OLEH:
SANTI SNAE
223111115
FAKULTAS KESEHATAN
KUPANG
2022
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah masa persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Postpartum adalah masa 6 minggu
sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak, 2010).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
menghitung eritrosit (red cell account) yang akan berakibatkan pada penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah (Sudoyo dalam Nurarif & Kusuma,
2015)
Menurut Ayah Bunda (2015) anemia pada post partum merupakan komplikasi
yang sering dijumpai dan paling sering dialami dimasa masa persalinan, dimana
salah satu penyebab utamanya adalah infeksi. Terutama bagi ibu bersalin yang
mengalami perdarahan saat persalinan. Proses persalinan berlangsung lama dan ibu
biasanya menderita anemia sejak masa kehamilan.
Berdasarkan penyebabnya menurut Tarwoto & Wartonah (2016) klasifikasi
anemia dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Anemia karena hilangnya sel darah merah dimana biasanya terjadi pada
perdarahan akibat perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan
uterus, perdarahan hidung dan perdarahan akibat luka operasi.
2. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah dapat disebabkan
karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin
B12 dan zat besi).
3. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan sel darah merah
yang dapat terjadi karena overaktifnya Reticulo Endothelial System (RES)
Berdasarkan patofisiologi:
B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease), pada
dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sum-sum tulang.
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan) yang bisa terjadi pada
postpartum.
3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
a. Genetik
1) Hemoglobinopati
2) Thalasemia
3) Enzim glikolitik abnormal
4) Anemia fanconi
b. Nutrisi
1) Defisiensi besi, defisiensi asam folat
2) Defisiensi kobal, vitamin B12
3) Alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi
c. Perdarahan
d. Imunologi
e. Infeksi
1) Hepatitis
2) Sitamegalovirus
3) Parvovirus
4) Clostridium
5) Sepsis grm negatif
6) Malaria
7) Toksoplasmosis
f. Obat-obatan atau zat kimia
1) Agen kemotherapi
2) Antikonvulsan
3) Antimetabolis
4) Kontrasepsi
5) Toksisitan zat kimia
C. Patofisiologi
Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL.
Namun kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan
berkisar 11,6 g/dL sebagai akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan
volume plasma. Ini disebut sebagai anemia fisiologis dan merupakan
keadaaan yang normal selama kehamilan.
Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat
dalam makanan sehari-hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi
menurunkan absorbs besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi diperlukan
untuk meningkatkan sel-sel darah merah. Janin harus menyimpan cukup zat
besi pada pada 4 sampai 6 bulan terakhir setelah kelahiran.
Selama trimester ketiga, jika asupan zat besi wanita tersebut tidak
memadai, hemoglobin tidak akan meningkat sampai 12,5 g/dL dan dapat
terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan tarnsfer zat
besi ke janin.
Hemoglobinopati, seperti thalasemia penyakit sel sabit dan G6-PD
meningkatkan anemia melalui hemolisis atau penigkatan penghancuran sel-
sel darah merah. Secara umum dengan kehilangan zat besi hal ini akan
menyebabkan cadangan besi menurun. Apabila cadangan kosong, maka
keadaan ini disebut iron depleted stase. Apabila kekurangan besi berlanjut
terus, maka penyediaan besi untuk entriposis berkurang, sehingga
menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinik
belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis, selanjutnya
timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai iron deficienty
anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epiter serta bebrapa
enzim yang dapat menimbulkan manifestasi anemia.
D. WOC
Pendarahan saluran cerna. Defisiensi besi, vitamin B12, asam folat, Overaktif RES, produksi SDM abnormal
Uterus, hidung dan luka depresi sumsum tulan eritropoitin
Penurunan transport O2
Ketidak efektifan perfusi jaringan Ketidak seimbangan nutrisi kurang
perifer,nyeri akut dari kebutuhan tubuh
Peningkatan kontraktilitas Hipoksia Ketidak efektifan pola nafas
Kardiomegali
E. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinis yang sering muncul:
a. Mudah berkunang-kunang
b. Lesu
c. Aktivitas berkurang
d. Rasa mengantuk
e. Susah berkonsentrasi
f. Lelah
g. Prestasi kerja fisik/ pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia
a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
difesiensi besi
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut merongkol/makin buncit
pada anemia hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan
d. Tanda umum anemia adalah pucat,takikardi, pulse celer, suara
pembuluh darah spontan, bisingkarotis, bising sistolik anorganik,
pembesaran jantung.
3. Manifestasi khusus pada anemia
a. Defisiensi besi spoon nail, glositis
b. Defisiensi B12: peresisi, ulkus ditungkai
c. Hemolitik: ikterus, splenomegali
d. Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sebuah penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks, eritrosit,
(MCV dan MCHC), asupan darah tepi (Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Pemeriksa darah anemia seri: hitung leukosit, kadar trombosit, kadar endap
darah (LED) dan hitung retikulosit. Sekarang sudah banyak dipakai otomatis
hematologi penggunaan yang dapat memberikan hasil presisi yang baik
(Nurarif & Kusuma 2015)
3. Pemeriksaan sum-sum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai adanya sistem hematopesis, pemeriksaan ini diperlukan untuk
diagnosa difinitif pada beberapa jenis anemia, pemeriksaan sum tulang
belkang mutlak.
Diperlukan diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta kelainan
hemotologik yang dapat mensupresi sistem eritroid (Nurarif & Kusuma,
2015)
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Terapi oral
Pemberian tablet zat besi mengandung ferosulat, besi glukonat
1) Asam folat 15-30 mg perhari
2) Vitamin B12 3x1 tablet perhari
3) Sulfas ferosus 3x1 tablet perhari
b. Terapi parenteral
Secara intramuscular di injeksikan dextra besi (imferon) atau sorbitol
besi (jectofer)
2. Non medis
a. Memberikan penyuluhan klien dan keluarga mengenai supplement
besi dan peningkatan sumber besi dalam makanan sesuai indikasi
b. Pada klien yang menderita sel sabit, kaji simpanan besi dan folat
dan hitung retikulosit; skrining lengkap untuk hemolisis
c. Pada klien yang menderita G-6-PD berikan suplement besi dan
asam folat dan konseling nutrisi, dsn jelaskan kebutuha menhindari
obat-obatan oksidasi
H. Masalah keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum
2) Kehilangan produktivitas, kehilangan semangat untuk bekerja
b. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darah kronis
2) Palpitasi
3) CRT lebih dari 2 detik
c. Eliminasi
1) Konstipasi
2) Sering kencing
3) Makanan/cairan: nafsu makan menuru, mual/muntah
d. Nyeri/kenyamanan: di daerah abdomen dan kepala
e. Pernapasan: napas pendek pada saat istirahat maupun aktivitas
f. Seksual
1) Dapat terjadi perdarahan pervagina
2) Perdarahan akut sebelumnya
3) Tinggi fundus tidak sesuai dengan umumnya
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan
c. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Boboak. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta; EGC
Jakarta. EGC
B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum :
Tanda-tanda vital : TD 85/47 mmHg, nadi 136 x/mnt
RR 20 x/mnt, Suhu 36,5 oC.
2) Kepala : tidak ada benjolan
Rambut : bersih
Mata : simetris kiri dan kanan konjungtiva dan tidak anemis
Wajah : pucat, ekspresi wajah tampak meringis
Hidung : simetris, penciuman baik dan tidak ada secret
Mulut dan bibir : bibir tidak pecah, tidak ada sariawan
Gigi dan gusi : gigi utuh, gusi bersih
3) Dada dan axilla : tidak ada pembengkakan
4) Paru-paru : normal
5) Jantung : normal
6) Perut : kembung
7) Vulva & Perineum : tampak pengeluaran lochea.tampak luka jahitan dan
masih basah serta terdapat hecting
Kupang,
…………………..
.
Mentor
MASALAH KEPERAWATAN
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN