Bahsul Masail Ponpes Putri Sirojut Tholibat
Bahsul Masail Ponpes Putri Sirojut Tholibat
Pertanyaan :
Jawaban :
فلو حدث،) ثبوت العٌب عند البٌع أو بعده لبل التسلٌم١( :ًٌشترط لثبوت الخٌار شرائط ه
وال ٌكتفى بالثبوت عند،) ثبوت العٌب عند المشتري بعد لبضه المبٌع٢( بعدئذ ال ٌثبت الخٌار
) جهل المشتري بوجود العٌب٣( .البائع لثبوت حك الرد فً جمٌع العٌوب عند عامة المشاٌخ
)٤( . ألنه ٌكون راضٌا به داللة، فإن كان عالما به عند أحدهما فال خٌار له،عند العمد والمبض
ألنه إذا أبرأه فمد أسمط، فلو شرط فال خٌار للمشتري،عدم اشتراط البراءة عن العٌب فً البٌع
) أال ٌزول العٌب٦( .) أن تكون السالمة من العٌب غالبة فً مثل المبٌع المعٌب٥( .حك نفسه
كالنجاسة فً الثوب الذي ال،) أال ٌكون العٌب طفٌفا مما ٌمكن إزالته دون مشمة٧( .لبل الفسخ
على التفصٌل اآلتً فً آخر،) عدم اشتراط البراءة من العٌب فً البٌع٨( .ٌضره الغسل
البحث
Jawaban:
Memberi review
2. GEGANA (GELISAH, GALAU MERANA)
Pertanyaan :
Jawaban :
ولال رجل للحسن لد خطب ابنتً جماعة فمن أزوجها لال ممن ٌتمً هللا فإن أحبها أكرمها
وإن أبغضها لم ٌظلمها
Artinya, “Seseorang bertanya kepada Imam Al-Hasan Al-Bashri,
‘Beberapa pemuda melamar anak perempuanku? Dengan siapa baiknya
kunikahkan dia?’ Imam Al-Hasan menjawab, ‘(Nikahkanlah anakmu)
dengan pemuda yang bertakwa kepada Allah, yang kelak jika hatinya
sedang senang ia akan menghormati anakmu; dan jika sedang marah ia
tidak akan menzaliminya.
علٌها أن تظفر بصاحب الدٌن أي صاحب،ومثل ذلن بالمبادلة بنسبة الرجل للمرأة
تربت ٌداها أي إبتعدت عن سٌئات الحٌاة الزوجٌة والتربت بخٌراتها على مدى،خلك حسن
حٌاتها معهArtinya, “Hadits di atas harus dikaji dengan asas kesetaraan
(mubadalah), di mana, perempuan ditekankan agar memilih lelaki saleh
dan berakhlak mulia, sehingga dia akan selamat dari kehidupan rumah
tangga yang kelam, dan dapat merasakan kenyamanan dalam rumah
tangga tersebut seumur hidupnya.”
sebuah hadits yang dikutip Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-
Malibri dalam Fathul Mu’in bi Syarhi Qurratil ‘Ain (hal. 99) yang
berbunyi:
ساس
ّ تخٌروا لنطفكم فإن العرق د
Artinya, “Selektiflah dalam memilih tempat bagi benih keturunanmu,
karena baik dan tidaknya keturunan, tak akan jauh dari ibu-bapaknya.”
فإذا تزوج فلٌحسن خلمه معها وال.وال ٌنبغً أن ٌتزوج سلٌطة اللسان وال مختلعة وال متواشمة
فإن فعل ذلن كان، وال ٌشتم لها أبا وال أما،ٌؤذٌها وال ٌكرهها على مهرها فتختلع منه
َ ُ ٌعنً أ.عوان عندكم
س َراء ٍ استوصوا بالنساء خٌرا فإنهن:هللا ورسوله برٌئٌن منه لال النبً ملسو هيلع هللا ىلص
Artinya, “Seorang pria seyogianya tidak memperistri perempuan yang
bermulut lancang (bicara tajam), perempuan yang berbuat semaunya,
atau perempuan yang suka menjatuhkan harga diri orang lain. Kalau
pun terlanjur mengawini perempuan seperti ini, maka suami harus
tetap menjaga akhlak terhadapnya; tidak menyakitinya; tidak
menggunakan paksa harta misalnya–maharnya sehingga sebagai
respon balik ia berbuat semaunya; dan tidak menghina kedua orang
tuanya. Kalau semua pantangan itu dilakukan, maka (rahmat dan
bantuan) Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari sang suami. Rasulullah
SAW bersabda, ‘Ingatlah wasiatku ini! Berbuat baiklah terhadap istri
kamu sekalian karena mereka adalah seolah tawanan kamu,’ yakni
rampasan (yang diambil dari kedua orang tua mereka),” (Lihat Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghuniyah li Thalibi Thariqil Haqqi Azza wa
Jalla, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, tahun 1997 M/1417 H, juz I,
halaman 103).