Anda di halaman 1dari 29

Jatuh Bangkitnya Kemaharajaan Sriwijaya

Abad ke-7

 650 M
- Dapunta Hyang (Sri Jayanasa/Jayanaga) kemungkinan mendirikan
kedatuan Sriwijaya pada tahun ini. Cikal-bakalnya diperkirakan
berada di Sumatra Selatan, antara kawasan Komering, Pasemah,
Pagaralam, atau Musi (?).

 669 M
- Sri Jayanasa menikah dengan Dewi Sobakancana, putri dari
Maharaja Linggawarman, penguasa terakhir kerajaan Tarumanagara
di Jawa Barat (Tatar Sunda).
- Tak lama kemudian, sang Maharaja wafat dan negaranya terpecah
menjadi dua, kerajaan Sunda dan Galuh.
- Sumber sejarah Sunda menyebutkan kedatuan Sriwijaya dengan
nama 'Suwarnadwipa'.

 670 M
- Sriwijaya berevolusi menjadi Kemaharajaan. Sri Jayanasa
mengirimkan utusan pertamanya ke Kekaisaran Cina (Dinasti Tang),
dimana pihak Cina memanggil Sriwijaya dengan julukan 'Sanfotsi'.
Kemungkinan di tahun ini wilayah Sriwijaya telah mencapai pesisir
Minangkabau (Minanga?), hingga masuk ke kawasan Muara Takus di
Kampar.

 671 M
- Kunjungan biksu I-Tsing dari Cina ke Sumatra dan menetap di kota
Foshih (Musi?), ibukota Sriwijaya selama enam bulan. Sebelumnya,
ia telah terlebih dahulu mengunjungi negeri-negeri pesisir lain di
Semenanjung Malaya dan Jawa, seperti Kelantan dan Kalingga. Dari
Sriwijaya, ia melanjutkan perjalanannya ke kerajaan Malayu (Jambi)
dan Kataha (Kedah), sebelum melanjutkan perjalanannya ke
Nagapattinam di India untuk mempelajari agama Buddha. I-Tsing
menyebut Sriwijaya dengan nama 'Shihlifoshih'.

 682 M
- Maharaja Jayanasa memindahkan pusat pemerintahan Sriwijaya ke
kota Palembang. Bersama dengan dua orang panglima militernya,
Tandrun Luah dan Kandra Kayet, sang Maharaja kemudian memulai
ekspansi wilayah terhadap negeri-negeri di sekitarnya.

 683 M
- Prasasti Kedukan Bukit, Inskripsi yang dibuat oleh Maharaja
Jayanasa tentang peristiwa setahun sebelumnya.
- Armada Sriwijaya, yang kemungkinan besar terdiri dari kaum pelaut
dari suku Laut (Orang Laut), menaklukkan kerajaan Malayu.

 684 M
- Prasasti Talang Tuo, Pembangunan Taman Sriksetra.
- Sriwijaya menundukkan kerajaan Tulangbawang dan Skala Brak di
Lampung.

 685 M
- Pemberontakan Kandra Kayet di Palembang. Berhasil ditumpas oleh
Maharaja Jayanasa, namun sebelumnya Kandra Kayet telah berhasil
membunuh Tandrun Luah. Sang Maharaja pun harus rela kehilangan
dua orang panglimanya sekaligus.
- Biksu I-Tsing yang telah menyelesaikan studinya dari India singgah
kembali di Sumatra, mendapati bahwa sebagian besar pulau
tersebut telah takluk di bawah hegemoni Sriwijaya, Ia singgah di
Sriwijaya selama 4 tahun.

 686 M:
- Prasasti Kota Kapur, Sriwijaya menaklukkan Bangka-Belitung dan
pesisir utara kerajaan Sunda.

 688 M
- Prasasti Karang Brahi, Sriwijaya menggempur negeri-negeri Sigindo
di pedalaman Bukit Barisan di Alam Kerinci yang kaya emas. Pasukan
Sriwijaya berhasil menaklukkan sebagian besar negeri itu, kecuali di
kawasan Telaga Darah di Kerinci Tinggi. Seluruh prajurit Sriwijaya
yang menggempurnya dikalahkan dan dimusnahkan oleh laskar
rakyat pimpinan negeri Sigindo Sigarinting.

 689-690 M
- Sriwijaya melanjutkan ekspansinya ke seantero Tanah Melayu,
Beberapa negeri di Sumatra seperti Minangkabau, Riau, Mandailing,
Barus, dan Panai berturut-turut ditaklukkan.
- Armada Sriwijaya kemudian naik ke Semenanjung Malaya,
menundukkan Gelanggi, Johor, Muar, Kelang, Pahang, dan Perak
(Gangga Negara).

 692 M
- Maharaja Jayanasa diperkirakan wafat pada tahun ini, Sri
Lokitawarman (Sri Dhiraja/Dharmaputra?) naik tahta sebagai
Maharaja Sriwijaya menggantikannya.
 700 M
- Sriwijaya menaklukkan pesisir barat Kalimantan, mendirikan
kerajaan Tanjungpura (Sukadana) dan Wijayapura (Sambas) sebagai
koloninya di pulau tersebut.
Abad ke-8

 704 M
- Sri Indrawarman naik tahta sebagai Maharaja Sriwijaya.

 713 M
- Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Cina.
Maharaja Indrawarman mengirim utusan pertamanya ke negeri
tersebut.

 718 M
- Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik dengan Kekhalifahan Islam
(Bani Umayyah). Maharaja Indrawarman mengirim sepucuk surat
kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz berisi ketertarikannya pada
Islam dan permintaan untuk mengirim ulama yang dapat
menjelaskan ajaran itu kepadanya.

 728 M
- Rudra Wikraman naik tahta sebagai Maharaja Sriwijaya.
 739 M
- Sriwijaya menaklukkan kerajaan Sunda dan Galuh, yang kala itu baru
saja selesai mengalami suatu konflik berdarah.

 752 M
- Sriwijaya menaklukkan kerajaan Kalingga dan Mahasin di Jawa
Tengah. Dapunta Selendra, diperkirakan sebagai pemimpin ekspedisi
penaklukan tersebut, menobatkan dirinya sebagai penguasa di sana.

 767 M
- Bajak laut dari Sriwijaya dikabarkan mulai menjarah kota-kota
pelabuhan di Annam (Vietnam Utara) dan Champa (Vietnam
Selatan).

 770 M
- Dinasti Sailendra menjadi penguasa di Mataram.
- Rakai Panangkaran (entah merupakan keturunan Dapunta Selendra,
atau putra Sanjaya pendiri kerajaan Mataram) menobatkan dirinya
sebagai Maharaja Mataram.

 774 M
- Prasasti Po Nagar, Sriwijaya melancarkan serangan terhadap
kerajaan Champa di Vietnam Selatan.
- Armada Sriwijaya yang sebagian besar terdiri dari perompak dan
lanun berhasil menduduki Kauthara, menjarah kota pelabuhan itu.
Mereka juga membakar candi Po Nagar, sebuah monumen penting
di Champa saat itu.

 775 M
- Dinasti Sailendra menjadi penguasa di Sriwijaya.
- Maharaja Dharanindra (Sri Dharmasetu/Wisnu/Rakai Panunggalan)
naik tahta sebagai penguasa yang menyatukan kedua negara
tersebut. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram
(Yogyakarta) di pedalaman Jawa Tengah.
- Candi Borobudur (Bhumisambharabudura) mulai dibangun di
Magelang.
- Prasasti Ligor, Sriwijaya berturut-turut menaklukkan Langkasuka,
Pan Pan (Terengganu), Tambralingga, dan negeri-negeri di Tanah
Genting Kra.

 778 M
- Prasasti Kalasan. Pembangunan Candi Kalasan dan Candi Sari.

 781 M
- Sriwijaya menaklukkan kerajaan Chenla Air di Kamboja, karena
rajanya telah menghina Maharaja Sriwijaya. Pemerintah Sriwijaya
kemudian mendirikan kerajaan Angkor (Indrapura) sebagai
koloninya di sana. Pangeran Jayawarman II, putra mahkota kerajaan
Chenla Air dipercaya diboyong ke keraton Sailendra di Mataram
untuk dididik dan disiapkan sebagai raja bawahan yang memerintah
Angkor kelak.

 782 M
- Prasasti Kelurak.

 784 M
- Kota Kauthara direbut kembali oleh pasukan Champa yang dipimpin
langsung oleh penguasanya, Maharaja Satyawarman. Armada
Sriwijaya yang berjaga di sana pun mundur, namun dikejar terus
oleh Satyawarman dan pasukannya hingga ke tengah Laut Champa
(Laut Cina Selatan), dimana terjadi pertempuran sengit, yang
dimenangkan oleh Champa. Satyawarman kemudian membangun
kembali candi Po Nagar.

 787 M
- Prasasti Yang Tikuh, Sriwijaya kembali menggempur Champa. Kali ini
berhasil menduduki Panduranga, satu kota pelabuhan penting lain di
negeri tersebut. Namun tak berlangsung lama.
 789 M
- Mataram menundukkan kerajaan Kanjuruhan di Jawa Timur.

 792 M
- Kompleks percandian Candi Sewu selesai dibangun di Jawa Tengah.

 795 M
- Sriwijaya menaklukkan kerajaan Lavo (Lopburi/Lawapuri) di
Indocina.

 800 M
- Sriwijaya mengadakan hubungan persahabatan dengan kerajaan
Nan Sarunai dan Tanjungpuri di Kalimantan Selatan. Sriwijaya
diperkirakan juga mulai mengadakan ekspedisi ke kepulauan
Filipina, kemungkinan mendirikan koloni di pesisir pulau Lusong
(Luzon), yakni kedatuan Sapa (Namayan) dan kerajaan Tundok
(Tondo/Tundun). Budaya Melayu-Jawa dan agama Buddha-Hindu
pun mulai melebarkan pengaruhnya ke kawasan tersebut.
Abad ke-9

 802 M
- Maharaja Dharanindra diperkirakan wafat pada tahun ini.
Samaragrawira (Rakai Warak) naik tahta sebagai penguasa Sriwijaya-
Mataram menggantikannya.
- Pangeran Jayawarman II yang telah diangkat menjadi raja bawahan
di Angkor memerdekakan diri dari Sriwijaya dan mendirikan
kerajaan Khmer, yang kelak menyaingi Sriwijaya sebagai salah satu
negara paling berpengaruh di Asia.

 819 M
- Samaratungga (Rakai Garung) naik tahta sebagai Maharaja
Sriwijaya-Mataram.

 824 M
- Prasasti Karangtengah (Kayumwungan).

 825 M
- Candi Borobudur selesai dibangun.
 830 M
- Beberapa komunitas pelaut Nusantara dari Sriwijaya diperkirakan
mendirikan koloni di Madagaskar, sebuah pulau besar di tenggara
Afrika. Mereka berbaur dengan masyarakat Dayak Maanyan dari
Nan Sarunai yang telah menetap di sana tiga abad sebelumnya.
Bersama, mereka mendirikan permukiman di pesisir utara
Mahajanga, salah satunya kota kuno Mahilaka di Ampasindava.
Kemungkinan di masa yang sama para pelaut ini juga telah
menyebar ke kawasan lain di Samudra Hindia, seperti kepulauan
Komoro (Qamar) dan Chagos (Polovahi/Puloweh?). Dari sini, mereka
berdagang dengan kota-kota Swahili dan Bantu di pesisir Afrika
Timur, dimana mereka menyebut benua ini dengan nama 'Janggi'
(Zanj). Para pedagang Arab bahkan mengabarkan bahwa perompak
dan pelaut asal negeri 'Zabag' (sebutan Arab untuk Sriwijaya) juga
tak jarang menjarah kota dan membawa pulang orang-orangnya
sebagai hamba sahaya. Belum diketahui apakah pemerintah
Sriwijaya pernah menanamkan kekuasaan resmi di sana atau tidak.

 835 M
- Kerajaan Khmer mulai melancarkan perluasan wilayah, dengan
menguasai pesisir selatan Kamboja yang kala itu masih di bawah
penguasaan Sriwijaya.

 838 M
- Maharaja Samaratungga wafat, Putrinya, Pramodhawardhani (Sri
Kahulunan) naik tahta sebagai Maharani Sriwijaya-Mataram
menggantikannya, didampingi oleh Jatiningrat (Rakai Pikatan),
seorang pangeran Jawa anggota wangsa Sanjaya yang merupakan
suaminya.

 847 M
- Perpecahan Sailendra. Rakai Pikatan mengambil alih pemerintahan
di Mataram, kemudian memerdekakan negeri tersebut dari
hegemoni Sriwijaya.
- Balaputradewa, putra mahkota Sriwijaya di Jawa terpaksa
menyingkir ke Sumatra.
- Persatuan Sriwijaya-Mataram pun berakhir, dan dimulailah
persaingan pengaruh antara keduanya hingga ratusan tahun
berikutnya.

 850 M
- Koloni Sriwijaya di Kamboja sepenuhnya lepas setelah ditaklukkan
oleh Khmer.

 853 M
- Balaputradewa naik tahta menjadi Maharaja Sriwijaya.
Kemungkinan ia memindahkan pusat pemerintahan ke Jambi.

 856 M
- Prasasti Shiwagrha, Rakai Pikatan membangun Candi Prambanan di
Mataram, kemungkinan sebagai ungkapan kemenangan atas
merdekanya negeri itu dari Sriwijaya.

 860 M
- Prasasti Nalanda, Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik dengan
kerajaan Pala di Benggala, India. Atas permintaan penguasa Pala,
Maharaja Dewapala, Balaputradewa mendirikan sebuah biara di
Universitas Nalanda di Magadha.

 882 M
- Sriwijaya menanamkan kekuasaan di Bali, mendirikan kerajaan
Bedahulu (Singhadwala/Singhamandawa) sebagai koloninya di pulau
tersebut.
- Sri Kesari Warmadewa dilantik oleh Balaputradewa sebagai adipati
Sriwijaya di sana. Sebelumnya, Sriwijaya kemungkinan telah terlebih
dahulu menduduki pesisir Jawa Timur, Blambangan, serta kepulauan
Madura dan Lombok.

 900 M
- Maharaja Balaputradewa wafat.
- Prasasti Tembaga Laguna, Senapati Jayadewa menjadi penguasa
bawahan Sriwijaya di Tundok. Kemungkinan ia membantu Sriwijaya
mendirikan lebih banyak koloni di kepulauan Filipina, yakni Madyaas
(Visaya), Maidh/Mai (Mindoro), Sugbu (Cebu), dan Butuan
(Mindanao). Disebutkan bahwa Jayadewa menjadi atasan dari
negeri-negeri tersebut, selain juga menjalin hubungan dengan
Mataram. Kota Surigao di Mindanao kemudian berkembang menjadi
pusat kebudayaan Buddha di Filipina.  Sebelumnya, Sriwijaya juga
diperkirakan telah menanamkan kekuasaan di Santubong (Sarawak),
Brunei, dan Palawan.
- Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik dengan kedatuan Luwu di
Sulawesi, yang memanggilnya dengan nama 'Senrijawa'.
Abad ke-10

 903 M
- Koloni Sriwijaya di Indocina sepenuhnya lepas setelah Lavo direbut
oleh Khmer.

 905 M
- Mataram memulihkan pesisir Jawa Timur dari kekuasaan Sriwijaya,
kemudian merebut Blambangan, Bali, Madura, dan Lombok. Wangsa
Warmadewa di Bali yang telah menjadi bawahan Mataram
kemudian menjalin hubungan pernikahan dengan wangsa Sanjaya.

 907 M
- Prasasti Mantyasih.

 913 M
- Prasasti Blanjong.
 927 M
- Perang Sriwijaya-Mataram I, Sriwijaya memulai invasi terhadap
Mataram.

 929 M
- Perang Sriwijaya-Mataram I berakhir, Pasukan Mataram pimpinan
Mpu Sindok dibantu oleh rakyat Nganjuk berhasil mengalahkan
pasukan Sriwijaya di desa Anjuk Ladang, Jawa Timur.
- Mpu Sindok kemudian menjadi raja dengan gelar Maharaja Isyana,
lalu memindahkan ibukota Mataram ke Madiun dan mengganti
nama kerajaannya menjadi Medang.

 937 M
- Prasasti Anjuk Ladang, Maharaja Isyana mendirikan tugu di Nganjuk
sebagai ungkapan kemenangan melawan pasukan Sriwijaya.

 943 M
- Sriwijaya berturut-turut menaklukkan kerajaan Lamuri, Pedir, dan
Jeumpa di Aceh. Kemungkinan di tahun yang sama, Sriwijaya juga
telah menanamkan kekuasaan di Nikobar, gugus kepulauan di
bagian timur Samudra Hindia.

 945 M
- Sriwijaya mengadakan ekspedisi militer ke selat Mozambik di Afrika
Timur, sebagai bentuk usaha untuk merebut kembali hegemoni
Nusantara di sana yang telah direbut oleh bangsa Arab. Hal ini
berdasarkan laporan seorang pelaut Arab tentang adanya serangan
dari sebuah negara besar di Timur Jauh terhadap pulau-pulau di
selat Mozambik. Mereka dilaporkan datang membawa armada
sejumlah 1000 kapal, setelah melalui perjalanan mengarungi
samudra selama satu tahun. Besar kemungkinan negeri yang
dimaksud adalah Sriwijaya.
 946 M
- Ekspedisi Afrika Timur berakhir. Armada Sriwijaya gagal
menaklukkan benteng Kanbaluh (Qanbala) milik orang Arab di
Zanzibar, Tanzania. Namun mereka dikabarkan sempat menduduki
kepulauan Komoro selama beberapa waktu, sebelum akhirnya
memutuskan untuk mundur kembali ke Sriwijaya.

 960 M
- Sri Udayaditya Warmadewa naik tahta sebagai Maharaja Sriwijaya.
Ia mengirim utusan ke Cina, menjalin hubungan persahabatan
dengan Dinasti Sung.

 971 M
- Kedatuan Maidh di Mindoro melepaskan diri dari hegemoni
Sriwijaya, kemudian mendekatkan diri kepada Cina dan mulai
memperluas wilayah ke Lusong, menguasai daerah Batangas dan
Bataan.

 977 M
- Ratu Betung naik tahta menjadi pemimpin di kerajaan Tanjungpura.
Ia kemudian menikah dengan seorang penguasa Dayak bernama
Singa Siak Bahulun dari Hulu Aik, Ketapang. Bersama, mereka
mengirimkan utusan ke Cina untuk pertama kalinya. Ada indikasi
bahwa pengiriman utusan ini adalah sebagai upaya melepaskan diri
dari pengaruh Sriwijaya, jadi diperkirakan mulai tahun ini kerajaan
Tanjungpura telah merdeka menjadi negara independen.

 978 M
- Brunei diperkirakan melepaskan diri dari Sriwijaya, ditandai dengan
pengiriman utusan diplomatik ke Cina.
- Ini menyisakan Santubong dan Wijayapura sebagai dua koloni
terakhir Sriwijaya di Kalimantan.
 982 M
- Maidh melebarkan kekuasaannya di Lusong, kemungkinan
menaklukkan Tundok dan Sapa, menghapus hegemoni Sriwijaya di
pulau itu.

 986 M
- Sriwijaya menaklukkan kerajaan Nagur di Simalungun (Tanah Karo).

 988 M
- Sri Cudamani Warmadewa (Chulamaniwarman) naik tahta sebagai
Maharaja Sriwijaya. Ia memiliki dua orang putra, Sambugita (kelak
menjadi penguasa Palembang) dan Sri Mara Wijayatunggawarman
(kelak menjadi penguasa Kedah). Kemudian di bawah
pemerintahannya, Sriwijaya menggempur kesultanan Perlak di Aceh
Timur, yang tengah dilanda perang saudara.
- Perang Sriwijaya-Mataram II, Armada Medang dari Jawa menyerang
kota Palembang, namun dapat dipukul mundur oleh pasukan
Sriwijaya.
- Kemungkinan demi alasan keamanan, ibukota Sriwijaya dipindahkan
lebih ke utara, entah ke Kedah (Kadaram), Chaiya, Gelanggi, Kampar,
atau Panai.
- Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan
Anuradhapura di Srilanka, dimana Maharaja Sri Cudamani
menikahkan putranya (Sri Mara Wijayatungga) dengan seorang putri
dari Raja Mahinda IV, penguasa Srilanka, Kelak keduanya dikaruniai
seorang putri, dan dua orang putra, Sangrama Wijayatunggawarman
dan Samara Wijayatunggawarman.

 989 M
- Kesultanan Perlak bersatu kembali, kemudian berhasil memukul
mundur pasukan Sriwijaya yang telah menduduki pesisir negeri
tersebut.
 990 M
- Medang kembali menyerang Palembang dan berhasil
mendudukinya.

 992 M
- Pasukan Sriwijaya merebut kembali kota Palembang.

 996 M
- Sriwijaya mengirim armada ke Srilanka, atas permintaan Raja
Mahinda V, penguasa Anuradhapura yang baru untuk membantu
membebaskan negeri tersebut dari pendudukan kerajaan Chola,
sebuah negara Tamil di India Selatan yang telah menaklukkan
sebagian Srilanka 3 tahun sebelumnya.
- Armada Sriwijaya bersama dengan Mahinda V dan pasukannya
berhasil merebut kembali seluruh Srilanka dari penguasaan Chola.

 997 M
- Prasasti Hujung Langit. Lampung jatuh ke dalam kekuasaan Medang.
Abad ke-11

 1001 M
- Raja Sujita, penguasa bawahan Sriwijaya di Tambralingga,
menggempur Lavo (yang kala itu berada di bawah naungan Khmer)
dan Haripunjaya di Chiangmai, Thailand Utara. Saat itu, keduanya
tengah berperang di Lavo saat tiba-tiba Sujita dan ribuan
pasukannya dari Tambralingga menyerang mereka. Terkejut akan
sergapan mendadak ini, pasukan Lavo dan Haripunjaya pun kocar-
kacir dan sebagian besar melarikan diri ke utara. Sujita pun
menganeksasi Lavo sebagai bawahan Tambralingga.
- Kerajaan Butuan di Mindanao memerdekakan diri dari Sriwijaya.

 1002 M
- Khmer dilanda krisis suksesi.
- Sujita yang telah menundukkan Lavo, menggempur kota Angkor dan
menobatkan dirinya sebagai penguasa Khmer dengan gelar
Jayawirawarman, Khmer pun menjadi taklukkan Tambralingga, dan
secara tidak langsung ikut menjadi bawahan Sriwijaya.

 1005 M
- Maharaja Sri Cudamani mendirikan Biara Chulamani di
Nagapattinam, sebagai usaha untuk menjalin hubungan baik dengan
kerajaan Chola. Pendirian biara ini ditanggapi dengan positif oleh
penguasa Chola, Maharaja Rajaraja Chola.

 1006 M
- Sri Mara Wijayatunggawarman naik tahta sebagai Maharaja
Sriwijaya.
- Perang Perlak-Sriwijaya berakhir, Perlak akhirnya takluk pada
Sriwijaya.
- Pusat pemerintahan Sriwijaya sepenuhnya berpindah ke Kedah.
- Kudeta di Khmer, Jayawirawarman tewas terbunuh dalam serangan
oleh seorang bangsawan Khmer, yang merebut tahta kerajaan itu. Ia
menobatkan dirinya dengan gelar Suryawarman I. Khmer pun
kembali lepas dari pengaruh Sriwijaya.

 1013 M
- Atisha, seorang bangsawan asal Benggala yang telah mengabdikan
diri sebagai Buddha, berguru pada Serlingpa Dharmakirti, seorang
biksu di Sriwijaya yang merupakan Guru Besar Buddha terbaik saat
itu. Atisha tinggal di kota Malayagiri (Malayapura?) selama 12 tahun
lamanya.

