Anda di halaman 1dari 3

TUGAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Tugas. 2

OLEH :
NAMA : SAMSUL ARIFFIN
NIM : 045139061
Pertanyaan :
Dalam negara hukum, perlindungan terhadap kepentingan masyarakat ataupun
privat merupakan komitmen yang harus di laksanakan oleh negara. Keputusan
PTUN untuk menolak gugatan warga tersebut dapat melalui beberapa asas
pembuktian secara proposional, berikan gambaran prinsip pembuktian dalam PTUN
yang berbeda dengan hukum acara perdata dan pidana.
Jawab :
Prinsip peradilan perdata yang lebih bersifat privat, dalam peradilan tata usaha
negara berdasarkan asas erga omnes, menurut Irfan Fachrudin, merupakan ciri
khusus dari peradilan administrasi, putusan peradilan administrasi mempunyai daya
keberlakuan tidak hanya kepada para pihak yang bersengketa, tetapi juga kepada
umum Pemberlakuan asas erga omnes ini adalah satu konsekuensi logis dari
lapangan hukum PTUN yang merupakan peradilan dalam wilayah lapangan hukum
publik, yaitu lebih menekankan pada keberlakuan umum daripada keberlakuan
perseorangan
Di samping asas-asas di atas, menurut penulis, dalam peradilan tata usaha negara,
perlu ditambahkan beberapa prinsip atau asas yang sangat berkaitan dengan proses
penyelesaian sengketa administrasi:
1. asas pembebanan pembuktian secara proporsional.
2. asas pembuktian untuk mencari kebenaran materiil.
3. asas pertanggungjawaban moral.
Dalam peradilan tata usaha negara, sejak awal sekali sudah dipahami bahwa
kedudukan antara pihak penggugat dan tergugat secara sosiologis tidaklah sama.
Bagaimanapun tergugat, yakni badan atau pejabat tata usaha negara,
berkedudukan lebih kuat dibandingkan dengan kedudukan penggugat yang
merupakan masyarakat biasa Ketimpangan kedudukan ini berpengaruh dalam
proses pembuktian. Pihak yang lemah tentu akan sulit membuktikan hal hal yang
sesungguhnya justru ada pada pihak tergugat yang kuat. Untuk mengatasi hal itu,
digunakanlah asas pembebanan pembuktian secara proporsional.
Asas pembuktian secara proporsional ini menekankan bahwa beban pembuktian
diletakkan secara proporsional, khsusnya pada pihak yang paling mungkin
membuktiannya, terlepas pihak mana pun yang mendalilkannya. Hal ini berbeda
dengan sistem pembuktian dalam lapangan hukum acara peradilan perdata yang
berlaku asas, "Barang siapa mendalilkan wajib membuktikan." Asas pembuktian
proporsional ini didukung dengan Penjelasan Pasal 107 UU Nomor 5 Tahun 1986
sebagai berikut.
Pasal ini mengatur ketentuan dalam rangka usaha menemukan kebenaran materiil.
Berbeda dengan sistem hukum pembuktian dalam hukum acara perdata, dengan
memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan tanpa bergantung
pada fakta dan hal yang diajukan oleh para pihak, hakim peradilan tata usaha
negara dapat menentukan sendiri:
a. apa yang harus dibuktikan.
b. siapa yang harus dibebani pembuktian dan seterusnya.
c. alat bukti mana saja yang diutamakan untuk dipergunakan dalam pembuktian.
d. kekuatan pembuktian yang telah diajukan.

SUMBER:
ADPU4332/MODUL 5 (5.36)

Anda mungkin juga menyukai