Anda di halaman 1dari 11

Makalah

MUSEUM BAJRA SANDHI

Di susun Oleh:
NI MADE APRILLIA DWI PAYANTI
No. : 21

1
2

Kelas : 8.3
SMP KESUMA SARI DENPASAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Penyusun.

Ni Made Aprillia Dwi Payanti


3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN KATA PENGANTAR 2
HALAMAN DAFTAR ISI 3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG 4
1.2. RUMUSAN MASALAH4
1.3. TUJUAN PENULISAN 4
1.4 RUMUSAN MASALAH 5
1.5 MANFAAT PENULISAN 5
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................................6
BAB IV : PENUTUP
4.1. KESIMPULAN 24
4.2. USUL DAN SARAN 24
4.3 DAFTAR PUSTAKA 24
4

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH


Pada laporan kali ini kita akan membahas salah satu budaya yang berada di pulau bali yang tak kalah bagusnya
dengan budaya di pulau jawa. Peninggalan-peninggalan bersejarah di setiap daerah sangatlah berbeda beda,
peninggalan sejarah yang ada di pulau Bali yaitu museum Bajra Sandhi. Museum Bajra Sandhi terletak di
pulau bali, Pendirian monumen ini berawal dari terpilihnya rancangan arsitektur karya Ir. Ida Bagus Gede
Yadnya pada tahun 1981. Dalam kompetisi yang diadakan pemerintah Provinsi Bali tersebut, Gede Yadnya
mengajukan rancangan monumen untuk mengenang perjuangan rakyat Bali. Museum ini berisi perlawanan
rakyat bali melawan penjajah secara Bersama sama dan juga kehidupan rakyat bali.
Baik budaya maupun peninggalan sejarah haruslah kita jaga dan kita lestarikan kehebatannya. Budaya ataupun
peninggalan sejarah sangat penting bagi bagsa Indonesia karena hal ini menjadikan identitas bangsa di mata
dunia yang mampu membuat daya tarik tertinggi bagi wisatwan asing untuk datang ke nusantara.
RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana bentuk dari Monumen Bajra Sandhi ?


2.Bagaimana keadaan dari Monumen Bajra Sandhi ?
3.Bagaimana sejarah berdirinya Monumen Bajra Sandhi ?
4. Koleksi apa saja yang ada di Monumen Bajra Sandhi ?

TUJUAN PENULISAN

1. Diharapkan siswa dapat mengetahui bentuk dari Monumen Bajra Sandhi


2. Diharapkan siswa dapat mengetahui keadaan dari Monumen Bajra Sandhi
3. Diharapkan siswa dapat mengetahui sejarah dari berdirinya Monumen Bajra Sandhi
4. Diharapkan siswa dapat mengetahui koleksi-koleksi yang ada di Monumen Bajra Sandhi
5

MANFAAT PENULISAN

1. Siswa lebih memperluas pengetahuan mengenai :


1. Bentuk Monumen Bajra Sandhi
2. Keadaan Monumen Bajra Sandhi
3. Sejarah Monumen Bajra Sandhi
4. Koleksi di Monumen Bajra Sandhi
5. Siswa dapat memenuhi salah satu tugas Sejarah Indonesia
6. Siswa lebih aktif dan memahami penulisan laporan wisata yang benar sesuai ketentuan.
6

BAB II
PEMBAHASAN

BENTUK BANGUNAN MONUMEN BAJRA SANDHI


Museum ini menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan serta merupakan lambang
persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman, serta
lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan
monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Letak monumen tersebut sangat strategis sebab berada persis di depan Kantor Gubernur Bali, atau tepatnya di
Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar. Luas bangunan monumen itu adalah 4.900 m2 (70 m x 70 m) dan
luas tanah 138.830 m2 .
Monumen ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, baik secara horizontal maupun vertikal, yaitu:

Secara horizontal
Secara horizontal adalah susunan bangunannya berbentuk segi empat bujur sangkar, simetris dan mengacu
pada konsep Tri Mandala, yaitu:
1. Sebagai Utama Mandala adalah pelataran/gedung yang paling di tengah
2. Sebagai Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari Utama Mandala
3. Sebagai Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar yang mengitari Madya Mandala
7

Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai yaitu:
1. Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3 yang berposisi paling atas berfungsi sebagai ruang ketenangan,
tempat hening-hening menikmati suasana kejauhan di sekeliling monumen
2. Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2 berfungsi sebagai tempat diaroma yang berjumlah 33 unit.
Lantai 2 ini sebagai tempat pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Di bagian luar
sekeliling ruangan ini terdapat serambi atau teras terbuka untuk menikmati suasana sekeliling
3. Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar gedung monumen, yang terdapat ruang informasi, ruang
perpustakaan, ruang pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung dan toilet. Di tengah-tengah
ruangan terdapat telaga yang diberi nama sebagai Puser Tasik, delapan tiang agung dan juga tangga naik
berbentuk tapak dara.
Secara vertikal
Secara vertikal, terbagi menjadi tiga bagian yaitu mengacu pada konsep Tri Angga. Konsep Tri Angga adalah:
1. Utama atau kepala, yaitu tidak berisi apapun atau kosong yang merupakan simbul keabadian.
2. Madya atau badan yaitu terdapat pajangan diorama
3. Nista atau kaki, yaitu terdapat taman-taman
Selain Tri Angga dan Tri Mandala terdapat juga nilai filosofis, yaitu pemutaran Gunung Mandara Giri oleh
para dewa dan raksasa yang bekerja sama guna memperoleh Tirta Amertha.

Bangunan utama yang tinggi merupakan lingga dan dasar bangunannya adalah yoni. Lingga Yoni merupakan
simbol dari pertemuan pria (purusa) dengan wanita (pradana), yaitu pertemuan antara kekuatan positif dan
kekuatan negatif yang menurut kepercayaan purba merupakan pertemuan antara langit dengan bumi dipandang
sebagai lambang kesuburan.
Lingga menurut bentuknya terbagi dalam empat bagian yaitu bagian puncak yang berbentuk bulat yang disebut
Siwaghaga, merupakan simbol linggih dewa Siwa. Bagian tengah yang berbentuk segi delapan disebut
Wisnubhaga yang merupakan simbol linggih dewa Wisnu. Bagian bawah lingga yang berbentuk segi empat
disebut Brahmabhaga adalah simbol linggih dewa Brahma. Pada bagian bawah paling dasar di mana lingga
tersebut berdiri tegak, umumnya berbentuk segi empat yang memiliki mulut sebagai saluran air suci disebut
yoni.
Dengan demikian lingga merupakan linggih dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai sumber kesuburan.
Berdasarkan mitologi, lingga sebagaimana diceritakan di dalam Kerawasrama dan Lingga Purana
menceritakan bahwa dewa Brahma dan dewa Wisnu mengaku masing-masing yang paling sakti. Dewa Brahma
mengatakan beliau yang menciptakan dunia ini beserta isinya. Dewa Wisnu tidak mau kalah dan mengatakan
bukan dewa Brahma melainkan beliau yang menciptakan dunia ini. Pada saat pertengkaran sedang memuncak
muncullah Lingga di hadapan mereka berdua sehingga mereka menjadi tertegun karena ujung dan pangkal
Lingga tidak terlihat. Kemudian keduanya sepakat untuk mencari ujung dan pangkalnya.
Dewa Brahma sepakat mencari ujung Lingga dan berubah wujud menjadi seekor angsa yang kemudian terbang
ke angkasa. Sedangkan dewa Wisnu
8

7
sepakat mencari pangkal Lingga dengan berubah wujud menjadi seekor babi dan masuk ke dalam bumi. Dewa
Wisnu tidak berhasil menemukan pangkal Lingga namun beliau beruntung bertemu seorang gadis yaitu dewi
Basundari. Dewi yang cantik ini menyebabkan dewa Wisnu menjadi tertarik dan lupa bahwa dirinya masih
berwujud babi. Dari pertemuan antara dewa Wisnu yang masih berwujud babi dengan dewi Basundari, maka
lahirlah seorang putra yang bernama Bhoma. Akhirnya dewa Brahma maupun dewa Wisnu sama-sama tidak
berhasil melaksanakan kesepakatan masing-masing. Mereka berdua memberi hormat kepada Lingga tersebut
yang tidak lain adalah dewa Siwa.
Kemudian dewa Siwa bersabda kepada dewa Brahma dan dewa Wisnu dengan mengatakan bahwa bukan dewa
Brahma dan juga bukan dewa Wisnu yang tersakti dan yang menciptakan dunia ini tetapi “Aku dewa Siwa!
Dewa Brahma, kau kulahirkan dari pinggang kananku dan kau dewa Wisnu, kau kulahirkan dari pinggang
kiriku. Kita dalam wujud yang berbeda-beda tetapi sebenarnya adalah satu”.
Dalam konsep filsafat Pemutaran Gunung Mandara Giri di lautan susu, dari bentuk bangunan monumen dapat
diuraikan antara lain bangunan utama yang kelihatan sebagai bajra atau genta merupakan simbol dari Gunung
Mandara Giri. Kolam yang mengelilingi bangunan utama sebagai wujud dari lautan susu atau ksirarnawa dan
bentuk yang seperti guci yang terdapat di ujung monumen merupakan simbol dari akumba sebagai tempat
tirtha amertha. Sedangkan bedawangnala atau akupa merupakan dasar dari Mandara Giri dan naga basuki yang
melilit bedawangnala yang kedua-duanya terlihat di Kuri Agung. Dari konsep Tri Mandala secara vertikal
dapat dikatakan bahwa areal monumennya adalah utamaning mandala, areal segi delapannya adalah
madyaning mandala dan pada areal segi empatnya adalah nistaning mandala
9

Di lantai dua bangunan, terdapat tangga melingkar untuk menuju lantai


tiga dan terasa sedikit pusing saat menaikinya. Di lantai tiga bangunan monumen, terdapat ruangan yang cukup
luas dan dikelilingi oleh jendela kaca. Dari bangunan di lantai tiga ini, anda dapat melihat 360 derajat
pemandangan kota Denpasar dan sekitarnya. Tentunya anda tidak akan melihat bangunan pencakar langit di
kota Denpasar, karena adanya Perda (peraturan daerah) larangan membangun lebih tinggi dari 30 meter
2. KEADAAN MONUMEN BAJRA SANDHI
Monumen yang terletak di tengah-tengah lapangan puputan Niti Mandala Renon ini telah menarik banyak
wisatawan. Kawasan yang ditata dengan baik serta arsitektural yang hebat mencerminkan kekuatan dan juga
sisi artistik yang dimiliki rakyat Bali. Monumen ini juga memiliki letak yang strategis karena ditempatkan di
depan Gedung Gubernur Bali dan Gedung DPRD. Area ini dulunya adalah lokasi perang kemerdekaan antara
Pejuang Kemerdekaan Bali melawan Pasukan Belanda. Perang ini terkenal dengan perang puputan yang
berarti perang habis-habisan hingga tetes darah terakhir. Monument ini dibangun sebagai tanda jasa untuk
menghormati pahlawan perang kemerdekaan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Monumen ini
berdiri di atas lahan seluas 138.830 meter persegi dengan luas bangunan utama sekitar 4.900 meter persegi.
Merupakan monument bersejarah yang dapat menambah wawasan, Monumen Barja Sandhi yang terletak di
tengah lapangan Renon ini memiliki arsitektural bangunan yang hebat untuk dijadikan tempat dan objek yang
bagus untuk mengambil foto.
Cukup membayar Rp 2.000,- sudah bisa masuk ke gedung monumen. Pelataran paling luar disebut Nista
Mandala. Kemudian ada tangga naik
9
menuju bangunan utama. Ada 17 anak tangga menuju bangunan utama
melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan. Bangunan pertama yang saya temui adalah Utama Mandala
di lantai dasar. Isinya adalah ruang informasi, administrasi, perpustakaan, rapat, dan ruang pameran yang
menampilkan foto-foto pahlawan dan peristiwa bersejarah di Bali. Terharu bila melihat foto-foto kekejaman
perang rakyat Bali melawan Belanda. Sangat dramatis dan emosional.
Di dekat ruang Utama Mandala di lantai dasar, terdapat kolam ikan yang dikelilingi oleh delapan pilar. Pilar-
pilar melambangkan bulan Agustus 1945. Dari lantai dasar terdapat tangga menuju ruang Madya Mandala. Di
ruang Madya Mandala dipamerkan keris-keris yang pernah dipakai zaman perjuangan dan ditampilkan 33 mini
diorama sejarah Bali mulai dari zaman prasejarah sampai masa kemerdekaan. Sangat menarik menyaksikan
potongan sejarah yang ditampilkan dalam diorama.
Selepas melihat-lihat diorama, berjalan melewati tangga melingkar menuju ke puncak menara. Tinggi menara
45 meter melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia 1945. perempuan yang sedang datang bulan dilarang
naik ke menara. Dari ketinggian nampak pemandangan lapangan Renon 360 derajat. Kelihatan pemandangan
sebagian kota Denpasar.
3. SEJARAH BERDIRINYA MONUMEN BAJRA SANDHI
Museum Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) tercetus pada tahun 1980 yang berawal dari ide Prof. Dr. Ida
Bagus Mantra yang saat itu adalah Gubernur Bali. Ia mencetuskan ide awalnya tentang museum dan monumen
untuk perjuangan rakyat Bali. Lalu pada tahun 1981, diadakan sayembara desain monumen, yang
dimenangkan oleh Ida Bagus Yadnya, dia adalah seorang mahasiswa jurusan arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Udayana.
10

Lalu pada tahun 1988 dilakukan peletakan batu pertama dan selama kurang lebih 13 tahun pembangunan
monumen selesai. Tahun 2001, bangunan fisik monumen selesai. Setahun kemudian, pengisian diorama dan
penataan lingkungan monumen dilakukan. Pada bulan September 2002, SK Gubernur Bali tentang penunjukan
Kepala UPTD Monumen dilaksanakan.
Dan akhirnya, pada tanggal 1 Agustus 2004, pelayanan kepada masyarakat dibuka secara umum, setelah
sebelumnya pada bulan Juni 2003 peresmian monumen dilakukan oleh Presiden RI pada saat itu, yakni Ibu
Megawati Soekarnoputri.
Monumen ini terletak di kawasan Lapangan Renon yang tentunya sangat menarik perhatian bagi semua orang
karena tempatnya yang terawat dengan baik dan bersih dan lengkap dengan menara yang menjulang ke
angkasa yang mempunyai arsitektur khas Bali yang indah. Lokasi monumen ini juga sangat strategis karena
terletak di depan Kantor Gubernur Bali yang juga di depan Gedung DPRD Provinsi Bali tepatnya di Lapangan
Niti Mandala Renon.
Tempat ini merupakan tempat pertempuran jaman kemerdekaan antara rakyat Bali melawan pasukan penjajah.
Perang ini terkenal dengan sebutan
“Perang Puputan” yang berarti perang habis-habisan. Monumen ini didirikan untuk memberi penghormatan
pada para pahlawan serta merupakan lambang penghormatan atas perjuangan rakyat Bali.
Museum ini lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan
monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Bentuk museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Mandara Giri oleh Para
Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para
pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama
Hindu. Adapun bagian-bagian yang penting dalam museum ini adalah sebagai berikut :
1. Bangunan Museum yang menjulang melambangkan Gunung Mandara Giri
2. Guci Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum
3. Naga yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali dalm pemutaran
Mandara Giri.
4. Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum merupakan simbul dari Bedawang Akupa yang
digunakan sebagai alas pemutaran Mandara Giri.
5. Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari Lautan Susu yang mengelilingi Mandara
Giri tempat beradanya Air Suci Kehidupan atau Tirtha Amertha
11

4. KOLEKSI MONUMEN BAJRA SANDHI


Koleksi Monumen Bajra Sandhi antara lain foto-foto kekejaman perang rakyat Bali melawan Belanda. Nilai
kepahlawanan tercermin dari 33 diorama yang ada di dalamnya. Gagasan dan inspirasi membangun MPRB
adalah keinginan untuk memiliki sebuah lambang yang mewakili semangat juang orang Bali. Diorama itu
memberikan gambaran kepada generasi penerus bagaimana jejak perjuangan rakyat Bali.
Salah satunya heroik rakyat Badung dalam perang puputan tahun 1906. Tegasnya, MPRB diharapkan mampu
menjadi lambang yang mengabadikan jiwa-jiwa perjuangan rakyat Bali dari zaman ke zaman. Diorama itu
sendiri diharapkan selesai akhir tahun ini.
Menurut rancangan, diorama akan diletakkan di lantai dua berisi 33 unit pajangan miniatur perjuangan rakyat
Bali dari masa ke masa. Urutan unit 1 sampai dengan 33 dimulai dari arah mata angin timur memutar ke kanan
searah jarum jam. Deretan putaran luar sampai dengan unit 21, deretan putaran tengah mulai unit 22 sampai
dengan unit 33. Diorama itu menceritakan pertama, kebudayaan Bali pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan. Kedua, kebudayaan Bali pada masa bercocok tanam. Ket ga, kegiatan membuat aneka perunggu.
Keempat, tradisi penguburan dengan memakai sarkofagus. Semua unit tersebut menggambarkan perjuangan
Bali pada masa prasejarah. Unit berikutnya mencerminkan perjuangan rakyat Bali pada masa Bali Kuno,
meliputi prasasti Sukawana (unit 5), Rsi Markandeya (unit 6), Sri Ksari Warmadewa tahun 914 M (unit 7),
Gunapriya Dharma Patni dan suaminya Dharmodayana Warmadewa, tahun 989-1001 M (unit (8), Mpu
Kuturan, tahun 1007 (unit 9), Sri Aji Anak
Wungsu tahun 1050 – 1078 M (unit 10), Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten (unit 11), Sri Kresna Kepakisan
tahun 1347 – 1350 M (unit 12), Dalem Ketut Ngelusir tahun 1380 – 1460 M (unit 13), dan Dalem Watu
Renggong tahun 1460 – 1550 M (unit 14).
Diorama berikutnya memajang Perjuangan Rakyat Bali periode 1845-1950, yakni (15) perang Buleleng, (16)
Patih Jelantik merobek surat Gubernur Jenderal di hadapan Raja Klungkung, (17) Perang Jagaraga, (18)
Perang Kusamba, (19) Puputan Badung, (20) Puputan Klungkung, (21) Bangkitnya Organisasi Pemuda di Bali,
(22) Kehidupan masyarakat pada masa Jepang, (23) Gerakan Bawah Tanah menentang Fasisme Jepang, (24)
Proklamasi Kemerdekaan sampai di Bali, (25) Menyebarluaskan berita Proklamasi, (26) Pusat Komando PRI
(Pemuda Republik Indonesia), (27) Peristiwa Bendera di Pelabuhan Buleleng, (28) Pertempuran Laut di Selat
Bali, (29) Serangan Umum terhadap Tangsi NICA di Denpasar, (30) Pembentukan Dewan Perjuangan Rakyat
Sunda Kecil (DPRI SK), (31) Pertempuran Tanah Aron, (32) Pertempuran Marga dan (33) Bali dalam mengisi
kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai