Anda di halaman 1dari 130

PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI

AUDITOR INTERNAL TERHADAP RISK

MANAGEMENT BANK SYARI’AH

OLEH:

MARYATI
NIM. 204082002324

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/ 2008 M

1
Jika Kita Selalu Berusaha Meraih Yang Tidak Bisa Kita
Raih, Maka Kita Tidak Pernah Akan Bahagia. Memaksa
Untuk Mendapatkan Segala Yang Diinginkan, Tidak
Mau Menerima Dan Mensyukuri Apa Yang Ada,
Atau Selalu Mementingkan Sesuatu
Yang Sebenarnya Tidak Perlu
Bahkan Hanya Membuat
Kita Jadi Egois,
Tetapi Juga
Tamak Dan
Keras
Hati.
Kebagiaan
Tentu Saja
Bukan Bersumber
Dari Apa Yang Kita
Raih. Bahagia Dan Rasa
Puas Yang Utama Diraih Dari
Proses Dan Perjuangan Dalam Menggapai
Sesuatu. Proses Dan Perjuangan Tentu Saja
Bukan Sesuatu Yang Mudah, Tapi Akan Membuat
Kita Dewasa, Penuh Rasa Syukur, Tidak Cengeng Dan
Tidak Percaya Pada Kehebatan Sesuatu Yang Serba Instan.

2
SUNDAY, MAY 13, 2007

MEMBANGUN PROFESIONALISME AUDITOR INTERN BANK


Profesional merupakan tuntutan terhadap suatu profesi yang akan sangat
menentukan keberhasilan suatu pekerjaan. Sebagai suatu fungsi yang harus
dilakukan bank dalam membangun bank yang sehat, maka para auditor intern
bank harus mengacu pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank
(SPFAIB) yang telah wajib dilaksanakan sejak 1 Januari 1996 serta kemudian
dilakukan pemutakhirannya oleh Bank Indonesia dengan Peraturan Bank
Indonesia No. 1/6/PBI/99 tanggal 20 September 1999. Dalam kaitan ini Bank
yang secara organisatoris atau karena hal lain harus mengikuti standar dari
lembaga lain atau dari organisasi induknya, baik di dalam maupun di luar negeri,
seperti Norma Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD, atau
Standards For The Professional Practice of Internal Auditing (The Institute of
Internal Auditors), dalam pelaksanaan fungsi Audit Internnya minimal harus
memenuhi ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam SPFAIB. Kesemua standar
tersebut ternyata menuntut para auditor intern untuk profesional dalam
melaksnakan tugas-tugasnya.

PROFESIONALISME. Profesionalisme harus menjadi acuan dalam


pelaksanaan fungsi Audit Intern oleh satuan kerja audit intern bank
Sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki
seseorang melalui dengan pengetahuan yang dimilikinya disertai latihan dan
belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik
tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan
dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Kita mengenal sifat profesional ini
dituntut selalu ada misalnya pada ahli hukum, dokter, akuntan publik, termasuk
juga atlet.
Untuk dapat mewujudkan profesionalisme-nya, Khusus Auditor Intern bank
secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama harus mempunyai:
a. Pengetahuan yang memadai dalam bidang tugasnya yaitu pengetahuan
mengenai teknis audit dan disiplin ilmu lain yang relevan dengan spesialisasinya;
b. Perilaku yang independen, jujur, obyektif, tekun dan loyal,
c. Kemampuan mempertahankan kualitas profesionalnya melalui pendidikan
profesi lanjutan yang berkesinambungan,
d. Kemampuan melaksanakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama,
e. Kecakapan dalam berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis
secara efektif.

KEMAHIRAN PROFESIONAL. Kemahiran profesional dapat diperoleh


Auditor Intern melalui pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai dalam
bidang Audit Intern, kegiatan operasional perbankan serta disiplin ilmu lain yang
relevan dengan spesialisasinya.
Latar Belakang Pendidikan. Persyaratan minimal pendidikan bagi Auditor
Intern ditetapkan oleh masing-masing bank sesuai dengan ukuran organisasi

3
maupun tingkat kerumitan kegiatan banknya. Meskipun demikian agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, latar belakang pendidikan Auditor Intern
seharusnya dapat menunjang untuk:.
a. memahami penerapan SPFAIB;
b. memahami standar akuntansi keuangan;
c. memahami peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan
operasional perbankan;
d. memahami prinsip-prinsip manajemen khususnya manajemen perbankan,
e. memiliki pengetahuan mengenai ilmu yang berkaitan dengna kegiatan
perbankan seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, perpajakan dan masalah-masalah
keuangan, metode kuantitatif/statistik dan memahami prinsip-prinsip Pengolahan
Data Elektronik. Dalam penerapannya, masing-masing Auditor Intern tidak perlu
memahami seluruh bidang di atas, akan tetapi SKAI secara keseluruhan harus
mempunyai personil yang memahami disiplin ilmu di atas.

Pengalaman Kerja. Pengalaman kerja yang memadai dalam bidang


operasional perbankan akan menambah atau membantu memberikan kemahiran
profesional bagi Auditor Intern,
SIKAP MENTAL DAN ETIKA. Auditor Intern harus memiliki sikap mental
dan etika serta tanggung jawab profesi yang tinggi, sehingga kualitas hasil
kerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan untuk membantu
terwujudnya perkembangan bank yang wajar dan sehat.
Sikap Mental Auditor Intern. Auditor Intern harus memiliki sikap mental
yang baik yang tercermin dari kejujuran, obyektivitas, ketekunan dan loyalitasnya
kepada profesi.
Kejujuran. Auditor Intern harus mampu mengemukakan pendapat secara jujur
dan bijaksana, sesuai dengan hasil temuannya.
Obyektivitas. Auditor Intern harus selalu mempertahankan sikap obyektif,
sehingga dapat mengemukakan temuan berdasarkan bukti-bukti atau fakta-fakta
yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian laporan atas hasil temuan
harus lengkap dan didasarkan pada analisis yang obyektif.
Ketekunan. Auditor Intern harus memiliki ketekunan dan keuletan di dalam
menelusuri masalah/indikasi yang dihadapi guna memperoleh bukti-bukti yang
akan mendukung temuannya.
Loyalitas. Auditor Intern harus menunjukkan loyalitas kepada tanggung jawab
profesinya

Etika Auditor Intern. Auditor Intern harus memiliki Kode Etik Profesi yang
antara lain mengacu kepada Code of Ethics dari The Institute of Internal Auditors.
kode etik tersebut sekurang-kurangnya memuat keharusan untuk:
a. berperilaku jujur, santun, tidak tercela, obyektif dan bertanggung jawab;
b. memiliki dedikasi tinggi;
c. tidak akan menerima apapun yang akan dapat mempengaruhi pendapat
profesionalnya;
d. menjaga prinsip kerahasiaan sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang
berlaku;

4
e. terus meningkatkan kemampuan profesionalnya..

Tanggung Jawab Terhadap Profesi. Auditor Intern harus menunjukkan


tanggung jawab terhadap profesi dengan selalu menerapkan prinsip kerja yang
cermat dan seksama serta terus memelihara kemampuan teknisnya, sehingga dapat
menghasilkan kualitas kerja yang optimal.
Bekerja secara cermat dan seksama. Auditor Intern harus bekerja secara
cermat dan seksama dalam batas yang layak serta menerapkan kemahiran
profesionalnya secara optimal. Untuk itu perlu diperhatikan:

i. Ruang lingkup ataupun tingkat kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan


tugas;
ii. Kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya penyimpangan, kesalahan,
penggelapan, inefisiensi, pemborosan serta pertentangan kepentingan dan
pelaporannya kepada atasan pejabat yang bersangkutan;
iii. Kecermatan dalam mengidentifikasi keadaan dan kegiatan yang rawan
penyimpangan, kelemahan struktur pengendalian intern dan ketepatan dalam
memberikan saran guna meningkatkan ketaatan terhadap prosedur yang
ditetapkan bank;
iv. Kesungguhan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas;
v. Kemungkinan dilakukannya pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan khusus
yang lebih mendalam.

Upaya peningkatan pengetahuan melalui pendidikan profesi


berkelanjutan. Auditor Intern harus selalu memelihara kemampuan teknisnya
melalui upaya:.
i. Mengikuti perkembangan terakhir tentang teknik Audit Intern melalui seminar,
kursus atau pendidikan lanjutan lainnya.
ii. Mengikuti perkembangan produk-produk baru dari perbankan;
iii. Mengikuti serta memahami ketentuan-ketentuan yang berlaku yang berkaitan
dengan aktivitas operasional perbankan.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI. Auditor Intern harus memiliki kemampuan


berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena
Auditor Intern harus senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, baik intern
maupun ekstern.
Komunikasi Dengan Auditee
a. Auditor Intern harus senantiasa menjaga komunikasi dan interaksi yang baik
dan wajar dengan Auditee sehingga pelaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan
lancar;
b. Auditor Intern harus mampu melaksanakan komunikasi lisan atau tertulis
sehingga dapat menyampaikan masalah-masalah audit, seperti tujuan, penilaian,
kesimpulan audit dan rekomendasi hasil audit, yang diberikan secara jelas dan
efektif.
Komunikasi Dengan Auditor Ekstern
Auditor Intern harus mampu melakukan komunikasi lisan atau tertulis dengan

5
auditor ekstern sesuai dengan batas kewenangan masing-masing auditor ekstern
tersebut..

Ciri-ciri profesional
Wilensky mengatakan bahwa, banyak pekerjaan yang dengan gigih berusaha
untuk mencapai identifikasi profesi. Beberapa diantaranya telah mencapai sukses.
Untuk itu suatu pekerjaan harus memenuhi dua kriteria.
Pertama, pekerjaan tersebut secara teknis sulit. Hal tersebut harus berasal dari
perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan
pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada
pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Selain itu, profesional
harus memiliki standar kinerja yang disahkan oleh badan-badan profesional.
Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari harus
mencapai keahlian teknis yang memadai. Profesi harus memiliki nilai-nilai moral
tertentu. Perhatian mereka tidak hanya kepada keuntungan semata, melainkan
harus memahami benar apa yang diinginkan klien. Pelayanan merupakan atribut
yang penting dalam profesi.
Pengembangan standar yang diciptakan oleh Wilensky merupakan suatu kriteria
yang sering digunakan untuk pertimbangan kualitas profesional untuk semua
pekerjaan, yakni:
1. Pelayanan kepada masyarakat
2. Pelatihan khusus yang lama bagi peserta
3. Memegang teguh kode etik
4. Anggota asosiasi dan hadir dalam setiap pertemuan
5. Menerbitkan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
6. Mengikuti ujian
7. Memiliki lisensi dari Dewan Sertifikasi Nasional.
Profesional yang sejati harus menghentikan pelayanannya ketika permintaan klien
telah melewati batas-batas yang ditetapkan. Hanya dengan ini profesional dapat
mempertahankan integrasinya. Para dokter menolak untuk menggugurkan
kandungan atau mengakhiri hidup pasiennya, walaupun diminta oleh si pasien.
Akuntan publik menarik diri dari perjanjian ketika integritas manajemen
diragukan. Pengacara menolak untuk mewakili klien ketika disadari bahwa
mewakili klien tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan.

Profesionalisme dan Auditor Internal


Apakah auditor internal dapat profesional?. Untuk menjadi profesional, auditor
internal harus memenuhi kriteria profesional tersebut, antara lain:
a. Pelayanan kepada masyarakat. Auditor internal memiliki kewajiban yang lebih
besar kepada pemimpin perusahaannya daripada pelayanan kepada masyarakat.
Kode etik auditor internal memang belum mengatur mengenai hal-hal di luar
penugasan dari pimpinan perusahaannya. Namun demikian bukan berarti auditor
harus selalu memihak kepada pimpinan perusahaan. Sikap integritas dan
independensinya merupakan suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat.
b. Calon anggota harus mengikuti pelatihan spesialisasi yang lama. Pemberian

6
gelar Auditor internal kepada seseorang tidak secara otomatis menjadikan orang
tersebut profesional. Untuk memenuhi kriteria ini, internal auditor harus
mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus test khusus, dan memperoleh sertifikat. Jadi
hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan menerima pengukuhan
sebagai Certified Internal Auditor yang dapat mengaku sebagai auditor internal
profesional.
c. Sumbangan untuk Kode Etik. Lembaga Auditor internal telah membuat dua
kode etik, yang pertama untuk seluruh anggota lembaga, dan yang kedua untuk
auditor internal bersertifikat, baik anggota maupun tidak. Sebagai tambahan,
lembaga telah menerbitkan Statement of Responsibilities of Internal Auditing dan
Standards for the Professional Practice of internal Auditing. Yang pertama berlaku
bagi anggota lembaga. Yang kedua mengatur kriteria profesianal bagi seluruh
auditor internal.
d. Asosiasi Profesi. Institute of Internal Auditor (IIA) merupakan asosiasi profesi.
Anggaran Dasarnya mengatur pertemuan berkala dan menyebarkan informasi
mengenai audit internal. Lembaga masih menerima seseorang sebagai anggota
yang telah melakukan praktik auditor internal yang telah memiliki sertifikasi.
Lembaga memiliki dewan sertifikasi dan telah mengembangkan program
pendidikan berkesinambungan selama 100 jam pendidikan selama periode tiga
tahun. Di Indonesia asosiasi profesi auditor bernama Perhimpunan Auditor
Internal Indonesia (PAII).
e. Publikasi. Lembaga Auditor Internal menerbitkan jurnal Internal Auditor, buku-
buku teknis, studi riset, monograf, presentasi audio visual, dan lain-lain.
Sumbangan bagi publikasi ini datang bukan saja dari praktisi, tetapi juga dari
akademisi yang terenal.
f. Ujian. IIA telah memulai program sertifikasinya pada tahun 1974. calon
anggota harus mengikuti ujian selama dua hari yang mencukup subyek yang luas.
calon yang berhasil menerma Certified Internal Auditor (Auditor Internal-
bersertifikat). Sebagai dasar untuk mengikuti ujian, Institut menerbitkan
Commom Body of Knowledge untuk perserta yang ingin mempersiapkan
menghadapi ujian.
g. Pembatasan. Praktek untuk tujuan lisensi. Setiap orang dapat diangkat sebagai
Internal Auditor. Yang terpenting adalah dapat menyakinkan pimpinan
perusahaannya. Tidak ada hukum jika tidak memiliki sertifikat. Seseorang yang
bekerja sebagagai Internal Auditor dapat menenda tangani laporan internal audit
dan memberikan opini atas audit tanpa khawatir akan tindakan hukum. Akan
tetapi mulai terjadi perubahan secara perlahan-lahan. Beberapa departemen
Internal Audit mengharuskan seluruh anggotanya memiliki sertifikat.
Dengan demikian, unsur-unsur profesional yang diterapkan dalam auditor internal
adalah : landasan umum ilmu pengetahuan, program sertifikasi, program
pengembangan profesi yang berkesinambungan, kode etik pernyataan tanggung
jawab, sekumpulan standar untuk praktik profesional, jurnal profesi, dan literatur-
literatur. Jadi sementara kepribadian auditor internal, dengan kebaikan sikap,
penghargaan, pendidikan, pelatihan, pengalaman, sertifikasi, dan penampilannya
akan di pandang sebagai profesional yang sempurna. Audit internal sebagai suatu
disiplin tersendiri tetap memilik peluang untuk diperhatikan dengan luas sebagai

7
suatu profesi yang di pelajari.
Suatu isyarat menunjukan telah tercapainya tujuan tersebut, walau
pengembangannya harus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Ketika auditor
internal menjadi lebih diterima, mereka harus menghadapi resiko yang semakin
besar, kemungkinan dituduh lalai dalam tindakan-tindakannya, kegagalan dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan, atau toleransi terhadap sistem pengendalian yang
tidak memadai. Auditor internal (yang mungkin dipandang oleh masyarakat
sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menentukan tingkat resiko)
termasuk sebagai salah seorang pembela dalam proses penuntutan terhadap
organisasi.
Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang sesuai dengan standar profesionalisme
yang tinggi. Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior mungkin akan
mengharuskan, dengan berjalannya waktu, profesionalisme yang sempurna dari
para staf auditor internalnya. Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki
sertifikat mungkin kemudian akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal
cadangan.
Bagaimana di Indonesia? Organisasi profesi auditor internal sedang berbenah
untuk menghadapi tantangan globalisasi. Para auditor internal di Indonesia harus
profesional agar dapat menghadapi persangingan global.
Dilema Profesional
Mencapai sifat-sifat profesional ibarat memegang seikat bunga mawar. Bunga
mawar memiliki duri, sedangkan profesionalisme memiliki penyimpangan
prilaku. Bukanlah pekerjaan yang menjadikan seseorang menjadi profesional,
melainkan semangat dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Profesional sejati dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan yang sulit
antara yang benar dan yang salah yang tidak selalu jelas perbedaannya. Auditor
internal perlu bekerja lebih keras dalam memilih antara benar dan salah
dibandingkan profesi lain. Seseorang pengacara mungkin menolak menangani
suatu kasus yang melibatkan pertentangan kepentingan, dan itu akan dapat
mengakibatkan dia kehilangan klien. Seorang dokter mungkin tidak mau
memberikan obat yang mematikan walaupun diminta pasiennya dan akan
kehilangan pasien tersebut karena lari ke dokter lain. Seorang Akuntan Publik
mungkin menolak melakukan pemeriksaan untuk memberi opini atas laporan
keuangan yang mengandung kecurangan, dan klienpun akan mencari Akuntan
Publik lain. Inilah profesionalisme. Hal ini bukanlah akhir dari karir atau hidup
seseorang.
Auditor internal yang profesional menghadapi sekumpulan alternatif yang
berbeda. Mereka mempunyai satu klien yakni manajemen senior dari perusahaan
atau perwakilan mereka. Dan jika para auditor internal diminta untuk melanggar
kode etik, pilihan mereka dapat merupakan sesuatu yang tentu saja tidak
menyenangkan. Apa jawabannya? Apa yang harus dilakukan oleh para auditor
internal ketika mereka menemukan pelanggaran di tingkat tinggi? Jawabannya
tidak selalu jelas.
Memang pilihannya sulit jika para auditor internal tidak memiliki sifat profesional
yang utama yaitu independensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki
independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya.

8
|Wed n e sd a y, Ma r ch 2 8 , 20 0 7
RISIKO INTERMEDIASI KEUANGAN DALAM PEMBENTUKAN
PORTOPOLIO PINJAMAN
RISIKO INTERMEDIASI KEUANGAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO
PINJAMAN

OLEH :
AMIRUDDIN PRISETYADI

Pengertian risiko
Ada dua istilah yang sering dicampur adukkan : ketidakpastian dan risiko.
Sebagian orang menganggapnya sama. Sebagian lagi menganggapnya
berbeda. Disini membedakan kedua istilah tersebut karena pengelolaannya
berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak
diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu
kepada risiko yang diperkirakan (expected risk). (Djohanputro, 2006)

Risiko menurut dampaknya


Risiko sistematik (systematic risk) disebut risiko yang tidak dapat
didiversifikasi. Ciri dari risiko sistematik adalah tidak dapat dihilangkan atau
dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko. Risiko spesifik (specific
risk) atau risiko yang dapat didiversifikasi atau dapat dihilangkan melalui
penggabungan.

Masalah dalam identifikasi dan klasifikasi risiko


Pada dasarnya risiko merupakan ketidakpastian akibat dari keputusan dan
kondisi saat ini. Karena keputusan dalam perusahaan dibuat oleh semua
lapisan manajemen, bahkan oleh semua karyawan sesuai dengan wewenang
masing-masing, risiko bisa muncul di seluruh lapisan manajemen.
Keragaman tersebut menyebabkan sulitnya mengidentifikasi seluruh risiko
dalam suatu perusahaan, apalagi mengklasifikasikannya. Manajemen risiko
yang paling dianggap maju adalah pada industri perbankan, umumnya pada
lembaga intermediasi keuangan. Namun, kesulitan masih muncul di sana sini
dalam mengidentifikasinya. Sampai saat ini masih belum ada penelitian yang
benar-benar komprehensif dan mampu menghasilkan rumuskan ragam risiko
yang berlaku secara umum.
Terdapat risiko-risiko yang berlaku hampir di semua industri. Ragam dan
klasifikasi yang disampaikan disini meruapkan salah satu model. Perlu diakui,
klasifikasi berikut lebih cocok untuk industri nonperbankan. Namun, semua
risiko perbankan merupakan bagian dari risiko perusahaan pada umumnya.
Surat edaran bank Indonesia perihal penerapan manajemen risiko bagi bank
umum hanya mencantumkan delapan jenis risiko. Sementara model berikut
ini mencantumkan 13 jenis risiko, dimana delapan risiko bank umum menurut
versi bank Indonesia menjadi bagian dari risiko yang ada dalam model ini. .
Pada bulan Mei 2003, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan No.
5/8/PBI/2003 mengenai Penerapan Pengelolaan Risiko untuk Bank Umum di
Indonesia. Sesuai kebijakan Bank Indonesia, pengelolaan risiko di lingkungan
BCA telah dilakukan mencakup delapan jenis risiko spesifik, termasuk risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko
fidusia, risiko reputasi dan risiko persaingan.

9
Risiko-risiko usaha yang dihadapi oleh intermediasi keuangan
1. Risiko Kredit, Risiko kredit secara garis besar didefinisikan sebagai
kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun
counter-party untuk memenuhi kewajibannya terhadap Bank. Risiko kredit
timbul dalam pelaksanaan fungsi intermediasi keuangan dan merupakan
bagian dari aktivitas Bank sehari-hari.
2. Risiko Pasar, Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya
pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki Bank, yang dapat
merugikan Bank. Variabel pasar mencakup suku bunga dan nilai tukar,
termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut. Risiko pasar antara
lain terdapat pada aktivitas tresuri serta investasi, kegiatan pembiayaan dan
pendanaan, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.
3. Risiko operasional adalah risiko yang timbul antara lain akibat
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, atau problem eksternal yang mempengaruhi operasional
Bank. Risiko operasional dapat berdampak pada kerugian keuangan secara
langsung, ataupun secara tidak langsung berupa kerugian potensial atau
hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan.
4. Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak
dapat memenuhi pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga.
5. Risiko hukum adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan
tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Di lingkungan perbankan
dikenal dengan resiko kepatuhan.
6. Risiko reputasi berkaitan dengan potensi hancurnya nama baik perusahaan
karena ketidakmampuan perusahaan mengelola kinerja dan komunikasi
dengan pihak eksternal.
7. risiko fidusia akan timbul apabila intermediasi keuangan dalam usahanya
memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat, baik individu badan
usaha.
8. risiko persaingan, persaingan antar intermediasi keuangan lebih terfokus
pada kemampuannya dalam memberikan layanan kepada nasabah secara
baik dan profesional dikarenakan produk-produk yang ditawarkan oleh
intermediasi keuangan hamper seluruhnya bersifat homogen.

Pemetaan Resiko
Dalam arti luas, pemetaan resiko pada prinsipnya merupakan penyusunan
risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat
mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan
tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Sejalan dengan prinsip
ekonomi yaitu terbatasnya sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan
nilai perusahaan, pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan prioritas. Dengan
demikian, penetapan risiko berarti proses penetapan prioritas dalam
penanganan risiko dari keseluruhan risiko yang berhasil diidentifikasi. Bisa
saja ternyata ada risiko yang mestinya masuk ke dalam skala prioritas,
namun tidak masuk dalam peta risiko karena manajemen tidak mampu
mengidentifikasi risiko tersebut.
Bagaimana cara menetapkan prioritas? Dasar utamanya adalah tujuan
perusahaan. Semakin tinggi kontribusi risiko yang bersangkutan terhadap
tujuan perusahaan, semakin tinggi prioritas penanganan risiko yang
bersangkutan. Tujuan perusahaan kemudian dinyatakan dalam target yang
merupakan besaran-besaran terukur. Sebagian besar target berkaitan dengan
nilai uang atau rupiah. Ada juga target yang dinyatakan bukan dalam rupiah

10
tetapi dalam besaran lain. Manajemen musti mampu mengaitkan setiap resiko
terhadap target perusahaan.

Teknik pemetaan risiko


Risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga
menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah
probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.
Dimensi pertama, probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko
akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin perlu
mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko
terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi
perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi
dalam tiga kategori : tinggi, sedang, rendah. Dimensi kedua berupa dampak
yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang
bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi kemungkinan
suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya,
semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula
kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk
menangani risiko yang bersankutan. Umumnya, dampak dibagi dalam tiga
tingkati : tinggi, sedang, rendah.

Pengukuran dimensi
Ada dua dimensi : probabilitas dan dampak. Pengukuran probabilitas sudah
dilakukan pada tahap pengukuran risiko. Pada umumnya, pengukuran
probablitas bersumber pada dua jenis data : data histories dan data prediksi.
Suatu probabilitas dapat diukur dengan menggunakan data historis selama
perusahaan mampu mengumpulkan data untuk penghitungan risiko
keuangan. Kalaupun perusahan tidak memiliki, banyak lembaga menyimpan
data yang diperlukan. Misalnya bank Indonesia menyimpan dan
mempublikasikan data mengenai nilai tukar, suku bunga, laju inflasi, IHSG
dan berbagai data makro lainnya. Dimensi kedua : dampak. Dampak berarti
beserta akibat bila risiko benar-benar terjadi. Pertanyaannya, apa ukurannya?
Untuk risiko keuangan, ukuran dari dampak sudah jelas : rupiah atau nilai
uang. Maksudnya, bila risiko keuangan jenis X terjadi, besarnya dampak bias
diukur dalam rupiah. Bagaimana dengan ukuran dampak bagi risiko yang
bukan keuangan? Saat ini banyak upaya untuk mengukur dampak risiko non
keuangan dengan ukuran unit rupiah. Salah satunya adalah dengan ukuran
VaR (value at risk). Risiko operasional misalnya, bias diukur dengan VaR.
demikian juga dengan risiko yang lain seperti risiko strategis dan risiko
eksternalitas.

Pengelolaan Risiko
Kerangka pengelolaan risiko di bank mencakup keseluruhan lingkup aktivitas
usaha bank, berdasarkan kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi
pengawasan usaha yang efektif dan tata cara yang jelas dalam pengelolaan
risiko. Tujuan pengelolaan risiko di bank adalah untuk meminimalkan risiko
yang dihadapi serta mengantisipasi kerugian yang diperkirakan maupun
kemungkinan kerugian yang tidak diperkirakan dari berbagai risiko tersebut.
Kerangka pengelolaan risiko di bank didasarkan kepada prinsip-prinsip dasar
pengelolaan risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha. Prinsip-
prinsip tersebut dievaluasi secara berkala dan, apabila diperlukan, direvisi
sejalan dengan perkembangan usaha dan perubahan parameter risiko.

11
Prinsip-prinsip dasar kerangka pengelolaan risiko bank dapat disarikan
sebagai berikut:
•Keterpaduan Risiko dan Pengelolaan Usaha. Strategi pengelolaan risiko yang
baik merupakan bagian tak terpisahkan dari pengelolaan usaha dan
merupakan pertimbangan utama dalam setiap rencana usaha, strategi dan
produk yang ditawarkan oleh bank.
•Pengawasan dan Pengendalian Independen. Penilaian risiko dilakukan baik
oleh unit operasional maupun unit pengelolaan risiko yang independen untuk
menjaga integritas proses pengambilan keputusan.
•Kejelasan Kebijakan. Seluruh kebijakan pengelolaan risiko dijabarkan
dengan jelas dan dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi.
•Identifikasi dan Pengukuran. Risiko diukur secara kuantitatif dan kualitatif
menggunakan metode-metode teruji termasuk stress testing dan back
testing, serta dikelola dalam kerangka kerja yang jelas.
•Pelaporan. Seluruh risiko dipantau dan dilaporkan melalui struktur organisasi
pengelolaan risiko yang diketuai oleh Direktur Risk Management. Organisasi
pengelolaan risiko beserta komite-komite khusus pengelolaan risiko dan audit,
memberikan laporan pengelolaan risiko baik yang bersifat rutin maupun
khusus, kepada Direksi, Dewan Komisaris dan Bank Indonesia, sesuai dengan
ketentuan kebijakan Bank Indonesia.

Fungsi pengelolaan risiko


Fungsi pengelolaan risiko berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada tahap awal manajemen risiko, organisasi bersifat tradisional atau
konvensional. Model ini merupakan perkembangan dari cara klasik
pengelolaan yang sekedar membeli produk asuransi. Dalam pandangan ini,
pengelolaan risiko membutuhkan keahlian lintas disiplin. Bukan saja mereka
yang memiliki keahlian lain, seperti statistic dan disiplin yang terkait dengan
risiko. Namun, pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berfokus
pada pengelolaan risiko murni, yaitu risiko yang dapat menimbulkan
kerugian, tetapi tidak ada kemungkinan memunculkan keuntungan. Oleh
karena itu pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berorientasi pada
pembelian produk asuransi.
Karena fokus pada minimalisasi risiko tidak selalu sejalan dengan
maksimalisasi hasil, pengelolaan risiko secara tradisional sering tidak selalu
sejalan dengan maksimalisai nilai perusahaan. Misalnya perusahaan
mengidentifikasi adanya risiko kebakaran yang besar. Yang penting
perusahaan meminimalisasi akibat kebakaran dengan asuransi, berapapun
premi yang harus dibayar. Tindakan gegabah ini justru bisa berdampak pada
turunnya nilai perusahaan. Berbeda dengan model manajemen risiko total.
Penerapan model ini menuntut banyaknya disiplin yang terlibat. termasuk di
dalamnya ahli statistic. Manajemen risiko total diterapkan secara sistimatis
dan holistic. Sistimatis artinya bukan adhoc ataupun reaktif. Holistic berarti
penerapan dilakukan secar menyeluruh perusahaan.
Model manajemen risiko total biasanya melakukan pendekatan structural.
Artinya, manajemen memilah-milah risiko dan dan sumber risiko berdasarkan
risikonya. biasanya mereka memilah sumber risiko ke dalam empat
komponen: perangkat lunak, organisasi dan sumber daya manusia. Bisa saja
mereka mengembangkan jenis sumber lain seperti lingkungan makro Dalam
model manajemen risiko terintergasi fokus keputusan berupa maksimalisasi
nilai perusahaan. Oleh karena itu perusahaan yang menerapkan model ini
berusaha menguantifikasi setiap jenis risiko. Dengan demikian, setiap

12
keputusan pengelolaan risiko selalu dikaitkan dengan maksimalisasi nilai
perusahaan.

Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa risiko
usaha dari sebuah intermediasi keuangan merupakan tingkat ketidakpastian
mengenai pendapatan yang akan diterima. Semakin tinggi ketidakpastian
pendapatan yang diperoleh suatu intermediasi keuangan, semakin besar
kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau
bunga yang diinginkan.
Sebagai lembaga intermediasi keuangan berbasis kepercayaan sudah
seharusnya bank dan lembaga keuangan lainnya menerapkan sistem
manajemen risiko. Baik untuk menekan kemungkinan terjadi kerugian akibat
risiko maupun memperkuat struktur kelembagaan, misalnya kecukupan
modal untuk meningkatkan kapasitas, posisi tawar, dan reputasinya dalam
menggaet nasabah,. kewajiban penerapan manajemen risiko oleh Bank
Indonesia (BI) akan disusul oleh ketentuan kecukupan modal yang
memasukkan unsur risiko operasional dan risiko pasar yang mengoreksi
kecukupan modal dan menambah beban penghitungannya yang sejauh ini
dinilai cukup kompleks.
penerapan risiko manajemen pada perbankan mempunyai sasaran agar setiap
potensi kerugian mendatang dapat diidentifikasi oleh manajemen sebelum
transaksi atau pemberian kredit dilakukan. Dengan demikian keputusan
melakukan suatu transaksi benar-benar sudah mempertimbangkan potensi
kerugian yang mungkin timbul serta rencana pengendalian dan mitigasi atas
risikonya. berbagai faktor baik internal maupun eksternal dapat memengaruhi
besar risiko suatu bank sehingga pengendalian atas risiko tersebut bersifat
dinamis.

Daftar putaka
Cornet, MM dan A saunders. 1999. Fundamental of Financial Institutions
Management. First edition. Singapore: Mc graw hill companies.
Djohanputro, bramantyo. 2006. Manajemen Resiko Korporat. Jakarta :
penerbit PPM.
Fabozzi, frank. Franco Modigliani dan Michael G ferry. 1999. pasar dan
lembaga keuangan. Edisi pertama. Jakarta: salemba empat.
Husnan, suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritasnya.
Yogyakarta : AMP YKPN
Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: Radja Grafindo
Persada.
Manurung, Mandala. 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter. Jakarta:
FEUI
Madura, Jeff. 2001. Financial Market and Institutions. America: South Western
Siamat, Dahlan. 2002. Manajemen Lembaga Keuangan, edisi ketiga. Jakarta:
lembaga penerbit FEUI.
Simorangkir. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan non Bank.
Jakarta: Ghalia Indonesia
www.kompas.com. 2006. Manajemen Risiko dan Tata Kelola Masih Rendah

13
Penerapan Manajemen Resiko di Perbankan Nasional
Kamis, 20 September 2007 07.50 WIB
Oleh: Palimirma

BCA telah menerapkan struktur pengelolaan resiko di seluruh organisasi, berupa kebijakan
umum serta perangkat pengendalian guna memastikan konsistensi praktek pengelolaan
resiko secara menyeluruh. Tiap unit bisnis didukung oleh satu grup pengelola resiko yang
beranggung jawab atas penilaian dan pengelolaan resiko yang berkaitan dengan bisnis
tersebut. Tim pengelola resiko juga bertanggung jawab dalam melakukan pengembangan
dan pengimplementasian kebijakan, prosedur serta pengawasan. Pengkajian dan
pemantauan proses ini dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Resiko, sedangkan
konsistensi pelaksanaannya dimonitor oleh Satuan Kerja Audit Internal.

Fungsi penting lainnya dari Satuan Kerja Manajemen Resiko adalah memantau dan
menilai secara sistematik profil resiko Bank., mengkaji dampak resiko dari suatu produk
atau jasa baru, menyusun prosedur dan metode manajemen portfolio, serta membantu
unit bisnis dalam mengembangkan kepedulian dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
pengelolaan resiko yang dimaksud.

Resiko Likuiditas
Komite Asset dan Liabilitas (ALCO) bertanggung jawab atas pengelolaan resiko likuiditas
terutama terkait dengan potensi terjadinya ketidaksesuaian atas struktur pasiva dan aktiva
Bank. Bersama dengan Divisi Treasury yang merupakan unit operasional, Satuan kerja
Manajemen Resiko memantau dan mengevalusi paparan resiko likuiditas yang dihadapi
Bank, serta mengkaji peluang penyempurnaan kebijakan dan prosedur yang mungkin
dilakukan.

Resiko Pasar
Sebagai institusi intermediasi keuangan, BCA menghadapi resiko kurs valuta asing dan
suku bunga. Resiko Kurs valuta asing timbul karena fluktuasi nilai rupiah terhadap valuta
asing, terutama Dolar AS. Untuk mengurangi resiko tersebut, BCA melaksanakan
kebijakan pengelolaan resiko dengan menjaga posisi devisa netto (PDN) pada level relatif
rendah sesuai dengan peraturan BI di bawah maks 20% dari total modal Bank.
Di sisi lain resiko suku bunga adalah perubahan atas tingkat suku bunga yang dapat
mempengaruhi nilai dari aktiva berbunga tetap. Dalam mengelola resiko yang terkait
dengan portfolio surat berharga untuk diperdagangkan, BCA membentuk prosedur
pengelolaan resiko berdasarkan pendekatan model internal dengan menerapkan Value at
Risk (VaR) untuk mengukur, memantau dan mengkaji resiko suku bunga pada portofolio.

Resiko Kredit
Resiko Kredit mencerminkan potensi Kerugian yang timbul akibat kegagalan bayar debitur
terkait atau counter partynya. BCA secara aktif melakukan upaya analisa dan pengelolaan
untuk mengendalikan resiko tsb, baik pada tingkat transaksi, atau penyaluran kredit
maupun portofolio. Praktek pengelolaan resiko kredit disusun untuk menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam bisnis kredit., serta menjamin independensi dan intregritas proses
pengelolaan resiko.

Resiko Operasional
Kebijakan dan prosedur operasional disusun untuk meminimalisasi dan memantau faktor
resiko terkait dengan aspek operasional, termasuk back office, fasilitas fisik, kejahatan dan
resiko penanggulangan bencana. BCA menerapkan Risk Control Self Assessment yang
memungkinkan unit operasional untuk mengidentifikasi dan mengukur secara independen
resiko operasional dan mewaspadai sumber-sumber resiko tersebut. Bank juga telah
memperbarui Loss Event Database yang dirancang untuk mendapatkan data pada saat
terjadi kegagalan operasional atau kehilangan data., sehingga BCA dapat mengetahui
penyebab kegagalan tersebut dan mencegahnya terulang kembali.

Resiko Kepatuhan
BCA terus memonitor tingkat resiko yang dapat timbul karena penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Parameter yang digunakan dalam penilaian

14
resiko kepatuhan adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan akibat faktor internal
maupun eksternal. Sebagai akibatnya Bank tidka mampu mematuhi peraturan yang
berlaku.

Resiko Hukum
Resiko Hukum didefinisikan sebai resiko yang disebabkan oleh kelemahan pada
dokumentasi kredit dan surat berharga atau dokumen hukum lainnya. Parameter yang
digunakan dalam penilaian resiko hukum adalah potensi kerugian yang diakibatkan oleh
adanya tuntutan terhadap BCA.

Resiko Reputasi
Reputasi dan kepercayaan merupakan fondasi penting di dalam industri perbankan. BCA
secara aktif mengelola Resiko reputasi yang didefinisikan sebagai resiko yang berkaitan
dengan persepsi negatif masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kegiatan bisnis
dan tingkat pelayanan Bank. Untuk memperkecil kemungkinan timbulnya resiko ini,
kebijakan utama yang diterapkan adalah melalui prosedur Komunikasi dan Panduan
Penyelesaian Pengaduan.

Resiko Strategis
Pengelolaan Resiko strategis mengharuskan BCA mengidentifikasi dan mengelola resiko
yang terkait pada pengembilan keputusan yang kurang efektif dan kurang daya tanggap
terhadap perubahan eksternal. BCA mengelola resiko tersebut melalui penggunaan data
internal dan eksternal yang berintegritas dalam pengambilan keputusan serta
meningkatkan kualitas analisa yang dilakukan dalam pengambilan keputusan bisnis
strategis.

Manajemen Resiko
Selasa, 18 September 2007 18:05 WIB
Oleh: Palimirma

(Vibiznews – Risk Management) - Definisi Resiko


Definisi dari resiko (risk) adalah peluang adanya bencana atau kerugian. Apabila dihubungkan
dengan sertifikasi dalam dunia perbankan maka definisi resiko adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan situasi dimana terjadi kejadian-kejadian (risk event) yang buruk yang
menciptakan kerugian finansial / non finansial secara langsung maupun tidak langsung.

Ketentuan Bank Indonesia


Seiring dengan perkembangan ekonomi global, tentunya membawa peluang dan resiko yang
makin besar pula dalam dunia perbankan. Untuk itu setiap perbankan harus meningkatkan
fungsi pengendalian internal serta pengelolaan resiko yang komprehensif. dengan sasaran agar
setiap resiko yang berpotensi terhadap kerugian dapat diidentifikasi oleh manajemen sebelum
transaksi atau pemberian kredit dilakukan.

Mulai tahun 2004 Bank Indonesia dalam hubungannya dengan pengembangan pengelolaan
resiko telah memiliki ketentuan-ketentuan yang harus diikuti oleh perbankan nasional.
Diantaranya adalah pembentukan Komite Manajemen Resiko dan Satuan kerja Manajemen
Resiko. Dimana Satuan Kerja manajemen Resiko berfungsi untuk memastikan pelaksanaan
proses manajemen resiko berjalan lancar dan memberikan gambaran profil resiko kepada
manajemen. Selain itu bank (dengan jumlah asset besar) diwajibkan pula untuk melakukan
identifikasi dan membuat profil resiko terhadap 8 resiko utama yaitu:

1. Resiko Kredit
2. Resiko Operasional
3. Resiko Pasar
4. Resiko Likuiditas
5. Resiko Hukum
6. Resiko Strategik
7. Resiko Reputasi

15
8. Resiko Kepatuhan

Ketentuan dari Bank Indonesia juga mewajibkan perbankan nasional harus memiliki manual atau
pedoman manajemen risiko yang dapat mengidentifikasi, mengukur, memantau dan
mengendalikan risiko.

Manajemen Risiko Bagaimana Hal itu Dilaksanakan Dalam Sebuah Bank?


Sabtu, 15 September 2007 08:05 WIB
Oleh: Fadjar Ari Dewanto

(Vibiznews - Risk Management)


Kerangka Manajemen Risiko Bank meliputi identifikasi yang mendalam terhadap Risk
Management Objective dan Risk Appetite, berlangsungnya Risk Management Process yang
berkesinambungan dan tersedianya Risk Infrastructure yang memadai serta terciptanya Risk
Environment yang mendukung. Mari kita bahas satu persatu.

Yang pertama, Risk management Objective, tujuan Bank adalah pengalokasian modal secara
efisien guna mendapatkan keuntungan yang optimal dan mengurangi kejutan kejutan (
surprises). Metode yang Bank gunakan adalah memilih aktiva produktif maupun kegiatan-
kegiatan bank yang dapat terukur secara efektif dalam kerangka risiko risk and return yang
disesuaikan dengan kultur perusahaan, kemampuan modal, organisasi dan infrastrukturnya.
Sangat penting bagi Bank untuk memahami masalah-masalah bisnis dan investasi di mana
Bank melakukan investasi sehingga Bank dapat mengumpulkan data dan informasi serta
melakukan sensitivity analysis, baik atas faktor faktor internal dan eksternal terhadap
pendapatan sebelum memutuskan melakukan investasi.

Yang kedua istilah Risk Appetite bergantung pada kemampuan kita untuk mengantisipasi dan
mengukur besaran risiko. Dengan menggunakan batasan-batasan ( limits), Bank dapat
memastikan seluruh risiko telah terdiversifikasi dengan baik dan seluruh portofolio tersebar
dengan baik pula, sesuai dengan target pasar kita dan memenuhi seluruh proses transaksi,
kebijakan serta prosedur.

Yang ketiga untuk Risk Management Process Bank memenuhi arahan Basel II Accord,
Manajemen Risiko dikelola berdasarkan tahapan-tahapan yang sistematis sebagai berikut:
- Risk awareness
- Risk identification
- Risk monitoring
- Risk mitigation

Bank harus mempunyai risk library, Control Risk Self Assessment (CRSA) maupun business
self-assessment, metode metode pengukuran risiko, scenario analysis, sistem deteksi dini,
contingency plan serta sistem pelaporan manajemen yang memadai. Risk awareness dilakukan
melalui sosialisasi yang intensif, lokakarya dan pelatihan yang berkesinambungan untuk
membangun risk culture bagi seluruh karyawan.

Keempat , Risk Management Infrastructure menggambarkan dengan jelas peranan masing-


masing dalam organisasi guna menjalankan fungsi Manajemen Risiko, kebijakan dan prosedur
untuk mengkomunikasikan aspek-aspek penting dari proses-proses, metodologi untuk
memperkirakan besarnya potensi kerugian, sistem analisis serta laporan yang tepat waktu.

Kelima adalah Risk Environment meliputi pengembangan kultur yang sesuai yang mendukung
pendekatan risiko yang tepat, komunikasi yang tepat mengenai manfaat manajemen risiko,
pelatihan untuk memastikan bahwa organisasi mengikuti teknik yang terbaru dan hubungan
antara pengambilan risiko, penilaian kinerja dan kompensasi untuk menekankan tanggung
jawab pada tingkat perorangan.

16
PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI
AUDITOR INTERNAL TERHADAP RISK
MANAGEMENT BANK SYARI’AH

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
MARYATI
NIM: 204082002324

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I
Pembinbing II

Yahya Hamja, Dr., MM Abdul Hamid Cebba, Drs. Ak., MBA


NIP. 150 676 334 NIP. 132 055 044

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M

17
Hari ini Jum’at, Tanggal 30 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Maryati NIM: 204082002324 dengan judul Skripsi
”PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI AUDITOR
INTERNAL TERHADAP RISK MANAGEMENT BANK SYARI’AH”.
Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Mei 2008

TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI

Yahya Hamja, Dr., MM Abdul Hamid Cebba, Drs.


Ak., MBA
Pembimbing I Pembimbing II

Amilin, SE, Ak., M.Si

18
Penguji Ahli

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : MARYATI
2. Tempat & Tgl. Lahir : Solo, 22 Juli 1985
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status : Belum Menikah
5. Kewarganegaraaan : Indonesia
6. Alamat : Jl. Mujair III No. 34 003/ 04 Bambu Apus,
Pamulang-Tangerang 15415
7. Agama : Islam
8. Telepon : 0856-71-83-071
9. E-mail : moneng_cute@yahoo.com
10. Motto Hidup : “DO THE BEST PRAY THE REST”

II. PENDIDIKAN

1. Pendidikan Formal
a. TK : TK Islam AL-Hurriyah
Jakarta Tahun 1991
b. SD : SDN Bampu Apus II
Tangerang Tahun 1997
c. SMP : SMP Djojoredjo
Tangerang Tahun 2000
d. SMA : SMUN 1 Pamulang
Tangerang Tahun 2003

19
e. S1 : UIN Syarif Hidayatullah
(FEIS) Jakarta Tahun 2008

2. Pendidikan Informal
a. Lembaga
Bahasa & Pendidikan Profesional (LBPP) “LIA”, Jakarta
1) General English : Basic Levels Tahun 2002
2) General English : Intermediate Levels Tahun 2003
3) General English : Advanced Levels Tahun 2004

b. Lembaga
Pendidikan Komputer Terapan “PHITAGORAS”, Jakarta
1) Administrasi Perkantoran Tahun 2004

III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN MAGANG

1. BEM UIN Syahid Anggota


Divisi Kemahasiswaan Tahun 2004
2. NDI (LSM) Volunteer
Tahun 2005
3. DPMF UIN Syahid Ketua
DPMF Tahun 2005
4. CV.Bangun Kharisma Staff
administrasi Tahun 2005
5. BEM UIN Syahid Divisi
Kerohanian Tahun 2006
6. Temu BEM Nusantara Panitia &
Peserta Wilayah Jakarta Tahun 2007
7. PT. Bank Mandiri Tbk Peserta
Magang Tahun 2007

20
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1 Certificate of Achievement for Participation in Executive 2005


The Legislative Exchange Program with Club Hotel
Indonesia of The National Conference of State Hilton Jakarta
Legislative
2 Certificate of Achievement for Outstanding Gedung 2005
Contribution to DPR Civic Info Fair : MPR/ DPR
“BERSAMA DENGAN NAD & NIAS” Jakarta
3 Workshop Perbankan Syari’ah In Cooperation UIN Syahid 2006
with Bank Muamalat Jakarta
4 Workshop Fraud Indication & Technique UIN Syahid 2007
Audit Forensic In Cooperation with KAP, Jakarta
KPK dan BPK/ BPKP

21
ABSTRACT

Maryati. Title “The Influence of Expertise Level And Motivation of Internal


Auditor With Islamic Risk Management Bank”. Strata One (S1) Auditing
Concentration, Accounting Major in Economics And Social Science Faculty of
Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/ 2008 M.
This research purpose is to explain the influence of internal auditor’s
expertise level with Islamic risk management bank, the influence of internal
auditor’s motivation with Islamic risk management bank and the influence of both
expertise level and motivation of internal auditor with Islamic risk management
bank. The focus variable of this research are internal auditor’s expertise level
(X1), internal auditor’s motivation (X2) as an independent variable and Islamic
risk management bank (Y) as an dependent variable. This research instrument
used questionnaires which consist of 30 respondents of internal auditor on
Islamic bank at Jakarta with standard error 5%. To analyze data researcher used
SPSS 12 Version.
The result of this research shows that expertise level and motivation of
internal auditor have significant influence to Islamic risk management bank for
about 0.000 which is less than 0.05. Based on R2 value expertise level and
motivation of internal auditor can explain Islamic risk management bank for
about 47.8%.

Keywords: Internal Auditor, Expertise Level, Motivation, Risk Management,


Islamic Bank.

22
ABSTRAK

Maryati. Judul “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal


Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”. Strata Satu (S1) Konsentrasi
Auditing, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Syarif
Hidayatullah Jakarta 1429 H/ 2008 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat keahlian auditor
internal terhadap risk management bank syari’ah, pengaruh motivasi auditor
internal terhadap risk management bank syari’ah dan pengaruh tingkat keahlian
dan motivasi auditor internal secara simultan terhadap risk management bank
syari’ah. Variabel yang menjadi fokus penelitian adalah tingkat keahlian auditor
internal (X1), motivasi auditor internal (X2) sebagai variabel bebas dan risk
management bank syari’ah (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini
menggunakan instrumen kuesioner dengan objek penelitian auditor internal bank
syari’ah di wilayah Jakarta sebanyak 30 responden, dengan tingkat kesalahan 5%.
Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan
regresi berganda, dan penghitungannya menggunakan program SPSS versi 12.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat keahlian dan motivasi
auditor internal berpengaruh signifikan dengan risk management bank syari’ah
sebesar 0.000 dimana kurang dari 0.05. Berdasarkan koefisien determinasi dapat
diketahui bahwa pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal dapat
menjelaskan sebesar 47.8% risk management bank syari’ah.

Kata kunci: Auditor Internal, Tingkat Keahlian, Motivasi, Risk Management,


Bank Syariah.

23
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Ilaahi Rabbi, Tuhan
semesta alam yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu, pun ketika penulis
diberikan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Keahlian Dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk
Management Bank Syari’ah”, semua itu adalah berdasarkan izin-Nya. Shalawat
serta salam semoga tetap dan akan terus tercurahkan untuk Nabi Muhammad
SAW, manusia pilihan yang pribadinya adalah uswah bagi kita semua.
Dalam realisasinya, penulis sadar sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah
banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan yang telah Allah SWT
anugerahkan. Dan selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. My parents and brothers and also my extended family. (I know how much you
love me, so do I to you……! Thanks for your help and take care of me…...!!!)
2. Dr. Yahya Hamja., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
3. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya membantu penulis.
4. Drs. M. Faisal Badroen, MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial.
5. Bapak Amilin SE, Ak., M.Si selaku sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial.
6. Segenap dosen, karyawan, petugas perpustakaan, petugas keamanan dan
petugas kebersihan FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas semua ilmu,
bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan.
7. Mba Mila selaku Corporate secretary PT. Bank Mega Syari’ah Indonesia atas
segala bantuan, kemudahan dan pelayanan yang telah diberikan kepada
penulis dalam memperoleh data.

24
8. Bapak Tanjung Nasution PT. Permata Bank Syari’ah atas waktu dan
bantuannya bagi penulis.
9. Saudara-saudaraku Kelas Akuntansi A angkatan 2004 (you are too beautiful to
forget !!!………with u I know what happiness means is………)
10. Sahabat-sahabat seperjuangan yang sedang menyusun skirpsi (thanks for all
support and believe you have gave that I can through this!!! tetap semangat!)
11. Teman-teman penulis, anak-anak Akuntansi dan Manajemen angkatan 2004
beserta semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
12. Junior-junior dari Akuntansi dan Manajemen (nikmati hidup mu sebaik
mungkin and be ready to face this!!)

Akhirnya, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan


penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan konstruktif
dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat dikemudian hari.
Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Mei 2008


Wassalam

Maryati

25
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .....................................i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI..................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................iv
ABSTRACT ......................................................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.....................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .............................................................1
B. Perumusan Masalah ......................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tingkat Keahlian Auditor ...........................................................10
1. Definisi Keahlian ..................................................................10
2. Komponen-Komponen Keahlian Auditor ..............................11
B. Motivasi Auditor Internal............................................................18
1. Definisi Motivasi ..................................................................18
2. Situasi yang Memotivasi .......................................................20
3. Faktor-Faktor Motivasi Kerja ................................................21
C. Manajemen Risiko (Risk Management).......................................27
1. Pengertian Manajemen Risiko ...............................................27
2. Komparasi Risiko Bank Syariah Versus Bank Konvensional.28
3. Klasifikasi Management Risk Bank .......................................30

26
D. Hubungan Risk Management Dengan Perusahaan .......................33
E. Hubungan Risk Management Dengan Auditor Internal................36
F. Fungsi Pengelolaan Risiko ..........................................................38
G. Kadar Pengawasan Risiko...........................................................40
H. Pengelolaan Risiko .....................................................................41
I. Kerangka Pemikiran ...................................................................45
J. Hipotesis.....................................................................................47

BAB III METODE PENELITIAN


A. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................49
B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................49
C. Metode Pengumpulan Data .........................................................50
D. Metode Analisis ..........................................................................52
1. Deskriptif Data......................................................................52
2. Uji Kualitas Data ..................................................................52
a. Uji Validitas ....................................................................52
b. Uji Reliabilitas ................................................................53
3. Uji Asumsi Klasik.................................................................53
a. Uji Normalitas.................................................................53
b. Heteroskedastisitas ..........................................................54
c. Multikoliniearitas ............................................................55
4. Uji Hipotesis .........................................................................55
a. Uji t-statistik (Uji Parsial)................................................55
b. Uji F (Uji Simultas).........................................................56
c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)........................................56
d. Analisis Regresi Berganda...............................................57
E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................57

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN


A. ................................................................................................. G
ambaran Umum Objek Penelitian................................................61

27
B. ................................................................................................. D
eskripsi Data ...............................................................................63
C. ................................................................................................. H
asil dan Pembahasan ..................................................................65
1.............................................................................................. U
ji Kualitas Data .....................................................................65
a......................................................................................... U
ji Validitas....................................................................... 65
b. ....................................................................................... U
ji Reliabilitas ...................................................................68
2.............................................................................................. U
ji Asumsi Klasik....................................................................70
a......................................................................................... U
ji Normalitas ...................................................................70
b. ....................................................................................... H
eteroskedastisitas.............................................................71
c......................................................................................... M
ultikoliniearitas ...............................................................72
3.............................................................................................. U
ji Hipotesis............................................................................72
a......................................................................................... U
ji t-Statistik (Uji Parsial)..................................................72
b. ....................................................................................... U
ji F (Uji Simultan) ...........................................................75
c......................................................................................... U
ji R2 (Koefisien Determinasi) ..........................................76
d. ....................................................................................... A
nalisis Regresi Berganda .................................................77

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

28
A. ................................................................................................. K
esimpulan ...................................................................................79
B. ................................................................................................. I
mplikasi ......................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................xvi

29
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Keterangan Halaman


2. 1 Situasi yang Memotivsi 20
2. 2 Sistem Pengawasan/ Pengelolaan Bank Syari’ah 44
2. 3 Model Penelitian 47
4. 1 Normal P-P Plot 70
4. 2 Scatterplot 71

30
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Keterangan Halaman


2. 1 Ranking Komponen Pembentuk Keahlian Auditor 16
2. 2 Kerangka Keahlian 46
2. 3 Kerangka Risk Management 46
3. 1 Kriteria Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor 50
3. 2 Kriteria Korelasi 51
3. 3 Operasional Variabel Penelitian 59
4. 1 Data Populasi Penelitian 62
4. 2 Rekapitulasi Sampel Responden 62
4. 3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 63
4. 4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 63
4. 5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 64
4. 6 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja 64
4. 7 Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan 65
4. 8 Uji Validitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1) 66
4. 9 Uji Validitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) 66
4. 10 Uji Validitas Risk Management Bank (Variabel Y) 67
4. 11 Uji Reliabilitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1) 68
4. 12 Uji Reliabilitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) 69
4. 13 Uji Reliabilitas Risk Management Bank (Variabel Y) 69
4. 14 Multikoliniearitas 72
a
4. 15 Coefficients 72
b
4. 16 ANOVA 75
4. 17 Model Summaryb 76
4. 18 Coefficientsa 77

31
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan Halaman


1 Daftar Kuesioner 1
2 Daftar Jawaban Responden 6
3 Uji Kualitas Data Tingkat Keahlian Auditor (Variabel X1) 9
4 Uji Kualitas Data Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) 11
5 Uji Kualitas Data Risk ManagementBankSyari’ah(Variabel Y)12
6 Hasil Uji Hipotesis 13
7 Tabel r Product Momoent 15
8 Surat Keterangan Bimbingan Skripsi 16

32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencuatnya konsep manajemen risiko (risk management) tidak hanya

menjadi sebuah antiklimaks dari perjalanan panjang dunia bisnis, namun

sesungguhnya juga titik balik kesadaran akan pentingnya mengelola risiko,

agar terhindar dari hal-hal yang bisa merusak tujuan yang ingin dicapai.

Meski, sesungguhnya secara substansial manajemen risiko adalah juga

substansi manajemen bisnis yang umum. Hanya saja, terjadi pergeseran dan

penekanan fokus. Yakni, fokus pada mengenali risiko dan kemudian

mengelolanya, itulah yang menjadi titik utama. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).

Konsep manajemen risiko mestinya tidak terkait dengan profil karakter

manajer. Ada tiga profil karakter manajer utama: risk seeker, risk averter, risk

taker. Apapun dan bagaimanapun profilnya, manajer harus melihat dan

memperlakukan risiko sebagai urat nadi dan denyut jantung dalam suatu

organisasi bisnis. Identifikasi risiko sebagai tahap awal manajemen risiko

adalah tahap krusial, karena dilakukan penilaian risiko yang potensial, secara

mutlak harus ditindaklanjuti dengan mengelola atau mengendalikan risiko

yang teridentifikasi melalui pengurangan kemungkinan terjadinya risiko

sampai titik terendah (residual risk). Mengingat setiap tindakan

mengendalikan risiko akan berhadapan dengan risiko lain, oleh karena itu,

33
tahap ini memerlukan kajian intensif dan intranspeksi sejujurnya untuk setiap

kemungkinan terburuk yang mungkin timbul. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).

Selain itu, pengalaman dan pelajaran selama masa krisis telah

menyadarkan industri perbankan terhadap kebutuhan perubahan yang

mendasar dalam penerapan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan risiko

secara menyeluruh. Selanjutnya, dalam rangka menyempurnakan pengelolaan

risiko secara lebih menyeluruh dan mendalam, kemudian dibentuk satuan

kerja manajemen risiko yang tidak hanya bertujuan terhadap pengelolaan,

namun juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko yang ada. (Bank

Mandiri, 2004).

Mengingat betapa pentingnya peranan internal auditor dalam manajemen

risiko maka, pendekatan risk based internal auditing ini penting pula yaitu

bahwa internal auditor sepatutnya memiliki pemahaman yang baik terhadap

proses manajemen risiko, teknik dan perangkat kerja, dan keahlian dasar

internal auditing dalam hal komunikasi, wawancara dan analisa. Peranan

internal auditor dalam suatu organisasi terhadap manajemen risiko berubah

sepanjang waktu, dan peranan internal auditor antara satu organisasi dengan

organisasi lainnya bisa berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena tidak semua

organisasi atau institusi memandang risiko dengan cara yang sama atau tidak

semua organisasi memiliki kompleksitas manajemen risiko pada level yang

sama. Karena kondisi perusahaan yang satu dengan yang lainnya juga

berbeda-beda. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).

34
Oleh karena itu, agar manajemen risiko yang dimiliki oleh organisasi

dapat berjalan secara efektif maka auditor internal harus menentukan peranan

yang sesuai dengan kondisi manajemen risiko yang ada pada organisasinya.

Internal auditor harus memperhatikan persyaratan profesi agar tetap

independen dan objektif, dan internal auditor harus juga merasa yakin bahwa

mereka memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan peranan tersebut. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).

Di sisi lain, suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya baik

perusahaan yang bergerak dibidang industri bisnis maupun jasa akan berusaha

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang harus

diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam

perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan

teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki,

melainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia. Manusia sebagai

salah satu sumber daya dalam perusahaan mempunyai peranan penting

dibandingkan dengan sumber daya lainnya, karena faktor penggerak utama

dari seluruh kegiatan perusahaan. Jadi manusia dapat dipandang sebagai faktor

penentu karena ditangan manusialah segala inovasi akan direalisir dalam

upaya mewujudkan tujuan perusahaan. (Grand Textile, 2007)

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan menyalurkan dan

memelihara perilaku manusia. Motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang

memperngaruhi tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat

adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlukan

35
untuk mencapai prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi,

kemampuan, dan persepsi peranan adalah saling berhubungan. Jadi, bila salah

satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah. Walaupun faktor-faktor

lainnya tinggi. (Handoko Hani T, 2003: 251).

Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang-orang yang

melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi

kesatuan kerjanya dan organisasi di mana ia bekerja. Seseorang yang tidak

termotivasi hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal bekerja.

Konsep motivasi merupakan sebuah konsep penting dalam studi tentang

kinerja kerja individual. Karena motivasi berkaitan erat dengan perilalu, maka

dapat dikatakan bahwa terdapat macam-macam faktor yang berbeda dan yang

mempengaruhinya. (Winardi, 2004: 2).

Motivasi merupakan hal penting pula untuk diperhatikan karena dengan

motivasi, seseorang akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan

tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seseorang tidak dapat

memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa

yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun

orang tersebut memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak

memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan

memuaskan. (Kusumawati Arie, 2007).

Penelitian yang berkaitan dengan judul penulis telah beberapa kali

dilaksanakan. Penelitian mengenai tingkat keahlian auditor diantaranya

dilakukan oleh Muhammad Sodik (2007), meneliti tentang pengaruh keahlian

36
dan independensi audit internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi

fraud. Hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa keahlian dan

independensi internal auditor ketika mendeteksi indikasi fraud memiliki

pengaruh yang signifikan.

Penelitian lain mengenai motivasi auditor internal diantaranya dilakukan

oleh Arie Kusumawati (2006) meneliti tentang pengaruh faktor-faktor

motivasi terhadap prestasi kerja karyawan wajik kletik dibungkus klobot

Blitar. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor motivasi sangat

berpengaruh dengan prestasi kerja seseorang.

Penelitian lain yang ikut mendukung judul diatas dilakukan oleh

Departemen R&D PT. Grand Textile untuk kepentingan perusahaan yakni

mengenai peranan motivasi dalam upaya meningkatkan disiplin kerja

karyawan pada PT. Grand Textile. Dari hasil penelitian tersebut terlahir

indikator-indikator motivasi karyawan terhadap disiplin kerja dan semakin

memperkuat teori bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil kerja

seseorang.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Siti Khairul Bariyyah (2007). Adapun yang membedakan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Ruang lingkup peneliltian

Ruang lingkup penelitian sebelumnya menggunakan seluruh perusahaan

perbankan konvensional yang memiliki auditor internal dan manajemen

37
risiko. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan

perbankan syari’ah yang memiliki auditor internal dan risk management.

2. Metode penentuan sampel

Metode penentuan sampel penelitian sebelumnya menggunakan sampel

populasi. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan simple random

sampling.

3. Variabel yang digunakan

Variabel penelitian sebelumnya menggunakan satu variabel independen

yaitu auditor internal. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan dua

variabel independen yaitu tingkat keahlian dan motivasi auditor internal.

4. Uji hipotesis

Uji hipotesis penelitian sebelumnya tidak menggunakan uji normalitas,

heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas tetapi langsung menggunakan

motode statistik. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas,

heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas terlebih dahulu baru dilakukan

pengujian analisis statistik.

5. Pengujian analisis statistik

Pengujian analisis statistik penelitian sebelumya menggunakan regresi

linier sederhana. Sedangkan dalam peneltian ini menggunakan analisis

regresi berganda dengan penambahan uji t (uji parsial) yang tidak terdapat

pada penelitian sebelumnya.

38
6. Operasional variabel penelitian

Operasional variabel penelitian sebelumnya dalam mengukur efektivitas

manajemen risiko menggunakan sub variabel strategi pengelolaan risiko

dan minimalisasi biaya. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sub

variabel risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.

Atas dasar landasan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengajukan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor

Internal Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah yang telah

diuraikan diatas maka perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk

management bank syari’ah?

2. Apakah motivasi audior internal berpengaruh terhadap risk management

bank syari’ah?

3. Apakah tingkat keahlian dan motivasi auditor internal secara bersama-

sama berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah?

39
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat keahlian auditor internal terhadap

risk management bank syari’ah.

b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi auditor internal terhadap risk

management bank syari’ah.

c. Untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh tingkat keahlian dan

motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah.

2. Manfaat

a. Bagi auditor

Setelah penelitian ini selesai penulis mengharapkan kepada auditor

untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan keahlian-keahlian

yang dimiliki dan terus memotivasi dirinya agar pekerjaan yang

ditugaskan kepada auditor akan lebih maksimal.

b. Bagi perusahaan

Perusahaan juga memiliki peranan untuk menciptakan suasana bekerja

yang kondusif baik bagi karyawan maupun bagi auditor sendiri dengan

selalu memberikan pelatihan dan training untuk meningkatkan potensi-

potensi yang dimiliki oleh perusahaan.

c. Bagi pembaca

Penulis juga berharap melalui penelitian ini dapat memberikan

gambaran bagaimana tingkat keahlian dan motivasi auditor akan

40
sangat berpengaruh terhadap lingkup pekerjaannya dan mudah-

mudahan bisa dijadikan referensi bagi teman-teman yang sedang

menyusun skripsi.

d. Bagi penulis

Penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan refleksi atas

aplikasi ilmu yang telah diperoleh selama berada dibangku kuliah

khususnya dengan konsentrasi auditing. Dan juga akan semakin

menambah wawasan serta informasi bagi penulis mengenai subjek

yang diteliti.

41
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Keahlian Auditor Internal

1. Definisi Keahlian

Sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat

untuk menguraikan pengertian keahlian. Webster’s Ninth New Collegiate

Dictionay (1983) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah keterampilan

dari seorang ahli. Ahli (experts) didefinisikan seseorang yang memiliki

tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek

tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman. Trotter (1986)

mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan keterampilannya

mengerjakan pekerjaan lapangan dengan cara mudah, cepat, intuisi, dan

sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Hayes-Roth, et al

(1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan

tentang suatu lingkungan tertentu, dan keterampilan untuk memecahkan

permasalahan tersebut. (Gudono dan Murtanto, 1999).

Waller dan Felix (1984) menambahkan bahwa di dalam beberapa

studi auditing juga belum terdapat kesepakatan dalam mendefinisikan

keahlian dan masih sering menggunakan variabel pengalaman sebagai

surrogate keahlian. Tentunya variabel ini tidak memadai bagi seseorang

untuk membuat pertimbangan-pertimbangan keputusan yang baik dan

42
menjadi lebih ahli, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah

unsur lain disamping pengalaman. (Gudono dan Murtanto, 1999).

Pengertian keahlian menurut Bedard (1986) adalah seseorang yang

memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang

ditunjukkan dalam pengalaman audit. Beberapa peneliti selanjutnya telah

memasukkan unsur kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), dan

pengalaman (experience) kedalam penelitian mereka (Bonner dan Lewis,

1990; Libby dan Luft, 1993; Libby dan Tan, 1994; Libby, 1995). Dalam

praktek, definisi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi

(official recognition) seperti pengakuan terhadap seorang spesialis pada

industri tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari atribut-atribut

keahlian. Dalam hal ini, Shanteau (1987) memberikan definisi operasional

seorang ahli adalah seseorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai

orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk

menilai pada derajat yang tinggi. (Gudono dan Murtanto, 1999).

Metode indentifikasi keahlian dari praktek memberi suatu pengantar

untuk menyelidiki berbagai karakteristik keahlian. Hal ini merupakan

suatu konsekuensi karena belum terdapat deskripsi yang jelas tentang

keahlian. Akibatnya konsep keahlian harus dioperasionalisasikan dengan

melihat beberapa variabel. (Gudono dan Murtanto, 1999).

2. Komponen-Komponen Keahlian Auditor

Dalam Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi (2005)

keahlian seorang auditor terdiri dari lima komponen sebagai berikut:

43
a. Ciri-ciri psikologis (Psychological Traits)

Komponen ini meliputi kemampuan di dalam berkomunikasi,

kreativitas, kemampuan bekerjasama dengan orang lain, dan

kepercayaan kepada keahlian. Pentingnya kemampuan ini dalam

membentuk keahlian audit ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan

Larocque’ pada tahun 1990.

1) Kemampuan komunikasi

Auditor internal harus memiliki kemampuan berinteraksi dan

berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena

auditor internal harus senantiasa berhubungan dengan berbagai

pihak, baik internal maupun eksternal. (Prima Consulting Group,

2000).

a) Komunikasi dengan auditee

Auditor internal harus senantiasa menjaga komunikasi dan

interaksi yang baik dan wajar dengan auditee sehingga

pelaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan lancar, selain itu

audior internal juga harus mampu melaksanakan komunikasi

lisan dan tertulis sehingga dapat menyampaikan masalah-

masalah audit, seperti tujuan, penilaian, kesimpulan audit dan

rekomendasi hasil audit, yang diberikan secara jelas dan

efektif.

44
b) Komunikasi dengan auditor eksternal

Auditor internal harus mampu melakukan komunikasi lisan

atau tertulis dengan auditor eksternal sesuai dengan batas

kewenangan masing-masing auditor eksternal tersebut.

2) Kreativitas

Menurut Lawrence B. Sawyers, et al (2005) kreativitas auditor

internal dapat dipupuk melalui:

a) Skeptimisme. Menolak untuk menerima praktik-praktik yang

berjalan saat ini sebagai cara yang paling baik dan selalu

mencoba untuk meraih sesuatu yang baik.

b) Analisis. Menganalisis aktivitas dan operasi untuk menentukan

komponen-komponen dan dinamika yang terdapat didalamnya.

c) Penyatuan. Mengkombinasikan informasi untuk

mentranformasikan konsep-konsep yang terpisah menjadi

sesuatu yang baru dan lebih baik.

3) Kemitraan (kemampuan bekerjasama) dalam pemecahan

permasalahan

Kemitraan akan sangat efektif dalam menjadikan auditor internal

sebagai seorang mitra kerja dan sumber daya yang berharga, dan

bukan sebagai seorang musuh atau kritikus. Saling menghargai,

45
mempercayai, dan kerjasama tim adalah suatu keharusan.

(Lawrence B. Sawyers et al, 2005: 47).

4) Keahlilan auditor internal profesional

Audit internal profesional membutuhkan seorang staf yang

profesional. Lingkup yang luas dari audit internal moderen

mensyaratkan pengetahuan yang luas mengenai metode dan teknik

audit. Persyaratan ini menetapkan standar yang tinggi pula dalam

audit internal – standar yang sudah tidak bisa dikompromikan lagi.

Oleh karena itu, direktur audit internal harus mempertimbangkan

beberapa atribut tertentu, seperti pengetahuan professional,

kemampuan, dan kualitas karakter, dalam melakukan pengambilan

keputusan pemilihan karyawan dan mempertahankannya.

Pendidikan mampu mengembangkan kemampuan professional;

pengalaman di dunia nyata kemudian masalahnya. Pendidikan akan

mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang penting

dalam kinerja audit internal professional. (Lawrence B. Sawyers et

al, 2005: 48-49).

b. Strategi penentuan keputusan (Decision Strategies)

Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan secara

sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam

mengatasi keterbatasan manusia, begitu pula dengan membuat

46
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain turut serta dalam

membentuk keahlian audit.

c. Komponen pengetahuan (Knowledge Component)

Komponen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta,

prosedur, dan pengalaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Murtanto (1998) komponen ini menempati urutan terpenting dalam

membentuk keahlian seorang auditor.

d. Kemampuan berfikir (Cognitive Abilities)

Kemampuan berfikir merupakan kemampuan untuk

mengakumulasi dan mengolah informasi beberapa karakter yang dapat

dimasukkan ke dalam mengolah informasi. Beberapa karakter yang

dapat dimasukkan ke dalam komponen ini antara lain kemampuan

beradaptasi pada situasi yang baru, kemampuan untuk memfokuskan

pada fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta

yang tidak relevan, serta kemampuan untuk dapat menghindari tekanan

yang menganggu objektivitas hasil audit.

e. Analisis tugas (Task Analysis)

Kemampuan dalam melakukan analisis tugas akan berpengaruh

terhadap penentuan keputusan yang dipengaruhi oleh tingkat

pengalaman auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1999) menunjukkan

rangking kelima komponen keahlian auditor. Dari tabel 2. 1 di bawah ini

47
dapat dilihat bahwa ciri-ciri psikologis menempati urutan pertama dalam

komponen keahlian, stategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan,

kemampuan berfikir, dan analisa tugas menempati urutan berikutnya.

Tabel 2. 1
Rangking Komponen Pembentuk Keahlian Auditor

Penelitian Sekarang Penelitin Terdahulu


Komponen Keahlian Factor Factor
Ranking Rangking
Loading Loading

Ciri-ciri psikologis 4,234 1 4,501 1

Strategi Penentuan Keputusan 3,663 2 4,499 2

Komponen Pengetahuan 2,576 3 1,167 3

Kemampuan Berfikir 2,474 4 2,589 4

Analisa Tugas 0,4 5 0,365 5

(Sumber: Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, “Tinjauan


Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik”, Vol. 5 No.
1, April, 2005).

Sumber lain yang terdapat pada buku Sawyer’s, Internal auditing:

2003, mengatakan bahwa:

a. Setiap auditor internal hendaknya memiliki pengetahuan dan keahlian

tertentu sebagai berikut:

1) Kecakapan dalam menerapkan standar, prosedur, dan teknik audit

internal diperlukan dalam setiap penugasan. Kecakapan berarti

kemampuan untuk menetapkan pengetahuan yang dimilikinya

dalam situasi yang memungkinkan akan dihadapi dan mengatasi

48
situasi tersebut tanpa membutuhkan bantuan dan riset teknis yang

mendalam.

2) Kecakapan dalam prinsip dan teknik akuntansi diperlukan bagi

seorang auditor yang banyak bekerja dengan laporan dan catatan

keuangan.

3) Pemahaman akan prinsip manajemen juga diperlukan untuk

mengenali dan mengevaluasi besarnya materialitas dan signifikansi

dari penyimpangan yang terjadi dan praktik bisnis yang baik.

Pemahaman ini berarti kemampuan untuk menetapkan

pengetahuan yang dimilikinya pada situasi yang kemungkinan

akan dihadapi, mengenali penyimpangan yang signifikan, dan

kemudian mampu melaksanakan riset yang diperlukan untuk

mencapai solusi yang masuk akal atas penyimpangan.

b. Auditor internal hendaknya memiliki keahlian dalam berhubungan

dengan orang lain dan mampu berkomunikasi dengan efektif.

Disamping mengerti hubungan antarmanusia dan mampu membina

hubungan yang memuaskan dengan klien.

Melihat betapa beratnya tugas seorang auditor baik ditinjau secara

moril maupun materil, maka sebaiknya untuk menjabat sebagai auditor

khususnya di perusahaan perbankan perlu dituntut suatu kualifikasi yang

tinggi, baik mengenai kecakapan teknisnya maupun moralitasnya. Secara

49
konkrit auditor dituntut harus mempunyai pengetahuan yang lengkap dan

up to date mengenai Banking Operation yang berlaku. Ia juga dituntut

pengetahuan yang memadai tentang accounting dan hukum, begitu pula

pengetahuan tentang ekonomi moneter dan pegetahuan manajemen serta

pengetahuan-pengetahuan teknis lainnya yang erat hubungannya dengan

kegiatan perbankan. Sedangkan syarat-syarat moralitas yang diperlukan

auditor harus mempunyai dedikasi dan loyalitas pada profesinya yang

cukup tinggi, disamping itu juga dituntut sifat-sifat kritis, supel tetapi

dapat memegang prinsip. (Teguh Pudjo Muljono, 1987: 32).

B. Motivasi Auditor Internal

1. Definisi Motivasi

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa Latin, yakni movere,

yang berarti “menggerakkan” (to move). (Winardi, 2004:1).

Ada macam-macam rumusan untuk istilah motivasi, seperti:

“……...motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan


timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan
sukarela (volunteer) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu”. (Mitchell,
1982: 81).

Definisi lain tentang motivasi menyatakan bahwa:

“……..motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal


atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan tumbulnya
sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-
kegiaan tertentu”. (Gray et al, 1984: 69).

Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) menyatakan bahwa

motivasi merupakan hasrat di dalam diri seseorang yang menyebabkan

50
orang tersebut melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan

untuk suatu hal: mencapai tujuan. Maka, motivasi merupakan penggerak

yang mengarahkan pada tujuan tersebut.

Winardi (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah:

“Suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia, yang
dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah
kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan
imbalan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara
positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi
yang dihadapi orang yang bersangkutan”.

Dari pandangan seorang manajer, seseorang yang termotivasi akan:

a. Bekerja keras

b. Mempertahankan langkah kerja keras

c. Memiliki perilaku yang dikendalikan sendiri ke arah sasaran-sasaran

penting

Jadi, motivasi mencakup upaya pantang mundur dan sasaran.

Motivasi melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan kinerja.

Kinerja aktual adalah apa yang dinilai oleh para manajer untuk tidak

secara langsung menentukan keinginan orang tersebut. (Gibson et al, 1997:

340).

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi atau motif.

Antara lain: kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish) dan

dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan istilah motivasi, yang

diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

51
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan

pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan

kepuasan dirinya. (Handoko Hani. T, 2003: 251).

2. Situasi yang Memotivasi

Hubungan antara motif-motif, tujuan-tujuan dan aktivitas dapat di

tunjukkan secara sederhana melalui gambar berikut. (Hersey, 1988: 25-

28).

Aktivitas yang
diarahkan
Motiv kepada tujuan

Perilaku
Aktivitas
Tujuan tujuan

Gambar 2. 1
Situasi yang Memotivasi

(Sumber: J, Winardi. “Motivasi dan Pemotivasi Dalam Manajemen”, PT Raja


Grafindo, Jakarta, 2004).

Gambar diatas menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi,

dimana motif-motif seorang individu diarahkan ke arah pencapaian tujuan.

Motiv terkuat, menimbulkan perilaku yang bersifat diarahkan kepada

tujuan atau aktivitas tujuan. Mengingat bahwa tidak semua tujuan dapat

dicapai, maka para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas

dari kekuatan motif yang ada. Jadi, aktivitas tujuan dinyatakan dalam

gambar berupa garis putus-putus. (Winardi, 2004: 41-42).

52
Sebagai ilustrasi untuk sebuah tujuan yang tidak berwujud.

Andaikata para individu memiliki kebutuhan akan penghargaan –

kebutuhan dianggap sebagai manusia yang memberikan kontribusi dan

sebagai manusia produktif – maka pujian merupakan sebuah insentif yang

dapat memuaskan kebutuhan demikian. (Winardi, 2004: 41-42).

3. Faktor-Faktor Motivasi Kerja

Ada macam-macam alasan mengapa manusia bekerja. Apabila kita

menerima pandangan yang menyatakan bahwa orang bekerja untuk

mendapatkan “imbalan” yang dirumuskan secara luas, maka imbalan

tersebut dapat kita uraikan menjadi dua macam kelas yang bersifat sangat

umum. Motivasi melibatkan faktor-faktor individu (intrinsik) dan faktor-

faktor organisasional (ekstrinsik). (Winardi, 2004: 61).

a. Motivasi Intrinsik

Yang termasuk motivasi intrinsik antara lain: kebutuhan-

kebutuhan fisiologis, tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes), dan

kemampuan aktualisasi diri. (Cardoso Faustino Games, 2003: 81).

Motivasi intrinsik merupakan bagian integral dari tugas yang

dihadapi dan mereka ditentukan oleh individu yang melaksanakan

tugas tersebut. Singkatnya, motivasi intrinsik timbul karena imbalan-

imbalan intrinsik potensial. (Winardi, 2004: 61).

53
1) Kebutuhan fisiologis

Menurut Sondang P. Siagian (2006: 281) kebutuhan

fisiologis yang dimaksud seperti, kebutuhan sandang, kebutuhan

pangan, dan kebutuhan papan.

Teori tentang kebutuhan memusatkan perhatian pada apa

yang diperlukan orang untuk mencapai kehidupan penuh

pemuasan. Dalam praktik, tori kebutuhan berhubungan dengan

peranan yang dimainkan oleh pekerjaan dalam hal memenuhi

kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, seseorang termotivasi

apabila ia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan

kehidupannya. Kebutuhan yang terpenuhi bukanlah sebuah

motivator. Terdapat berbagai macam teori kebutuhan yang berbeda

sehubungan dengan apa tingkatan tersebut bila kepuasan benar

terjadi. Ia mulai dengan kebutuhan fisikal (fisik) yang bersifat

paling mendasar, dimana masing-masing kebutuhan perlu dipenuhi

sebelum individu yang bersangkutan berkeinginan untuk

memenuhi sesuatu kebutuhan pada tingkatan berikutnya yang lebih

tinggi. (Winardi, 2004: 71-72).

2) Kemampuan aktualisasi diri (abilities)

Pada puncak hierarki, terdapat kebutuhan untuk

meningkatkan kemampuan atau merealisasikan diri atau aktualisasi

diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berupa kebutuahn individu

untuk merealisasi potensi yang ada pada dirinya, yaitu untuk

54
mencapai pengembangan diri secara berkelanjutan dan untuk

menjadi kreatif dalam arti kata seluas-luasya. Bentuk khusus

kebutuhan demikian akan berbeda-beda dari orang ke orang,

seperti halnya terlihat pada kepribadian-kepribadian manusia.

(Winardi, 2004: 16).

Maslow merumuskan kebutuhan ini sebagai “keinginan untuk

menjadi kian lama kian tinggi tentang apa manusia itu, untuk

menjadi segalanya manusia sanggup menyesuaikan diri”. Hal ini

berarti bahwa individu akan menyadari sepenuhnya potensi bakat

dan kemampuannya. Hal ini jelas karena peranan seseorang sangat

beragam, demikian juga aspak-aspek eksternal dari aktualisasi diri.

(Gibson et al, 1997: 347).

b. Motivasi Ekstrinsik

Yang tergolong motivasi ekstrinsik meliputi: pembayaran atau

gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), hubungan dengan rekan

kerja (co-workers), pengawasan (supervision), penghargaan (reward),

kebijakan perusahaan dan pekerjaan itu sendiri (job itself). (Cardoso

Faustino Games, 2003: 81).

Motivasi ekstrinsik tidak tergantung pada tugas yang

dilaksanakan dan mereka dikendalikan oleh pihak lain. Jadi, dapat

dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik timbul karena antisipasi akan

dicapainya imbalan-imbalan ekstrinsik. (Winardi, 2004: 61).

55
1) Pembayaran atau gaji (pay)

Imbalan berupa upah atau gaji merupakan salah satu diantara

imbalan ekstrinsik yang dapat dicapai orang melalui kegiatan

bekerja. Ia dapat membantu organisasi mencapai pekerja yang

sangat capable dan ia dapat membantu memberikan kepuasan serta

memotivasi pekerja tersebut untuk bekerja keras dalam upaya

meraih kinerja tinggi. Tetapi, andaikata timbul ketidakpuasan

dengannya, maka imbalan yang diberikan dapat menyebabkan

timbulnya pemogokan, keluhan, tidak masuknya para pekerja,

berhentinya pekerja bekerja, dan andakalanya timbul gejala berupa

memburuknya kesehatan mental dan fisikal memang harus diakui

bahwa imbalan merupakan sebuah hal yang sangat kompleks yang

benar-benar perlu diperhatikan oleh setiap manajer. (Winardi,

2004: 155).

Upah atau gaji berdasarkan prestasi merupakan sebuah sistem

imbalan (a compersation system) yang mendasarkan kenaikan gaji

atau upah. Seseorang individu atas kinerja orang yang

bersangkutan dalam periode waktu tertentu. Maksudnya, upah atau

gaji yang didasarkan atas prestasi merupakan suatu upaya untuk

mengaitkan upah atau gaji dengan kinerja yang dihasilkan.

(Winardi, 2004: 158).

56
2) Keamanan pekerjaan (job security)

Kebutuhan akan keamanan (security needs), dinyatakan

misalnya dalam wujud keinginan akan proteksi terhadap bahaya

fisikal (serangan kriminal); keinginan untuk mendapatkan

kepastian ekonomi (economic security), preferensi terhadap hal-hal

yang dikenal dan menjauhi hal-hal yang tidak dikenal; dan

keinginan atau tambahan orang akan dunia yang teratur, serta yang

dapat diprediksi. (Winardi, 2004: 14).

Kebutuhan-kebutuhan akan keamanan yang mencakup

keinginan untuk mengetahui batas-batas perilaku yang

diperkenankan (permissible behavior) – maksudnya keinginan

akan kebebasan di dalam batas-batas tertentu dari pada kebebasan

yang tidak ada batasnya. Seseorang yang tidak memiliki

pengetahuan lengkap tentang batas-batas perilaku yang di terima

(acceptable) bagi dirinya sendiri dapat mempunyai peranan yang

sangat terancam. Agaknya ia akan berupaya untuk menemukan

batas-batas demikian, sekalipun pada saat-saat tertentu ia harus

berprilaku dengan cara-cara yang tidak dapat diterima (tidak

acceptable). (Winardi, 2004: 14).

3) Hubungan dengan rekan kerja (co-workers)

Sewaktu kebutuhan fisiologikal manusia dan kebutuhan akan

keamanan relatif terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan sosial

yakni hubungan dengan rekan kerja merupakan kebutuhan pada

57
tingkatan berikutnya menjadi motivator penting bagi perilakunya.

Seorang individu ingin tergolong pada kelompok-kelompok

tertentu, ia ingin berasosiasi dengan pihak lain, ia ingin diterima

oleh rekan-rekannya, dan ia ingin berbagai dan menerima sikap

berkawan dan afeksi. (Winardi, 2004: 15).

4) Penghargaan (reward)

Ini adalah keutuhan baik kesadaran akan kepentingan

terhadap orang lain (harga diri) maupun penghargaan aktual dari

orang lain. Penghargaan dari orang lain juga harus dirasakan benar

dan patut diterima. Pemuasan kebutuhan ini mengarah pada

perasaan percaya diri dan gensi. (Gibson et al, 1997: 345).

Dalam hierarki Maslow, pada tingkatan berikutnya terlihat

adanya kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan atau kebutuhan-

kebutuhan egoistik – untuk penghargaan diri maupun untuk

penghargaan dari pihak lain. Kebutuhan akan penghargaan diri

mencakup kebutuhan untuk mencapai kepercayaan diri, dan

kebebasan serta independensi (ketidakketergantungan). Kelompok

kedua, kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan mencakup

kebutuhan yang berkaitan dengan reputasi seorang individu, atau

penghargaan dari pihak lain; kebutuhan akan satus, pengakuan,

apresiasi teradap dirinya, dan respek yang diberikan oleh pihak

lain. (Winardi, 2004: 15-16).

58
C. Manajemen Risiko (Risk Management)

1. Pengertian Manajemen Risiko

Ada dua istilah yang sering dicampur adukkan: ketidakpastian dan

risiko. Sebagian orang menganggapnya sama sebagian lagi

menganggapnya berbeda. Disini yang membedakan kedua istilah tersebut

karena pengelolaannya berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian

risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko

itu sendiri mengacu kepada risiko yang diperkirakan (expected risk).

(Zulfikar, 2007).

Definisi dari risiko (risk) adalah peluang adanya bencana atau

kerugian. Apabila dihubungkan dengan sertifikasi dalam dunia perbankan,

maka definisi risiko adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

situasi dimana terjadi kejadian-kejadian (risk event) yang buruk yang

menciptakan kerugian financial atau nonfinancial secara langsung maupun

tidak tidak langsung. (Palimirna, 2007).

Dalam konteks perbankan risiko merupakan potensi terjadinya suatu

peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian Bank. (Direktorat

Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2007).

Secara umum Bank Indonesia (BI) mendefinisikan manajemen risiko

sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk

mengidentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko

yang timbul dari kegiatan bank. (Nausution dan Idris, 2007).

59
2. Komparasi Risiko Bank Syari’ah Versus Bank Konvensional

Bisnis adalah suatu aktifitas yang selalu berhadapan dengan risiko

dan return. Bank syari’ah dan bank konvensional adalah salah satu unit

bisnis. Oleh karena itu, bank syari’ah dan bank konvensional juga

menghadapi risiko yang ada dalam industri perbankan yaitu risiko pasar,

kredit, likuiditas, operasional, hukum, reputasi, strategi dan ekuitas.

Komponen risiko pasar dapat di kelompokkan sebagai risiko tingkat suku

bunga, risiko nilai tukar dan risiko harga. (Wulandari Permata, 2007).

Namun, karena karakteristik yang spesifik dari transaksi bank

syari’ah yang kontrak transaksinya tidak didasarkan tingkat suku bunga,

maka risiko perubahan tingkat suku bunga bukan merupakan komponen

risiko pasar yang dihadapi bank syari’ah. (Wulandari Permata, 2007).

Pada Bab II pasal 4 butir 1 PBI No. 5/8/PBI/2003 disebutkan bahwa

risiko-risiko yang terdapat pada perbankan, antara lain: (Wulandari

Permata, 2007) :

a. Risiko Kredit (credit risk)

Adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak

memenuhi kewajibannya. Pada bank umum, pembiayaan disebut

pinjaman, sementara di bank syariah disebut pembiayaan, sedangkan

untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa

bunga (interest loan atau deposit) dalam persentase yang sudah

ditentukan sebelumnya. Pada bank syariah, tingkat balas jasa terukur

oleh sistem bagi hasil dari usaha. Selain itu, persyaratan pengajuan

60
kredit pada perbankan syariah lebih ketat dari perbankan konvensional

sehingga risiko kredit dari perbankan syariah lebih kecil dari

perbankan konvensional.

Oleh sebab itu pada sisi kredit, dalam aturan syariah, bank

bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli

murabahah.

Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana kredit

digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika

terjadi default, bank mudah mendapatkan dananya kembali karena ada

aset yang nilainya jelas berupa sejumlah kredit yang dikucurkan.

Dalam bank syariah, karakter nasabah (personal garansi) lebih

dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee berupa asset.

Dengan demikian debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan

kegiatan usahanya berjalan baik akan mendapat prioritas. Oleh sebab

itu, risiko bank syariah sebetulnya lebih kecil dibanding bank

konvensional. Bank syariah tidak akan mengalami negative spread,

karena dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh

pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa.

b. Risiko Pasar

Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari

portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank.

Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar. Pada

61
perbankan syariah tidak terdapat risiko pasar dikarenakan perbankan

syariah tidak melandaskan operasionalnya berdasar risiko pasar.

c. Risiko Operasional (operational risk)

Menurut definisi Basle Committe, resiko operasional adalah

resiko akibat dari kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan

internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan.

Resiko ini lebih dekat dengan keasalahan manusiawi (human error),

adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal,

kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi

operasional bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara

bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko operasional.

3. Klasifikasi Management Risk Bank

Menurut beberapa sumber, ada tiga macam risiko yang terdapat pada

perusahaan perbankan, yaitu:

a. Risiko Kredit

Dimana resiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak

lain (nasabah/debitur/mudharib) dalam memenuhi kewajibannya.

Menurut Zulfikar (2007) risiko kredit dapat terjadi pada aktivitas:

1) Pembiayaan, treasuri dan investasi, pembiayaan dan perdagangan.

2) Kegagalan client untuk membayar kembali murabahah installment.

3) Kegagalan client untuk membayar kembali (repayment scheduled)

ijarah.

62
4) Kegagalan client untuk membayar kembali istishna.

5) Kegagalan client untuk mengirimkan komoditi yang sudah dibeli

(salam).

Risiko kredit secara garis besar didefinisikan sebagai

kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun

counter-party untuk memenuhi kewajibannya terhadap bank. Risiko

kredit timbul dalam pelaksanaan fungsi intermediasi keuangan dan

merupakan bagian dari aktivitas bank sehari-hari. (Prisetyadi

Amiruddin, 2007).

b. Risiko pasar

Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya

pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki bank, yang

dapat merugikan bank. Variabel pasar mencakup suku bunga dan nilai

tukar, termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut. Risiko

pasar antara lain terdapat pada aktivitas tresuri serta investasi, kegiatan

pembiayaan dan pendanaan, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.

(Prisetyadi Amiruddin, 2007).

Risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar,

seperti : suku bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas

sehingga nilai portofolio/asset yang dimiliki bank menurun

Berdasarkan bank Indonesia, sebagai bank umum dengan prinsip

63
syariah, maka Bank Syariah hanya perlu mengelola resiko pasar yang

terkait dengan perubahan nilai tukar yang dapat menyebabkan

kerugian Bank. (Zulfikar, 2007).

Bank Syariah tidak berhadapan dengan risiko suku bunga, tetapi

berhadapan dengan pricing risk atau dikenal dengan Direct Competitor

market rate (DCMR). Bank Syariah juga berhadapan dengan Indirect

Competitor Market rate (ICMR) suku bunga konvensional. (Zulfikar,

2007).

c. Risiko operasional

Menurut Zulfikar (2007) risiko operasional adalah risiko yang

timbul akibat tidak berfungsinya:

1) Proses Internal: pelanggaran prosedur dan ketentuan, pelanggran

kontrol (proses review produk baru), berkaitan dengan desain dan

implementasi produk baru, kontrol terhadap pelaksanaan produk

jasa yang sudah ada.

2) Kesalahan manusia: hubungan antar pegawai (Discriminasi,

pelecehan seksual), kesalahan pegawai, penyimpangan pegawai,

tidak terpenuhinya jumlah pegawai.

3) Kegagalan Sistem: kegagalan hardware, kegagalan software,

konfigurasi lemah (tanpa perlindungan virus), komunikasi (saluran

telpon tidak berfungsi, kapasitas jaringan tidak mendukung).

4) Problem Eksternal: Kejahatan eksternal (pencurian, penipuan,

pemalsuan), faktor bencana alam (gempa Bumi, banjir, topan,

64
tsunami), faktor manusia (perang, terorisme, perampokan),

penerobasan sistem teknologi (hacker, penembusan user id) Yang

dapat mempengaruhi operasional bank dan merugikan.

5) Melekat pada setiap aktivitas fungsional perbankan: pembiayaan

Operaional & jasa, pendanaan & instrumen hutang, teknologi &

sistem Informasi, treasury & investasi, pembiayaan perdagangan,

sumber daya insani, aktivitas umum.

Risiko operasional adalah risiko yang timbul antara lain akibat

ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan

manusia, kegagalan sistem, atau problem eksternal yang

mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional dapat berdampak

pada kerugian keuangan secara langsung, ataupun secara tidak

langsung berupa kerugian potensial atau hilangnya kesempatan

memperoleh keuntungan. (Prisetyadi Amiruddin, 2007).

D. Hubungan Risk Management Dengan Perusahaan

Risiko dalam dunia perbankan sangat potensial, baik yang dapat

diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated)

yang berdampak terhadap pendapatan dan permodalan. (Bank Mega: 2003).

Risk Management itu sendiri merupakan bagian integral dari kegiatan

manajemen perusahaan dan berperan dalam mengelola risiko yang berkaitan

dengan aktivitas perbankan. Tugas utama risk management adalah

65
memastikan bahwa seluruh risiko yang melekat pada produk, jasa, kebijakan,

sistem, dan prosedur kerja telah teridentifikasi, terukur, dan terpadu dengan

baik melalui sistem organisasi yang memadai. Hasil dari kegiatan utama risk

management dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam usaha

mencapai business plan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian

dalam menjalankan operasional perusahaan, yakni memperoleh return yang

optimal setelah memperhitungkan risiko kerugian yang mungkin timbul,

sehingga tidak melebihi kemampuan perusahaan dalam menyerap kerugian

atau membahayakan kelangsungan hidup perusahaan. (Permata Bank: 2002)

Menurut Mohamad Hassan dalam pelatihan Enterprice Risk

Management (ERM) (2007), di lingkungan organisasi yang semakin kompleks

dan cepat berubah, manajemen ditantang untuk mampu memberi semangat

kepada para pegawainya agar memanfaatkan kesempatan yang tersedia dalam

lingkungan yang semakin kompetitif. Peluang yang prospektif tidak terlepas

dari faktor risiko yang melekat di dalamnya. Dalam mengoptimalkan peluang

yang ada, tidak selamanya risiko itu harus selalu dihindarkan. Faktor penting

yang harus pula menjadi pertimbangan saat ini adalah bagaimana risiko dapat

dikelola dengan cara yang paling efektif.

Masih menurut Mohamad Hassan, konsep Enterprise Risk Management

menggarisbawahi bahwa setiap entitas harus dapat memberikan nilai kepada

para stakeholders-nya. Setiap entitas menghadapi ketidakpastian. Tantangan

manajemen adalah bagaimana menentukan berapa banyak ketidakpastian yang

dapat diterima dalam rangka untuk meningkatkan nilai para stakeholders.

66
Ketidakpastian menghadapkan manajemen kepada dua hal penting, yaitu

risiko dan peluang, yang tentunya hal tersebut dapat mengikis atau

meningkatkan nilai. Enterprise Risk Management memungkinkan manajemen

untuk secara efektif berhubungan dengan ketidakpastian, yaitu berkaitan

dengan risiko dan peluang.

Mohamad Hassan (2007) manajemen risiko yang berkembang saat ini

mengungkapkan bahwa risiko tidak selalu diperlakukan sebagai ancaman,

melainkan juga merupakan peluang untuk keberhasilan pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan. Mengapa auditor juga perlu memahami konsep

manajemen risiko? Auditor perlu dan sangat berkepentingan dalam memahami

proses manajemen risiko agar ia dapat memberikan kontribusi yang berarti

dalam proses evaluasi aktivitas organisasi dan membantu pencapaian kinerja

manajemen.

Perhatian manajemen pada manajemen risiko yang efektif telah

mencetuskan banyak perubahan organisasional di tahun-tahun terakhir. Akibat

tekanan dari pemangku kepentingan, pembuatan aturan, dan lembaga-lembaga

penegak hukum maka masalah yang berhubungan dengan manajemen risiko

yang efektif telah diangkat sebagai masalah utama dalam organisasi.

Penemuan strategi-strategi untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan

dengan manajemen risiko yang efektif telah menjadi masalah umum

manajemen yang ditekankan. (Lawrence B. Sawyer et al, 2005: 110).

Bagaimana memperlakukan resiko (Zulfikar, 2007):

67
1. Dihindari, apabila resiko tersebut masih dalam pertimbangan untuk

diambil, misalnya karena tidak masuk kategori risiko yang diinginkan

Bank atau karena kemungkinan jauh lebih besar dibandingkan keuntungan

yang diharapkan.

2. Diterima dan dipertahankan, apabila risiko berada pada tingkat yang

paling ekonomis.

3. Dinaikkan, diturunkan atau dihilangkan, apabila risiko yang ada dapat

dikendalikan dengan tata kelola yang baik, atau melalui pengoperasian exit

strategi.

4. Dikurangi, misalnya dengan mendiversifikasi portofolio yang ada, atau

membagi (share) risiko dengan pihak lain.

5. Dipagari (hedge), apabila resiko dapat dilindungi secara atificial,

misalnya resiko dinetralisir sampai batas tertentu dengan instrumen

derivatif.

E. Hubungan Risk Management Dengan Auditor Internal

Auditor internal moderen telah memastikan diri mereka untuk

memberikan dukungan yang penting pada bidang ini. Nyatanya, deskripsi

audit internal yang direvisi dan dipublikasikan oleh Institute of Internal

Auditors (IIA) menggarisbawahi komitmen ini:

“Audit internal........membantu sebuah organisasi mencapai tujuannya melalui


pendekatan yang sistematis dan konsisten untuk mengevaluasi dan
memperbaiki efektivitas manajemen risiko”.

68
Ketika auditor internal membantu manajemen dalam menangani hal-hal

yang paling penting, seperti yang berhubungan dengan manajemen risiko

mereka berarti telah menunjukkan nilai mereka bagi organisasi. Internal audit

melaksanakan audit berdasarkan rancangan audit yang telah di-review oleh

Komite audit dan disetujui oleh Dewan komisaris dan Direksi. Rancangan

audit tersebut meliputi pengecekan terhadap kontrol operasi, manajemen

risiko, kepatuhan terhadap peraturan, mutu asset dan tingkat pelaksanaan dari

indikator kinerja manajemen. (Bank CIC: 2003).

Wewenang dan tanggung jawab oleh manajer dalam audit internal

bahwa mengidentifikasikan aktifitas-aktifitas yang menjadi subjek dari

cakupan audit, mengevaluasi signifikansinya, serta menentukan tingkat risiko

inheren (bawaan) dari aktivitas tersebut, manajemen biaya, skedul, dan

kualitasnya. Dan juga oleh supervisor bahwa menetapkan area-area berisiko

dan menilai signifikansinya terhadap faktor operasional dari segi biaya,

skedul, dan singifikansinya dan menurut frekuensi dari cakupan audit.

(Lawrence B. Sawyer et al, 2005: 111).

Berbagai inisiatif melengkapi perangkat kerja untuk mengoptimalkan

fungsi audit pengelolaan risiko, diantaranya pembentukan komite yang

bertujuan atas penetapan kebijakan strategis terkait manajemen risiko yaitu

Risk and Capital Committee (RCC). Inisiatif lainnya adalah mengembangkan

alat identifikasi, pengukuran, dan pengendalian risiko, baik risiko kredit,

risiko pasar, maupun risiko operasional yang dapat mendukung kebutuhan

operasional. Penerapan manajemen risiko perusahaan perbankan dilakukan

69
melalui diagnosa atas pengelolaan delapan jenis risiko yaitu risiko pasar,

risiko kredit, risiko likuiditas, risiko opersional, risiko strategik, risiko

compliance, risiko hukum dan risiko reputasi. (Bank Mandiri: 2004).

F. Fungsi Pengelolaan Risiko

Fungsi pengelolaan risiko berkembang sesuai dengan perkembangan

zaman. Pada tahap awal manajemen risiko, organisasi bersifat tradisional atau

konvensional. Model ini merupakan perkembangan dari cara klasik

pengelolaan yang sekedar membeli produk asuransi. Dalam pandangan ini,

pengelolaan risiko membutuhkan keahlian lintas disiplin. Bukan saja mereka

yang memiliki keahlian lain, seperti statistik dan disiplin yang terkait dengan

risiko. Namun, pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berfokus pada

pengelolaan risiko murni, yaitu risiko yang dapat menimbulkan kerugian,

tetapi tidak ada kemungkinan memunculkan keuntungan. Oleh karena itu

pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berorientasi pada pembelian

produk asuransi. (Prisetyadi Amiruddin, 2007).

Karena fokus pada minimalisasi risiko tidak selalu sejalan dengan

maksimalisasi hasil, pengelolaan risiko secara tradisional sering tidak selalu

sejalan dengan maksimalisai nilai perusahaan. Misalnya perusahaan

mengidentifikasi adanya risiko kebakaran yang besar. Yang penting

perusahaan meminimalisasi akibat kebakaran dengan asuransi, berapapun

premi yang harus dibayar. Tindakan gegabah ini justru bisa berdampak pada

turunnya nilai perusahaan. Berbeda dengan model manajemen risiko total.

70
Penerapan model ini menuntut banyaknya disiplin yang terlibat. termasuk di

dalamnya ahli statistik. Manajemen risiko total diterapkan secara sistimatis

dan holistik. Sistimatis artinya bukan adhoc ataupun reaktif. Holistik berarti

penerapan dilakukan secar menyeluruh perusahaan. (Prisetyadi Amiruddin,

2007).

Model manajemen risiko total biasanya melakukan pendekatan

struktural. Artinya, manajemen memilah-milah risiko dan dan sumber risiko

berdasarkan risikonya. biasanya mereka memilah sumber risiko ke dalam tiga

komponen: perangkat lunak, organisasi dan sumber daya manusia. Bisa saja

mereka mengembangkan jenis sumber lain seperti lingkungan makro Dalam

model manajemen risiko terintergasi fokus keputusan berupa maksimalisasi

nilai perusahaan. Oleh karena itu perusahaan yang menerapkan model ini

berusaha menguantifikasi setiap jenis risiko. Dengan demikian, setiap

keputusan pengelolaan risiko selalu dikaitkan dengan maksimalisasi nilai

perusahaan. (Prisetyadi Amiruddin, 2007).

Singkatnya, fungsi manajemen risiko menurut Zulfikar (2007) antara

lain:

1. Menetapkan arah dan risk appetite dengan mengkaji ulang secara berkala

dan menyetujui risk exposure limits yang mengikuti perubahan strategi

perusahaan.

2. Menetapkan limit umumnya mencakup pemberian kredit, penempatan non

kredit, asset liability management, trading dan kegiatan lain seperti

derivatif dan lain-lain.

71
3. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan (audit) untuk

memastikan adanya integrasi pengukuran resiko, kontrol sistem pelaporan,

dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.

4. Menetapkan metodologi untuk mengelola resiko dengan menggunakan

sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan sistem

komputerisasi sehingga dapat diukur dan dipantau sumber resiko utama

terhadap organisasi Bank.

G. Kadar Pengawasan Risiko

Menurut Zainul Arifin (2006) empat tahap dalam menganalisis kadar

pengawasan risiko antara lain:

1. Membangun pengawasan risiko

2. Kadar pengawasan yang harus dibangun untuk mengeliminasi Hazard

(kondisi yang potensial menyebabkan terjadinya kerugian atau kerusakan)

dan mengurangi risiko. Begitu pengawasan risiko dibangun, maka risiko

dievaluasi sampai ia dapat dikurangi hingga ke tingkat dimana manfaatnya

lebih banyak dari pada biaya potensial.

3. Mengidentifikasi pengawasan risiko

4. Pembangunan pengawasan risiko diawali dengan pengambilan tingkat

risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengidentifikasi sebanyak

mungkin pilihan pengawasan risiko yang mungkin diambil bagi semua

Hazard yang melampau tingkat risiko yang bisa diterima.

5. Menentukan efektivitas risiko

72
6. Setelah identifikasi pilihan pengawasan risiko, proses berikutnya adalah

mentukan efek dari setiap pengawasan yang berkaitan dengan Hazard.

7. Memilih pengawasan risiko

Pengawasan terbaik adalah yang konsisten dengan tujuan operasional dan

pengawasan sumber daya yang tersedia secara optimal.

Kemudian, level-level risiko atau taksiran risiko operasional dibawah

ini akan menjelaskan semua dampak dari semua Hazard yang terkait dengan

operasi diatas (Arifin Zainul, 2006: 232), yaitu:

1. Sangat tinggi (extremely high): kehilangan kemampuan untuk

menyelesaikan operasi.

2. Tinggi (high): kehilangan kemampuan untuk memenuhi persyaratan

standar operasi.

3. Sedang (medium): turunnya kemampuan dalam pemenuhan persyaratan

standar operasi.

4. Rendah (low): tidak (atau sedikit) berdampak pada penyelesaian operasi.

5. Sangat rendah (residual risk): risiko tersisa setelah dilakukan usaha

pengurangan risiko.

H. Pengelolaan Risiko

Kerangka pengelolaan risiko di bank mencakup keseluruhan lingkup

aktivitas usaha bank, berdasarkan kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi

pengawasan usaha yang efektif dan tata cara yang jelas dalam pengelolaan

73
risiko. Tujuan pengelolaan risiko di bank adalah untuk meminimalkan risiko

yang dihadapi serta mengantisipasi kerugian yang diperkirakan maupun

kemungkinan kerugian yang tidak diperkirakan dari berbagai risiko tersebut.

Kerangka pengelolaan risiko di bank didasarkan kepada prinsip-prinsip dasar

pengelolaan risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha. Prinsip-

prinsip tersebut dievaluasi secara berkala dan, apabila diperlukan, direvisi

sejalan dengan perkembangan usaha dan perubahan parameter risiko.

(Prisetyadi Amiruddin, 2007).

Beberapa bank telah menerapkan struktur pengelolaan risiko di seluruh

organisasi, berupa kebijakan umum serta perangkat pengendalian guna

memastikan konsistensi praktek pengelolaan risiko yang berkaitan dengan

bisnis tersebut. Tim pengelola risiko juga bertanggung jawab dalam

melakukan pengembangan dan pengimplementasian kebijakan, prosedur serta

pengawasan. Pengkajian dan pemantauan proses ini dilakukan oleh Satuan

Kerja Manajemen Risiko, sedangkan konsistensi pelaksanaannya dimonitor

oleh Satuan Kerja Audit Internal. (Palimirma, 2007).

Pengendalian risiko dilakukan dengan melakukan upaya-upaya yang

diperlukan untuk meminimalkan terjadinya risiko tersebut, misalnya dengan

menutup asuransi yang relevan, ataupun merancang kontrak sedemikian rupa

sehingga secara hukum Perseroan terlindungi dari risiko yang masih dapat

diantisipasi. Pengendalian juga dilakukan dengan pemantauan dan pengkajian

risiko secara berkala sehingga risiko-risiko tersebut dapat dikendalikan

sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi nilai Perseroan secara signifikan.

74
Namun demikian, Perseroan juga menyadari adanya risiko yang berada di luar

kendali yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya oleh upaya-upaya

internal. (AP Persero, 2007).

Menurut Amiruddin Prisetyadi (2007) prinsip-prinsip dasar kerangka

pengelolaan risiko bank dapat disarikan sebagai berikut:

1. Keterpaduan risiko dan pengelolaan usaha. Strategi pengelolaan risiko

yang baik merupakan bagian tak terpisahkan dari pengelolaan usaha dan

merupakan pertimbangan utama dalam setiap rencana usaha, strategi dan

produk yang ditawarkan oleh bank.

2. Pengawasan dan pengendalian independen. Penilaian risiko dilakukan baik

oleh unit operasional maupun unit pengelolaan risiko yang independen

untuk menjaga integritas proses pengambilan keputusan.

3. Kejelasan kebijakan. Seluruh kebijakan pengelolaan risiko dijabarkan

dengan jelas dan dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi.

4. Identifikasi dan pengukuran. Risiko diukur secara kuantitatif dan kualitatif

menggunakan metode-metode teruji termasuk stress testing dan back

testing, serta dikelola dalam kerangka kerja yang jelas.

5. Pelaporan. Seluruh risiko dipantau dan dilaporkan melalui struktur

organisasi pengelolaan risiko yang diketuai oleh Direktur risk

management. Organisasi pengelolaan risiko beserta komite-komite khusus

pengelolaan risiko dan audit, memberikan laporan pengelolaan risiko baik

yang bersifat rutin maupun khusus, kepada Direksi, Dewan Komisaris dan

Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan kebijakan Bank Indonesia.

75
Gambar 2. 2
Sistem Pengawasan/ Pengelolaan Bank Syari’ah
(Sumber: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, “Manajemen Bank
Syari’ah”, artikel diakses tanggal 28 Juni 2007, dari
http://www.Google/userfile_mulya-bni syariah).

Rencana-rencana strategis yang diberlakukan atas risiko-risiko diatas

antara lain:

76
1. Risiko kredit

Faktor kunci bagi pengendalian risiko kredit adalah diversifikasi dari tipe-

tipe kredit, diversifikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri

yang dibiayai, kebijakan aguanan, dan standar pengendalian kredit yang

diterapkan. Cara lain yang bisa digunakan antara lain memberi batas

wewenang keputusan kredit bagi setiap aparat perkreditan berdasarkan

kapabilitasnya (autorize limit) atau batas jumlah (pagu) kredit yang dapat

diberikan pada usaha atau perusahaan tertentu (credit line limit). (Arifin

Zainul, 2006: 61-62).

2. Risiko pasar

Pegelolaan atau pengendalian risiko pasar diantaranya membatasi atau

memperkecil posisi, atau bahkan dapat dihindari sama sekali bila bank

selalu mengambil posisi squaire. (Arifin Zainul, 2006: 61-62).

I. KERANGKA PEMIKIRAN

Abdolmohammadi dan Shateau (1992) mengungkapkan 20 atribut

personal keahlian auditor, dan hasil ini telah dikembangkan lagi dengan

menyajikan suatu kerangka komprehensif dan memberikan tambahan atribut

keahlian menjadi 25 atribut. Kerangka keahlian tersebut dikelompokkan lagi

kedalam lima kategori, yaitu:

77
Tabel 2. 2
Kerangka Keahlian

Komponen Kategori Arti


Komponen pengetahauan Pengetahaun terhadap kenyataan-kenyataan,
proses, dan prosedur-prosedur
Ciri-Ciri Psikologis Ciri-ciri kepribadian diri
Kemampuan Berfikir Kemampuan untuk memperoleh dan
memproses informasi
Strategi Penentuan Keputusan Strategi untuk membantu pembuatan
keputusan
Analisis Tugas Penilaian teradap kesulitan tugas
(Sumber: Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, “Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Pendidik”, Vol. 2 No. 1, Januari 1999).

Tabel 2. 3
Kerangka Risk Management

Komponen Kategori Arti

Risiko Kredit Risiko akibat kegagalan klien melakukan pelunasan pembiayaan


atau kontrak pada waktu yang diperjanjikan dan terjadinya
kemacetan pembiayaan (kualifikasi menurun).

Risiko Pasar Risiko pasar ditentukan oleh kerugian akibat nilai tukar mata
uang asing atau fluktuasi harga obligasi, ekuitas dan harga-
harga komoditi.

Risiko Risiko yang timbul antara lain akibat kegagalan sistem


Operasional informasi, tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia (human error), ketidakcukupan prosedur atau problem
eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
(Sumber: Zulfikar, “Manajemen Risiko Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 18
Juli 2007, dari http://www/Googel/manajemen-bank-syari’ah.html).

78
Dari paparan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan model

penelitiannya sebagai berikut:

Gambar 2. 3
Model Penelitian

Tingkat Keahlian
Auditor Internal
Risk Management
Bank Syari’ah
Motivasi Auditor
Internal

J. HIPOTESIS

Ha1 = Auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank

syariah.

Ha2 = Motivasi auditor internal berpengaruh terhadap risk management

bank syariah.

Ha3 = Tingkat keahlian dan motivasi auditor internal berpengaruh secara

bersama-sama terhadap risk management bank syariah.

79
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan

syari’ah yang memiliki auditor internal dan risk management. Penelitian ini

dilakukan untuk mengungkap pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor

internal terhadap risk management bank syari’ah. Adapun objek penelitian ini

adalah auditor internal.

B. Metode Penentuan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan simple random sampling. Pemilihan simple random sampling

yaitu teknik pengambilan sampel secara sederhana karena pengambilan

sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota

populasi bersifat homogen. (Sugiyono, 2004: 74).

Untuk mendapatkan ukuran sampel minimal dipergunakan rumus slovin.

(Sevilla dalam Muammar Aditya: 2007).

N
n=
1N(e) 2

Dimana: n = Jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = presisi yang diterapkan

80
1 = konstanta

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang akan dianalisis, penulis menggunakan

beberapa metode pengumpulan data, yaitu:

1. Data primer

Untuk mendapatkan data primer peneliti mengunakan teknik

menyebarkan angket atau kuesioner dengan menggunakan skala likert

kepada seluruh auditor internal pada perusahaan perbankan syari’ah untuk

mendapatkan data yang diperlukan.

Kuesioner tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat di

dasarkan pada indikator yang disarikan dari buku, literatur, dan teori

lainnya tentang tingkat keahlian auditor internal, motivasi auditor internal

dan risk management bank. Masing-masing indikator disusun dalam butir

pernyataan yang diteliti dari pernyataan positif dan negatif.

“Kuesioner (questionnaires) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah


dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam
alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Kuesioner merupakan suatu
mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui
dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel
penelitian”. (Sekaran Uma, 2006: 82).

“Skala likert (likert scale) di desain untuk menelaah seberapa kuat subjek
setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada lima titik dengan susunan
responden terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau
variabel tertentu kemudian diajukan kepada tiap responden”. (Sekaran
Uma, 2006: 31).

81
Dan kelima kategori yang dimaksud diatas adalah “sangat setuju”,

“setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Jawaban ini

diberi skor 1 sampai 5.

Dengan alasan tersebut, maka penulis berkesimpulan untuk

menghadapkan responden pada lima alternarif jawaban, seperti yang

tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 1
Kriteria Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal

Alternatif Jawaban Skor


Sangat berpengaruh 5
Berpengaruh 4
Cukup berpengaruh 3
Kurang berpengaruh 2
Tidak berpengaruh 1

2. Data sekunder

Penelitian ini dasar teoritisnya berasal dari buku dan berbagai

literatur lain seperti jurnal, majalah, makalah auditing, catatan kuliah,

laporan penelitian terdahulu, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang

tidak dipublikasikan dan sebagainya yang berhubungan dengan tingkat

keahlian auditor internal, motivasi auditor internal dan risk management

bank syari’ah.

82
D. Metode Analisis

1. Deskriptif Data

Sripsi ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif

kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis regresi berganda

untuk menganalisis variabel independen (X) yaitu tingkat keahlian dan

motivasi auditor internal terhadap variabel dependen (Y) yaitu risk

management bank syari’ah.

2. Uji Kualitas Data

a. Uji validitas

Validitas (validity) data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran

yang akurat. Oleh karena itu esensi dari kata validitas adalah akurasi.

Suatu intrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut

mengukur apa yang seharusnya diukur. (Indriantoro dan Supomo,

2002: 180).

Pengujian validitas menggunakan teknik pearson coreelation

dengan menghitung corrected item – total correlation, yaitu cara

mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Syarat minimum

suatu butir pernyataan dikatakan valid apabila koefisien korelasi (r

hitung) lebih besar atau sama dengan r tabel (r kritis).

Untuk menjamin validitas instrumen dalam penelitian ini, penulis

telah mengkonsultasikan isi instrumen tersebut kepada pembimbing

yang kami anggap seorang ahli.

83
b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah data yang diperoleh telah selesai diuji

validitasnya. Konsep reliabilitas (reliability) dapat dipahami melalui

ide dasar konsep tersebut yaitu konsistensi, yang berarti instrumen

yang bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama pula. (Indriantoro dan Supomo,

2002: 180).

Teknik yang digunakan dalam menghitung reliabilitas data

adalah dengan mengukur koefisien alpha cronbach, jika secara manual

menggunakan rumus dibawah ini:

( Σx ) 2
Σx 2 −
σ= n
n

Dimana: n = Jumlah sampel


x = nilai/ skor
Tabel 3. 2
Kriteria Korelasi

0,00 - 0,200 = Korelasi sangat rendah


0,20 - 0,399 = Korelasi rendah
0,40 - 0,599 = Korelasi sedang
0,60 - 0,799 = Korelasi kuat
0,80 - 1,00 = Korelasi sangat kuat

Sumber: Gulford dalam Wellyando (2000: 63)

Suatu butir kuesioner dikatakan reliabel bila nilai r alpha hitung


lebih besar dari pada r alpha tabel.

84
3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam sebuah

model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi

normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan: jika data yang

menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka

model regresi mengikuti asumsi normalitas, sedangkan jika data

menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis

diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

(Santoso, 2002: 211).

b. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti variansi (varians) variabel tidak sama untuk

semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi

tidak random (acak) tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis

sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas. Adanya

heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan

beberapa cara. Cara yang penulis gunakan adalah dengan melihat

grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan

residualnya. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot

85
dimana sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang

telah di Studentized. (Ghozali, 2001: 69).

Dasar pengambilan keputusan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik

yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas.

Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar

diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. (Santoso, 2002: 210).

c. Multikoliniearitas

Multikoliniearitas berarti antara variabel bebas yang satu dengan

variabel bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linear.

Biasanya, korelasinya mendekati sempurna atau sempurna (koefisien

korelasinya tinggi atau bahkan satu). Deteksi tersebut dapat dilihat dari

VIF dan TOL. Jika nilai VIF tidak lebih dari 1,0 dan nilai TOL tidak

kurang dari 0.1 maka dapat dikatakan terbebas dari multikoliniearitas.

4. Uji Hipotesis

a. Uji t-statistik (uji parsial)

Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen secara residual terhadap variabel dependen. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel-

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen

digunakan tingkat signifikansi 0.05. Jika nilai probability t lebih besar

86
dari 0.05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap

variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika

nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka terdapat pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi

signifikan). (Santoso, 2002: 168).

Kemudian rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

rs n − 1
t0 =
2
1 − rs

b. Uji statistik F (uji simultan)

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

independen secara bersama (simultan) terhadap varibel dependen.

Untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama

mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi

sebesar 0.05. Jika nilai probabiliti F lebih besar dari 0.05 maka model

regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen

atau dengan kata lain variabel independen secara bersama tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001: 77).

c. Uji R2 (koefisien determinasi)

Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat

menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien

determinasi (R-square). Jika R-square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi

variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel

independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi

variabel dependen. Nilai R-square berkisar hampir 1, berarti semakin

87
kuat kemampuan variable independen dapat menjelaskan variabel

dependen. Sebaliknya jika nilai R-square semakin mendekati angaka 0

berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat

menjelaskan fluktuasi variabel dependen. (Ghozali, 2001: 45).

d. Analisis regresi berganda

Penelitian ini menguji pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor

internal terhadap risk management bank syari’ah dengan menggunakan

rumus regresi berganda.

“Analisis regrasi berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari


beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang berskala
interval. Analisis regresi berganda membantu dalam memahami
seberapa banyak varians dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh
sekelompok prediktor”. (Uma Sekaran, 2006: 299).

Persamaan rumus regresi berganda yang digunakan adalah:

Y = α + β 1 X 1 + β 2 X2 + e

Dimana: Y = risk management bank syair’ah

α = Konstanta

β1 = Koefisien tingkat keahlian auditor internal

β2 = Koefisien motivasi auditor internal

X1 = Tingkat keahlian auditor internal

X2 = Motivasi auditor internal

e = Error

88
E. Operasional Varibel Penelitian

Varibel-variabel operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (Independent variable).

Independent variable adalah tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63).

Dalam penelitian ini yang menjadi independent variable adalah

sebagai berikut:

a. Tingkat keahlian auditor internal (X1)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas pertama (X1)

adalah tingkat keahlian auditor internal yang mempengaruhi risk

management yang menjadi varibel terikat (dependent variable).

Tingkat keahliah auditor internal berfokus pada lima jenis keahlian,

yaitu: ciri-ciri psikologis, strategi penentuan keputusan, komponen

pengetahuan, kemampuan berfikir dan analisis tugas.

b. Motivasi auditor internal (X2)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas kedua (X2)

adalah motivasi auditor internal yang mempengaruhi risk management

bank yang menjadi variabel terikat (dependent variable). Motivasi

auditor internal dibatasi oleh dua sub variabel motivasi, yaitu: motivasi

intrinsik (individu) dan motivasi ekstrinsik (organisasional). Masing-

masing terdiri dari indikator seperti terlihat pada tabel 3. 2.

89
2. Variabel terikat (Dependent variable).

Dependent variable adalah tipe variabel yang dijelaskan atau di

pengaruhi oleh variabel independen. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalan risk

management bank syari’ah yang dipengaruhi oleh tingkat keahlian dan

motivasi auditor internal sebagai variabel bebas (independent variable).

Risk management bank syari’ah dibatasi pada tiga jenis risiko, yaitu: risiko

kredit, risiko pasar dan risiko operasional.

Tabel 3. 3
Operasional Variabel Penelitian

Skala
Variabel Subvariabel Indikator
Pengukuran
• Kepercayaan pada keahlian
Keahlian
Ciri-ciri • Kemampuan komunikasi Skala
auditor
psikologis • Kemampuan bekerjasama Interval
internal (X1)
• Kreatifitas
• Kemampuan membuat
Strategi keputusan secara sistematis
penentuan • Kemampuan membuat
keputusan keputusan sendiri tanpa
tekanan pihak lain
• Latar belakang pendidikan
• Pengetahuan terhadap metode
audit
• Pengetahuan terhadap teknik
Komponen audit
Pengetahuan • Pengetahuan terhadap
prosedur audit
• Pengalaman audit
• Pelatihan teknis yang
memadai
• Kemampuan memfokuskan
pada fakta-fakta yang relevan
• Kemampuan mengabaikan
Kemampuan
fakta yang tidak relevan
berpikir
• Kemampuan untuk

90
menghindari tekanan-tekanan
yang mengganggu objektivitas
hasil audit.
• Kemampuan beradaptasi pada
situasi baru
• Penilaian terhadap kesulitan
Analisis
tugas
Tugas
• Evaluasi tugas
• Kebutuhan fisiologis
Intrinsik • Tujuan-tujuan (goals) Skala
(individu) • Kemampuan aktualisasi diri Interval
• Sikap (attitudes)
Motivasi • Gaji (pay)
auditor • Keamanan pekerjaan
internal (X2) • Hubungan dengan rekan kerja
Ekstrinsik
• Penghargaan (reward)
(organisasi)
• Pengawasan (supervision)
• Pekerjaan itu sendiri
• Kebijakan perusahaan
• Kegagalan klien untuk
melakukan pelunasan
pembiayaan pada waktu yang Skala
Risiko Kredit
diperjanjikan Interval
• Kemacetan pembiayaan
(kualifikasi menurun)
• Kerugian akibat nilai tukar
Risk Risiko Pasar • Perubahan-perubahan nilai
Mangement
pasar pada asset yang dikuasai
Bank
• Kegagalan sistem informasi
Syari’ah (Y)
• Tidak berfungsinya
pengawasan internal
Risiko • Human error
Operasional • Ketidakcukupan prosedur
• Problem eksternal yang
mempengaruhi operasional
bank

91
BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen angket atau

kuesioner yang telah disebar ke beberapa bank syari’ah di wilayah Jakarta

dengan objek penelitian adalah auditor internal. Pengumpulan data memakan

waktu selama tiga bulan, yaitu antara bulan Februari sampai April.

Dalam hal pengumpulan data, Peneliti menyebarkan sebanyak 85

kuesioner ke empat bank syari’ah di wilayah Jakarta yang bersedia dijadikan

tempat penelitian, secara langsung yang kemudian didistribusikan ke auditor

internal di perusahaan tersebut. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan simple random sampling, dengan ketentuan

bahwa teknik ini merupakan cara yang sederhana karena pengambilan sampel

anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata populasi

tersebut dan dengan pertimbangan sifat anggota populasi yang homogen.

Mengingat berbagai kendala yang mungkin dihadapi dalam

pengumpulan data, maka peneliti menggunakan rumus slovin untuk

mendapatkan ukuran sampel minimal. Data populasi penelitian dapat dilihat

secara terperinci pada tabel 4. 1.

Perbedaan angka sampel dengan kuesioner yang disebar pada tabel

diatas disebabkan karena pada saat penyebaran kuesioner peneliti

mengestimasi kemungkinan terjadinya kesalahan pengisian kuesioner oleh

92
responden, sehingga jumlah sampel yang disebar merupakan penjumlahan

antara angka sampel berdasarkan populasi dengan jumlah yang diestimasi agar

peneliti memperoleh sampel yang mencukupi.

Tabel 4. 1
Data Populasi Penelitian

No Perusahaan Populasi Sampel

1 Bank Syari’ah Mandiri 50 48

2 PT. Bank Mega Syari’ah Indonesia 30 14

3 PT. Permata Bank Syari’ah 30 15

4 Bank Internasional Indonesia Syari’ah 25 10

Jumlah 135 87

Sumber: Data diolah

Tabel 4. 2
Rekapitulasi Sampel Responden

Tidak Diterima/
No Keterangan Disebar
kembali sampel

1 Bank Syari’ah Mandiri 48 48 0

2 PT. Bank Mega Syari’ah Indonesia 19 5 14

3 PT. Permata Bank Syari’ah 17 2 15

4 Bank Internasional Indonesia 1 0 1

Syari’ah

Jumlah 85 55 30

Persentase 100 % 64.71 % 35.29 %

Sumber: Data diolah

93
B. Deskripsi Data

Dalam deskripsi data ini peneliti menyajikan identitas responden yaitu

auditor internal pada beberapa bank syari’ah wilayah Jakarta.

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4. 3
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 24 80.0 80.0 80.0
Perempuan 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebesar 80% responden didominasi

oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Hal

ini dapat terlihat di lapangan bahwa auditor internal lebih banyak laki-laki

dibandingkan perempuan.

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4. 4
Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dibawah 30 Tahun 3 10.0 10.0 10.0
30-45 Tahun 23 76.7 76.7 86.7
Diatas 45 Tahun 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data diolah

Hasil yang diperoleh dari tabel tersebut memperlihatkan sebesar

76.7% karyawan di departemen audit internal mayoritas berusia antara 30

sampai 45 tahun. Sebanyak 10% dan 13.3% berusia dibawah 30 tahun dan

diatas 45 tahun.

94
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4. 5 mengindikasikan bahwa rata-rata auditor berpendidikan

terakhir Sarjana S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka

96.7% dan hanya 3.3% berpendidikan akademi.

Tabel 4. 5
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Akademi (DI/ DII/
1 3.3 3.3 3.3
DIII)
Sarjana (S1)/
29 96.7 96.7 100.0
Sederajat
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data diolah

4. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4. 6 dibawah ini menjelaskan lama bekerja karyawan di

departemen audit internal lebih bervariasi yaitu 23.3% dibawah 3 tahun,

40% 3-5 tahun dan 36.7% diatas 5 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh faktor

usia pada tabel 4. 4 yang juga beragam.

Tabel 4. 6
Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dibawah 3
7 23.3 23.3 23.3
Tahun
3-5 Tahun 12 40.0 40.0 63.3
Diatas 5 Tahun 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data diolah

95
5. Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan

Tabel 4. 7
Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Auditor Ahli/ Senior 19 63.3 63.3 63.3
Auditor Pemula/
11 36.7 36.7 100.0
Junior
Total 30 100.0 100.0
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas diperoleh informasi bahwa responden

mayoritas berasal dari golongan auditor ahli/ senior, yaitu sebesar 63.3%.

C. Hasil Dan Pembahasan

1. Uji Kualitas Data

a. Uji validitas

Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan

teknik pearson coreelation dengan menghitung angka pada kolom

Corrected item-Total Correlation atau r hitung dari nilai jawaban

responden untuk tiap butir pernyataan, kemudian dibandingkan dengan

angka pada tabel r Product Moment atau r tabel. Setiap butir

pernyataan dikatakan valid bila r hitung lebih besar atau sama dengan r

tabel.

Dalam hal ini jumlah sampel try out (N) yang diuji adalah 10

responden dengan taraf signifikansi (α) 5% maka didapat r hitung

sebesar 0.632 (dapat dilihat pada lampiran).

96
Tabel 4. 8
Uji Validitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1)

Item R hitung R tabel Keterangan

Q_1 .485 0.632 Tidak Valid


Q_2 -.162 0.632 Tidak Valid
Q_3 -.546 0.632 Tidak Valid
Q_4 .014 0.632 Tidak Valid
Q_5 .639 0.632 Valid
Q_6 .846 0.632 Valid
Q_7 .659 0.632 Valid
Q_8 .824 0.632 Valid
Q_9 .824 0.632 Valid
Q_10 .793 0.632 Valid
Q_11 .648 0.632 Valid
Q_12 .726 0.632 Valid
Q_13 .639 0.632 Valid
Q_14 .681 0.632 Valid
Q_15 .635 0.632 Valid
Q_16 .190 0.632 Tidak Valid
Q_17 .763 0.632 Valid
Q_18 .798 0.632 Valid
Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil uji validitas tingkat keahlian auditor internal

diperoleh hasil bahwa, terdapat lima item pernyataan tidak valid

karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_1 dengan r

hitung 0.485, Q_2 dengan r hitung -0.162, Q_3 dengan r hitung -0.546,

Q_4 dengan r hitung 0.014 dan Q_16 dengan r hitung 0.190.

97
Tabel 4. 9
Uji Validitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2)

item R hitung R tabel keterangan

Q_19 .830 0.632 Valid


Q_20 .648 0.632 Valid
Q_21 .683 0.632 Valid
Q_22 .670 0.632 Valid
Q_23 .184 0.632 Tidak Valid
Q_24 .640 0.632 Valid
Q_25 -.060 0.632 Tidak Valid
Q_26 -.135 0.632 TIdak Valid
Q_27 .690 0.632 Valid
Q_28 .744 0.632 Valid
Q_29 .354 0.632 Tidak Valid
Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil uji validitas motivasi auditor internal diperoleh

hasil bahwa, terdapat empat item pernyataan tidak valid karena r

hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_23 dengan r hitung

0.184, Q_25 dengan r hitung -0.060, Q_26 dengan r hitung -0.135 dan

Q_29 dengan r hitung 0.354. Empat item pernyataan yang tidak valid

tersebut nilai r hitungnya kurang dari 0.632.

Tabel 4. 10
Uji Validitas Risk Management Bank (Variabel Y)

Item R hitung R tabel keterangan

Q_30 .676 0.632 Valid


Q_31 .608 0.632 Valid
Q_32 -.223 0.632 Tidak Valid
Q_33 -.053 0.632 Tidak Valid
Q_34 .814 0.632 Valid
Q_35 .647 0.632 Valid
Q_36 .814 0.632 Valid
Q_37 .736 0.632 Valid
Q_38 .725 0.632 Valid
Sumber: Data diolah

98
Berdasarkan hasil uji validitas risk management bank syari’ah

diperoleh hasil bahwa, terdapat dua item pernyataan tidak valid karena

r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_32 dengan r hitung

-0.223 dan Q_33 dengan r hitung -0.53. Dua item pernyataan yang

tidak valid tersebut nilai r hitungnya kurang dari 0.632.

Berdasarkan hasil uji validitas terdapat lima item pernyataan

pada variabel tingkat keahlian auditor internal (X1) yang tidak valid

(pernyataan no 1, 2, 3, 4, dan 16). Sedangkan variabel motivasi auditor

internal (X2) terdapat empat item pernyataan yang tidak valid

(pernyataan no 23, 25, 26 dan 29), dan variabel risk management bank

syari’ah (Y) terdapat dua pernyataan yang tidak valid (pernyataan no

32 dan 33). Pernyataan-pernyataan tersebut dikatakan tidak valid

karena r hitung < 0.632.

b. Uji reliabilitas

Setelah instrumen dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan

pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbanch’s alpha.

Reliabilitas suatu intrumen variabel dikatakan baik jika memiliki

cronbanch’s alpha > 0.6 (Nunnaly, 1967 dalam Gozali, 2005).

Tabel 4. 11
Uji Reliabilitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1)

Cronbach's Alpha N of Items


.876 18
Sumber: data diolah

99
Terlihat dari hasil analisis bahwa semua butir pernyataan pada

kolom Cronbach’s Alpha mempunyai nilai di atas 0.6. Kesimpulannya

semua butir pernyataan di atas sudah reliabel.

Tabel 4. 12
Uji Reliabilitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2)

Cronbach's Alpha N of Items


.784 11
Sumber: data diolah

Tabel 4. 13
Uji Reliabilitas Risk Management Bank (Variabel Y)

Cronbach's Alpha N of Items


.766 9
Sumber: Data diolah

Dari hasil analisis variabel motivasi auditor internal dan risk

management bank syari’ah menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha

mempunyai nilai di atas 0.6. Kesimpulannya semua butir pernyataan

diatas sudah reliabel.

Terlihat dari uji validitas pada try out sebelumnya, bahwa ada

beberapa item pernyataan yang hasilnya tidak valid. Tetapi pada uji

reliabilitas diatas semua variabel menunjukkan Cronbach’s Alpha

yang cukup tinggi yaitu > 0.6, sehingga penelitian ini tetap

menggunakan item-item pernyataan yang sama dengan memperbaiki

kalimat pada pernyataan yang tidak valid.

Karena semua butir pernyataan sudah reliabel, kesimpulannya

instrumen penelitian ini bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur

100
objek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama pula

(konsisten).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji variabel

independen yaitu tingkat keahlian dan motivasi auditor internal, dan

variabel dependen yaitu risk management bank syari’ah dalam sebuah

model regresi berdistribusi normal atau tidak.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Risk_Management


1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Gambar 4. 1
Grafik diatas memperlihatkan hasil dari uji normalitas dengan

menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar

101
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi

dengan normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas.

b. Heteroskedastisitas

Grafik Scatterplot dibawah ini merupakan hasil uji

heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu tingkat keahlian

dan motivasi auditor internal, dan variabel dependen yaitu risk

management bank syari’ah. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan

bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk

suatu pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal

ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat

disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memenuhi asumsi

homoskedastisitas.

Scatterplot

Dependent Variable: Risk_Management

2
Regression Studentized Residual

-1

-2

-3

-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4. 2

102
c. Multikoliniearitas

Deteksi terhadap multikoliniearitas dapat dilihant dari Variance

Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL).

Tabel 4. 14
Multikoliniearitas

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
1 Tingkat_Keahlian .505 1.980
Motivasi .505 1.980
a Dependent Variable: Risk_Management
Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa VIF 0.1980 dan TOL 0.505, ini

berarti instrumen penelitian dapat dianggap tidak terjadi

multikoliniearitas atau tepatnya hanya low collinearity (Stanislaus:

2006).

3. Uji Hipotesis

a. Uji t (uji parsial)

Tabel 4. 15
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
B Error Beta
1 (Constant) 20.732 3.993 5.192 .000
Tingkat_Keahlian .190 .063 .589 3.008 .006
Motivasi .084 .121 .136 .697 .492
a Dependent Variable: Risk_Management
Sumber: Data diolah

Uji secara parsial (individual) dari hasil pengolahan data program

SPSS 12 ditunjukan pada tabel Coefficientsa, dasar pengambilan

103
keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tiap variabel

independen adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05

atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak

signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).

a) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel tingkat keahlian auditor

internal (X1) akan dirumuskan sebagai berikut:

Ha 1 = Tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk

management bank syari’ah.

Ho1 = Tingkat keahlian auditor tidak berpengaruh internal terhadap

risk management bank syari’ah.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui

bahwa variabel tingkat keahlian memiliki sig 0.006, ini berarti nilai

probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.006 <

0.05). Maka, antara tingkat keahlian auditor internal berpengaruh

terhadap risk management bank syari’ah sebesar 0.589 atau 58.9%.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian Siti Nursyofah

(2007) yang menyatakan bahwa keahlian berkontribusi secara

signifikan terhadap opini audit. Besarnya pengaruh keahlian

104
terhadap opini audit sebesar 0.217 atau 21.7%. Namun tidak

konsisten dengan penelitian Muhammad Sodik (2007) yang

menyatakan bahwa keahlian auditor internal tidak berpengaruh

signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud.

b) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel motivasi auditor internal

(X2) akan dirumuskan sebagai berikut:

Ha2 = Motivasi auditor internal berpengaruh terhadap risk

management bank syari’ah.

Ho 2= Motivasi auditor internal tidak berpengaruh terhadap risk

management bank syari’ah.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui

bahwa variabel motivasi memiliki sig 0.492, ini berarti nilai

probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.492

> 0.05). Maka, tingkat keahlian auditor internal tidak berpengaruh

terhadap risk management bank syari’ah.

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa manajemen

risiko merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang

digunakan untuk mengindentifikasikan, mengukur, memantau dan

mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan bank. Sehingga

pada tahap perancangan atau penyusunannya tidak dipengaruhi

oleh variabel motivasi, karena secara eksplisit risk management

bank syari’ah telah menjadi sebuah budaya perusahaan.

105
Namun, bukan berarti motivasi tidak berpengaruh sama

sekali dalam penelitian ini, terutama dengan risk management

bank. Karena peneliti menggunakan sub variabel motivasi yang

disarikan dari berbagai literatur dalam penyusunan kuesioner,

sehingga kemungkinannya adalah bahwa untuk melihat pengaruh

antara motivasi auditor internal dengan risk management bank ada

sub variabel yang tidak dapat menjaring dalam penelitian ini.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam prakteknya tingkat

keahlian auditor internal yang paling menentukan dalam

meminimalisasi risiko.

b. Uji F (uji simultan)

Tabel 4. 16
b
ANOVA

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression a
301.536 2 150.768 12.357 .000
Residual 329.430 27 12.201
Total 630.967 29
a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian
b Dependent Variable: Risk_Management
sumber: Data diolah

Dasar pengambilan keputusan untuk uji simultan antara variabel

X dan Y adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).

106
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05

atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak

signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).

Hipotesis untuk uji simultan akan dirumuskan seperti dibawah ini:

Ha3 = Tingkat keahlian dan motivasi auditor internal berpengaruh

secara simultan terhadap risk management bank syari’ah.

Ho 3 = Motivasi auditor internal berpengaruh secara simultan terhadap

risk management bank syari’ah.

Hasil analisis pada tabel ANOVAb diatas diperoleh F sebesar

12.357 dengan nilai probabilitas (sig) sebesar 0.000, ini berarti nilai

probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.000 <

0.05) Maka, terdapat pengaruh secara simultan antara tingkat keahlian

dan motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian Siti Khairul Bariyyah

(2007) yang menyatakan bahwa pengaruh auditor internal dapat

digunakan untuk memprediksi efektivitas manajemen risiko

perusahaan. Namun Namun tidak konsisten dengan penelitian

Muhammad Sodik (2007) yang menyatakan bahwa keahlian dan

independensi auditor internal tidak berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan mendeteksi indikasi fraud.

107
c. Uji R2 (koefisien determinasi)

Tabel 4. 17 b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 a
.691 .478 .439 3.493
a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian
b Dependent Variable: Risk_Management
Sumber: Data diolah

Karena jumlah variabel independen tidak lebih dari dua, maka

peneliti menggunakan R2 (koefisien determinasi) dan bukan Adjusted

R2 (Singgih Santoso, 2000). Berdasarkan tabel Model Summaryb diatas

diperoleh hasil bahwa R2 0.478, jika disajikan persentasenya adalah

sebesar 47.8%. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel

tingkat keahlian dan motivasi secara bersama dapat menjelaskan

sebesar 47.8% variabel risk management bank syari’ah. Adapun

sisanya sebesar 52.2% (100%-47.8%) dipengaruhi oleh variabel lain

dan tidak termasuk dalam analisa regresi ini. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat keahlian dan motivasi auditor internal dapat

memberikan pengaruh positif terhadap risk management bank syari’ah.

Standard Error of Estimate (SEE) adalah sebesar 3.493. semakin

kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam

memprediksi variabel dependen.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sodik (2007)

menghasilkan nilai R2 15% dengan SEE 2.724. Ini berarti keahlian dan

independensi auditor internal hanya dapat menjelaskan sebesar 15%

kemampuan mendeteksi indikasi fraud. Penelitian lain oleh Siti

108
Nursyofah (2007) menghasilkan R2 20.7% dengan SEE 6.436. Ini

berarti faktor keahlian dan independensi auditor dapat menjelaskan

sebesar 20.7% opini audit.

d. Analisis regresi berganda

Tabel 4. 18
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
B Error Beta
1 (Constant) 20.732 3.993 5.192 .000
Tingkat_Keahlian .190 .063 .589 3.008 .006
Motivasi .084 .121 .136 .697 .492
a Dependent Variable: Risk_Management
Sumber: Data diolah

Hasil analisis tabel Coefficientsa diatas memperlihatkan bahwa nilai

constant 20.732, tingkat keahlian 0.190 dan motivasi 0.84. Sehingga

analisis regresi berganda dapat dirumuskan seperti berikut ini:

Y = 20.732 + 0.190 X1 + 0.084 X2 + e

Hal ini mengindikasikan bahwa jika tidak ada variabel tingkat

keahlian dan motivasi, risk management bank syari’ah bernilai 20.732.

Koefisien regresi 0.190 menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah

tingkat keahlian auditor internal akan meningkatkan risk management

bank syari’ah sebesar 0.190 dan koefisien regresi 0.084 menyatakan

bahwa setiap penambahan sejumlah motivasi auditor internal akan

meningkatkan risk management bank syari’ah sebesar 0.084.

109
BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Tingkat keahlian auditor internal (variabel X1) yang diukur oleh risk

management bank syari’ah (variabel Y) memiliki sig 0.006, ini berarti

nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan

temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian

yang menyatakan tingkat keahlian auditor internal berpengaruh

terhadap risk management bank syari’ah dapat diterima yaitu sebesar

0.589 atau 58.9%.

2. Motivasi auditor internal (variabel X2) yang diukur oleh oleh risk

management bank syari’ah (variabel Y) memiliki sig 0.492, ini berarti

nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan

temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian

yang menyatakan tingkat keahlian auditor internal berpengaruh

terhadap risk management bank syari’ah ditolak

3. Tingkat keahlian (variabel X1) dan motivasi auditor internal (variabel

X2) secara simultan diperoleh F sebesar 12.357 dengan nilai probabilitas

sig sebesar 0.000, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai

probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan tingkat keahlian dan

110
motivasi auditor internal berpengaruh secara simultan terhadap

risk management bank syari’ah diterima.

4. Untuk menentukan besar variabel independen dapat menjelaskan

variabel dependen diperoleh hasil bahwa R2 0.478. Angka tersebut

mempunyai maksud bahwa variabel tingkat keahlian dan motivasi secara

bersama dapat menjelaskan sebesar 47.8% variabel risk management

bank syari’ah. Adapun sisanya sebesar 52.2% (100%-47.8%)

dipengaruhi oleh variabel lain.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini akan

diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian.

1. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat keahlian

auditor internal memiliki pengaruh sebesar 58.9% terhadap risk

management bank syari’ah dirasa sangat wajar. Karena tanggung jawab

utama auditor internal terhadap perusahaan adalah mengenali dan

mengelola risiko yang ada pada lini bisnis. Dan dalam kenyataannya,

rancangan audit tidak hanya dibuat oleh auditor internal tetapi rancangan

audit yang telah di-review oleh Komite audit dan disetujui oleh Dewan

komisaris serta Direksi, audit internallah yang melaksanakan audit

tersebut. Oleh karenanya besar pengaruh tingkat keahlian auditor

internal tidak mutlak 100%.

111
2. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa motivasi auditor

internal tidak memiliki pengaruh terhadap risk management bank

syari’ah dapat diterima. Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa

pelaksanaan risk management bank syari’ah merupakan serangkaian

prosedur yang telah dibuat oleh Komite audit, Dewan komisaris dan

Direksi. Sehingga dalam prakteknya tidak dipengaruhi oleh variabel

motivasi, karena risk management bank syari’ah telah menjadi sebuah

budaya perusahaan yang pada pelaksanaannya hanya mengarah pada

prosedur dan perencanaan yang telah dibuat tersebut. Ini berarti,

motivasi auditor internal secara langsung tidak berpengaruh terhadap

risk management bank syari’ah.

3. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat keahlian

dan motivasi auditor internal secara simultan memiliki pengaruh

terhadap risk management bank syari’ah sebesar 47.8% dirasa kurang.

Karena pada analisis sebelumnya diperolah hasil tingkat keahlian auditor

internal memiliki pengaruh sebesar 58.9% terhadap risk management

bank syari’ah. Namun, pada pengujian motivasi auditor internal terhadap

risk management bank syari’ah tidak memiliki pengaruh. Hal tersebutlah

yang menyebabkan pengolahan data secara simultan hanya menunjukkan

angka 47.8%. Jika pengujian motivasi auditor internal terhadap risk

management bank syari’ah memiliki pengaruh maka, dapat dipastikan

analisis secara simultan bisa menunjukkan hasil yang lebih baik.

112
C. Saran

1. Untuk memaksimalkan perencanaan risiko yang tertuang dalam risk

management bank, manajemen perusahaan agar lebih fokus pada cara-

cara meningkatkan keahlian melalui komponen pembentuk keahlian

auditor, yaitu: ciri-ciri psikologis, strategi penentuan keputusan,

komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisis tugas. Selain

itu faktor lain seperti: knowledge dan moral hazard auditor internal

juga perlu diperhatikan. Hal tersebut tidak lain berguna untuk

pengelolaan risiko-risiko yang lebih baik, sehingga dapat memberikan

kontribusi yang baik pula bagi stakeholder dan stockholder.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap profesi auditor

menyebabkan anggapan yang salah, yang menyebutkan bahwa auditor

adalah orang yang ditakuti dan perlu dihindari keberadaannya. Untuk

merubah polemik yang berkembang dimasyarakat tersebut maka auditor

perlu melakukan sosialisasi yang lebih baik terhadap dunia luar terutama

masyarakat awam yang kurang pengetahuannya terhadap tugas dan

profesi auditor. Karena tidak bisa dipungkiri, keberadaannya sangat

dibutuhkan dan penting guna memeriksa dan mengevaluasi efektivitas

dan efesiensi perusahaan.

3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata auditor berpendidikan

terakhir Sarjana S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka

96.7% dan hanya 3.3% berpendidikan akademi. Menurut peneliti

tingkatan pendidikan tersebut dirasa kurang karena melihat kompleksnya

113
tugas dan tanggung jawab yang menuntut kualilfikasi tinggi dari seorang

auditor. Hal tersebut akan sejalan dengan hasil yang akan diberikan

kepada perusahaan, bahwa semakin baik tingkat pengetahuan dan

keahlian auditor maka akan memberikan pelaksanaan tugas yang baik

pula.

4. Lamanya penelitian yang dilakukan ini disebabkan karena beberapa

faktor, dan faktor utama adalah sulitnya akses melakukan penelitian

dengan objek auditor internal terutama pada institusi perusahaan

perbankan. Oleh karenanya, bagi pihak lain yang ingin melakukan

penelitian dengan objek auditor internal sebaiknya memilih perusahaan

lain selain yang bergerak di bidang jasa. Hal tersebut dapat dimaklumi

karena banyaknya tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh profesi

auditor internal.

5. Masih berkaitan dengan keterangan diatas, agar penelitian tidak

memerlukan waktu yang terlalu lama maka peneliti sebaiknya

menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan

perusahaan namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan dan apa yang

akan diteliti.

114
DAFTAR PUSTAKA

AP Persero, ”Pedoman Kebijakan Perseroan”, artikel diakses tanggal 20


September 2007, dari http://www.Google/bagian-ketiga.htm.

Arifin, Zainul. “Pola Manajemen Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 13


Februari 2007, dari http://www.Google/shari’ah life.htm.

Bank Mandiri. “Annual Report Bank Mandiri”, Bank Mandiri, Jakarta, 2004.

Bank Mega. “Annual Report Bank Mega”, Bank Mega, Jakarta, 2003.

Bariyyah, Siti Khairul. “Pengaruh Auditor Internal Terhadap Efektivitas


Manajemen Risiko Perusahaan”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2007.

Cardoso, Faustino. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, ANDI, Yogyakarta,


2003.

CIC. “Annual Report Bank CIC”, CIC, Jakarta, 2003.

Dewanto, Fadjar Ari. “Auditor Internal”, Vol 2 No 2, Agustus 2003.

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, “Manajemen Bank Syari’ah”,


artikel diakses tanggal 28 Juni 2007, dari
http://www.Google/userfile_mulya-bni syariah.

Grand Textile. “Peranan Motivasi Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin


Karyawan”, artikel diakses tanggal 13 Desember 2007, dari
http://www.Google/PerananMotivasi_Skripsi-tesis.com.htm.

Gudono dan Murtanto. “Jurnal Riset Akuntansi Indonesia” Vol 2 No 1, Januari


1999.

115
Hamid, Abdul. “Pedoan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN, Jakarta, 2007.

Handoko, Hani T. “Manajemen”. Edisi Dua, BPFE, Yogyakarta, 2003.

Hasan, Mohamad. “Enterprise Risk Management”, Pelatihan Enterprise Risk


Management Jakarta 19-20 April 2007.

Kusumawati, Arie. “Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi Terhadap Prestasi Kerja


Karyawan”, artikel diakses tanggal 13 Desember 2007, dari
http://www.Google/FaktorMotivasi/go.php.htm.

Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner. “Internal


Auditing.” Salemba Empat, Jakarta, 2005.

Mathis L, Robert dan Jackson H, John. “Sumber Daya Manusia”, Salemba Empat,
Jakarta, 2001.

Media Riset Akuntansi. “Auditing Dan Informasi.” Vol 5 No 1, April 2005.

Nausution dan Idris. “Menuju Bank Syari’ah Yang Berdaya Saing”, artikel diakses
tanggal 01 Oktober 2007, dari http://www.Google/Bisnis.Com-Bisnis
Indonesia.html.

Nursyofah, Siti. “Analisis Pengaruh Faktor Keahlian Dan Independensi Auditor


Terhadap Opini Audit”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2007.

Palimirma. “Penerapan Manajemen Risiko Di Perbankan Nasional.” artikel


diakses tanggal 18 September 2007, dari
http://www.Google/Journal_last.php.htm.

Permata Bank. “Annual Report Permata Bank”, Permata Bank, Jakarta, 2002.

116
Prima Consulting Group. “Membangun Profesionalisme Auditor Intern Bank”,
artikel diakses tanggal 13 Mei 2007, dari http://www.Google/Membangun-
profesionalisme-auditor.html.

Prisetyadi, Amiruddin. “Risiko Intermediasi Keuangan Dalam Pembentukan


Portopolio Pinjaman”, artikel diakses tanggal 28 Maret 2007, dari
http://www.Google/risiko-intermediasi-keuangan-dalam.html.

Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT Elex Media


Komputindo, Jakarta, 2000.

Sekaran, Umar. “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”, Salemba Empat, Jakarta,


2006.

Siagian P, Sondang. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Bumi Aksara, Jakarta,


2006.

Sodik, Muhammad. “Pengaruh Keahlian Dan Independensi Audit Internal


Terhadap Kemampuan Mendeteksi Indikasi Fraud”, Skripsi FEIS UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Stanislaus dan Uyanto. “Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006.

Taufik, Muhammad. “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Mikro Syariah.”


Agustus, 2007.

Winardi. “Motivasi Dan Pemotivasian Dalam Manajemen“, PT. Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2004.

Wulandari, Permata. “Manajemen Risiko Pada Institusi Keuangan”, artikel


diakses tanggal 22 Oktober 2007, dari
http://www/Google/journal_last.php.htm.

Zulfikar. “Manajemen Risiko Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 18 Juli 2007,
dari http://www/Googel/manajemen-bank-syari’ah.html.

117
Lampiran 1: Daftar Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN ILMIAH

PENDAHULUAN

Dalam rangka menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat


mencapai Gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan
Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan ini
peneliti memohon kepada Bapak/ Ibu/ Saudara agar dapat mengisi angket ini di
lingkungan perusahaan Bapak/ Ibu/ Saudara. Adapun tujuannya adalah untuk
mengetahui pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara tentang “Pengaruh Tingkat Keahlian
dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”.
Jawaban yang anda berikan merupakan informasi yang sangat berharga bagi
penelitian ini, di samping itu kualitas penelitian ini sangat tergantung pada isian
Bapak/ Ibu/ Saudara. Maka saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara dapat mengisi
dengan sejujurnya. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara, saya
ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Maryati
NIM. 204082002324

118
BAGIAN I: KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama Bank :

Jenis Kelamin* : Laki-Laki Perempuan

Usia* : Dibawah 30 Tahun Diatas 45 Tahun

30 – 45 Tahun

Pendidikan Terakhir* : SLTA/ Sederajat Pasca Sarjana

Akademi(DI/DII/DIII) Lainnya……………

Sarjana (S1)/ Sederajat

Lama Bekerja* : Dibawah 3 tahun Diatas 5 tahun

3 – 5 tahun

Golongan Responden*: Auditor Ahli/ Senior AuditorPemula/Junior

* Berilah tanda (√) Pada kotak jawaban yang tersedia

BAGIAN II: PETUNJUK PENGISIAN

BERILAH TANDA ( √ ) PADA JAWABAN YANG SESUAI PENDAPAT


ANDA!
Keterangan:

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

119
BAGIAN III: PENDAPAT RESPONDEN

1. KEAHLIAN AUDITOR INTERNAL (X1)


NO PERNYATAAN SS S R TS STS
CIRI-CIRI PSIKOLOGIS
Keahlian itu sendiri merupakan indikator utama
1
keahlian auditor
2 Kemampuan komunikasi menentukan faktor keahlian
3 Kemampuan bekerjasama menentukan faktor keahlian
4 Kreatifitas menentukan faktor keahlian
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
Kemampuan membuat keputusan secara sistematis
5
termasuk suatu keahlian
Kemampuan membut keputusan sendiri tanpa tekanan
6
pihak lain termasuk indikator keahlian
KOMPONEN PENGETAHUAN
Keahlian auditor internal ditentukan oleh latar
7
Belakang Pendidikan
Keahlian auditor ditentukan oleh pengetahuan
8
terhadap metode audit
Keahlian auditor ditentukan oleh pengetahuan
9
terhadap teknik audit
Keahlian auditor ditentukan oleh pengetahuan
10
terhadap prosedur audit
11 Keahlian auditor ditentukan oleh pengalaman audit
Keahlian auditor ditentukan oleh pelatihan teknis
12
yang memadai
KEMAMPUAN BERPIKIR
Keahlian auditor didukung oleh kemampuan
13
memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan

120
Keahlian auditor didukung oleh kemampuan
14
mengabaikan fakta yang tidak relevan
Keahlian seorang auditor dapat menghindari tekanan
15
yang menggangu objektivitas hasil audit
Keahlian seorang auditor mampu beradaptasi pada
16
situasi baru
ANALISIS TUGAS
Penilaian terhadap kesulitan tugas merupakan bagian
17
dari keahlian auditor
Evaluasi tugas merupakan bagian dari keahlian
18
auditor

2. MOTIVASI AUDITOR INTERNAL (X2)


NO PERNYATAAN SS S R TS STS
INTRINSIK (INDIVIDU)
Pemenuhan kebutuhan fisiologis dapat mempengaruhi
19
motivasi auditor
Pencapaian tujuan-tujuan auditor mempengaruhi
20
motivasi
Kemampuan aktualisasi diri mempengaruhi motivasi
21
auditor
Sikap auditor mempengaruhi motivasi dalam
22
melaksanakan tugas
EKSTRINSIK (ORGANISASIONAL)
23 Motivasi auditor dipengaruhi oleh gaji yang didapat
Motivasi auditor dipengaruhi oleh keamanan
24
pekerjaan
Hubungan dengan rekan kerja yang baik dapat
25
memotivasi auditor
26 Adanya penghargaan yang sesuai dapat memotivasi

121
seorang auditor
Sistem pengawasan yang baik dapat memotivasi
27
seorang auditor
28 Bidang pekerjaan ikut menentukan motivasi auditor
Kebijakan perusahaan ikut menentukan motivasi
29
auditor
3. RISK MANAGEMENT BANK SYARI’AH (Y)
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
RISIKO KREDIT
Kegagalan klien melakukan pelunasan pembiayaan
30 pada waktu yang diperjanjikan merupakan penyebab
risiko kredit
Kemacetan angsuran pinjaman merupakan penyebab
31
risiko kredit
RISIKO PASAR
Risiko pasar ditentukan oleh kerugian akibat nilai tukar
32
mata uang asing
Risiko pasar ditentukan oleh perubahan nilai pasar
33
pada penguasaan asset
RISIKO OPERASIONAL
Kegagalan sistem informasi merupakan indikator risiko
34
operasional
Risiko operasional bisa terjadi bila tidak berfungsinya
35
pengawasan internal
Terjadinya human error merupakan indikator risiko
36
operasional
Risiko operasional bisa terjadi bila kekurangan
37
prosedur
Problem eksternal yang mempengaruhi opersional bank
38
merupakan indikator risiko operasional

122
Lampiran 6: Uji Hipotesis

b
Variables Entered/Removed

Variables
Model Variables Entered Removed Method
1
Motivasi,
a . Enter
Tingkat_Keahlian

a All requested variables entered.


b Dependent Variable: Risk_Management

Model Summary(b)

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 .691a .478 .439 3.493
a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian
b Dependent Variable: Risk_Management
b
ANOVA

Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression a
301.536 2 150.768 12.357 .000
Residual 329.430 27 12.201
Total 630.967 29
a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian
b Dependent Variable: Risk_Management
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model
B Std. Error Beta
1 (Constant) 20.732 3.993 5.192 .000
Tingkat_Keahlian .190 .063 .589 3.008 .006
Motivasi .084 .121 .136 .697 .492
a Dependent Variable: Risk_Management

a
Collinearity Diagnostics

Variance Proportions
Model Dimension Eigenvalue Condition Index

(Constant) Tingkat_Keahlian Motivasi


1 1 2.971 1.000 .00 .00 .00
2 .021 11.935 .69 .42 .01
3 .009 18.550 .31 .57 .99
a Dependent Variable: Risk_Management

123
Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value 32.15 42.48 37.63 3.225 30
Std. Predicted Value -1.700 1.504 .000 1.000 30
Standard Error of
.706 1.677 1.084 .215 30
Predicted Value
Adjusted Predicted Value 31.90 42.17 37.65 3.276 30
Residual -6.066 6.539 .000 3.370 30
Std. Residual -1.737 1.872 .000 .965 30
Stud. Residual -1.810 1.963 -.002 1.018 30
Deleted Residual -6.590 7.191 -.013 3.756 30
Stud. Deleted Residual -1.895 2.081 -.003 1.040 30
Mahal. Distance .219 5.718 1.933 1.236 30
Cook's Distance .000 .211 .039 .047 30
Centered Leverage Value .008 .197 .067 .043 30
a. Dependent Variable: Risk_Management

124
Lampiran 3: Uji Kualitas Data Tingkat Keahlian Auditor Internal
(Variabel X1)

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.878 18

125
Item Statistics

Mean Std. Deviation N


VAR00001 4.9000 .31623 10
VAR00002 4.7000 .48305 10
VAR00003 4.7000 .48305 10
VAR00004 4.3000 .48305 10
VAR00005 4.3000 .48305 10
VAR00006 4.5000 .52705 10
VAR00007 2.7000 1.15950 10
VAR00008 3.8000 1.03280 10
VAR00009 3.8000 1.03280 10
VAR00010 3.7000 .94868 10
VAR00011 4.3000 .48305 10
VAR00012 4.1000 .87560 10
VAR00013 4.3000 .48305 10
VAR00014 3.8000 1.03280 10
VAR00015 4.1000 .56765 10
VAR00016 4.0000 .66667 10
VAR00017 3.4000 1.17379 10
VAR00018 3.4000 .96609 10

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 67.9000 62.322 .485 .876
VAR00002 68.1000 65.878 -.162 .888
VAR00003 68.1000 68.989 -.546 .896
VAR00004 68.5000 64.500 .014 .884
VAR00005 68.5000 59.833 .639 .870
VAR00006 68.3000 57.789 .846 .864
VAR00007 70.1000 57.211 .359 .882
VAR00008 69.0000 51.556 .824 .856
VAR00009 69.0000 51.556 .824 .856
VAR00010 69.1000 52.989 .793 .859
VAR00011 68.5000 60.056 .608 .871
VAR00012 68.7000 54.678 .726 .862
VAR00013 68.5000 59.833 .639 .870
VAR00014 69.0000 54.889 .581 .869
VAR00015 68.7000 60.678 .435 .874
VAR00016 68.8000 62.400 .190 .882
VAR00017 69.4000 50.711 .763 .859
VAR00018 69.4000 52.711 .798 .858

126
Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


72.8000 64.844 8.05260 18

Lampiran 4: Uji Kualitas Data Motivasi Auditor Internal (Variabel X2)

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.784 11

127
Item Statistics

Mean Std. Deviation N


VAR00001 4.2000 .42164 10
VAR00002 4.1000 .56765 10
VAR00003 3.9000 .56765 10
VAR00004 3.5000 1.08012 10
VAR00005 4.4000 .51640 10
VAR00006 4.0000 .66667 10
VAR00007 4.1000 .31623 10
VAR00008 4.4000 .51640 10
VAR00009 3.8000 1.03280 10
VAR00010 4.0000 .66667 10
VAR00011 4.4000 .51640 10

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 40.6000 14.044 .830 .742
VAR00002 40.7000 13.789 .648 .747
VAR00003 40.9000 13.656 .683 .743
VAR00004 41.3000 10.900 .670 .736
VAR00005 40.4000 15.822 .184 .790
VAR00006 40.8000 13.289 .640 .743
VAR00007 40.7000 16.900 -.060 .799
VAR00008 40.4000 17.156 -.135 .815
VAR00009 41.0000 12.889 .390 .785
VAR00010 40.8000 12.844 .744 .730
VAR00011 40.4000 15.156 .354 .775

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


44.8000 16.844 4.10420 11

128
Lampiran 5: Uji Kualitas Data Risk Management Bank Syari’ah (Variabel Y)

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.766 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


VAR00001 3.9000 1.10050 10
VAR00002 3.4000 1.26491 10
VAR00003 4.1000 .73786 10
VAR00004 3.8000 1.03280 10
VAR00005 4.3000 .48305 10
VAR00006 2.4000 .69921 10
VAR00007 4.3000 .48305 10
VAR00008 2.6000 .84327 10
VAR00009 3.8000 1.31656 10

129
Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 28.7000 17.122 .676 .702
VAR00002 29.2000 17.511 .508 .737
VAR00003 28.5000 25.611 -.223 .818
VAR00004 28.8000 23.956 -.053 .821
VAR00005 28.3000 20.678 .814 .723
VAR00006 30.2000 19.956 .647 .723
VAR00007 28.3000 20.678 .814 .723
VAR00008 30.0000 18.444 .736 .702
VAR00009 28.8000 15.289 .725 .688

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


32.6000 24.489 4.94862 9

130

Anda mungkin juga menyukai