Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN PAI KONTRA RADIKALISME1 Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) Jakarta

merilis 48,9% siswa Jabodetabek menyatakan


Dr. Mahfud Junaedi, M.Ag.2
4
persetujuannya terhadap aksi radikal.
A. Pendahuluan
Paham radikalisme dan terorisme terselip menjadi
Radikalisme masih menjadi persoalan serius di
konten dalam materi ajar buku mata pelajaran agama. Buku
Indonesia. Perusakan rumah ibadah, penolakan terhadap
paket dan LKS bermunculan berbagai pernyataan yang
kelompok yang berbeda, dan beberapa bom bunuh diri
dapat mendorong siswa membenci dan anti terhadap agama
adalah beberapa kasus yang menyita perhatian pubik.
dan bangsa lain. Sikap ini menjadi salah satu akar paham
Kasus-kasus seperti ini menjadi bukti nyata bahwa gerakan
radikalisme di kalangan umat Islam. 5
radikalisme berbalut agama masih terus bermunculan.
Berbagai kasus di atas menunjukkan bahwa isu
Survei dari Setara Institut terhadap pelajar SMA di
radikalisme masih perlu ditangani dengan serius. Tidak
Jakarta dan Bandung tahun 2015 menyatakan 16,9%
hanya dalam tataran hukum yakni menangkap para pelaku
menganggap ISIS adalah pejuang pendiri Negara Islam.
gerakan radikalisme. Namun perlu upaya penanganan
Survei Wahid Foundation tahun 2016 menunjukkan sekitar
radikalisme sampai pada tataran preventif.
11,5 juta dari 150 juta muslim Indonesia berpotensi
Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran
bertindak radikal dan 600 ribu orang pernah terlibat.3
dengan muatan agama bisa menjadi benteng kuat di sekolah

1
dalam melawan radikalisme. Sekolah dapat mendesain dan
Makalah dipresentasikan pada Forum Diskusi Ilmiah
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo mengembangkan kurikulum PAI untuk melawan
Semarang pada Kamis, 1 Maret 2018.
2
Dosen dan Peneliti pada Pusat Studi Madrasah Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang.
4
Abdul Munip, “Menangkal Radikalisme Agama Di
3
Rakhmat Nur Hakim, “Survei Wahid Foundation: Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam 2 (2012), 160, diakses 5
Indonesia Masih Rawan Intoleransi dan Radikalisme,” diakses Januari 2017, doi: 10.14421/jpi.2012.12.159-181.
5
pada 5 Januari 2017, Abu Rokhmad, “Radikalisme Islam dan Upaya
http://nasional.kompas.com/read/2016/08/01/13363111/survei.wa Deradikalisasi Paham Radikal”, Jurnal Walisongo 20 (2012),
hid.foundation.indonesia.masih.rawan.intoleransi.dan.radikalisme 109, diakses 5 Januari 2017,
?page=all. doi:http://dx.doi.org/10.21580/ws.2012.20.1.185.

1 2
radikalisme. Pemahaman radikalisme dikonter dengan dengan aksi-aksi kekerasan atas nama agama.8 Ma’arif
pemahaman agama yang ramah dan rahmatan lil alamin. menyebut radikalisme dalam pikiran sering disebut
fundamentalisme, dan radikalisme dalam tindakan,
B. Sekilas tentang Radikalisme menghalalkan cara-cara kekerasan kerap disebut terorisme. 9
Secara terminologi, radikalisme memiliki arti sebuah Azyumardi Azra dalam Thohir menegaskan akar
paham atau aliran yang sering berpandangan kolot, radikalisme itu setidaknya bersumber dari empat hal,
bertindak dengan menggunakan kekerasan dan bersifat yaitu:10
ekstrem untuk merealisasikan cita-citanya.6 Yusuf al- a. pemahaman keagamaan sempit, literal, dan sepenggal-
Qaradhawi, menyebut radikalisme dengan istilah al- sepenggal terhadap ayat-ayat al-Qur’an
Tatarruf ad-Din.7 Jadi paham ini lebih ke pemaksaan b. bacaan yang salah terhadap sejarah Islam yang
bahkan kekerasan dalam upaya melaksanakan perubahan dikombinasikan dengan idealisasi berlebihan terhadap
atau mengajarkan keyakinan yang dianut. Islam pada masa tertentu
Menurut Hasan dan Naipospos, radikalisme terbagi c. argumentasi deprivasi politik, sosial dan ekonomi yang
menjadi dua dimensi, yaitu paham dan gerakan. Radikal masih bertahan dalam masyarakat, dan
dalam paham diartikan pemikiran untuk mendirikan negara d. disorientasi dan dislokasi sosial budaya akibat
Islam, kekhalifahan Islam, tanpa menggunakan kekerasan. globalisasi.
Radikal dalam gerakan diartikan melakukan perubahan Masdar Hilmy memaparkan beberapa karakteristik
paham keagamaan Islam radikal: (1) Menghendaki

6 8
Syamsul Ma’arif, “Ideologi Pesantren Salaf: Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naipospos, Dari
Deradikalisasi Agama dan Budaya Damai,” Ibda’ Jurnal Radikalisme Menuju Terorisme: Studi Relasi dan Transformasi
Kebudayaan Islam 12 (2014):200, diakses 3 April 2017, doi: Organisasi Islam Radikal di Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta,
http://dx.doi.org/10.24090/ibda.v12i2.2014.pp198-209. Pendapat (Jakarta: SETARA Institute, 2012), 11.
9
sama diutarakan Rahimi Sabirin, Islam dan Radikalisme, dalam Ma’arif, “Ideologi Pesantren Salaf,” 201.
10
Sahri, “Radikalisme Islam di Perguruan Tinggi Perspektif Politik Muhammad Thohir, “Radikalisme Versus Pendidikan
Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 6, Agama Menggali Akar Radikalisme Dari Kekerasan Terhadap
(2016): 242. Anak Atas Nama Pendidikan Agama,” Nadwa Jurnal Pendidikan
7
Yusuf al-Qardhawi, al-Sahwah al-Islamiyyah: Baina al- Islam 9 (2015): 175, diakses 5 Januari 2017, doi:
Juhad wa al-Tatarruf, (Qatar: Al-Ummah, 1402 H), 23-24. http://dx.doi.org/10.21580/nw.2015.9.2.521.

