BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi
Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih
yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi yang mengacu pada
adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk
deposit mineral, paling umum oksolaktat Ca2+ dan fosfat Ca2+, tetapi asam urat
dan kristal yang lain juga pembentuk batu dimana paling umum ditemukan pada
memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien (Mutaqin & Sari, 2014).
2. Etiologi
banyak zat pembentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat dari pada
cairan yang bisa mengencer. Pada saat yang sama, urine juga kekurangan zat
yang mencegah Kristal saling menempel. Hal ini membuat lingkungan ideal
di saluran kemih antara lain, matriks protein dan inflamasi bakteri, serta
Ca, asam urat dan fosfat). Pembentukan batu di saluran kemih dipengaruhi oleh
dua factor yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen adalah faktor
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Keterangan gambar :
Gambar A : Ginjal
Gambar B : Ureter
Gambar D : Uretra
Adapun organ – organ yang menyusun sistem perkemihan menurut Sloane, (2021)
yaitu :
a. Ginjal
eritrosit, tekanan darah, serta metabolism kalsium dan fosfor. Ginjal merupakan
peritoneum pada kedua isi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding
11
belakang abdomen. Bentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki –
laki lebih panjang dari ginjal wanita. Pada setiap ginjal mengandung lebih dari
satu juta nefron, suatu fungsional ginjal. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L
darah, darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21% dari curah jangtung
dan lebar 2,5 cm. Berat satu ginjal pada orang dewasa 150 gram, ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena terdapat hepar disisi kanan.
b. Ureter
Ureter adalah saluran pipa, masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih, panjangnya bkira – kira 25 – 30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Lapisan
dinding ureter terdiri dari jaringan fibrosa, lapisan otot polos dan lapisan mukosa.
Di pelvis menurun kearah luar dan dalam dan menembus dinding posterior
gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke
ureter adalah arteri renalis, arteri spermatika interna, arteri hipoghastrika dan
arteri vesikalis inferior. Saraf yang mempersyarafi ureter yaitu cabang daripleksus
c. Vesika urinaria
12
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
kelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis
medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari fundus, korpus dan vertex. Dinding
kandung kemih terdiri dari otot polos yang tersusun dan saling berkaitan dan
disebut musculus musculus detrusor vesikae. Peredaran darah berasal dari arteri
vesikalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna.
d. Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
wanita panjang uretra kira – kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai sistem
perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan
vagina. Terdapat sfinter internal dan eksternal pada uretra, sfinter internal adalah
involunter dan eksternal pada uretra, sfinter internal adalah involunter kecuali
pada bayi dan pada cedera atau penyakit syaraf (Eko & Andi, 2014).
b. Fisiologi
1. Ginjal
darah, keseimbangan asam basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan
kelebihan garam.
2. Ureter
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam
kandung kemih.
3. Kandung kencing
Kandung kencing atau vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ
ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di
4. Uretra
4. Patofisiologi
Konsentrasi substansi
(Kalsium oksalat, fosfat dan asam urat meningk
Terjadi presipitasi,
pengendapan
Batu berbentuk at)
Gangguan fungsi
ginjal Peningkatan Resiko Nyeri akut
suhu kekurangan
Tubuh volume
Penurunan Produksi cairan
Kurang terpajan/salah
interprestasi/informasi
Permintaan informasi
15
Kurang
Pengetahuan
(Haryono,2013).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Harmilah (2020), Tanda dan gejala yang berhubungan dengan batu
a. Nyeri kolik
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises
ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran
sensasi nyeri.
c. Keluhan gastrointestinal
d. Darah akibat aksi abrasif batu. Keluhan ini disebut kolik uretal.
e. Anoreksia
h. Infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan
sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih
6. Klasifikasi
Asam oksalat di dalam tubuh beeasal dari metabolisme asam amino dan asam
askorbat (vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat yang cukup
besar, sejumlah 30-50% dikeluarkan sebagai oksalat urin. Manusia tidak dapat
terjadi gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan
b. Batu struvit
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium
karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi
17
Hal ini terjadi akibat bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus
Staphylococus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang
c. Batu urat
probenesid atau aspirin), dan penderita diare kronis ( karena kehilangan cairan,
dan peningkatan konsentrasi urin), serta asidosis (pH urin menjadi asam,
d. Batu sistina
semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut maka akan
Terjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urin tinggi) dan
atau berlebih asupan kalsium (misal susu dan keju) ke dalam tubuh.
18
f. Batu kalsium
kalsium di dalam air kemih sangat tinggi. Obat diuretikt thiazid (mosalnha
untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari). Diet rendah kalsium dan
sitrat. Kadar oksalat yang tinggal dalam air kemih, yang menyokong
kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica, dan teh). Oleh
karena itu, sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi. Kadang batu kalsium
keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini
Dianjurkan untuk mengurangi asipan daging, ikan dan unggas, karena makanan
asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah. Oleh karena itu, untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
Makanan yang harus dihindari adalah makanan yang mengandung kadar kapur
(kalsium) tinggi karena bisa menaiklam kadar kalsium dalam darah dan air
kencing sehingga melebihi ambang batas aman dengan akibat terbentuk kristal
batu. Kristal batu yang terbentuk dalam jumlah banyak dan saling menempel
akan menjadi batu ginjal. Bahan makanam yang paling berbahaya bagi
terlalu banyak protein hewani seperti telur dan daging ayam, sapi, kambing, dll
akan menimbulkan kenaikan kadar kalsium (kapur) dalam darah dan air
7. Komplikasi
b. Infeksi yang diakibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi
c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
20
sel darah merah , sel darah putih, dan kristal (sistin, asam urat, kalsium
dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium,
c. Kultur urine
Klebsiela, Pseudomonas)
d. Survei biokimia
elektrolit.
i. Hb, Ht
j. Hormon paratiroid
Meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari
k. Foto rontgen
Menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomis pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
l. IVP
m. Sistoureteroskopi
Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu dan
efek obstruksi
n. CT Scan
o. USG Ginjal
9. Penatalaksanaan
a. Pengurangan nyeri
3) Masukkan cairan
b. Pengangkatan batu
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan cairan
yang adekuat dan mengindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
dikontraindikasikan.
d. Batu kalsium
e. Batu fosfat
Diet rendah fosfor dapat diberikan untuk pasien yang memiliki batu fosfat,
f. Batu urat
Diet untuk pasien dengan batu urat yaitu diet rendah purin, hal ini mengurangi
g. Batu oksalat
24
h. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,
batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut
j. Metode endourologi
radiologi dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor.
k. Ureteroskopi
diangkat.
l. Pelarutan batu, infus cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan
lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah
larut (struvit).
m. Pembedahan
terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika
ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal
sistolitolapaksi.
1. Pengkajian Keperawatan
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien ganggguan sistem perkemihan, dengan
Urolithiasis yaitu :
b. Keluhan Utama
Gejala : riwayat hipertensi lama dan berat, palpitasi nyeri dada (angina).
c. Integritas ego
Gejala : Faktor stress, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada
kekuatan.
d. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekwensi urine, oliguria, dan anuria (gagal tahap lanjut),
e. Makanan/ cairan
f. Nyeri / keamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat
malam).
g. Pernafasan
Gejala : nafas pendek, batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak.
2. Diagnosa Keperawatan
pola BAK.
dan muntah.
d. Nyeri berhubungan dengan batu berbentuk ditandai dengan rasa sakit saat
informasi
3. Intervensi Keperawatan
28
a. Manajemen Hipertermia
Definisi
termoregulasi.
Tindakan
Observasi
penggunaan inkubator)
Terapeutik
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
29
Edukasi
Kolaborasi
Delintel
Tindakan
Observasi
warna)
Terapeutik
30
Edukasi
4) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
Kolaborasi
Intervensi Utama
1. Manajemen cairan
Intervensi Pendukung
31
1. Identifikasi resiko
2. Insersi intravena
4. Kateterisasi urine
5. Manajemen aritmia
6. Manajemen autotranfusi
8. Manajemen elektrolit
9. Manajemen hipervolemia
Definisi
Tindakan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Intervensi Utama
Edukasi kesehatan
Intervensi Pendukung
7. Edukasi dehidrasi
9. Edukasi diet
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. Marilyn E., (2015), Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 6, Jakarta; EGC.
Reza M.(2019). Wanita Usia 31 Tahun Dengan Infeksi Saluran Kemih Berulang Dan
Rejeksi Transplan Ginjal: Suatu Laporan Kasus. Dibuka pada website :
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/245. Diakses
pada tanggal 07 Maret 2022.
36
Sari P.(2018). Ketepatan Pemeriksaan Uji Dipstik Urin Dalam Mendiagnosis Infeksi
Saluran Kemih (Isk) Nosokomial Simptomatik Dan Pola Resistensi Isk
Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Pusat (Rsup) Haji Adam Malik Medan.
Dibuka pada website :https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/
article/download/2062/2030. Diakses pada tanggal 07 Maret 2022.
Yenny.(2020). Profil kuman pada infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Bali tahun 2019-2020. Dibuka pada website :
https://jpdunud.org/index.php/JPD/article/view/140/49. Diakses pada tanggal
07 Maret 2022.