Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN

KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIS
EDISI 2022

BAHAN AJAR
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
(TLM)

TOKSIKOLOGI
TINJAUAN MATA KULIAH

Deskripsi Singkat, Manfaat, dan Relevansi Mata Kuliah:

Kompetensi Mata Kuliah: TOKSIKOLOGI

Urutan dan Kaitan Antar Bab:

Saran/Petunjuk Belajar
POKOK BAHASAN

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin merupakan salah satu senyawa
yang sering digunakan sebagai pengawet. Formalin dapat digunakan juga untuk
membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan.
Sebagai disinfektan, Formaldehida dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal,
gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi.
Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit,
misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam
membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan
bangkai (Anonim, 2016). Formalin sering sekali ditemukan dalam bahan pangan
dengan alasan sebagai pengawet agar umur simpan makanan akan lebih panjang.
Sudah sangat banyak kasus makanan formalin yang terjadi di Indonesia. Seperti
yang diketahui, formalin akan sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh.
Manusia yang mengkonsumsi makanan berformalin akan mengalami keracunan,
bahkan jika formalin menumpuk dalam tubuh akan mengakibatkan penyakit kanker
dan berujung kematian.
Selama ini dikenal ada beberapa cara menganalisis formaldehid dalam sampel
makanan, antara lain dengan metode kolorimetri, spektofotometri, kromaatografi
cair kinerja tinggi, dan kromatografi gas. Analisis formalin secara kromatografi gas
dan kromatografi cair merupakan instrumentasi yang relatif mahal dan rumit. Selain
itu dibutuhkan proses derivatisasi menggunakan zat penderivat yang mahal
sehingga tidak cocok untuk analisis rutin yang relatif murah. Oleh karena itu
diperlukan metode analisis yang lebih sederhana, cepat, ekonomis, dan sensitif
(Rahmawati, 2017)
Keamanan pangan menjadi hal yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini akibat
sering ditemukannya bahan berbahaya pada makanan ketika diadakan operasi
pengawasan pangan di sejumlah pasar di Indonesia. Bahan berbahaya yang sering
ditambahkan dalam makanan salah satunya adalah formalin. Formalin dilarang
ditambahkan pada makanan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Oleh karena
itu perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk memberikan
informasi tentang apa itu formalin, kegunaan, bahayanya bagi kesehatan jika
ditambahkan pada makanan serta cara mengidentifikasi kandungan formalin pada
makanan dengan pengujian organoleptik dan kualitatif. Identifikasi kandungan
formalin pada makanan dapat dilakukan secara dini dengan mengetahui ciri-ciri
organoleptiknya. Pengujian organoleptik ini meliputi uji rasa, warna, aroma, bentuk
dan tekstur dengan memanfaatkan indera manusia dalam mengidentifikasi
karakteristik sensor suatu produk makanan. Setelah secara ciri-ciri organoleptik
menunjukkan kemungkinan sampel makanan tersebut mengandung formalin,
analisis dapat dilanjutkan dengan melakukan pengujian kualitatif, untuk
memastikan ada tidaknya kandungan formalin dalam makanan. Uji kualitatif ini
dapat menggunakan larutan salah satunya adalah KMnO4. KMnO4 dapat
mengoksidasi aldehid menjadi asam karboksilat. Jika dalam makanan tersebut
terdapat formalin, maka formalin yang nama lainnya adalah metanal akan
dioksidasi menjadi asam metanoat oleh KMnO4. Hal ini mennyebabkan KMnO4
yang awalnya berwarna ungu berubah warna menjadi coklat hingga bening .Selain
itu juga ada pemeriksaan kualitatif metode asam kromatofat untuk mengetahui
keberadaan formalin dalam sampel secara kualitatif. Asam kromatofat
(C10H6Na2O8S2.2H2O) digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari
bahan. Formalin juga bereaksi dengan asam kromatopat menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna merah keunguan. Reaksinya dapat dipercepat dengan
cara menambahkan asam fosfat dan hidrogen peroksida (Fentih, dkk, 2014).
PENGUJIAN ORGANOLEPTIK Untuk mengetahui perbedaan ciri-ciri makanan yang
mengandung & yang tidak mengandung formalin, maka perlu dilakukan percobaan,
yaitu mengambil beberapa sampel makanan kemudian dilakukan 2 perlakuan yang
berbeda. Kelompok sampel makanan yang pertama direndam dengan larutan
formalin sedangkan kelompok sampel makanan yang kedua tidak direndam dengan
larutan formalin, kemudian dibandingkan ciri-ciri kedua kelompok tersebut.
Beberapa perbedaan ciri-ciri makanan yang direndam dan yang tidak direndam
dengan
B. Deskripsi Singkat
Untuk memeriksa kandungan formalin pada makanan secara kualitatif terdapat
beberapa metode antaranya:
1. Pemeriksaan organoleptik
2. Pemeriksaan metode KMNO4
3. Pemeriksaan metode Asam Kromatopat
4. Uji Hehner Fulton
5. Pereaksi Nash

