PENDAHULUAN
124
Efek formalin jika tertelan menyebabkan gangguan pencernaan,
asidosis yang kuat, karena formalin dalam tubuh mengalami metabolisme
menjadi asam formiat, karbondioksida, metanol, dan dalam bentuk
metabolit HO-CH2 alkilasi (Theines dan Halley, 1955). Formalin juga
dapat menyebabkan sakit perut, mual, muntah, diare, bahkan kematian jika
dikonsumsi pada jumlah yang melewati ambang batas aman.
b. Borax
Asam boraks merupakan asam lemah dengan garam alkalinya
bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus
kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta
agak manis. Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika
(zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep,
bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci
mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Asam borax dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau
klorida pada boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat
125
cuci mata yang dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan
sebagai obat kumur, semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan
ini tidak boleh diminum atau digunakan pada bekas luka luas, karena
beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan Rahayu, 1994).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen,
siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih
kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).
Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui
apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala
karena sampel yang digunakan dibakar uapnya, kemudian warna nyala
dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Tentu sebelumnya telah
diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api
berwarna hijau. Jika sampel yang dibakan menghsilkan warna nyala hijau
maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks.
126
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Hari : Kamis
Tanggal : 23 November 2017
Waktu : 07:30-10:00 WIB
Tempat : Laboratorium THP, Teknologi Pangan, Politeknik Negeri
Lampung.
a. Uji Borax
Alat Bahan
Cawan Porselin Asam Sulfat Pekat
Tanur Tahu
Oven Cireng
Cawan petri Cumi Asin
Korek api Kerupuk gendar
b. Uji Formalin
Alat Bahan
Beaker glass KMnO4
Pipet tetes Aquades
Saringan Mie kuning
Bakso
Empek-empek ikan
Ikan asin
Sosis
127
2.3 PROSEDUR KERJA
a. Uji Borax
Menyiapkan alat dan bahan.
Menimbang 2-2,5gram sampel (berupa bahan padat yang
telah dihaluskan) dalam cawan porselin
Jika sampel basah lakukan pengovenan hingga air hilang
dari sampel.
Memasukan dalam tanur hingga sampel berubah menjadi
abu.
Tambahkan 1-2 tetes Asam Sulfat pekat.
Tambahkan 10 tetes methanol, tutup hingga uap methanol
jenuh.
Lakukan uji nyala. Jika nyala positif jika terbentuk nyala
hijau.
b. Uji Formalin
Menyiapkan alat dan bahan.
Menimbang 5-10 gram sampel halus.
Larutkan dalam 50- 100 ml aqudes, lalu ambil filtratnya.
Tambahkan filtrat dengan 3-4 tetes KMnO4
Uji positifakan menghasilkan larutan berwarna coklat
128
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
129
ungu setelah beberapa saat tetap tidak
berubah
5. Pempek ikan Ditambahkan Terjadi perubahan warna dari larutan
larutan KMnO4 KMnO4, yang sebelumuya berwarna
+
ungu setelah beberapa tetap tidak
berubah
3.2 PEMBAHASAN
Saat ini, bahan tambahan pangan sulit untuk kita hindari karena kerap
terdapat dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, khususnya
makanan olahan. Apalagi penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi
batas maksimum penggunaan dan bahan tambahan kimia yang dilarang
penggunaannya (berbahaya) yang kerap menjadi isu hangat di masyarakat. Sama
halnya seperti bahan pengawet lainnya, bahan tambahan pangan seperti formalin
dan boraks merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan dalam makanan
namun keberadaannya di sekitar kita sudah tidak dapat dihindari karena begitu
banyaknya produsen yang dengan sengaja menggunakan formalin dan boraks
dalam mengolah produksi pangan misalnya seperti produk olahan daging,
kerupuk, dll, guna tujuan tertentu tanpa memperdulikan dampak yang akan
ditimbulkan.
Bahan kimia berbahaya lain yang sering digunakan pada produk olahan
pangan adalah boraks. Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O yang
tidak merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya
digunakan dalam industri nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu,
dan produk antiseptik toilet (Didinkaem, 2007). Di industri farmasi, boraks
digunakan sebagai ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan kompres, obat
oles mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata. Bahan industri tersebut tidak
boleh diminum karena beracun (Winarno, 1997). Boraks memiliki khasiat
antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan
kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga
130
digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik
kayu (Khamid, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan juga terdapat lima sampel yang diuji yakni sosis,
empek-empek ikan, bakso, ikan asin dan mie kuning. Dari ke lima sampel tersebut
dapat terlihat bahwa semua sampel tidak mengandung formalin kecuali mie
kuning mengandung formalin yang dapat dilihat dari perubahan warna setelah
ditetesi KMNO4.
131
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
:
Adanya boraks dalam sampel makanan dapat diuji dengan metode uji
nyala dan warna. Sampel makanan yang mengandung boraks akan
memberikan warna nyala hijau sama seperti boraks standar, namun dari
keempat sampel uji seluruhnya yaitu cireng, tahu, cumi asin dan kerupuk
gendar ternyata negatif mengandung boraks.
Adanya makanan yang mengandung formalin akan mengalami perubahan
warna ungu yang ditetesi memudar menjadi warna kecoklatan itu
disimpulkan bahwa makanan tersebut mengandung formalin. Sampel yang
mengandung formalin yaitu mie kuning. Sedangkan sosis, empek-empek
ikan, bakso, ikan asin tidak terjadi perubahan warna sehingga dapat
disimpulkan bahwa produk tersebut tidak mengandung formalin.
132
DAFTAR PUSTAKA
Winarno FG, Rahayu TS. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1994.Winarno dan Rahayu, 2004. Formalin,
(online),http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22567/4/Chapter%
20II. Pdf. diakses pada Tanggal 24 April 2013).
Winarno, F. G. 1997. Keamanan pangan, Naskah Akademis Institut Pertanian
Bogor. Bogor
133