Abstraksi :
Dorongan untuk penelitian ini didukung oleh abstain data yang signifikan kepada penulis rekap dari berbagai
sumber, baik jurnal dan media massa. Untuk kondisi abstain seluruh negeri dengan rasio antara jumlah abstain
dalam pemilihan Jawa dan luar daerah Jawa adalah 30% berbanding 29%. Sementara pada pelaksanaan pemilu yang
digelar di seluruh wilayah negara menunjukkan tingginya jumlah abstain pada pemilih di kota Surabaya, 50,36%,
yang merupakan jumlah terbesar dari non-pemilih di negara ini. Terkait dengan fenomena penelitian ini berfokus
pada pembuatan Pola Sosialisasi Politik Untuk Minimalkan Pemilih Golput Dalam studi General Election.This
ditargetkan dapat menilai dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu terjadinya non-pemilih di kota Surabaya
pada walikota pemilu dan pemilihan gubernur yang telah dilaksanakan. Jenis penelitian ini adalah eksplorasi,
dengan stratified random sampling dan analisis Interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penarik faktor / tarik
abstain antara lain: memilih hak bukan kewajiban, sehingga dapat diabaikan oleh para pemilih, jumlah penduduk
perkotaan di Surabaya, undangan yang diberikan petugas tidak pemilih di elit daerah perumahan, dan kejenuhan
pemilih pada jenis pemilu yang run.As untuk faktor pendorong / dorongan antara lain: sistem pelatihan sosialisasi
melalui media sosial, mengajak pemilih pemula untuk menjadi sukarelawan, dan memanfaatkan seni media lokal
sebagai sarana sosialisasi. Pola sosialisasi yang telah dilakukan penyelenggara pemilu meliputi: tatap muka
Communi kation, komunikasi melalui media massa dan mobilisasi seni lokal dan media sosial.
Abstract
The impuls for this study was supported by the data abstentions significant to the author recaps from
various sources, both journals and the mass media. For the abstentions conditions throughout the country with a ratio
between the number of abstentions in the elections of Java and outside Java region was 30% versus 29%. Meanwhile
on the implementation of the election which was held in all regions of the country showed a high number of
abstentions on the voters in the city of Surabaya, 50.36%, which is the largest number of non-voters in the country.
Related to the phenomenon of this research focuses on the manufacture of Political Socialization Patterns In order to
Minimize Voter Abstentions In the General Election.This study is targeted to be able to assess and identify factors
that trigger the occurrence of non-voters in the city of Surabaya on mayoral election and governor election that have
been implemented. This type of research is exploratory, with stratified random sampling and analysis interaktif.
Research result shows that the factor towing / pull the abstentions among others: choosing the right but not the
obligation, so it can be ignored by the voters, the number of urban residents in Surabaya, invitation given the clerk
not to the voters in the elite residential area, and the saturation of voters on the kind of election that is run.As for the
factors driving / push among others: training system of socialization through social media, invites voters beginner to
volunteer, and utilizing local art media as a means of socialization. Patterns of socialization has been done election
organizers include: face-to-face communi cation, communication through the mass media and the mobilization of
local art and media social.
1
Alamat Korespondensi : Lolita_sari@yahoo.com
2
Alamat Korespondensi :jamiljurist@gmail.com
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
25
rikan suara yang tidak valid / tidak sesuai Gambar 1. Pola Yang Digunakan
dengan cara dengan sengaja menandai item
Peraturan yang
yang salah atau tiidak mengisinya sama se terkait dengan
Kondisi
obyektif
kali atau tidak menggunakan hak pilihnya.3 sosialisasi
pemilih
pemilih dalam
Golput merupakan hak setiap warga pemilukada
golput
negara dan merupakan pilihan siapapun, tapi Pull and Push Factor
jelas bukan pilihan yang bertanggung jawab.
Karena dengan golput, bahwa warga negara
tersebut menunjukkan ketidakpedulian de Pola Sosialisasi
Pemilukada yang Pola
ngan nasib bangsa sendiri dan tidak mendu Sosialisasi
kung terciptanya suasana demokrasi. telah yang dapat
3.3. Pemilukada dilaksanakan meminimalisir
golput dalam
KPUD
Pemilukada merupakan salah satu ben pemilukada
tuk implementasi desentralisasi dalam pres
pektif politik, dimana terjadi proses transfer
lokus kekuasaan dari pusat ke daerah (Lili
Romli, 2005: 16). Melalui pemilukada rakyat
daerah dapat menentukan jalannya pemerinta B. METODE PENELITIAN
han dengan memilih pemimpin yang dikehen Penelitian ini merupakan penelitian
daki secara bebas dan rahasia. kualitatif yang bersifat teknis aplikatif de
Lembaga Negara yang berwenang me ngan pendekatan pendekatan politik hukum.
nyelenggarakan pemilukada adalah KPUD, Target penelitian adalah membuat pola sosi
dalam penelitian ini adalah KPU Kabupaten/ alisasi politik yang tepat yang sudah dise
Kota sebagaimana diatur dalam UU N0.22 suaikan dengan kondisi obyektif pemilih gu
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. na meminimalisir golput dalam pemilukada.
Lebih jelasnya, pada paragraf 3, pasal 10 ayat Penelitian ini dilakukan di Kota Su
3 butir e disebutkan bahwa tugas dan wewe rabaya (representasi dari masyarakat kota
nang KPU Kabupaten/ Kota dalam menye besar dengan tingkat heterogenitas yang
lenggarakan pemilukada adalah mengkoordi tinggi) yang memiliki pemilih golput terting
nasikan, menyelenggarakan, dan mengendali gi dalam pemilukada di Indonesia (52,7 %).
kan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu Penetapan unit analisis dalam peneli
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tian ini menggunakan teknik stratified ran
Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan perun dom sampling pada pemilih golput, serta key
dangan dengan berpedoman pada KPU dan/ informan pada KPUD Suarabaya.
atau KPU Provinsi. Dalam melaksanakan tu Pengumpulan data dilakukan dengan
gasnya pada penyelengaraan pemilukada, metode wawancara pada unit analisis dengan
KPU Kabupaten/ Kota diawasi oleh lembaga menggunakan interview guide.
pengawas pemilu yaitu Panwaslu Kabupaten/ 5. Teknik Analisa Data
Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu lapang Penelitian ini menggunakan analisis
an, dan Panwaslu Luar Negeri (UU No.22 interaktif, dimana dalam analisis ini terdiri da
Tahun 2007). ri 3 komponen analisi yaitu ; 1. Reduksi data,
2. Sajian data, dan 3 penarikan kesimpulan.
3
http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2310207-
pengertian-golput
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
29
bantu mensosialisasikan tahapan pelaksanaan c. Peran serta masyarakat dan partai poli
pemilu melalu berbagai jejaring social seperti tik dalam Pemutakhiran Data dan Pe
facebook, twiter dll. nyusunan Daftar Pemilih.
Pola sosialisasi lain yang dilakukan oleh 2. Materi sosialisasi Pendaftaran dan Pene
KPU Surabaya adalah memnfaatkan me dia tapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan
seni local seperti pagelaran ludruk, pem Wakil Kepala Daerah, antara lain:
buatan karikatur, dangdutan dan lain-lain, a. Jadwal Pencalonan Pasangan Calon Ke
dismping itu KPU Surabaya dalam rangka pala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
melakukan sosialisasi tahapan pemilu ini juga yang diajukan oleh Partai Politik dan
melakukan mobilisasi social seperti jalan se Perseorangan;
hat atau gerak jalan yang diikuti oleh semua b. Persyaratan Pasangan Calon Kepala
penyelenggara pemilu mulai dari KPU hing ga Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan juga c. Persyaratan Pengajuan Pasangan Calon
masyarakat umum dengan menggunakan atri Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dae
but kepemiluan seperti kaos yang sudah disa rah dari Partai Politik/Gabungan Partai
blon dan bertulisakan ajakan berpartisipasi ak Politik dan Perseorangan;
tif dalam mensukseskan pelaksanaan pemilu. d. Mekanisme Verifikasi Persyaratan Pa
Dalam power point bimtek yang kami sangan Calon Kepala Daerah dan Wa
dapatkan dari KPU Surabaya Pola sosialisasi kil Kepala Daerah yang diajukan oleh
pemilu meliputi : Partai Politik/Gabungan Partai Politik
1. Komunikasi tatap muka; dan Perseorangan;
2. Media massa; e. Penetapan Pasangan Calon Kepala Dae
3. Bahan sosialisasi; rah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Mobilisasi social f. Pengundian dan Penetapan Nomor urut
5. Pemanfaatan budaya local/tradisonal Pasangan Calon Kepala Daerah dan
6. Laman kpu provinsi/KIP aceh dan/atau Wakil Kepala Daerah.
7. Papan pengumuman KPU Provinsi/KIP 3. Materi sosialisasi kampanye, antara lain :
Aceh dan KPU kabupaten/Kota a. Regulasi kampanye;
8. Media social b. Jadwal kampanye;
9. Media kreasi; dan/atau c. Visi, Misi dan Program kerja Pasangan
10. Bentuk lain yang memudahkan masyara Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepa
kat mendapatkan informasi pemilihan de la Daerah;
ngan baik. d. Laporan Dana Kampanye pasangan ca
lon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Adapun materi sosialisasi dalam Pasal 5 Daerah.
PKPU tentang Pedoman sosialisasi dibagi ke 4. Materi sosialisasi Pemungutan dan Peng
beberapa pokok tahapan penting dalam ta hitungan Suara, antara lain:
hapan pelaksanaan pemilu yang meliputi: a. Tata cara pemungutan suara;
1. Materi sosialisasi Pemutakhiran Data dan b. Tata cara penghitungan suara;
Penyusunan Daftar pemilih, meliputi c. Rekapitulasi hasil penghitungan suara
antara lain : di KPPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota
a. Mekanisme pemutakhiran dan penyu dan KPU Provinsi;
sunan daftar pemilih; d. Pengumuman hasil Pemilu Kepala
b. Tahapan dan jadwal pemutakhiran dan Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
penyusunan daftar pemilih;
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
33
5. Penetapan Pasangan Calon Kepala Dae nya proses sosialisasi menurut kami tidak
rah dan Wakil Kepala Daerah, Pengesa hanya dilakukan menjelang terlaksananya pe
han dan Pengangkatan; milihan saja tetapi hal itu melekat pada tugas
6. Hak dan Kewajiban Warga Negara Pasca dan fungsi penyelenggara pemilu selama dia
Pemilu; bertugas.
7. Materi lain yang dianggap penting dalam
setiap tahapan penyelenggaraan. D. Kesimpulan
Dari data sementara yang telah
5. Pola Sosialisasi oleh Panwaslu Suraba ya berhasil peneliti dapatkan sebagaimana telah
Peneliti tidak menemukan satu pasal diuraikan dalam bab hasil yang dicapai (bab
pun baik di Undang-undang No. 15 tahun 5) di atas, maka kesimpulan sementara yang
2011 tentang penyelenggara pemilu maupun dapat peneliti sarikan adalah sebagai berikut :
dalam undang-undang tentang pemilihan gu Pola komunikasi yang berkembangan dalam
bernur, bupati dan walikota yang baru yang sosialisai Pola atau Metode sosialisasi dan
mengatur tentang kewajiban panwaslu untuk penyampaian informasi yang digunakan oleh
melakukan sosialisasi pemilu. KPU meliputi : komunikasi tatap muka, ko
Dalam wawancara kami dengan komisi munikasi melalui media massa dan mobilisasi
oner panwaslu kota Surabaya, ketua panwas social. Sedangkan objek sasaran sosialisasi
lu memberikan penjelasan bahwa panwaslu adalah :
memang tidak pernah merancang pola sosia 1. Masyarakat umum (publik);
lisasi akan tetapi sering terlibat dalam mela 2. Remaja, pemuda dan mahasiswa (pe
kukan sosialisasi karena di undang oleh milih pemula);
beberapa organisasi untuk memjadi pembica 3. Perempuan;
ra dalam acara sosialisasi. Menurut ketua 4. Pengemuka pendapat;
KPU Surabaya dalam acara pilkada serentak 5. Petani, buruh, pedagang, dan kelom
yang akan dilaksanakan di akhir tahun 2015 pok pekerja lainnya;
ini panwaslu akan mengadakan sosialisasi be 6. Wartawan dan kelompok media lain
rupa kegiatan tatap muka dengan beberapa nya;
kelompok pemilih terutama kelompok pemi 7. TNI/Polri;
lih pemula. 8. Partai Politik;
Dari pola sosialisasi yang dilakukan 9. Pengawas/Pemantau Pemilu;
oleh penyelenggara pemilu di atas, peneliti 10. LSM;
berkesimpulan bahwa pelaksanaan sosialisasi 11. Pemilih dengan kebutuhan khusus.
yang telah dilakukan hanya proses men
transfer pengetahuan tahapan dan teknis pe Adapun factor penarik yang meng
milu tetapi tidak melakukan proses mentrans hambat Pendidikan politik yang dilakukan
fer penyadaran pada pemilih bahwa partisi oleh partai politik terkesan hanya formalitas
pasi semua masyarakat dalam pemilu itu pen dan hanya bertujuan untuk mencairkan angga
ting dalam rangka menguatkan demokrasi di ran saja sehingga tidak semua kalangan dapat
Indonesia. Sosialisasi hendaknya dimaknai se mengenal kualitas kader yang diusung oleh
bagai pendidikan politik. Dan bila sosialisasi partai politik untuk menjadi pimpinan daerah.
dimaknai sebagai pendidikan, maka sosiali Peneliti tidak menemukan satu pasalpun baik
sasi tidak hanya proses penyampaian tahapan di Undang-undang No. 15 tahun 2011 tentang
tetapi proses mendidik pemilih agar menjadi penyelenggara pemilu maupun dalam un
pemilih yang sadar dan cerdas. Oleh karena dang-undang tentang pemilihan gubernur, bu
34 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 24 - 35
D. Internet
http://id.shvoong.com/law-and-
politics/politics/2310207-pengertian-
golput