C. Kompetensi

D. Urutan Bahasan dan Kaitan Materi


PENGUJIAN ORGANOLEPTIK
Untuk mengetahui perbedaan ciri-ciri makanan yang mengandung & yang
tidak mengandung formalin, maka perlu dilakukan percobaan, yaitu
mengambil beberapa sampel makanan kemudian dilakukan 2 perlakuan yang
berbeda. Kelompok sampel makanan yang pertama direndam dengan larutan
formalin sedangkan kelompok sampel makanan yang kedua tidak direndam
dengan larutan formalin, kemudian dibandingkan ciri-ciri kedua kelompok
tersebut. Beberapa perbedaan ciri-ciri makanan yang direndam dan yang
tidak direndam dengan formalin
Makanan yang tanpa formalin
B. Prosedur Pengujian:

1. Ambil sejumlah sampel makanan


2. Letakkan dalam kaca arlogi & beri label
3. Amati tekstur, warna dan aroma dari masing-masing sampel makanan
4. Catat dalam tabel pengamatan
Sampel Makanan tanpa formalin Maknan yang mengandung
makana formalin
n
Mie - Tekstur: Cenderung lebih - Tekstur: kenyal, tidak mudah
lembek, dan mudah patah patah
ketika dimasak - Warna: lebih pucat
- Warna: seperti mie biasanya - Aroma: tidak khas bau tepung
- Aroma: khas bau tepung
Gambar
Mie yang
(-) dan
(+)
formalin

Ikan asin - Tekstur: mudah hancur - Tekstur: lebih keras/ kenyal


- Aroma: bau amis sangat - Warna: pucat
menyengat - Aroma: tidak amis
- -
Gambar
Ikan asin
yang (-)
dan (+)
formalin

Tahu - Tekstur: mudah hancur ketika - Tekstur: lebih kenyal & susah
ditekan hancur
- Aroma: bau khas kedelai - Aroma: bau kedelai tidak
menyengat
Gambar
tahu yang
(-) dan
(+)
formalin

Udang - Tekstur: lembek - Tekstur: keras/kenyal


- Warna: segar - Warna: lebih pucat
- Aroma: bau amis menyengat - Aroma: bau amis tidak
menyengat
Gambar
udang
yang (-)
dan (+)
formalin
2.2 PENGUJIAN KUALITATIF

Untuk uji kualitatif di sini menggunakan larutan KMnO4. KMnO4 dapat


mengoksidasi aldehid menjadi asam karboksilat. Jika dalam makanan tersebut
terdapat formalin, maka formalin yang nama lainnya adalah metanal akan
dioksidasi menjadi asam metanoat oleh KMnO4. Hal ini mennyebabkan
KMnO4 yang awalnya berwarna ungu berubah warna menjadi coklat hingga
bening. Pada pengujian ini dibuat kontrol positif dan negatif yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan warna antara sampel yang tidak mengandung
formalin dan yang mengandung formalin.

2.2.1 PETUNJUK PENGUJIAN KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN KMnO4

A. Alat dan Bahan


 Sampel makanan
 Larutan KMnO4 0,1 N
 Aquades
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet tetes

B. Prosedur Pengujian dengan KMnO4

1. Buat kontrol positif dan negatif


formalin.
 kontrol negatif dibuat dari
aquades yang ditetesi dengan
pereaksi KMnO4 akan berubah
warna menjadi ungu.
 kontrol positif dibuat dari
larutan formalin yang ditetesi
dengan pereaksi KMnO4 akan
berubah warna menjadi coklat
hingga
bening

2. Timbang ± 5 gram sampel


makanan, rendam dalam 50 mL
aquades selama ± 15 menit

3. Pipet ± 1 mL larutan perendam


sampel makanan dengan pipet
tetes dan masukkan dalam
tabung reaksi.
4. Tambahkan 1-3 tetes (tetes demi
tetes) larutan KMnO4, dengan
hati-hati dan goyangkan dengan
perlahan tabung reaksi hingga
homogen
5. Amati perubahan warna pada
larutan sampel, dan bandingkan
warnanya dengan hasil pengujian
pada kontrol positif dan negatif

Metode Asam Kromatropat

Persiapan Analisis:

Mencampurkan 10 gram contoh dengan cara menggeruskannya dalam lumpang.


Campuran dipindahkan ke dalam labu Kjedahl dan diasamkan denganH3PO4. Labu
Kjedahl dihubungkan dengan pendingin. Hasil sulingan ditampung.
Pereaksi:
Larutan jenuh asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat dalam H2SO4 72% kira-kira
500 mg/10.
Cara kerja:
Larutan pereaksi sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml
larutan hasil sulingan sambil diaduk. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas air
yang mendidih selama 15 menit dan amati perubahan yang terjadi. Adanya HCHO
ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua.

2. Uji Hehner-Fulton
Larutan pereaksi yang dicampur air boron jenuh ( 1 bagian ) ditambahkan ke dalam
larutan asam sulfat dengin dan susu segar bebas aldehid, maka adanya formaldehid
ditunjukkan dengan adanya warna merah muda ungu.

3. Pengamatan dengan pereaksi Nash


Sampel dihaluskan, lalu diayak. Serbuk sampel kemudian ditimbang sebanyak 1 g.
Kemudian di masukkan ke dalam beaker glass dan direndam dengan 50,0 ml air
mendidih, diaduk, kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1 jam, lalu
disaring. Sebanyak 1,0 ml filtrate dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan
5,0 ml pereaksi Nash. Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 37°C selama 15 menit
dan diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna kuning.
E. Pentunjuk Jawaban Latihan

F. Ringkasan

1. Tes
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai