Anda di halaman 1dari 29

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis Medis

1. Defenisi

Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih

yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi yang mengacu pada

adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk

deposit mineral, paling umum oksolaktat Ca2+ dan fosfat Ca2+, tetapi asam urat

dan kristal yang lain juga pembentuk batu dimana paling umum ditemukan pada

pelvis dan kalik ginjal (Haryono, 2013).

Batu saluran kemih merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli)

disaluran kemih dapat memberikan gangguan pada sistem perkemihan dan

memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien (Mutaqin & Sari, 2014).

2. Etiologi

Batu saluran kemih (urolithiasis) terbentuk ketika urine mengandung lebih

banyak zat pembentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat dari pada

cairan yang bisa mengencer. Pada saat yang sama, urine juga kekurangan zat

yang mencegah Kristal saling menempel. Hal ini membuat lingkungan ideal

terbentuknya batu saluran kemih. Faktor yang memungkinkan terbentuknya batu


9

di saluran kemih antara lain, matriks protein dan inflamasi bakteri, serta

peningkatan konsentrasi urine (pencetus percepatan pembentukan Kristal seperti

Ca, asam urat dan fosfat). Pembentukan batu di saluran kemih dipengaruhi oleh

dua factor yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen adalah faktor

genetic seperti, hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer,

sedangkan faktor eksogen meliputi lingkungan, makanan, infeksi, dan kejenuhan

mineral di dalam air minum (Harmilah, 2020).

3. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Urinaria (Pearce, 2017)


10

Keterangan gambar :

Gambar A : Ginjal

Gambar B : Ureter

Gambar C : Kandung kemih

Gambar D : Uretra

Sistem urinaria atau perkemihan terdiri atas :

a. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine

b. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing

c. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung

d. Uretra, yang mengeluarkan urine dari kandung kencing

Adapun organ – organ yang menyusun sistem perkemihan menurut Sloane, (2021)

yaitu :

a. Ginjal

adalah sepasang organ retroperineal yang integral dengan homeostasis tubuh

dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk keseimbangan fisika dan kimia.

Ginjal menyereksi hormone dan enzim yang membantu pengaturan produksi

eritrosit, tekanan darah, serta metabolism kalsium dan fosfor. Ginjal merupakan

suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang kavum abdominbalis dibelakang

peritoneum pada kedua isi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding
11

belakang abdomen. Bentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan

kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki –

laki lebih panjang dari ginjal wanita. Pada setiap ginjal mengandung lebih dari

satu juta nefron, suatu fungsional ginjal. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L

darah, darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21% dari curah jangtung

atau sekitar 1200 ml/menit. Masing – masing ginjal mempunyai panjang 12 cm

dan lebar 2,5 cm. Berat satu ginjal pada orang dewasa 150 gram, ginjal kanan

terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena terdapat hepar disisi kanan.

b. Ureter

Ureter adalah saluran pipa, masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung

kemih, panjangnya bkira – kira 25 – 30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Lapisan

dinding ureter terdiri dari jaringan fibrosa, lapisan otot polos dan lapisan mukosa.

Di pelvis menurun kearah luar dan dalam dan menembus dinding posterior

kandung kemih secara seronh. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan –

gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke

dalam kandung kemih (vesika urinaria). Pembuluh darah yang memperdarahi

ureter adalah arteri renalis, arteri spermatika interna, arteri hipoghastrika dan

arteri vesikalis inferior. Saraf yang mempersyarafi ureter yaitu cabang daripleksus

mesenterikus infesrior, pleksus spermatikus, dan pleksus pelvis.

c. Vesika urinaria
12

Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di

balakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.bentuk seperti kerucut yang di

kelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis

medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari fundus, korpus dan vertex. Dinding

kandung kemih terdiri dari otot polos yang tersusun dan saling berkaitan dan

disebut musculus musculus detrusor vesikae. Peredaran darah berasal dari arteri

vesikalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna.

Di persyarafi oleh nervus splenikus yang berasal dari nervus saklaris 2, 3, 4.

d. Uretra

Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Uretra pria panjangnya 18 – 20 cm dan

bertindak sebagai saluran untuk system reproduksi maupun perkemihan. Pada

wanita panjang uretra kira – kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai sistem

perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan

internal berjalan turun dibelakang simpibis pubis melekat ke dindinganterior

vagina. Terdapat sfinter internal dan eksternal pada uretra, sfinter internal adalah

involunter dan eksternal pada uretra, sfinter internal adalah involunter kecuali

pada bayi dan pada cedera atau penyakit syaraf (Eko & Andi, 2014).

b. Fisiologi

Menurut Pearce, (2017) yaitu :


13

1. Ginjal

Fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam

darah, keseimbangan asam basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan

kelebihan garam.

2. Ureter

Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam

kandung kemih.

3. Kandung kencing

Kandung kencing atau vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ

ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di

dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis

seperti balon karet.

4. Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang

berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.


14

4. Patofisiologi

Konsentrasi substansi
(Kalsium oksalat, fosfat dan asam urat meningk
Terjadi presipitasi,
pengendapan
Batu berbentuk at)

Terjadi presipitasi, Iritasi Rasa sakit berkemih


pengendapan

Proses Mual, Wajah tampak


Obstruksi
Inflamasi muntah meringis

Gangguan fungsi
ginjal Peningkatan Resiko Nyeri akut
suhu kekurangan
Tubuh volume
Penurunan Produksi cairan

Kesulitan berkemih, Wajah


perubahan pola tampak
BAK merah

Gangguan eliminasi Hipertermi


urine
Perubahan Status

Kurang terpajan/salah
interprestasi/informasi

Permintaan informasi
15

Kurang
Pengetahuan

(Haryono,2013).

5. Manifestasi Klinis

Menurut Harmilah (2020), Tanda dan gejala yang berhubungan dengan batu

ginjal atau urolithiasis adalah

a. Nyeri kolik

Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises

ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran

kemih. Peningkatan peristaltik tersebut menyebabkan tekanan intraluminalnya

meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan

sensasi nyeri.

b. Nyeri non-kolik terjadi akibat peregangan kapsul ureter karena terjadi

hidronefrosis atau infeksi pada ureter.

c. Keluhan gastrointestinal

d. Darah akibat aksi abrasif batu. Keluhan ini disebut kolik uretal.

e. Anoreksia

f. Mual dan muntah

g. Penurunan asupan nutrisi umum


16

h. Infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan

terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,

sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih

akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang

akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi

kerusakan ginjal berkemih.

6. Klasifikasi

Menurut Haryono (2013), Klasifikasi Urolithiasis yaitu :

Macam jenis batu dan proses pembentukannya:.

a. Batu oksalat/kalsium oksalat

Asam oksalat di dalam tubuh beeasal dari metabolisme asam amino dan asam

askorbat (vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat yang cukup

besar, sejumlah 30-50% dikeluarkan sebagai oksalat urin. Manusia tidak dapat

melakukan metabolisme oksalat sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika

terjadi gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan

banyak mengonsumsi nenas) maka terjadi akumulasi oksalat yang memicu

terbentuknya batu oksalat di ginjal/kandung kemih.

b. Batu struvit

Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium

karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi
17

ammonia bertambah dan pH urin tinggi sehingga kelarutan fosfat berkurang.

Hal ini terjadi akibat bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus

dan Providencia, Peudomonas eratia, semua spesies Klebsiella, Hemophilus,

Staphylococus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. Enzim urease yang

dihasilkan bakteri di atas menguraikan urin menjadi amonia dan karbonat.

Amonia bergabung dengan air membentuk amonium sehingga pH urin makin

tinggi. Karbon dioksida yang terbentuk dalam suasana pH basa/tinggi akan

menjadi ion karbonat membentuk kalsium karbonat.

c. Batu urat

Terjadi pada penderita gout (sejenis rematik), pemakaian urikosurik (misal

probenesid atau aspirin), dan penderita diare kronis ( karena kehilangan cairan,

dan peningkatan konsentrasi urin), serta asidosis (pH urin menjadi asam,

sehingga terjadi pengendapan asam urat).

d. Batu sistina

Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya

semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut maka akan

berpresipitasi (mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel

ginjal/saluran kemih membentuk batu.

e. Batu kalium fosfat

Terjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urin tinggi) dan

atau berlebih asupan kalsium (misal susu dan keju) ke dalam tubuh.
18

f. Batu kalsium

Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsuria, dimana kadar

kalsium di dalam air kemih sangat tinggi. Obat diuretikt thiazid (mosalnha

trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru. Dianjurkan

untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari). Diet rendah kalsium dan

mengonsumsi natrium selulosa fosfat. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat

penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium

sitrat. Kadar oksalat yang tinggal dalam air kemih, yang menyokong

terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat mengonsumsi makanan yang

kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica, dan teh). Oleh

karena itu, sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi. Kadang batu kalsium

terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatirodisme, sarkoidosis,

keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini

sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

g. Batu asam urat

Dianjurkan untuk mengurangi asipan daging, ikan dan unggas, karena makanan

tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.

Untuk mengurangi pembentukan asam urat, bisa diberikan allopurionol. Batu

asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah. Oleh karena itu, untuk

menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.

Juga, sangat dianjurkan untuk banyak minum air putih.


19

Makanan yang harus dihindari adalah makanan yang mengandung kadar kapur

(kalsium) tinggi karena bisa menaiklam kadar kalsium dalam darah dan air

kencing sehingga melebihi ambang batas aman dengan akibat terbentuk kristal

batu. Kristal batu yang terbentuk dalam jumlah banyak dan saling menempel

akan menjadi batu ginjal. Bahan makanam yang paling berbahaya bagi

terbentuknya batu ginjal terutama lemak dan protein hewani, mengonsumsi

terlalu banyak protein hewani seperti telur dan daging ayam, sapi, kambing, dll

akan menimbulkan kenaikan kadar kalsium (kapur) dalam darah dan air

kencing dengan akibat terbentuk kristal batu dan batu ginjal.

7. Komplikasi

Menurut Harmilah (2020), Komplikasi Urolithiasis yaitu :

a. Sumbatan yang diakibat pecahan batu

b. Infeksi yang diakibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat

obstruksi

c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan

pengangkatan batu ginjal

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Harmilah (2020), Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis yaitu :

a. Urinalisis
20

Warna kuning, cokelat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya

sel darah merah , sel darah putih, dan kristal (sistin, asam urat, kalsium

oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pH urine asam (meningkatkan sistin

dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium,

atau batu kalsium fosfat.

b. Urine (24 jam)

Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

c. Kultur urine

Menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (Stapilococus aureus, Proteus,

Klebsiela, Pseudomonas)

d. Survei biokimia

Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan

elektrolit.

e. BUN/kreatinin serum dan urine

Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya

batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

f. Kadar klorida dan bikabornat serum

Peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan

terjadinya asidosis tubulus ginjal.

g. Hitung darah lengkap

Sel darah putih mungkin meningkat, menunjukkan infeksi/septikimia.


21

h. Sel darah merah

i. Hb, Ht

Abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong

presipitasi pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi ginjal).

j. Hormon paratiroid

Meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari

tulang meningkatkam sirkulasi serum dan kalsium urine)

k. Foto rontgen

Menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomis pada area ginjal dan

sepanjang ureter.

l. IVP

Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal

atau panggul. Menunjukkan abdomen pada struktur anatomis (distensi ureter)

dan garis bentuk kalkuli .

m. Sistoureteroskopi

Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu dan

efek obstruksi

n. CT Scan

Mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan massa lain,ginjal,ureter

dan distensi kandung kemih


22

o. USG Ginjal

Untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

9. Penatalaksanaan

Menurut Harmilah (2020), Penatalaksanaan Urolithiasis yaitu :

a. Pengurangan nyeri

Mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, intervensi

keperawatan antara lain:

1) morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa

2) Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat

3) Masukkan cairan

4) Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita

gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan

cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu

sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan

sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urine, mengencerkan

urine, dan menjamin luaran urine yang besar.

b. Pengangkatan batu

Pemeriksaan sistoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk

menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin). Ini untuk

mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.


23

c. Terapi nutrisi dan medikasi

Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan cairan

yang adekuat dan mengindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan

bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium), efektif untuk mencegah

pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada.

Minimum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali

dikontraindikasikan.

d. Batu kalsium

Pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu

mencegah pembentukan batu lebih lanjut.

e. Batu fosfat

Diet rendah fosfor dapat diberikan untuk pasien yang memiliki batu fosfat,

untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diberikan

karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengekseskannya melalui

saluran intensial bukan sistem urinarius.

f. Batu urat

Diet untuk pasien dengan batu urat yaitu diet rendah purin, hal ini mengurangi

ekskresi asam urat dalam urine.

g. Batu oksalat
24

Urin yang encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat.

Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak,

kacang,seledri, coklat, teh, kopi.

h. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,

modalitas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal

(ESWL), pengangkatan batu perkutan, atau uteroroskopi.

i. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal

Litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL) adalah prosedur

noninvasif yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah

batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut

dikeluarkan secara spontan.

j. Metode endourologi

Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli

radiologi dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor.

k. Ureteroskopi

Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan

suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan

menggunakan laser, litotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian

diangkat.

l. Pelarutan batu, infus cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan

sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang berisiko terhadap terapi


25

lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah

larut (struvit).

m. Pembedahan

Sebelum adanya litotripsi, pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan

terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan

nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika

ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal

diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan

ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih, batu

kemudian dihancurkan dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut

sistolitolapaksi.

B. Tinjauan Teoritis Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan

riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta

riviu catatan sebelumnya (Doenges, 2015).

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien ganggguan sistem perkemihan, dengan

Urolithiasis yaitu :

a. Aktifitas atau istirahat

Gejala : kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia).


26

Tanda : kelemahan otot, kehilanagn tonus, penurunan rentang gerak.

b. Keluhan Utama

Gejala : riwayat hipertensi lama dan berat, palpitasi nyeri dada (angina).

Tanda : Hipertensi disritmia jantung, nadi lemah halus, pucat, kecenderungan

perdarahan, pitting pada kaki dan telapak yangan.

c. Integritas ego

Gejala : Faktor stress, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada

kekuatan.

Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah merangsang dan perubahan.

d. Eliminasi

Gejala: Penurunan frekwensi urine, oliguria, dan anuria (gagal tahap lanjut),

abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda : perubahan warna dan urine, oliguria dapat menjadi anuria

e. Makanan/ cairan

Gejala : penurunan BB, anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah

Tanda : distensi abdomen / asites, pembesarab hati, perubahan turgor kulit,

edema, ulserasi gusi dan penampilan tak bertenaga.

f. Nyeri / keamanan

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat

malam).

Tanda : Perilaku berhati – hati, distraksi dan gelisah.


27

g. Pernafasan

Gejala : nafas pendek, batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak.

Tanda : Takipnea, dispnea, pernafasan kusmaul dan batuk produktif dengan

sputum merah muda – encer (edema paru).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Doenges (2015) adalah sebagai berikut :

a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh

meningkat, wajah tampak merah

b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksis, ganggaun fungsi

ginjal, penurunan produksi ditandai dengan kesulitan berkemih, perubahan

pola BAK.

c . Kekurangan volume cairan berhubungan dengan iritasi ditandai dengan mual

dan muntah.

d. Nyeri berhubungan dengan batu berbentuk ditandai dengan rasa sakit saat

berkemih, wajah tampak meringis.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perubahan status, kurang terpajan

informasi ditandai dengan informasi kurang/tidak adekuat, permintaan

informasi

3. Intervensi Keperawatan
28

Rencana tindakan terhadap kasus Urolithiasis menurut SIKI adalah:

a. Manajemen Hipertermia

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi

termoregulasi.

Tindakan

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas,

penggunaan inkubator)

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kadar elektrolit

4) Monitor haluaran urine

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan atau lepaskan pakaian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat

berlebih)
29

6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin

pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila).

7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8) Berikan oksigen, jika perlu.

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring.

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

b. Manajemen Elminasi Urine

Delintel

1) Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urine.

Tindakan

Observasi

1) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine

2) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine

3) Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan

warna)

Terapeutik
30

1) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih

2) Batasi asupan cairan, jika perlu

3) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur

Edukasi

1) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih

2) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine

3) Ajarkan mengambil spesimen urine midstream

4) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih

5) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemihan

6) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi

7) Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu.

c. Manajemen kekurangan volume cairan

Intervensi Utama

1. Manajemen cairan

2. Manajemen Jalan Nafas

Intervensi Pendukung
31

1. Identifikasi resiko

2. Insersi intravena

3. Insersi selang nasogastrik

4. Kateterisasi urine

5. Manajemen aritmia

6. Manajemen autotranfusi

7. Manajemen edema cerebral

8. Manajemen elektrolit

9. Manajemen hipervolemia

10. Manajemen hipovelemia

11. Manajemen nutrisi

12. Manajemen perdarahan

13. Manajemen spesimen darah

14. Manajemen syok

15. Manajemen syok anafilaktik

16. Manajemen syok hipovelemik

17. Manajemen syok kardiogenik

18. Manajemen syok neurogenik

19. Manajemen syok obstruktif

d. Edukasi Manajemen Nyeri

Definisi

Mengajarkan pengelolaan suhu tubuh yang lebih dari normal.


32

Tindakan

Observasi

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri

2. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

e. Manajemen kurang pengetahuan

Intervensi Utama

Edukasi kesehatan

Intervensi Pendukung

1. Bimbingan sistem kesehatan

2. Edukasi aktivitas atau istirahat

3. Edukasi alat bantu dengar

4. Edukasi analgesia terkontrol


33

5. Edukasi berat badan efektif

6. Edukasi berhenti merokok

7. Edukasi dehidrasi

8. Edukasi dialisis peritoneal

9. Edukasi diet

10. Edukasi edema

11. Edukasi efek samping obat

12. Edukasi fisioterapi dada

13. Edukasi hemodialisis

14. Edukasi infertilitas

15. Edukasi irigasi kandung kemih

16. Edukasi irigasi kolostomi

17. Edukasi irigasi urostomi

18. Edukais keamanan anak

19. Edukasi keluarga berencana

20. Edukasi keluarga , pola kebersihan

21. Edukasi Kemotrapi

22. Edukasi Keselamatan lingkungan

23. Edukasi Keselamatan rumah

24. Edukasi ketrampilan psikomotor

25. Edukasi komunikasi efektif

26. Edukasi latihan berkemih

27. Edukasi latihan fisik


34

28. Edukasi Manajemen demam

29. Edukasi Manajemen nyeri

30. Edukasi Manajemen stres

31. Edukasi Mobilisasi

32. Edukasi Nutrisi

33. Edukasi Nutrisi anak

34. Edukasi Nutrisi bayi

35. Edukasi Nutrisi parenteral


35

DAFTAR PUSTAKA

Eko & Andi.(2014). Asuhan Keperawatan sistem Perkemihan. Penerbit Nuha


Medika.Yogyakarta.

Doenges. Marilyn E., (2015), Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 6, Jakarta; EGC.

Harlina.(2019). Jumlah penderita infeksi saluran kemih. Dibuka pada website:


http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1046/2/BAB%201.pdf. Diakses pada
tanggal 15 Februari 2022.

Jrenaldo. (2015). Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genetalia. Penerbit:


Ikatan ahli radiologi (IAU). Edisi ke 2. Yogyakarta

Mawaddah.(2018). Asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih. Dibuka


pada website : http://repo.stikesicmejbg.ac.id/1755/2/KTI%20HASIL
%20selesai.pdf . Diakses pada tanggal 16 Februari 2022.

Purnamayanti .(2020). Manajemen nyeri pada klien infeksi saluran kemih di ruang


anggrek rumah sakit umum. Dibuka pada website :
https://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion/article/view/
116.Diakses pada tanggal 16 Februari 2022.

Recep Z.(2020). Infeksi saluran kemih. Dibuka pada website :


https://scholar.google.co.id/citations?
view_op=view_citation&hl=en&user=MbX73tIAAAAJ&citation_for_view=
MbX73tIAAAAJ:d1gkVwhDpl0 . Diakses pada tanggal 17 Februari 2022.

Reza M.(2019). Wanita Usia 31 Tahun Dengan Infeksi Saluran Kemih Berulang Dan
Rejeksi Transplan Ginjal: Suatu Laporan Kasus. Dibuka pada website :
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/245. Diakses
pada tanggal 07 Maret 2022.
36

Santi, dkk.(2019). Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Saluran Kemih


Pada Pasien Dewasa Di Rsud Kota Bekasi. Dibuka pada website :
https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/Gantari/article/download/861/596.
Diakses pada tanggal 07 Maret 2022.

Sari P.(2018). Ketepatan Pemeriksaan Uji Dipstik Urin Dalam Mendiagnosis Infeksi
Saluran Kemih (Isk) Nosokomial Simptomatik Dan Pola Resistensi Isk
Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Pusat (Rsup) Haji Adam Malik Medan.
Dibuka pada website :https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/
article/download/2062/2030. Diakses pada tanggal 07 Maret 2022.

Sugianto.(2020). Infeksi Saluran Kemih Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Persalinan


Preterm. Dibuka pada website:
https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/viewFile/774/607. Diakses pada
tanggal 07 Maret 2022.
.
Toto & Abdul.(2013). Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta; Media saesculapius,

Yenny.(2020). Profil kuman pada infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Bali tahun 2019-2020. Dibuka pada website :
https://jpdunud.org/index.php/JPD/article/view/140/49. Diakses pada tanggal
07 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai