Dosen Pengampu:
Irmadatus Sholekhah, S.Pd., M.Pd.
Dr. Hety Mustika Ani, M.Pd.
Instruksi:
1. Selesaikan setiap soal berikut dengan bekerja sendiri, kecurangan akademik dalam bentuk
apapun mengakibatkan kegagalan dan pembodohan bagi diri Anda sendiri.
2. Jawaban bisa diketik dengan format file PDF. Setiap soal wajib dikerjakan dan memiliki
bobot nilai yang sama.
3. File diupload ke mmp.unej.ac.id dengan subject dan nama file: UTS_Nama
Mahasiswa_NIM_Kelas.
4. Pengiriman jawaban melewati batas waktu berdampak pada pengurangan nilai ujian.
1. Jika Bank Indonesia membeli dolar di pasar valuta asing tetapi tidak melakukan kebijakan
intervensi sterilisasi, jelaskan bagaimana dampaknya terhadap cadangan internasional,
jumlah uang beredar, dan nilai tukar.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan trilemma kebijakan (the impossible trinity). Untuk
kasus Indonesia, jelaskan bagaimana aplikasi trilemma kebijakan tersebut.
3. Jelaskan peran IMF bagi negara-negara anggotanya, secara spesifik jelaskan pula bagaimana
peran IMF ketika terjadi krisis keuangan di Indonesia. Jelaskan mengapa austerity program
dari IMF menuai kritik.
JAWABAN
Nim : 210210301088
Kelas : B
Ketiga jenis uang tersebut diperhitungkan sebagai uang beredar dalam pengukuran
besarnya jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Uang beredar mencakup uang
kartal, uang giral, dan uang digital yang ada ditangan masyarakat serta lembaga
keuangan. Uang beredar dihitung sebagai jumlah uang kartal dan uang giral yang beredar
di masyarakat, termasuk uang digital yang telah ditransfer atau dimiliki oleh masyarakat
di dalam rekening bank atau dompet digital mereka. Jadi, ketiga jenis uang tersebut
diperhitungkan sebagai uang beredar karena dapat digunakan sebagai alat pembayaran
dalam kegiatan ekonomi dan mempengaruhi nilai ekonomi suatu negara.
2. Penawaran uang (money supply) adalah jumlah total uang yang beredar dalam suatu
perekonomian pada suatu periode tertentu. Sementara permintaan uang (money demand)
adalah jumlah uang yang dimiliki oleh masyarakat dan lembaga keuangan untuk
memenuhi kebutuhan transaksi dan kebutuhan spekulatif. Permintaan uang berkaitan
dengan seberapa banyak uang yang diinginkan oleh masyarakat untuk menopang
aktivitas transaksi atau untuk tujuan investasi, sementara penawaran uang berkaitan
dengan jumlah uang yang tersedia di dalam perekonomian.
Cara menghitung penawaran uang adalah dengan menambahkan jumlah uang kartal dan
uang giral yang beredar di dalam perekonomian. Sementara cara menghitung permintaan
uang adalah dengan menggunakan model permintaan uang, yaitu dengan menghitung
jumlah uang yang dimiliki masyarakat dan lembaga keuangan dalam rekening bank dan
dalam bentuk kas, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan uang seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan tingkat pendapatan
masyarakat.
Model permintaan uang yang paling umum digunakan adalah model permintaan uang
Keynes. Menurut model ini, permintaan uang dipengaruhi oleh tiga faktor utama: tingkat
pendapatan nasional, tingkat suku bunga, dan tingkat harga barang. Model ini
dirumuskan sebagai berikut:
Md = kY -
hr Dimana:
2. Asymmetric information atau informasi asimetris adalah kondisi di mana satu pihak
memiliki akses informasi yang lebih banyak atau lebih baik daripada pihak lain dalam
suatu transaksi. Dalam konteks pasar keuangan, asymmetric information dapat
menyebabkan terjadinya moral hazard dan adverse selection, yang pada gilirannya dapat
memicu krisis finansial. Moral hazard terjadi ketika satu pihak dalam suatu transaksi
merasa tidak perlu untuk mengambil tindakan pencegahan yang seharusnya dilakukan
karena pihak tersebut dilindungi oleh pihak lain. Dalam pasar keuangan, moral hazard
dapat terjadi ketika pemberi pinjaman tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kredibilitas atau kemampuan pembayaran peminjam. Hal ini dapat menyebabkan
peminjam mengambil risiko yang lebih tinggi daripada yang seharusnya, karena mereka
merasa tidak akan dituntut secara penuh oleh pemberi pinjaman. Jika terjadi kegagalan
pembayaran dari peminjam, maka pemberi pinjaman akan mengalami kerugian dan
kemungkinan akan menyebar ke sektor lain, memicu krisis finansial. Adverse selection
terjadi ketika satu pihak dalam suatu transaksi memiliki informasi yang lebih baik
daripada pihak lain tentang kualitas produk atau jasa yang ditawarkan. Dalam pasar
keuangan, adverse selection dapat terjadi ketika investor tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kualitas obligasi atau saham yang diperdagangkan di pasar modal. Hal ini
dapat menyebabkan investor membeli obligasi atau saham yang memiliki risiko lebih
tinggi daripada yang seharusnya, karena mereka tidak memiliki informasi yang cukup
tentang risiko tersebut. Jika terjadi kegagalan pembayaran dari obligasi atau kerugian
pada saham, maka investor akan mengalami kerugian dan kemungkinan akan menyebar
ke sektor lain, memicu krisis finansial. Ketidakseimbangan informasi antara pemberi
pinjaman dan peminjam atau antara investor dan perusahaan dapat menyebabkan
terjadinya risiko sistemik. Risiko sistemik terjadi ketika terjadi gangguan atau kegagalan
pada suatu lembaga keuangan atau sektor keuangan, yang dapat menyebar ke lembaga
atau sektor lainnya dan akhirnya memicu krisis finansial. Oleh karena itu, penting untuk
memastikan bahwa informasi yang tersedia dalam pasar keuangan akurat dan transparan,
sehingga risiko moral hazard dan adverse selection dapat dihindari dan risiko sistemik
dapat dikurangi.
1. Jika Bank Indonesia membeli dolar di pasar valuta asing tanpa melakukan kebijakan
intervensi sterilisasi, dampaknya dapat berpengaruh pada cadangan internasional, jumlah
uang beredar, dan nilai tukar, sebagai berikut:
a) Cadangan Internasional
Pembelian dolar oleh Bank Indonesia akan mengakibatkan peningkatan cadangan
internasional negara tersebut. Cadangan internasional merupakan aset dalam bentuk
valuta asing yang dimiliki oleh bank sentral suatu negara. Dengan membeli dolar,
cadangan internasional Bank Indonesia akan bertambah, karena dolar adalah mata
uang asing yang dibeli. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan negara dalam
membayar utang luar negeri, menjaga stabilitas ekonomi, dan memperkuat posisi
tawar dalam hubungan internasional.
b) Jumlah Uang Beredar
Pembelian dolar oleh Bank Indonesia tanpa sterilisasi dapat menyebabkan
peningkatan jumlah uang beredar di dalam negeri. Ketika Bank Indonesia membeli
dolar, mereka harus membayar dengan mata uang lokal, yaitu rupiah. Hal ini akan
meningkatkan jumlah rupiah yang beredar di pasar, karena bank sentral harus
mencetak atau menciptakan uang untuk membayar dolar yang dibeli. Peningkatan
jumlah uang beredar dapat mempengaruhi inflasi, mengingat meningkatnya pasokan
uang dapat mendorong permintaan yang berlebihan terhadap barang dan jasa, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan inflasi.
c) Nilai Tukar
Pembelian dolar oleh Bank Indonesia tanpa sterilisasi dapat memengaruhi nilai tukar
rupiah terhadap dolar. Jika Bank Indonesia membeli dolar secara agresif tanpa
mengeluarkan rupiah yang setara melalui sterilisasi (misalnya menjual surat berharga
negara), hal ini dapat meningkatkan pasokan rupiah di pasar valuta asing. Penawaran
yang berlebihan ini dapat menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar, mengakibatkan
depresiasi nilai tukar rupiah. Depresiasi nilai tukar dapat berdampak pada harga
impor yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan inflasi dan mengurangi daya beli
masyarakat terhadap barang dan jasa.
Namun, perlu diperhatikan bahwa dampak pembelian dolar oleh Bank Indonesia terhadap
cadangan internasional, jumlah uang beredar, dan nilai tukar juga dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain dalam perekonomian, serta kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh
pemerintah dan bank sentral.
2. Trilemma kebijakan, juga dikenal sebagai "the impossible trinity" atau "the trilemma of
open economy macroeconomics", adalah konsep dalam ekonomi yang menyatakan
bahwa suatu negara tidak dapat secara bersamaan mencapai tiga tujuan kebijakan
ekonomi yang berbeda, yaitu stabilitas nilai tukar, kemerdekaan kebijakan moneter, dan
integrasi keuangan internasional. Dalam konteks trilemma kebijakan, suatu negara hanya
dapat memilih dua dari tiga tujuan tersebut, dan harus mengorbankan yang satu. Bagi
Indonesia, aplikasi trilemma kebijakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Stabilitas Nilai Tukar
Indonesia memiliki kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing, terutama terhadap dolar AS. Namun, untuk mencapai stabilitas nilai
tukar, Bank Indonesia terkadang harus melakukan intervensi di pasar valuta asing,
yaitu dengan membeli atau menjual dolar. Namun, intervensi ini dapat mempengaruhi
kemerdekaan kebijakan moneter Bank Indonesia.
b) Kemerdekaan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas moneter dalam negeri,
termasuk mengatur suku bunga dan mengendalikan jumlah uang beredar. Namun,
untuk mencapai tujuan ini, Bank Indonesia harus memiliki kemerdekaan dalam
mengatur kebijakan moneter yang sesuai dengan kondisi domestik, tanpa terlalu
dipengaruhi oleh kebijakan moneter negara lain atau kondisi internasional. Namun,
kemerdekaan kebijakan moneter Bank Indonesia dapat terbatas jika terjadi tekanan
pada nilai tukar rupiah akibat intervensi di pasar valuta asing.
c) Integrasi Keuangan Internasional
Indonesia memiliki tujuan untuk meningkatkan integrasi keuangan internasional,
termasuk memperkuat hubungan ekonomi dengan negara lain, memperluas
perdagangan internasional, dan menarik investasi asing. Namun, untuk mencapai
tujuan ini, Indonesia harus menghadapi risiko volatilitas nilai tukar dan aliran modal
yang masuk atau keluar dari negara. Upaya untuk mengendalikan nilai tukar atau
mengatur aliran modal dapat membatasi kemerdekaan kebijakan moneter dan
stabilitas nilai tukar.
Dengan demikian, trilemma kebijakan dapat diaplikasikan dalam konteks Indonesia, di mana
pemerintah harus memilih antara stabilitas nilai tukar, kemerdekaan kebijakan moneter, dan
integrasi keuangan internasional, karena ketiganya tidak dapat dicapai secara bersamaan. Pilihan
kebijakan harus mempertimbangkan prioritas ekonomi nasional dan resiko yang terkait, serta
mengintegrasikan faktor-faktor ekonomi global yang dapat mempengaruhi implementasi
kebijakan ekonomi di Indonesia.
3. International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang bertujuan untuk
mempromosikan stabilitas keuangan global, kerjasama moneter internasional, dan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. IMF memberikan dukungan keuangan kepada
negara-negara anggotanya yang menghadapi kesulitan ekonomi, termasuk dalam
menghadapi krisis keuangan. Peran IMF bagi negara-negara anggotanya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Mengatasi krisis keuangan
IMF dapat memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara anggotanya yang
menghadapi krisis keuangan. Bantuan tersebut dapat berupa pinjaman untuk
membantu mengatasi ketidakseimbangan pembayaran dan menjaga stabilitas
ekonomi, serta memberikan nasihat kebijakan ekonomi kepada negara yang
bersangkutan.
b) Memberikan nasihat kebijakan ekonomi
IMF memberikan nasihat kebijakan ekonomi kepada negara-negara anggotanya
untuk membantu meningkatkan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan.
Nasihat tersebut mencakup berbagai aspek kebijakan, seperti kebijakan fiskal,
kebijakan moneter, dan kebijakan struktural.
c) Memfasilitasi kerjasama internasional
IMF memfasilitasi kerjasama internasional antara negara-negara anggotanya dalam
mengatasi masalah ekonomi global, seperti ketidakseimbangan pembayaran, fluktuasi
nilai tukar, dan krisis keuangan.
Ketika terjadi krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 1990-an, IMF memberikan
dukungan keuangan kepada Indonesia untuk membantu mengatasi ketidakseimbangan
pembayaran dan menjaga stabilitas ekonomi. IMF memberikan pinjaman kepada Indonesia
dalam bentuk paket bantuan keuangan yang dikenal sebagai Program Stabilisasi Ekonomi
Indonesia (Indonesia Economic Stabilization Program). Namun, austerity program dari IMF
yang diterapkan dalam paket bantuan keuangan tersebut menuai kritik. Austerity program adalah
serangkaian kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mengurangi defisit anggaran dan memperkuat
posisi fiskal negara, antara lain melalui pemotongan belanja publik dan peningkatan pendapatan
negara. Kritik terhadap austerity program IMF di Indonesia antara lain meliputi:
(a) Dampak sosial dan ekonomi yang negatif: Implementasi kebijakan fiskal yang ketat dapat
menyebabkan pemotongan belanja publik, termasuk di sektor kesehatan, pendidikan, dan
program sosial, yang dapat berdampak negatif pada masyarakat yang rentan. Selain itu,
peningkatan pendapatan negara dapat mengakibatkan kenaikan pajak atau tarif, yang
dapat membebani masyarakat.
(b) Ketimpangan ekonomi: Beberapa kritikus menganggap bahwa austerity program IMF
cenderung memperkuat ketimpangan ekonomi, karena pemotongan belanja publik dapat
mengurangi pengeluaran pemerintah untuk program-program yang dapat mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi.