Abu Rokhmad
g
an
ar
AbU rokhMAd
m
Se
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
AbstrAct
a
IAIN Walisongo Semarang
m
Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 (Kampus The face of Islamic moderate in Indonesia changed since the decline of new era regime
in 1998. Hardliner moslem communities grew in society. They didn’t embarrassed to use
ga
III) Ngaliyan, Semarang
Telp. (024) 7606405 Facs. (024) violent ways, even terorism. Nowadays radicalism isthe most important problems faced
A
7606405
bythe moslem society in Indonesia. The participation of kiai was badly needed to handle
e-mail: abu_rokhmad@yahoo.com
an
Naskah diterima: 24 Januari 2014 radicalism problems. This article studies the views of kiai about the roots of Islamic
Naskah direvisi: 19-30 Mei 2014 radicalsm and the strategies of kiai to deradicalize Islamic radicalism. The conclusion of
ng
Naskah direvisi: 22 Juni 2014 this article were: first, the root of radicalism becaused of two factors: religius factor that
is literal understanding or misunderstanding of religious texts, and the political factor
ba
related to national and global issues. Second, there were two forms of deradicalization,
em
AbstrAk
n
Wajah Islam moderat di Indonesia kian berubah sejak rezim Orde Baru tumbang
da
menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Keterlibatan kiai
dalam menangani masalah radikalisme (deradikalisasi) sangat diharapkan. Artikel
iti
ini mengkaji dua hal. Pertama, bagaimana pandangan kiai tentang akar radikalisme
l
ne
Islam? dan Kedua, bagaimana strategi kiai dalam melakukan deradikalisasi paham
Islam radikal? Kesimpulan artikel ini adalah: Pertama, akar radikalisme disebabkan
Pe
dua faktor besar, yaikni faktor pemahaman agama yang kurang tepat dan faktor politik
yang berhubungan isu nasional dan global. Kedua,terdapat dua model deradikalisasi,
ai
27
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37
g
sebelumnya (Mudzhar, 1993: 18-9). teror (Tempo.co, 4/9/2012). Tahun 2013 terjadi
an
perburuan Densus 88 terhadap jaringan teroris
Walisongo sebagai tokoh sentral penyebar
ar
Poso di Makassar (Banjarmasin Post.co.id/ 21
Islam di Indonesia, khususnya di Jawa,
m
Pebruari 2013). Penembakan terhadap terduga
menggunakan metode dakwah yang akomodatif
Se
teroris juga terjadi di awal tahun 2014 di Ciputat
dan lentur. Dalam bidang akidah, digunakan Banten (majalah.tempo.co/penembakan terduga
a
model dakwah persuasif dengan memperhatikan teroris/ 13 Januari 2014).
m
situasi, adat istiadat dan watak masyarakat
ga
setempat tanpa mengorbankan syari’at Islam Data di atas menunjukkan bahwa radikalisme
A
(Sofwan, 2004: 6). yang berpuncak pada aksi terorisme merupakan
an
masalah serius yang patut dikaji lebih dalam.
Model penyebaran Islam seperti ini membuat Radikalisme dan terorisme menjadi dua isu yang
ng
masyarakat tidak resisten menerima Islam. telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama
ba
Yang tetap setia dengan agama lamanya, sama teror dan umat Islam dianggap menyukai jalan
nyamannya dengan mereka yang ingin berganti
em
agama dan keyakinan. Pola pikir dan sikap namun fakta bahwa pelaku teror itu Muslim garis
Pe
keberagamaan mereka berada di jalan tengah keras sangat membebani psikologi umat Islam
(moderat). Sikap moderat dapat terbentuk karena secara keseluruhan.
n
traumatik berbenturan dengan agama lain. Tidak Perlu langkah strategis dan komprehensif
untuk mengurai akar masalah radikalisme dan
an
masyarakat Islam, salah satunya adalah munculnya demikian, dibutuhkan partisipasi berbagai
al
kelompok Muslim radikal (hardliners) (Salim pihak dalam menangani masalah radikalisme
B
dan Azra, 2003). Menurut Ansyad Mbai (Kepala dan terorisme ini, salah satunya dari kiai yang
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), mengasuh pesantren. Artikel ini mengkaji
terdapat lima tipologi kelompok radikal, yaitu dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana
radikal gagasan (Hizbut Tahrir Indonesia/ HTI, pandangan kiai tentang akar radikalisme
Majelis Mujahidin Indonesia/ MMI), radikal non- Islam? dan Kedua, bagaimana kiai melakukan
teroris (Front Pembela Islam/ FPI), radikal milisi deradikalisasi paham Islam radikal?
