Anda di halaman 1dari 19

Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi

Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pendidikan Universitas Jember

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2022/2023


Matakuliah: Ekonomi Moneter
Sifat Ujian : Open Book

Dosen Pengampu:
Irmadatus Sholekhah, S.Pd., M.Pd.
Dr. Hety Mustika Ani, M.Pd.

Instruksi:
1. Selesaikan setiap soal berikut dengan bekerja sendiri, kecurangan akademik dalam bentuk
apapun mengakibatkan kegagalan dan pembodohan bagi diri Anda sendiri.
2. Jawaban bisa diketik dengan format file PDF. Setiap soal wajib dikerjakan dan memiliki
bobot nilai yang sama.
3. File diupload ke mmp.unej.ac.id dengan subject dan nama file: UTS_Nama
Mahasiswa_NIM_Kelas.
4. Pengiriman jawaban melewati batas waktu berdampak pada pengurangan nilai ujian.

Soal 1. Definisi Uang Beredar dan Suku Bunga


1. Jelaskan pengertian uang kartal, uang giral dan uang digital. Bagaimanakah ketiga jenis
uang tersebut diperhitungkan sebagai uang beredar?
2. Apakah yang dimaksud dengan penawaran uang (money supply) dan permintaan uang
(money demand), bagaimanakah cara menghitungnya?
3. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Currency dan Cryptocurrency. Apakah
Cryptocurrency dapat didefinisikan sebagai uang?
Soal 2. Pasar Modal dan Pasar Uang
1. Lengkapi tabel berikut ini untuk menjelaskan perbedaan mendasar antara pasar uang dan
pasar modal.
Pasar Uang Pasar Modal
Definisi
Institusi/Lembaga yang berperan (min. 2
institusi/Lembaga yang ada di Indonesia)
Instrumen (min. 3 jenis instrumen yang
ada di Indonesia)
Maturitas instrumen
Likuiditas pasar
Faktor risiko
Imbal jasa (return on investment)

2. Jelaskan secara komprehensif bagaimana asymmetric information—termasuk moral hazard


dan adverse selection-- dapat memicu krisis finansial.

Soal 3. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank


1. Sebutkan dan uraikan indikator-indikator apa saja yang biasa digunakan untuk menilai
kesehatan suatu bank.
2. Sebutkan dan jelaskan beberapa regulasi nasional dan internasional yang mengatur
perbankan.
3. Berikan pendapat mengenai artikel berikut ini.
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia dalam paparanya bertajuk Global Economic
Risk and Implications for Indonesia menganjurkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut
melakukan pengawasan terhadap konglomerasi keuangan. Anjuran ini disampaikan Bank
Dunia dalam rangka meminimalkan risiko krisis keuangan. Sebab mereka menilai ukuran
konglomerasi keuangan di Indonesia sangat besar, bahkan sampai menguasai 88% aset
industri perbankan.
Dalam sarannya, Bank Dunia juga meminta OJK membentuk divisi baru setingkat deputi
komisioner pengawasan terhadap konglomerasi keuangan tadi. Semacam pengawas
perbankan; pengawas pasar modal, maupun pengawas industri keuangan non bank
(IKNB). Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot mengatakan, terkait paparan tersebut,
pihaknya tak pernah diajak terlibat oleh Bank Dunia. “Sehubungan dengan beredarnya,
pemberitaan terkait presentasi Bank Dunia yang disampaikan kepada Presiden RI
khususnya materi terkait sektor jasa keuangan tidak pernah dilakukan pembahasan
terlebih dahulu dengan OJK,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (9/9).
Sumber : KONTAN.CO.ID

Soal 4. Struktur Risiko Suku Bunga


1. Jika anda seorang investor di pasar keuangan, bagaimana anda menggunakan struktur risiko
suku bunga untuk melakukan analisa investasi.
2. Perusahaan pemeringkat (rating agencies) juga membuat country/sovereign risk. Apa
dampak country/sovereign risk tersebut terhadap perekonomian suatu negara.
3. Jika anda seorang investor di pasar keuangan, bagaimana anda menggunakan struktur risiko
suku bunga untuk melakukan analisa investasi.

Soal 5. Institusi Keuangan Internasional

1. Jika Bank Indonesia membeli dolar di pasar valuta asing tetapi tidak melakukan kebijakan
intervensi sterilisasi, jelaskan bagaimana dampaknya terhadap cadangan internasional,
jumlah uang beredar, dan nilai tukar.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan trilemma kebijakan (the impossible trinity). Untuk
kasus Indonesia, jelaskan bagaimana aplikasi trilemma kebijakan tersebut.
3. Jelaskan peran IMF bagi negara-negara anggotanya, secara spesifik jelaskan pula bagaimana
peran IMF ketika terjadi krisis keuangan di Indonesia. Jelaskan mengapa austerity program
dari IMF menuai kritik.
JAWABAN

Nama : Julia Ayu Oktaviana

Nim : 210210301088

Kelas : B

Soal 1. Definisi Uang Beredar dan Suku Bunga


1. Perbedaan uang kartal, giral, dan digital
a) Uang kartal
adalah uang yang berbentuk fisik seperti kertas dan logam yang diterbitkan oleh
bank sentral dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran langsung dalam
transaksi ekonomi. Contoh uang kartal adalah uang kertas dan koin yang
diterbitkan oleh bank sentral seperti Rupiah, Dolar, Euro, dan sebagainya.
b) Uang giral
uang yang tidak berbentuk fisik dan nilainya diwakili oleh catatan elektronik atau
rekening bank. Contoh uang giral adalah cek, transfer antar bank, serta
pembayaran melalui kartu kredit dan debit.
c) Uang digital
adalah uang yang sama seperti uang giral, namun hanya dapat digunakan dalam
transaksi elektronik dan tidak memerlukan media fisik seperti kartu atau cek.
Contoh uang digital adalah e-wallet atau dompet digital, cryptocurrency seperti
Bitcoin, dan sejenisnya.

Ketiga jenis uang tersebut diperhitungkan sebagai uang beredar dalam pengukuran
besarnya jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Uang beredar mencakup uang
kartal, uang giral, dan uang digital yang ada ditangan masyarakat serta lembaga
keuangan. Uang beredar dihitung sebagai jumlah uang kartal dan uang giral yang beredar
di masyarakat, termasuk uang digital yang telah ditransfer atau dimiliki oleh masyarakat
di dalam rekening bank atau dompet digital mereka. Jadi, ketiga jenis uang tersebut
diperhitungkan sebagai uang beredar karena dapat digunakan sebagai alat pembayaran
dalam kegiatan ekonomi dan mempengaruhi nilai ekonomi suatu negara.

2. Penawaran uang (money supply) adalah jumlah total uang yang beredar dalam suatu
perekonomian pada suatu periode tertentu. Sementara permintaan uang (money demand)
adalah jumlah uang yang dimiliki oleh masyarakat dan lembaga keuangan untuk
memenuhi kebutuhan transaksi dan kebutuhan spekulatif. Permintaan uang berkaitan
dengan seberapa banyak uang yang diinginkan oleh masyarakat untuk menopang
aktivitas transaksi atau untuk tujuan investasi, sementara penawaran uang berkaitan
dengan jumlah uang yang tersedia di dalam perekonomian.
Cara menghitung penawaran uang adalah dengan menambahkan jumlah uang kartal dan
uang giral yang beredar di dalam perekonomian. Sementara cara menghitung permintaan
uang adalah dengan menggunakan model permintaan uang, yaitu dengan menghitung
jumlah uang yang dimiliki masyarakat dan lembaga keuangan dalam rekening bank dan
dalam bentuk kas, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan uang seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan tingkat pendapatan
masyarakat.
Model permintaan uang yang paling umum digunakan adalah model permintaan uang
Keynes. Menurut model ini, permintaan uang dipengaruhi oleh tiga faktor utama: tingkat
pendapatan nasional, tingkat suku bunga, dan tingkat harga barang. Model ini
dirumuskan sebagai berikut:

Md = kY -

hr Dimana:

Md : permintaan uang (money demand)


Y : pendapatan nasional
k : proporsi pendapatan yang diinginkan untuk dipegang dalam bentuk
uang h : tingkat bunga
r : tingkat inflasi
Dalam model ini, permintaan uang (Md) tergantung pada pendapatan nasional (Y) dan
tingkat suku bunga (h), sedangkan tingkat inflasi (r) memiliki pengaruh terbalik terhadap
permintaan uang. Jadi, semakin tinggi tingkat pendapatan nasional dan semakin rendah
tingkat suku bunga, maka permintaan uang akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin
tinggi tingkat inflasi, maka permintaan uang akan semakin rendah.
3. Currency (mata uang) adalah bentuk uang yang telah digunakan secara luas sebagai alat
pembayaran dalam suatu negara atau wilayah, biasanya dikeluarkan oleh bank sentral
atau pemerintah. Contoh currency adalah Rupiah, Dolar, Euro, dan sebagainya. Currency
dapat berupa uang kartal atau uang giral yang diatur dan dikelola oleh otoritas moneter
suatu negara. Sementara cryptocurrency (mata uang digital) adalah bentuk uang yang
terdesentralisasi dan dihasilkan melalui teknologi blockchain. Cryptocurrency tidak
diatur oleh otoritas moneter atau pemerintah, melainkan dikelola oleh jaringan komputer
yang terhubung satu sama lain. Beberapa contoh cryptocurrency yang terkenal adalah
Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin.
Perbedaan antara currency dan cryptocurrency terletak pada pengelolaannya dan
sifatnya. Currency diatur dan dikelola oleh otoritas moneter atau pemerintah, sedangkan
cryptocurrency tidak diatur oleh otoritas moneter atau pemerintah dan bersifat
terdesentralisasi. Selain itu, currency memiliki nilai tukar yang ditentukan oleh pasar atau
oleh otoritas moneter, sedangkan nilai tukar cryptocurrency ditentukan oleh kekuatan
pasar yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Namun, persamaan antara
currency dan cryptocurrency adalah keduanya dapat digunakan sebagai alat
pembayaran untuk membeli barang dan jasa. Baik currency maupun cryptocurrency dapat
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, tergantung pada negara atau wilayah yang
menerimanya sebagai alat pembayaran yang sah.
Apakah cryptocurrency dapat didefinisikan sebagai uang?, tergantung pada
perspektif dan definisi yang digunakan. Beberapa orang berpendapat bahwa
cryptocurrency tidak dapat dikategorikan sebagai uang karena tidak diatur oleh otoritas
moneter atau pemerintah, dan belum secara luas diterima sebagai alat pembayaran yang
sah. Namun, beberapa negara telah mengakui cryptocurrency sebagai alat pembayaran
yang sah dan memperlakukannya seperti mata uang tradisional, sehingga dapat
dikategorikan sebagai uang dalam konteks tersebut.
Soal 2. Pasar Modal dan Pasar Uang
1. Lengkapi tabel berikut ini untuk menjelaskan perbedaan mendasar antara pasar uang dan
pasar modal.
Pasar Uang Pasar Modal
Definisi Adalah tempat bertemunya Adalah pasar yang
penjual dan pembeli untuk memperjual belikan
menentukan harga aset modal berupa hak
keuangan atau surat-surat kepemilikan perusahaan
berharga lainnya dalam dan surat pernyataan
jangka waktu pendek atau hutang perusahaan serta
kurang dari satu tahun. pasar keuangan yang
memfasilitasi instrumen
keuangan jangka
panjang.
Institusi/Lembaga yang berperan - Bank – bank - Bursa Efek
(min. 2 institusi/Lembaga yang ada komersial Indonesia (BEI)
di Indonesia) - Bank Indonesia - Otoritas Jasa
- PUAB (Pasar Uang Keuangan (OJK)
Antar Bank) - Perusahaan Efek
Instrumen (min. 3 jenis instrumen - SBPU (Surat - Saham
yang ada di Indonesia) Berharga Pasar - Obligasi
Uang) - Reksa Dana
- Sertifikat Deposito
- Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)

Maturitas instrumen Maturitas instrumen Maturitas instrumen


keuangan jangka pendek. keuangan jangka
panjang.
Likuiditas pasar Pasar uang memiliki Pasar modal memiliki
likuiditas tinggi karena likuiditas rendah karena
instrumen yang instrumen yang
diperdagangkan memiliki diperdagangkan memiliki
jangka waktu pendek dan jangka waktu yang lebih
mudah untuk dijual panjang dan sulit untuk
kembali. dijual kembali.
Faktor risiko Faktor risiko dalam pasar Faktor risiko dalam pasar
uang cenderung lebih modal cenderung lebih
rendah karena instrumen tinggi karena instrumen
yang diperdagangkan yang diperdagangkan
relatif stabil. memiliki tingkat
volatilitas yang tinggi.
Imbal jasa (return on investment) Imbalan jasa yang Imbalan jasa yang
dihasilkan dalam pasar dihasilkan dalam pasar
uang cenderung lebih modal cenderung lebih
rendah karena risiko yang tinggi karena risiko yang
relatif rendah. lebih besar.

2. Asymmetric information atau informasi asimetris adalah kondisi di mana satu pihak
memiliki akses informasi yang lebih banyak atau lebih baik daripada pihak lain dalam
suatu transaksi. Dalam konteks pasar keuangan, asymmetric information dapat
menyebabkan terjadinya moral hazard dan adverse selection, yang pada gilirannya dapat
memicu krisis finansial. Moral hazard terjadi ketika satu pihak dalam suatu transaksi
merasa tidak perlu untuk mengambil tindakan pencegahan yang seharusnya dilakukan
karena pihak tersebut dilindungi oleh pihak lain. Dalam pasar keuangan, moral hazard
dapat terjadi ketika pemberi pinjaman tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kredibilitas atau kemampuan pembayaran peminjam. Hal ini dapat menyebabkan
peminjam mengambil risiko yang lebih tinggi daripada yang seharusnya, karena mereka
merasa tidak akan dituntut secara penuh oleh pemberi pinjaman. Jika terjadi kegagalan
pembayaran dari peminjam, maka pemberi pinjaman akan mengalami kerugian dan
kemungkinan akan menyebar ke sektor lain, memicu krisis finansial. Adverse selection
terjadi ketika satu pihak dalam suatu transaksi memiliki informasi yang lebih baik
daripada pihak lain tentang kualitas produk atau jasa yang ditawarkan. Dalam pasar
keuangan, adverse selection dapat terjadi ketika investor tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kualitas obligasi atau saham yang diperdagangkan di pasar modal. Hal ini
dapat menyebabkan investor membeli obligasi atau saham yang memiliki risiko lebih
tinggi daripada yang seharusnya, karena mereka tidak memiliki informasi yang cukup
tentang risiko tersebut. Jika terjadi kegagalan pembayaran dari obligasi atau kerugian
pada saham, maka investor akan mengalami kerugian dan kemungkinan akan menyebar
ke sektor lain, memicu krisis finansial. Ketidakseimbangan informasi antara pemberi
pinjaman dan peminjam atau antara investor dan perusahaan dapat menyebabkan
terjadinya risiko sistemik. Risiko sistemik terjadi ketika terjadi gangguan atau kegagalan
pada suatu lembaga keuangan atau sektor keuangan, yang dapat menyebar ke lembaga
atau sektor lainnya dan akhirnya memicu krisis finansial. Oleh karena itu, penting untuk
memastikan bahwa informasi yang tersedia dalam pasar keuangan akurat dan transparan,
sehingga risiko moral hazard dan adverse selection dapat dihindari dan risiko sistemik
dapat dikurangi.

Soal 3. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank


1. Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk menilai kesehatan suatu bank, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a) Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR)
Rasio ini mengukur kemampuan suatu bank untuk menanggung risiko kredit yang
diambilnya. Rasio CAR yang sehat harus memenuhi persyaratan minimum yang
telah ditetapkan oleh otoritas pengawas bank. Di Indonesia, Bank Indonesia
menetapkan bahwa bank harus memiliki CAR minimum 14% dari risiko aktiva.
b) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka pendek dengan aset likuid. Rasio ini membandingkan aset likuid suatu bank
dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang sehat harus berada di atas
100%, artinya bank memiliki lebih banyak aset likuid daripada kewajiban jangka
pendeknya.
c) NPL Ratio (Non-Performing Loans Ratio)
Rasio ini mengukur jumlah kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank dalam bentuk
kredit bermasalah atau macet. Rasio ini dinyatakan sebagai persentase dari total
kredit bank. Semakin rendah rasio NPL, semakin sehat kondisi bank tersebut.
d) Net Interest Margin (NIM)
NIM mengukur perbedaan antara pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank dari
kredit yang diberikan dengan biaya bunga yang dibayarkan oleh bank atas sumber
dana. Semakin besar NIM, semakin baik kondisi keuangan bank.
e) ROA (Return on Assets)
ROA mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh oleh bank dari total aset yang
dimiliki. Semakin tinggi ROA, semakin baik kondisi keuangan bank.
f) ROE (Return on Equity)
ROE mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh oleh bank dari total ekuitas atau
modal yang dimiliki. Semakin tinggi ROE, semakin baik kondisi keuangan bank.
Indikator-indikator di atas dapat memberikan gambaran yang cukup lengkap mengenai kesehatan
keuangan suatu bank. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua indikator berlaku sama
untuk semua jenis bank atau lembaga keuangan. Oleh karena itu, penilaian yang komprehensif
perlu dilakukan oleh otoritas pengawas atau pakar keuangan untuk mengevaluasi kesehatan suatu
bank secara menyeluruh.
2. Berikut adalah beberapa regulasi nasional dan internasional yang mengatur perbankan:
a) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan - merupakan undang-undang nasional di
Indonesia yang mengatur tata kelola perbankan dan perbankan sentral.
b) Peraturan Bank Indonesia (PBI) - merupakan regulasi yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai otoritas perbankan sentral di Indonesia. Beberapa contoh PBI
antara lain tentang Kegiatan Usaha Bank, Kegiatan Usaha Penyelenggaraan Kliring
dan Penyelesaian Akhir, dan Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
c) Basel Accords - merupakan kesepakatan internasional yang dibuat oleh Komite Basel
untuk mengatur tata kelola dan manajemen risiko di bank-bank di seluruh dunia.
Basel I diterapkan pada tahun 1988, Basel II pada tahun 2004, dan Basel III pada
tahun 2010.
d) Dodd-Frank Wall Street Reform and Consumer Protection Act - merupakan undang-
undang yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 2010 sebagai
respons terhadap krisis keuangan global tahun 2008. Undang-undang ini memperketat
regulasi perbankan dan meningkatkan perlindungan konsumen.
e) European Banking Authority (EBA) - adalah badan pengawas perbankan di Uni
Eropa yang bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan bank-bank di Uni Eropa
terhadap regulasi perbankan dan standar keamanan.
Regulasi nasional dan internasional yang mengatur perbankan sangat penting untuk
memastikan stabilitas dan integritas sistem perbankan di seluruh dunia. Oleh karena itu,
perbankan perlu mematuhi regulasi-regulasi tersebut untuk menjaga kepercayaan dan
kredibilitas di mata masyarakat serta meminimalisir risiko krisis finansial.
3. Artikel tersebut membahas tentang anjuran dari Bank Dunia terkait pengawasan terhadap
konglomerasi keuangan di Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank Dunia
menyarankan agar OJK membentuk divisi baru setingkat deputi komisioner pengawasan
terhadap konglomerasi keuangan dan melakukan pengawasan untuk meminimalkan
risiko krisis keuangan. Menurut saya, anjuran Bank Dunia ini perlu dipertimbangkan
oleh OJK dan pemerintah Indonesia. Sebagai lembaga pengawas sektor keuangan di
Indonesia, OJK harus dapat memastikan stabilitas dan kesehatan sistem keuangan
Indonesia. Dalam kondisi di mana konglomerasi keuangan menguasai sebagian besar
aset industri perbankan, risiko krisis keuangan tentunya semakin besar. Oleh karena itu,
langkah-langkah pengawasan yang tepat dan efektif sangat penting untuk dilakukan.
Pembentukan divisi baru pengawasan terhadap konglomerasi keuangan bisa menjadi
salah satu cara untuk memperkuat pengawasan dan mencegah terjadinya krisis keuangan
di masa depan. Namun, sebelum mengambil langkah tersebut, OJK dan pemerintah
harus melakukan kajian dan evaluasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa langkah
tersebut dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi stabilitas sistem keuangan
Indonesia secara keseluruhan.

