Anda di halaman 1dari 11

Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang

Abu Rokhmad

PANDANGAN KIAI TENTANG DERADIKALISASI


PAHAM ISLAM RADIKAL DI KOTA SEMARANG

Kiai’s views on deradicalization of islamic radicalism in Semarang

g
an
ar
AbU rokhMAd

m
Se
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
AbstrAct

a
IAIN Walisongo Semarang

m
Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 (Kampus The face of Islamic moderate in Indonesia changed since the decline of new era regime
in 1998. Hardliner moslem communities grew in society. They didn’t embarrassed to use

ga
III) Ngaliyan, Semarang
Telp. (024) 7606405 Facs. (024) violent ways, even terorism. Nowadays radicalism isthe most important problems faced

A
7606405
bythe moslem society in Indonesia. The participation of kiai was badly needed to handle
e-mail: abu_rokhmad@yahoo.com
an
Naskah diterima: 24 Januari 2014 radicalism problems. This article studies the views of kiai about the roots of Islamic
Naskah direvisi: 19-30 Mei 2014 radicalsm and the strategies of kiai to deradicalize Islamic radicalism. The conclusion of
ng

Naskah direvisi: 22 Juni 2014 this article were: first, the root of radicalism becaused of two factors: religius factor that
is literal understanding or misunderstanding of religious texts, and the political factor
ba

related to national and global issues. Second, there were two forms of deradicalization,
em

related to the characteristics of the subject of radicalism: preventive deradicalization


and curative deradicalization.
ng

Keywords: islamic radicalism, radicalism, deradicalization, kiai.


Pe

AbstrAk
n

Wajah Islam moderat di Indonesia kian berubah sejak rezim Orde Baru tumbang
da

pada 1998. Kelompok-kelompok Muslim garis keras tumbuh subur di masyarakat.


Mereka tidak segan berdakwah dengan cara kekerasan bahkan terorisme. Radikalisme
an

menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Keterlibatan kiai
dalam menangani masalah radikalisme (deradikalisasi) sangat diharapkan. Artikel
iti

ini mengkaji dua hal. Pertama, bagaimana pandangan kiai tentang akar radikalisme
l
ne

Islam? dan Kedua, bagaimana strategi kiai dalam melakukan deradikalisasi paham
Islam radikal? Kesimpulan artikel ini adalah: Pertama, akar radikalisme disebabkan
Pe

dua faktor besar, yaikni faktor pemahaman agama yang kurang tepat dan faktor politik
yang berhubungan isu nasional dan global. Kedua,terdapat dua model deradikalisasi,
ai

tergantung sifat dari pelaku radikalisme: deradikalisasi pencegahan (preventive


al

deradicalization), dan deradikalisasi penyembuhan (curative deradicalization).


B

Kata kunci: Islam Radikal, Radikalisme, Deradikalisasi, Pesantren, Kiai.

27
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37

PendahuLuan Cukup banyak data terbaru tentang


Sejak awal kelahirannya, wajah Islam radikalisme dan terorisme yang terjadi
di nusantara berwatak moderat dan toleran. belakangan. Tahun 2011 terjadi aksi bom buku,
penduduk Indonesia yang sebelumnya memeluk bom bunuh diri di masjid Mapolresta Cirebon,
beragam agama beralih menjadi Muslim tanpa bom di Serpong dan bom bunuh diri di Kepunton
paksaan. Pengislaman Nusantara dilakukan Solo. Pertengahan tahun 2012, terjadi teror bom
dengan kontak dagang, perkawinan dan akulturasi di pos penjagaan polisi di Gladak Solo (Solo Pos,
budaya. Islam disebarkan secara halus, dan 19/8/2012), lalu diikuti dengan penembakan
membaur dengan berbagai tradisi yang telah ada terhadap pengendara motor yang diduga pelaku

g
sebelumnya (Mudzhar, 1993: 18-9). teror (Tempo.co, 4/9/2012). Tahun 2013 terjadi

an
perburuan Densus 88 terhadap jaringan teroris
Walisongo sebagai tokoh sentral penyebar

ar
Poso di Makassar (Banjarmasin Post.co.id/ 21
Islam di Indonesia, khususnya di Jawa,

m
Pebruari 2013). Penembakan terhadap terduga
menggunakan metode dakwah yang akomodatif

Se
teroris juga terjadi di awal tahun 2014 di Ciputat
dan lentur. Dalam bidang akidah, digunakan Banten (majalah.tempo.co/penembakan terduga

a
model dakwah persuasif dengan memperhatikan teroris/ 13 Januari 2014).

m
situasi, adat istiadat dan watak masyarakat

ga
setempat tanpa mengorbankan syari’at Islam Data di atas menunjukkan bahwa radikalisme

A
(Sofwan, 2004: 6). yang berpuncak pada aksi terorisme merupakan
an
masalah serius yang patut dikaji lebih dalam.
Model penyebaran Islam seperti ini membuat Radikalisme dan terorisme menjadi dua isu yang
ng

masyarakat tidak resisten menerima Islam. telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama
ba

Yang tetap setia dengan agama lamanya, sama teror dan umat Islam dianggap menyukai jalan
nyamannya dengan mereka yang ingin berganti
em

kekerasan suci untuk menyebarkan agamanya.


agama baru. Mereka menghargai perbedaan Sekalipun anggapan itu mudah dimentahkan,
ng

agama dan keyakinan. Pola pikir dan sikap namun fakta bahwa pelaku teror itu Muslim garis
Pe

keberagamaan mereka berada di jalan tengah keras sangat membebani psikologi umat Islam
(moderat). Sikap moderat dapat terbentuk karena secara keseluruhan.
n

Muslim nusantara tidak memiliki pengalaman


da

traumatik berbenturan dengan agama lain. Tidak Perlu langkah strategis dan komprehensif
untuk mengurai akar masalah radikalisme dan
an

ada peperangan dalam sejarah penyebaran Islam


di Nusantara. upaya deradikalisasi. Pendekatan yang digunakan
iti

dalam memerangi radikalisme dan terorisme


l

Namun, wajah Islam moderat kian berubah


ne

mestinya lebih komprehensif dan integral,


sejak Orde Baru tumbang. Era reformasi itu
Pe

yakni perpaduan antara hukum, keamanan,


melahirkan perkembangan penting pada kesejahteraan, sosial dan keagamaan. Dengan
ai

masyarakat Islam, salah satunya adalah munculnya demikian, dibutuhkan partisipasi berbagai
al

kelompok Muslim radikal (hardliners) (Salim pihak dalam menangani masalah radikalisme
B

dan Azra, 2003). Menurut Ansyad Mbai (Kepala dan terorisme ini, salah satunya dari kiai yang
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), mengasuh pesantren. Artikel ini mengkaji
terdapat lima tipologi kelompok radikal, yaitu dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana
radikal gagasan (Hizbut Tahrir Indonesia/ HTI, pandangan kiai tentang akar radikalisme
Majelis Mujahidin Indonesia/ MMI), radikal non- Islam? dan Kedua, bagaimana kiai melakukan
teroris (Front Pembela Islam/ FPI), radikal milisi deradikalisasi paham Islam radikal?
(Laskar Jihad), radikal separatis (Negara Islam
Indonesia/ NII), dan radikal teroris (Jama’ah Artikel ini merupakan pengembangan
Islamiyah) (Mbai, 2011). penelitian yang penulis lakukan pada tahun
2011 tentang akar radikalisme dan deradikalisasi

28
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad

paham Islam. Lokasi penelitian di Semarang. Berdasarkan wawancara penulis terhadap


Penggalian data dilakukan dengan wawancara para kiai sebagai informan penelitian ini, ditemu-
mendalam kepada sejumlah kiai yang sudah kan tiga faktor besar akar radikalisme atau faktor
ditetapkan sebelumnya. Dalam artikel ini, nama penyebab utama seseorang menjadi radikal.
pesantren dan nama kiai sengaja disembunyikan
Pertama, faktor pemahaman agama yang ku-
untuk menjaga hak informan. Analisis data
rang tepat dan harfiah. Pemahaman ini menyang-
dilakukan secara deskriptif-kualitatif. kut isu pemurnian tauhid, taghyir al-munkar
(merubah kemungkaran dengan cara kekerasan),
hasIL dan PeMbahasan relasi Muslim dan non-Muslim, pemaknaan dok-

g
Akar-akar Radikalisme
trin jihad dan NKRI bukan negara Islam.

an
Radikalisme Islam adalah gerakan yang ber-

ar
Soal proyek pemurnian tauhid misalnya,
pandangan kolot dan sering menggunakan keke-

m
tidak ada yang membantah kebenaran motif
rasan dalam mengajarkan keyakinan mereka
dan tujuan mereka. Bukankah keesaan Allah

Se
(Nasution, 1995: 124). Fealy dan Hooker men-
Swt harus dijaga kemurniannya dari segala
definisikan Islam radikal (radical Islam) sebagai

a
syirik? Hampir seluruh umat Islam menyadari

m
gerakan Islam yang hendak melakukan perubah-
kebenarannya. Permasalahan yang kemudian

ga
an dramatis baik di masyarakat maupun Negara
muncul adalah terkait dengan dua hal. Yang
(2006: 4). Kelompok yang berpandangan seperti

A
kesatu soal klaim kebenaran pemahaman mereka
itu, selain disebut Islam radikal juga digunakan
an
terhadap doktrin tauhid, tidak hanya terhadap
istilah neo-khawarij (Shaban, 1994: 56).
ng

ayat dan hadits yang jelas maknanya (muhkamat),


Al-Jabiri menggunakan istilah ekstrimisme tapi juga ayat dan hadits yang masih samar
ba

untuk menggambarkan kelompok Islam radikal. maknanya (mutasyabihat). Mereka umumnya


em

Bahkan al-Jabiri menyebutkan bahwa musuh tidak mengakui adanya ikhtilaf (perbedaan)
bebuyutan Islam ekstrem adalah kelompok yang pendapat. Yang kedua, cara mereka yang keras
ng

paling dekat dengannya, yaitu Islam moderat dan kasar terhadap orang lain yang berbeda.
Pe

(Al-Jabiri, 2001: 139-149). Al-Asymawi juga Mereka gampang menyebut orang lain sebagai
menggunakan istilah ekstrimisme untuk menyebut
n

ahli bid’ah, kafir, thaghut dan seterusnya.


da

kelompok yang ingin merebut kekuasaan dengan


Jadi, seorang Muslim radikal dapat disebut
menunggangi isu agama (1987: 66). Lalu, apa
an

hebat dalam masalah akidah, ibadah, dan fiqh,


akar radikalisme Islam itu?
iti

tetapi gagal membangun pribadinya dengan


Ibarat sebatang pohon, akar (roots) adalah
l

akhlak yang mulia. Padahal dibanding dengan


ne

pokok atau inti kehidupannya. Pohon akan tum- aspek ajaran Islam Islam yang lain (akidah,
Pe

buh jika akarnya menancap kuat ke dalam tanah. ibadah, fiqh/ hukum), masalah ahklak juga tidak
Sebaliknya, pohon akan meranggas dan segera kalah pentingnya. Ibn al-Qayyim mengatakan:
ai

mati bila akarnya mudah dicabut dari tempatnya. “semua isi agama adalah akhlak, dan barangsiapa
al
B

Akar radikalisme dapat dikonseptualisasikan bertambah akhlaknya maka bertambah pula


seperti paparan di atas. Radikalisme ibarat agamanya.” (Abdullah, 2009: 79). Inilah yang
sebatang pohon. ’Batang pohon’ radikalisme menjadi misi penting Rasulullah Saw ketika
dapat tumbuh subur, besar dan kuat manakala diutus menjadi rasul. “Sesungguhnya aku diutus
akarnya juga besar dan kuat. Hanya tanah hanya untuk menyempurnakan akhlak” (innama
yang subur yang dapat menumbuhkan akar buisttu liutammima makara al-akhlak) (HR.
radikalisme. Radikalisme dapat mengecil Bukhari, Hakim dan Baihaqi).
bahkan mati bila akarnya dicabut dari tempat Relasi Nabi Muhammad Saw dengan non-
pertumbuhannya, yakni masyarakat yang Muslim memang tidak semuanya diungkapkan
sejahtera dan demokratis. dalam bahasa yang santun. Bahkan misalnya, ada

29
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37

hadits yang berbunyi: “umirtu an uqatil al-nas sebab seorang Muslim menjadi radikal.
hatta yaqulu la ilaha illa Allah, fa man qala la
Situasi politik nasional yang tidak kunjung
ilaha illa Allah faqad ‘ashama minni malahu wa
keluar dari krisis multi-dimensi, baik krisis politik,
nafsahu illa bihaqqihi wa hisabuhu ‘ala Allah.
ekonomi, hukum, dan moral, juga mendorong
(Diperintahkan kepadaku memerangi orang
sebagian umat Islam untuk bertindak radikal.
sampai mereka mengucapkan “La Ilaha Illa Allah”.
Situasi ini menimbulkan keinginan sebagian
Barangsiapa mengucapkan “La Ilaha Illa Allah”
umat Islam untuk menawarkan sistem dan
maka ia akan terjaga harta dan dirinya dariku,
ideologi alternatif. Termasuk didalamnya adalah
kecuali ada alasan yang membenarkannya, dan
isu tentang formalisasi Syari’at Islam, cita-cita

g
perhitungannya ada di sisi Allah. (HR. Bukhari).
mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) atau

an
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa ide tentang khilafah Islamiyyah.

ar
ketika Rasulullah Saw ditanya tentang orang yang
Dua faktor di atas terlihat saling terkait

m
berperang karena keberaniannya dan karena

Se
dan tidak bisa dipisahkan. Faktor yang pertama
Allah Swt, Nabi Muhammad Saw bersabda: “Man
mendapat penguat dari faktor kedua, misalnya

a
qaatala litakuna kalimat Allah hiya al-‘ulya fa
berupa ketidakadilan AS dan Eropa terhadap

m
huwa fi sabil Allah ‘azza wa jalla.” (Barangsiapa
dunia Islam. Begitu pula dengan faktor kedua, ia

ga
berperang untuk menegakkan kalimat Allah maka
mendapat legitimasi dari teks-teks agama.

A
ia berada di jalan Allah).” (HR. Bukhari).
Di luar dua faktor di atas, sebagian kecil in-
an
Kelompok radikal memahami hadits di atas
forman menyebut adanya faktor kemiskinan, dan
ng

secara harfiyyah dan dilepaskan dari konteks


kesenjangan sosial. Memang benar kalau kemiski-
sosialnya. Tentu pemahaman seperti itu kurang
ba

nan bisa menyebabkan seseorang menjadi nekat.


tepat. Tanpa bermaksud menafikan hadits yang
Lebih-lebih bila yang miskin itu sudah memiliki
em

diriwayatkan oleh Imam Bukhari (yang sudah


keyakinan yang salah, soal doktrin jihad misal-
ng

pasti sahih) di atas, hadits di atas dan sejenisnya


nya: semua orang yang berbeda agama dianggap
tidak bisa ditelan mentah-mentah dan langsung
Pe

kafir, dan oleh karena itu boleh diperangi.


diamalkan seperti bunyi harfiahnya. Mesti harus
Menurut peneliti, dua faktor ini bukan
n

dilihat, bagaimana asbab al-wurudnya, konteks


da

sosial dan politik saat itu dan sekarang, dan menjadi penyebab utama tetapi sebagai
seterusnya. Dengan demikian akan ditemukan penyubur radikalisme. Sebab tidak semua orang
an

pemaknaan yang lebih proporsional dan logis. miskin menjadi radikal, begitu pula tidak semua
iti

Tidak mungkin umat Islam mengisolasi diri dari masyarakat yang mengalami kesenjangan sosial
l
ne

hubungan dengan umat agama lain. berubah menjadi radikal.


Pe

Kedua, faktor
tor yang membuat seorang Mus- Seseorang yang mengaku memperjuangkan
lim menjadi radikal adalah faktor politik. Faktor Islam tapi menggunakan kekerasan sejatinya
ai

ini berhubungan dengan soal situasi politik global bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab prinsip
al

yang menjadi pegangan ulama Ahlussunnah wal-


B

di mana sebagian umat Islam merasa berhak un-


tuk menuntut balas atas ketidakadilan dan kese- jama’ah menegaskan tujuan tidak bisa memben-
wenang-wenangan AS dan Eropa terhadap dunia arkan cara (al-ghayah la tubarrir al-washilah)
Islam. Termasuk didalamnya adalah simpati dan atau sesuatu yang baik hendaknya ditempuh de-
solidaritas atas penderitaan yang dialami oleh ngan cara yang baik (man kana amruhu ma’rufan
dunia Islam (Palestina, Afghanistan, dan Irak). fal-yakun bi ma’rufin) (Wahid, 2009: 92).
Konspirasi Barat dan AS untuk mendiskreditkan
Deradikalisasi Paham Radikal
dan menyudutkan umat Islam dengan cara me-
rancang dan menciptakan istilah Islam radikal Pada dasarnya deradikalisasi merupakan
untuk dijadikan ’musuh bersama’ juga menjadi proses meyakinkan kelompok radikal untuk

30
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad

meninggalkan penggunaan kekerasan dalam Dalam berbagai kesempatan, kepala BNPT


bertindak. Deradikalisasi dapat berkaitan dengan Ansyaad Mbai menyampaikan dua strategi
proses menciptakan lingkungan yang mencegah dalam proses deradikalisasi terorisme, yaitu
tumbuhnya gerakan-gerakan radikal dengan cara (1) pencegahan; dan (2) penindakan. Strategi
menanggapi “root causes” (akar-akar penyebab) pencegahan berhubungan dengan tindakan
yang mendorong tumbuhnya gerakan-gerakan preventif atau deteksi dini sebelum aksi teror
radikal (ICG, 2007). Deradikalisasi juga dapat terjadi. Sedangkan strategi penindakan dilakukan
bermakna bahwa menyebarkan kebaikan (agama) setelah aksi teror terjadi. Strategi ini berupa
tidak boleh menggunakan cara yang tidak baik penangkapan dan penyidikan terhadap orang-

g
(kekerasan). Kekerasan atau ancaman kekerasan orang yang diduga pelaku terorisme. Dalam

an
merupakan ide yang selalu ada dalam terorisme proses peradilan hingga mendapat keputusan

ar
(Hendropriyono, 2009: 34). hukum tetap dan menjalani proses pemidanaan

m
(sebagai napi), BNPT tidak lagi bertanggung
Dalam konteks perang terhadap terorisme,

Se
jawab terhadap pelaku terorisme tersebut.
konsep deradikalisasi, harus dijadikan sebagai
”kontra-ideologi (radikalisme) terorisme” yang Deradikalisasi tahap pencegahan ini sangat

a
m
melembaga (dan membudaya) dalam kehidupan penting dan memegang kunci bagi keberhasilan

ga
masyarakat sampai pada lapisan paling terbawah. penanggulangan atau penghentian radikalisme

A
Konsep deradikalisasi perlu diperkuat dengan Islam di Indonesia. Jika tahap ini berhasil,
an
komitmen pemerintah untuk meniadakan maka deradikalisasi pada tahap berikutnya tidak
ketidakadilan sosial dan ekonomi masyarakat dibutuhkan lagi. Asumsinya, jika radikalisme
ng

(Atmasasmita, 2011). ‘Meniadakan ketidakadilan beragama tidak berkembang, maka kemungkinan


ba

sosial dan ekonomi’ ini sama artinya dengan besar tidak ditemukan lagi aksi-aksi terorisme di
em

mengamputasi lahan-lahan subur tempat tumbuh Indonesia. Sejalan dengan itu, strategi penindakan
dan berkembangnya radikalisme-terorisme. juga tidak dibutuhkan, begitu pula dengan
ng

deradikalisasi di Lembaga Pemasyarakatan.


Dalam rangka untuk mengkoordinasikan
Pe

seluruh potensi Negara untuk menangkal dan Sasaran dan target deradikalisasi tahap
n

menanggulangi radikalisme dan terorisme di pencegahan adalah masyarakat luas, baik yang
da

Indonesia, pemerintah membentuk Badan sudah mengidap virus radikalisme dan terutama
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang belum terkena pengaruh radikalisme.
an

berdasar Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun Dengan menggandeng banyak pihak, baik
iti

2010. Kegiatan penangkalan dan penanggulangan lembaga negara maupun peran serta masyarakat,
l
ne

teror, antara lain meliputi kemampuan deteksi program deradikalisme ini sangat positif bagi
Pe

dini, cegah dini, penanggulangan, pengungkapan, upaya mendorong umat Islam agar tetap menjadi
rehabilitasi akibat teror, dan yang tidak kalah muslim yang moderat dan menyebarkan Islam
ai

pentingnya adalah deradikalisasi. dengan cara damai.


al

Deradikalisasi tahap penindakan lebih


B

Secara resmi, kebijakan pemerintah dalam


pemberantasan terorisme dititikberatkan kepada banyak berkaitan dengan wilayah penegakan
dua hal, yaitu: (1) Upaya penegakan hukum secara hukum yang dilakukan oleh BNPT, kepolisian,
adil dan transparan; dan (2) Upaya counter-radi- kejaksaan dan hakim yang memutuskan perkara
calism (program deradikalisasi) untuk menetra- terorisme. Tahap ini lebih banyak mengandalkan
lisir ideologi radikal yang menjadi pemicu utama show of force dari aparat untuk menjaga
terjadinya aksi terorisme (Mbai, 2011). Yang terkait kewibawaan negara. Sekalipun dapat dikatakan
dengan point nomer (2), BNPT memiliki direkto- terlambat karena radikalisme sudah berbuah
rat deradikalisasi yang salah satu tugas utamanya teror dalam bentuk nyata, upaya deradikalisasi
adalah menyusun program deradikalisasi. tetap dilakukan sekalipun dengan sasaran

31
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37

terbatas, yaitu pelaku teror dan jaringannya. Di Dengan metode dialog sepercaya diri itu, al-
sela-sela menjalani proses hukum, tersangka atau Hitar berhasil meredakan radikalisme dan kek-
terdakwa dapat disentuh hatinya agar menyadari erasan ekstrem orang-orang Yaman rekrutan
kekeliruan yang baru saja dilakukan. Aparat Alqaeda. Hasilnya, sejak Desember 2002, seran-
hukum, terutama kepolisian, dapat memainkan gan teroris di Yaman menyurut, kendati Yaman
diri sebagai ustadz-ustadz mitra dialog pelaku dinilai banyak orang akan menjadi ibukota teror.
radikalisme beragama.
Apa yang dilakukan al-Hitar, dalam batas
Deradikalisasi pada saat pelaku menjalani tertentu, menggunakan pendekatan konseling
hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di mana tervonis teroris dipersilahkan untuk

g
menjadi hal yang tidak boleh diabaikan. mengungkapkan keyakinannya dengan garansi

an
Penelitian yang dilakukan oleh International besar berupa ‘barter keimanan’ seperti itu.

ar
Crisis Group (ICG) menunjukkan bahwa upaya- Dengan pendekatan empati dan simpati,

m
upaya deradikalisasi di Indonesia, betapapun setertutup apapun seseorang akan terbuka

Se
kreatifnya, tidak dapat dinilai secara terpisah dan pelan-pelan, bila digunakan sentuhan psikolgis

a
kemungkinan akan gagal kalau tidak dimasukkan yang tepat. Secara teoritis, penerapan konseling

m
kedalam sebuah program reformasi penjara untuk deradikalisasi Islam radikal kiranya

ga
yang lebih luas. Situasi penjara yang korup, sangat mungkin dilakukan mengingat fungsinya

A
penuh kekerasan serta pengawasan para sipir untuk pencegahan (preventif), penanggulangan
(terapeutik), pemeliharaan (preservative) dan
an
yang buruk membuat upaya deradikalisasi perlu
dikaji (ICG, 2007). Kondisi ini membuat pelaku pengembangan (developmental).
ng

radikalisme mengulang kembali perbuatannya


Kalau dibawa selangkah lebih jauh, program-
ba

(menjadi residivis) setelah keluar dari penjara.


program deradikalisasi dapat dimaksudkan untuk
em

Deradikalisasi di Lapas dapat menggunakan memperkuat institusi-institusi “moderat”—


sebuah pendekatan yang penuh lubang jebakan—
ng

pendekatan (bimbingan dan) konseling dengan


tujuan untuk mengubah penafsiran ayat-ayat pen- atau dengan menanggapi ketidakpuasan sosial dan
Pe

ting yang telah diinterpretasikan dengan keliru; ekonomi di daerah-daerah di mana marjinalisasi
n

menjauhi atau membebaskan dari kelompok jiha- dan diskriminasi telah mendorong ektrimisme.
da

di tertentu; atau membantu upaya rehabilitasi dan Program deradikalisasi ditujukan kepada napi
reintegrasi napi jihadi ke dalam masyarakat. Stra- teroris, tersangka teroris, keluarga napi teroris
an

tegi ini dapat meliputi program-program dakwah dan tersangka, anggota organisasi teroris yang
iti

masyarakat untuk mencegah kelompok-kelompok belum terlibat aksi teror, dan para simpatisan.
l
ne

yang rentan terhadap ideologi radikal lewat kun- Program deradikalisasi terorisme bersifat
jungan face to face ke penjara (ICG, 2007).
Pe

humanis dan soul approach (pendekatan jiwa)


sehingga program ini tidak akan bertentangan
Cerita dari Jafar M. Sodik mengenai Hamoud
ai

dengan hak asasi manusia (HAM) (ICG, 2007).


al-Hitar dapat mengilustrasikan keberanian se-
al
B

orang ulama dalam meluruskan pemikiran keras Program deradikalisasi adalah keharusan
pelaku radikal dengan mengunjungi para tervo- agar yang radikal menjadi moderat (curative
nis teroris di berbagai penjara di Yaman. Dalam deradicalization), dan yang moderat tidak
dialognya, al-Hitar mengatakan (Sidik, 2011): menjadi radikal (preservative and preventive
deradicalization). Program ini sama sekali
“Jika kalian bisa meyakinkanku bahwa pemikiran-
pemikiran kalian dibenarkan oleh Alquran, maka tidak bermaksud menghalangi orang Islam
aku akan bergabung dalam kalian,” tantang al- untuk menjadi muslim sejati, atau apalagi
Hitar kepada teroris-teroris itu. “Tapi jika aku menjadikannya berIslam setengah hati.
yang berhasil meyakinkan kalian, maka kalian
Deradikalisasi adalah program dakwah yang
harus menanggalkan metode keras kalian.”
Tantang al-Hitar. rahmatan lil ‘alamin, dan mendudukkan doktrin

32
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad

agama tepat pada tempatnya. Pemerintah dan hasilnya akan berbeda dengan orang yang setelah
umat Islam bertanggung jawab atas pengibaran dewasa baru belajar agama. Kadang-kadang pada
panji-panji Islam yang damai dan tidak menebar diri seseorang, ada masa kosong (peralihan)
kebencian dan kekerasan bagi sesama. sehingga rentan terhadap pengaruh orang lain.
Oleh karena itu, untuk menanggulangi Islam
Dengan demikian, deradikalisasi Islam
radikal, harus melalui pemahaman terhadap
radikal bertujuan untuk mengurangi—atau
Islam dari berbagai ilmu, baik ilmu syari’ah
menghentikan—pandangan, sikap dan tindakan
sampai ilmu tasawuf.
keagamaan di kalangan pemeluk Islam yang
dinilai “tidak patut” dalam konteks bernegara, ‘Memahami Islam dari berbagai ilmu’,

g
dan berkehidupan sosial. Dikatakan tidak patut menurut kiai di atas, berarti mengkaji Islam

an
karena radikalisme keadilan hanya menimbulkan di dalam berbagai aspeknya sehingga lebih

ar
mafsadat (kekerasan, kebencian, saling komprehensif dan tidak parsial. Dengan cara

m
mengkafirkan) dan tidak menjadikan berkah bagi demikian, suatu dalil (al-Qur’an atau hadits)

Se
umat Islam (Thohir, 2011). selalu tidak berdiri sendiri. Ada teks (nash) di

a
satu sisi, dan konteks di sisi lain. Teks (nash)
Menurut para kiai, perbuatan radikal itu

m
pun harus dihubungkan teks-teks yang lain,
(apalagi sampai dalam bentuk teror) bersumbu

ga
baik dengan sesama ayat al-Qur’an maupun al-
dari paham. Oleh karena itu, untuk menangkal

A
hadits. Konteks yang dulu dengan konteks yang
radikalisme (deradikalisasi), maka yang
an
sekarang juga harus dipertimbangkan supaya
ditangkal adalah pahamnya. Menangkal paham
ditemukan pemahaman yang tepat untuk itu.
ng

semakna dengan istilah kontra-ideologi, yaitu


Kalau seseorang mau memahami Islam dengan
mengkonfrontasi satu paham dengan paham
ba

cara demikian, kemungkinan besar ia tidak akan


lain yang bertolak belakang. Tujuannya untuk—
em

menjadi muslim yang radikal.


minimal—mengacaukan atau kalau tidak malah
‘Memahami Islam dari berbagai ilmu’ juga
ng

membongkar bangunan paham yang diyakini


kebenarannya, dengan menawarkan paham lain berkaitan dengan persoalan makna teks (Islam,
Pe

yang berbeda, lebih kuat dan tentu yang lebih doktrin, jihad, misalnya) yang rumit. Apakah
n

mendekati kebenaran. kebenaran makna diciptakan dan dikandung oleh


da

teks itu sendiri; atau digenggam oleh pencipta


Jika paham itu bersumber dari ajaran agama,
teks; atau makna dibentuk oleh pembaca.
an

maka ayat al-Qur’an atau hadits yang sama


Mengejar ‘makna yang sesungguhnya’ tentu bukan
iti

ditafsiri dengan makna yang berbeda. Setelah


perkara gampang. Karena tidak mudah, mestinya
l

itu akan tampak, mana tafsir yang lebih kuat dan


ne

tidak ada seorangpun yang berhak mengklaim


mendekati dengan inti ajaran Islam. Misalnya,
Pe

pendapatnya paling benar. Boleh jadi, pendapat


ayat atau hadits soal jihad. Berdasarkan ayat atau
orang lain juga benar. Sikap mental yang seperti
hadits tersebut, didialogkan dan diperdebatkan
ai

ini tampaknya tidak dimiliki oleh kelompok Islam


antara kedua belah pihak (radikalis dan
al

radikal.
B

deradikalis) apakah sama atau beda antara


jihad dengan teror. Tema-tema yang menjadi Menurut seorang kiai yang tinggal di
acuan kelompok Islam radikal, seperti relasi Mangkang, untuk menanggulangi radikalisme
Islam dan non-Islam, ide tentang Negara Islam harus dipetakan dulu jenis atau tingkatan
dan sebagainya didudukkan sedemikian rupa orang yang radikal tersebut. Pertama, sekelas
sehingga menjadi bahan deradikalisasi. pimpinan atau ideolog. Umumnya mereka sudah
tidak mempan diajak duduk bersama. Cara untuk
Pada dasarnya watak itu dapat dibentuk.
‘menjinakkan mereka’ adalah kampanye besar-
Begitu pula dengan karakter (radikal). Hal itu
besaran tentang doktrin-doktrin mereka yang
tergantung dari bagaimana seseorang belajar
tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kampanye dapat
agama. Seseorang yang sejak kecil belajar agama,

33
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37

dilakukan lewat media massa maupun elektronik, abu” yang merupakan mayoritas pelaku teror di
termasuk lewat mimbar-mimbar Jum’at, majlis lapangan, mesti didekati untuk meninggalkan
taklim, jama’ah pengajian dan lain sebagainya. kekerasan (Sidik, 2010).
Kampanye seperti ini mengarah kepada dua pihak
Jika pemicu kekerasan atas nama agama
sekaligus, yaitu ‘melawan’ ideologi mereka dan
itu karena masalah kemiskinan, menurut salah
menjaga agar masyarakat tetap moderat. Selain
seorang kiai, pemberdayaan ekonomi bisa menjadi
itu, para kiai juga perlu mendoakan orang Islam
salah satu jalan deradikalisasi. Sebab kadal faqru
yang seperti ini agar kembali kepada jalan agama
an yakuna kufran (kekufuran hampir-hampir
yang moderat.
membuat seseorang menjadi kufur). Tetapi

g
Kedua, pimpinan atau ideolog tingkat juga harus diingat, ada orang-orang yang sudah

an
menengah. Mereka ini masih bisa disentuh, mapan kehidupan ekonominya tetapi tetap jadi

ar
sekaligus sangat susah diajak berdialog. Perlu radikalis.

m
cara khusus untuk mendekati mereka. Misalnya,

Se
Pengasuh pesantren di Pedurungan mengaku
dengan melibatkan pimpinan pesantren
agak sulit dan rumit mengurai radikalisme Islam,

a
atau ormas Islam yang kredibel reputasi dan
sepanjang pemahaman mereka tetap berada

m
integritasnya serta cukup dikenal publik untuk
di frame dikotomik-diametral (Timur versus

ga
mengajak mereka dialog. Sekalipun pimpinan
Barat). Sementara frame Timur-Barat itu dalam

A
kelompok Islam radikal sering tampil tanpa
pemahaman mereka adalah ketidakadilan. Jika
an
alamat yang jelas, namun dengan metode jemput
ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Barat
bola atau turun ke bawah, pelan tapi pasti pesan
ng

atas dunia Islam tidak hilang, radikalisme Islam


yang disampaikan akan sampai ke tingkatan yang
akan tetap tumbuh berkecambah.
ba

lebih tinggi. Setelah bertemu, dialog dapat menjadi


em

cara tepat untuk melakukan deradikalisasi. Tetapi kalau akar masalah radikalisme adalah
pemahaman, menurut kiai di atas, mungkin
Ketiga, penganut yang masih ikut-ikutan.
ng

pesantren masih bisa melakukan deradikalisasi.


Bagian ini sesungguhnya relatif mudah
Pe

Pemahaman luas tentang Islam menjadi penting.


dijinakkan. Tapi biasanya tampilan mereka
Islam jangan hanya dilihat dalam hubungan
n

lebih ‘garang’ dibanding pimpinannya. Pelaku


antara muslim dengan non-muslim saja, tapi
da

deradikalisasi perlu memahami latar belakang


juga muslim dengan dunia, alam, seluruh
keluarga, jama’ah atau kebiasaan ikut pengajian,
an

manusia (rahmatan lil’alamin). Hubungan


ekonomi, sosial, pendidikan yang bersangkutan,
iti

Islam-nonmuslim jangan dipenuhi dengan unsur


sehingga ditemukan pintu masuk pada bagian
l

prasangka, cemburu, atau kecurigaan. Sebab kalau


ne

mana yang tepat. Hal ini dimaksudkan untuk


seperti itu, akhirnya Islam penuh kecurigaan.
Pe

menghilangkan lahan yang dapat menyuburkan


Dalam konteks dakwah, Islam itu tidak bersikap
ideologi radikal
negatif terhadap non-Muslim. Dakwah itu selalu
ai

Pendapat kiai di atas tampaknya sesuai positif dengan apapun dan siapun, sebagaimana
al

dengan pandangan Ketua Yayasan Prasasti contoh Nabi Muhammad.


B

Perdamaian, Noor Huda Ismail. Ia mengatakan


Kalau mau dibuat tahap-tahap deradikalisasi,
bahwa para aktivis jihad itu berkelas-kelas, ada
dapat dibuat urutan misalnya. Pertama, harus
jihad putih, jihad hitam, dan jihad abu-abu.
hijrah ke komunitas yang moderat. Kedua,
Kelompok putih adalah ideolog dan orang-orang
dilanjutkan dengan dialog atau kajian Islam
inti gerakan teror yang hampir tak mungkin
intensif. Tema dialog adalah kontra-ideologi
dibelokkan, sebaliknya “si hitam” dan “si abu-
terhadap doktrin-doktrin yang selama ini
abu” yang keyakinan spiritualnya tak sekukuh si
dipegangi. Kunci deradikalisasi memang
putih, masih bisa diluruskan. Biarlah “si putih”
penyadaran dan dialog. Ketiga, penggunaan
menjadi urusan hukum, tapi “si hitam” dan “abu-
konseling dan pendekatan psikologis. Empati dan

34
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad

simpati harus dikembangkan untuk mendekati deradikalisasi Islam radikal disusun ringkas
mereka. Penggunaan istilah Islam radikal dalam bentuk tabel berikut ini.
mestinya juga harus dihindari karena dapat Tabel 3.1. Deradikalisasi Islam Radikal
menyakiti hati mereka. No. Informan Program/ Tahapan deradikalisasi
Menurut kiai yang tinggal di Tlogosari,
1 HM Menangkal paham (kontra-ideologi).
untuk melawan radikalisme tidak hanya dari
Menghilangkan penumbuh/ penyubur
satu sisi saja tetapi harus integral, sebab akar radikalisme (kemiskinan, ketidakadilan).
radikalisme cukup luas. Eksekutif dan legislatif 2 M Reedukasi (mengkaji Islam lebih
harus bisa membuktikan bahwa konsep Negara komprehensif).

g
Menasehati/ dialog dengan pelaku.
bangsa itu mampu menjawab masalah rakyat.

an
Sosialisasi bahaya radikalisme
Di samping itu, penjelasan (masalah) agama Pemerintah harus tegas terhadap

ar
(di sekolah—pen) agar diberi porsi yang cukup penyokong, penganjur, pengajar, pelaku

m
supaya dapat diketahui detail-detailnya dan radikalisme

Se
3 HI Memetakan pelaku radikalisme (pimpinan,
dikaji dari berbagai sisi. Dalam jangka panjang,
menengah, simpatisan)

a
deradikalisasi lewat sekolah harus diperhatikan Kampanye besar-besaran anti-radikalisme

m
dengan cara jam pendidikan agama harus diberi (media, mimbar masjid, jama’ah pengajian)

ga
porsi yang cukup. Jemput bola dan dialog dengan penganjur,
penyokong, pelaku radikalisme

A
Dengan dialog saja tidak cukup untuk Mengenali problem duniawai (misalnya,
an
menjinakkan pelaku radikalisme. Di sisi lain, kalau memiliki problem ekonomi,
ng

diberdayakan ekonominya)
Negara ini tidak tegas terhadap kelompok-
4 AK Tidak menggunakan kekerasan (anti-
kelompok agama yang jelas-jelas ingin merusak
ba

kekerasan dalam penyadaran) atau dialog


pondasi Negara dengan mendirikan khilafah Hijrah ke komunitas baru yang moderat
em

(Islamiyyah). Oleh karena itu, menurutnya, Pemberdayaan ekonomi (jika akarnya


kemiskinan)
ng

ormas-ormas Islam yang menyokong, mengayomi


5 AN Hijrah
dan menumbuhkan sikap radikal harus ditindak
Pe

Re-edukasi ajaran Islam dan dialog


tegas. Sebab lebih mudah membentuk muslim Konseling dan psikologi
n

radikal, ketimbang muslim moderat. Salah seorang Memfasilitasi kebutuhan pelaku


da

6 US Deradikalisasi integral
narasumber penelitian berani menjamin, cukup
Membuktikan bahwa nation-state dapat
diberi waktu 6 bulan, seorang muslim bisa menjadi
an

menjawab masalah bangsa


muslim radikal. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk Penambahan jam pelajaran agama di
iti

membentuk menjadi muslim moderat. sekolah (deradikalisasi kurikulum PAI)


l
ne

Memperkuat lembaga pendidikan pesantren


Salah satu cara untuk melawan radikalisme Negara bertindak tegas terhadap pendukung,
Pe

adalah memperkuat lembaga-lembaga pendidikan pengayom, penganjur dan pengajar


agama tradisional. Perkuat saja lembaga-lembaga radikalisme
ai

pendidikan tradisional (seperti pesantren), Deradikalisasi merupakan kerja lanjutan


al
B

maka dengan sendirinya Pancasila akan kuat. setelah diketahui akar radikalismenya. Sebagian
Islam juga akan tumbuh menjadi moderat. besar jawaban informan memiliki konsistensi
Pendidikan sekarang ini berorientasi Barat yang seperti itu, yakni kesesuaian antara akar
hanya transfer pengetahuan saja. Akhirnya yang radikalisme dan usulan deradikalisasinya.
dilakukan dan dipilih adalah yang instan-instan Misalnya, sebagian besar informan menyebut
saja. Agama diambil yang praktis-praktis, tidak bahwa paham terhadap agama yang kurang tepat
mau repot memikirkan hakekat ajaran agama. dianggap sebagai akar radikalisme, kemudian
Untuk mempermudah membaca dan deradikalisasi yang diusulkan adalah mengkaji
memahami jawaban-jawaban kiai di atas, kembali Islam secara utuh, baik lewat dialog,
maka keseluruhan pandangan kiai tentang nasehat, penyadaran, konseling dan seterusnya.

35
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37

Hubungan kerja antara akar radikalisme, Pertama, seseorang yang menjadi radikal
strategi deradikalisasi dan tujuan deradikalisasi, dalam pikiran dan paham keagamaan. Mereka
dapat digambarkan dalam segitiga deradikalisasi membutuhkan strategi dan program deradikalisasi
(triangle of deradicalizaton). yang berbeda. Selain membutuhkan program
deradikalisi gambar no. 3, juga dibutuhkan
langkah-langkah yang lain, seperti a) dialog
intensif; b) hijrah kepada komunitas yang baru;
Deradikalisasi c) pendekatan konseling dan psikologis. Aktor
yang terlibat dalam deradikalisasi model yang
Akar Tujuan

g
Proses pertama ini adalah negara, pemerintah dan

an
radikalisme deradikalisasi
seluruh lapisan masyarakat.
- Paham Agama Moderat

ar
- Politik Global (wasathiyah) Kedua, seseorang yang sudah melakukan

m
dan Nasional
tindakan teror, yang berhasil ditangkap, diadili

Se
dan dipenjarakan. Dalam hal ini, pemerintah
Gambar 3.1. Triangle of Preventive

a
sudah memiliki strategi deradikalisasi yang

m
and Preservative Deradicalization dilakukan oleh BNPT, yaitu reedukasi,

ga
rehabilitasi, reintegrasi dan resosialisasi.

A
Dari gambar di atas dapat dipahami Menurut ICG, deradikalisasi di atas masih
an
bahwa deradikalisasi dapat dimulai langsung perlu ditambah dengan reformasi penjara atau
Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan isi atau
ng

dari akar radikalisme yang dimaksudkan


sebagai deradikalisasi pencegahan (preventive program reedukasi pelaku teror dapat mengacu
ba

deradicalization) dan pemeliharaan pada pendapat atau usulan atau pandangan dari
em

(preservative deradicalization) Islam moderat. kiai-santri seperti yang dijelaskan di atas.


Dengan model ini, deradikalisasi bersifat
ng

Perlu diketahui bahwa pandangan dunia


proaktif dan tidak menunggu sampai terjadi, pesantren (kiai) tentang deradikalisasi Islam
Pe

misalnya aksi terorisme. Selain itu, model yang radikal masih berupa konsep (ada yang masih
pertama juga dapat digunakan untuk deteksi
n

sangat mentah) dan tentu tidak dapat langsung


da

dini apakah seseorang atau sekelompok orang diterapkan (non-applicable). Diperlukan kajian
berpotensi berpikir dan bertindak radikal. lain yang dapat menghasilkan modul atau
an

Aktor yang terlibat dalam deradikalisasi model kurikulum deradikalisasi yang lengkap dan
iti

yang pertama ini adalah negara, pemerintah implementatif. Modul deradikalisasi juga harus
l
ne

dan seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan isi memperhatikan ’siapa’ yang dihadapi. Setiap
atau program deradikalisasinya, meliputi hal-
Pe

pelaku radikalisme membutuhkan modul yang


hal sebagai berikut: a) re-edukasi (memahami berbeda. Hal ini disebabkan masing-masing
ai

Islam lebih utuh); b) kampanye anti radikalisme; pelaku radikalisme bersifat unik dan tidak dapat
al

c) menghilangkan pemicu atau penumbuh disamakan dengan yang lain.


B

subur radikalisme (misalnya, kemiskinan dan


ketidakadilan; d) negara bertindak tegas terhadap PenutuP
penyokong, penganjur, pengajar radikalisme. Berdasar kajian di atas, perlu langkah-
Di samping itu, deradikalisasi juga dapat langkah antisipatif untuk mengurangi atau
dilakukan setelah seseorang menjadi radikal bahkan menghilangkan bibit radikalisme Islam.
(curative deradicalization). Model ini bersifat Mendesak dilakukan reorientasi pendidikan
menyembuhkan bagi pelaku radikalisme, baik Islam yang tidak hanya fokus pada masalah
sebelum maupun setelah terjadi aksi radikal ibadah, aqidah dan fiqh, tetapi juga akhlak harus
(teror), dengan langkah-langkah sebagai berikut: mendapat banyak perhatian. Dengan demikian,

36
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad

siapa saja boleh memiliki semangat tinggi untuk Hendropriyono, AM., 2009. Terorisme
menyebarkan agama Islam atau bahkan merasa Fundamentalisme Kristen Yahudi Islam,
paling benar sendiri sekalipun tapi ia harus tetap Jakarta: Kompas.
berakhlak mulia dimanapun dan kapanpun.
International Crisis Group, 2007. “Deradikalisasi
Akar radikalisme yang bersumbur pada isu dan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia,
politik global dan nasional perlu disikapi dengan Asia Report N°142.
mengedepankan tata dunia baru yang adil. Barat
Mbai, Ansyad. 2011. Dialog Publik Radikalisme,
dan Timur ibarat sepasang sepatu yang dapat
Terorisme dan Deradikalisasi Paham
berjalan sejajar tanpa saling mematikan. Barat tak
Radikal, diselenggarakan MUI Jawa Tengah,

g
ada artinya tanpa Timur, begitu pula sebaliknya.

an
3 Desember.
Karena itu, konflik di Timur Tengah yang menjadi

ar
sebab umat Islam sangat membenci Barat perlu Mudzhar, Mohammad Atho. 1993. Fatwa-fatwa

m
diselesaikan dan diakhiri secara adil dan damai. Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: INIS.

Se
Begitu pula dengan situasi politik nasional yang Nasution, Harun. 1995. Islam Rasional. Bandung:

a
tidak kunjung ideal, menjadi tanggung jawab Mizan.

m
bersama untuk menyelesaikannya, seperti
Salim, Arskal dan Azyumardi Azra, 2003,

ga
penegakan hukum, peningkatan kesejahteraan
“Introduction: The State and Shari’a in the

A
rakyat, pendidikan murah dan seterusnya.
Perspective of Indonesian Legal Politics,”
an
Deradikalisasi merupakan kerja lanjutan dalam Sharia and Politics in Modern
ng

setelah diketahui akar radikalisme paham Islam Indonesia, ed. Arskal Salim and Azyumardi
radikal. Oleh karena setiap pelaku radikalisme Azra, Singapore: Institute of Southeast Asian
ba

bersifat unik dan berbeda antara satu dengan Studies.


em

yang lainnya, maka dibutuhkan penelitian


Shaban, MA. 1994. Islamic History. Cambridge:
ng

lanjutan untuk menyusun modul deradikalisasi


CUP.
paham Islam radikal yang lebih komprehensif dan
Pe

aplikatif. Modul ini akan menjadi panduan bagi Sidik, Jafar M., “Terorisme, Semiotika dan Bahasa
Indonesia” dalam Kompas, 6 Oktober 2010.
n

kerja deradikalisasi, baik untuk deradikalisasi


da

pencegahan maupun penyembuhan. Sofwan, Ridin. 2004. “Para Wali Mengislamkan


an

Tanah Jawa” dalam Merumuskan Kembali


daftar PustaKa Interrelasi Islam-Jawa. Yogyakarta: Gama
iti

Abdullah, Mudhofir. 2009. Jihad Tanpa Media.


l
ne

Kekerasan. Solo: Intimedia.


Thohir, Mudjahirin. 2011. “Deradikalisasi
Pe

Al-Asymawi, Muhammad Said. 1987. Al-Islam Keagamaan dalam Perspektif Sosial-Budaya,”


al-Siyasi. Kairo: Sina li al-Nasyr.
ai

dalam Seminar Nasional, Deradikalisasi


al

Al-Jabiri, Muhammad Abid. 2001. Agama, Agama Melalui Peran Muballigh di Jawa
B

Negara dan Penerapan Syariah. Yogyakarta: Tengah, 20 Juli 2011.


Pustaka Pelajar. Wahid, Abdurrahman (ed.). 2009. Ilusi
Atmasasmita, Romli, 2011, “Deradikalisasi dan Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam
Tindak Pidana Terorisme,” dalam Seputar Transnasional di Indonesia. Jakarta: Wahid
Indonesia, 25 April. Institute.

37

Anda mungkin juga menyukai