(Laskar Jihad), radikal separatis (Negara Islam
Indonesia/ NII), dan radikal teroris (Jama’ah Artikel ini merupakan pengembangan
Islamiyah) (Mbai, 2011). penelitian yang penulis lakukan pada tahun
2011 tentang akar radikalisme dan deradikalisasi
28
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad
g
Akar-akar Radikalisme
trin jihad dan NKRI bukan negara Islam.
an
Radikalisme Islam adalah gerakan yang ber-
ar
Soal proyek pemurnian tauhid misalnya,
pandangan kolot dan sering menggunakan keke-
m
tidak ada yang membantah kebenaran motif
rasan dalam mengajarkan keyakinan mereka
dan tujuan mereka. Bukankah keesaan Allah
Se
(Nasution, 1995: 124). Fealy dan Hooker men-
Swt harus dijaga kemurniannya dari segala
definisikan Islam radikal (radical Islam) sebagai
a
syirik? Hampir seluruh umat Islam menyadari
m
gerakan Islam yang hendak melakukan perubah-
kebenarannya. Permasalahan yang kemudian
ga
an dramatis baik di masyarakat maupun Negara
muncul adalah terkait dengan dua hal. Yang
(2006: 4). Kelompok yang berpandangan seperti
A
kesatu soal klaim kebenaran pemahaman mereka
itu, selain disebut Islam radikal juga digunakan
an
terhadap doktrin tauhid, tidak hanya terhadap
istilah neo-khawarij (Shaban, 1994: 56).
ng
Bahkan al-Jabiri menyebutkan bahwa musuh tidak mengakui adanya ikhtilaf (perbedaan)
bebuyutan Islam ekstrem adalah kelompok yang pendapat. Yang kedua, cara mereka yang keras
ng
paling dekat dengannya, yaitu Islam moderat dan kasar terhadap orang lain yang berbeda.
Pe
(Al-Jabiri, 2001: 139-149). Al-Asymawi juga Mereka gampang menyebut orang lain sebagai
menggunakan istilah ekstrimisme untuk menyebut
n
pokok atau inti kehidupannya. Pohon akan tum- aspek ajaran Islam Islam yang lain (akidah,
Pe
buh jika akarnya menancap kuat ke dalam tanah. ibadah, fiqh/ hukum), masalah ahklak juga tidak
Sebaliknya, pohon akan meranggas dan segera kalah pentingnya. Ibn al-Qayyim mengatakan:
ai
mati bila akarnya mudah dicabut dari tempatnya. “semua isi agama adalah akhlak, dan barangsiapa
al
B
29
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37
hadits yang berbunyi: “umirtu an uqatil al-nas sebab seorang Muslim menjadi radikal.
hatta yaqulu la ilaha illa Allah, fa man qala la
Situasi politik nasional yang tidak kunjung
ilaha illa Allah faqad ‘ashama minni malahu wa
keluar dari krisis multi-dimensi, baik krisis politik,
nafsahu illa bihaqqihi wa hisabuhu ‘ala Allah.
ekonomi, hukum, dan moral, juga mendorong
(Diperintahkan kepadaku memerangi orang
sebagian umat Islam untuk bertindak radikal.
sampai mereka mengucapkan “La Ilaha Illa Allah”.
Situasi ini menimbulkan keinginan sebagian
Barangsiapa mengucapkan “La Ilaha Illa Allah”
umat Islam untuk menawarkan sistem dan
maka ia akan terjaga harta dan dirinya dariku,
ideologi alternatif. Termasuk didalamnya adalah
kecuali ada alasan yang membenarkannya, dan
isu tentang formalisasi Syari’at Islam, cita-cita
g
perhitungannya ada di sisi Allah. (HR. Bukhari).
mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) atau
an
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa ide tentang khilafah Islamiyyah.
ar
ketika Rasulullah Saw ditanya tentang orang yang
Dua faktor di atas terlihat saling terkait
m
berperang karena keberaniannya dan karena
Se
dan tidak bisa dipisahkan. Faktor yang pertama
Allah Swt, Nabi Muhammad Saw bersabda: “Man
mendapat penguat dari faktor kedua, misalnya
a
qaatala litakuna kalimat Allah hiya al-‘ulya fa
berupa ketidakadilan AS dan Eropa terhadap
m
huwa fi sabil Allah ‘azza wa jalla.” (Barangsiapa
dunia Islam. Begitu pula dengan faktor kedua, ia
ga
berperang untuk menegakkan kalimat Allah maka
mendapat legitimasi dari teks-teks agama.
A
ia berada di jalan Allah).” (HR. Bukhari).
Di luar dua faktor di atas, sebagian kecil in-
an
Kelompok radikal memahami hadits di atas
forman menyebut adanya faktor kemiskinan, dan
ng
sosial dan politik saat itu dan sekarang, dan menjadi penyebab utama tetapi sebagai
seterusnya. Dengan demikian akan ditemukan penyubur radikalisme. Sebab tidak semua orang
an
pemaknaan yang lebih proporsional dan logis. miskin menjadi radikal, begitu pula tidak semua
iti
Tidak mungkin umat Islam mengisolasi diri dari masyarakat yang mengalami kesenjangan sosial
l
ne
Kedua, faktor
tor yang membuat seorang Mus- Seseorang yang mengaku memperjuangkan
lim menjadi radikal adalah faktor politik. Faktor Islam tapi menggunakan kekerasan sejatinya
ai
ini berhubungan dengan soal situasi politik global bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab prinsip
al
30
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad
g
(kekerasan). Kekerasan atau ancaman kekerasan orang yang diduga pelaku terorisme. Dalam
an
merupakan ide yang selalu ada dalam terorisme proses peradilan hingga mendapat keputusan
ar
(Hendropriyono, 2009: 34). hukum tetap dan menjalani proses pemidanaan
m
(sebagai napi), BNPT tidak lagi bertanggung
Dalam konteks perang terhadap terorisme,
Se
jawab terhadap pelaku terorisme tersebut.
konsep deradikalisasi, harus dijadikan sebagai
”kontra-ideologi (radikalisme) terorisme” yang Deradikalisasi tahap pencegahan ini sangat
a
m
melembaga (dan membudaya) dalam kehidupan penting dan memegang kunci bagi keberhasilan
ga
masyarakat sampai pada lapisan paling terbawah. penanggulangan atau penghentian radikalisme
A
Konsep deradikalisasi perlu diperkuat dengan Islam di Indonesia. Jika tahap ini berhasil,
an
komitmen pemerintah untuk meniadakan maka deradikalisasi pada tahap berikutnya tidak
ketidakadilan sosial dan ekonomi masyarakat dibutuhkan lagi. Asumsinya, jika radikalisme
ng
sosial dan ekonomi’ ini sama artinya dengan besar tidak ditemukan lagi aksi-aksi terorisme di
em
mengamputasi lahan-lahan subur tempat tumbuh Indonesia. Sejalan dengan itu, strategi penindakan
dan berkembangnya radikalisme-terorisme. juga tidak dibutuhkan, begitu pula dengan
ng
seluruh potensi Negara untuk menangkal dan Sasaran dan target deradikalisasi tahap
n
menanggulangi radikalisme dan terorisme di pencegahan adalah masyarakat luas, baik yang
da
Indonesia, pemerintah membentuk Badan sudah mengidap virus radikalisme dan terutama
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang belum terkena pengaruh radikalisme.
an
berdasar Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun Dengan menggandeng banyak pihak, baik
iti
2010. Kegiatan penangkalan dan penanggulangan lembaga negara maupun peran serta masyarakat,
l
ne
teror, antara lain meliputi kemampuan deteksi program deradikalisme ini sangat positif bagi
Pe
dini, cegah dini, penanggulangan, pengungkapan, upaya mendorong umat Islam agar tetap menjadi
rehabilitasi akibat teror, dan yang tidak kalah muslim yang moderat dan menyebarkan Islam
ai
31
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37
terbatas, yaitu pelaku teror dan jaringannya. Di Dengan metode dialog sepercaya diri itu, al-
sela-sela menjalani proses hukum, tersangka atau Hitar berhasil meredakan radikalisme dan kek-
terdakwa dapat disentuh hatinya agar menyadari erasan ekstrem orang-orang Yaman rekrutan
kekeliruan yang baru saja dilakukan. Aparat Alqaeda. Hasilnya, sejak Desember 2002, seran-
hukum, terutama kepolisian, dapat memainkan gan teroris di Yaman menyurut, kendati Yaman
diri sebagai ustadz-ustadz mitra dialog pelaku dinilai banyak orang akan menjadi ibukota teror.
radikalisme beragama.