Soal 4. Struktur Risiko Suku Bunga


1. Sebagai seorang investor di pasar keuangan, struktur risiko suku bunga dapat
menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Dalam melakukan
analisis investasi, beberapa hal yang dapat dilakukan dengan memperhatikan struktur
risiko suku bunga antara lain:
a) Melihat arah pergerakan suku bunga.
Pergerakan suku bunga dapat memberikan indikasi mengenai kebijakan moneter
dan kondisi ekonomi. Jika suku bunga cenderung naik, hal ini dapat
mengindikasikan bahwa inflasi sedang meningkat dan bank sentral sedang
berupaya untuk menstabilkan harga-harga. Sebaliknya, jika suku bunga
cenderung turun, hal ini dapat mengindikasikan bahwa bank sentral sedang
berupaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan memperhatikan arah
pergerakan suku bunga, investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih
bijaksana.
b) Menganalisis pengaruh suku bunga terhadap harga saham dan obligasi.
Naik turunnya suku bunga dapat mempengaruhi nilai aset finansial seperti saham
dan obligasi. Secara umum, kenaikan suku bunga dapat menyebabkan harga
obligasi turun, sementara harga saham cenderung naik. Sebaliknya, penurunan
suku bunga dapat menyebabkan harga obligasi naik, sementara harga saham
cenderung turun. Dalam hal ini, investor dapat memilih jenis aset finansial yang
cocok dengan profil risiko dan tujuan investasinya.
c) Memperhitungkan risiko suku bunga dalam portofolio investasi.
Risiko suku bunga dapat menjadi faktor risiko dalam portofolio investasi. Jika
investor memiliki portofolio yang terdiri dari instrumen keuangan dengan jangka
waktu yang berbeda-beda, perubahan suku bunga dapat mempengaruhi nilai
portofolio secara keseluruhan. Dalam hal ini, investor dapat mempertimbangkan
untuk memperhitungkan risiko suku bunga dan mengelola portofolio
investasinya secara hati-hati dengan mengkombinasikan instrumen keuangan
yang berbeda.
d) Melakukan diversifikasi investasi.
Dalam menghadapi risiko suku bunga, investor dapat melakukan diversifikasi
investasi dengan membagi portofolio ke dalam beberapa jenis instrumen
keuangan, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Dengan melakukan
diversifikasi, investor dapat mengurangi risiko dan memaksimalkan potensi
keuntungan dari investasi.
Maka, dalam melakukan analisis investasi, peran struktur risiko suku bunga dapat menjadi sangat
penting. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan suku bunga,
investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih bijaksana dan mengelola portofolio
investasinya dengan lebih efektif.
2. Dampak dari risiko negara/sovereign risk yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat (rating agencies) terhadap perekonomian suatu negara dapat bervariasi
dan kompleks, tergantung pada tingkat risiko yang ditetapkan dan bagaimana pasar
meresponsnya. Beberapa dampak potensial dari country/sovereign risk terhadap
perekonomian suatu negara antara lain:
a) Biaya Pinjaman yang Lebih Tinggi
Jika suatu negara diberikan rating yang rendah atau risiko yang tinggi oleh
lembaga pemeringkat, maka pinjaman yang diterbitkan oleh negara tersebut bisa
dikenakan bunga yang lebih tinggi. Hal ini karena investor akan memandang
investasi di negara dengan risiko yang tinggi sebagai lebih berisiko, dan akan
menuntut imbal hasil yang lebih tinggi sebagai kompensasi atas risiko tersebut.
Dengan demikian, biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat mengurangi
ketersediaan dan meningkatkan biaya pinjaman bagi pemerintah maupun
perusahaan di negara yang terkena dampak risiko negara/sovereign risk, yang
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
b) Menurunnya Kepercayaan Investor
Rating rendah dari lembaga pemeringkat juga dapat mempengaruhi kepercayaan
investor terhadap perekonomian suatu negara. Investasi langsung asing dan
portofolio investasi dapat menurun karena investor akan menganggap investasi di
negara yang memiliki risiko tinggi sebagai tidak menarik. Kurangnya
kepercayaan investor dapat mengakibatkan keluarnya modal dari negara tersebut,
yang dapat mereduksi sumber pembiayaan dan mengganggu pertumbuhan
ekonomi.
c) Pengurangan Akses ke Pembiayaan Global
Rating yang rendah juga dapat mempengaruhi akses negara terhadap pembiayaan
global. Lembaga keuangan internasional dan investor global mungkin lebih
berhati-hati dalam memberikan pinjaman atau membeli obligasi dari negara yang
diberikan rating rendah oleh lembaga pemeringkat. Hal ini dapat mengurangi
akses negara terhadap pasar modal internasional, yang dapat mempengaruhi
kemampuan negara untuk memperoleh pembiayaan yang diperlukan untuk
pembangunan ekonomi dan infrastruktur.
d) Penurunan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Penurunan investasi dan akses terbatas terhadap pembiayaan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi yang rendah dapat mengurangi
produktivitas dan inovasi, serta mempengaruhi daya saing ekonomi. Kurangnya
pembiayaan untuk proyek infrastruktur atau program pembangunan lainnya juga
dapat membatasi potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara.
e) Potensi Krisis Keuangan
Rating rendah dapat meningkatkan risiko krisis keuangan di suatu negara.
Ketidakstabilan keuangan dapat mempengaruhi sistem perbankan, pasar modal,
dan pasar keuangan secara keseluruhan. Krisis keuangan dapat mengakibatkan
penurunan investasi.
3. Sebagai seorang investor di pasar keuangan, analisis risiko suku bunga dapat menjadi
faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Beberapa cara bagaimana
Anda dapat menggunakan struktur risiko suku bunga dalam analisis investasi, antara
lain:
a) Mengidentifikasi risiko suku bunga
Kita perlu memahami risiko suku bunga yang mungkin dihadapi dalam investasi.
Risiko suku bunga dapat mencakup risiko tingkat suku bunga (risiko bahwa suku
bunga akan berubah), risiko kurva yield (risiko bahwa bentuk kurva yield akan
berubah), dan risiko suku bunga riil (risiko perubahan suku bunga yang
disesuaikan dengan inflasi). Mengidentifikasi risiko suku bunga yang relevan
untuk investasi dapat membantu memahami potensi perubahan nilai investasi
sebagai respons terhadap perubahan suku bunga.
b) Analisis sensitivitas
Kita dapat melakukan analisis sensitivitas untuk memahami bagaimana
perubahan suku bunga dapat mempengaruhi kinerja investasi. Kita dapat
melakukan simulasi terhadap investasi dengan mengasumsikan berbagai skenario
perubahan suku bunga, baik naik maupun turun, untuk melihat bagaimana kinerja
investasi dapat berubah dalam situasi yang berbeda. Dengan demikian, kita dapat
mengidentifikasi risiko dan peluang yang mungkin muncul akibat perubahan
suku bunga.
c) Menilai eksposur risiko suku bunga
Kita perlu menilai sejauh mana investasi terpapar terhadap risiko suku bunga.
Misalnya, jika memiliki portofolio obligasi atau saham perusahaan yang sangat
bergantung pada pinjaman dengan suku bunga tetap, maka investasi dapat lebih
rentan terhadap risiko suku bunga naik. Sebaliknya, jika memiliki investasi yang
memiliki suku bunga mengambang atau berkaitan dengan indeks suku bunga,
maka eksposur risiko suku bunga dapat berbeda. Dengan memahami eksposur
risiko suku bunga investasi, kita dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai
untuk mengelola risiko tersebut, misalnya dengan melakukan lindung nilai
(hedging) atau diversifikasi portofolio.
d) Menganalisis perubahan suku bunga secara makro
Kita juga perlu menganalisis faktor-faktor ekonomi dan kebijakan moneter yang
dapat mempengaruhi perubahan suku bunga secara makro. Misalnya, melihat
indikator ekonomi seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, kebijakan bank sentral,
dan kondisi pasar keuangan dapat membantu dalam memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang tren dan outlook suku bunga di masa depan. Hal ini dapat
membantu kita dalam mengambil keputusan investasi yang lebih bijaksana.
e) Diversifikasi portofolio
Diversifikasi portofolio adalah salah satu prinsip dasar dalam manajemen risiko
investasi. Dengan memiliki portofolio yang terdiversifikasi dengan berbagai jenis
aset, termasuk aset yang memiliki karakteristik risiko suku bunga yang berbeda.

Soal 5. Institusi Keuangan Internasional

1. Jika Bank Indonesia membeli dolar di pasar valuta asing tanpa melakukan kebijakan
intervensi sterilisasi, dampaknya dapat berpengaruh pada cadangan internasional, jumlah
uang beredar, dan nilai tukar, sebagai berikut:
a) Cadangan Internasional
Pembelian dolar oleh Bank Indonesia akan mengakibatkan peningkatan cadangan
internasional negara tersebut. Cadangan internasional merupakan aset dalam bentuk
valuta asing yang dimiliki oleh bank sentral suatu negara. Dengan membeli dolar,
cadangan internasional Bank Indonesia akan bertambah, karena dolar adalah mata
uang asing yang dibeli. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan negara dalam
membayar utang luar negeri, menjaga stabilitas ekonomi, dan memperkuat posisi
tawar dalam hubungan internasional.
b) Jumlah Uang Beredar
Pembelian dolar oleh Bank Indonesia tanpa sterilisasi dapat menyebabkan
peningkatan jumlah uang beredar di dalam negeri. Ketika Bank Indonesia membeli
dolar, mereka harus membayar dengan mata uang lokal, yaitu rupiah. Hal ini akan
meningkatkan jumlah rupiah yang beredar di pasar, karena bank sentral harus
mencetak atau menciptakan uang untuk membayar dolar yang dibeli. Peningkatan
jumlah uang beredar dapat mempengaruhi inflasi, mengingat meningkatnya pasokan
uang dapat mendorong permintaan yang berlebihan terhadap barang dan jasa, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan inflasi.
c) Nilai Tukar
Pembelian dolar oleh Bank Indonesia tanpa sterilisasi dapat memengaruhi nilai tukar
rupiah terhadap dolar. Jika Bank Indonesia membeli dolar secara agresif tanpa
mengeluarkan rupiah yang setara melalui sterilisasi (misalnya menjual surat berharga
negara), hal ini dapat meningkatkan pasokan rupiah di pasar valuta asing. Penawaran
yang berlebihan ini dapat menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar, mengakibatkan
depresiasi nilai tukar rupiah. Depresiasi nilai tukar dapat berdampak pada harga
impor yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan inflasi dan mengurangi daya beli
masyarakat terhadap barang dan jasa.

Namun, perlu diperhatikan bahwa dampak pembelian dolar oleh Bank Indonesia terhadap
cadangan internasional, jumlah uang beredar, dan nilai tukar juga dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain dalam perekonomian, serta kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh
pemerintah dan bank sentral.
2. Trilemma kebijakan, juga dikenal sebagai "the impossible trinity" atau "the trilemma of
open economy macroeconomics", adalah konsep dalam ekonomi yang menyatakan
bahwa suatu negara tidak dapat secara bersamaan mencapai tiga tujuan kebijakan
ekonomi yang berbeda, yaitu stabilitas nilai tukar, kemerdekaan kebijakan moneter, dan
integrasi keuangan internasional. Dalam konteks trilemma kebijakan, suatu negara hanya
dapat memilih dua dari tiga tujuan tersebut, dan harus mengorbankan yang satu. Bagi
Indonesia, aplikasi trilemma kebijakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Stabilitas Nilai Tukar
Indonesia memiliki kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing, terutama terhadap dolar AS. Namun, untuk mencapai stabilitas nilai
tukar, Bank Indonesia terkadang harus melakukan intervensi di pasar valuta asing,
yaitu dengan membeli atau menjual dolar. Namun, intervensi ini dapat mempengaruhi
kemerdekaan kebijakan moneter Bank Indonesia.
b) Kemerdekaan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas moneter dalam negeri,
termasuk mengatur suku bunga dan mengendalikan jumlah uang beredar. Namun,
untuk mencapai tujuan ini, Bank Indonesia harus memiliki kemerdekaan dalam
mengatur kebijakan moneter yang sesuai dengan kondisi domestik, tanpa terlalu
dipengaruhi oleh kebijakan moneter negara lain atau kondisi internasional. Namun,
kemerdekaan kebijakan moneter Bank Indonesia dapat terbatas jika terjadi tekanan
pada nilai tukar rupiah akibat intervensi di pasar valuta asing.
c) Integrasi Keuangan Internasional
Indonesia memiliki tujuan untuk meningkatkan integrasi keuangan internasional,
termasuk memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain, memperluas
perdagangan internasional, dan menarik investasi asing. Namun, untuk mencapai
tujuan ini, Indonesia harus menghadapi risiko volatilitas nilai tukar dan aliran modal
yang masuk atau keluar dari negara. Upaya untuk mengendalikan nilai tukar atau
mengatur aliran modal dapat membatasi kemerdekaan kebijakan moneter dan
stabilitas nilai tukar.
Dengan demikian, trilemma kebijakan dapat diaplikasikan dalam konteks Indonesia, di mana
pemerintah harus memilih antara stabilitas nilai tukar, kemerdekaan kebijakan moneter, dan
integrasi keuangan internasional, karena ketiganya tidak dapat dicapai secara bersamaan. Pilihan
kebijakan harus mempertimbangkan prioritas ekonomi nasional dan resiko yang terkait, serta
mengintegrasikan faktor-faktor ekonomi global yang dapat mempengaruhi implementasi
kebijakan ekonomi di Indonesia.

3. International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang bertujuan untuk
mempromosikan stabilitas keuangan global, kerjasama moneter internasional, dan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. IMF memberikan dukungan keuangan kepada
negara-negara anggotanya yang menghadapi kesulitan ekonomi, termasuk dalam
menghadapi krisis keuangan. Peran IMF bagi negara-negara anggotanya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Mengatasi krisis keuangan
IMF dapat memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara anggotanya yang
menghadapi krisis keuangan. Bantuan tersebut dapat berupa pinjaman untuk
membantu mengatasi ketidakseimbangan pembayaran dan menjaga stabilitas
ekonomi, serta memberikan nasihat kebijakan ekonomi kepada negara yang
bersangkutan.
b) Memberikan nasihat kebijakan ekonomi
IMF memberikan nasihat kebijakan ekonomi kepada negara-negara anggotanya
untuk membantu meningkatkan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan.
Nasihat tersebut mencakup berbagai aspek kebijakan, seperti kebijakan fiskal,
kebijakan moneter, dan kebijakan struktural.
c) Memfasilitasi kerjasama internasional
IMF memfasilitasi kerjasama internasional antara negara-negara anggotanya dalam
mengatasi masalah ekonomi global, seperti ketidakseimbangan pembayaran, fluktuasi
nilai tukar, dan krisis keuangan.

Ketika terjadi krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 1990-an, IMF memberikan
dukungan keuangan kepada Indonesia untuk membantu mengatasi ketidakseimbangan
pembayaran dan menjaga stabilitas ekonomi. IMF memberikan pinjaman kepada Indonesia
dalam bentuk paket bantuan keuangan yang dikenal sebagai Program Stabilisasi Ekonomi
Indonesia (Indonesia Economic Stabilization Program). Namun, austerity program dari IMF
yang diterapkan dalam paket bantuan keuangan tersebut menuai kritik. Austerity program adalah
serangkaian kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mengurangi defisit anggaran dan memperkuat
posisi fiskal negara, antara lain melalui pemotongan belanja publik dan peningkatan pendapatan
negara. Kritik terhadap austerity program IMF di Indonesia antara lain meliputi:

(a) Dampak sosial dan ekonomi yang negatif: Implementasi kebijakan fiskal yang ketat dapat
menyebabkan pemotongan belanja publik, termasuk di sektor kesehatan, pendidikan, dan
program sosial, yang dapat berdampak negatif pada masyarakat yang rentan. Selain itu,
peningkatan pendapatan negara dapat mengakibatkan kenaikan pajak atau tarif, yang
dapat membebani masyarakat.
(b) Ketimpangan ekonomi: Beberapa kritikus menganggap bahwa austerity program IMF
cenderung memperkuat ketimpangan ekonomi, karena pemotongan belanja publik dapat
mengurangi pengeluaran pemerintah untuk program-program yang dapat mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai