM di umurnya yang ke-59 ini dalam
memanfaatkan teknologi dan informasi serta
mempergunakannya untuk menebar kebaikan kepada
masyarakat luas.

Tantangan IMM di Era Digital


Gerakan literasi digital adalah sebuah gerakan yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Gerakan ini merupakan salah satu bentuk
upaya untuk menyelesaikan masalah digital divide atau jurang

68
digital, yaitu perbedaan akses dan penggunaan TIK yang terjadi
di antara berbagai kelompok masyarakat.
Bukan hanya sekadar menjadi sebuah organisasi yang
hanya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan akademik saja.
IMM juga harus mampu memanfaatkan teknologi dan informasi
yang ada untuk menyebarkan dakwah dan meningkatkan
keterampilan dan kemampuan anggotanya. IMM juga harus
mampu menjadi wadah bagi anggotanya untuk terlibat dalam
kegiatan-kegiatan sosial dan membantu masyarakat dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.
Selain itu, IMM juga harus mampu menjadi pembelajar
yang terus belajar dan memperbaharui diri, tidak hanya dari segi
akademik, tetapi juga dari segi kepemimpinan dan manajemen
organisasi serta memanfaatkan teknologi yang ada. IMM harus
mampu memanfaatkan teknologi dan informasi untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggotanya, agar
mampu menjadi pemimpin masa depan yang handal dan
berkualitas. Dengan demikian, IMM harus mampu menjadi
organisasi yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang
ada di era digitalisasi, serta mampu membantu masyarakat
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.
Beberapa tantangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
di era digital saat ini yaitu: Persaingan dengan organisasi-
organisasi lain yang juga menggunakan teknologi dan informasi
untuk kegiatan organisasi dan dakwah, Keterbatasan akses
masyarakat terhadap teknologi dan informasi, terutama bagi
masyarakat yang berada di daerah terpencil atau kurang
mampu. Kemungkinan terjadinya manipulasi atau
penyalahgunaan teknologi dan informasi oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab. Keterbatasan sumber daya manusia
yang memahami dan mampu menggunakan teknologi dan
informasi secara optimal. Kemungkinan terjadinya kecanduan
terhadap teknologi dan informasi, sehingga mengganggu
keseimbangan hidup dan kegiatan sosial lainnya.

Melebarkan Dakwah Melalui Teknologi

69
Pasca Covid-19 sebenarnya banyak sekali peluang yang
dapat dimanfaatkan untuk hal-hal positif, terutama melebarkan
dakwah. Saat ini menyebarkan informasi dan dakwah tidak
harus selalu berkumpul secara tatap muka saja, akan tetapi
sudah dapat dilakukan melalui beberapa aplikasi yang sudah
canggih, sebut saja Zoom Meeting dan Google Meet. Aplikasi
meeting secara virtual ini sudah banyak dimanfaatkan oleh
kalangan akademisi dan praktisi secara luas, dimana siding
dipengadilan yang harusnya dilaksanakan secara offline sudah
dapat dilakukan secara hybrid, ini kemudian menjadi hal yang
perlu dimnafaatkan oleh kader IMM agar teknologi
termanfaatkan secara efektif.
Untuk memanfaatkan peluang ini, kader IMM dapat
memanfaatkan teknologi virtual seperti Zoom Meeting dan
Google Meet untuk melakukan dakwah. Kader IMM dapat
membuat kegiatan-kegiatan dakwah secara virtual seperti
mengadakan ceramah, diskusi, dan lain-lain yang bisa diikuti
oleh banyak orang dari berbagai tempat dan waktu. Teknologi
virtual juga dapat membantu dalam menyebarkan informasi dan
mempermudah dalam melakukan koordinasi antar kader IMM.
Dengan memanfaatkan teknologi ini, kader IMM dapat
memperluas jangkauan dakwah mereka dan membantu dalam
membangun jaringan dakwah yang kuat.
Simpulan Tulisan
Kesimpulan yang dapat diambil yakni, IMM perlu
memiliki strategi dan aksi nyata dalam memanfaatkan teknologi
digital. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
1. Memahami teknologi digital: Kader IMM harus memahami
dan menguasai teknologi digital, sehingga bisa
memanfaatkannya dengan baik dalam melakukan dakwah.
2. Membuat konten dakwah: IMM bisa membuat konten
dakwah yang menarik dan berkualitas untuk disebarluaskan
melalui media digital.
3. Menggunakan media sosial: IMM bisa memanfaatkan media
sosial seperti Facebook, Instagram, dan lain-lain untuk
menyebarkan informasi dan dakwah.

70
4. Berkolaborasi dengan tim teknologi: IMM bisa bekerja sama
dengan tim teknologi untuk membuat aplikasi dakwah atau
memanfaatkan aplikasi yang sudah ada dengan baik.
5. Melakukan kegiatan virtual: IMM bisa mengadakan
kegiatan-kegiatan dakwah secara virtual seperti webinar,
ceramah online, dan lain-lain.
Dengan memanfaatkan teknologi digital, IMM bisa
memperluas jangkauan dakwah dan membuat dakwah lebih
mudah diakses oleh masyarakat. Memanfaatkan teknologi
digital memiliki banyak keuntungan. Selain memperluas
jangkauan dakwah, teknologi digital juga membuat proses
dakwah menjadi lebih efisien dan efektif.
Media digital seperti media sosial, aplikasi, dan lain-lain
membuat informasi dan dakwah bisa disampaikan kepada
banyak orang dalam waktu yang singkat dan dengan biaya yang
relatif murah. Dengan memanfaatkan teknologi digital, IMM
juga bisa melakukan interaksi dan diskusi dengan masyarakat
secara langsung dan real-time. Ini membuat dakwah menjadi
lebih dekat dan lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
Kemajuan teknologi digital membuka banyak peluang bagi IMM
untuk menyebarkan dakwah ke seluruh dunia. Oleh karena itu,
IMM harus memanfaatkan teknologi digital dengan sebaik-
baiknya untuk membantu memperluas dakwah dan membuat
dakwah lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak,
sehingga tulisan ini juga perlu banyak sekali masukan dari para
pembaca, tak lupa juga semoga Tulisan yang sederhana ini dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca,
wabilkhusus kader IMM.

71
Deskriminasi dan Perlakuan Tidak Adil
Terhadap Kelompok Minoritas
Moh Ali S.M
Ketua Bidang Organisasi PC IMM
Kota Surabaya

Perlu kita sadari bersama bahwa masyarakat yang


beragam merupakan hal yang indah dan bernilai. Namun,
banyak dari kita yang masih mengalami diskriminasi dan
perlakuan tidak adil karena berbeda dari mayoritas. Terlebih
lagi, akhir-akhir ini masih banyak kelompok minoritas yang
mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak adil yang
berdampak buruk pada hidup mereka.
Diskriminasi terhadap kelompok minoritas dapat muncul
dalam berbagai bentuk, seperti diskriminasi rasial, diskriminasi
agama, diskriminasi jenis kelamin, diskriminasi orientasi
seksual, dan lainnya. Hal ini bisa menyebabkan masalah seperti
pengangguran, akses terbatas pada pendidikan, kesehatan dan
akses informasi, serta perlakuan diskriminatif dalam hal hukum
dan pemerintahan.
Dalam konteks HAM, ada empat aspek yang dapat
disebut sebagai tindakan diskriminasi, yakni pengutamaan,
pengecualian, pembedaan, dan pelarangan. Beberapa hal
penting dinilai menjadi permasalahan mendasar akan terjadinya
tindakan diskriminasi di Indonesia. Sejalan dengan itu, seperti
pernyataan yang disampaikan oleh Komisioner
Pemantauan/Penyelidikan Komnas HAM, M. Choirul Anam ia
berpendapat bahwa ada beberapa hal penting yang menjadi akar
permasalahannya. Pertama, kebijakan politik hukum yang ada
di Indonesia dinilai masih belum tuntas untuk menghapuskan
seluruh watak diskriminasi yang berujung pada stigmatisasi.
Kemudian, kesadaran soal toleransi untuk menghapus
stigmatisasi di masyarakat yang juga masih rendah.
Perlakuan diskriminatif dan tidak adil terhadap
kelompok minoritas dapat mempengaruhi mereka dalam
berbagai aspek, seperti mempengaruhi perasaan diri dan

72
identitas mereka, membatasi pembangunan kemampuan diri
dan potensi, serta menimbulkan rasa kesepian dan kesendirian.
Terlebih lagi, diskriminasi dan perlakuan tidak adil dapat
menyebar dan menciptakan tekanan sosial pada kelompok
minoritas, menyebabkan perpecahan dalam masyarakat dan
mengurangi solidaritas antar warga negara.
Oleh karena itu, penting bagi setiap kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah untuk memahami bahwa
diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap kelompok
minoritas merupakan masalah yang harus diselesaikan. Terlebih
peran kita sebagai aktivis, seharusnya sudah perlahan
menyelesaikan problematika semacam itu. Kita semua dapat
berpartisipasi dalam membantu mengatasi masalah ini dengan
cara mempromosikan toleransi dan keragaman, membantu
memperbaiki akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan
informasi, serta mempromosikan perlakuan yang adil dan tidak
diskriminatif bagi semua warga negara.
Akhir kata, setiap orang memiliki hak yang sama untuk
hidup dengan martabat dan harga diri yang sama. Diskriminasi
dan perlakuan tidak adil terhadap kelompok minoritas harus
dihilangkan dan tidak boleh diterima dalam masyarakat
apapun. Kita semua harus bekerja sama untuk memastikan
bahwa setiap individu dapat hidup dengan bebas dan merasa
diterima tanpa terbatas oleh identitas mereka. Oleh karena itu,
saya coba akan mengulas satu persatu apa itu diskrimiasi dan
perlakuan tidak adil yang saat ini masih ada disekitar kita dan
sejauh mana peran kita sebagai kader untuk terlibat aktif dalam
melawan ketidak adilan tersebut.

Seputar Deskriminasi dan Perlakuan Tidak Adil Saat ini


a. Kebijakan dan hukum yang diskriminatif
Beberapa kebijakan dan hukum yang masih ada saat ini
mungkin diskriminatif terhadap kelompok tertentu, seperti
Penegakan hukum yang tidak adil. Dalam beberapa kasus,
penegakan hukum bisa juga diskriminatif, terutama terhadap
kelompok minoritas atau individu dengan tingkat ekonomi

73
rendah. Mungkin kita masih ingat tentang kasus-kasus yang
banyak menyita perhatian public akhir-akhir ini. Sehingga
putusan itu beruabah karena gelombang massa yang begitu
besar di media.
Akhirnya kita menjadi sadar akan keterlibatan kita dalam
menentukan suatu kebijakan dan putusan suatu hukum. Oleh
karena itu, kita sebagai aktivis sudah seharusnya mulai
menghimpun gerakan nyata melalui berbagai hal. Salah satunya
di era saat ini yaitu dengan gerakan digital. Bisa dengan media
massa layaknya buzzer yang fokus menyebar berita-berita yang
pro terhadap kepentingan pemerintah. Jika dalam organisasi
pergerakan bisa menggerakkan 100 akun untuk menyuarakan
ketidak adilan. Maka cukup 10 organisasi untuk menyuarakan
seribu kebaikan.
b. Ketidaksetaraan dalam perlakuan hukum
Beberapa individu mungkin tidak menerima perlakuan
yang sama di depan hukum, tergantung pada faktor seperti ras,
kelas ekonomi dan agama. Di indonesia sendiri, kasus
diskriminasi masih sangatlah banyak. Tercatat dalam data
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)
setidaknya ada 101 kasus pelanggaran ras dan etnis dalam tahun
2011-2018 "Mengenai wilayah, hampir semua di wilayah
Indonesia ada diskriminasi," ujar Beka Ulung Hapsara di
Gedung Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa belum
maksimalnya penegakan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2008
tentang Penghapusan diskriminasi Ras dan Etnis, sehingga
memiliki dampak yang siginifikan terhadap hasil putusan yang
ada. Salah satunya berdampak pula pada Perlakuan tidak adil
dalam sistem penjara. Seperti yang kita tahu, beberapa
kelompok, seperti kelompok rasial minoritas atau individu
miskin, mungkin menerima perlakuan yang tidak adil dalam
sistem penjara, seperti tingkat kebuntuan yang lebih tinggi dan
akses yang lebih terbatas pada hak dan layanan.
Untuk mengatasi masalah diskriminasi hukum, perlu
dilakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki kebijakan dan

74
hukum yang diskriminatif, sekaligus memastikan penegakan
hukum yang adil dan tidak diskriminatif, dan mengatasi
ketidaksetaraan dalam perlakuan hukum. Ini bisa dilakukan
melalui pendidikan, sensitisasi, dan perubahan sistemik yang
mengarah pada pembangunan masyarakat yang inklusif dan
berkeadilan bagi semua orang.

Solusi Dan Pemecahan Masalah


Untuk mengatasi diskriminasi hukum dan ketidakadilan,
perlu dilakukan tindakan-tindakan holistik dan
berkesinambungan yang melibatkan seluruh masyarakat.
Seperti yang sudah saya sampaikan diatas. Cara Ini bisa
dilakukan melalui kerjasama dan sinergi antara seluruh
stakeholder baik pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi diskriminasi
hukum dan ketidakadilan:
1. Reformasi hukum
Meninjau dan mengubah kebijakan dan hukum yang
diskriminatif untuk memastikan bahwa semua individu
menerima perlakuan yang sama dan adil di depan hukum.
2. Pendidikan dan sensitisasi:
Memberikan pendidikan dan sensitisasi tentang diskriminasi
dan ketidakadilan untuk mempromosikan keragaman dan
toleransi, serta membantu membentuk opini publik yang pro-
inklusi.
3. Monitoring dan laporan:
Mendukung pemantauan dan laporan tentang praktik
diskriminasi dan ketidakadilan dalam sistem hukum, dan
memastikan tindakan yang tepat diambil untuk mengatasinya.
4. Perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif:
Memastikan bahwa semua individu menerima perlakuan yang
adil dan tidak diskriminatif di depan hukum, terlepas dari faktor
seperti ras, jenis kelamin, agama, atau status ekonomi.
5. Perlindungan bagi kelompok terlantar:
Mengembangkan dan memastikan perlindungan bagi kelompok

75
terlantar, seperti perempuan, anak-anak, dan individu dengan
disabilitas, dari diskriminasi dan ketidakadilan dalam sistem
hukum.
6. Partisipasi publik:
Mendorong partisipasi publik dan gerakan sosial untuk
memperjuangkan hak-hak dan perlakuan yang adil bagi semua
individu, termasuk bagi kelompok minoritas yang rentan
terhadap diskriminasi dan ketidakadilan.
Dengan demikian, masih banyak PR kita dalam dunia
aktivisme yang memang berorientasi pada melawan ketidak
adilan dan kesewenang-wenangan dari pemerintah. Oleh sebab
itu, dengan adanya tulisan ini harapan besar kita semua adalah
bagaimana seharusnya aktivis melakukan gerakan perubahan
dan tetap melawan segala bentuk ketidak adilan tersebut dengan
sebaik dan se efektif mungkin.

“Nakal Tapi Masuk Akal, Liar Asal Tidak Melanggar”


@Conk_Lie

76
Mengenal SOGIESC (Sexual
Orientation, Gender Identify,
Ekspression, Sex Characteristic) Dan
Pandangan Islam Mengenai SOGIESC
Suka Risma Madu Buana
PK IMM Kaizen FT UM Surabaya

Fenomena yang terjadi belum lama ini terdapat


pengakuan identitas gender oleh mahasiswa baru di salah satu
Universitas di Indonesia. Mahasiswa tersebut mengidentifikasi
dirinya sebagai non-biner, dan bukan termasuk kelompok gender
laki-laki atau perempuan namun berjenis kelamin laki-laki. Non-
biner dapat diartikan sebagai penjelasan seseorang dengan
identitas gender laki-laki maupun perempuan, dengan kata lain
agender (tanpa gender). Non-biner merupakan salah satu bagian
dari SOGIESC (Sexual Orientation, Gender Identify, Ekspression, Sex
Charasteristic). SOGIESC adalah konsep pemahaman mengenai
ketubuhan, orientasi seksual, dan gender, yang dibuat agar
dapat membuka pikiran masyarakat secara lebih luas.
Latar belakang adanya konsep ini disebabkan karena
banyaknya pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi karena
masyarakat masih belum mampu menerima keberagaman, baik
itu keberagaman gender, maupun orientasi seksual. Perlakuan
diskriminasi, persekusi atau perlakuan buruk dan sewenang-
wenang yang dilakukan dengan cara memburu, mempersusah,
dan menganiaya individu atau golongan lain, karena perbedaan
suatu perbedaan. Bahkan kekerasan terhadap orang-orang yang
memiliki orientasi seksual berbeda benar adanya. Tradisi dan
kebudayaan masyarakat dapat membatasi terbukanya
pemikiran mengenai hal itu.
Hal tersebut memiliki koherensi dengan
heteronormativitas yang berarti norma-norma yang menyatakan
bahwa seseorang dianggap normal hanya jika memiliki orientasi
heteroseksual. Seseorang yang heteronormatif mengasumsikan
bahwa heteroseksualitas adalah satu-satunya orientasi dan satu-
satunya norma. Adapun bagian-bagian dari SOGIESC

77
diantaranya, SO (sexual orientation) berarti, ketertarikan baik
secara fisik, emosional, romantisme, dan atau seksual pada jenis
kelamin tertentu. Beberapa contohnya,
1. Heteroseksual (ketertarikan baik secara fisik, emosional,
romantisme, dan atau seksual pada jenis kelamin yang
berbeda),
2. Homoseksual (ketertarikan baik secara fisik, emosional,
romantisme, dan atau seksual pada jenis kelamin yang sama,
misalnya, gay dan lesbian),
3. Aseksual (seseorang yang tidak memiliki ketertarikan, tetapi
tidak memungkiri bahwa seorang yang aseksual bisa saja
memiliki ketertarikan secara fisik saja, atau emosi saja, atau
bahkan seksual saja),
4. Biseksual (ketertarikan baik secara fisik, emosional,
romantisme, dan atau seksual pada laki-laki dan
perempuan),
5. Panseksual (ketertarikan baik secara fisik, emosional,
romantisme, dan atau seksual yang tidak memandang
identitas gender maupun jenis kelamin). Seorang yang
panseksual dapat memiliki ketertarikan dengan sesama laki-
laki, sesama perempuan, maupun keduanya, kepada
transgender, maupun interseks,
6. Demiseksual (ketertarikan baik secara fisik, emosional,
romantisme, dan atau seksual yang tidak memandang
identitas gender maupun jenis kelamin apapun, akan tetapi
melibatkan emosi yang sangat kuat dan membutuhkan
waktu yang lama untuk membangun hubungan emosional
dengan seseorang).
Selanjutnya adalah GI (gender identity)
berarti bagaimana seseorang mengidentifikasi dirinya sebagai
gender tertentu dan hal ini adalah otoritas pribadi setiap orang.
Dalam arti tidak bisa memaksakan seorang yang fisiknya
nampak seperti laki-laki sebagai laki-laki jika dia ingin
mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan, begitupun
sebaliknya. Ada orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai
transgender, bahkan ada juga orang yang tidak ingin

78
mengidentifikasi dirinya baik sebagai laki-laki, perempuan,
maupun transgender. Mereka seringkali disebut sebagai “queer”.
Kemudian, E (expression) berarti mengenai bagaimana
seseorang mengekspresikan dirinya, seperti maskulin, feminin
atau androgini (memiliki tampilan luar maskulin dan feminin
sekaligus, atau berganti-ganti sesuai suasana hatinya). Yang
terakhir SC (sex characteristic), karakteristik seksual setiap
orang. Poin ini berkaitan dengan kromosom, gonad, dan biologi.
Ketika bayi baru lahir, biasanya seorang dokter akan langsung
menentukan gender bayi tersebut berdasarkan karakteristik
kelaminnya, namun mengesampingkan jumlah kromosom,
gonad, dan sebagainya. Ini akan berdampak pada anak tersebut
ketika memasuki usia dewasa. Anak yang seharusnya laki-laki
dapat saja menunjukkan tanda-tanda tumbuh payudara, atau
mengalami menstruasi, ketika ia memasuki usia remaja.
Kondisi tersebut disebut interseks. Seorang interseks
adalah orang yang lahir dengan variasi karakteristik seks seperti
kromosom, kelenjar kelamin, hormon, atau organ genitalia yang
tidak padan dengan definisi umum mengenai laki-laki atau
perempuan. Ketidaktahuan mengenai karakteristik seksual akan
sangat berdampak pada seorang interseks. SOGIESC tersedia
sebagai pelengkap metodeologi pembebasan perempuan dan
kebebasan dasar yang dapat memahami keragaman seksualitas
manusia yang belum pernah dipahami dalam metodeologi yang
berbeda. SOGIESC berjalan dengan metodeologi pembebasan
perempuan dan kebebasan dasar yang akan digunakan untuk
menghilangkan ketidakseimbangan yang disebabkan oleh
masyarakat yang berpusat pada laki-laki terhadap manusia.
Anggapan beberapa masyarakat bahwa mempelajari
SOGIESC sama dengan mendukung LGBTQ (lesbian, gay,
bisexsual, transgender, queer) masih marak terdengar. Padahal
faktanya, dengan mempelajari realitas ini manusia dapat
mengurangi diskriminasi terhadap kelompok gender minoritas.
Disisi lain SOGIESC bisa menimbulkan masalah baru, seperti
masalah di ranah kegiatan sosial di masyarakat yang perlu
ditentukan gendernya sesuai konteks agendanya, misalnya

79
permasalahan toilet umum. Teori SOGIESC tersebut dikupas
berdasarkan penelitian para peneliti dunia, disini penulis
bermaksud meringkas teori tersebut sebagai bagian dari
edukasi.
Menurut agama islam sendiri mengenai hal ini sudah
terang bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Esa, melarang keras
hamba-Nya agar tidak masuk golongan orang-orang yang
menyukai sesama jenis. Pelaku penyimpangan ini wajib diberi
hukuman dengan beberapa pandangan yang didasarkan pada
hadist Nabi Muhammad SAW, diantaranya, “siapa diantara
kalian yang menemukan orang yang melakukan perbuatan
kaum Nabi Luth maka bunuhlah pelaku dan pasangannya.” (HR
At Tirmidzi). Bahkan Rasulullah SAW pun khawatir perilaku
kaum Nabi Luth akan merayapi umatnya. Dari Jabir RA berkata,
Rasulullah SAW bersabda, “perkara yang paling aku
khawatirkan pada umatku adalah munculnya perilaku kaum
Luth.” (HR Tirmidzi). Dalam riwayat Ibnu Abbas RA, Rasulullah
SAW telah memperingatkan, “Allah melaknat manusia yang
melakukan perbuatan seperti kaum Luth, Allah melaknat
manusia yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth, Allah
melaknat manusia yang melakukan perbuatan seperti kaum
Luth.” (HR Ahmad). Pada intinya, tidak ada toleransi untuk
LGBTQ bagi islam, para ulama pun telah sepakat bahwa
hubungan sesama jenis adalah haram.

80

Anda mungkin juga menyukai