3 4
pelaksanaan hukum Islam dalam semua tataran kehidupan, Menurut Qodir, radikalisme sebagai gerakan dapat
puncaknya adalah pendirian “negara Islam”. (2) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu jihadis, reformis, dan
Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara literal tekstualis rejeksionis. Jihadis adalah bentuk aksi politik berupa
tanpa melihat konteks sejarah yang terjadi saat ayat tersebut tindakan kekerasan atas nama jihad. Reformis adalah
turun. (3) Penggunaan simbol secara dominan. (4) bentuk aksi politik tanpa kekerasan yang akan mengganggu
Memandang segala sesuatu dengan dua dimensi, benar dan stabilitas nasional. Rejeksionis adalah aksi politik berupa
salah, hitam dan putih, reward dan punishment, halal dan penolakan terhadap sistem demokrasi dan melakukan
11
haram. (5) Mengisolir diri (eksklusif) dari pengaruh luar. tekanan-tekanan terhadap berbagai kebijakan. 13
Endang Turmudi membagi radikalisme dalam 3 Isu radikalisme menjadi salah satu tantangan yang
bentuk: pertama, gerakan yang sekadar memperjuangkan dihadapi PAI selain kemajemukan masyarakat beragama,
implementasi syari'at Islam tanpa harus mendirikan negara sikap fanatik, truth claim.14 Melihat hal tersebut, perlu
Islam, cenderung menggunakan cara atau pendekatan adanya respon sebagai upaya perlawanan terhadap
kekerasan, yaitu FPI dan Laskar Jihad. Kedua, kelompok radikalisme. Jonathan Stevenson membeberkan salah satu
yang memperjuangkan berdirinya Negara Islam Indonesia strategi melawan radikalisme dengan menggunakan counter
(NII). Ketiga, kelompok yang ingin mewujudkan argument. Melawan kelompok radikalisme dengan
kekhalifahan Islam dengan syariat Islam sebagai dasarnya, semangat dialog dan kerjasama. Kebencian tidak dibalas
kelompok ini diwakili gerakan Hizbut Tahrir Indonesia kebencian, tetapi dengan kasih sayang. Counter argument
(HTI) dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).12 perlu dilakukan untuk menghadirkan agama dalam
15
perspektif perdamaian dan kemanusiaan.

11 13
Masdar Hilmy, “The Politics of Retaliation: The Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia,
Backlash of Radical Islamists to Deradicalization Project in (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 27.
14
Indonesia,”Al-Jami‘ah Journal of Islamic Studies, 51 (2013): Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam,
133-136, diakses pada 112 Oktober 2017, doi: (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 92
15
10.14421/ajis.2013.511.129-158. Jonathan Stevenson, “Counter-Terrorist Strategies,”
12
Endang Turmudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia dalam Radical Islam and International Security, Hillel Frisch dan
(Jakarta: LIPI Press, 2005), 5. Efraim Inbar, (London: Routledge, 2008), PDF e-book, bab 12.

5 6
Upaya ini bisa diejawantahkan melalui pendidikan. mengubah pola hubungan pendidik dan peserta didik ke
Pendidikan menjadi problem solver vital dalam arah kolaboratif.17
menghadapi isu radikalisme yang mengatasnamakan C. Sekilas MA Al Asror Kota Semarang
agama. Counter argument ini sangat penting dilakukan oleh MA Al-Asror Semarang terletak di jalan Legoksari
lembaga pendidikan sebagai upaya membangun Raya No. 2 RT 3 RW 2 Patemon Gunungpati Kota
pemahaman kontra radikalisme agama kepada peserta Semarang. Berudara sejuk karena didominasi perbukitan
didik. Counter argument dapat melalui kurikulum dengan ketinggian ± 300 mdpl dan kanan kiri jalan ada
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dirancang dan beberapa pepohonan. Gedung MA Al-Asror berada ±200
dikembangkan ke arah moderat, ramah, dan sejuk. Tidak meter dari jalan raya Semarang-Ungaran. Lalu lintas
lagi menampilkan Islam yang keras dan lekat dengan menuju MA Al-Asror tidak begitu ramai. Kendaraan yang
senjata. melintas didominasi roda dua dan roda empat.
Pemikiran Pierre Bourdieu bisa menjadi acuan yakni Berdirinya Universitas Negeri Semarang (Unnes) turut
mengenai habitus, capital, dan field (arena).16 Habit andil terhadap ramainya Patemon. Tidak sedikit mahasiswa
(kebiasaan) akan muncul ketika didukung capital (modal) yang indekos di Patemon. Hal ini berimbas pada ramainya
dan arena (sekolah) secara perlahan-lahan akan menjadi Kelurahan Patemon. Selain itu, terdapat beberapa fasilitas
praktik dalam kehidupannya. Jika modalnya adalah kontra umum di Patemon seperti minimarket, SPBU, klinik dan
radikalisme, dan mendapatkan arena yang kondusif, maka beragam niaga dari beragam komoditi.
yang akan lahir adalah pemikiran kontra radikalisme. Lingkungan warga cukup kondusif untuk sekolah
Paulo Freire menyebut pendidikan itu seharusnya dalam menjalankan pembelajaran. Kesatuan dan rasa
membebaskan, tidak memberlenggu yang bersifat memiliki terlihat dari ramainya masjid tiap salat wajib.
preskriptif. Pendidikan atau sekolah perlu diubah dengan Sering pula terdengar sayup-sayup pengeras suara orang-
mengedepankan dialogis, tidak memaksakan pendapat, dan orang pengajian pada hari tertentu. Lingkungan keagamaan,

16 17
David Swartz, Culture and Power the Sociology of Paul Freire, Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan,
Pierre Bourdieu, (London: The University of Chicago Press, dan Pembebasan, terj. Agung Prihantoro dan Fuad Arif
1997), PDF e-book, bab 6. Fudiyartanto, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 175.

7 8
berdasarkan penuturan Almaunatul Khafidhoh–guru Al- pendidikan Al-Asror As-Salafiyah. Hal ini bertujuan terus
Qur’an Hadits yang tinggal di Patemon– wilayah Patemon memupuk kultur kebersamaan, penguatan tradisi ulama,
merupakan basis organisasi keagamaan Nahdlotul Ulama dan menyamakan persepsi di lingkungan MA Al-Asror.20
(NU).18 Tidak hanya kalangan intern sekolah, masyarakat
Gedung MA Al-Asror berada satu kompleks dengan sekitar juga tanggap terhadap isu radikalisme. Jika ada
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Asror, Kelompok Belajar- paham Islam keras mencoba masuk melalui berbagai
Taman Kanak-kanak (KB-TK), Sekolah Menengah kegiatan di Patemon, masyarakat akan tanggap dan
Kejuruan (SMK) Al-Asror,dan Pondok Pesantren putra dan merespon cepat.21 Dengan letak geografis MA Al-Asror
putri Al-Asror As-Salafiyah. Lingkungan sosial masyarakat yang dekat dengan Unnes, persinggungan sosial yang kerap
sekitar MA Al-Asror mayoritas memeluk agama Islam. terjadi antara mahasiswa dan peserta didik MA Al-Asror
Organisasi keagamaan NU cukup berkembang Tidak merupakan konsekuensi logis. Madrasah bersama pondok
sedikit guru dan karyawan MA Al-Asror menjadi pengurus pesantren dan masyarakat membentengi dengan penjelasan
organisasi keagamaan tersebut. Pemahaman, kultur, dan Islam yang utuh.
kebiasaan yang berkembang dalam organisasi turut Berdasarkan observasi, ada sinergi yang terjalin antara
19
ditularkan kepada peserta didik. pihak Madarasah Aliyah dan pondok pesantren dalam
MA Al-Asror membangun kultur ziarah dan sowan. bentuk kegiatan salat jamaah. Kyai Nukhin sebagai
Tiap tahun ajaran akan dimulai diadakan ziarah ke pendiri pengasuh pondok pesantren menjadi imam salat Zuhur
dan sowan para kyai. Pada momen ini sering menjadi ajang berjamaah. Jika ada kegiatan Peringatan Hari Besar Islam
bertukar pikiran antara pendidik dan kepala sekolah dengan (PHBI) yang menjadi penceramah adalah Kyai Nukhin atau
kyai pengasuh pondok pesantren dan direktur lembaga pihak pondok pesantren. Wujud sinergi berikutnya adalah
para senior pesantren yang memiliki keterampilan akan
18
Wawancara dengan Almaunatul Khafidhoh, guru Al-
20
Qur’an Hadits, pada tanggal 4 Agustus 2017 di MA Al-Asror Wawancara dengan Almaunatul Khafidhoh, guru Al-
Semarang Qur’an Hadits, tanggal 4 Agustus 2017 di MA Al-Asror
19
Wawancara dengan Almaunatul Khafidhoh, guru Al- Semarang
21
Qur’an Hadits, tanggal 4 Agustus 2017 di MA Al-Asror Wawancara dengan Nurkholis, warga sekitar MA, pada
Semarang tanggal 1 Agustus 2017 di MA Al-Asror Semarang

9 10
dilibatkan menjadi pelatih atau pembina ekstrakulikuler menyembah, tetapi merupakan ranah sosial. Perkara sosial
atau kegiatan sekolah seperti baca Tulis Qur’an, latihan harus diatur dengan cara-cara sosial. 24
dakwah, bahkan pembina paskibra.22 MA Al-Asror menyelenggarakan kegiatan salat Dhuha
MA Al Asror menerapkan 6 hari sekolah yakni Senin– tiap jum’at dan salat Zuhur berjamaah tiap hari. Dibentuk
Sabtu. Jam pelajaran 07.00-14.00 dengan dua kali jam pula jadwal guru piket yang bertugas mengatur dan
istirahat. Khusus hari Jum’at proses pembelajaran selesai membimbing pelaksanaan salat Zuhur dan Dhuha
pukul 11.00. Setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis sebelum berjamaah. Selepas salat Zuhur berjamaah, dilanjut
jam pelajaran ada kegiatan tadarus Al-Qur’an. Peserta didik lantunan syair puji-pujian. Guru yang piket bertugas
dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama peserta memonitor dan mengendalikan situasi.25
didik yang tidak bisa mengaji sama sekali. Kelompok kedua Berdasarkan telaah dokumen kurikulum, struktur
berisi peserta didik yang sudah bisa mengaji tetapi belum kurikulum PAI di MA Al-Asror memiliki jatah 8 jam
lancar. Kelompok ketiga adalah peserta didik yang lancar perminggu di setiap jenjang kelas. 8 jam tersebut terbagi
mengaji. Masing-masing kelompok ditempatkan di ruang untuk empat mata pelajaran masing-masing dua jam
berbeda agar memudahkan pihak sekolah dalam memandu. pelajaran, yakni Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih,
Kelompok pertama dan kedua dibimbing oleh beberapa Sejarah Kebudayaan Islam.
23
senior dengan pantauan guru. MA Al-Asror secara kelembagaan berada di bawah
MA Al-Asror rutin mengadakan upacara bendera. Jiwa naungan Badan Pelaksana Penyelenggaraan Pendidikan
nasionalisme terus dipupuk MA Al-Asror. Tidak ada Ma’arif Nahdlatul Ulama (BPPPMNU). Pihak yayasan
doktrin haram hormat ke bendera dengan alasan tidak ada memberi materi untuk siswa baru dalam program Mopdik
dalil. Hormat bendera Merah Putih bukan wujud (Masa Orientasi Peserta Didik Baru) bertema nasionalisme
dan menumbuhkan cinta tanah air. Beberapa konten yang

22
Observasi pada tanggal 8 Agustus 2017 di MA Al-Asror
24
Semarang Wawancara dengan Mustaghfirin, guru Akidah Akhlak,
23
Wawancara dengan Almaunatul Khafidhoh, guru Al- tanggal 8 Agustus 2017 di MA-Asror Semarang
25
Qur’an Hadits, tanggal 4 Agustus 2017 di MA Al-Asror Observasi pada tanggal 12 Agustus 2017 di MA Al-
Semarang Asror Semarang

11 12
diberikan yakni Bhinneka Tunggal Ika, menjaga amanat D. Kurikulum Pendidikan Agama Islam sebagai Upaya
kiai yang memperkenalkan slogan “NKRI harga mati”, dan Preventif Melawan Radikalisme
peran ulama dalam merumuskan dasar Negara. Pembahasan dalam artikel ini difokuskan pada upaya
Kepala sekolah berperan melakukan pembinaan preventif MA Al-Asror agar peserta didik memiliki nilai-
kepada guru dan tenaga kependidikan. Kepala MA Al- nilai Islam yang kontra dengan nilai-nilai radikalisme
Asror merancang program dalam upaya mengkonter dalam beragama. Hal ini sesuai dengan program yang
26
radikalisme yang terbagi dalam tiga jenjang: dicanangkan pemerintah melalui Badan Nasional
27
1. Program jangka pendek; membendung peserta didik Penanggulangan Terorisme (BNPT). Nilai-nilai yang
agar tidak terpengaruh soal pemahaman radikal. diajarkan MA Al-Asror adalah sebagai berikut
Madrasah memonitor pergaulan peserta didik. 1. Pemahaman tentang Jihad Inkusif
Melakukan pembinaan saat menjadi pembina upacara ISIS sering mendengungkan jihad di jalan Allah
dan melakukan pembinaan saat rapat guru. dalam merekrut kader baru. Jihad dimaknai sebagai
2. Jangka menengah; merancang berbagai program gerakan mengangkat senjata memerangi golongan yang
kegiatan di lingkup sekolah sebagai pengejawantahan berbeda agama. Persandingan jihad dengan mengangkat
pemahaman ahli sunnah wal jamaah, seperti senjata dikarenakan keyakinan agama yang masih lemah
mewajibkan mars Ya Lal Wathon dinyanyikan oleh dan sempitnya cara berpikir.
paduan suara MA Al-Asror tiap upacara bendera. Kalaupun jihad dimaknai perang mengangkat senjata,
3. Jangka panjang; anak jangan sampai mengikuti paham ada aturan yang mesti dipatuhi. Bassam Tibi menyebut
Islam radikal. Menutup akses pemahaman Islam aturan dari jihad dalam arti perang adalah tidak
radikal. Penyortiran buku perpustakaan dan membunuh anak kecil, warga sipil, dan tidak merusak
pembatasan pihak luar dalam mengisi kegiatan
keagamaan di MA Al-Asror. 27
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),
Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorisme – ISIS,
http://belmawa.ristek dikti.go.id/wp-
26 content/uploads/2016/12/Strategi-Menghadapi-Paham-
Wawancara dengan Slamet Hidayat, Kepala MA Al-
Radikalisme-Terorisme.pdf, diakses pada 4 September 2017.
Asror, pada 30 September 2017 di ruang kepala madrasah

13 14
alam. Sedangkan kasus ISIS menculik anak dan wanita yang ingin dicapai adalah peserta didik dapat
dan membunuh warga sipil. Hal ini menurut Bassam menjelaskan pengertian jihad, macam-macam jihad
28
Tibi bukanlah jihad, tetapi jihadism. dalam Islam, dan tujuan jihad. Melalui materi tersebut,
Sebagai upaya preventif, MA Al-Asror melakukan peserta didik dididik untuk memaknai jihad secara
redefinisi jihad. Jihad dimaknai secara luas, tidak hanya komprehensif dan inklusif, seperti bersungguh-sungguh
sebatas berperang mengangkat senjata di masa dalam belajar dan mengembangkan diri. Evaluasi yang
29
sekarang. Jihad bisa masuk ke dalam segala lini digunakan tidak hanya aspek kognitif sesuai KI dan KD,
kehidupan tanpa harus mengangkat senjata. Hal ini yang tetapi juga afektif melalui pengamatan.
didefinisikan sebagai jihad inklusif. Pemahaman mengenai jihad tidak bersifat dogmatis
Pemaknaan istilah jihad inklusif menjadi bagian dari dan kaku. Tidak hanya menampilkan pengertian jihad
pendidikan agama Islam kontra radikalisme. Salah satu adalah berperang, tetapi menampilkan beberapa bentuk
sebab munculnya gerakan radikalisme karena jihad sesuai dengan konteks tempat dan waktu, serta
pemahaman agama yang sempit.30 Radikalisme muncul menyesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan zaman.
karena membatasi istilah jihad secara eksklusif, yakni Inilah makna jihad inklusif. 31
meneriakkan takbir lalu memerangi orang-orang yang Jihad yang utuh adalah jihad dalam wujud berusaha
dianggap kafir. mengubah pola pikir dan cara pandang. Jika konteks
Pemaknaan jihad inklusif terdapat pada mata tempatnya Indonesia yang tidak dalam kondisi perang,
pelajaran Fikih kelas XII. Pada materi tersebut, tujuan maka wujud jihadnya adalah terus menjaga kedamaian
yang sudah ada. Misalnya menciptakan suasana
28
Bassam Tibi, Islamism and Islam, (London: Yale kondusif untuk beribadah.
University Press, 2012), PDF e-book, bab 5.
29
Wawancara dengan Mustaghfirin, Guru Akidah Akhlak, 2. Memupuk Toleransi
pada 8 Agustus 2017, di MA Al-Asror Kota Semarang. Konflik yang kerap terjadi merupakan kejadian yang
30
Muhammad Thohir, “Radikalisme Versus Pendidikan
Agama Menggali Akar Radikalisme dari Kekerasan terhadap memprihatinkan. Agama sering menjadi faktor dominan
Anak atas Nama Pendidikan Agama,” Nadwa Jurnal Pendidikan
31
Islam 9 (2015): 175, diakses 5 Januari 2017, doi: Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka
http://dx.doi.org/10.21580/nw.2015.9.2.521. dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1999), 256.

15 16
terjadinya konflik di masyarakat, seperti perusakan peserta didik Melalui metode dialog dan menyisipkan
tempat ibadah, persekusi terhadap agama yang berbeda, cerita tentang pengalaman guru dalam berinteraksi
bahkan pengusiran jamaah sebuah aliran dalam Islam. dengan beragam orang. Dengan cara pandang seperti ini,
Dalam rangka pendidikan agama Islam kontra peserta didik diharapkan dapat mengerti bahwa
radikalisme perlu ada pengajaran kepada peserta didik melaksanakan anjuran ayat atau hadits perlu melihat
mengenai toleransi terhadap sesama. Konten tentang situasi, konteks, lingkungan, dan etika sesuai kultur
nilai toleransi secara eksplisit terdapat dalam mata masyarakat.33
pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas XI semester I materi Konsep eksklusif dalam agama bisa menjadi
pokok Toleransi dan Etika Pergaulan. penyebab utama konflik di tengah masyarakat yang
Tujuan materi pokok ini adalah peserta didik dapat majemuk. Oleh karena itu, memupuk toleransi diantara
menyebutkan, mengartikan, dan menjelaskan isi pemeluk agama mutlak dibutuhkan. Selain itu perlu
kandungan ayat dan hadits tentang toleransi dan etika adanya inklusivitas yang menjadi dasar kehidupan
pergaulan, serta peserta didik dapat menunjukkan beragama.
perilaku toleransi dan etika pergaulan. Materinya pada Masyarakat di Indonesia adalah masyarakat plural,
Surat Al-Kafirun: 1-6, Yunus: 40-41, dan Al-Kahfi: 29. tempat tumbuhnya beragam agama, suku, budaya, dan
Materi ini dikembangkan ke arah Islam yang berwajah tradisi keagamaan. Negara mengakui ada enam agama di
damai. Guru juga memberikan pemahaman yang utuh Indonesia. Sesuatu yang berbeda merupakan sebuah
terhadap sebuah persoalan kaitannya dengan toleransi kewajaran dan harusnya bukan menjadi masalah besar
32
dan etika bergaul, dan ayat lain. karena Indonesia adalah negara besar. Masih banyak
Tujuan yang hendak dicapai adalah peserta didik persoalan yang perlu diselesaikan bersama demi
memiliki cara pandang yang luas dan melihat persoalan terwujud masyarakat yang tenteram.
tidak setengah-setengah. Tujuan ini disampaikan kepada

33
Wawancara dengan Almaunatul Khafidhoh, guru Al-
32
Telaah dokumen kurikulum Al-Qur’an Hadits kelas XI Qur’an Hadits, pada 4 Agustus 2017, di MA Al-Asror Kota
semester ganjil. Semarang.

17 18
MA Al-Asror menekankan pada mengasah kepekaan. Khilafah sering dipahami sebagai sistem pengganti
Memposisikan diri peserta didik bukan pihak yang ideologi Indonesia, yakni Pancasila, sebagai dasar
paling benar sehingga berhak menyalahkan pihak lain. negara. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang
Mengasah empati dan terus memberikan pendidikan komprehensif kepada peserta didik mengenai khilafah.
sosial melalui penempatan diri. Jika tidak ingin agama Khilafah mesti dipahami sebagai konsep menjalankan
yang dianut dihina, maka jangan mencemooh negara, terlepas seperti apa sistem pemerintahannya.
pelaksanaan ibadah yang berbeda, apalagi penganut Tujuan yang hendak dicapai yakni menghindarkan
34
agama di luar Islam. peserta didik dari doktrinasi golongan yang
Di dalam masyarakat yang heterogen seperti menginginkan khilafah sebagai suatu sistem
Indonesia, kemajemukan merupakan kenyataan yang pemerintahan. Peserta didik tidak akan mudah
tidak dapat ditolak. Semua orang bertetangga dengan terpengaruh ajakan orang lain untuk melegalkan hukum
orang lain suku, lain agama, lain budaya, dan Islam sebagai dasar Negara Indonesia dengan mengubah
seterusnya. Machasin menyatakan konsep pluralisme Pancasila.
tidak hanya sekadar dalam pengertian bahwa semua Ahmad Iwan Zunaih mengemukakan khilafah
perbedaan itu ada, tetapi bahwa perbedaan itu menjadi sebagai sistem pemerintahan yang pernah ada dalam
sebuah pandangan hidup, sebuah cita-cita, dan sebuah sejarah Islam. Khilafah bukan sesuatu yang sakral dan
dasar pijak dalam kehidupan bersama.35 memiliki dimensi hukum wajib syar’i seperti halnya
salat, tetapi hanya merupakan eksperimen manusia
melalui suatu ijtihad yang tidak lepas dari kemungkinan
3. Pemahaman Istilah Khilafah secara Komprehensif terjadinya multitafsir.36

34
Wawancara dengan Mustaghfirin, Guru Akidah Akhlak, 36
pada 8 Agustus 2017, di MA Al-Asror Kota Semarang. Ahmad Iwan Zunaih, “Khilafah : Sistem Pemerintahan
yang Profan”, Jurnal Ummul Qura, Vol IV, No. 2, Agustus 2017,
35
Machasin, Islam Dinamis Islam Harmonis: Lokalitas, 5, diakses pada 5 Januari 2018, doi
Pluralitas, Terorisme, (Yogyakarta: Lkis, 2011), 321. http://dx.doi.org/10.5614%2Fsostek.itbj.2015.14.2.9

19 20
Pemahaman istilah khilafah secara komprehensif Hujurat:13, (c) persatuan dan kesatuan dalam Islam QS
secara eksplisit ada pada Fikih kelas XII semester 1 Ali Imran:30, (d) Musyawarah QS Asyura:38, dan (e)
materi pokok khilafah. Bahan ajar yang digunakan dasar keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat,
dalam pembelajaran memuat definisi dan dasar-dasar yakni, QS An-Nahl:90.
khilafah berdasarkan Al-Qur’an. Tujuan dari Materi ajar yang digunakan tidak mencantumkan
pembelajaran ini adalah peserta didik mampu perubahan dasar negara dari Pancasila menjadi khilafah.
menjelaskan pengertian pemerintahan (khilafah). Tetapi menampilkan surat-surat dalam Al-Qur’an yang
Membaca literatur yang berkaitan dengan khilafah. relevan dengan nilai-nilai Pancasila dan ketentuan Islam
Mendiskusikan relevansi dari prinsip-prinsip ajaran tentang khilafah sebagai konsep, bukan sebagai sistem
Islam tentang khilafah. Membaca dan menerjemahkan pemerintahan.
dalil tentang khilafah. Menyimpulkan tentang Dalam menyampaikan nilai kontra radikalisme ini,
37
pemerintahan (khilafah). guru menggunakan teacher-center dengan metode
Hal yang menarik adalah materi mengenai landasan ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Guru menjelaskan
hukum khilafah. Berdasarkan telaah buku pegangan kepada peserta didik bahwa khilafah adalah sebuah
siswa, pembahasan khilafah disusun mengikuti sila-sila sistem pemerintahan yang berdasarkan apa yang
dalam Pancasila. Dalam bahan ajar tersebut ditampilkan diajarkan Rasulullah, terlepas apapun model sistem
ayat-ayat Al-Qur’an yang relevan dengan sila-sila dalam pemerintahannya.38
Pancasila. Penelitian Siti Muawanah menjelaskan pentingnya
Dasar khilafah ada lima, yakni (a) dasar tauhid atau pemahaman yang komprehensif mengenai khilafah.
mengesakan Allah dalam Al-Qur’an sebagaimana Meskipun organisasi yang selalu mendengungkan
dijelaskan dalam surat Al-Ikhlas: 1, (b) dasar persamaan
derajat sesama umat yang didasarkan pada QS Al

37 38
Telaah dokumen kurikulum Al-Qur’an Hadits kelas XI Observasi proses pembelajaran pada 8 Agustus 2017 di
semester ganjil. MA Al-Asror Kota Semarang.

21 22
khilafah sudah dibekukan pemerintah, tetapi secara keagamaan yang moderat, toleran, dan cinta damai.
paham terus diwariskan dari generasi ke generasi.39 Pemberian wawasan ini dilakukan dengan cara melatih
Penanaman cinta tanah air juga menjadi cara MA Al- siswa dalam memilah cara pandang agama dan sosial
Asror mengkonter radikalisme. Peserta didik diharuskan dalam melihat suatu persoalan.
hormat kepada bendera Merah Putih saat upacara. Selain Materi yang bersinggungan dengan pembahasan ini
itu turut melibatkan TNI sebagai pihak luar untuk adalah materi tentang Aliran-aliran Ilmu Kalam pada
memperkuat nasioalisme. mata pelajaran Akidah Akhlak kelas XI semester 1.
4. Mencegah Terorisme dan Kekerasan dalam Sesuai dengan penjelasan Azyumardi Azra bahwa
Menegakkan Islam sejarah kekerasan dalam beragama dimulai dari
Mengangkat senjata di negeri yang tidak sedang munculnya aliran Khawarij yang berbeda paham dengan
dalam keadaan perang, melakukan pengusiran terhadap Ali bin Abi Thalib.40 Pada materi pokok ini, terdapat
paham keagamaan, atau melakukan sweeping saat bulan Kompetensi Dasar (KD) Menghargai Aliran-aliran yang
Ramadan dirasa berlebihan. Hal ini karena tidak hanya Berbeda dalam Kehidupan Sehari-hari.
muslim saja yang ada di Indonesia tetapi ada umat Tujuan yang hendak dicapai agar peserta didik
agama lain yang berhak diayomi. Maka selain ukhuwah mengerti secara utuh dasar pemikiran tiap-tiap aliran.
islamiyah, juga ada ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah Selanjutnya peserta didik diberikan pemahaman tentang
basyariyah. Ketiga ukhuwah ini harus terus terjaga. pendidikan sosial, yakni menghargai aliran orang lain
Pendidikan Agama Islam diarahkan ke cinta damai, yang berbeda. Ada keselarasan antara pendidikan agama
menghargai perbedaan, dan menolak kekerasan dan dan pendidikan sosial. Evaluasi dilakukan adalah tes
terorisme. MA Al-Asror memberikan wawasan tertulis untuk mengukur pemahaman (kognitif) dan

