Astrak
PT Bank bjb Syariah merupakan bank umum yang melaksanakan kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana, salah satu penyaluran dananya yaitu Pembiayaan Modal Kerja (PMK)
Kontraktual Jasa Pemborongan, dimana dalam pemberiannya terdapat proses administrasi
sebagai ketentuan yang harus dilakukan agar kegiatan pemberian pembiayaan lebih tertata dan
terkoordinasi dengan baik. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui bagaimana ketentuan dan
syarat dalam penyaluran PMK Kontraktual Jasa Pemborongan serta prosedur pelaksanaan
administrasinya.
Metode studi yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penulis hanya memaparkan
situasi dan peristiwa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah penelitian literatur dan penilitian lapangan dengan teknik wawancara dan
observasi langsung di lapangan.
Kata Kunci : Administrasi, Pembiayaan Modal Kerja.
Abstract
PT Bank bjb Syariah is a commercial bank that carries out activities to collect and distribute
funds, one of which is channeling funds, namely the Contractual Working Capital Financing
(PMK) for Chartering Services, where in its provision there is an administrative process as a
provision that must be carried out so that financing activities are more organized and
coordinated with good. The purpose of this study is to find out how the terms and conditions
in the distribution of Contractual PMK for Chartering Services are as well as the administrative
implementation procedures.
The study method used is a descriptive method, where the author only describes situations and
events that actually occur in the field. The data collection technique used is literature research
and field research with interview techniques and direct observation in the field.
Keywords : administration, working capital financing
PENDAHULUAN
Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit Usaha Syariah
oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh
keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu.
Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah, manajemen PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa untuk mempercepat
pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki
peningkatan share perbankan syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk
menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.
Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. maka pada tanggal 15 Januari 2010
didirikan bank bjb syariah berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris
Fathiah Helmi dan telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010.
Pada saat pendirian bank bjb syariah memiliki modal disetor sebesar
Rp.500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah), kepemilikan saham bank bjb syariah dimiliki
oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. dan PT Global Banten
Development, dengan komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
sebesar Rp.495.000.000.000 (empat ratus sembilan puluh lima milyar rupiah) dan PT Banten
Global Development sebesar Rp.5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya, setelah diperoleh Surat
Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih
dahulu dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten Tbk. yang menjadi cikal bakal Bank Jabar Banten Syariah.
Kemudian, pada tanggal 21 juni 2011, berdasarkan akta No 10 tentang penambahan
modal disetor yang dibuat oleh Notaris Popy Kuntari Sutresna dan telah mendapat pengesahan
dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH.01.10-23713 Tahun 2011
tanggal 25 Juli 2011, PT Banten Global Development menambahkan modal disetor sebesar Rp.
7.000.000.000 (tujuh milyar rupiah), sehingga saham total seluruhnya menjadi Rp.
507.000.000.000 (lima ratus tujuh milyar rupiah), dengan komposisi PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. sebesar Rp.495.000.000.000 (empat ratus Sembilan puluh
lima milyar rupiah) dan PT Banten Global Development sebesar Rp.12.000.000.000 (dua belas
milyar rupiah).
Pada tanggal 28 November 2018, berdasarkan akta nomor 080 perihal Pelaksanaan
Putusan RUPS Lainnya Tahun 2018, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,
Tbk dan PT Banten Global Development menambahkan model disetor sehingga total modal
PT Bank Jabar Banten Syariah menjadi sebesar Rp1.510.890.123.995,- (satu triliun lima ratus
sepuluh miliar delapan ratus sembilan puluh juta seratus dua puluh tiga ribu sembilan ratus
sembilan puluh lima rupiah), dengan komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten, Tbk sebesar Rp1.496.890.123.995,- (satu triliun empat ratus sembilan puluh enam
miliar delapan ratus sembilan puluh juta seratus dua puluh tiga ribu sembilan ratus sembilan
puluh lima rupiah) dan PT Banten Global Development sebesar Rp 14.000.000.000,- (empat
belas milyar rupiah).
Akta Pendirian PT. Bank Jabar Banten Syariah terakhir diubah dengan Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham Lainnya nomor 080 tanggal 28 November 2018 yang dibuat
dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH01.03-0280781.Hingga saat ini bank bjb syariah
berkedudukan dan berkantor pusat di Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki
8 (delapan) kantor cabang, kantor cabang pembantu 57 (empat puluh tujuh) jaringan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta
dan 49.630 jaringan ATM Bersama. Pada tahun 2013 diharapkan bank bjb semakin
memperluas jangkauan pelayanannya yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan
DKI Jakarta.
Visi
“Menjadi 5 Bank Syariah Terbesar di Indonesia Berkinerja Baik dan Menjadi Solusi Keuangan
Pilihan Masyarakat.”
Misi
1. Memberi Layanan Perbankan Syariah kepada masyarakat di Indonesia dengan Kualitas
prima melalui inovasi produk, kemudahan akses, dan Sumber Daya Insani yang
profesional.
2. Memberi nilai tambah yang optimal bagi stakeholder dengan tetap berpegang teguh pada
prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode deskriptif atau kajian literatur,
mencari informasi dengan cara melihat dari jurnal, artikel ataupun buku.
Bagi hasil selain sebagai sebuah kesepakatan dagang, juga merupakan sistem yang
dijalankan bank syariah. Sebenarnya keduanya hampir sama karena ada kesepakatan antara
kedua belah pihak atau lebih untuk membagikan hasil usahanya.
Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dan pengelola dana. Mengutip dari Wahedinvest, dalam keuangan syariah,
sistem ini mengacu pada dua sistem, yaitu musyarakah dan mudarabah. Musyarakah sendiri
lebih lazim dikenal sebagai perjanjian bagi hasil dalam bisnis, di mana beberapa orang
menyetorkan modal untuk menjalankan usaha.
Sementara itu, mudarabah merupakan pemberian modal dari satu investor kepada
seorang pengelola usaha. Jika dalam bank konvensional dikenal dengan istilah bunga, bank
syariah membayar bagi hasil atas keuntungan sesuai dengan kesepakatan.Jumlah yang
dibagikan bergantung dengan kesepakatan tingkat rasio atau nisbah.
Dari sisi bisnis sendiri, hal ini merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara
pemodal dengan yang menjalankan usaha untuk menjalankan kegiatannya. Hal ini menjadi
ikatan kontrak terhadap keduanya untuk membagikan hasil bila terdapat keuntungan, serta
kerugian sesuai dengan kesepakatan yang berlaku. Bagi hasil adalah bentuk return terhadap
kontrak investasi tiap waktunya, dengan nilai yang berubah-ubah. Besar-kecilnya perolehan
kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.
Mekanisme Bagi Hasil
Sebelum membahas lebih jauh tentang bagi hasil, kamu perlu mengetahui terlebih
dahulu mekanisme yang biasanya digunakan. Mengutip dari Tirto, berikut mekanisme yang
perlu kamu ketahui.
1. Profit sharing
Profit sharing berarti kesepakatan untuk membagikan keuntungan dari suatu usaha.
Keuntungan yang berasal dari pendapatan yang sudah dikurangi dengan ongkos produksi atau
operasional sehingga hasil yang didapatkan merupakan keuntungan bersih.
Sedikit berbeda dengan profit sharing, gross profit sharing juga merupakan
kesepakatan bagi hasil. Hanya saja, pembagian keuntungan hasil usaha dihitung berdasarkan
pendapatan yang dikurangi harga pokok penjualan.
Laba tersebut belum dikurangi dengan pajak, biaya administrasi, serta biaya pemasaran
lainnya. Hal tersebut bisa pula disebut dengan pembagian laba kotor.
3. Revenue sharing
Berbeda dengan dua poin sebelumnya. Revenue sharing adalah pendapatan yang belum
dikurangi dengan biaya operasional dan komisi dalam sistem perbankan.
Dalam sistem syariah, pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha
lembaga keuangan syariah. Dalam perbankan syariah, mekanisme yang digunakan kebanyakan
menganut prinsip profit sharingatau pembagian laba bersih antara kreditur dan juga
debitur. Sementara itu, dalam sistem kesepakatan usaha, mekanismenya bisa ditentukan
berdasarkan skema bagi hasil yang dipilih sesuai dengan akad atau perjanjian di awal.
Sebelum melakukan kesepakatan, kamu perlu mengetahui beberapa prinsip yang harus
hadir di dalamnya. Hal ini agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Berikut beberapa prinsip
yang perlu kamu ketahui. Adanya kesepakatan yang jelas Dalam sebuah kesepakatan, tentu
harus ada kejelasan bagaimana hal tersebut dilakukan.
Hal ini terutama berlaku untuk permodalan, apakah pihak investor memberikan seluruh
modalnya, atau hanya sebagian. Jika pihak-pihak yang bersepakat sama-sama menyetorkan
modal, perlu ada persentase pembagian jika rasio modal yang diberikan berbeda-beda.
Jenis usaha yang dilakukan dan diketahui harus disepakati bersama, begitu pula jika pengelola
modal memutuskan untuk mengganti atau mengembangkan usahanya.
Dalam bagi hasil, perlu disepakati kapan proses pembagian terjadi kepada seluruh
pihak, apakah setiap bulan, atau rentang waktu lainnya. jika terjadi keterlambatan, tentu seluruh
pihak harus memahami kondisi bisnis dan bersepakat untuk menerima keterlambatan
pemberian hasil.
Kelebihan utama dari bagi hasil adalah adanya transparansi terhadap apa yang dilakukan
serta keuntungan yang didapatkan. Hal ini penting agar dianggap tidak merugikan kedua belah
pihak. Meskipun begitu, kekurangan dari sistem ini dibandingkan sistem lainnya adalah
perlunya supervisi terhadap pengelola usaha terutama untuk menurunkan risiko itikad kurang
baik.
Pihak-pihak yang kurang mengenal satu sama lain cukup rentan menghadapi fenomena
tersebut. Umumnya, karena memiliki kesamaan visi untuk memakmurkan perekonomian
syariah, mereka akan melakukan kesepakatan. Hal itu berbeda dengan sistem konvensional
yang terdapat prosedur-prosedur yang memungkinkan terjaringnya pihak-pihak dengan itikad
semacam itu.
KESIMPULAN
Sistem bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terbagi kepada dua
sistem, yaitu; pertama. Profit Sharing yaitu sistem bagi hasil yang didasarkan pada hasil bersih
dari pendapatan yang diterima atas kerjasama usaha, setelah dilakukan
penguranganpengurangan atas beban biaya selama proses usaha tersebut. Kedua. Revenue
Sharing adalah sistem bagi hasil yang didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang
diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut.
Di dalam perbankan syari’ah Indonesia sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah
sistem bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem revenue sharing. Bank syari’ah dapat
berperan sebagai pengelola maupun sebagai pemilik dana, ketika bank berperan sebagai
pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank, begitu pula sebaliknya jika bank
berperan sebagai pemilik dana akan membebankan biaya tersebut pada pihak nasabah
pengelola dana
DAFTAR PUSTAKA
Wawancara dengan pimpinan cabang bank bjb Syariah cabang serang pada hari jum’at tanggal 18
januari 2018 6
Wawancara dengan bagian Account Oficer bank bjb Syariah pada hari jum’at tanggal 18 januari 2018
Global Halal Investing Journal
Perbedaan Bunga Bank Konvensional dan Bagi Hasil Bank Syariah