Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seseorang tidak
bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya jika berada dalam kondisi tidak sehat.
Sehingga kesehatan merupakan modal setiap individu untuk meneruskan
kehidupannya secara layak.
Kesehatan juga dipandang sebagai bentuk keseimbangan antara individu
(sebagai inang), agents (seperti bakteri, virus, dan toksin), dan lingkungan
sehingga interaksinya tidak hanya individu terhadap agent yang namun juga
dengan lingkungan untuk menciptakan kondisi sejahtera tersebut (Fretman &
Allenswoth, 2010). Kesehatan dapat disimpulkam sebagai proses dinamis dalam
mempertahankan dan mendukung keutuhan integritas manusia (keseimbangan
fisik dan mental) dan adaptasi dengan lingkungan sekitar secara optimal.
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan merupakan suatu
keadaan sehat yang utuh baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya
keadaan bebas dari sakit, penyakit atau kecacatan yang memungkinkan setiap
orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi
Menurut Hendrick L. Bloem (1974) seperti dikutip Azwar (1983),terdapat
empat faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan, yaitu faktor
lingkungan, faktor perilaku,faktor pelayanan kesehatan,dan faktor keturunan yang
saling mempengaruhi.Lingkungan sebagai faktor terbesar, selain langsung
mempengaruhi kesehatan, jugamempengaruhi perilaku, dan perilaku juga
sebaliknya mempengaruhi lingkungandanfaktor lainnya (pelayanan kesehatan dan
keturunan). Status kesehatan akan tercapai secara optimal, apabila keempat faktor
tersebut secara bersama - sama mempunyai kondisi yang optimal.
Terdapat 3 tingkatan kondisi dan perilaku yang memperngaruhi kesehatan
(Fretman & Allensworth, 2010) yaitu: tingkat individu atau intrapersonal, tingkat
interpersonal, tingkat populasi (meliputi 3 faktor
Dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah
melakukan intervensi perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan perkataan lain,
pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis
dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.

A Tujuan:
Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 1
1. Tujuan Umum: Tersedianya panduan bagi kader, tokoh masyarakat dan
petugas dalam melakukan survei mawas diri

2. Tujuan Khusus:

a. Mengumpulkan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.


b. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan, dan
perilaku.

B. Manfaat
a. Tersusunnya panduan dalam melakukan survei mawas diri
b. Tersusunnya data masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku
c. Tersusunnya analisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku

BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 2
Pemberdayaan masyarakat ialah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan.
Dari batasan ini dapat diuraikan bahwa secara bertahap tujuan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan adalah agar tumbuh kesadaran, pengetahuan
dan pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat, serta
timbul kemauan atau kehendak sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap kesehatan. Survei mawas diri adalah kegiatan pengenalan,
pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan yang dilakukan oleh kader dan
tokoh masyarakat setempat di bawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan, petugas
Puskesmas, Bidan di Desa.
Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti
masyarakat, baik secara individu maupun 1 kelompok telah mampu mewujudkan
niat kesehatan mereka dalam bentuk perilaku sehat. Tahap-tahap penggerakan
atau pemberdayaan masyarakat:adalah dengan pengembangan tim petugas,
pengembangan tim di masyarakat, Survei Mawas Diri

A. TEMPAT DAN WAKTU SURVEY MAWAS DIRI


Dilakukan di 5 Desa di wilayah kerja puskesmas kedungbendo, yaitu Desa
Borang, Desa Kedungbendo, Desa Gegeran, Desa Mangunharjo dan Desa
Jetiskidul pada Tahun 2021
B. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
1. Pengolahan Data
Bentuk pengolahan data pada survei mawas diri ini dengan tahapan:
1.1 Editing Yaitu memeriksa data yang terkumpul tentang
kelengkapan isian, sehingga bila ternyata ada yang belum lengkap
bisa diulang ke sumber yang bersangkutan.
1.2 Coding Yaitu pemberian kode kuesioner pada masing-masing
jawaban menurut macamnya untuk memudahkan dalam tahap
pengolahan data yaitu dengan memberikan kode angka
1.3 Tabulating Mengelompokan data ke dalam tabel yang dibuat
sesuai dengan maksud dan tujuan survey
1.4 Processing Dalam kegiatan ini jawaban dari responden yang
telah diterjemahkan menjadi bentuk angka, selanjutnya diproses
agar mudah dianalisis.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 3


1.5 Cleaning Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan data
dengan cara pemeriksaan kembali data yang sudah dientry,
apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan ulang terhadap data, pengkodean, scoring
C. ANALISA DATA
a. Secara Tekstular (mempergunakan kalimat)
Adalah Penyajian data hasil survei menggunakan kalimat.
b. Secara Grafikal ( menggunakan grafik)
Adalah gambar – gambar yang menunjukkan secara visual data
berupa angka atau simbol – simbol yang biasanya dibuat
berdasarkan dari data tabel yang telah dibuat.
c. Secara Tabular / Tabulasi (menggunakan tabel)
Merupakan Penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang
disusun menurut kategori-kategori tertentu, dalam suatu daftar.
Dalam tabel, disusun dengan cara alfabetis, geografis, menurut
besarnya angka, historis, atau menurut kelas-kelas yang lazim

D. HASIL SURVEY
Rekapitulasi hasil survei mawas diri di Puskesmas kedungbendo
Tahun 2021.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 4


Grafik 2.1
Gambaran pencapaian pilar 1 PHBS Borang

Dari hasil survei mawas diri PHBS desa gegeran didapatkan bahwa
pencapaian 10 indikator PHBS, yang pencapaian dibawah 90%, adalah indikator
aktivitas fisik (sebesar 32,7%), indikator Tidak merokok (sebesar 41,8%), dan
indikator pencapaian jamban sehat ( sebesar 66,1%)
Dari ketiga indikator yang masih rendah pencapaiannya, hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan masyarakat untuk senantiasa melakukan aktivitas fisik
setiap hari, baik itu aktivitas sedng ataupun berat. Untuk masalah pencapaian
jamban sehat belum 100%, karena masih banyak KK yang memiliki jamban belum
saniter. Hal ini diperlukan kerjasama lintas sektor yaitu pemerintah desa untuk
mewujudkan desa sadar sanitasi dasar.

Dari hasil survei mawas diri desa Borang, didapatkan bahwa pada pilar 1,
sebagian besar indikator di pilar 1 telah mencapai lebih dari 90 %, hanya 3
indikator yang belum mencapai 90 %, yaitu indikator pemberian asi ekslusif pada
bayi sampai usia 6 bulan 87,8%, indikator melakukan aktifitas fisik min 30 menit
tiap hari sebesar 85,82%, dan ada anggota yang merokok agar serangga tidak
bisa menyentuh tinja 67,73%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih ada rumah

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 5


yang kloset / jambannya merupakan cemplung yang belum tertutup, dan belum
saniter, sehingga pencapaian 79,18%

Grafik 2.2
Gambaran pencapaian pilar 1 STBM Desa Borang

Dari hasil survei mawas diri desa Borang, didapatkan bahwa pada pilar 1,
sebagian besar indikator di pilar 1 telah ,mencapai 100 %, hanya 2 indikator yang
belum mencapai 100 %, yaitu indikator Lubang kloset memiliki tutup, agar
serangga tidak bisa menyentuh tinja, dan indikator tinja manusia terlihat disekitar
sungai. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih ada rumah yang kloset /
jambannya merupakan cemplung yang belum tertutup, dan belum saniter,
Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 6
sehingga pencapaian 35,26%, dan 10,3% masih ada tinja manusia terlihat
disekitar sungai,kebun dll.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum memiliki kesadaran
terhadap penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, hal ini dimungkinkan karena
rendahnya kesadaran masyarakat terhadap PHBS, Faktor ekonomi, dan
kurangnya media/ sosialisasi dari petugas maupun dukungan pemerintah desa
terhadap pemenuhan sarana kesehatan lingkungan ( pembangunan tutup untuk
kloset/jamban cemplung yang masih terbuka)

Grafik 2.3
Gambaran pencapaian pilar 1 STBM Desa Jetiskidul

Dari hasil survei mawas diri desa Jetiskidul, didapatkan bahwa pada pilar 1,
sebagian besar indikator di pilar 1 telah ,mencapai 100 %, hanya 2 indikator yang
belum mencapai 100 %, yaitu indikator Lubang kloset memiliki tutup, agar
serangga tidak bisa menyentuh tinja, dan indikator kloset(tempat jongkok) terbuat
dari bahan yang kuat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih ada rumah yang
kloset / jambannya merupakan cemplung yang belum tertutup, dan belum saniter,
sehingga pencapaian 86,49%, dan sebanyak 86,5% indikator kloset(tempat
jongkok) terbuat dari bahan yang kuat
Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 7
Grafik 2.4
Gambaran pencapaian pilar 1 STBM Desa Mangunharjo

Dari hasil survei mawas diri desa Mangunharjo, didapatkan bahwa pada
pilar 1, sebagian besar indikator di pilar 1 telah ,mencapai 100 %, hanya 1
indikator yang belum mencapai 100 %, yaitu indikator Lubang kloset memiliki
Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 8
tutup, agar serangga tidak bisa menyentuh tinja. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
masih ada rumah yang kloset / jambannya merupakan cemplung yang belum
tertutup, dan belum saniter, sehingga pencapaian 87 %.

Grafik 2.5
Gambaran pencapaian pilar 2 STBM Desa Gegeran

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 9


Dari hasil survei mawas diri desa Gegeran, didapatkan bahwa pada pilar 2,
sebagian besar indikator di pilar 2 belum mencapai 100 %, tetapi sudah diatas
90% semua indikator. Hal ini dapat disimpulkan meskipun belum mencapai 100%
tetapi pencapaian sudah tinggi dan tidak menjadi masalah.

Grafik 2.5
Gambaran pencapaian pilar 2 STBM Desa Borang

Dari hasil survei mawas diri desa Borang, didapatkan bahwa pada pilar 2,
sebagian besar indikator di pilar 2 belum mencapai 100 %, dan terdapat 1
indikator yang dibawah 70%, yaitu indikator setiap anggota keluarga tahu saat
penting kapan untuk cuci tangan sebesar 67,8%.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 10


Grafik 2.6
Gambaran pencapaian pilar 2 STBM Desa Jetiskidul

Dari hasil survei mawas diri desa Jetiskidul, didapatkan bahwa pada pilar 2,
sebagian besar indikator di pilar 2 belum mencapai 100 %, dan terdapat 1
indikator yang dibawah 70%, yaitu indikator tersedianya air mengalir didalam
rumah untuk cuci tangan sebesar 69%.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 11


Grafik 2.7
Gambaran pencapaian pilar 3 STBM Desa Gegeran

Dari hasil survei mawas diri desa Gegeran, didapatkan bahwa pada pilar 3,
sebagian besar indikator di pilar 3 telah mencapai 100 %, dan hanya terdapat 1
indikator yang dibawah 100%, yaitu indikator makanan yang tersaji tertutup,
pencapaian sebesar 99,7%, hal ini tidak menjadikan masalah meskipun tidak
100%

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 12


Grafik 2.8
Gambaran pencapaian pilar 3 STBM Desa Borang

Dari hasil survei mawas diri desa Borang, didapatkan bahwa pada pilar 3,
sebagian besar indikator di pilar 3 telah mencapai melebihi 90 %, dan hanya
terdapat 1 indikator yang masih rendah yaitu indikator wadah minum dibersihkan
secara rutin seminggu sekali, pencapaian sebesar 5,93%.
Hal ini dapat diartikan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan kebersihan sarana tempat minum, dan masih perlu dilakukan
penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 13


Grafik 2.9
Gambaran pencapaian pilar 3 STBM Desa Jetiskidul

Dari hasil survei mawas diri desa Jetiskidul, didapatkan bahwa pada pilar 3,
sebagian besar indikator di pilar 3 belum mencapai 100%, tetapi telah melebihi 90
%.

Grafik 2.10
Gambaran pencapaian pilar 3 STBM Desa Mangunharjo

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 14


Dari hasil survei mawas diri desa Mangunharjo, didapatkan bahwa pada pilar 3,
telah mencapai 100%.

Grafik 2.10
Gambaran pencapaian pilar 4 STBM Desa Gegeran

Dari hasil survei mawas diri desa Gegeran, didapatkan bahwa pada pilar 4, pada
semua indikator belum mencapai 100%, yaitu indikator sampah padat rumah
tangga tidak dibuah berserakan dirumah dan belum adanya perlakuan terhadap

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 15


sampah yang akan dibuang. Hal ini berarti masih perlunya sosialisasi / penyuluhan
terkait dengan pengolahan sampah di setiap rumah di desa gegeran.

Grafik 2.11
Gambaran pencapaian pilar 4 STBM Desa Borang

Dari hasil survei mawas diri desa Borang, didapatkan bahwa pada pilar 4,
pada semua indikator belum mencapai 100%, akan tetapi yang rendah
pencapaiannya adalah indikator adanya perlakuan terhadap sampah yang akan
dibuang sebesar 56,2%. Hal ini berarti masih perlunya sosialisasi / penyuluhan
terkait dengan pengolahan sampah di setiap rumah di desa gegeran yang
didukung oleh kebijakan pemerintah desa setempat.

Grafik 2.12
Gambaran pencapaian pilar 4 STBM Desa Jetiskidul

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 16


Dari hasil survei mawas diri desa Jetiskidul, didapatkan bahwa pada pilar 4, pada
semua indikator belum mencapai 100%, akan tetapi yang rendah pencapaiannya
adalah indikator adanya perlakuan terhadap sampah yang akan dibuang sebesar
54,9 %. Hal ini berarti masih perlunya sosialisasi / penyuluhan terkait dengan
pengolahan sampah di setiap rumah di desa Jetiskidul yang didukung oleh
kebijakan pemerintah desa setempat.

Grafik 2.13
Gambaran pencapaian pilar 4 STBM Desa Mangunharjo

Dari hasil survei mawas diri desa Mangunharjo, didapatkan bahwa pada pilar 4,
ada indikator yang mencapai 100%, akan tetapi masih ada yang belum mencapai
100 %, yaitu indikator adanya perlakuan terhadap sampah yang akan dibuang
sebesar 67 %. Hal ini berarti masih perlunya sosialisasi / penyuluhan terkait
dengan pengolahan sampah di setiap rumah di desa Mangunharjo yang didukung
oleh kebijakan pemerintah desa setempat.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 17


Grafik 2.14
Gambaran pencapaian pilar 5 STBM Desa Gegeran

Dari hasil survei mawas diri desa Gegeran, didapatkan bahwa pada pilar 5, semua
indikator belum mencapai 100%, akan tetapi pencapaiannya masih cukup tinggi,
dan tidak menjadi masalah.

Grafik 2.15
Gambaran pencapaian pilar 5 STBM Desa Borang

Dari hasil survei mawas diri Desa Borang, didapatkan bahwa pada pilar 5,
semua indikator belum mencapai 100%, dan 1 indikator yang rendah
pencapaiannya adalah limbah cair yang sudah diolah sebelum dibuang sebanyak
35,7%.
Hal ini membuktikan bahwa sarana kesehatan lingkungan di Desa Borang
khususnya pengelolaan limbah cair, belum ada perlakuan dan ini disebabkan
karena banyak faktor, salah satunya adalah tingkat ekonomi, belum adanya
saluran pembuangan air limbah di Lingkungan setiap RT,RW.
Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 18
Grafik 2.16
Gambaran pencapaian pilar 5 STBM Desa Jetiskidul

Dari hasil survei mawas diri Desa Jetiskidul, didapatkan bahwa pada pilar 5,
semua indikator belum mencapai 100%, dan 1 indikator yang rendah
pencapaiannya adalah limbah cair yang sudah diolah sebelum dibuang sebanyak
55,7%.
Hal ini membuktikan bahwa sarana kesehatan lingkungan di Desa Jetiskidul
khususnya pengelolaan limbah cair, belum ada perlakuan dan ini disebabkan
karena banyak faktor, salah satunya adalah tingkat ekonomi, belum adanya
saluran pembuangan air limbah di Lingkungan setiap RT,RW.

Grafik 2.17
Gambaran pencapaian pilar 5 STBM Desa Mangunharjo

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 19


Dari hasil survei mawas diri Desa Mangunharjo, didapatkan bahwa pada
pilar 5, semua indikator belum mencapai 100%, dan 1 indikator yang rendah
pencapaiannya adalah limbah cair yang sudah diolah sebelum dibuang sebanyak
68,2%.
Hal ini membuktikan bahwa sarana kesehatan lingkungan di Desa
Mangunharjo khususnya pengelolaan limbah cair, belum ada perlakuan dan ini
disebabkan karena banyak faktor, salah satunya adalah tingkat ekonomi
masyarakat, kesadaran terhadap kesehatan lingkungan, belum adanya saluran
pembuangan air limbah di Lingkungan setiap RT,RW.

Grafik 2.17
Gambaran pencapaian PHBS Desa Gegeran

Dari hasil survei mawas diri PHBS desa gegeran didapatkan bahwa
pencapaian 10 indikator PHBS, yang pencapaian dibawah 90%, adalah indikator
aktivitas fisik (sebesar 32,7%), indikator Tidak merokok (sebesar 41,8%), dan
indikator pencapaian jamban sehat ( sebesar 66,1%)
Dari ketiga indikator yang masih rendah pencapaiannya, hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan masyarakat untuk senantiasa melakukan aktivitas fisik
setiap hari, baik itu aktivitas sedng ataupun berat. Untuk masalah pencapaian
Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 20
jamban sehat belum 100%, karena masih banyak KK yang memiliki jamban belum
saniter. Hal ini diperlukan kerjasama lintas sektor yaitu pemerintah desa untuk
mewujudkan desa sadar sanitasi dasar.

Grafik 2.18
Gambaran pencapaian PHBS Desa Borang

Dari hasil survei mawas diri PHBS desa Borang didapatkan bahwa
pencapaian 10 indikator PHBS, yang pencapaian masih rendah adalah indikator
indikator Tidak merokok (sebesar 28,4%).
Hal ini berarti masih tingginya (sebanyak 71,6%) masyarakat yang
merokok / terpapar asap rokok oleh anggota keluarga yang merokok.
Rendahnya pencapaian KK yang tidak merokok karena rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya merokok, sehingga perlunya penyuluhan dan
sosialisasi tentang bahaya merokok.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 21


Grafik 2.19
Gambaran pencapaian PHBS Desa Jetiskidul

Dari hasil survei mawas diri PHBS desa Jetiskidul didapatkan bahwa
pencapaian 10 indikator PHBS, yang pencapaian masih rendah adalah indikator
indikator Tidak merokok (sebesar 44%).
Hal ini berarti masih tingginya (sebanyak 66%) masyarakat yang merokok /
terpapar asap rokok oleh anggota keluarga yang merokok.
Rendahnya pencapaian KK yang tidak merokok karena rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya merokok, sehingga perlunya penyuluhan dan
sosialisasi tentang bahaya merokok, serta memperbanyak media informasi tentang
bahaya merokok.

Grafik 2.20
Gambaran pencapaian PHBS Desa Mangunharjo

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 22


Dari hasil survei mawas diri PHBS desa Mangunharjo didapatkan bahwa
pencapaian 10 indikator PHBS, yang pencapaian masih rendah adalah indikator
indikator Tidak merokok (sebesar 34,6%).
Hal ini berarti masih tingginya (sebanyak 65,4%) masyarakat yang
merokok / terpapar asap rokok oleh anggota keluarga yang merokok.
Rendahnya pencapaian KK yang tidak merokok karena rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya merokok, sehingga perlunya penyuluhan dan
sosialisasi tentang bahaya merokok, serta memperbanyak media informasi tentang
bahaya merokok.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil survey mawas diri di UPT Puskesmas Kedungbendo


dapat disimpulkan bahwa masyarakat di lingkungan UPT puskesmas
Kedungbendo masih perlu dilakukan survei PHBS untuk meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan, dan untuk menyebarkan informasi di masyarakat tentang
perlunya menerapkan 10 indikator PHBS

2. Perlunya pengadaan media informasi tentang bahaya merokok

3. Perlunya dilakukan pembinaan penerapan PILAR 1 sampai dengan 5,


dengan melakukan monitoring dan evaluasi desa santun mapan.

Analisis Survei Mawas Diri Puskesmas Kedungbendo 23

Anda mungkin juga menyukai