4, Oktober 2017
Abstrak--Perusahaan Kereta Rel Listrik sebagai penyedia jasa transportasi kereta rel listrik,
memposisikan dirinya sebagai salah satu perusahaan yang bertanggungjawab atas mobilitas orang
banyak. Faktor kenyamanan pada kereta rel listrik sangat diperlukan, salah satunya adalah
kenyamanan kondisi temperatur dan kelembaban udara pada kereta, yang dapat diperoleh melalui
teknik pengkondisian udara (AC) menggunakan mesin pendingin. Oleh karena itu diperlukan suatu
sistem pengkondisian udara pada kereta yang bekerja secara efektif dan efisien pada setiap waktu.
Perhitung beban pendinginan ini dilakukan untuk memperoleh desain yang optimal dari sistem
pengkondisian udara kereta rel listrik dengan terlebih dahulu menghitung beban pendinginan
menggunakan metode yang tepat. Data perhitungan didapat dari 3 sumber yaitu Perusahaan Kereta
Rel Listrik, BMKG dan hasil pengambilan data sendiri. Berdasarkan hasil dari perhitungan, suhu optimal
pada kereta rel listrik yaitu sebesar 22 – 26 oC dan beban pendinginan maksimum pada kereta rel listrik
yaitu sebesar 45,276 kW, maka mesin pendingin pada kereta rel listrik ini dipastikan mampu untuk
mengatasi beban pendinginanya, dikarenakan kapasitas mesin pendingin ini yaitu sebesar 48,72 kW,
yang artinya lebih besar dari beban pendinginannya.
Abstract--The Railway Company as a provider of rail transportation services, positioned itself as one
of the companies responsible for mobility of the crowds. The convenience factor of an electric train is
absolutely necessary, one of which is the comfort of the temperature and humidity conditions of the
train, which can be obtained through air conditioning (AC) techniques using a cooling machine.
Therefore, an air conditioning system of the train should work effectively and efficiently at every time.
This cooling load calculation is performed to obtain the optimal design of an electric rail air conditioning
system by first calculating the cooling load using the appropriate method. The calculation data is
obtained from 3 sources, namely Railway Train Company, BMKG and its own data retrieval. Based on
the results of the calculation, the optimum temperature on the electric train is equal to 22 – 26 oC and
cooling speed at 44,976 kW, then the cooling machine on the electric train is sure to be able to overcome
cooling, due to the capacity of this cooling machine that is 48,72 kW, which is larger than cooling.
cair menjadi gas) pada temperatur berapa saja berulang-ulang zat tersebut harus dapat dicairkan
sesuai dengan keinginan yaitu dengan cara kembali.
merubah atau memberikan tekanan pada Berdasarkan sifat-sifat fisika zat cair di atas
permukaannya. Sebagai contoh ketika kita kita dapat mengembunkan kembali uap refrigeran
memanaskan air di pantai (tekanan tinggi) dan di pada temperatur berapa saja dengan mengatur
puncak gunung (tekanan rendah), kita akan tekanan dari uap tersebut. Selain mengatur
mendapatkan kenyataan bahwa air yang kita tekanan, kita juga membutuhkan medium lain
masak di pantai akan lebih lambat mendidih untuk menerima kalor laten yang dikeluarkan
(100ºC) bila dibandingkan dengan air yang selama kondensasi. Medium yang biasa
mendidih dipuncak gunung (85ºC). Berarti digunakan adalah air atau udara.
semakin rendah tekanan yang diberlakukan Dengan menerapkan fenomena ini dan
terhadap zat cair maka akan semakin cepat menerapkannya pada mesin pendingin, kita akan
menguap. mendapatkan mesin pendingin yang bisa
Sifat fisika yang lain adalah jika suatu zat menggunakan refrigeran secara berulang-ulang
mengalami perubahan fisika maka zat itu akan pada siklus yang tertutup.
menyerap atau melepaskan kalor sbesar kalor Mesin pendingin terdiri dari empat komponen
latennya. Dalam hal ini zat itu akan menyerap atau utama:
melepas panas dari dan ke lingkungan sekitarnya. 1. Evaporator
Dengan memanfaatkan sifat-sifat diatas kita bisa 2. Kompresor
mendinginkan suatu ruang tertutup dengan jalan 3. Kondensor
mengambil panas yang ada di ruangan tersebut. 4. Katup ekspansi
Untuk mendapatkan kondisi tersebut diperlukan Rangkaian dari keempat komponen tersebut
refrigerant yang mempunyai titik penguapan yang adalah seperti ini:
lebih rendah dari temperatur udara disekitarnya.
Hal ini dikarenakan adanya sifat bahwa benda
dengan temperatur lebih tinggi akaan melepaskan
panasnya ke lingkungan yang bertemperatur lebih
rendah.
Terjadi pengembunan refrigeran di dalam melalui saluran udara dengan bantuan suplai fan.
kondensor. Dimana uap refrigeran berubah Diruangan, udara yang disirkulasikan dari AHU
menjadi cairan pada proses isobar dengan akan menyerap kalor dari ruangan. Sebagian
penurunan enthalpi. kalor ruangan yang diserap oleh udara dari AHU
mengakibatkan temperatur di dalam ruangan
4 – 1 : Katup Ekspansi akan mengalami penurunan. Untuk menjaga agar
Terjadi proses penurunan tekanan dan temperatur tekanan udara didalam ruangan tetap normal
dari refrigeran. Pada proses ini terjadi dalam (sama dengan tekanan lingkungan) maka dibuat
keadaan isenthalpi. saluran udara balik (return duct).
2.2 Jenis – Jenis Sistem Pengkondisian Udara B. Sistem air penuh (all water system)
Untuk mengatasi masalah yang telah disebutkan Untuk sistem udara penuh mesin refrigerasi yang
diatas. Maka digunakan mesin –mesin tata udara. digunakan haruslah yang menghasilkan air dingin.
Dalam aplikasi tata udara hunian (yang umum Prinsip sistem tata udara air penuh (all water
digunakan) dikenal 4 jenis sitem tata udara. Jenis system) adalah pengambilan kalor dari dalam
sistem tata udara ini dibedakan berdasarkan cara ruangan dilakukan sepenuhnya oleh air dingin
pengambilan kalor dari dalam ruangan yang akan (chilled water). Air dingin yang dihasilkan oleh
dikondisikan. Jenis – jenis tata udara tersebut refrigerator (chiller) kemudian disirkulasikan
yaitu: dengan menggunakan pipa dan pompa air dingin
(chilled water pump). Untuk menjaga agar
A. Sistem udara penuh (all air system) kebocoran kalor pada air dingin tidak terjadi
Sistem udara penuh adalah sistem pendinginan selama pendistribusian maka pipa air dingin harus
yang cara pengambilan kalor dari dalam selalu diinsulasi.
ruangannya dilakukan oleh udara dingin Agar sirkulasi dan pengkondisian udara di
sepenuhnya. Berdasarkan pada prinsip tersebut ruangan maka dapat terjadi secara merata maka
maka sistem ini menyuplaikan udara dingin dibuatlah sebuah Fan Coil Unit (FCU). Alat ini
keruangan melalui saluran udara. Karena yang merupakan sebuah unit pengolah udara
disuplaikan keruangan adalah udara dingin maka sederhana yang terdiri dari kipas, koil (yang berisi
sistem udara penuh membutuhkan alat untuk air dingin) dan filter.
pengolahan udara. Alat pengolahan udara yang
digunakan biasa dikenal dengan istilah Air
Handling Unit (AHU). Air Handling Unit yang
umum digunakan terdiri dari saluran udara masuk
(return dan outside), filter, dan kipas untuk
menghembuskan udara suplay dan juga koil
pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan
udara yang akan didistribusikan.
Sistem ini mengalirkan sejumlah udara keruangan Sedangkan outdoor unit terdiri dari kompresor,
sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan kondensor dan alat ekspansi. Akan tetapi AC
pengambilan kalor dari ruangan dapat dilakukan window yang memiliki kapasitas yang cukup besar
oleh koil air dingin yang ada di Fan Coil Unit (all alat ekspansi yang digunakan disimpan dibagian
water system). di indoor unit. Gambar 2.7 adalah gambar dari
satu unit AC window yang terdiri dari indoor unit
dan outdoor unit.
data spesifikasi kereta dan AC kereta dari PT. Grand Total Heat (GTH): 45276 W
Kereta Api Indonesia dan data temperature dalam
kereta baik temperature penumpang, lantai, Dengan mengetahui bahwa 1 ton of refrigeration
dinding dana tap dari pengambilan data sendiri. (TR) = 3819 W, maka kapasitas mesin pendingin
adalah:
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas mesin pendingin = GTH x 1 TR
4.1 Beban Sensibel = 45276/3819 x 1 TR
a. Beban luar = 11,85 TR
Dinding
o Radiasi: 757W 5. KESIMPULAN
o Konveksi – konduksi: 1250W
Atap 1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
o Radiasi: 515W beban pendinginan pada kereta rel listrik,
o konveksi – konduksi: 323 W antara lain karena adanya proses
Lantai konduksi,konveksi dan radiasi pada bagian
o Radiasi: 3792W dinding,atap,lantai dan kaca kereta. Selain itu
o konveksi – konduksi: 4037W juga penumpang, alat elektronik, ventilasi dan
Kaca infiltrasi merupakan faktor yang
o Radiasi: 2385 W mempengaruhi beban pendinginan.
o konveksi – konduksi: 567W 2. Penumpang merupakan faktor terbesar yang
Infiltrasi: 58 W mempengaruhi beban pendinginan pada
Ventilasi: 5177 W kereta rel listrik.
3. Temperatur nyaman pada kereta rel listrik
b. Beban dalam yaitu 22 OC – 26 OC.
Lampu: 1795 W 4. Total beban pendinginan pada kereta rel listrik
yaitu 45276 W, sedangkan kapasitas mesin
Penumpang: 917 W
pendinginan yaitu 48720 W. Maka mesin
Subtotal Room Sensibel Heat (RSH) = 20973W
pendingin pada kereta rel listrik ini dipastikan
mampu untuk mengatasi beban
c. Perembesan panas dan kebocoran udara dari
pendinginanya.
ducting
5 % dari beban sensibel: 1049 W
DAFTAR PUSTAKA
Room Sensibel Heat (RSH): 22022 W
[1]. American Society of Heating, Refrigerating,
and Air Conditioning Engineers.
d. Faktor pengamanan (5%): 1101 W
Fundamentals Handbook, Atlanta; ASHRAE
Inc. 1985.
Effective Room Sensibel Heat (ERSH): 23123 W
[2]. American Society of Heating, Refrigerating,
and Air Conditioning Engineers Fundamentals
4.2 Beban Laten
Handbook, Atlanta; ASHRAE Inc. 1981.
a. Beban luar
[3]. American Society of Heating, Refrigerating,
Infiltrasi: 65 W and Air Conditioning Engineers.
Ventilasi: 5753 W Fundamentals Handbook, Atlanta; ASHRAE
Inc. 1997.
b. Beban dalam [4]. Arismunandar Wiranto: Penyegaran Udara.
Penumpang: 15280 W Pradya Paramitha, Jakarta, 1986.
[5]. Fritz Dietzel: Pompa dan Kompresor.
Subtotal Room Latent Heat (RLH): 21098 W Terjemahan, Dakso Sriyono. Erlangga,
Jakarta, 1990.
c. Faktor pengamanan (5%): 1055W [6]. Holman J.P. Perpindahan Kalor. Terjemahan,
Jasjfi E. Erlangga, Jakarta, 1988.
Effective Room Laten Heat (ERLH): 22153W [7]. V.K. Jain: Refrigerating and Air Conditioning.
New Delhi, 1981.
4.3 Beban Total [8]. W.F. Stoecker, J.W. Jones, Refrigerasi dan
a. ERSH: 23123 W Pengkondisian Udara. Terjemahan, Hara
b. ERLH: 22153W Supratman. Erlangga, Jakarta, 1989.