OLEH
Nim. 2209022015
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan Uji HA/HI pada pemeriksaan AI pada ayam
kampung di Peternakan Afro farm Baumata Kupang menunjukkan bahwa hasilnya negatif,
disajikan pada tabel 1.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan gejala klinis yang terlihat maka dilakukan pengujian serologi yang
merupakan salah satu uji yang dipakai untuk mendiagnosis Avian Influenza (AI) dengan
mendeteksi reaksi pengikatan antibodi dengan antigen. Pengujian serologis yang dilakukan
di UPT Veteriner Kupang adalah pengujian HA/HI. Pada kasus dugaan AI dapat
dikonfirmasi dengan pengujian HA/HI untuk mengetahui adanya antibodi terhadap virus
AI pada ayam/unggas (Mufihanah, 2009).
Menurut Murphy et al. (2003) menyatakan bahwa reaksi negatif pada sampel serum
ayam mungkin disebabkan oleh tidak adanya antibodi pada serum ayam yang dapat
menghambat antigen (virus AI subtipe H5) untuk mengaglutinasikan eritrosit atau ayam
dari daerah tersebut tidak pernah terpapar virus AI subtipe H5. Selain itu tidak
ditemukannya antibodi pada ayam bisa disebabkan oleh penurunan titer antibodi dari
paparan sebelumnya. Antibodi mulai terbentuk dan dapat dideteksi 3-7 hari pasca infeksi
dan mulai mengalami penurunan titer antibodi 60 hari pasca infeksi.
Gejala klinis yang terlihat pada ayam dapat dikaitkan dengan diagnosa banding dari
penyakit AI. Akan tetapi, peneguhan diagnosa tidak dapat dilakukan hanya dengan
memperhatikan gejala klinis. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa penyakit pada
ayam yang menunjukkan gejala yang sama atau mirip sehingga tetap diperlukan
pemeriksaan penunjang. Beberapa penyakit yang mirip AI adalah New Castle Disease
(ND), Pigeon Paramyxovirus, Infectious Bronchitis (IB), Swollen Head Syndrome (SHS),
Avian Mycoplasmosis, Infectious Laryngotracheitis (ILT). Selain itu AI juga mirip
penyakit bakterial akut misalnya kolera dan colibacillosis (Tabbu, 2000).
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh peternak ayam bahwa jenis kejadian
penyakit yang paling sering terjadi dipeternakan tersebut adalah ayam dengan gejala
ngorok, adanya leleran dari hidung dan mata, kesulitan bernapas, anoreksia, diare dan
lemas. Berdasarkan anamnesa dan gejala klinis yang terlihat pada ayam tersebut dapat
dikaitkan dengan diagnosa banding yang menyerupai penyakit New Castle Disease (ND).
3.3 Diagnosa Banding
Berdasarkan keadaan umum atau gejala dan anamnesa yang diperoleh serta dengan
mempertimbangkan informasi dari peternak ayam di lokasi pengambilan sampel tersebut
dapat diambil diagnosa bandingnya yaitu New Castle Disease (ND).
Newcastle Disease (ND) merupakan salah satu penyakit infeksius yang penting
dalam dunia perunggasan. Penyakit ND disebabkan oleh Avian paramyxovirus serotype 1
(APMV-1), genus Paramyxovirus, Familia Paramyxoviridae. Penyakit ND menginfeksi
saluran pernapasan, saluran pencernaan maupun pada sistem saraf. Gejala klinis ND dapat
bersifat akut maupun kronis, mudah menular dan menginfeksi unggas disekitarnya (OIE,
2012).
Avian influenza virus (AIV) dan Newcastle disease virus (NDV), seringkali
menimbulkan gejala klinis dan lesi patologis yang serupa pada unggas dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang besar pada industri
perunggasan (Ekaningtias, 2017). Ayam buras merupakan salah satu spesies rentan
terhadap penyakit ND. Penyakit ND ditandai dengan hilangnya nafsu makan, diare yang
kadang disertai darah, lesu, sesak nafas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk, paralysis
partialis atau komplit dan tortikolis, produksi telur menurun atau terhenti sama sekali, telur
yang dihasilkan mengalami kelainan atau daya tetasnya sangat rendah (Direktorat
Kesehatan Hewan, 2014).
Patogenesis dari virus ND Pada mulanya bereplikasi pada epitel mukosa dari
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan kemudian virus menyebar lewat
aliran darah menuju ginjal dan sumsum tulang yang menyebabkan terjadinya viremia
sekunder. Virus kemudian akan difagositosis oleh makrofak dan mengeluarkan antibodi
untuk melindungi sel dari virus yang terus bereplikasi. Produksi antibodi berlangsung
dengan cepat. Antibodi penghambat hemaglutinasi dapat diamati dalam waktu 4-6 hari
setelah infeksi dan menetap selama paling tidak 2 tahun. Titer antibodi penghambat
hemaglutinasi merupakan ukuran dari kekebalan atau tingkat protektif terhadap unggas
(Soeharsono, 2005).
Virus ND dikelompokkan menjadi tiga pathotype yaitu lentogenik, mesogenik dan
velogenik. Lentogenic adalah strain virus yang kurang ganas ditandai dengan kematian
embrio lebih dari 90 jam, mesogenic antara 60-90 jam, sedangkan velogenic kurang dari 60
jam. Berdasarkan atas predileksi dan gejala klinis yang ditimbulkan maka virus ND dapat
dikelompokkan menjadi 5 phatotype yaitu bentuk Velogenik-viscerotropik : bersifat akut,
menimbulkan kematian yang tinggi, mencapai 80 – 100%. Pada permulaan sakit napsu
makan hilang, mencret yang kadang-kadang disertai darah, lesu, sesak napas, megap-
megap, ngorok, bersin, batuk, paralisis parsial atau komplit, kadang-kadang terlihat gejala
torticalis. Bentuk Velogenik-pneumoencephalitis : gejala pernapasan dan syaraf, seperti
torticalis lebih menonjol terjadi daripada velogenik-viscerotropik. Mortalitas bias
mencapai 60 – 80 %. Bentuk Mesogenik, pada bentuk ini terlihat gejala klinis berupa
gejala respirasi, seperti batuk, bersin, sesak napas, megap-megap. Pada anak ayam
menyebabkan kematian sampai 10%, sedangkan pada ayam dewasa hanya berupa
penurunan produksi telur dan hambatan pertumbuhan, tidak menimbulkan kematian.
Bentuk Lentogenik terlihat gejala respirasi ringan saja, tidak terlihat gejala syaraf. Bentuk
ini tidak menimbulkan kematian, baik pada anak ayam maupun ayam dewasa. Bentuk
asymptomatik : pada galur lentogenik juga sering tidak memperlihatkan gejala klinis (OIE,
2014). Masa Inkubasi sangat bervariasi tergantung pada strain virus, jenis unggas, status
kebal dan adanya infeksi sekunder dengan organisme lain pada saat hewan terinfeksi. Pada
ayam masa inkubasi virus ND velogenik adalah 2 sampai 15 hari atau rata-rata 6 hari.
Ayam tertular virus ND akan mengeluarkan virus lewat system pernafasan 1-2 hari setelah
infeksi (Direktorat Kesehatan Hewan, 2014).
Penularan virus ND dapat terjadi secara kontak langsung dengan hewan sakit,
sekresi dan ekskresi dari hewan sakit, serta bangkai penderita ND. Selain dari ayam,
penularan juga dapat dilakukan oleh burung peliharaan atau burung liar yang berada di
lokasi peternakan. Penularan tidak langsung dapat terjadi melalui udara, pakan dan air
minum, bahan, alat kandang, dan pekerja yang tercemar virus ND. Penyakit ini dapat
tersebar secara regional melalui impor unggas, telur dan daging beku. Peranan dari
penularan virus ND tergantung pada berbagai faktor manajemen dan lingkungan tempat
suatu peternakan beroperasi (Tabbu, 2000).
Penyakit New Castle Disease (ND) dijadikan sebagai diagnosa banding pada kasus
ini berdasarkan tinjauan dari gejala klinis dan hasil anamnesa. Gejala klinis yang
ditunjukkan ayam, yaitu ayam mengalami dispnea dan ngorok, terdapat leleran kental
agak kekuningan dari nasal, lemas dan anoreksia. Kondisi kandang pemeliharaan yang
padat dan kotor dapat menjadi pemicu terjadinya stres pada ayam dan menjadi penyebab
kualitas udara yang buruk. Faktor kondisi kandang yang buruk inilah dapat menjadi faktor
pendukung timbulnya penyakit ini pada ayam. Pertimbangan lain dalam pemilihan
diagnosa banding ini adalah informasi dari peternak yang menyebutkan bahwa kejadian
penyakit yang paling sering ditemukan adalah penyakit dengan gejala ngorok, adanya
leleran dari hidung dan mata, kesulitan bernapas, anoreksia, diare dan lemas yang
merupakan gejala khas juga pada kejadian penyakit ND. Selain itu juga dilihat dari
distribusi penyakit yang sampai sekarang belum ada satu daerahpun di Indonesia termasuk
kota Kupang yang belum bebas dari penyakit ini. Pemeriksaan lanjutan pada kasus ND
dapat dilakukan selain melihat tanda klinis, histopat dan patologi-anatomi pada organ perlu
juga dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti isolasi virus, uji serologis (HA/HI,
ELISA dan FAT).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Darmawi., Fakhrurrazi., Wiliana., Dewi, M., Abrar, M., Jamin, F., Manaf, ZH. 2015.
Deteksi Antibodi Serum Ayam Kampung (Gallus Domesticus) Terhadap Virus
Newcastle Disease Di Kota Banda Aceh. Jurnal Medika Veterinaria: 9(1).
Ekaningtias, M., Wuryastuty, H., Wasito. 2017. Pendekatan Diagnosis Avian Influenza
Virus dan Newcastle Disease Virus pada Kasus Lapangan Ayam Petelur:
Imunopatologis Streptavidin Biotin. Jurnal Sain Veteriner: 35(1).
Isnawati, r., Wuryastuti, H., Wasito, R. 2019. Peneguhan Diagnosis Avian Influenza pada
Ayam Petelur yang Mengalami Gejala Penurunan Produksi Peneguhan Diagnosis
Avian Influenza pada Ayam Petelur yang Mengalami Gejala Penurunan Produksi.
Jurnal Sain Veteriner. 37(1):1-10.
Kencana GAY, Kardena IM, Mahardika IGNK. 2012. Peneguhan Diagnosis Penyakit
Newcastle Disease Lapang pada Ayam Buras di Bali menggunakan Teknik RT-
PCR. Jurnal Ked. Hewan, 6(1): 28-31.
Murphy, F.A., E.P.J Gibbs, M.C. Horzinek, M.J. Studdert. 2003. Veterinary Virology
Third edition. 2003.
Musdalifa, A., Kencana, GAY., Suartha, IN. 2020. Deteksi Antigen Virus Avian Influenza
pada Ayam Kampung di Pasar Hewan Beringkit dan Pasar Umum Galiran, Bali.
Indonesia Medicus Veterinus. 9(5): 757-772.
OIE. 2012. Manual of Diagnostic Tests andVaccines for Terrestrial Animals2010.
www.oie.int.
Selleck, P., A. Axell. 2007. Reliable and Repeatable Hemagglutinin Inhibition Assays.
Offlu. Jakarta.
Tabbu CR. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial, Mikal dan
Viral. Kanisius.Yogyakarta.