Anda di halaman 1dari 5

Jawaban asilah pondok pesantren putri

sirojuth tholibin bacem sutojayan blitar


1. REVIEWER

Pertanyaan :

1. Bagaimanakah hukum konsumen memberi review dengan


sebenarnya bahwa barang tidak sesuai dengan katalog yang dapat
berdampak mematikan pemasaran penjual ?

Jawaban :

Boleh , dengan syarat harus di sertai dengan khiyar karena apabila


ada ketidakcocokan barang dengan katalog, pembeli berhak
membatalkan khiyar yang telah di sepakati bersama. Namun harus
mematuhi beberapa syarat yang telah tercantum dalam kitab alfiqhu al-
islami wa adillatuhu juz 4/581.

‫ فلو حدث‬،‫) ثبوت العٌب عند البٌع أو بعده لبل التسلٌم‬١( :ً‫ٌشترط لثبوت الخٌار شرائط ه‬
‫ وال ٌكتفى بالثبوت عند‬،‫) ثبوت العٌب عند المشتري بعد لبضه المبٌع‬٢( ‫بعدئذ ال ٌثبت الخٌار‬
‫) جهل المشتري بوجود العٌب‬٣( .‫البائع لثبوت حك الرد فً جمٌع العٌوب عند عامة المشاٌخ‬
)٤( .‫ ألنه ٌكون راضٌا به داللة‬،‫ فإن كان عالما به عند أحدهما فال خٌار له‬،‫عند العمد والمبض‬
‫ ألنه إذا أبرأه فمد أسمط‬،‫ فلو شرط فال خٌار للمشتري‬،‫عدم اشتراط البراءة عن العٌب فً البٌع‬
‫) أال ٌزول العٌب‬٦( .‫) أن تكون السالمة من العٌب غالبة فً مثل المبٌع المعٌب‬٥( .‫حك نفسه‬
‫ كالنجاسة فً الثوب الذي ال‬،‫) أال ٌكون العٌب طفٌفا مما ٌمكن إزالته دون مشمة‬٧( .‫لبل الفسخ‬
‫ على التفصٌل اآلتً فً آخر‬،‫) عدم اشتراط البراءة من العٌب فً البٌع‬٨( .‫ٌضره الغسل‬
‫البحث‬

Artinya: "Ada beberapa syarat yang berlaku bagi tetapnya opsi


pembatalan atau penerusan akad, yaitu: (1) Ketika cacat barang sudah
diketahui secara pasti saat berlangsungnya transaksi dan barang belum
diserahkan ke pembeli. Bila barang sudah diserahkan, maka tidak
berlaku lagi khiyar (2) Ketika cacat barang diketahui oleh pembeli saat
menerima barang. Tidak bisa dianggap cukup oleh penjual (manakala
ditemui cacat oleh pembeli atas barang yang dibelinya) mengingat hak
mengembalikan barang belian akibat cacat adalah berlaku tetap bagi
pembeli, menurut mayoritas masyayikh. (3) Ketidaktahuan pembeli
terhadap cacat barang saat transaksi dan saat menerima. Bila pembeli
mengaku tahu cacat tersebut di saat transaksi atau di saat menerima,
maka tidak berlaku lagi khiyar baginya, karena dianggap sebagai yang
ridla terhadap cacat tersebut. (4) Tidak ada syarat bebas dari cacat saat
membeli oleh pembeli. Bila disyaratkan, maka tidak berlaku khiyar bagi
pembeli karena pembebasan itu sama artinya dengan menggugurkan
haknya sendiri untuk mengajukan klaim. (5) Jika kondisi baiknya barang
yang dibeli itu bersifat maksimal, dan kekurangannya hanya sedikit. (6)
Jika cacat barang tidak hilang sebelum dibatalkannya transaksi. (7) Jika
cacat barang tidak bersifat ringan yang mudah dihilangkan tanpa
masyaqqah yang berarti. Misalnya karena terkena najis sehingga tidak
membahayakan pada ain barangnya dan (8) Ketiadaan disyaratkan
terbebas dari aib pada saat transaksi, sebagaimana rinciannya akan
disampaikan nanti pada akhir pembahasan." (al-Zuhaili, al-Fiqhu al-
Islamy wa Adillatuhu, Beirut: Dâr al-Fikr, tt.: 4/581).

2.Tindakan apa yang sebaiknya dilakukan oleh konsumen jika barang


yang diterima tidak sesuai dengan katalog yang di promosikan oleh
penjual (memberi review / tidak )

Jawaban:

Memberi review
2. GEGANA (GELISAH, GALAU MERANA)

Pertanyaan :

1. Apakah yang harus di lakukan neneng , menerima joko sebagai


patner hidupnya atau menunggu ketidakpastian akan
mendapatkan pasangan yang sesuai keinginan hatinya dalam sisi
akhlaq dan agamanya ?

Jawaban :

Memilih pasangan yang sesuai hatinya yang baik dalam sisi


akhlaq dan agamanya.

Menurut (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr:


2015 M], juz II, halaman 48 di terangkan

‫ولال رجل للحسن لد خطب ابنتً جماعة فمن أزوجها لال ممن ٌتمً هللا فإن أحبها أكرمها‬
‫وإن أبغضها لم ٌظلمها‬
Artinya, “Seseorang bertanya kepada Imam Al-Hasan Al-Bashri,
‘Beberapa pemuda melamar anak perempuanku? Dengan siapa baiknya
kunikahkan dia?’ Imam Al-Hasan menjawab, ‘(Nikahkanlah anakmu)
dengan pemuda yang bertakwa kepada Allah, yang kelak jika hatinya
sedang senang ia akan menghormati anakmu; dan jika sedang marah ia
tidak akan menzaliminya.

Bahkan, Imam al-Bukhari (256 H) dalam Shahih al-Bukhari (hal.


964) menulis satu bab tentang kebolehan perempuan ‘menawarkan
dirinya’ untuk dinikahi oleh seorang lelaki saleh. Tak hanya boleh, justru
syariat mengapresiasinya. Inilah bukti bahwa dalam memilih pasangan,
agama tak hanya menekankan agar lelaki menikahi perempuan salehah.
Tetapi juga mendorong perempuan agar memilih lelaki yang saleh
sebagai pasangannya.

Kiai Faqih Abdul Qodir dalam kitab Manba’ussa’âdah (hal. 18)


menjelaskan:

‫ علٌها أن تظفر بصاحب الدٌن أي صاحب‬،‫ومثل ذلن بالمبادلة بنسبة الرجل للمرأة‬
‫ تربت ٌداها أي إبتعدت عن سٌئات الحٌاة الزوجٌة والتربت بخٌراتها على مدى‬،‫خلك حسن‬
‫ حٌاتها معه‬Artinya, “Hadits di atas harus dikaji dengan asas kesetaraan
(mubadalah), di mana, perempuan ditekankan agar memilih lelaki saleh
dan berakhlak mulia, sehingga dia akan selamat dari kehidupan rumah
tangga yang kelam, dan dapat merasakan kenyamanan dalam rumah
tangga tersebut seumur hidupnya.”

sebuah hadits yang dikutip Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-
Malibri dalam Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratil ‘Ain (hal. 99) yang
berbunyi:

‫تخٌروا لنطفكم وال تضعوها لغٌر األكفاء‬

Artinya, “Selektiflah dalam memilih tempat bagi benih keturunanmu,


dan jangan letakkan benih-benih itu di tempat yang tak layak.”

Dengan redaksi lain dalam kitab al-Bujairami disebutkan:

‫ساس‬
ّ ‫تخٌروا لنطفكم فإن العرق د‬
Artinya, “Selektiflah dalam memilih tempat bagi benih keturunanmu,
karena baik dan tidaknya keturunan, tak akan jauh dari ibu-bapaknya.”
‫ فإذا تزوج فلٌحسن خلمه معها وال‬.‫وال ٌنبغً أن ٌتزوج سلٌطة اللسان وال مختلعة وال متواشمة‬
‫ فإن فعل ذلن كان‬،‫ وال ٌشتم لها أبا وال أما‬،‫ٌؤذٌها وال ٌكرهها على مهرها فتختلع منه‬
َ ُ ‫ ٌعنً أ‬.‫عوان عندكم‬
‫س َراء‬ ٍ ‫ استوصوا بالنساء خٌرا فإنهن‬:‫هللا ورسوله برٌئٌن منه لال النبً ملسو هيلع هللا ىلص‬
Artinya, “Seorang pria seyogianya tidak memperistri perempuan yang
bermulut lancang (bicara tajam), perempuan yang berbuat semaunya,
atau perempuan yang suka menjatuhkan harga diri orang lain. Kalau
pun terlanjur mengawini perempuan seperti ini, maka suami harus
tetap menjaga akhlak terhadapnya; tidak menyakitinya; tidak
menggunakan paksa harta misalnya–maharnya sehingga sebagai
respon balik ia berbuat semaunya; dan tidak menghina kedua orang
tuanya. Kalau semua pantangan itu dilakukan, maka (rahmat dan
bantuan) Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari sang suami. Rasulullah
SAW bersabda, ‘Ingatlah wasiatku ini! Berbuat baiklah terhadap istri
kamu sekalian karena mereka adalah seolah tawanan kamu,’ yakni
rampasan (yang diambil dari kedua orang tua mereka),” (Lihat Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghuniyah li Thalibi Thariqil Haqqi Azza wa
Jalla, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, tahun 1997 M/1417 H, juz I,
halaman 103).

Anda mungkin juga menyukai