Oleh
Kelas : XI MIPA 5
Absen : 25
KATA PENGANTAR
Sungguh merupakan kewajiban penulis untuk memanjatkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena, atas kelimpahan rahmat-Nya
penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Analisis
Pertempuran Terdahsyat pada Masa Revolusi Fisik di Bali”. Karya ilmiah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia, tujuan
dibuatnya karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui segala sesuatu yang ada
kaitannya dengan pertempuran pada masa revolusi di Bali.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, tentu saja tidak lepas dari
pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis ucapkan
dengan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
2. Dra. A.A. Istri Ngurah Antari selaku guru Bahasa Indonesia yang telah
membimbing dalam penulisan karya ilmiah ini. Karena kebaikan semua
pihak yang penulis sebutkan tadi, maka penulis bisa menyelesaikan karya
ilmiah ini dengan semaksimal mungkin. Karya ilmiah ini memang jauh dari
kata sempurna, tapi penulis sudah berusaha melakukan sebaik mungkin.
Sekali lagi terima kasih untuk semua pihak yang penulis sebutkan tadi,
semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
ABSTRAK......................................................................................................1
BAB I..............................................................................................................2
PENDAHULUAN..........................................................................................2
1.1 Latar belakang..................................................................................2
1.2 Rumusan masalah............................................................................3
1.3 Tujuan penelitian.............................................................................3
1.4 Manfaat penelitian...........................................................................3
BAB II............................................................................................................5
LANDASAN TEORITIS...............................................................................5
BAB III.......................................................................................................7
METODE PENELITIAN............................................................................7
BAB IV...........................................................................................................9
PEMBAHASAN.............................................................................................9
2.1 Penyerbuan Tangsi Polisi Belanda...................................................9
2.2 Malam Hiburan dan Persembahyangan Bersama..........................11
2.3 Lahirnya Pasukan Ciung Wanara...................................................12
2.4 Pasukan Ciung Wanara Bergerak Menuju Banjar Kelaci..............14
2.5 Laporan Para Pengawal pada Pagi-pagi Buta................................14
2.6 Teror Serdadu Belanda dan Desa Marga Terkurung Ketat............15
3.1 Pasukan Ciung Wanara Bergerak Menuju Subak Uma Kaang......16
3.2 Peristiwa Dahsyat Puputan Margarana..........................................17
3.3 Berakhirnya Puputan Margarana...................................................19
3.4 Makna Puputan Margarana............................................................20
3.5 Nama-nama Anggota Pasukan Ciung Wanara yang Gugur dalam
Puputan Margarana...................................................................................21
4.1 Jenazah Pasukan Ciung Wanara....................................................26
4.2 Perjuangan Kemerdekaan Terus Berlanjut....................................27
4.3 Peringatan Hari Puputan Margarana..............................................28
4.4 Berdirinya Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana
28
ii
4.5 Pekan Pahlawan Kemerdekaan......................................................30
4.6 Terciptanya Hymne dan Mars........................................................30
BAB V..........................................................................................................32
KESIMPULAN............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................33
LAMPIRAN.................................................................................................35
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS..................................................39
iii
ABSTRAK
Kiranya bagi generasi muda sebagai penentu masa depan bangsa,
dibutuhkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai nilai-nilai
sejarah perjuangan bangsa, khususnya nilai-nilai Puputan Margarana yang
terjadi dalam perjuangan fisik perang kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejatinya, nilai-nilai tersebut merupakan modal spiritual yang sangat
ampuh, dalam mengisi dan mengamankan kemerdekaan negeri ini.
Berdasarkan pemikiran itulah pembuatan buku Puputan Margarana ini
dijadikan sebagai salah satu “Program Kerja Yayasan Kebaktian Proklamasi
Provinsi Bali Tahun 2014”, dengan maksud untuk ikut serta dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Apabila berbicara tentang Puputan Margarana, maka asosiasi
pemikiran segera tertuju kepada Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa
Margarana. Demikian pula sebaliknya, apabila berbicara tentang Monumen
Taman Pujaan Bangsa Margarana, segera terlintas dalam pikiran peristiwa
heroik Puputan Margarana. Pemikiran itu muncul terutama di kalangan para
pejuang kemerdekaan di Bali khususnya, dan di kalangan orang-orang yang
sudah mengenal kedua hal yang sangat bersejarah tersebut.
Pada masa kerajaan, di Bali terjadi tiga kali peristiwa puputan dalam
melawan penjajahan Belanda, meliputi Puputan Jagaraga tahun 1849,
Puputan Badung pada tahun 1906 dan Puputan Klungkung pada tahun 1908.
Pada masa revolusi di Bali, tahun 1945 sampai dengan tahun 1949, terjadi
hanya sekali peristiwa puputan dalam menentang penjajahan Belanda, yakni
Puputan Margarana pada tanggal 20 November 1946 di desa Marga,
Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Semua peristiwa puputan itu,
merupakan mata rantai tonggak sejarah perjuangan khas Bali yang tercatat
dengan tinta emas, karena mengandung nilai-nilai yang sangat luhur untuk
menegakan kebenaran dan kemuliaan bangsa. Puputan Margarana,
sesungguhnya merupakan suatu upaya yang gagah berani, untuk membela
dan mempertahankan tetap tegaknya Sang Saka Merah Putih di seluruh
bumi nusantara.
2
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
3
Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu acuan untuk melakukan pemilihan model pembelajaran yang
ino- vatif untuk meningkatkan belajar siswa.
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Beberapa konsep yang menjadi landasan teoritis dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengertian puputan
Istilah puputan ini berasal dari kata bahasa Bali “puput” yang artinya
“tanggal” / “putus” / “habis / “mati”. Nah, dapat disimpulkan
puputan ini merupakan istilah dalam bahasa Bali yang mengacu pada
perang sampai titik darah penghabisan yang dilakukan saat perang daripada
harus menyerah kepada musuh.
2. Pengertian pertempuran
Pertempuran adalah suatu kontak senjata antara dua atau lebih pihak
di mana masing-masing pihak bertujuan mengalahkan pihak lainnya.
Pertempuran umumnya terjadi dalam suatu perang atau kampanye
militer dan biasanya terjadi pada waktu, lokasi, dan aktivitas
tertentu.
3. Pengertian perang
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit,
adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara
dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di
wilayah yang dipertentangkan.
4. Pengertian revolusi
5
Revolusi adalah suatu perubahan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan.
5. Pengertian penjajahan
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian erat kaitannya dengan riset atau penelitian.
Menyadur dari buku Metode Penelitian oleh Andra Tersiana, riset atau
penelitian merupakan kegiatan mencari kembali guna mendapatkan sesuatu.
Kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara
langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan
bilangan atau berbentuk angka. (Sugiyono, 2010).
7
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
PRA PUPUTAN MARGARANA
9
pasukan penyerubu bertugas melakukan penyerbuan terhadap tangsi polisi
Belanda di kota Tabanan, untuk merampas semua senjata dan peluru yang
ada di dalam tangsi polisi tersebut. Kedua; dalam penyerbuan tidak boleh
ada korban jiwa, baik di pihak penyerbu maupun di pihak musuh, tapi
apabila terpaksa tangsi tersebut harus dibakar, sehingga menjadi hancur
lebur.
10
penyerbu, diikuti oleh pasukan penyerbu yang sebagian besar bersenjatakan
tradisional seperti bambu runcing, kelewang, pentung dan pisau belati.
11
melaksanakn tugas. Jenis hiburan yang ditampilkan pada malam hiburan itu,
berupa tari Jangger dari desa Tunjuk kabupaten Tabanan, dan atraksi pencak
silat.
12
Marga, tempat pertahanan MBO DPRI Sunda Kecil. Dia membawa berbagai
jenis obat, yang dipersiapkan untuk pasukan pejuang. Pada saat itu juga
disampaikan pula laporan olehnya kepada pucuk pimpinan, bahwa pada
pagi hari tangga 20 November 1946 serdadu Belanda merencanakan akan
melakukan pengurungan di sekitar desa Marga, yang meliputi desa Adeng
dan Pengembungan. Pada malam hari itu juga, pasukan pejuang
diperintahkan oleh I Gusti Ngurah Rai untuk berkumpul melakukan
pertemuan kilat yang bersifat khusus. Ketika itu pasukan pejuang
diberitahukan tentang siasat tempur yang harus diperhatikan dalam upaya
menghadapi kemungkinan kurungan dan serangan dari pihak musuh
(serdadu Belanda). Dalam pertemuan itu, hadir 105 anggota pasukan
pejuang yang bersenjata lengkap. Mereka umumnya mengenakan pakaian
uniform berwarna hitam, dengan peci hitam strip merah dan pada bagian
depannya berisi lencana merah putih. Ritatkala itulah, semua anggota
pasukan pejuang tersebut diberi nama Pasukan Ciung Wanara.
13
duduk seekor wanara dengan tangan mengepak ke depan. Pada kaki burung
ciung tercengkram kuat sebuah pita Sang Dwiwarna Merah Putih.
Burung ciung indentik dengan burung beo, yaitu satwa yang pandai
berbicara, patuh dan terpercaya. Hal ini menunjukkan bahwa burung ini
benar-benar andal dalam menjalankan tugas. Wanara indentik dengan kera,
melambangkan kewiraan, kesaktian dan jiwa soaial kemasyarakatan yang
kuat. Simbol tersebut berbentuk lingkaran, melambangkan persatuan dan
kesatuan yang bulat dan utuh dalam membela, mempertahankan dan
mengamankan kemerdekaan Negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Angkasa
biru melambangkan ketinggian cita-cita leluhur , yakni kemerdekaan.
Tidak lama setelah itu, tanggal 20 November 1946 dini hari, pucuk
pimpinan MBO DPRI Sunda Kecil menerima laporan dari laskar
penghubung, bahwa serdadu Belanda telah melakukan pengurungan
terhadap desa Marga. Atas laporan tersebut, seluruh anggota Pasukan Ciung
Wanara seketika itu juga diperintahkan oleh pucuk pimpinan untuk
mengambil kedudukan yang telah ditentukan. Sedangkan Penyelidik Militer
14
Khusus diperintahkan agar segera melakukan penyelidikan. Hasil
penyelidikan menunjukan bahwa laporan laskar penghubung benar.
15
utara desa Marga. Serdadu yang bertugas di desa Penebel bergerak ke
selatan menuju desa Tunjuk (di sebelah barat desa Marga) dan serdadu
Belanda yang bergerak dari selatan menuju di sebelah selatan dan timur
desa Marga.
PUPUTAN MARGARANA
16
Sugianyar dan I Gusti Wayan Debes. Menghadapi kemungkinan musuh
yang dating dari arah utara dan barat laut, bertahan Pasukan Ciung Wanara
yang dipimpin oleh I Made Sueta dan I Dewa Nyoman Kaler. Kemudian
menghadapi kemungkinan munculnya musuh dari arah selatan dan barat
daya, bertahan Pasukan Ciung Wanara dipimpin oleh Bung Made (mantan
serdadu Jepang)dengan senapan juki kanju atau senjata 12,7 dibantu oleh I
Ketut Sanur. Sedangkan I Gusti Ngurah Rai, pucuk pimpinan MBO DPRI
Sunda Kecil sekaligus pucuk pimpinan Pasukan Ciung Wanara, mengambil
posisi di tengah-tengah pertahanan Pasukan Ciung Wanara tersebut, yang
kebetulan berlokasi di Pura Ulun Suwi Subak Uma Kaang. Disini beliau
didampingi oleh I Gusti bagus Putu Wisnu. Demikianlah Pasukan Ciung
Wanara sudah siap bertempur dengan gagah berani, di bawah kondisi
sebagaimana adanya.
17
pertempuran sudah dimulai. Dengan melengkingnya suara pistol tersebut,
bergemuruhlah suara tembakan-tembakan senjata api dan berdentuman juga
suara karben mitraliur dari seluruh inti pertahanan Pasukan Ciung Wanara.
Dalam keadaan sangat panik mereka berusaha pula melakukan pembalasan
dengan melepaskan peluru senjata otomatis, terutama dari jurusan timur laut
dan barat laut. Tetapi semua tembakan mereka tidak terarah pada sasaran
yang tepat. Karena merasa kelelahan, mereka memilih lari terbirit-birit
mengundurkan diri dari medan pertempuran yang berbahaya itu.
Sebaliknya, tembakan yang dilepaskan oleh Pasukan Ciung Wanara
semakin gencar, yang menyebabkan pihak musuh mundur sampai jauh.
18
berdentum sambung menyambung, yang memekakkan telinga. Sebaliknya,
Pasukan Ciung Wanara melakukan perlawanan secara gigih, walaupun
dalam keadaan terkurung. Terjadilah pertempuran besar yang sangat
dahsyat. Tidak berapa lama, kurang lebih pukul 12.00 datang pesawat tipe B
24 atau pesawat bomber berwarna hitam milik Belanda. Pesawat bomber
Belanda tidak henti-hentinya menjatuhkan bom dan granat. Termasuk bom
asap dan gas air mata.
19
dengan puputan, yakni pertempuran sampai titik darah penghabisan bagi
Pasukan Ciung Wanara melawan serdadu Belanda.
20
penghabisan) yang dilakukan oleh Pasukan Ciung Wanara dengan gagah
berani melawan serdadu Belanda di desa Marga, dilandasi oleh perjuangan
yang tulus ikhlas, untuk membela dan mempertahankan kemerdakaan
Negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa puputan bukanlah bermakna bunuh diri secara sia-sia. Menurut
ajaran agama orang yang melakukan bunuh diri bukanlah orang ksatria,
melainkan orang pengecut dan tersesat dalam menghadapi karmanya. Oleh
sebab itu, puputan bukanlah suatu Tindakan putus asa atau bunuh diri secara
sia-sia melainkan suatu tindakan terhormat dan pantang menyerah dalam
membela kebenaran dan memberantas keangkaramurkaan.
Daftar Nama Anggota Pasukan Ciung Wanara yang Gugur dalam Puputan
Margarana di Subak Uma Kaang, Desa Marga,Kecamatan Marga,
kabupaten Tabanan 1946
21
5. I Gusti Putu 32 Mayor Penataran/Buleleng
Bagus Wisnu
6. Bung Canggu 27 Pelda -/Buleleng Jepang
7. I Gusti Wayan 30 Kapten Jambe
Debes delodan/Tabanan
8. I Nengah 25 Pratu Sakenan
Kadeh Delodan/Tabanan
9. I Nengah Sura 25 Pratu Tegal
Baleran/Tabanan
10. I Ketut Bentir 25 Pratu Kamasan/Tabanan
11. I Ketut Reko 25 Pratu Mal Kangin/Tabanan
12. I Ketut Bau 42 Pratu Banjar
Lebah/Tabanan
13. I Ketut Besog 39 Kopral Beng/Tabanan
14. I Wayan Jeger 37 Pratu Banjar Basa/Tabanan
15. I Wayan Jiwa 24 Pratu Banjar Ole/ Tabanan
16. I Wayan Great 40 Serma Banjar
Lebah/Tabanan
17. I Wayan 38 Sersan Banjar Ole/Tabanan
Gebelag
18. I Nyoman 38 Pratu Geluntug/Tabanan
Gerindem
19. I Ketut Geret 45 Pratu Geluntug/Tabanan
20. I Nyoman 40 Pratu Banjar
Kereg Lebah/Tabanan
21. I Ketut 44 Pratu Banjar
Kuwug Lebah/Tabanan
22. I Wayan 42 Pratu Tembau/Tabanan
Kodet
23. I Wayan 44 Pratu Tembau/Tabanan
Kenyus
24. I Made Kolag 44 Pratu Geluntung/Tabanan
25. I Ketut 43 Pratu Baru/Tabanan
Keliyeb
22
26. I Wayan 30 Kopral Penebel/Tabanan
Kasub
27. I Wayan 45 Pratu Kelaci/Tabanan
Kolag
28. I Kodo 35 Pratu Uma Diwang/Tabanan
29. Men Lumut 43 Sersan Payangan/Tabanan
30. I Londong 43 Kopral Pekandelan/Tabanan
31. I Wayan 38 Pratu Kelaci/Tabanan
Kama
32. Nang Norja 40 Pratu Tunjuk/Tabanan
33. I Made 43 Pratu Geluntung/Tabanan
Manderi
34. I Ketut 43 Pratu Banjar
Manteb Lebah/Tabanan
35. I Ketut Merta 43 Pratu Banjar
Lebah/Tabanan
36. I Made 45 Pratu Tengah/Tabanan
Manderi
37. I Munterik 46 Pratu Uma Diwang/Tabanan
38. I Ketut 43 Pratu Banjar Ole/Tabanan
Ngenik
39. I Made 45 Pratu Geluntung/Tabanan
Nyantig
40. I Wayan 42 Pratu Geluntung/Tabanan
Ongkos
41. I Gusti Ketut 35 Pratu Belayu/tabanan
Oka
42. I Nyoman 45 Pratu Banjar Basa/tabanan
Prodong
43. I Wayan 43 Pratu Kelaci/Tabanan
Perug
44. I Gusti Made 38 Letda Uma Diwang/Tabanan
Pegur
45. I Gusti Made 20 Kopral Gunung Siku/Tabanan
Pating
23
46. I Made Jepang 39 Pelda -/Tabanan Jepang
47. I Gusti Ketut 30 Kopral Tegal
Rambet Baleran/Tabanan
48. I Wayan 35 Pratu Sandan
Gereda Pondok/Tabanan
49. I Gede 40 Pratu Beng/Tabanan
Nyoman
Riasta
50. I Nyoman 25 Pratu Grogak Gede/Tabanan
Rupit
51. Ketut Nerut 40 Pratu Batu sangian/Tabanan
52. I Made Reka 32 Pratu Sandan
Pondok/Tabanan
53. Nang Rajin 48 Pratu Kelaci/Tabanan
54. I Ketut Ruta 45 Serma Kelaci/Tabanan
55. I Wayan 45 Pratu Banjar
Rengkug Lebah/Tabanan
56. Nang Ringan 48 Pratu Payanga/Tabanan
57. I Rontok 39 Pratu Uma Diwang/Tabanan
58. I Made 20 Pratu Banjar
Rembiok Lebah/Tabanan
59. Ida Bagus Rai 45 Pratu Banjar
Lebah/Tabanan
60. Nang Rimbeg 46 Pratu Banjar Ole/Tabanan
61. I Gusti 37 Serma Tengah/Tabanan
Nyoman
Sukera
62. I Ketut 38 Pratu Banjar Basa/Tabanan
Sungkerug
63. I Gede Ngurah 25 Pratu Buahan/Tabanan
Suder
64. I Gede Suli 30 Pratu Cengolo/Tabanan
65. I Ketut Sadera 43 Pratu Kelaci/Tabanan
66. I gusti Made 45 Sersan Gunung Siku/Tabanan
24
Sentor
67. I Wayan 45 Pratu Banjar Ole/Tabanan
Sinterek
68. I Gede 25 Pratu Buahan/Tabanan
Nyoman Tata
69. I Gusti Raka 38 Pratu Tengah/Tabanan
Terak
70. I Nyoman 39 Pratu Tengah/Tabanan
Caeh
71. I Made Tegog 39 Serma Geluntung/Tabanan
72. I Ketut Tonik 46 Pratu Kelaci/Tabanan
73. I Ketut Wardi 25 Pratu Beng/Tabanan
74. Mas Wagimin 46 - Kampung
Jawa/Tabanan
75. I Desek 35 Pratu Tunjuk/Tabanan
76. I Gusti 28 Kapten Dauh Waru/Jembrana
Ngurah Bagus
Sugianyar
77. I Gusti Putu 27 Lettu Dauh Waru/Jembrana
Dwinda
78. Selamet 37 Pratu -/Jembrana Jepang
79. Fadialah 30 - Jawa Timur/Jembrana
80. Rumanhadi 30 Pratu Jawa Timur/Jembrana
81. Suparto 30 Letnan Jawa/Jembrana
82. I Wayan 22 Kopral Dauh Puri/Denpasar
Rangkep
83. I gusti Ngurah 21 Serma Dauh Puri/Denpasar
Tugir
84. I Berata 23 Sersan Bukit
Jengkerik/Gianyar
85. I limbuk 25 Kopral Ketewel/Gianyar
86. I maji 25 Kopral Selekarang/Gianyar
87. Ida Bagus 31 Letnan Tebe Saya/Gianyar
Manik
25
88. I Pugig 21 Sersan Sukawati/Gianyar
89. I Rudeg 24 Kopral Batu Iyang/Gianyar
90. I Rambung 23 Pratu Sasih/Gianyar
91. I Roja 23 Pratu Samu/Gianyar
92. I Sara 28 Kopral Pajeng/Gianyar
93. I Nyoman 28 Letnan Ubud/Gianyar
Suwetha
94. Tidak dikenal
*)
95. Tidak dikenal
*)
96. Tidak dikenal
*)
Keterangan:
26
Semua jenazah Pasukan Ciung Wanara, diangkut oleh serdadu
Belanda di desa Baha, kecamatan Mengwi,kabupaten Badung. Di tangsi
Belanda itu, telah disediakan kuburan. Menurut rencana pihak Belanda,
semua jenazah Pasukan Ciung Wanara akan dikuburkan di sekitar tangsi
tersebut.
27
bawah tanah di Bali, yaitu seorang pemuda pejuang dari kalangan sipil
bernama I Made Widjakusuma, yang lebih dikenal dengan nama pak Djoko.
28
tradisional yang berpenampilan atraktif dilakukan oleh para wanita
menjungjung gebogan diiringi bleganjur (2) Pementasan drama sebabak
yang mengisahkan secar singkat peristiwa Puputan Margarana pada tanggal
20 November 1946. Seluruh rangkaian tersebut diakhiri dengan acara tabur
bunga di Candi Pahlawan Margarana dan di seluruh nisan yang berjumlah
1.372 nisan, yang berlokasi di Taman Bahagia bagian hulu areal Monumen
Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana.
Pada tanggal 08 juli 1953 sekitar pikul 08.00 WITA, tiba-tiba saja
pikiran pak Tjilik Ketua Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) propinsi bali
periode tahun 1951 s.d 1968 tertuju kepada para pejuang kemerdekaan yang
telah gugur di medan laga sebagai pahlawan kemerdekaan. Seketika itu pula
Pak Tjilik memanggil A.A. Pugur, pengemudi Jeep DK 2000 YKP Bali,
untuk diajak pergi ke rumah I.B Kalem, disamping sebagai seorang pejuang,
juga sebagai seorang pelukis berbakat dan terkenal. Begitu tiba di rumah I.B
kalem, Pak Tjilik mengemukakan gagasannya kepada I.B Kalem dan
mengajaknya dengan semangat berapi-api untuk mengikuti sayembara
Gambar Candi Pahlawan Margarana.
29
peringatan hari Puputan Margarana yang ke 8, tanggal 20 November 1954
Candi Pahlawan Margarana tersebut berhasil diwujudkan dan diresmikan.
30
4.6 Terciptanya Hymne dan Mars
Pada waktu diadakan acara tatap muka oleh Pimpinan Daerah
Pemuda Panca Marga Bali, yakni I Ketut Gede Dharma Yudha dan I Made
Sanggra pada tanggal 30 Maret 2001 di desa Celuk, kecamatan Sukawati
kabupaten Gianyar dalam rangka Hari Ulang Tahun ke 30 Pemuda Panca
Marga Bali tahun 2001, oleh Wayan Sudarta ketua Pimpinan daerah
Pemuda Panca Marga Bali, diusulkan agar terciptanya Hymne Taman
Pujaan bangsa Margarana dan mars Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai.
Tujuannya untuk mengenang, menghormati dan mengabdikan jasa para
pahlawan kemerdekaan.
31
BAB V
KESIMPULAN
Peristiwa heroik Puputan Margarana, telah terjadi pada masa perang
kemerdekaan RI di Bali, yakni tanggal 20 November 1946, dari pagi sampai
menjelang petang. Dalam pertempuran terbesar dan terdahsyat di Bali, I
Gusti Ngurah Rai sebagai pucuk pimpinan dan seluruh anggota Pasukan
Ciung Wanara yang berjumlah 96 orang telah gugur bermandikan darah
merangkul ibu pertiwi sebagai kusuma bangsa.
32
semangat dan nilai-nilai 1945 (JNS’ 45). Nilai-nilai luhur tersebut patut
dipahami, dihayati dam diimplementasikan oleh generasi penerus dalam
mengisi dan mengamankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2000. Ciung Wanara dalam Cerita Rakyat Bali. Suara
pejuang. Veteran Mendukung Reformasi Disegala Bidang. Edisi 06
November 2000. Denpasar
Ceraka, Bagus. 2000. Ciung Wanara dan Jati Diri Pahlawan dalam
Puputan Margarana. Suara Pejuang. Veteran Mendukung Reformasi
Disegala Bidang. Edisi 06 November 2000. Denpasar
33
Partha, I Gusti Ngurah. 1990. Mengenang Kembali Puputan
Margarana. Dalam rangka Memperingati hari Puputan Margarana XXX.
Marga.
Gambar 1: https://mediapolri.id/kapolres-tabanan-hadiri-apel-peringatan-
puputan-margarana-ke-74-tahun-2020/
Gambar 2: https://www.balipost.com/news/2018/11/21/61744/Tradisi-
Mapeed-di-Hari-Peringatan...html
Gambar 3: https://www.eshiejourney.com/2019/11/makam-pahlawan-i-
gusti-ngurah-rai-taman.html?m=1
34
Gambar 4: https://news.okezone.com/amp/2015/11/20/340/1252784/hut-
puputan-margarana-masyarakat-bali-diminta-mantapkan-nasionalisme
LAMPIRAN
35
Gambar 1.
Gambar 2.
36
Gambar 3.
37
Gambar 4.
Para Pengunjung Melakukan Tabur Bunga di Taman Bahagia (di Nisan atau
Pusara) pada Hari Peringatan Puputan Margarana di TPB Margarana,
Kabupaten Tabanan.
38
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS
Menikah dengan Ir. Made Saptarini pada tanggal 25 Juni 1985. Dari
pernikahan ini dikaruniai 4 orang anak diantaranya seorang perempuan dan
tiga orang laki-laki, secara berturut-turut bernama: Ni Putu Kurniawati, ST.,
I Made Adiwidya Yowana, SH., MH. Li, I Nyoman Adikarya Nugraha dan I
Ketut Adikresna Handayana.
39
Prestasi yang pernah diraih sebagai “Dosen Teladan I Tingkat
Nasional Mewakili Universitas Udayana tahun 1989”, dengan piagam
penghargaan “Adhitya Tridharma Nugraha” dari Dapartemen Pendidikan
dan Kebudayaan RI.
40