Penyiaran
di Daerah Perbatasan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Aturan hukum internasional yang juga dapat digunakan untuk mengatur persoalan isi
siaran adalah International Convention Concerning the Use of Broadcasting in the Cause
of Peace yang disahkan di Geneva, 23 September 1936. Konvensi ini telah diterima
sebagai salah satu perjanjian internasional (treaty series) yang diakui oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa melalui Resolusi Nomor 24 (I) tanggal 12 Februari 1946.
Pasal 1 Konvensi menegaskan bahwa negara-negara harus mengusahakan tindakan
pencegahan dan, jika menjadi penyebab timbulnya, untuk segera menghentikan tanpa
terlambat penyiaran beberapa transmisi pada wilayah teritorialnya, yang telah
menimbulkan kerugian terhadap suatu pengertian baik internasional (detriment of good
international understanding) yang merupakan tindakan yang bertentangan dengan
kepentingan dalam negeri (internal order) atau keamanan suatu negara (national
security).
Selanjutnya pada Pasal 2 Konvensi ini diatur tentang larangan propaganda atau hasutan
yang dapat menimbulkan pertikaian dengan kalimat:
“The High Contracting Parties mutually undertake to ensure that transmissions from
stations within their respective territory shall not constitute an incitement either to war
against another High Contracting Parties or to acts likely to lead there to.”
Pengalaman internasional juga menggambarkan adanya langkah-langkah antisipasi
secara internal (self- measures) untuk menangkal pengaruh dari luar akibat luberan
siaran ini, dilakukan oleh negara-negara antara lain dengan:
1. Legal measures of self-help
Penangkalan ini berwujud larangan-larangan pemerintah kepada penduduknya terhadap
penggunaan antena parabola pada home receivers untuk menyaksikan luberan siaran
televisi asing. Berbeda halnya dengan di Indonesia yang membolehkan penduduk
memiliki antena parabola. Dilematis, mengingat masih banyaknya wilayah Indonesia
yang tidak terlayani atau tidak terjangkau (blank spot) penyiaran, namun akibatnya
penduduk mengkonsumsi siaran asing secara langsung tanpa filterisasi yang mampu
meruntuhkan ideologi dan kebudayaan bangsa.
2. Appropriate Counter-Measures
Langkah ini ditempuh dengan mengembangkan pola siaran tandingan. Ataupun upaya
lain, seperti yang dilakukan pemerintah Singapura dengan menetapkan pajak tinggi bagi
perusahaan dalam negeri yang memasang iklan pada stasiun penyiaran asing yang
menimbulkan luberan siaran atau yang siarannya dapat disaksikan di Singapura dengan
jelas.
Profil dan Dinamika Penyiaran.
KELEBIHAN BUKU:
Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi dan sesuai
standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca lebih mudah
memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap pokok pembahasan yang
dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam membahas psikologi pendidikan penulis
tidak hanya menjelaskan gambaran umum tentang pendidikan semua dicantumkan
bahkan pendapat para ahli dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca
akan sangat puas dengan materi yang disajikan.
KEKURANGAN BUKU:
Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah ilimiah yang
jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam menjelaskan suatu bab
tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya pembaca cepat bosan karena harus
membaca secara panjang dan jangkauan luas.
Sri Sariono Teknik
Penyiaran dan Produksi
Program radio dan film
Bentuk sinyal dalam telekomunikasi ada 2 (dua) macam, yaitu sinyal analog
dan sinyal kode (termasuk di dalamnya ada sinyal digital). Sinyal analog
adalah sinyal listrik yang langsung mengikuti perubahan-perubahan sesaat
dari energi informasi aslinya. Sebagai contoh, mikropon sebagai transduser
yang menghasilkan suatu sinyal listrik yang langsung mengikuti perubahan-
perubahan dari energi suara yang menggerakkan mikropon. Sedangkan
sinyal kode adalah sinyal listrik dalam bentuk kode atau tanda yang telah
ditentukan terlebih dahulu, yang berupa pulsa-pulsa atau perubahan-
perubahan dari sinyal tersebut yang dapat dimengerti oleh manusia dan
alat/mesin pada kedua sisi dari sistem komunikasi.
