Anda di halaman 1dari 12

POLA SOSIALISASI POLITIK PADA PEMILIH

GUNA MEMINIMALISIR GOLPUT DALAM PEMILUKADA

Lolita Permanasari1, Jamil2

Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Surabaya

Abstraksi :
Dorongan untuk penelitian ini didukung oleh abstain data yang signifikan kepada penulis rekap dari berbagai
sumber, baik jurnal dan media massa. Untuk kondisi abstain seluruh negeri dengan rasio antara jumlah abstain
dalam pemilihan Jawa dan luar daerah Jawa adalah 30% berbanding 29%. Sementara pada pelaksanaan pemilu yang
digelar di seluruh wilayah negara menunjukkan tingginya jumlah abstain pada pemilih di kota Surabaya, 50,36%,
yang merupakan jumlah terbesar dari non-pemilih di negara ini. Terkait dengan fenomena penelitian ini berfokus
pada pembuatan Pola Sosialisasi Politik Untuk Minimalkan Pemilih Golput Dalam studi General Election.This
ditargetkan dapat menilai dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu terjadinya non-pemilih di kota Surabaya
pada walikota pemilu dan pemilihan gubernur yang telah dilaksanakan. Jenis penelitian ini adalah eksplorasi,
dengan stratified random sampling dan analisis Interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penarik faktor / tarik
abstain antara lain: memilih hak bukan kewajiban, sehingga dapat diabaikan oleh para pemilih, jumlah penduduk
perkotaan di Surabaya, undangan yang diberikan petugas tidak pemilih di elit daerah perumahan, dan kejenuhan
pemilih pada jenis pemilu yang run.As untuk faktor pendorong / dorongan antara lain: sistem pelatihan sosialisasi
melalui media sosial, mengajak pemilih pemula untuk menjadi sukarelawan, dan memanfaatkan seni media lokal
sebagai sarana sosialisasi. Pola sosialisasi yang telah dilakukan penyelenggara pemilu meliputi: tatap muka
Communi kation, komunikasi melalui media massa dan mobilisasi seni lokal dan media sosial.

Kata kunci: Sosialisasi Politik, Pemilih, pemilihan kepada daerah

Abstract

The impuls for this study was supported by the data abstentions significant to the author recaps from
various sources, both journals and the mass media. For the abstentions conditions throughout the country with a ratio
between the number of abstentions in the elections of Java and outside Java region was 30% versus 29%. Meanwhile
on the implementation of the election which was held in all regions of the country showed a high number of
abstentions on the voters in the city of Surabaya, 50.36%, which is the largest number of non-voters in the country.
Related to the phenomenon of this research focuses on the manufacture of Political Socialization Patterns In order to
Minimize Voter Abstentions In the General Election.This study is targeted to be able to assess and identify factors
that trigger the occurrence of non-voters in the city of Surabaya on mayoral election and governor election that have
been implemented. This type of research is exploratory, with stratified random sampling and analysis interaktif.
Research result shows that the factor towing / pull the abstentions among others: choosing the right but not the
obligation, so it can be ignored by the voters, the number of urban residents in Surabaya, invitation given the clerk
not to the voters in the elite residential area, and the saturation of voters on the kind of election that is run.As for the
factors driving / push among others: training system of socialization through social media, invites voters beginner to
volunteer, and utilizing local art media as a means of socialization. Patterns of socialization has been done election
organizers include: face-to-face communi cation, communication through the mass media and the mobilization of
local art and media social.

Keywords: Political socialization, Voters, election to the regions

1
Alamat Korespondensi : Lolita_sari@yahoo.com
2
Alamat Korespondensi :jamiljurist@gmail.com
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
25

A. LATAR BELAKANG MASALAH munitas. Seperti komunitas PKL, mahasiswa,


1. Pendahuluan perkampungan maupun perumahan, termasuk
Pelaksanaan pilkada di Indonesia telah komunitas minoritas lokalisasi pun di seleng
dimulai sejak bulan Juni 2005 di Kabupaten garakan demi mensukseskan Pemilukada se
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur hingga hingga dapat meminimalisir angka golput. Pa
akhir tahun 2007 ternyata telah mengukir seja da pelaksanaan pemilukada Gubernur (Pil
rah pemilu tersendiri, mengingat munculnya gub) tahun 2013 angka golput di Surabaya da
fenomena golput yang semakin tinggi. ri total pemilih yang mencapai 2.125.173 ji
Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa wa, yang menggunakan hak pilihnya hanya
Timur memiliki jumlah golput dengan pering 1.119.596 jiwa (52,78%). Tingginya angka
kat tertinggi di Indonesia. Data golput pada golput di Surabaya menjadi tugas berat KPUD
pemilihan Walikota dan pemilihan Presiden Surabaya untuk merombak pola sosia lisasi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini. yang tepat sesuai dengan kondisi obyek tif
pemilih golput agar mau menggunakan hak
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Pemilu di pilihnya sebagai bentuk pertanggung jawaban
Surabaya sebagai warga Negara yang baik, mengingat
N Jenis Tahun Hasil Juml Juml Prose pemerintah sudah mengeluarkan dana yang
O Pemil Suar ah ah ntase besar akan sebanding dengan ting ginya
ihan a Pemi Golp
tingkat partisipasi pemilih.
lih ut
Sosialisasi politik merupakan mata
1. Pilwa 2005 999.8 1.934 934.3 48,3%
li 94 .228 34 rantai paling penting diantara sistem – sistem
2. Pilwa 2010 1.012 2.142 1.130 52,7% sosial dan sistem politik. Sosialisasi politik
li .612 .899 .727 menurut Almond (Mochtar Mas’oed dan Co
3. Pilpre 2004 1.485 2.010 524.6 26,1% lin Mac Andrew, 2001), bagian dari proses so
s (Juli) .336 .003 67 sialisasi yang khusus membentuk nilai – nilai
putara
nI
politik, yang menunjukkan bagaimana seha
4. Pilpre 2004 1.427 2.003 576.4 28,7% rusnya masing – masing anggota masyarakat
s (Septe .125 .553 28 berpartisipasi dalam sistem politiknya. Sosia
putara mber) lisasi politik menunjuk pada proses pemben
n II tukan sikap – sikap politik dan pola – pola
5. Pilpre 2009 1.120 2.161 1.040 28,1% tingkah laku politik. (Komarudin Sahid,
s .981 .706 .725
2011:198)
Sumber : KPU Kota Surabaya tahun 2014
Sedangkan menurut Herbert Hyman
Tugas dan wewenang KPU Kabupa (Rush dan Althoff, 2005) sosialisasi politik
ten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilukada adalah cara – cara belajar seseorang terhadap
yaitu melaksanakan sosisalisasi penyelengga pola–pola sosial yang berkaitan dengan posisi
raan pemilukasa dan/atau yang berkaitan de –posisi kemasyarakatan yang diketengahkan
ngan tugas dan wewenang KPU Kabupaten / melalui badan–badan masyarakat. (Komaru
Kota kepada masyarakat. Adapun salah satu din Sahid, 2011:198).
tugas dan wewenang KPU Kabupaten / Kota Adapun kajian penelitian tentang pe
menjadi fasilitator kepada masyarakat guna milukada yang telah dilakukan oleh peneliti
meminimalisir pemilih yang golput pada seti terdahulu dapat dicermati dalam table 2 be
ap pelaksanaan pemilu termasuk pemilukada. rikut :
Program KPU Kota Surabaya dalam
mensosialisasikan pemilukada ke semua ko
26 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 24 - 35

Tabel 2. Penelitian Pendahulu Terkait karena ada jarak


Dengan Pemilukada emosi antara
figure calon dan
massa pemilinya
Tah Nama Topik/ Luaran yang memicu
un Peneliti Judul Penelitian lahirnya
fanatisme yang
2005 Bambang, Pilkada di Angka golput kuat.
RE. Jawa Timur yang tinggi dan 2009 Irtanto Persepsi 97% pemilih
kemenangan masyarakat merasa tidak
incumbent kota pernah mendapat
2005 Syamsul Pilkada Kualitas pilkada Surabaya sosialisasi.
Hadi Bima 2005 dipengaruhi oleh terhadap
Thubany era baru sosialisasi pelaksanaan
demokrasi pemilih dan pilkada
local di kampanye 2010 Moch. Konflik Perlunya diatur
Indonesia pilkada damai. Nurhasim Dalam kejelasan
2006 Irtanto Konflik Terdapat Pilkada pelanggaran dan
pilkada Kab. pergeseran Langsung penyimpangan
Banyuwangi patronase yang dalam
Jawa Timur disebabkan penyelenggaraan
factor maturitas pilkada,
elit politik local khususnya aspek
yang rendah pidana dan
yang memicu administrative
konflik karena termasuk
tidak dapat tahapan sengketa
menerima dan pengajuan
kekalahan gugatan.
calonnya. 2013 Ratna Mapping Upaya
2007 Ratna Pilkada Masyarakat Setyarahajo Conflict pencegahan
Setyarahajo proses daerah lebih e Anarkhists konflik anarkis
e pendewasaa dominan Between dalam
n politik berbudaya The pemilukada di
masyarakat politik subyek Election Indonesia
local dan parochial Candidate dibutuhkan
dibandingkan Support formula
budaya politik Regional komuniasi
partisipan, Head politik yang
sehingga mudah (General sesuai dengan
untuk Election) kondisi daerah
dimobilisir bagi District In masing-masing.
kepentingan Indonesia Efek
calon. And komunikasi
2008 J. Kaloh Demokrasi Pilkada Prevention politik berupa
dan kearifan merupakan Through terciptanya
local pada proses Communic pemahaman
pilkada pembelajaran ations target politik
langsung politik bagi Political (simpatisan dan
semua Formula pemilih) untuk
stakeholders menggunakan
yang terlibat hak pilihnya
untuk secara rasional,
menggunakan elegan dan
hati nuraninya
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
27

damai dapat harusnya masing–masing anggota masya


tercapai. rakat berpartisipasi dalam sistem politik
nya. Sosialisasi politik menunjuk pada
2. Permasalahan dan Tujuan Penelitian proses pembentukan sikap – sikap politik
Adapun permasalahan yang diangkat dan pola–pola tingkah laku politik. (Ko
dalam Penelitian ini adalah : a) Bagaimana marudin Sahid, 2011:198) . Beberapa
kah menemukan pull and push factor pemi tujuan dalam sosialisasi yaitu, sebagai
lih golput dalam pemilukada di Surabaya ? berikut :
dan b) Bagaimanakan Membuat pola sosia  Memberi keterampilan dan pengetahu
lisasi yang tepat pada pemilih guna memini an yang dibutuhkan untuk melang
malisir golput dalam pemilukada di Suraba sungkan kehidupan seorang kelak di
ya?. tengah-tengah masyarakat tempat dia
Tujuan Penelitian ini adalah : a) mene menjadi salah satu anggotanya.
mukan pull and push factor pemilih golput da  Menambah kemampuan berkomunika
lam pemilukada di Surabaya ? dan b) si secara efektif dan efisien serta
Membuat pola sosialisasi yang tepat pada mengembangkan kemampuannya un
pemilih guna meminimalisir golput dalam pe tuk membaca, menulis, dan bercerita.
milukada di Surabaya.
 Membantu pengendalian fungsi-fung
si organic yang dipelajari melalui lati
3. Tinjauan Pustaka han mawas diri yang tepat.
3.1.Sosialisasi Politik
 Membiasakan individu dengan nilai-
Sosialisasi adalah sebuah proses seu
nilai dan kepercayaan pokok yang ada
mur hidup yang berkenaan dengan bagaima na
pada masyarakat.
individu mempelajari cara-cara hidup, nor ma,
dan nilai social yang terdapat dalam ke
Sosialisasi politik merupakan mata
lompoknya agar dapat berkembang menjadi
rantai paling penting diantara sistem – sistem
pribadi yang dapat diterima oleh kelompok
sosial dan sistem politik. Sosialisasi politik
nya.
menurut Almond (Mochtar Mas’oed dan Co
Pengertian sosialisasi menurut beberapa
lin Mac Andrew, 2001), bagian dari proses
sosiolog :
sosialisasi yang khusus membentuk nilai –
 Charlotte Buhler : Sosialisasi adalah nilai politik, yang menunjukkan bagaimana
proses individu-individu yang belajar
seharusnya masing–masing anggota masyara
dan menyesuaikan diri.
kat berpartisipasi dalam sistem politiknya. So
 Peter Berger : sosialisasi adalah suatu sialisasi politik menunjuk pada proses pem
proses dimana seorang anak belajar bentukan sikap– sikap politik dan pola – pola
menjadi seorang anggota yang berpar tingkah laku politik. (Komarudin Sahid,
tisipasi dalam masyarakat. 2011:198)
 Bruce J. Cohen : Sosialisasi adalah 3.2. Golput
proses manusia mempelajari tata cara Golput atau golongan putih yang da
kehidupan dalam masyarakat. lam bahasa Inggrisnya adalah Abstain adalah
Sosialisasi politik menurut Al tindakan untuk tidak memilih dengan tidak
mond (Mochtar Mas’oed dan Colin Mac menggunakan suaranya dalam pemilihan
Andrew, 2001), bagian dari proses sosiali umum. Seseorang yang melakukan golput di
sasi yang khusus membentuk nilai – nilai kontraskan dengan "memberikan suara ko
politik, yang menunjukkan bagaimana se song" dimana seseorang yang golput membe
28 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 24 - 35

rikan suara yang tidak valid / tidak sesuai Gambar 1. Pola Yang Digunakan
dengan cara dengan sengaja menandai item
Peraturan yang
yang salah atau tiidak mengisinya sama se terkait dengan
Kondisi
obyektif
kali atau tidak menggunakan hak pilihnya.3 sosialisasi
pemilih
pemilih dalam
Golput merupakan hak setiap warga pemilukada
golput
negara dan merupakan pilihan siapapun, tapi Pull and Push Factor
jelas bukan pilihan yang bertanggung jawab.
Karena dengan golput, bahwa warga negara
tersebut menunjukkan ketidakpedulian de Pola Sosialisasi
Pemilukada yang Pola
ngan nasib bangsa sendiri dan tidak mendu Sosialisasi
kung terciptanya suasana demokrasi. telah yang dapat
3.3. Pemilukada dilaksanakan meminimalisir
golput dalam
KPUD
Pemilukada merupakan salah satu ben pemilukada
tuk implementasi desentralisasi dalam pres
pektif politik, dimana terjadi proses transfer
lokus kekuasaan dari pusat ke daerah (Lili
Romli, 2005: 16). Melalui pemilukada rakyat
daerah dapat menentukan jalannya pemerinta B. METODE PENELITIAN
han dengan memilih pemimpin yang dikehen Penelitian ini merupakan penelitian
daki secara bebas dan rahasia. kualitatif yang bersifat teknis aplikatif de
Lembaga Negara yang berwenang me ngan pendekatan pendekatan politik hukum.
nyelenggarakan pemilukada adalah KPUD, Target penelitian adalah membuat pola sosi
dalam penelitian ini adalah KPU Kabupaten/ alisasi politik yang tepat yang sudah dise
Kota sebagaimana diatur dalam UU N0.22 suaikan dengan kondisi obyektif pemilih gu
Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. na meminimalisir golput dalam pemilukada.
Lebih jelasnya, pada paragraf 3, pasal 10 ayat Penelitian ini dilakukan di Kota Su
3 butir e disebutkan bahwa tugas dan wewe rabaya (representasi dari masyarakat kota
nang KPU Kabupaten/ Kota dalam menye besar dengan tingkat heterogenitas yang
lenggarakan pemilukada adalah mengkoordi tinggi) yang memiliki pemilih golput terting
nasikan, menyelenggarakan, dan mengendali gi dalam pemilukada di Indonesia (52,7 %).
kan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu Penetapan unit analisis dalam peneli
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tian ini menggunakan teknik stratified ran
Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan perun dom sampling pada pemilih golput, serta key
dangan dengan berpedoman pada KPU dan/ informan pada KPUD Suarabaya.
atau KPU Provinsi. Dalam melaksanakan tu Pengumpulan data dilakukan dengan
gasnya pada penyelengaraan pemilukada, metode wawancara pada unit analisis dengan
KPU Kabupaten/ Kota diawasi oleh lembaga menggunakan interview guide.
pengawas pemilu yaitu Panwaslu Kabupaten/ 5. Teknik Analisa Data
Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu lapang Penelitian ini menggunakan analisis
an, dan Panwaslu Luar Negeri (UU No.22 interaktif, dimana dalam analisis ini terdiri da
Tahun 2007). ri 3 komponen analisi yaitu ; 1. Reduksi data,
2. Sajian data, dan 3 penarikan kesimpulan.

3
http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2310207-
pengertian-golput
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
29

Gambar 2. Model Analisis Interaktif paten untuk melakukan sosialisasi pemilu “


melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pe
Pengumpulan milihan gubernur, bupati, dan walikota dan/
data
atau yang berkaitan dengan tugas KPU Kabu
Red
uksi Data Display paten/Kota kepada masyarakat.” Terhadap ke
data tentuan ini KPU pusat telah membentuk pe
Conclusoin doman pelaksanaan sosialisasi dengan menge
Drawing luarkan PKPU No. 11 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi Penyeleng
garaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah. Dalam PKPU tersebut
dijelaskan bahwa tujuan diadakannya sosiali
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan sasi meliputi :
1. Pengetahuan tentang pemilu 1. Meningkatkan pemahaman dan pengeta
Pengetahuan pemilih tentang adanya pe huan masyarakat akan pentingnya Pemi
milu cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dari lu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dae
jawaban para pemilih terhadap pertanyaan da rah dalam membangun kehidupan demo
lam kuesioner yang kami ajukan yaitu apakah krasi di Indonesia;
anda mengetahui tentang pelaksanaan pemi 2. Meningkatkan pemahaman dan pengeta
lu? dari seratus responden yang kami tanya huan masyarakat tentang program, taha
kan tidak satupun responden yang menjawab pan, jadwal,dan hasil Pemilu Kepala Dae
tidak tahu semua responden menjawab meng rah dan Wakil Kepala Daerah;
etahui. Akan tetapi ketika kami menanyakan 3. Meningkatkan pemahaman dan pengeta
darimanakah anda mendapatkan informasi huan masyarakat tentang beberapa hal
tentang pelaksanaan pemilu ? Jawaban res teknis dalam menggunakan hak politik
ponden sangat beragam. Dari seratus repon dan hak pilihnya dalam Pemilu Kepala
den yang kami tanyakan hanya 33 orang yang Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
terdiri dari 7 pemilih pemula, 16 pemi lih dari 4. Meningkatkan kesadaran masyarakat
kalangan pendidik dan 10 pemilih da ri khususnya pemilih untuk berperan serta
kalangan PNS mengaku mengetahui infor dalam setiap tahapan Pemilu Kepala Dae
masi pelaksanaan pemilu dari sosialisasi yang rah dan Wakil Kepala Daerah;
diadakan oleh KPU disamping dari atribut 5. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi
kampanye yang tersebar diberbagai tempat. pemilih dalam menggunakan hak pilih
Sedangkan sisanya mengaku tidak pernah nya pada Pemilu Kepala Daerah dan Wa
mendapatkan sosialisasi dari penyelenggara kil Kepala Daerah.
pemilu baik sosialisasi yang dilakukan oleh
kpu maupun panwaslu kota Surabaya. Dari Beberapa regulasi diatas jelas mengama
100 respondeny yang kami surve kebanyakan nahkan kepada PKU selaku penyelenggara
mengetahui tentang pelaksanaan pemilu dari Negara untuk melakukan sosialisasi pada pe
atribut kampanye yang tersebar dipinggir- milih, namun bila dilihat dari hasil surve dia
pinggir jalan dan TV. tas pelaksanaan sosialisasi masih perlu diting
Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi katkan kembali.
yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu
masih sangat lemah padahal Pasal 10 ayat 3
huruf q mengamanahkan kepada KPU kabu
30 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 24 - 35

