Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS EKOKRITIK SASTRA PADA PUISI “TALANG DI LANGIT FALASTIN”

KARYA DHENI KURNIA

Amanda Wahyu Kristiningtyas

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

E-mail: amandawahyu@student.ub.ac.id

Abstrak

Wujud dari apresiasi sastra salah satunya adalah menulis puisi. Menulis puisi sebagai wadah dari
para penyairnya untuk menyampaikan gagasan, ide, konsep serta pemikiran. Tidak jarang ide itu
muncul dari hasil pengamatan lingkungan bahkan didasarkan pengalaman hidup. Puisi memiliki
keterkaitan dengan beberapa teori serta bidang studi. Salah satunya adalah Teori Ekokritik.
Memiliki sifat multidisiplin. Ekokritik berfokus pada hubungan antara sastra dan lingkungan
serta bagaimana interaksi yang terjadi antara tokoh dan dunia yang tercermin dalam karya sastra.
Dalam penelitian ini, mengambil puisi “Talang di Langit Falastin” karya Dheni Kurnia yang
dianalisis dengan teori Ekokritik. Puisi “Talang di Langit Falastin” menggambarkan polusi dan
pencemaran yang disebabkan oleh beberapa faktor dari ulah manusia yang ingin membuka lahan
di sekitar daerah Hutan Talang Mamak. Kerusakan lingkungan yang terjadi ini menjadikan alam
sekitar menjadi tidak seimbang.

Kata Kunci: Talang di Langit Falastin, Dheni Kurnia, Ekologi, Ekokritik Sastra.

Pendahuluan

Karya sastra merupakan bentuk ungkapan seseorang yang berupa pemikiran, gagasan,
ide, konsep, pengalaman, dan sebagainya. Selain itu, menggambarkan pengalaman kehidupan
yang dapat menginspirasi atau terkadang masih berkenaan dengan pembacanya sendiri yang
digambarkan dalam bentuk tulisan. Berhubungan dengan pengertian sastra menurut Atar Semi
yaitu suatu bentuk dan hasil seni kreatif berobjek manusia serta kehidupannya dan menggunakan
bahasa sebagai mediumnya.

Keindahan alam sudah sejak lama menjadi bagian dari representasi dari banyak karya
sastra yang tercipta. Tidak hanya menjadi latar belakang dari kisah, tetapi juga menjadi tema
utama dari sebuah karya sastra. Sastrawan memanfaatkan pemilihan diksi berupa air, laut,
sungai, ombak, awan, langit dan lain-lain sebagai penggambaran bahwa alam adalah sebagai
latar atau isi dari karya sastra. Keindahan alam juga menjadi tongkah bagi para penulis karya dan
penyair karya sastra untuk mendapatkan inspirasi atau menyampaikan bagaimana suasanan yang
tercipta dari karya sastra yang telah ditulis.
Sebuah konsep muncul dari adanya keterkaitan alam dengan sastra, dimulai dari
keindahan sampai permasalahan yang terjadi dalam alam yang sengaja ditulisakan dalam sastra.
Menurut Mc.Naughton dan Wolf, ekologi merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antara
mahluk hidup dengan lingkungan. Ekologi juga dimanfaatkan dalam bentuk ekologi puisi. Istilah
ekologi memiliki beragam pengertian. Ekologi dipakai dalam pengertian yang dibatasi oleh
konteks ekologi alam. Pada pengertian konteks ekologi alam dikenal dengan dua bentuk, yaitu
kajian ekologi menekan aspek alam sebagai inspirasi dan kajian ekologi yang menekan
pembelaan terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia (Widianti,
2017:3). Konsep ekologi dapat digunakan sebagai alat kritik pada karya sastra. Ekokritik
berasal dari bahasa lnggris ecocriticism dari kata ecology dan kata criticism. Mencakup ilmu
tentang hubungan manusia dengan makhluk hidup lainnya, sejarah manusia dan kebudayaan,
yaitu tentang analisis kritis terhadap manusia dan lingkungan (Garrard 200 :5). Kajian ekokritik
berhubungan diantara sastra dan lingkungan, kajian sastra yang berpusat pada dunia (Kaswadi,
2015: 9). Ekokritik dianggap sebagai salah satu kecenderungan perkembangan penelitian dan
kritik sastra. Lawrence Buell memperhatikan beberapa kriteria, yaitu; (1) lingkungan non-
manusia ada tidak hanya sebagai kerangka tetapi juga sebagai kehadiran, dan membuktikan
bahwa sejarah manusia memungkinkan konsekuensi dalam sejarah alam; (2) kepentingan
manusia tidak bisa menjadi satu-satunya kepentingan yang sah; (3) kewajiban seseorang
terhadap lingkungan merupakan bagian dari evaluasi etis terhadap teks, dan (4) memahami
lingkungan hanyalah sebuah proses, tetapi makna berkelanjutan yang terkandung setidaknya
dalam teks (Buell, 1995:7-8).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan tidak semata hanya sebagai suasana yang
digunakan dalam puisi bahkan karya sastra lainnya. Namun, juga sebagai unsur penting dalam
penyusunan karya sastra yang mengandung nilai estetika. Adanya konsep ekologi membuktikan
bahwa puisi, merupakan salah satu bentuk karya sastra berhubungan dengan alam serta
lingkungan. Penyair dapat bereksplorasi dengan alam serta lingkungan sekitar sebagai kreativitas
serta media untuk menyampaikan ide serta pesan tertentu pada pembaca. Pada kajian ini akan
dibahas mengenai pesan, dan nilai yang terkandung dalam puisi “Talang di Langit Falastin”
karya Dheni Kurnia.

Metode

Puisi “Talang di Langit Falastin” karya Dheni Kurnia dianalisis menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Menurut Amanuddin (2006:16) Metode kualitatif selalu menggunakan data,
hasil data tersebut senantiasa dianalisis berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka atau
koefisien tentang variabel. Metode ini berfungsi untuk melihat serta mendeskripsikan data yang
terdapat dalam puisi “Talang di Langit Falastin”. Adapun langkah-langkah dalam analisis puisi
“Talang di Langit Falastin” karya Dheni Kurnia, yaitu; Reduksi data yang berfokus pada data
yang diambil, Data display yaitu penyajian data yang dapat berbentuk uraian singkat, Penarikan
Kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan

Pada bait pertama, penyair menggambarkan suasana dan suasana Palestina yang dipadati
ribuan korban yang hangus terbakar. Bahkan sungai yang jernih sudah tidak bisa dimanfaatkan
kembali karena bercampur dengan darah serta tercemar dengan limbah bangunan akibat bom
yang meledak tanpa aba-aba. Kejadian ini dianalogikan seperti keadaan lingkungan hutan Talang
Mamak yang terbakar akibat pembakaran hutan, dalam hal ini disengaja untuk pembukaan lahan
dengan cara dibakar.

Sesuai dengan definisi pembukaan lahan adalah suatu kegiatan yang merubah fungsi dari
suatu area (lahan), biasanya digunakan untuk suatu lahan kebun. Berkaitan dengan definisi hutan
dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, tercantum dalam Pasal 1
angka 2, hutan merupakan satu kesatuan sistem berupa lahan yang berisi sumber daya alam, dan
didominasi oleh pepohonan yang antara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan
memiliki banyak manfaat untuk menjaga keseimbangan lingkungan sekitar mulai dari penyedia
oksigen serta sumber daya alam didalamnya. Hal ini berkaitan dengan analogi kebakaran yang
terjadi di Palestina dan hutan suku Talang Mamak. Berdasarkan dari konflik tanah yang terjadi di
Talang Mamak, disebabkan dari berbagai pihak yang menipu dengan alasan untuk
memakmurkan masyarakat Talang Mamak. Mereka membujuk mereka untuk menyerahkan tanah
serta hutan untuk diolah. Selaras dengan kondisi Palestina yang mengalami kerusakan akibat
ledakan bom.

Pada bait kedua, membuktikan kondisi Palestina yang mengalami polusi udara yang
terjadi disebabkan asap mesiu berasal dari ledakan bom yang menghancurkan Palestina. Pada hal
ini selaras dengan kondisi Lingkungan daerah Talang Mamak yang tercemar. Penyair sangat
menyanyangkan kebakaran hutan yang terjadi di daerah kelahiranya. Cukup terlihat pada bagian
puisi tersebut karena menggambarkan amarah disertai dendam yang mendalam.

Dianalogikan dengan keadaan Palestina yang penuh debu dan berasap mesiu akibat
ledakan bom yang terjadi. Akibat asap yang mencemari udara yang muncul dari kebakaran hutan
Talang Mamak ini membuat banyak warga yang menjadi marah karena asap ini bisa tertiup ke
segala arah sesuai dengan angin bertiup. Sesak nafas menjadi salah satu dampak yang akan
terjadi jika hutan dibakar. Penyair sangat sedih dengan kondisi yang terjadi pada tempat dimana
beliau dilahirkan, udara yang begitu segar tiba-tiba di gantikan oleh asap kebakaran hutan.
Dilansir dari hellosehat.com bahwa bahaya kabut asap kebakaran hutan mengandung
mengandung partikel abu jika terhirup akan mengakibatkan kondisi penderitanya mengalami
gangguan pernafasan. Selain itu, juga memperburuk keadaan penderita alergi dan inflamasi
pernafasan.

Pada bait ketiga, menggambarkan keadaan Palestina yang kacau, tidak hanya bangunan
yang hancur tapi juga menewaskan warga sekitar. Tidak ada lagi tempat yang aman bagi
warganya. Sebagaimana yang terjadi pada hutan Talang Mamak, banyak hewan yang kehilangan
tempat tinggal, bahkan warga Talang Mamak juga kehilangan kebergunaan sumber daya alam
yang disediakan hutan Talang Mamak, akibat kebakaran hutan yang terjadi.