Akhirnya secara garis besar, sistem komunikasi dibutuhkan untuk jasa
telekomunikasi (telepon, telegrap, telex, transmisi data)
dan juga jasa penyiaran (berita, penerangan) dengan mengutamakan
penyiaran yang dapat didengar melalui radio atau yang nampak mata dan
dapat didengar melalui televisi.
B. Perkembangan Sistem Komunikasi
Sebelum ditemukan listrik, sistem komunikasi dilakukan dengan cara
menggunakan bunyi-bunyian ataupun tanda sebagai isyarat dalam
penyampaian informasi. Cara-cara tersebut antara lain dengan kentongan,
asap ataupun bendera (semaphore flag) yang sampai saat ini di beberapa
belahan bumi mungkin masih digunakan.
Yang semula dilakukan secara mekanis dan tradisional berganti secara
listrik, seperti halnya sistem semaphore mekanis digantikan dengan telegrap
listrik.
Di bidang telegrap, sistem yang tertua adalah sistem morse dengan
menggunakan pesawat-pesawat morse. Di mana pengiriman telegram
melalui pesawat morse dilakukan dengan mengetok tanda- tanda morse
yang terdiri dari garis-garis dan titik. Tanda ini di kantor tujuan dibaca oleh
operator dan ditulis kembali dalam huruf biasa untuk kemudian
disampaikan kepada si alamat. Setelah itu muncul sistem teleprinter atau
menulis jarak jauh dengan menggunakan pesawat teleprinter. Dengan
pesawat teleprinter, pengirim telegram cukup dilakukan dengan jalan
mengetik seperti mesin ketik biasa. Kemudian telegrap yang semula dengan
sistem teleprinter berkembang menjadi telex (teleprinter exchange).
Teknik penyaluran dengan kabel atas tanah dan bawah tanah adalah untuk
hubungan-hubungan dalam kota. Sedangkan untuk hubungan-hubungan
antar kota dikenal adanya kabel pupin dan juga kabel koaksial (coaxial
cable).
Di samping kabel tanah, dikenal pula kabel laut, yaitu kabel- kabel yang
khusus dipergunakan di dalam laut, sehingga untuk ini sistem
komunikasinya disebut dengan “Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL)”.
Terkait dengan cara untuk memanfaatkan lebar jalur/pita media transmisi
untuk mengirimkan lebih dari satu sinyal sekaligus, dilakukan multiplexing
dengan cara membagi dalam pita-pita frekuensi atau pita-pita waktu. Cara
atau sistem ini dikenal dengan Frequency Division Multiplex (FDM) atau
Time Division Multiplex (TDM).
Sistem transmisi yang lain, yaitu sistem gelombang radio. Dalam sistem ini,
informasi yang telah dirubah menjadi sinyal listrik disalurkan melalui
gelombang radio yang dipancarkan oleh suatu pemancar dan diterima oleh
suatu alat penerima. Mengingat sifat- sifatnya gelombang radio untuk
keperluan telekomunikasi, maka gelombang radio tersebut dibagi beberapa
jenis. Yaitu gelombang frekuensi tinggi (HF = High Frequency), frekuensi
sangat tinggi (VHF = Very High Frequency), frekuensi ultra tinggi (UHF =
Ultra High Frequency) dan gelombang mikro (Microwave).
Penggunaan gelombang-gelombang tersebut disesuaikan dengan sifat-sifat
gelombang yang bersangkutan. Gelombang HF pada umumnya
dipergunakan untuk hubungan yang sangat jauh, sedangkan untuk
gelombang VHF dan UHF digunakan untuk hubungan-hubungan yang
cukup jauh.
2. SistemKomunikasiHandpone(MobileTelephone)
Berbeda dengan HT, Handpon atau telepon bergerak tidak
dapat komunikasi secara langsung antar pesawat , meskipun dengan jarak
yang berdekatan. Sistem komunikasi Handphon harus melalui stasiun yang
berfungsi sebagai provider.
Dalam perkembangannya terdapat dua sistem komunikasi yang berkembang
juga di Indonesia yaitu GSM (Global system For Mobile Comunication)
dan CDMA (Code Division Multiple Access). Sistem GSM dikembangkan
oleh Amerika dan CDMA dikembangkan oleh Eropa.
GSM pertama kali berkembang di Eropa th 1991 dan pada th 1993
berkembang ke Amerika selatan, Asia dan Australia. Arsitektur GSM terdiri
3 subsistem yang terhubung dan berinteraksi antar sistem dan dengan
pengguna melalui interface Network. Ketiga sub sistem tersebut adalah
BSS (Base Station Subsystem), NSS (Network and Switching System) dan
OSS ( Operation Support System). BSS merupakan subsistem radio yang
berfungsi sebagai penyedia dan pengatur jalur transmisi radio antara MS
dengan MSC, dan untuk mengatur interface radio antara MS dengan
subsistem lain dalam jaringan GSM. Setiap BSS terdiri dari beberapa BSC
yang berfungsi menghubungkan MS ke NSS melalui MSC. Sedangkan NSS
digunakan untuk mengatur fungsi switching dari sistem yang menjamin
MSC dapat berkomunikasi dengan jaringan sistem lain seperti PSTN, ISDN
dan Jaringan Data. Fungsi operasi dan perawatan secara keseluruhan sistem
GSM dikontrol oleh OSS yang dapat dimonitor, dianalisis dan dilakukan
troubleshooting oleh seorang enginer.
Keterangan :
MS ( Mobile Station) ; BTS (Base Tranceiver Station) ; BSC (Base Station
Controller ) MSC (Mobile Switching Centre); PSTN (Public Switch
Telepone Network).
MS akan berkomunikasi dengan BSS (Base Station Subsystem) yang terdiri
dari beberapa BSC dan BTS yang terhubung dalam satu MSC melalui antar
muka (interface) radio . Setiap BSC bertugas mengontrol ratusan BTS yang
tersebar di daerah layanan operator. Hubungan jaringan antara BTS dengan
BSC melalui gelombang mikro. Proses komunikasi dua BTS dalam satu
BSC dikontrol oleh BSC itu sendiri tanpa melibatkan MSC.
Dalam waktu yang bersamaan yaitu mulai th 1995 diperkenalkan teknologi
telepon selular CDMA. Teknologi yang menggunakan sistem multiple
access sehingga dapat mendukung pengguna dengan jumlah besar untuk
saling berbagi ruang kanal radio dan sembarang pengguna dapat
memperoleh access ke sembarang kannal radio.
CDMA menggunakan kode digital (Pseudo-Random Code Sequences)
untuk membedakan pelanggan yang di-share ke MS maupun base station,
sehingga semua pelanggan membagi spectrum radio dengan range yang
sama.
CDMA juga menggunakan sistem penyebaran multiple access yang disebut
Direct Sequence CDMA (DSCDMA), sehingga tiap pelanggan
mendapatkan kode direct sequence biner sepanjang proses pemanggilan.
Kode tersebut adalah sinyal yang dibangkitkan oleh modulasi linier dengan
sequence psedorandom noise wideband yang menghasilkan penggunaan
sinyal yang lebih lebar dibanding aplikasi yang digunakan teknologi yang
lain. Di samping itu didisain tidak peka terhadap interferensi.
Dalam sistem CDMA proses pengkodean pada link radio dari base station
ke mobile station dilakukan dengan cara penambahan kode pseudorandom
khusus pada sinyal periodic, sehingga base station dapat membedakan
dirinya dengan base station yang lain pada selang waktu tertentu. Dengan
demikian sistem CDMA telah disinkronisasikan dengan referensi waktu
yang umum digunakan. Yaitu yang bersumber dari Global Posisioning
System (GPS) yang merupakan sistem navigasi radio berbasis pada
konstelasi satelit. Karena sistem GPS dari satelit yang mengorbit di luar
angkasa mengkover bumi, maka sistem GPS ini menyediakan metode siap
pakai untuk menentukan posisi dan waktu yang diperlukan semua receiver
yang ada.
C. Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi dalam hal ini dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada para mediawan ataupun calon mediawan baik cetak
maupun elektronik sehingga mereka memiliki pengetahuan yang cukup
untuk mengembangkan diri dalam bidang komunikasi. Dengan memiliki
pengetahuan tentang teknik presentasi (presentation Skills) yang cukup
mereka akan dapat mengembangkan dirinya sebagai presenter yang baik
guna menyampaikan informasi/ide kepada orang lain baik secara personal
maupun sekelompok orang. Penyampaian informasi dapat dilaksanakan
secara tertulis seperti pembuatan makalah, naskah, paper, buku, skripsi yang
harus memiliki kemampuan dan keterampilan menulis atau writing
presentation skills.
A. 1.
2.
KAJIAN TEORITIK (Sub Bab.)
(bagian dari sub bab)
(bagian dari sub sub bab)
(bagian dari sub sub sub bab) (bagian dari sub sub sub sub bab)
(bagian dari sub sub sub sub sub bab) (bagian dari sub sub sub sub sub sub
bab)
a. b.
1). 2).
a). b).
(1) . (2).
(a). (b).
dan seterusnya.
b) Contoh model ke dua
BAB. I PENDAHULUAN
I.1. Permasalahan
I.1.1. Latar Belakang Masalah I.1.2. Identifikasi Masalah I.1.3. Rumusan
Masalah
I.2. Tujuan
I.3. Manfaat
I.4. Sistematika Penulisan
BAB. II KAJIAN TEORITIK
II. (bagian dari bab atau sub bab) II.1. (bagian dari sub bab)
II.2.
II.2.1. (bagian dari sub sub bab) II.2.2
II.2.2.1. (bagian dari sub sub sub bab) II.2.2.2.
II.2.2.2.1. (bagian dari sub sub sub sub bab) II.2.2.2.2.
II.2.2.2.2.1. (bagian dari sub sub sub sub sub bab) II.2.2.2.2.2.
II.2.2.2.2.2.1.(bagian dari sub sub sub sub sub sub bab)
II.2.2.2.2.2.2.
dan seterusnya.
3) Alineanisasi. Alineanisasi maksudnya adalah penulisan setiap alinea.
Penulisan alinea sebaiknya mengingat pokok masalah atau gagasan utama
yang akan ditulis/dijabarkan. Alinea terdiri beberapa kalimat, namun
hindari kalimat yang terlalu panjang bahkan sampai ada anak kalimat, cucu
kalimat bahkan sampai cicit kalimat. Memang sulit dihindari untuk
penggunaan kalimat majemuk, tetapi dalam penulisan dapat dikiati dengan
tanda baca yang jelas. Setiap alinea berisi pokok masalah yang dibahas
tuntas. Sebaiknya terkait antara alinea yang satu dengan alinea yang lain
terutama alinea sebelum dan sesudahnya. Oleh karena itu perlu kalimat atau
kata penghubung antara alinea /pokok masalah sesudah dan sebelumnya.
Hal ini akan menghasilkan tulisan yang runtut dan tidak ”njeglek”.
4) Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kriteria penggunaan
bahasa yang baik adalah ketepatan ragam bahasa sesuai dengan kebutuhan
komunikasi. Hal ini bertalian dengan topik pembicaraan, tujuan
pembicaraan, lawan bicara, dan tempat pembicaraan. Bahasa yang baik
adalah bahasa yang logis, dan sesuai dengan tata nilai masyarakat. Di
samping itu ukuran baik juga bertalian dengan ketersampaian
informasi kepada lawan bicara.
Kriteria penggunaan bahasa indonesia yang baik dan
benar adalah penggunaan kaidah bahasa seperti tata bunyi (fonologi), tata
bahasa (pembentukan kata dan kalimat), kosa kata dan istilah, ejaan dan
makna.
Pada aspek tata bunyi misalnya penggunaan bunyi f, v dan z pada kata-kata
film, motiv, vitamin, variasi, zakat, izin adalah benar bukan ditulis: pilm,
notip, pitamin, pariasi, jakat dan ijin.
Pada aspek tata bahasa, bentuk kata yang benar adalah ubah, mencintai,
bertemu, dan pertanggungjawaban, bukan ditulis rubah, ketemu, dan
pertanggungan jawab.
Dalam bentuk kalimat, kalimat yang benar sekurang- kurangnya harus
mengandung subyek dan predikat. Contoh kalimat pernyataan “Pada Tabel
di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih besar daripada jumah
pria”, adalah kalimat yang tidak benar, karena kalimat tersebut tidak
mengandung subyek. Bila kata pada dihilangkan, maka Tabel akan berubah
menjadi subjek dan kalimat menjadi benar penulisannya.
KELEBIHAN BUKU:
Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.
KEKURANGAN BUKU:
Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah
ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.
SISTEM PENYIARAN INDONESIA
Kajian Strukturalisme Fungsional
DR. REDI PANUJU, M.SI.
Sesungguhnya banyak teori yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosial, tetapi
tidak tercatat dalam sejarah karena berbagai hal. Satu di antaranya karena
tidak memberi daya tarik untuk dikembangkan, ti- dak ada sesuatu yang
baru di dalamnya, bahkan tidak memiliki kegu- naan ketika ditarik ke ranah
aksiologis. Teori-teori ini berhenti sebagai proposisi, yang takdirnya
terkurung sepi di laci lemari penulisnya atau hanya sebagai bukti formalitas
dari suatu proses pendidikan formal di strata tertentu, sehingga
keberadaannya paling terhormat menjadi pa- jangan di perpustakaan. Karya
itu kemudian menjadi rujukan generasi terdidik berikutnya, yang mengutap
dan mengutip, meng-copy paste, sehingga terjadi reproduksi ide dan
penduplikasian penelitian. Ilmu mandek karena kecenderungan formalitas
dan teori tidak berkembang karena prosedur formal administrasi
pendidikan.
Nasib buruk karya ilmuwan Indonesia yang karyanya berakhir seperti itu
sesungguhnya bukan saja karena masalah teknis pendidik- an formal, tetapi
juga bersangkut paut dengan mentalitas bangsa kita yang oleh Mochtar
Lubis disebut dengan mental disorder, mental tidak percaya diri.1 Termasuk
di dalamnya tidak percaya pada apa yang di- miliki bangsa sendiri. Dalam
telaah Culture Studies misalnya, tampak dari preferensi bangsa kita
terhadap istilah asing untuk menamai se- suatu, mulai dari restoran, hotel,
salon, tempat hiburan, pendidikan, bahkan nama untuk anak-anaknya yang
lebih senang menggunakan istilah asing. Sebut misalnya Jatim Park, Batu
Night, “Back to Basic” se- bagai slogan demiliterisasi dwifungsi ABRI,
“One Product One Valla- ge” filosofi program Gubernur Jatim Basofi
Soedirman “Kembali ke Desa” pada 1994, dan masih banyak lagi.
Teori struktural fungsional pada mulanya diilhami oleh para pe- mikir
klasik, di antaranya Socrates, Plato, Auguste Comte, Spencer, dan
Durkheim. Para pemikir ini menganut konsep utilitarian yang menganggap
individu sebagai aktor otomatik, terpisah, dan berdiri sendiri, yang berlaku
rasional dan memaksimalkan keuntungannya dalam berinteraksi sosial.
Teori ini memandang kehidupan masyarakat sebagai keadaan yang objektif.
Individu merupakan bagian dari kolektivitas.
Teori konflik memandang bahwa konflik merupakan unsur da- sar
kehidupan manusia. Setiap elemen mempunyai kontribusi dalam
menciptakan konflik. Kehidupan sosial menghasilkan konflik ter- struktur.
Konflik bukan hanya menghasilkan dampak negatif, tetapi seperti halnya
pendapat Coser, konflik juga memiliki sisi positifnya.
Waktu itu, media televisi masih merupakan sesuatu yang baru bagi
masyarakat sehingga acara apa pun, sepanjang menampilkan gambar dan
suara yang bagus, niscaya menarik perhatian orang. Di samping itu, TVRI
masih merupakan satu-satunya media audiovisual yang diberi izin
mengudara menyapa publik Indonesia, sehingga tidak ada pilihan bagi
rakyat kecuali mengikuti sekuen demi sekuan dari siang hingga malam.
Tanpa disadari rakyat telah dikondisikan untuk menyukai program televisi.
Waktu yang memberi untung bagi TVRI tersebut membuat semua program
acara, termasuk acara siaran niaga (iklan) pun menjadi kegemaran. Maka,
Si Unyil menjadi primadona, Pak Tino Sidin ditunggu, Aneka Ria Savari
dinanti, dan film kartun Tom and Jerry tak pernah dilewatkan.
Itulah saat era keemasan di mana televisi memegang peran pen- ting dalam
memengaruhi perubahan sosial, termasuk di dalamnya se- bagai media
pembelajaran.
Bagaimana kondisinya sekarang?
Kini media televisi masuk dalam era kompetisi yang sangat ke- tat, bukan
hanya bersaing memperebutkan khalayak penonton dengan sesama televisi,
namun juga harus bersaing ketat dengan media lain, terutama media internet
—yang kecenderungannya semakin konver- gensi dengan seiring pesatnya
kemajuan di bidang teknologi informa- si. Persaingan di antara media
massa tersebut melahirkan logika pasar bebas yang sangat kompleks. Dan
hal ini pula yang memulai timbul- nya kontradiksi.
Dimensi Etika
“Kubunuh kau!” begitu teriak salah satu tokoh dalam film kar- tun yang
digemari anak-anak atau “muka elu kayak penggorengan!”, “Kampret lu,
tolol amat sih Elu ...” Kata-kata kotor yang bermaksud menghujat, mengatai
orang lain sangat banyak kita jumpai dalam layar kaca.
Bila Albert Bandura si penelur teori “imitasi” seperti yang penulis lansir di
bagian sebelumnya, benar, maka kata-kata tersebut pun akan
tertransformasi dalam interaksi sosial. Banyak jargon yang kemudian
direproduksi untuk konteks pembicaraan yang berbeda. Seperti jargon
“wani piro!”, yang semula dipakai sebagai tag-line iklan sebuah produk
rokok, kemudian banyak direproduksi untuk tujuan-tujuan yang lain, seperti
anekdot, dan porno. Dalam bentuk anekdot kata-kata “wani piro”
disambung dengan “piro piro wani” (berapa pun berani). Atau ada seorang
wanita sedang jalan sendirian, kemudian muncul kelakar dari sebarang
jalan, “wani piro....” Demikian juga tag-line iklan pela- pis antibocor No-
Droup yang berbunyi “Bocor Bocor....ah, Nakal...!” ternyata sering juga
dipakai untuk komunikasi yang menjurus porno- grafi.
Dari tinjauan filsafat etik, media massa ditengarai telah mencip- takan
model perilaku dan komunikasi yang acap kali berlawanan de- ngan
kriteria-kriteria yang berlaku secara normatif, akibatnya terjadi semacam
konflik nilai di dalamnya.
Gaya hidup (life style) negeri lain dalam film-film acap kali me- nimbulkan
persoalan etis di masyarakat. Tayangan tersebut dimak- nai sebagai
melanggar etika kesopanan. Namun, bagi kalangan yang permisif
(menerima gaya hidup tersebut), dianggap biasa atau wajar sebagai bagian
dari perubahan hidup modern, kemudian mereka me- nerapkannya dalam
keseharian. Maka, terjadi tranformasi dari realitas media ke realitas sosial.
Di sini terjadi benturan kedua dalam relasi sosialnya. Sebagai contoh,
pakaian rok mini dan cipika cipiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri).
Dimensi Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang mengkaji tentang segala sesu- atu
keindahan atau yang dianggap indah serta sesuatu yang dianggap buruk.
Kriteria tentang keduanya (indah atau buruk) ditentukan oleh persepsi
individu dalam masyarakat. Dalam konteks perspektif Talcott Parsons,
persepsi estetika sangat ditentukan oleh kekuasaan simbolik dari budaya
yang berlaku. Dalam suatu masyarakat tentu banyak mak- na budaya
tergantung pengalaman budaya secara kolektif, namun dari sekian banyak
itu tentu ada yang dominan menjadi acuan makna oleh masyarakatnya.23
Dalam hal ini, TV memosisikan diri sebagai media yang menja- lankan
fungsi mediasi sosial. Lewat TV-lah persepsi keindahan akan berubah.
Dalam struktur hubungan tersebut kepentingan TV kerap kali mendominasi
dan dapat “memaksa”-kan pola-pola tertentu dalam estetika. Penulis
memberi contoh demikian: demi kepentingan durasi (waktu) tayang yang
menuntut efisiensi (sebab biaya produksi tayang- an TV sangat mahal),
maka pertunjukan wayang kulit yang semula biasanya dimainkan semalam
suntuk, dipaksa menyesuaikan dengan tuntutan ritme TV menjadi satu jam.
Bayangkan episode “jejer” dalam pagelaran wayang yang semula disusun
secara runtut dengan filosofi- filosofi tertentu kemudian dipangkas dan
langsung pada adegan dialog serta perang. Banyak nilai estetik dan filosofis
yang hilang dari kese- nian tersebut ketika ditransformasikan melalui TV.
Demikian juga de- ngan kesenian yang lain terpaksa harus menyesuaikan
dengan tuntut- an efisiensi durasi dan mereduksi aspek ritme yang biasa
menjadi ciri khas keindahan kesenian tradisi. Tembang-tembang beritme
lamban seperti “dandang gula” lebih enak dinikmati di sebuah gubuk
tengah sawah dalam suasana hujan rintik. Ketika masuk ke TV dianggap
lam- ban dan bertele-tele. TV dengan prinsip teknologinya itu mendorong
pesan-pesan disampaikan secara instan.
KELEBIHAN BUKU:
Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.
KEKURANGAN BUKU:
Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah
ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.
Dasar-Dasar Penyiaran
Kelemahan Radio
Riswandi (2009: 5) menjabarkan kelemahan radio sebagai media penyiaran,
antara lain:
1. Selintas: Siaran radio cepat hilang dan mudah dilupakan. Pendengar tidak
bisa mengulang apa yang didengarnya, tidak seperti pembaca surat kabar
yang bisa mengulang bacaannya dari awal tulisan.
2. Batasan Waktu: Waktu siaran radio relatif terbatas hanya 24 jam sehari,
berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah halaman dengan
bebas.
3. Beralur Linier: Program disajikan dan didengar oleh khalayak
berdasarkan urutan yang sudah ada (rundown)
Sedangkan dalam makalah kepenyiaran Andy Rustam menyebutkan ada
tiga hal kelemahan radio, yakni sebagai berikut;
1. Hanya berupa suara.
Meskipun suara dalam butir keunggulan mempunyai kharisma besar,
namun kemampuan radio yang hanya mengeluarkan suara merupakan
kelemahan. Suara tidak mampu menjelaskan gambar, grafik data, atau hal-
hal teknis tanpa menimbulkan salah paham. Bandingkan dengan televisi
dan media cetak yang sangat mudah menjelaskan sesuatu dengan gambar,
data, atau petunjuk instruksional. Dalam beberapa hal, gambar lebih mampu
mengkomunikasikan sesuatu daripada rangkaian kata dan kalimat sebanyak
apapun.
2. Bersifat selintas.
Kelemahan menonjol dari produksi radio yang hanya mengeluarkan suara
adalah sifat selintasnya. Artinya, semua radio tersebut tidak
terdokumentasikan oleh pendengar.
KELEBIHAN BUKU:
Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.
KEKURANGAN BUKU:
Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah
ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.
Etika Penyiaran Indonesia
Gan Gan Giantika
Jadi eksistensi adalah berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri
sendiri. Artinya manusia berada di dunia dan cara ini hanya untuk manusia,
tidak untuk lain benda oleh karena keberadaannya manusia berbeda dengan
beradanya benda-benda lainnya di dunia ini. (Ruslan, 2001)
Terdapat tiga landasan dalam Aspek-Aspek Filsafat Komunikasi sebagai
berikut : a. Metafisika
Menurut Lanigan, metafisika merupakan suatu studi mengenai sifat dan
fungsi teori tentang realita, dalam kaitan dengan teori komunikasi yaitu
antara lain:
1) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual
dengan realita dalam alam semesta.
2) Sifat dan fakta bagi tujuan , perilaku, penyebab dan aturan.
3) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada
perilaku
manusia.
b. Epistemologi.
Merupakan cab. Ilmu filsafat yang membahas asal, sifat, metode dan
batasan pengetahuan manusia. Epistemologi adalah bagaimana pengetahuan
itu disusun dari bahan yang diperoleh dan prosesnya melalui metode ilmiah.
Epistemologi berpijak kepada “teori kebenaran” yaitu :
1) Teori Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. 2) Teori
Korespondensi
Suatu pernyataan adalah benar jika materi yang terkena oleh persyaratan itu
berkorespondensi (berkaitan) dengan obyek yang dituju oleh persyaratan
tertentu.
3) Teori Pragmatik
Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau atau konsekuensi
dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.
c. Aksiologi
Aksiologi adalah asas mengenai cara bagaimana (how) menggunakan ilmu
pengetahuan yang secara epistemologi diperoleh dan disusun secara
sistematis tersebut. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan nilai
seperti etika, etiket, estetika, dan Agama.
Etika
Pengertian Etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa
latin yaitu “mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga
adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbauatan
yang baik (kesusilaan) dan menghindari dari hal-hal tindakan yang buruk.
(Bertens, 2007)
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetap dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian
perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajia(Ruslan,
2001)n sistem niali-nilai yang berlaku.
Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskan tentang
pembahasan etika sebagai:
a. Terminus Techicus, adalah etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
b. Manner dan Custom, adalah suatu pembahasan etika yang terkait dengan
tata cara dan adat istiadat kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in
herent in human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik dan buruk”
suatu perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian Etika Menurut Poedjawijatna, etika merupakan cabang ilmu
filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan
benar yang sedalam- dalamnya. Sebagai tugas tertentu dari etika mencari
ukuran baik-buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari,
tindakan manusia manakah yang baik. (Soehoet, 2002)
Pengertian Etika Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang
mempelajari soal kebaikan dan keburukan didalam hidup manusia
semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang
dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuan yang
dapat merupakan perbuatan. (Soehoet, 2002)
Pengertian Etika Menurut Austin Fogothey, etika adalah ilmu pengetahuan
normatif yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar dari
manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni. (Soehoet, 2002)
KELEBIHAN BUKU:
Buku ini sangat mudah untuk dibaca karena font yang digunakan sudah rapi
dan sesuai standart penulisan.materi yang disajikan terstruktur jadi pembaca
lebih mudah memahami maksud penulis. Buku ini juga sangat lengkap
pokok pembahasan yang dijelaskan semua tersusun dan efektif. Dalam
membahas psikologi pendidikan penulis tidak hanya menjelaskan gambaran
umum tentang pendidikan semua dicantumkan bahkan pendapat para ahli
dalam mengemukakan teori juga sangat banyak. Pembaca akan sangat puas
dengan materi yang disajikan.
KEKURANGAN BUKU:
Buku ini banyak menggunakan Bahasa asing,kemudian ada beberapa istilah
ilimiah yang jarang ditemui. Kemudian buku ini juga terlalu panjang dalam
menjelaskan suatu bab tidak ada kesimpulan di akhir per bab nya. Jadinya
pembaca cepat bosan karena harus membaca secara panjang dan jangkauan
luas.