2. Ketertarikan pada calon c. membangun etika dan budaya politik da


Ketertarikan pemilih pada calon kepa lam kehidupan bermasyarakat, berbang
la daerah juga mendapatkan respon yang sa sa, dan bernegara.
ngat sedikit. Hal ini terbukti dari 100 res
pondent yang kami tanyakan 17 orang yang Sedangkan dalam Pasal 29 Undang-
menyatakan tertarik pada calon kepala daerah undang No. 2 tahun 2011 TentangPerubahan
dan anehnya lagi yang menyatakan tertarik atas Undang-undang nomor 2 tahun 2008
pada calon bukan dari kalangan orang tentang partai politik dijelaskan bahwa tugas-
berpendidikan tetapi dari kalangan pekerja pa tugas partai politik adalah melakukan rekrut
brik, kalangan supir angkot dan pemilih pe men pada :
mula. Sedangkan yang lain mengaku tidak ter 1. anggota Partai Politik;
tarik pada calon yang di usung baikoleh par 2. bakal calon anggota Dewan Perwakilan
tai politik maupun calon perseorangan. Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat
Kondisi diatas menunjukkan bahwa Daerah;
peran dan fungsi partai politik dalam melak 3. bakal calon kepala daerah dan wakil ke
sanakan pendidikan politik belum berjalan pala daerah; dan
secara maksimal. Dalam Pasal 10 Undang- 4. bakal calon Presiden dan Wakil Presi
undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Po den
litik dijelaskan bahwa Tujuan partai politik
dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan Melihat ketentuan tentang partai politik
tujuan khusus : di dua undang-undang yang berbeda tersebut,
1. Tujuan umum Partai Politik terdiri dari : peneliti mempunyai kesimpulan bahwa partai
a. Mewujudkan cita-cita nasional bartgsa politik mempunyai kewajiban melakukan re
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam krutmen kader-kader pemimpin Negara baik
Pembukaan Undang-Undang Dasar Ne pusat maupun daerah dan memperkenalkan
gara Republik Indonesia Tahun 1945; kadernya tersebut melalui pendidikan politik
b. menjaga dan memelihara keutuhan Neg yang menjadi salah satu fungsi dari partai
ara Kesatuan Republik Indonesia; politik. Namun bila melihat dari hasil survi
c. mengembangkan kehidupan demokrasi yang telah kami lakukan Nampak jelas bah wa
berdasarkan Pancasila dengan men pendidikan politik yang dilakukan oleh partai
junjung tinggi kedaulatan rakyat dalam politik belum menyentuh pada masyara kat
Negara Kesatuan Republik Indonesia; luas. Pendidikan politik yang dilakukan oleh
dan partai politik terkesan hanya formalitas dan
d. mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh hanya bertujuan untuk mencairkan ang garan
rakyat Indonesia. saja sehingga tidak semua kalangan da pat
2. Tujuan khusus Partai Politik adalah: mengenal kualitas kader yang diusung oleh
a. meningkatkan partisipasi politik anggota partai politik untuk menjadi pimpinan daerah.
dan masyarakat dalam rangka penyeleng
garaan kegiatan politik dan pemerinta 3. Penggunaan Hak Memilih
han; Dalam hal penggunaan hak memilih
b. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dari 100 responden yang kami tanyakan ter
dalam kehidupan bermasyarakat, ber dapat 20 orang yang mengaku tidak menggu
bangsa, dan bernegara; dan nakan hak memilihnya (golput). Penyumbang
golput terbesar dari 100 responden yang kami
tanyakan adalah kalangan pemilih pemula
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
31

yang mencapai jumlah 15 orang sisanya ada


lah 3 buruh pabrik 1 orang dari PNS dan satu 4. Pola Sosialisasi Pemilu Oleh KPU
orang lagi dari kalangan pendidik. Pengertian yuridis sosialisasi pemilu
Kami memang tidak menanyakan le dapat kita temukan pada pasal 1 angka 7 per
bih lanjut alasan ketidak tertarikan mereka pu No. 11 tahun 2010 Tentang Pedoman pe
dalam menggunakan hak memilih mereka pa laksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemili
da Pilwali Surabaya dalam kuesioner yang han umum kepala daerah dan wakil kepala
kami sebar. Tetapi ketika hal ini kami konfir daerah ( PKPU Tentang Pedoman Sosialisasi)
masi pada penyelenggara pemilu melalui wa adalah proses penyampaian informasi menge
wancara yang kami lakukan terdapat jawaban nai sistem, tata cara teknis, tahapan, program,
yang sangat beragam. Menurut ketua KPU dan jadwal, hasil pemilu, serta hal-hal lain
surabaya Bapak Robiyan Arifin ada bebera yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pe
pa penyebab kenapa angka golput masih sig milu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dae
nifikan disurabaya. Pertama, karena memilih rah.
itu merupakan hak bukan kewajiban sebagai Pola atau Metode sosialisasi dan pe
mana aturan di Australia. Kedua kota Sura nyampaian informasi yang digunakan oleh
baya merupakan kota metropolitan dan ba KPU meliputi : komunikasi tatap muka, ko
nyak penduduk urban sehingga mereka tidak munikasi melalui media massa dan mobilisasi
mempunyai ikatan emosional dengan para ca social. Sedangkan objek sasaran sosialisasi
lon dan banyak juga yang belum mempunyai adalah :
kartu tanda penduduk (KTP) sehingga tidak a. Masyarakat umum (publik);
mempunyai hak memilih disurabaya. Ketiga b. Remaja, pemuda dan mahasiswa (pemi
warga Surabaya juga banyak para pengusaha lih pemula);
yang bertempat tinggal diperumahan namun c. Perempuan;
kebanyakan pulang dari kantor tempat me d. Pengemuka pendapat;
reka bekerja sore hari dan tiba kerumah su dah e. Petani, buruh, pedagang, dan kelom
larut malam. Sementara itu, petugas pe pok pekerja lainnya;
nyelenggara pemilu yaitu Panitia Pemungu f. Wartawan dan kelompok media lain
tan Suara (PPS) mengahantarkan undangan ke nya;
perumahan-perumahan tersebut pada siang g. TNI/Polri;
hari yang hanya ditemui oleh anjing mereka. h. Partai Politik;
Sedangkan menurut kerua Panwaslu i. Pengawas/Pemantau Pemilu;
Surabaya bapak Wahyu mengatakan bahwa j. LSM;
salah satu penyebab angka golput masih sig k. Pemilih dengan kebutuhan khusus.
nifikan di Kota Surabaya adalah karena ma
syarakat sudah jenuh dengan pemilihan yang Dalam wawancara yang kami lakukan
sudah sangat sering dilaksanakan mulai dari dengan KPU Surabaya, Komisioner KPU
pemilihan presdien dan wakil presiden, pemi menjelaskan bahwa khusus untuk masyarakat
lihan anggota DPR, DPD dan DPRD, Pemi yang mellek (memahami) internet khususnya
lihan Gubernur Jatim, Pemilihan Wali Kota pemilih pemula yang terdiri dari siswa SMA
bahkan hingga pemilihan kepala desa di desa dan sederajat serta mahasiswa semester awal
nya masing-masing. Ketua kpu juga berpen KPU surabaya akan mendisain dan menga
dapat sama dengan KPU bahwa penduduk ur dakan pelatian sistem sosialisasi melalui me
ban juga menjadi faktor pemicu banyaknya dia social. Jadi KPU akan megajak para pemi
Golput di Surabaya. lih pemula untuk menjadi relawan yang mem
32 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 24 - 35

bantu mensosialisasikan tahapan pelaksanaan c. Peran serta masyarakat dan partai poli
pemilu melalu berbagai jejaring social seperti tik dalam Pemutakhiran Data dan Pe
facebook, twiter dll. nyusunan Daftar Pemilih.
Pola sosialisasi lain yang dilakukan oleh 2. Materi sosialisasi Pendaftaran dan Pene
KPU Surabaya adalah memnfaatkan me dia tapan Pasangan Calon Kepala Daerah dan
seni local seperti pagelaran ludruk, pem Wakil Kepala Daerah, antara lain:
buatan karikatur, dangdutan dan lain-lain, a. Jadwal Pencalonan Pasangan Calon Ke
dismping itu KPU Surabaya dalam rangka pala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
melakukan sosialisasi tahapan pemilu ini juga yang diajukan oleh Partai Politik dan
melakukan mobilisasi social seperti jalan se Perseorangan;
hat atau gerak jalan yang diikuti oleh semua b. Persyaratan Pasangan Calon Kepala
penyelenggara pemilu mulai dari KPU hing ga Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan juga c. Persyaratan Pengajuan Pasangan Calon
masyarakat umum dengan menggunakan atri Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dae
but kepemiluan seperti kaos yang sudah disa rah dari Partai Politik/Gabungan Partai
blon dan bertulisakan ajakan berpartisipasi ak Politik dan Perseorangan;
tif dalam mensukseskan pelaksanaan pemilu. d. Mekanisme Verifikasi Persyaratan Pa
Dalam power point bimtek yang kami sangan Calon Kepala Daerah dan Wa
dapatkan dari KPU Surabaya Pola sosialisasi kil Kepala Daerah yang diajukan oleh
pemilu meliputi : Partai Politik/Gabungan Partai Politik
1. Komunikasi tatap muka; dan Perseorangan;
2. Media massa; e. Penetapan Pasangan Calon Kepala Dae
3. Bahan sosialisasi; rah dan Wakil Kepala Daerah;
4. Mobilisasi social f. Pengundian dan Penetapan Nomor urut
5. Pemanfaatan budaya local/tradisonal Pasangan Calon Kepala Daerah dan
6. Laman kpu provinsi/KIP aceh dan/atau Wakil Kepala Daerah.
7. Papan pengumuman KPU Provinsi/KIP 3. Materi sosialisasi kampanye, antara lain :
Aceh dan KPU kabupaten/Kota a. Regulasi kampanye;
8. Media social b. Jadwal kampanye;
9. Media kreasi; dan/atau c. Visi, Misi dan Program kerja Pasangan
10. Bentuk lain yang memudahkan masyara Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepa
kat mendapatkan informasi pemilihan de la Daerah;
ngan baik. d. Laporan Dana Kampanye pasangan ca
lon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Adapun materi sosialisasi dalam Pasal 5 Daerah.
PKPU tentang Pedoman sosialisasi dibagi ke 4. Materi sosialisasi Pemungutan dan Peng
beberapa pokok tahapan penting dalam ta hitungan Suara, antara lain:
hapan pelaksanaan pemilu yang meliputi: a. Tata cara pemungutan suara;
1. Materi sosialisasi Pemutakhiran Data dan b. Tata cara penghitungan suara;
Penyusunan Daftar pemilih, meliputi c. Rekapitulasi hasil penghitungan suara
antara lain : di KPPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota
a. Mekanisme pemutakhiran dan penyu dan KPU Provinsi;
sunan daftar pemilih; d. Pengumuman hasil Pemilu Kepala
b. Tahapan dan jadwal pemutakhiran dan Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
penyusunan daftar pemilih;
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
33

5. Penetapan Pasangan Calon Kepala Dae nya proses sosialisasi menurut kami tidak
rah dan Wakil Kepala Daerah, Pengesa hanya dilakukan menjelang terlaksananya pe
han dan Pengangkatan; milihan saja tetapi hal itu melekat pada tugas
6. Hak dan Kewajiban Warga Negara Pasca dan fungsi penyelenggara pemilu selama dia
Pemilu; bertugas.
7. Materi lain yang dianggap penting dalam
setiap tahapan penyelenggaraan. D. Kesimpulan
Dari data sementara yang telah
5. Pola Sosialisasi oleh Panwaslu Suraba ya berhasil peneliti dapatkan sebagaimana telah
Peneliti tidak menemukan satu pasal diuraikan dalam bab hasil yang dicapai (bab
pun baik di Undang-undang No. 15 tahun 5) di atas, maka kesimpulan sementara yang
2011 tentang penyelenggara pemilu maupun dapat peneliti sarikan adalah sebagai berikut :
dalam undang-undang tentang pemilihan gu Pola komunikasi yang berkembangan dalam
bernur, bupati dan walikota yang baru yang sosialisai Pola atau Metode sosialisasi dan
mengatur tentang kewajiban panwaslu untuk penyampaian informasi yang digunakan oleh
melakukan sosialisasi pemilu. KPU meliputi : komunikasi tatap muka, ko
Dalam wawancara kami dengan komisi munikasi melalui media massa dan mobilisasi
oner panwaslu kota Surabaya, ketua panwas social. Sedangkan objek sasaran sosialisasi
lu memberikan penjelasan bahwa panwaslu adalah :
memang tidak pernah merancang pola sosia 1. Masyarakat umum (publik);
lisasi akan tetapi sering terlibat dalam mela 2. Remaja, pemuda dan mahasiswa (pe
kukan sosialisasi karena di undang oleh milih pemula);
beberapa organisasi untuk memjadi pembica 3. Perempuan;
ra dalam acara sosialisasi. Menurut ketua 4. Pengemuka pendapat;
KPU Surabaya dalam acara pilkada serentak 5. Petani, buruh, pedagang, dan kelom
yang akan dilaksanakan di akhir tahun 2015 pok pekerja lainnya;
ini panwaslu akan mengadakan sosialisasi be 6. Wartawan dan kelompok media lain
rupa kegiatan tatap muka dengan beberapa nya;
kelompok pemilih terutama kelompok pemi 7. TNI/Polri;
lih pemula. 8. Partai Politik;
Dari pola sosialisasi yang dilakukan 9. Pengawas/Pemantau Pemilu;
oleh penyelenggara pemilu di atas, peneliti 10. LSM;
berkesimpulan bahwa pelaksanaan sosialisasi 11. Pemilih dengan kebutuhan khusus.
yang telah dilakukan hanya proses men
transfer pengetahuan tahapan dan teknis pe Adapun factor penarik yang meng
milu tetapi tidak melakukan proses mentrans hambat Pendidikan politik yang dilakukan
fer penyadaran pada pemilih bahwa partisi oleh partai politik terkesan hanya formalitas
pasi semua masyarakat dalam pemilu itu pen dan hanya bertujuan untuk mencairkan angga
ting dalam rangka menguatkan demokrasi di ran saja sehingga tidak semua kalangan dapat
Indonesia. Sosialisasi hendaknya dimaknai se mengenal kualitas kader yang diusung oleh
bagai pendidikan politik. Dan bila sosialisasi partai politik untuk menjadi pimpinan daerah.
dimaknai sebagai pendidikan, maka sosiali Peneliti tidak menemukan satu pasalpun baik
sasi tidak hanya proses penyampaian tahapan di Undang-undang No. 15 tahun 2011 tentang
tetapi proses mendidik pemilih agar menjadi penyelenggara pemilu maupun dalam un
pemilih yang sadar dan cerdas. Oleh karena dang-undang tentang pemilihan gubernur, bu
34 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 24 - 35

pati dan walikota yang baru yang mengatur


tentang kewajiban panwaslu untuk melaku B. Perundang-undangan
kan sosialisasi pemilu. Undang-Undang No. 22 Tahun 2007, tentang
Sedangkan factor pendorong yang Penyelenggara Pemilu
dapat meningkatkan fungsi sosialisasi bila so Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005
sialisasi dimaknai sebagai pendidikan, maka Tentang Pemilihan, Pengesahan, Peng
sosialisasi tidak hanya proses penyampaian ta angkatan Dan Pemberhentian Kepala
hapan tetapi proses mendidik pemilih agar Daerah Dan wakil Kepala daerah.
menjadi pemilih yang sadar dan cerdas. Oleh
karenanya proses sosialisasi menurut kami C. Jurnal
tidak hanya dilakukan menjelang terlak Bambang, RE, 2005, Pilkada Di Jawa Timur,
sananya pemilihan saja tetapi hal itu melekat Jurnal Issue Sentral, Edisi 17, Sura
pada tugas dan fungsi penyelenggara pemilu baya : BP2I
selama dia bertugas Irtanto, 2006, Konflik Elit Politik Lokal Da
Sebagai masukan dan saran dari lam Proses Pilkada Kabupaten Banyu
peneliti, sosialisasi hendaknya dimaknai se wangi Jawa Timur,Jurnal Cakrawala,
bagai pendidikan politik. Dan bila sosialisasi Vol 1, No.1, Surabaya : Balitbang
dimaknai sebagai pendidikan, maka sosiali Prov Jawa Timur.
sasi tidak hanya proses penyampaian tahapan _______, 2009, Persepsi Masyarakat Kota
tetapi proses mendidik pemilih agar menjadi Surabaya Terhadap Pelaksanaan Pil
pemilih yang sadar dan cerdas. Oleh kare kada, ,Jurnal Cakrawala, Vol 3, No.1,
nanya proses sosialisasi menurut kami tidak Surabaya : Balitbang Prov Jawa Ti
hanya dilakukan menjelang terlaksananya pe mur.
milihan saja tetapi hal itu melekat pada tugas Moch. Nurhasim, 2010, Konflik Dalam Pilda
dan fungsi penyelenggara pemilu selama dia langsung : Studi Tenang Penyebab
bertugas Dan Dampak Konfik, Jurnal Peneli tian
Politik, Vol 7, No.2, Jakarta : LIPI.
DAFTAR PUSTAKA Ratna Setyarahajoe, 2007, Pilkada Proses
Pendewasaan Politik Masyarakat Lo
A. Buku kal,Buleting Teropong Edisi 28, Juli –
Kaloh, J., 2008, Demokrasi Dan Kearifan Lo Agustus, ISSN 1412-8829, Surabaya :
kal Pada Pilkada Langsung, Jakarta : Balitbang Prov Jawa Timur.
Kata Hasta Pustaka. _______, 2013, Mapping Conflict Anarkhists
Mas’oed, Mochtar dan Colin Mac Andrew, Between The Election Candidate Su
2001, Perbandingan Sistem Politik In pport Regional Head, (general Elec
donesia, Jakarta : Rajawali. tion) And Prevention Through Com
Sahit, Komarudin, 2011, Memahami Sosio munications Political Formula, Jurnal
logi Politik, Bogor: Ghalia Indonesia. : Academic Research International,
Sutopo,H.B, 2002, Metode Penelitian Kualita Vol.4. No.5. September 2013, Pakis
tif, Surakarta: Sebelas Maret Universi tan : www.savap.org.pk .
try Press. Romli, lili., 2005, Pilkada Langsung, Otonomi
Thubany, Syamsul Hadi, 2005, Pilkada Bima Dan Demokrasi Lokal, Jakarta: Jurnal
2005 Era Baru Demokratisasi Lokal Analisis CSIS, Vol 34, No.3.
Indonesia, Tuban : Swagiri.
Pola Sosialisasi Politik Pada Pemilih Guna Meminimalisir Golput Dalam Pemilukada
Permatasari Lolita, Jamil
35

D. Internet
http://id.shvoong.com/law-and-
politics/politics/2310207-pengertian-
golput

Anda mungkin juga menyukai