39
Siti Muawanah, “Transmisi Ajaran Kebangsaan
Kelompok Keagamaan di Jawa,” dalam Radikalisme dan
40
Kebangsaan Kelompok Keagamaan Perspektif Pendidikan, Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: dari
Mulyani Mudis Taruna (ed), Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, Fundamentalisme, Modernisme, hingga Post-Modernisme,
2016, 4. (Jakarta: Paramadina, 2006), 141

23 24
memonitor sikap peserta didik untuk masuk dalam Metode yang digunakan dalam penyampaian nilai ini
penilaiannya..41 adalah metode ceramah interaktif. Hal ini dikarenakan
Pendidikan agama adalah wujud manusia dengan jika peserta didik belajar sendiri tanpa ada dampingan,
Tuhan yang bermuaranya menjadi seorang hamba. peserta didik akan mengalami kebingungan dan
Pendidikan sosial adalah manifestasi dari manusia memiliki pemahaman dan cara pandang yang tidak
sebagai khalifah di bumi. Cara pandang dan aturan utuh.42
mengenai dua hubungan ini juga berbeda. Pilahannya MA Al-Asror berada di bawah yayasan NU dan
harus jelas. Dalam melihat sebuah persoalan jangan berdiri satu kompleks dengan pondok pesantren. Hal ini
berfokus pada apa agamanya, atau apa aliran menjadi kelebihan yang dimiliki MA Al-Asror.
keagamaannya, atau apa organisasi yang diikutinya. Norshahril Saat menyebut organisasi keagamaan seperti
Tetapi harus dilihat dengan cara pandang sebagai MUI, NU, dan Muhammadiyah, serta pondok pesantren
sesama manusia yang sama-sama mendiami Indonesia. menjadi tameng dalam mengurangi terorisme dan
Keserasian, kebersamaan, toleransi adalah nilai-nilai intoleransi. 43
luhur Indonesia yang harus dijaga. Peserta didik Dalam kaitannya dengan menegakkan Islam terhadap
diajarkan jangan mudah terpancing dengan ujaran kemungkaran, MA Al-Asror mengajarkan untuk
kebencian di sosial media yang tidak jarang memandang mendahulukan cara yang baik-baik. Tidak serta merta
orang lain dari sisi seiman atau tidak. Peserta didik menggunakan kekerasan.44 Dalam beragama harus
diajarkan melihat seseorang dari sisi kontribusi apa yang terbungkus dalam satu kerangka yang sama yakni
telah dilakukan untuk kemajuan bangsa. Dengan
pemilahan cara pandang agama dan cara pandang sosial, 42
Wawancara dengan Mustaghfirin, Guru Akidah Akhlak,
peserta didik diharapkan menjadi lebih bijaksana. pada 8 Agustus 2017, di MA Al-Asror Kota Semarang.
43
Norshahril Saat, “The Tradisionalist Response to
Wahhabi-Salafism in Batam,”Trends in Southeast Asia,no 7, July
2017, 17.
41 44
Wawancara dengan Mustaghfirin, Guru Akidah Akhlak, Wawancara dengan Almaunatul Khafidhoh, guru Al-
pada 8 Agustus 2017, di MA Al-Asror Kota Semarang, dan telaah Qur’an Hadits, pada 4 Agustus 2017, di MA Al-Asror Kota
dokumen kurikulum Semarang.

25 26
menegakkan kedamaian, kenyamanan, dan 3. Memberikan pemahaman yang luas mengenai jihad
keharmonisan antara sesama makhluk Tuhan. inklusif, yang sesuai dengan keadaan peserta didik dan
Menggunakan kekerasan dalam upaya dakwah hanya keadaan Indonesia.
akan menciptakan lingkaran kebencian yang tidak 4. Menunjukkan sumber forum pengajian atau bahan
berujung. Masing-masing pihak mengklaim menjadi bacaan yang memuat konten cinta damai, dan
korban. Jalan yang ditempuh dalam melawan terorisme menghindarkan pada ceramah yang berisi ujaran
dan kekerasan adalah memperdalam penghayatan iman, kebencian.
penjernihan hati nurani untuk saling melindungi 5. Menanamkan sikap toleransi, menghargai perbedaan,
kehidupan manusia dari teror, saling mendukung, dan moderasi kepada peserta didik.
bekerjasama, dan memperkecil provokasi.45 6. Melatih kepekaan terhadap terorisme dan kekerasan
dalam beragama.
E. Internalisasi Nilai-nilai Islam Kontra Radikalisme
7. Mengajarkan bagaimana melihat sebuah persoalan dari
dalam Kurikulum di Madrasah
sudut pandang yang lebih luas. Memilah persoalan mana
Belajar dari faktor penyebab di atas, internalisasi nilai-
yang menggunakan cara pandang agama dan mana cara
nilai yang hendaknya dilakukan guru Pendidikan Agama
pandang sosial.
Islam (PAI) untuk mencegah radikalisme agama tumbuh di
8. Memupuk jiwa nasionalisme. Bisa dengan menggalakan
madrasah adalah sebagai berikut
slogan NKRI harga mati, kegiatan-kegiatan yang
1. Menjelaskan apa itu radikalisme agama beserta contoh
bernuansa nasionalis seperti upacara bendera dan
kasus.
kegiatan Paskibraka.
2. Menjelaskan sebab radikalisme muncul, yakni
Jika delapan point di atas dimasukkan ke dalam tiga
pemahaman yang sempit.
ranah tujuan pendidikan model taksonomi Bloom yakni
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, maka ranah kognitif
adalah menjelaskan apa itu radikalisme agama beserta
45
Aloys Budi Purnomo, Membangun Teologi Inklusif- contoh kasus. Menjelaskan sebab radikalisme yakni
Pluralistik, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003), 9

27 28
pemahaman yang sempit. Memberikan pemahaman yang 2 Afektif Sikap toleransi, moderasi, cinta damai tujuan akhirnya
luas mengenai jihad, jihad inklusif yang sesuai dengan adalah menumbuhkan sikap islam rahmatan lil alamin
keadaan peserta didik dan keadaan Indonesia. Menunjukkan 3 Psikomotor Keterampilan melihat suatu persoalan dengan cara
sumber forum pengajian atau bahan bacaan yang memuat pandang yang luas, memilah mana yang harus
konten cinta damai, dan menghindarkan pada ceramah yang memakai cara pandang agama dan cara pandang sosial,
berisi ujaran kebencian (poin 1, 2, 3, dan 4). serta kegiatan-kegiatan positif yang mengarah pada
Kategori afektif adalah menanamkan sikap toleransi, nasionalisme
menghargai perbedaan, moderasi kepada peserta didik. Internalisasi nilai-nilai Islam kontra radikalisme
Melatih kepekaan terhadap terorisme dan kekerasan dalam dengan mengintegrasikan ke dalam kurikulum PAI pada
beragama (poin 5 dan 6). tataran praktiknya adalah sebagai berikut:
Ranah psikomotor bisa mencakup poin mengajarkan 1. Pendekatan
bagaimana melihat sebuah persoalan dari sudut pandang Usaha kontra radikalisme dari sisi preventif harus
yang lebih luas. Memilah persoalan mana yang dilakukan secara terprogram dalam pembelajaran PAI di
menggunakan cara pandang agama dan mana cara pandang kelas. Pendekatan menggunakan student centered dan
sosial. Memupuk jiwa nasionalis melalui kegiatan-kegiatan teacher centered secara bergantian.
yang bernuansa nasionalis seperti upacara bendera dan 2. Tujuan
kegiatan Paskibraka (poin 7 dan 8). Tujuan ranah kognitif memberikan pemahaman
Jika penjelasan di atas dapat digambarkan ke dalam keagamaan yang komprehensif mengenai jihad,
bentuk tabel, maka menjadi sebagai berikut: khilafah, dan berbagai hal yang terkait dengan
Domain Pendidikan Agama Islam radikalisme. Ranah afektif menanamkan sikap toleransi,
No Domain Deskripsi moderasi, cinta damai tujuan akhirnya adalah

1 Kognitif Pemahaman keagamaan yang komprehensif mengenai menumbuhkan sikap Islam rahmatan lil alamin. Ranah
jihad, khilafah, dan berbagai hal yang terkait dengan psikomotor mengajarkan keterampilan dalam melihat
radikalisme suatu persoalan dengan cara pandang yang luas,

29 30
memilah mana yang harus memakai cara pandang tantangan zaman dirasa kurang. Maka untuk mengatasi
agama dan cara pandang sosial, serta kegiatan-kegiatan kesenjangan ini, guru PAI melakukan proses pembelajaran
positif yang mengarah pada nasionalisme. di luar ruang kelas.
3. Strategi Kembali kepada pemaknaan kurikulum dalam arti luas
Strategi yang digunakan exposition-discovery sebagai serangkaian kegiatan dan pengalaman belajar baik
learning dan contextual teaching learning. Beberapa di dalam atau di luar kelas. Kurikulum juga dimaknai
metode yang bisa digunakan yaitu metode ceramah sebagai rekonstruksi sosial yang dapat menuntut peserta
interaktif, bermain peran, diskusi membahas suatu kasus didik memperbaiki masyarakat melalui kebudayaan dan
radikalisme, mengikuti ceramah atau seminar, dan kegiatan praktik, maka guru juga bisa memberikan
pemutaran video dampak dari radikalisme. pendidikan agama Islam dalam bentuk serangkaian
kegiatan dan pengalaman belajar di luar ruang kelas.
4. Evaluasi MA Al-Asror menyusun beragam kegiatan di luar
Evaluasi yang digunakan untuk ranah kognitif kelas, seperti program keagamaan, latihan dakwah, latihan
adalah tes. Ranah afektif digunakan penilaian sikap dan dasar kepemimpinan, pramuka, paskibraka. Penanaman
perilaku melalui pengamatan. Guru menilai sikap dan nilai-nilai kontra radikalisme terintegrasi dengan budaya
perilaku peserta didik dalam keseharian. Kepala MA satuan pendidikan dan kegiatan rutin, seperti tadarus, dan
juga turut mengevaluasi secara berkala. salat jamaah.
Dari sarana prasarana, pihak MA Al-Asror membekali
F. Internalisasi Nilai-nilai Kontra Radikalisme di Luar peserta didik dengan perpustakaan yang dilengkapi bahan
Kelas bacaan keagamaan yang moderat, cinta damai, dan
Berdasarkan struktur kurikulum, guru hanya bertemu menunjukkan wajah Islam rahmatan lil alamin. Tidak ada
dengan peserta didik 2-3 jam perminggu di kelas,
sedangkan tantangan zaman semakin nyata dan komplek.
Dengan alokasi 2-3 jam perminggu untuk menghadapi

31 32
bacaan yang mengandung konten Islam keras atau
pemahaman yang ekstrem.46 G. Penutup
Lingkungan madrasah yang berimpitan dengan pondok Radikalisme perlu ditangani dari berbagai sektor.
pesantren turut andil dalam penciptaan iklim religius yang Tidak hanya berhenti pada tataran penegakkan hukum.
kondusif. Pembiasaan situasi ibadah, dan ada koordinasi Namun, perlu ada upaya preventif agar penyebaran paham
pihak madrasah dan pesantren menciptakan sebuah sistem dan gerakan radikalisme tidak berkembang di lingkup
saling kontrol agar tidak ikut arus yang jauh dari nilai-nilai madrasah. Upaya yang dilakukan yakni dengan cara
luhur. memberikan pemahaman komprehensif tentang Islam.
Pengaturan lingkungan dan pemahaman guru bisa Nilai-nilai kontra radikalisme yang diajarkan di MA Al-
menjadi kurikulum tersembunyi dalam menransfer nilai- Asror meliputi, pemahaman tentang jihad inklusif,
nilai kontra radikalisme. Subandijah mengemukakan, memupuk toleransi, pemahaman yang komprehensif
sistem pengelolaan sekolah, lingkungan, ruang kelas, aturan tentang khilafah, mencegah terorisme dan kekerasan dalam
yang diterapkan, pola pengelompokan merupakan bagian menegakkan Islam.
dari hidden curriculum.47 Nilai-nilai ini diaplikasikan dalam sebuah sistem
Melihat hal tersebut, MA Al-Asror menerapkan fungsi sebagai wujud pengembangan kurikulum pendidikan agama
kurikulum sebagai reproduksi kultural (cultural Islam dengan cara mengaitkan nilai-nilai kontra radikalisme
reproduction). Hamalik mencontohkan kurikulum sebagai ke dalam komponen kurikulum yakni; (1) Tujuan meliputi
reproduksi kultural seperti kebiasaan, adat istiadat, dan tiga ranah; kognitif, afektif, dan psikomotor. (2) Materi
nilai-nilai agama yang ada di berbagai sekolah yang secara eksplisit terdapat pada materi PAI MA. Bisa pula
48
bernaung di bawah lembaga keagamaan. materi disampaikan sebagai sisipan ketika proses
pembelajaran di kelas. (3) Strategi yang digunakan adalah
46
Observasi di perpustakaan pada 30 September 2017 di pembelajaran kontekstual dengan beragam metode. (4)
MA Al-Asror Kota Semarang.
47
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, 27. Evaluasi dari sisi sikap dan perilaku peserta didik.
48
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), 7

33 34
Proses transfer nilai kontra radikalisme juga Beane, James A. Curriculum Integration Designing the
Core of Democratic Education. New York
dilaksanakan berupa kegiatan intrakulikuler dan
Teachers College Press, 1997.
ekstrakulikuler. Internalisasi nilai juga disisipkan pada
Drake, Susan M. Menciptakan Kurikulum Terintegrasi
pengondisian madrasah, pemahaman dan pendekatan guru, yang Berbasis Standar, terj. Benyamin Molan.
Jakarta: Indeks, 2013.
metode yang digunakan guru, dan program-program yang
Freire, Paul. Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan,
terencana dan sistematis. Hal itu merupakan bagian dari dan Pembebasan, terj. Agung Prihantoro dan Fuad
kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) di MA Al- Arif Fudiyartanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002.
Asror.
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
Hasani, Ismail dan Bonar Tigor Naipospos. Dari
Radikalisme Menuju Terorisme: Studi Relasi dan
Transformasi Organisasi Islam Radikal di Jawa
Tengah & D.I. Yogyakarta. Jakarta: SETARA
Institute, 2012.
Hilmy, Masdar, “The Politics of Retaliation: The Backlash
of Radical Islamists to Deradicalization Project in
Indonesia,” Al-Jami‘ah Journal of Islamic Studies,
51 (2013): 129-158, diakses pada 112 Oktober
2017, doi: 10.14421/ajis.2013.511.129-158.
DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum: Teori dan
al-Qardhawi, Yusuf. al-Sahwah al-Islamiyyah: Baina al- Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007.
Juhad wa al-Tatarruf. Qatar: Al-Ummah, 1402 H.
Junaedi, Mahfud. Filsafat Pendidikan Islam: Dasar-dasar
al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy. Falsafah Memahami Hakikat Pendidikan Perspektif Islam.
Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung. Jakarta: Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015.
Bulan Bintang, 1975.
Ma’arif, Syamsul, “Ideologi Pesantren Salaf: Deradikalisasi
Ansyar, Mohammad. Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain, Agama dan Budaya Damai,” Ibda’ Jurnal
dan Pengembangan. Jakarta: Kencana, 2015. Kebudayaan Islam 12 (2014): 198-209, diakses 3
Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik Islam: dari April 2017, doi:
Fundamentalisme, Modernisme, hingga Post- http://dx.doi.org/10.24090/ibda.v12i2.2014.pp198-
Modernisme. Jakarta: Paramadina, 2006. 209.

35 36
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya 20 (2012): 79-114, diakses 5 Januari 2017,
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di doi:http://dx.doi.org/10.21580/ws.2012.20.1. 185.
Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Sahri, “Radikalisme Islam di Perguruan Tinggi Perspektif
Munip, Abdul, “Menangkal Radikalisme Agama di Politik Islam,” Al-Daulah: Jurnal Hukum dan
Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam 2 (2012): 159- Perundangan Islam 6, (2016): 237-268.
181, diakses 5 Januari 2017, doi:
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
10.14421/jpi.2012.12.159-181.
Kencana, 2010.
Nurdin, Syafruddin dan Andriantoni. Kurikulum dan
Saylor, J.G dkk. Curriculum Planning for Better Teaching
Pembelajaran. Jakarta: Rajawwali Press: 2016
and Learning. New York: Holt Rinehart and
Oliva, Peter F. Developing the Curriculum. New York: Winston, 1981.
Harper Collins, 1992.
Shihab, Alwi. Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Beragama. Bandung: Mizan, 1999.
Tahun 2008, Standar Kompetensi Lulusan dan
Stevenson, Jonathan. “Counter-Terrorist Strategies,” dalam
Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Radical Islam and International Security, Hillel
Arab di Madrasah, bab VIII
Frisch dan Efraim Inbar. London: Routledge, 2008.
Pratt, David. Curriculum Design and Development. New PDF e-book, bab 12.
York: Harcourt Brace Jovanovich, 1980.
Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.
Qodir, Zuly. Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta: Jakarta: Raja Grafindo, 1996.
Pustaka Pelajar, 2014.
Swartz, David. Culture and Power the Sociology of Pierre
Raihani. Curriculum Construction in the Indonesian Bourdieu. London: The University of Chicago
Pesantren. Berlin: Lambert Academic Publishing, Press, 1997, PDF e-book, bab 6.
2010.
Taruna, Mulyani Mudis. “Pondok Pesantren Ittiba’us
Rakhmat Nur Hakim, “Survei Wahid Foundation: Indonesia Sunnah Klaten; Antara Radikalisme dan Semangat
Masih Rawan Intoleransi dan Radikalisme,” Kebangsaan”, dalam Radikalisme dan Kebangsaan
diakses pada 5 Januari 2017, Kelompok Keagamaan Perspektif Pendidikan, Siti
http://nasional.kompas.com/read Muawanah dkk, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran,
/2016/08/01/13363111 2016.
/survei.wahid.foundation.indonesia.masih.rawan.int
Thohir, Muhammad, “Radikalisme Versus Pendidikan
oleransi.dan.radikalisme?page=all.
Agama Menggali Akar Radikalisme Dari
Rokhmad, Abu, “Radikalisme Islam dan Upaya Kekerasan Terhadap Anak Atas Nama Pendidikan
Deradikalisasi Paham Radikal”, Jurnal Walisongo Agama,” Nadwa Jurnal Pendidikan Islam 9 (2015):

37 38
16-182, diakses 5 Januari 2017, doi:
http://dx.doi.org/10.21580/nw.2015.9.2.521.
Tibi, Bassam. Islamism and Islam. London: Yale
University Press, 2012, PDF e-book, bab 5.
_______. “Religious extremism or religionization of
politics? The Ideological foundations of political
Islam”. dalam Radical Islam and International
Security, Hillel Frisch dan Efraim Inbar, 11-37.
London: Routledge, 2008. PDF e-book, bab 1.
Turmudi, Endang. Islam dan Radikalisme di Indonesia.
Jakarta: LIPI Press, 2005.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 butir 19.
Wiles, Jon & Joseph Boundi. Curriculum Development: A
Guide to Practice, fourth edition.New York:
Macmillan Publishing Company, 1993.

39

Anda mungkin juga menyukai