Lingkungan hidup adalah tanggungjawab manusia. Berkaitan dengan aktivitas manusia


yang tidak dapat dijauhkan dari pemanfaatan alam serta sumberdaya didalamnnya untuk
keberlangsungan hidup. Namun, sebagaimana yang diketahui bahwa Hutan Talang Mamak
dibakar begitu saja oleh oknum tidak bertanggung jawab. Pemanfaatan alam sekitar boleh
dilakukan dengan seimbang supaya tidak merusak alam serta mahkluk hidup didalamnya.

Pada bait keempat, penyair menunjukkan hutan Talang Mamak sama dengan Palestina
yang telah tertimbun lumpur. Serta kondisi Palestina yang yang dipenuhi korban meninggal, dan
juga ada yang hanyut begitu saja hingga Teluk Syria. Bahkan juga ditemukan mayat yang sudah
tidak bisa dikenali karna hangus sehingga terlantar begitu saja di Gaza dan di Kana’an.

Pada bait lima sampai dengan delapan, penyair ingin menyampaikan ketika palestina
yang senantiasa dijajah. Hal ini dianalogikan dari sisi sejarah ketika suku talang mamak masih
dijajah pada jaman kerajaan, warga suku Talang Mamak harus rela menyerahkan hasil panen
kepada penjajah. Selain itu pada bait tujuh menggambarkan kondisi palestina yang sangat
menyedihkan sebab penjajahan yang terjadi. Selain itu kedua daerah ini diibaratkan memiliki
kesamaan yaitu lingkungan indah tapi hanya menjadi kenangan saja karena sudah dieksploitasi
sumber daya alamnya demi kepentingan serta keuntungan dari satu pihak saja. Selaras dengan
kondisi Talang Mamak yang dahulunya pernah dieksploitasi hasil kekayaan alamnya oleh
penjajah.

Kesimpulan

Puisi “Talang di Langit Falastin” karya Dheni Kurnia dianalogkian dengan aspek
kehidupan suku Talang Mamak dengan Palestina yang dijadikan satu bagian untuk
menumbuhkan perasaan sedih amat mendalam. Nilai sejarah pada kedua puisi ini memiliki
kesamaan sehingga cocok untuk disandingkan. Kerusakan lingkungan yang terjadi pada puisi
juga digambarkan secara jelas oleh penyair. Dapat dilihat dari kebakaran di palestina
dianalogikan dengan keaadaan hutan talang mamak yang terbakar akibat pembukaan lahan baru.
Akibatnya penghuni hutan dan manfaatnya juga menjadi imbas karena sudah hangus terbakar.
Kehancuran yang terjadi di Talang mamak juga diibaratkan dengan keadaan palestina yang
hancur karena ledakan bom. Hal ini juga membuat polusi udara dan lingkungan yang tercemar,
sama halnya dengan yang terjadi di Talang Mamak. Dari analisis yang sudah dituliskan dapat
ditarik kesimpulan sebagai manusia kita berkewajiban untuk senantiasa menjaga alam dan
lingkungan sekitar kita. Pembukaan lahan dengan membakar hutan bukanlah hal yang dapat
begitu saja dilakukan secara liar. Perlunya kesadaran yang harus tertanam pada diri. Dengan
adanya analisis ini juga mengandung nilai kritis terhadap permasalahan yang terjadi pada alam
dan lingungan sekitarnya.

Daftar Pustaka
Aris, Qori Islami. 2020. Ekokritik Sastra Dalam Puisi Talang Di Langit Falastin Karya Dheni
Kurnia. Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 2. Universitas Lancang Kuning

Ariska, Bella. 2020. Pembukaan Lahan Perkebunan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perspektif Fiqh Siyasah. Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Asyifa, Nurul; Putri, Vera Soraya. Kajian Ekologi Sastra (Ekokritik) Dalam Antologi Puisi
Merupa Tanah Di Ujung Timur Jawa. Fkip E-Proceeding, [S.L.], P. 195-206, Dec. 2018.
Issn 2527-5917. Dapat diakses di https://Jurnal.Unej.Ac.Id/Index.Php/Fkip-
Epro/Article/View/9121.

Buell, Lawrence. 1995. The Environmental Cambridge: University Press. Imagination. Harvard.

Harsono, Siswo. 2008. Ekokritik: Kritik Sastra Berwawasan Lingkungan. VoL 32 No, 1.
Fakultas Sastra, Universitas Di ponegoro.

Khaerah, Diaul. 2018. Ekokritik Sastra Pada Novel Rahasia Pelangi Karya Riawani Elyta Dan
Sabrina Ws. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Lestari, Diah Ayu. 2015. Bahaya yang Mungkin Muncul Akibat Menghirup Asap Kebakaran
Hutan. Hello Sehat. Diakses pada tanggal 20 November 2022 dari
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/bahaya-asap-kebakaran-hutan/.

Yuliani, Wiwin. 2018. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif Dalam Perspektif Bimbingan Dan
Konseling. Vol. 2, No. 2, May 2018 DOI: 10.22460/q.v2i1p21-30.642. E-journal STKIP
Siliwangi.

Anda mungkin juga menyukai