KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
BAHAN AJAR
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
(TLM)
TOKSIKOLOGI
TINJAUAN MATA KULIAH
Saran/Petunjuk Belajar
POKOK BAHASAN
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin merupakan salah satu senyawa
yang sering digunakan sebagai pengawet. Formalin dapat digunakan juga untuk
membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan.
Sebagai disinfektan, Formaldehida dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal,
gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi.
Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit,
misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam
membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan
bangkai (Anonim, 2016). Formalin sering sekali ditemukan dalam bahan pangan
dengan alasan sebagai pengawet agar umur simpan makanan akan lebih panjang.
Sudah sangat banyak kasus makanan formalin yang terjadi di Indonesia. Seperti
yang diketahui, formalin akan sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh.
Manusia yang mengkonsumsi makanan berformalin akan mengalami keracunan,
bahkan jika formalin menumpuk dalam tubuh akan mengakibatkan penyakit kanker
dan berujung kematian.
Selama ini dikenal ada beberapa cara menganalisis formaldehid dalam sampel
makanan, antara lain dengan metode kolorimetri, spektofotometri, kromaatografi
cair kinerja tinggi, dan kromatografi gas. Analisis formalin secara kromatografi gas
dan kromatografi cair merupakan instrumentasi yang relatif mahal dan rumit. Selain
itu dibutuhkan proses derivatisasi menggunakan zat penderivat yang mahal
sehingga tidak cocok untuk analisis rutin yang relatif murah. Oleh karena itu
diperlukan metode analisis yang lebih sederhana, cepat, ekonomis, dan sensitif
(Rahmawati, 2017)
Keamanan pangan menjadi hal yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini akibat
sering ditemukannya bahan berbahaya pada makanan ketika diadakan operasi
pengawasan pangan di sejumlah pasar di Indonesia. Bahan berbahaya yang sering
ditambahkan dalam makanan salah satunya adalah formalin. Formalin dilarang
ditambahkan pada makanan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Oleh karena
itu perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk memberikan
informasi tentang apa itu formalin, kegunaan, bahayanya bagi kesehatan jika
ditambahkan pada makanan serta cara mengidentifikasi kandungan formalin pada
makanan dengan pengujian organoleptik dan kualitatif. Identifikasi kandungan
formalin pada makanan dapat dilakukan secara dini dengan mengetahui ciri-ciri
organoleptiknya. Pengujian organoleptik ini meliputi uji rasa, warna, aroma, bentuk
dan tekstur dengan memanfaatkan indera manusia dalam mengidentifikasi
karakteristik sensor suatu produk makanan. Setelah secara ciri-ciri organoleptik
menunjukkan kemungkinan sampel makanan tersebut mengandung formalin,
analisis dapat dilanjutkan dengan melakukan pengujian kualitatif, untuk
memastikan ada tidaknya kandungan formalin dalam makanan. Uji kualitatif ini
dapat menggunakan larutan salah satunya adalah KMnO4. KMnO4 dapat
mengoksidasi aldehid menjadi asam karboksilat. Jika dalam makanan tersebut
terdapat formalin, maka formalin yang nama lainnya adalah metanal akan
dioksidasi menjadi asam metanoat oleh KMnO4. Hal ini mennyebabkan KMnO4
yang awalnya berwarna ungu berubah warna menjadi coklat hingga bening .Selain
itu juga ada pemeriksaan kualitatif metode asam kromatofat untuk mengetahui
keberadaan formalin dalam sampel secara kualitatif. Asam kromatofat
(C10H6Na2O8S2.2H2O) digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari
bahan. Formalin juga bereaksi dengan asam kromatopat menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna merah keunguan. Reaksinya dapat dipercepat dengan
cara menambahkan asam fosfat dan hidrogen peroksida (Fentih, dkk, 2014).
PENGUJIAN ORGANOLEPTIK Untuk mengetahui perbedaan ciri-ciri makanan yang
mengandung & yang tidak mengandung formalin, maka perlu dilakukan percobaan,
yaitu mengambil beberapa sampel makanan kemudian dilakukan 2 perlakuan yang
berbeda. Kelompok sampel makanan yang pertama direndam dengan larutan
formalin sedangkan kelompok sampel makanan yang kedua tidak direndam dengan
larutan formalin, kemudian dibandingkan ciri-ciri kedua kelompok tersebut.
Beberapa perbedaan ciri-ciri makanan yang direndam dan yang tidak direndam
dengan
B. Deskripsi Singkat
Untuk memeriksa kandungan formalin pada makanan secara kualitatif terdapat
beberapa metode antaranya:
1. Pemeriksaan organoleptik
2. Pemeriksaan metode KMNO4
3. Pemeriksaan metode Asam Kromatopat
4. Uji Hehner Fulton
5. Pereaksi Nash
C. Kompetensi
Tahu - Tekstur: mudah hancur ketika - Tekstur: lebih kenyal & susah
ditekan hancur
- Aroma: bau khas kedelai - Aroma: bau kedelai tidak
menyengat
Gambar
tahu yang
(-) dan
(+)
formalin
Persiapan Analisis:
2. Uji Hehner-Fulton
Larutan pereaksi yang dicampur air boron jenuh ( 1 bagian ) ditambahkan ke dalam
larutan asam sulfat dengin dan susu segar bebas aldehid, maka adanya formaldehid
ditunjukkan dengan adanya warna merah muda ungu.
F. Ringkasan
1. Tes
Daftar Pustaka