 1016 M
- Peristiwa Mahapralaya, Keruntuhan kerajaan Medang akibat
serangan Raja Wurawari dari negeri Lwaram (kerajaan bawahan
Sriwijaya di Jawa Tengah) yang menewaskan penguasanya,
Maharaja Dharmawangsa dan sebagian besar bangsawan Medang.
- Pangeran Airlangga, putra mahkota Medang dari wangsa
Warmadewa Bali berhasil meloloskan diri. Sriwijaya merebut
kembali pesisir Sumatra Selatan dan Lampung dari kekuasaan
Medang yang telah musnah, kemungkinan juga menduduki pesisir
Jawa Timur dan Madura.
- Ini menandakan berakhirnya Perang Sriwijaya-Mataram II, sekaligus
tamatnya konflik antara kedua negara tersebut yang telah
berlangsung selama hampir 200 tahun lamanya.

 1017 M
- Sangrama Wijayatunggawarman naik tahta sebagai Maharaja
Sriwijaya. Ia mengutus seorang raja bawahan bernama Aji
Sumatrabhumi (kemungkinan penguasa Jambi atau Palembang)
sebagai duta besar ke negeri Cina.
- Pada masa pemerintahannya, ia mewajibkan setiap kapal pedagang
yang melewati selat Malaka untuk menyerahkan 1/3 harta mereka
kepada Sriwijaya, dimana jika menolak, kapal mereka akan dijarah
dan dimusnahkan. Kebijakan ini mengganggu hubungan Sriwijaya
dengan Chola, yang merasa sangat dirugikan. Hubungan ini
kemudian semakin memanas setelah Maharaja Rajendra Chola,
penguasa Chola yang baru kembali melancarkan serangan terhadap
Srilanka, yang kala itu berada di bawah naungan Sriwijaya.

 1019 M
- Pangeran Airlangga mendirikan kerajaan Kahuripan di Jawa Timur.

 1020 M
- Kerajaan Khmer menggempur Lavo dan Tambralingga. Maharaja
Suryawarman I, penguasa Khmer meminta bantuan Chola, yang
mengirimkan sejumlah pasukan. Armada Khmer-Chola kemungkinan
besar berhasil menaklukkan kedua negeri tersebut. Penguasa
Tambralingga kemudian meminta bantuan Sriwijaya untuk
membebaskan negerinya dari pendudukan Khmer. Maka pecahlah
Perang Besar Tanah Genting Kra, suatu perebutan hegemoni antara
dua kubu adidaya, yakni Sriwijaya-Tambralingga melawan Chola-
Khmer. Ini sekaligus menjadi puncak permusuhan antara Sriwijaya
dengan Chola.

 1021 M
- Srilanka sepenuhnya takluk pada Chola, setelah pertempuran sengit
antara armada Chola melawan pasukan Sriwijaya-Anuradhapura di
sana. Mahinda V tertangkap dan dipenjara.
- Pasukan Sriwijaya yang konon dipimpin langsung oleh Maharaja
Sangrama Wijayatungga memutuskan untuk mundur kembali ke
Kedah, bersama dengan sisa-sisa laskar Srilanka pimpinan Pangeran
Kasyapa, putra mahkota Anuradhapura.

 1023 M
- Sriwijaya mendirikan pemerintahan langsung di Perlak.

 1024 M
- Chola memulai invasi militer terhadap Sriwijaya, dipimpin langsung
oleh Rajendra Chola. Sebelum menuju Sriwijaya, armada Chola
terlebih dahulu menduduki kepulauan Andaman dan Nikobar.
Kemudian, karena selat Malaka dijaga ketat, mereka menyerbu
melalui jalur laut di bagian barat Sumatra dan selat Sunda yang sepi
pengamanan. Dengan cepat, mereka menaklukkan Barus, pesisir
Minangkabau dan Sunda, Lampung, Bengkulu, serta Komering. Kala
itu, sebagian besar pasukan Sriwijaya tengah dikonsentrasikan di
Tambralingga untuk menghadapi serbuan pasukan Khmer.

 1025 M
- Satu persatu kota di Sriwijaya diduduki dan dibumihanguskan oleh
armada Chola. Berturut-turut Palembang, Bangka, Jambi, Gelanggi,
Panai, Muar, Gangga Negara, hingga pusat pemerintahan Sriwijaya
di Kedah takluk.
- Maharaja Sangrama Wijayatungga (bersama dengan saudarinya)
yang tengah berada di Kedah ditangkap dan dibawa ke Chola
sebagai tawanan perang. Sang Maharaja kemudian dibebaskan
kembali setelah mengaku takluk pada Rajendra Chola, sementara
saudarinya diambil sebagai istri oleh Rajendra Chola.
- Kerajaan Sriwijaya pun menjadi bawahan Chola. Sementara
Tambralingga dianeksasi oleh Khmer.
- Kahuripan mulai melancarkan ekspansi ke seluruh Bumi Jawa untuk
menghapus hegemoni Sriwijaya di sana. Beberapa bangsawan
Sriwijaya dikabarkan hijrah ke Kalimantan dan Filipina akibat invasi
Chola, dimana mereka menjadi penguasa dari beberapa koloni
Sriwijaya di sana. Salah satunya adalah kedatuan Madyaas, yang
kemudian lepas menjadi negara merdeka.
- Biksu Atisha pulang kembali ke Benggala, setelah menyelesaikan
pendidikan Buddha-nya dari Guru Besar Dharmakirti. Ia sendiri
kemudian menjadi seorang Guru Besar yang giat menyebarkan
Buddha Dharma di jazirah Bharata (India) dan Tibet.

 1028 M
- Rajendra Chola menunjuk Sri Dewa sebagai raja baru Sriwijaya
dibawah dinasti Chola, menggantikan Sangrama Wijayatungga.
Sebelumnya, armada Chola terlebih dahulu menaklukkan Lamuri
dan Langkasuka, dua negeri bawahan Sriwijaya terakhir di Tanah
Melayu yang belum tunduk pada Chola.
- Koloni-koloni Sriwijaya di Kalimantan dan Filipina kemungkinan
besar melepaskan diri menjadi negara-negara merdeka.

 1029 M
- Chola menaklukkan negeri Batak Tua di pedalaman Toba.
- Sama halnya dengan Maharaja Sriwijaya, penguasa Batak juga
ditangkap dan menjadi tawanan perang.

 1030 M
- Prasasti Tanjore, Bangsa Chola menuliskan catatan kemenangan
mereka dalam mengalahkan Sriwijaya dan menguasai selat Malaka.
- Al-Biruni dari Persia mengunjungi Sriwijaya.
- Kerajaan Sunda memerdekakan diri dari Sriwijaya.

 1035 M
- Kalingga, koloni terakhir Sriwijaya di Jawa Tengah dianeksasi oleh
Kahuripan.
 1044 M
- Samara Wijayatunggawarman, adik dari Sangrama Wijayatungga
yang berhasil meloloskan diri saat invasi Chola, mengkudeta Sri
Dewa dan menobatkan dirinya sebagai Maharaja Sriwijaya. Ia
memimpin pemberontakan melawan kekuasaan Chola. Kala itu,
Rajendra Chola dikabarkan tengah mengunjungi Kedah untuk
memantau situasi ibukota Sriwijaya tersebut. Konon, Rajendra Chola
bertemu dengan seorang putri Brahmana bernama Sundari, yang
membuatnya kasmaran. Ia pun mengirim prajuritnya untuk
menculik sang putri. Sang prajurit berhasil melaksanakan tugasnya
setelah membunuh Brahmana Rajasundara, ayah Sundari yang
berusaha melindungi putrinya tersebut. Mendengar berita itu,
Maharaja Samara Wijayatungga mengutus Senapati Purandara
untuk membunuh Maharaja Chola tersebut, dan berhasil. Mereka
kemudian memulai serangan terhadap tiap kota di Sriwijaya yang
masih diduduki oleh pasukan Chola.

 1045 M
- Sriwijaya sepenuhnya merdeka dari Chola, setelah peperangan
besar antara armada Sriwijaya pimpinan Purandara melawan sisa-
sisa pasukan Chola.
- Sriwijaya kemungkinan besar juga merebut kembali kota Chaiya dari
kekuasaan Khmer.
- Maharaja Samara Wijayatungga kemudian memimpin ekspedisi ke
Srilanka untuk membantu pembebasan negeri itu dari hegemoni
Chola.

 1048 M
- Armada Sriwijaya berhasil menguasai seluruh Srilanka.
- Maharaja Samara Wijayatungga lalu mendirikan pemerintahan
langsung disana selama 5 tahun.

 1053 M
- Maharaja Samara Wijayatungga meninggalkan Srilanka, setelah
melantik Pangeran Kasyapa sebagai Raja Anuradhapura dengan
gelar Mahendra VI. Ia kemudian pergi ke kerajaan Pandya (yang kala
itu juga berada di bawah penguasaan Chola) di daratan India
Selatan, mengusir pasukan Chola di sana, dan mengangkat seorang
bangsawan setempat, Sundara Pandya sebagai Raja Pandya. Kedua
negeri ini pun berada di bawah naungan Sriwijaya hingga beberapa
dekade ke depan.

 1060 M
- Prasasti Madirigiri, Inskripsi berisi pujian dari Raja Mahendra VI
kepada Maharaja Samara Wijayatungga yang telah membantu
membebaskan negerinya dari penjajahan Chola.

 1064 M
- Aji Dharmawira (Suryanarayana/Sri Tribhuana Mauli?) diangkat
menjadi raja bawahan Sriwijaya di kerajaan Malayu
(Dharmasraya/Malayapura, Jambi-Minangkabau).

 1067 M
- Pangeran Kulotungga (Diwakara), bangsawan berdarah Tamil-
Melayu (keturunan Rajendra Chola dengan putri Sriwijaya yang
dinikahinya di tahun 1025) mengabdi pada Maharaja Samara
Wijayatungga kemudian dikirim sebagai duta besar ke Cina.

 1068 M
- Pemberontakan Kedah. Seorang pangeran Srilanka yang dipengaruhi
oleh Chola menundukkan Kedah dan mengangkat dirinya sebagai
penguasa.
- Saat itu, para pembesar Sriwijaya termasuk sang Maharaja sedang
tidak berada di ibukota. Sriwijaya mengirim Kulotungga untuk
merebut kota itu kembali, dimana ia berhasil membunuh sang
pangeran Srilanka dan mengusir armada Chola, yang konon dipimpin
langsung oleh penguasanya kala itu, Maharaja Wirarajendra.

 1070 M
- Konflik perebutan tahta di Chola. Maharaja Wirarajendra wafat,
meninggalkan kekosongan pemerintahan di kerajaan Chola. Dua
orang pangeran, yakni Athirajendra dan Kulotungga (yang telah
kembali dari Sriwijaya) berkonflik. Athirajendra muncul sebagai
pemenang dan naik tahta sebagai Maharaja Chola. Kulotungga yang
sangat berambisi menjadi raja pun menyerang ibukota Chola
berkali-kali, namun selalu gagal. Ia kemudian mundur ke Srilanka,
menemui Mahendra VI yang mengusulkannya untuk meminta
bantuan pada Sriwijaya. Kulotungga pun kembali ke Sriwijaya,
memohon bantuan dari Maharaja Samara Wijayatungga. Sang
Maharaja setuju, dan mengirimkan sejumlah pasukan pimpinan
putra mahkota Sriwijaya, Pangeran Manabharana. Mereka
mendirikan markas di Srilanka dan Pandya. Bersama dengan
pasukan dari kedua negeri itu, armada Sriwijaya menggempur
ibukota Chola dan berhasil menaklukkannya. Selama beberapa
waktu, kota ini pun diduduki oleh Sriwijaya, hingga diangkatnya
Kulotungga sebagai Maharaja Chola yang baru. Manabharana dan
pasukannya pun memutuskan untuk kembali ke Kedah, melepaskan
pengaruh Sriwijaya di daratan India.

 1071 M
- Pangeran Wijayabahu dinobatkan sebagai penguasa Srilanka,
mendirikan kerajaan Polonnaruwa setelah memindahkan
ibukotanya ke tempat yang bernama sama. Ia kemungkinan
melepaskan negeri itu dari hegemoni Sriwijaya.

 1080 M
- Maharaja Samara Wijayatungga wafat, Manabharana naik tahta
sebagai Maharaja Sriwijaya menggantikannya.

 1088 M
- Perpecahan Sriwijaya.
- Penguasa Malayu, Dharmawira memerdekakan diri dari
pemerintahan pusat Sriwijaya, yang kala itu dipercaya berada di
Chaiya.
- Dharmawira menguasai Sumatra dan kepulauan Riau, sementara
Manabharana menguasai Semenanjung Malaya dan Tanah Genting
Kra. Kelak, kedua negara ini lebih dikenal dengan nama
Dharmasraya (Malayapura) dan Tambralingga.
- Setelah ini, keduanya hidup berdampingan hingga beberapa dekade
kemudian.
- Riwayat kemaharajaan Sriwijaya yang bersatu pun resmi berakhir.
Sumber Sejarah

- Academia.edu
- Africa from the Seventh to the Eleventh Century
- Al-'Iqd Al-Farid
- Berbagai Blog dan Situs Pecinta Sejarah
- Buku Sejarah Jambi
- Ceylon and Malaysia
- Champa: Kerajaan Kuno di Vietnam
- Early Indonesian Commerce and the Origins of Srivijaya
- Evidence for the Austronesian Voyages in the Indian Ocean
- Kitab Aja'ib al-Hind
- Kumpulan Jurnal dan Paper Sejarah
- Kumpulan Kronik Dinasti-dinasti dari Tiongkok
- Kuntala, Sriwijaya dan Suwarnabhumi
- Le Royaume de Crivijaya
- Les Inscriptions Malaises de Çrivijaya
- Murujuz-Zahab wa Ma’adinul-Jawhar
- Navigation in the Srivijaya Period
- Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia.
- Prasasti-prasasti
- Review Article: Background To the Sri Vijaya Period (Part I-IV)
- Sejarah Nasional Indonesia
- The Indianized States of Southeast Asia
- The Phantom Voyagers
- The Rise & Fall of Southeast Asia's Empires
- Tentang Lokalisasi Sriwijaya
- Tokoh-Tokoh Melayu Yang Agung Dalam Sejarah
- Treasures of Sumatra
- Wikipedia

Anda mungkin juga menyukai