Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DASAR TEORI


a. Formalin
Formaldehid (HCOH)/formalin merupakan suatu bahan kimia
dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer
berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif
(mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam
etanol dan eter (Moffat, 1986). Formalin juga sering digunakan sebagai
bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet
bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai
bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu,
formalindigunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis
(polywood). Dalam kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil,
lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).

Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan tidaklah


tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi
konsumen yang memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan
anjing menunjukkan bahwa pemberian formalin dalam dosis tertentu pada
jangka panjang bisa mengakibatkan kanker saluran cerna. Penelitian
lainnya menyebutkan peningkatan risiko kanker faring (tenggorokan),
sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan
formalin melalui hirupan (Yuliarti, 2007).Uap formalin sangat iritatif,
dapat menyebabkan rasa yang menyengat dan rasa menusuk dalam hidung
dan menyebabkan keluarnya air mata. Formalin sangat cepat diabsorbsi
dari saluran pencernaan dan juga paru-paru. Formalin yang masuk melalui
saluran pernafasan menyebabkan bronkitis, pneumonitis, kerusakan ginjal,
dan penekanan susunan saraf pusat.

124
Efek formalin jika tertelan menyebabkan gangguan pencernaan,
asidosis yang kuat, karena formalin dalam tubuh mengalami metabolisme
menjadi asam formiat, karbondioksida, metanol, dan dalam bentuk
metabolit HO-CH2 alkilasi (Theines dan Halley, 1955). Formalin juga
dapat menyebabkan sakit perut, mual, muntah, diare, bahkan kematian jika
dikonsumsi pada jumlah yang melewati ambang batas aman.

Efek jangka pendek dari mengkonsumsi formalin antara lain


terjadinya iritas pada saluran pernafasan,muntah-muntah, pusing, dan rasa
terbakar pada tenggorokan. Efek jangka panjangnya adalah terjadinya
kerusakan organ penting seperti hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan saraf pusat,dan ginjal (Lee, et all 1978).

Batas normal tubuh dapat menetralisir formalin dalam tubuh


melalui konsumsi makanan adalah 1,5 sampai 14 mg setiap harinya.
Mengkonsumsi secara terus menerus dan dalam skala cukup tinggi dapat
menyebabkan mutasi genetik yang berakibat pada meningkatnya
kemungkinan terkena kanker (Anonim, 2006). The United States
Environmental Protection Agency (USEPA) yang merupakan salah satu
badan perlindungan makanan dunia menetapkan nilai ADI (Acceptable
Daily Intake) formalin sebesar 0,2 mg/kg berat badan.

b. Borax
Asam boraks merupakan asam lemah dengan garam alkalinya
bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus
kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta
agak manis. Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika
(zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep,
bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci
mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Asam borax dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau
klorida pada boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat

125
cuci mata yang dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan
sebagai obat kumur, semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan
ini tidak boleh diminum atau digunakan pada bekas luka luas, karena
beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan Rahayu, 1994).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen,
siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih
kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).
Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui
apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala
karena sampel yang digunakan dibakar uapnya, kemudian warna nyala
dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Tentu sebelumnya telah
diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api
berwarna hijau. Jika sampel yang dibakan menghsilkan warna nyala hijau
maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip analisis borax dan formalin
pada bahan pangan
 Mahasiswa mampu melakuakan analisis borax dan formalin pada
bahan pangan
 Mahasiswa mampu mendiskripsikan hasil analisa analisis borax dan
formalin pada bahan pangan

126
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 TEMPAT DAN WAKTU

Hari : Kamis
Tanggal : 23 November 2017
Waktu : 07:30-10:00 WIB
Tempat : Laboratorium THP, Teknologi Pangan, Politeknik Negeri
Lampung.

2.2 ALAT DAN BAHAN

a. Uji Borax

Alat Bahan
 Cawan Porselin  Asam Sulfat Pekat
 Tanur  Tahu
 Oven  Cireng
 Cawan petri  Cumi Asin
 Korek api  Kerupuk gendar

b. Uji Formalin

Alat Bahan
 Beaker glass  KMnO4
 Pipet tetes  Aquades
 Saringan  Mie kuning
 Bakso
 Empek-empek ikan
 Ikan asin
 Sosis

127
2.3 PROSEDUR KERJA
a. Uji Borax
 Menyiapkan alat dan bahan.
 Menimbang 2-2,5gram sampel (berupa bahan padat yang
telah dihaluskan) dalam cawan porselin
 Jika sampel basah lakukan pengovenan hingga air hilang
dari sampel.
 Memasukan dalam tanur hingga sampel berubah menjadi
abu.
 Tambahkan 1-2 tetes Asam Sulfat pekat.
 Tambahkan 10 tetes methanol, tutup hingga uap methanol
jenuh.
 Lakukan uji nyala. Jika nyala positif jika terbentuk nyala
hijau.

b. Uji Formalin
 Menyiapkan alat dan bahan.
 Menimbang 5-10 gram sampel halus.
 Larutkan dalam 50- 100 ml aqudes, lalu ambil filtratnya.
 Tambahkan filtrat dengan 3-4 tetes KMnO4
 Uji positifakan menghasilkan larutan berwarna coklat

128
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA HASIL PRAKTIKUM

3.1.1 Uji Borax

Jenis Sampel Warna Nyala Keterangan Gambar


1. Tahu Biru Kemerahan
-

2. Cireng Biru Kemerahan


-

3. Cumi asin Biru Kemerahan


-

4. Kerupuk gendar Biru Kemerahan


-

3.1.2 Uji Formalin

Jenis Sampel Perlakuan Reaksi Hasil


1. Mie kuning Ditambahkan Terjadi perubahan warna dari larutan
larutan KMnO4 KMnO4, yang sebelmunya berwarna
++
ungu setelah beberapa saat berubah
menjadi bening
2. Bakso Ditambahkan Terjadi perubahan warna dari larutan
larutan KMnO4 KMnO4, yang sebelmunya berwarna
--
ungu setelah beberapa saat tetap tidak
berubah
3. Sosis Ditambahkan Terjadi perubahan warna dari larutan
larutan KMnO4 KMnO4, yang sebelmunya berwarna
--
ungu setelah beberapa saat tetap tidak
berubah
4. Ikan asin Ditambahkan Terjadi perubahan warna dari larutan
--
larutan KMnO4 KMnO4, yang sebelumuya berwarna

129
ungu setelah beberapa saat tetap tidak
berubah
5. Pempek ikan Ditambahkan Terjadi perubahan warna dari larutan
larutan KMnO4 KMnO4, yang sebelumuya berwarna
+
ungu setelah beberapa tetap tidak
berubah

3.2 PEMBAHASAN

Saat ini, bahan tambahan pangan sulit untuk kita hindari karena kerap
terdapat dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, khususnya
makanan olahan. Apalagi penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi
batas maksimum penggunaan dan bahan tambahan kimia yang dilarang
penggunaannya (berbahaya) yang kerap menjadi isu hangat di masyarakat. Sama
halnya seperti bahan pengawet lainnya, bahan tambahan pangan seperti formalin
dan boraks merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan dalam makanan
namun keberadaannya di sekitar kita sudah tidak dapat dihindari karena begitu
banyaknya produsen yang dengan sengaja menggunakan formalin dan boraks
dalam mengolah produksi pangan misalnya seperti produk olahan daging,
kerupuk, dll, guna tujuan tertentu tanpa memperdulikan dampak yang akan
ditimbulkan.

Bahan kimia berbahaya lain yang sering digunakan pada produk olahan
pangan adalah boraks. Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O yang
tidak merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya
digunakan dalam industri nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu,
dan produk antiseptik toilet (Didinkaem, 2007). Di industri farmasi, boraks
digunakan sebagai ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan kompres, obat
oles mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata. Bahan industri tersebut tidak
boleh diminum karena beracun (Winarno, 1997). Boraks memiliki khasiat
antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan
kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga

130
digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik
kayu (Khamid, 2006).

Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan


sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan
berbagai makanan seperti mie, sosis, kerupuk, cireng, bakso, dll. Selain bertujuan
untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih
kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).Uji nyala adalah
salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat
boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar
uapnya, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli.
Tentu sebelumnya telah diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar
menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan
warna nyala hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung
boraks(Yellashakti, 2008).Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa tidak ada sampel
yang mengandung boraks. Dalam uji boraks ini, kami menngunakan beberapa
sampel ,seperti cireng, tahu, cumi asin dan kerupuk gendar. Dan pada perlakuan
uji nyala dimana keempat sampel ini memiliki nyala api yang berwarna biru
kemerahan yang menandakan bahwa dalam sampe ini tidak terindikasi pemakaian
boraks.
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama
lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formaldehyde, dan Formalith ( Astawan, 2006 ).

Berdasarkan hasil pengamatan juga terdapat lima sampel yang diuji yakni sosis,
empek-empek ikan, bakso, ikan asin dan mie kuning. Dari ke lima sampel tersebut
dapat terlihat bahwa semua sampel tidak mengandung formalin kecuali mie
kuning mengandung formalin yang dapat dilihat dari perubahan warna setelah
ditetesi KMNO4.

131
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
:
 Adanya boraks dalam sampel makanan dapat diuji dengan metode uji
nyala dan warna. Sampel makanan yang mengandung boraks akan
memberikan warna nyala hijau sama seperti boraks standar, namun dari
keempat sampel uji seluruhnya yaitu cireng, tahu, cumi asin dan kerupuk
gendar ternyata negatif mengandung boraks.
 Adanya makanan yang mengandung formalin akan mengalami perubahan
warna ungu yang ditetesi memudar menjadi warna kecoklatan itu
disimpulkan bahwa makanan tersebut mengandung formalin. Sampel yang
mengandung formalin yaitu mie kuning. Sedangkan sosis, empek-empek
ikan, bakso, ikan asin tidak terjadi perubahan warna sehingga dapat
disimpulkan bahwa produk tersebut tidak mengandung formalin.

132
DAFTAR PUSTAKA

Yellashakti, 2008. Uji nyala sampel boraks, (online). (yellashakti.wordpress.com/


2008/12/17/uji-nyala-sampel-boraks/, Diakses tanggal 11 Mei 2017).

Winarno FG, Rahayu TS. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1994.Winarno dan Rahayu, 2004. Formalin,
(online),http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22567/4/Chapter%
20II. Pdf. diakses pada Tanggal 24 April 2013).
Winarno, F. G. 1997. Keamanan pangan, Naskah Akademis Institut Pertanian
Bogor. Bogor

Yellashakti, 2008. Uji nyala sampel boraks, (online).


(yellashakti.wordpress.com/2008/12/17/uji-nyala-sampel-boraks/, Diakses
tanggal 25 April 2013).

133

Anda mungkin juga menyukai