Apa yang dilakukan al-Hitar, dalam batas
Deradikalisasi pada saat pelaku menjalani tertentu, menggunakan pendekatan konseling
hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di mana tervonis teroris dipersilahkan untuk
g
menjadi hal yang tidak boleh diabaikan. mengungkapkan keyakinannya dengan garansi
an
Penelitian yang dilakukan oleh International besar berupa ‘barter keimanan’ seperti itu.
ar
Crisis Group (ICG) menunjukkan bahwa upaya- Dengan pendekatan empati dan simpati,
m
upaya deradikalisasi di Indonesia, betapapun setertutup apapun seseorang akan terbuka
Se
kreatifnya, tidak dapat dinilai secara terpisah dan pelan-pelan, bila digunakan sentuhan psikolgis
a
kemungkinan akan gagal kalau tidak dimasukkan yang tepat. Secara teoritis, penerapan konseling
m
kedalam sebuah program reformasi penjara untuk deradikalisasi Islam radikal kiranya
ga
yang lebih luas. Situasi penjara yang korup, sangat mungkin dilakukan mengingat fungsinya
A
penuh kekerasan serta pengawasan para sipir untuk pencegahan (preventif), penanggulangan
(terapeutik), pemeliharaan (preservative) dan
an
yang buruk membuat upaya deradikalisasi perlu
dikaji (ICG, 2007). Kondisi ini membuat pelaku pengembangan (developmental).
ng
ting yang telah diinterpretasikan dengan keliru; ekonomi di daerah-daerah di mana marjinalisasi
n
menjauhi atau membebaskan dari kelompok jiha- dan diskriminasi telah mendorong ektrimisme.
da
di tertentu; atau membantu upaya rehabilitasi dan Program deradikalisasi ditujukan kepada napi
reintegrasi napi jihadi ke dalam masyarakat. Stra- teroris, tersangka teroris, keluarga napi teroris
an
tegi ini dapat meliputi program-program dakwah dan tersangka, anggota organisasi teroris yang
iti
masyarakat untuk mencegah kelompok-kelompok belum terlibat aksi teror, dan para simpatisan.
l
ne
yang rentan terhadap ideologi radikal lewat kun- Program deradikalisasi terorisme bersifat
jungan face to face ke penjara (ICG, 2007).
Pe
orang ulama dalam meluruskan pemikiran keras Program deradikalisasi adalah keharusan
pelaku radikal dengan mengunjungi para tervo- agar yang radikal menjadi moderat (curative
nis teroris di berbagai penjara di Yaman. Dalam deradicalization), dan yang moderat tidak
dialognya, al-Hitar mengatakan (Sidik, 2011): menjadi radikal (preservative and preventive
deradicalization). Program ini sama sekali
“Jika kalian bisa meyakinkanku bahwa pemikiran-
pemikiran kalian dibenarkan oleh Alquran, maka tidak bermaksud menghalangi orang Islam
aku akan bergabung dalam kalian,” tantang al- untuk menjadi muslim sejati, atau apalagi
Hitar kepada teroris-teroris itu. “Tapi jika aku menjadikannya berIslam setengah hati.
yang berhasil meyakinkan kalian, maka kalian
Deradikalisasi adalah program dakwah yang
harus menanggalkan metode keras kalian.”
Tantang al-Hitar. rahmatan lil ‘alamin, dan mendudukkan doktrin
32
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad
agama tepat pada tempatnya. Pemerintah dan hasilnya akan berbeda dengan orang yang setelah
umat Islam bertanggung jawab atas pengibaran dewasa baru belajar agama. Kadang-kadang pada
panji-panji Islam yang damai dan tidak menebar diri seseorang, ada masa kosong (peralihan)
kebencian dan kekerasan bagi sesama. sehingga rentan terhadap pengaruh orang lain.
Oleh karena itu, untuk menanggulangi Islam
Dengan demikian, deradikalisasi Islam
radikal, harus melalui pemahaman terhadap
radikal bertujuan untuk mengurangi—atau
Islam dari berbagai ilmu, baik ilmu syari’ah
menghentikan—pandangan, sikap dan tindakan
sampai ilmu tasawuf.
keagamaan di kalangan pemeluk Islam yang
dinilai “tidak patut” dalam konteks bernegara, ‘Memahami Islam dari berbagai ilmu’,
g
dan berkehidupan sosial. Dikatakan tidak patut menurut kiai di atas, berarti mengkaji Islam
an
karena radikalisme keadilan hanya menimbulkan di dalam berbagai aspeknya sehingga lebih
ar
mafsadat (kekerasan, kebencian, saling komprehensif dan tidak parsial. Dengan cara
m
mengkafirkan) dan tidak menjadikan berkah bagi demikian, suatu dalil (al-Qur’an atau hadits)
Se
umat Islam (Thohir, 2011). selalu tidak berdiri sendiri. Ada teks (nash) di
a
satu sisi, dan konteks di sisi lain. Teks (nash)
Menurut para kiai, perbuatan radikal itu
m
pun harus dihubungkan teks-teks yang lain,
(apalagi sampai dalam bentuk teror) bersumbu
ga
baik dengan sesama ayat al-Qur’an maupun al-
dari paham. Oleh karena itu, untuk menangkal
A
hadits. Konteks yang dulu dengan konteks yang
radikalisme (deradikalisasi), maka yang
an
sekarang juga harus dipertimbangkan supaya
ditangkal adalah pahamnya. Menangkal paham
ditemukan pemahaman yang tepat untuk itu.
ng
yang berbeda, lebih kuat dan tentu yang lebih doktrin, jihad, misalnya) yang rumit. Apakah
n
radikal.
B
33
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37
dilakukan lewat media massa maupun elektronik, abu” yang merupakan mayoritas pelaku teror di
termasuk lewat mimbar-mimbar Jum’at, majlis lapangan, mesti didekati untuk meninggalkan
taklim, jama’ah pengajian dan lain sebagainya. kekerasan (Sidik, 2010).
Kampanye seperti ini mengarah kepada dua pihak
Jika pemicu kekerasan atas nama agama
sekaligus, yaitu ‘melawan’ ideologi mereka dan
itu karena masalah kemiskinan, menurut salah
menjaga agar masyarakat tetap moderat. Selain
seorang kiai, pemberdayaan ekonomi bisa menjadi
itu, para kiai juga perlu mendoakan orang Islam
salah satu jalan deradikalisasi. Sebab kadal faqru
yang seperti ini agar kembali kepada jalan agama
an yakuna kufran (kekufuran hampir-hampir
yang moderat.
membuat seseorang menjadi kufur). Tetapi
g
Kedua, pimpinan atau ideolog tingkat juga harus diingat, ada orang-orang yang sudah
an
menengah. Mereka ini masih bisa disentuh, mapan kehidupan ekonominya tetapi tetap jadi
ar
sekaligus sangat susah diajak berdialog. Perlu radikalis.
m
cara khusus untuk mendekati mereka. Misalnya,
Se
Pengasuh pesantren di Pedurungan mengaku
dengan melibatkan pimpinan pesantren
agak sulit dan rumit mengurai radikalisme Islam,
a
atau ormas Islam yang kredibel reputasi dan
sepanjang pemahaman mereka tetap berada
m
integritasnya serta cukup dikenal publik untuk
di frame dikotomik-diametral (Timur versus
ga
mengajak mereka dialog. Sekalipun pimpinan
Barat). Sementara frame Timur-Barat itu dalam
A
kelompok Islam radikal sering tampil tanpa
pemahaman mereka adalah ketidakadilan. Jika
an
alamat yang jelas, namun dengan metode jemput
ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Barat
bola atau turun ke bawah, pelan tapi pasti pesan
ng
cara tepat untuk melakukan deradikalisasi. Tetapi kalau akar masalah radikalisme adalah
pemahaman, menurut kiai di atas, mungkin
Ketiga, penganut yang masih ikut-ikutan.
ng
Pendapat kiai di atas tampaknya sesuai positif dengan apapun dan siapun, sebagaimana
al
34
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad
simpati harus dikembangkan untuk mendekati deradikalisasi Islam radikal disusun ringkas
mereka. Penggunaan istilah Islam radikal dalam bentuk tabel berikut ini.
mestinya juga harus dihindari karena dapat Tabel 3.1. Deradikalisasi Islam Radikal
menyakiti hati mereka. No. Informan Program/ Tahapan deradikalisasi
Menurut kiai yang tinggal di Tlogosari,
1 HM Menangkal paham (kontra-ideologi).
untuk melawan radikalisme tidak hanya dari
Menghilangkan penumbuh/ penyubur
satu sisi saja tetapi harus integral, sebab akar radikalisme (kemiskinan, ketidakadilan).
radikalisme cukup luas. Eksekutif dan legislatif 2 M Reedukasi (mengkaji Islam lebih
harus bisa membuktikan bahwa konsep Negara komprehensif).
g
Menasehati/ dialog dengan pelaku.
bangsa itu mampu menjawab masalah rakyat.
an
Sosialisasi bahaya radikalisme
Di samping itu, penjelasan (masalah) agama Pemerintah harus tegas terhadap
ar
(di sekolah—pen) agar diberi porsi yang cukup penyokong, penganjur, pengajar, pelaku
m
supaya dapat diketahui detail-detailnya dan radikalisme
Se
3 HI Memetakan pelaku radikalisme (pimpinan,
dikaji dari berbagai sisi. Dalam jangka panjang,
menengah, simpatisan)
a
deradikalisasi lewat sekolah harus diperhatikan Kampanye besar-besaran anti-radikalisme
m
dengan cara jam pendidikan agama harus diberi (media, mimbar masjid, jama’ah pengajian)
ga
porsi yang cukup. Jemput bola dan dialog dengan penganjur,
penyokong, pelaku radikalisme
A
Dengan dialog saja tidak cukup untuk Mengenali problem duniawai (misalnya,
an
menjinakkan pelaku radikalisme. Di sisi lain, kalau memiliki problem ekonomi,
ng
diberdayakan ekonominya)
Negara ini tidak tegas terhadap kelompok-
4 AK Tidak menggunakan kekerasan (anti-
kelompok agama yang jelas-jelas ingin merusak
ba
6 US Deradikalisasi integral
narasumber penelitian berani menjamin, cukup
Membuktikan bahwa nation-state dapat
diberi waktu 6 bulan, seorang muslim bisa menjadi
an
maka dengan sendirinya Pancasila akan kuat. setelah diketahui akar radikalismenya. Sebagian
Islam juga akan tumbuh menjadi moderat. besar jawaban informan memiliki konsistensi
Pendidikan sekarang ini berorientasi Barat yang seperti itu, yakni kesesuaian antara akar
hanya transfer pengetahuan saja. Akhirnya yang radikalisme dan usulan deradikalisasinya.
dilakukan dan dipilih adalah yang instan-instan Misalnya, sebagian besar informan menyebut
saja. Agama diambil yang praktis-praktis, tidak bahwa paham terhadap agama yang kurang tepat
mau repot memikirkan hakekat ajaran agama. dianggap sebagai akar radikalisme, kemudian
Untuk mempermudah membaca dan deradikalisasi yang diusulkan adalah mengkaji
memahami jawaban-jawaban kiai di atas, kembali Islam secara utuh, baik lewat dialog,
maka keseluruhan pandangan kiai tentang nasehat, penyadaran, konseling dan seterusnya.
35
Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014
halaman 27-37
Hubungan kerja antara akar radikalisme, Pertama, seseorang yang menjadi radikal
strategi deradikalisasi dan tujuan deradikalisasi, dalam pikiran dan paham keagamaan. Mereka
dapat digambarkan dalam segitiga deradikalisasi membutuhkan strategi dan program deradikalisasi
(triangle of deradicalizaton). yang berbeda. Selain membutuhkan program
deradikalisi gambar no. 3, juga dibutuhkan
langkah-langkah yang lain, seperti a) dialog
intensif; b) hijrah kepada komunitas yang baru;
Deradikalisasi c) pendekatan konseling dan psikologis. Aktor
yang terlibat dalam deradikalisasi model yang
Akar Tujuan
g
Proses pertama ini adalah negara, pemerintah dan
an
radikalisme deradikalisasi
seluruh lapisan masyarakat.
- Paham Agama Moderat
ar
- Politik Global (wasathiyah) Kedua, seseorang yang sudah melakukan
m
dan Nasional
tindakan teror, yang berhasil ditangkap, diadili
Se
dan dipenjarakan. Dalam hal ini, pemerintah
Gambar 3.1. Triangle of Preventive
a
sudah memiliki strategi deradikalisasi yang
m
and Preservative Deradicalization dilakukan oleh BNPT, yaitu reedukasi,
ga
rehabilitasi, reintegrasi dan resosialisasi.
A
Dari gambar di atas dapat dipahami Menurut ICG, deradikalisasi di atas masih
an
bahwa deradikalisasi dapat dimulai langsung perlu ditambah dengan reformasi penjara atau
Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan isi atau
ng
deradicalization) dan pemeliharaan pada pendapat atau usulan atau pandangan dari
em
misalnya aksi terorisme. Selain itu, model yang radikal masih berupa konsep (ada yang masih
pertama juga dapat digunakan untuk deteksi
n
dini apakah seseorang atau sekelompok orang diterapkan (non-applicable). Diperlukan kajian
berpotensi berpikir dan bertindak radikal. lain yang dapat menghasilkan modul atau
an
Aktor yang terlibat dalam deradikalisasi model kurikulum deradikalisasi yang lengkap dan
iti
yang pertama ini adalah negara, pemerintah implementatif. Modul deradikalisasi juga harus
l
ne
dan seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan isi memperhatikan ’siapa’ yang dihadapi. Setiap
atau program deradikalisasinya, meliputi hal-
Pe
Islam lebih utuh); b) kampanye anti radikalisme; pelaku radikalisme bersifat unik dan tidak dapat
al
36
Pandangan Kiai tentang Deradikalisasi Paham Islam Radikal di Kota Semarang
Abu Rokhmad
siapa saja boleh memiliki semangat tinggi untuk Hendropriyono, AM., 2009. Terorisme
menyebarkan agama Islam atau bahkan merasa Fundamentalisme Kristen Yahudi Islam,
paling benar sendiri sekalipun tapi ia harus tetap Jakarta: Kompas.
berakhlak mulia dimanapun dan kapanpun.
International Crisis Group, 2007. “Deradikalisasi
Akar radikalisme yang bersumbur pada isu dan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia,
politik global dan nasional perlu disikapi dengan Asia Report N°142.
mengedepankan tata dunia baru yang adil. Barat
Mbai, Ansyad. 2011. Dialog Publik Radikalisme,
dan Timur ibarat sepasang sepatu yang dapat
Terorisme dan Deradikalisasi Paham
berjalan sejajar tanpa saling mematikan. Barat tak
Radikal, diselenggarakan MUI Jawa Tengah,
g
ada artinya tanpa Timur, begitu pula sebaliknya.
an
3 Desember.
Karena itu, konflik di Timur Tengah yang menjadi
ar
sebab umat Islam sangat membenci Barat perlu Mudzhar, Mohammad Atho. 1993. Fatwa-fatwa
m
diselesaikan dan diakhiri secara adil dan damai. Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: INIS.
Se
Begitu pula dengan situasi politik nasional yang Nasution, Harun. 1995. Islam Rasional. Bandung:
a
tidak kunjung ideal, menjadi tanggung jawab Mizan.
m
bersama untuk menyelesaikannya, seperti
Salim, Arskal dan Azyumardi Azra, 2003,
ga
penegakan hukum, peningkatan kesejahteraan
“Introduction: The State and Shari’a in the
A
rakyat, pendidikan murah dan seterusnya.
Perspective of Indonesian Legal Politics,”
an
Deradikalisasi merupakan kerja lanjutan dalam Sharia and Politics in Modern
ng
setelah diketahui akar radikalisme paham Islam Indonesia, ed. Arskal Salim and Azyumardi
radikal. Oleh karena setiap pelaku radikalisme Azra, Singapore: Institute of Southeast Asian
ba
aplikatif. Modul ini akan menjadi panduan bagi Sidik, Jafar M., “Terorisme, Semiotika dan Bahasa
Indonesia” dalam Kompas, 6 Oktober 2010.
n
Al-Jabiri, Muhammad Abid. 2001. Agama, Agama Melalui Peran Muballigh di Jawa
B
37