Anda di halaman 1dari 13

MEKANISME BAGI HASIL PADA BANK BJB SYARIAH

Robby Rahman Hadi


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung
Email: Robbyrahman28@gmail.com

Astrak
PT Bank bjb Syariah merupakan bank umum yang melaksanakan kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana, salah satu penyaluran dananya yaitu Pembiayaan Modal Kerja (PMK)
Kontraktual Jasa Pemborongan, dimana dalam pemberiannya terdapat proses administrasi
sebagai ketentuan yang harus dilakukan agar kegiatan pemberian pembiayaan lebih tertata dan
terkoordinasi dengan baik. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui bagaimana ketentuan dan
syarat dalam penyaluran PMK Kontraktual Jasa Pemborongan serta prosedur pelaksanaan
administrasinya.
Metode studi yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penulis hanya memaparkan
situasi dan peristiwa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah penelitian literatur dan penilitian lapangan dengan teknik wawancara dan
observasi langsung di lapangan.
Kata Kunci : Administrasi, Pembiayaan Modal Kerja.
Abstract
PT Bank bjb Syariah is a commercial bank that carries out activities to collect and distribute
funds, one of which is channeling funds, namely the Contractual Working Capital Financing
(PMK) for Chartering Services, where in its provision there is an administrative process as a
provision that must be carried out so that financing activities are more organized and
coordinated with good. The purpose of this study is to find out how the terms and conditions
in the distribution of Contractual PMK for Chartering Services are as well as the administrative
implementation procedures.
The study method used is a descriptive method, where the author only describes situations and
events that actually occur in the field. The data collection technique used is literature research
and field research with interview techniques and direct observation in the field.
Keywords : administration, working capital financing
PENDAHULUAN
Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit Usaha Syariah
oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh
keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu.
Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah, manajemen PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berpandangan bahwa untuk mempercepat
pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki
peningkatan share perbankan syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan untuk
menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah.
Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. maka pada tanggal 15 Januari 2010
didirikan bank bjb syariah berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris
Fathiah Helmi dan telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010.
Pada saat pendirian bank bjb syariah memiliki modal disetor sebesar
Rp.500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah), kepemilikan saham bank bjb syariah dimiliki
oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. dan PT Global Banten
Development, dengan komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
sebesar Rp.495.000.000.000 (empat ratus sembilan puluh lima milyar rupiah) dan PT Banten
Global Development sebesar Rp.5.000.000.000 (lima milyar rupiah).
Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya, setelah diperoleh Surat
Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor 12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih
dahulu dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten Tbk. yang menjadi cikal bakal Bank Jabar Banten Syariah.
Kemudian, pada tanggal 21 juni 2011, berdasarkan akta No 10 tentang penambahan
modal disetor yang dibuat oleh Notaris Popy Kuntari Sutresna dan telah mendapat pengesahan
dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH.01.10-23713 Tahun 2011
tanggal 25 Juli 2011, PT Banten Global Development menambahkan modal disetor sebesar Rp.
7.000.000.000 (tujuh milyar rupiah), sehingga saham total seluruhnya menjadi Rp.
507.000.000.000 (lima ratus tujuh milyar rupiah), dengan komposisi PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. sebesar Rp.495.000.000.000 (empat ratus Sembilan puluh
lima milyar rupiah) dan PT Banten Global Development sebesar Rp.12.000.000.000 (dua belas
milyar rupiah).
Pada tanggal 28 November 2018, berdasarkan akta nomor 080 perihal Pelaksanaan
Putusan RUPS Lainnya Tahun 2018, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,
Tbk dan PT Banten Global Development menambahkan model disetor sehingga total modal
PT Bank Jabar Banten Syariah menjadi sebesar Rp1.510.890.123.995,- (satu triliun lima ratus
sepuluh miliar delapan ratus sembilan puluh juta seratus dua puluh tiga ribu sembilan ratus
sembilan puluh lima rupiah), dengan komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten, Tbk sebesar Rp1.496.890.123.995,- (satu triliun empat ratus sembilan puluh enam
miliar delapan ratus sembilan puluh juta seratus dua puluh tiga ribu sembilan ratus sembilan
puluh lima rupiah) dan PT Banten Global Development sebesar Rp 14.000.000.000,- (empat
belas milyar rupiah).
Akta Pendirian PT. Bank Jabar Banten Syariah terakhir diubah dengan Berita Acara
Rapat Umum Pemegang Saham Lainnya nomor 080 tanggal 28 November 2018 yang dibuat
dihadapan Notaris R. Tendy Suwarman, SH dan disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH01.03-0280781.Hingga saat ini bank bjb syariah
berkedudukan dan berkantor pusat di Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki
8 (delapan) kantor cabang, kantor cabang pembantu 57 (empat puluh tujuh) jaringan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta
dan 49.630 jaringan ATM Bersama. Pada tahun 2013 diharapkan bank bjb semakin
memperluas jangkauan pelayanannya yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan
DKI Jakarta.

Visi Misi PT.Bank Jabar Banten Syariah


Setiap perusahaan memiliki Visi, Misi dan strategi agar perusahaan tersebut mencapai
apa yang diinginkan. Begitu juga dengan PT. BANK JABAR BANTEN SYARIAH sebagai
salah satu Bank yang terkemuka dalam menyukseskan program pemerintah terutama dalam
bidang pemberian pembiayaan memiliki Visi Misi yang jelas dengan kepuasan nasabah.

Visi
“Menjadi 5 Bank Syariah Terbesar di Indonesia Berkinerja Baik dan Menjadi Solusi Keuangan
Pilihan Masyarakat.”
Misi
1. Memberi Layanan Perbankan Syariah kepada masyarakat di Indonesia dengan Kualitas
prima melalui inovasi produk, kemudahan akses, dan Sumber Daya Insani yang
profesional.
2. Memberi nilai tambah yang optimal bagi stakeholder dengan tetap berpegang teguh pada
prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode deskriptif atau kajian literatur,
mencari informasi dengan cara melihat dari jurnal, artikel ataupun buku.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagi hasil selain sebagai sebuah kesepakatan dagang, juga merupakan sistem yang
dijalankan bank syariah. Sebenarnya keduanya hampir sama karena ada kesepakatan antara
kedua belah pihak atau lebih untuk membagikan hasil usahanya.

Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dan pengelola dana. Mengutip dari Wahedinvest, dalam keuangan syariah,
sistem ini mengacu pada dua sistem, yaitu musyarakah dan mudarabah. Musyarakah sendiri
lebih lazim dikenal sebagai perjanjian bagi hasil dalam bisnis, di mana beberapa orang
menyetorkan modal untuk menjalankan usaha.

Sementara itu, mudarabah merupakan pemberian modal dari satu investor kepada
seorang pengelola usaha. Jika dalam bank konvensional dikenal dengan istilah bunga, bank
syariah membayar bagi hasil atas keuntungan sesuai dengan kesepakatan.Jumlah yang
dibagikan bergantung dengan kesepakatan tingkat rasio atau nisbah.

Dari sisi bisnis sendiri, hal ini merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara
pemodal dengan yang menjalankan usaha untuk menjalankan kegiatannya. Hal ini menjadi
ikatan kontrak terhadap keduanya untuk membagikan hasil bila terdapat keuntungan, serta
kerugian sesuai dengan kesepakatan yang berlaku. Bagi hasil adalah bentuk return terhadap
kontrak investasi tiap waktunya, dengan nilai yang berubah-ubah. Besar-kecilnya perolehan
kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.
Mekanisme Bagi Hasil

Sebelum membahas lebih jauh tentang bagi hasil, kamu perlu mengetahui terlebih
dahulu mekanisme yang biasanya digunakan. Mengutip dari Tirto, berikut mekanisme yang
perlu kamu ketahui.

1. Profit sharing

Profit sharing berarti kesepakatan untuk membagikan keuntungan dari suatu usaha.
Keuntungan yang berasal dari pendapatan yang sudah dikurangi dengan ongkos produksi atau
operasional sehingga hasil yang didapatkan merupakan keuntungan bersih.

2. Gross profit sharing

Sedikit berbeda dengan profit sharing, gross profit sharing juga merupakan
kesepakatan bagi hasil. Hanya saja, pembagian keuntungan hasil usaha dihitung berdasarkan
pendapatan yang dikurangi harga pokok penjualan.

Laba tersebut belum dikurangi dengan pajak, biaya administrasi, serta biaya pemasaran
lainnya. Hal tersebut bisa pula disebut dengan pembagian laba kotor.

3. Revenue sharing

Berbeda dengan dua poin sebelumnya. Revenue sharing adalah pendapatan yang belum
dikurangi dengan biaya operasional dan komisi dalam sistem perbankan.

Hal ini dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana.

Dalam sistem syariah, pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha
lembaga keuangan syariah. Dalam perbankan syariah, mekanisme yang digunakan kebanyakan
menganut prinsip profit sharingatau pembagian laba bersih antara kreditur dan juga
debitur. Sementara itu, dalam sistem kesepakatan usaha, mekanismenya bisa ditentukan
berdasarkan skema bagi hasil yang dipilih sesuai dengan akad atau perjanjian di awal.

Sebelum melakukan kesepakatan, kamu perlu mengetahui beberapa prinsip yang harus
hadir di dalamnya. Hal ini agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Berikut beberapa prinsip
yang perlu kamu ketahui. Adanya kesepakatan yang jelas Dalam sebuah kesepakatan, tentu
harus ada kejelasan bagaimana hal tersebut dilakukan.

Hal ini terutama berlaku untuk permodalan, apakah pihak investor memberikan seluruh
modalnya, atau hanya sebagian. Jika pihak-pihak yang bersepakat sama-sama menyetorkan
modal, perlu ada persentase pembagian jika rasio modal yang diberikan berbeda-beda.

2. Adanya kejelasan usaha yang dilakukan

Jenis usaha yang dilakukan dan diketahui harus disepakati bersama, begitu pula jika pengelola
modal memutuskan untuk mengganti atau mengembangkan usahanya.

Hal tersebut penting agar tidak timbul perselisihan di kemudian hari.

3. Adanya ketentuan waktu

Dalam bagi hasil, perlu disepakati kapan proses pembagian terjadi kepada seluruh
pihak, apakah setiap bulan, atau rentang waktu lainnya. jika terjadi keterlambatan, tentu seluruh
pihak harus memahami kondisi bisnis dan bersepakat untuk menerima keterlambatan
pemberian hasil.

4. Adanya ketentuan pembagian

Seperti dijelaskan sebelumnya, terdapat berbagai mekanisme dalam membagikan hasil.


Perlu ditentukan sejak awal bagaimana mekanisme yang akan dilakukan.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan utama dari bagi hasil adalah adanya transparansi terhadap apa yang dilakukan
serta keuntungan yang didapatkan. Hal ini penting agar dianggap tidak merugikan kedua belah
pihak. Meskipun begitu, kekurangan dari sistem ini dibandingkan sistem lainnya adalah
perlunya supervisi terhadap pengelola usaha terutama untuk menurunkan risiko itikad kurang
baik.

Pihak-pihak yang kurang mengenal satu sama lain cukup rentan menghadapi fenomena
tersebut. Umumnya, karena memiliki kesamaan visi untuk memakmurkan perekonomian
syariah, mereka akan melakukan kesepakatan. Hal itu berbeda dengan sistem konvensional
yang terdapat prosedur-prosedur yang memungkinkan terjaringnya pihak-pihak dengan itikad
semacam itu.

A. Mekanisme Akad Pembiayaan Musyarakah dan mudharabah pada Bank Jabar


Banten (bjb) Syariah Kantor Cabang Serang
a. Prosedur Akad Pembiayaan Musyarakah
Berdasarkan hasil wawancara pada hari jum’at 18 januari 2019 dengan salah satu staf
pembiayaan (Account Oficer) bjb Syariah, bahwa prosedur/mekanisme akad musyarakah pada
bank bjb Syariah adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan permohonan pembiayaan
Calon nasabah datang ke bank bjb syariah dengan
maksud untuk mendapatkan pembiayaan, kemudian calon nasabah mengisi formulir pengajuan
pembiayaan serta melengkapi persyaratan lainnya yang dibutuhkan oleh pihak bank.
Kelengkapan persyaratan bisa meliputi data pribadi calon nasabah maupun kegiatan usaha
salon nasabah. Adapun data pribadi/identitasdiri yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut:
 Fotocopy KTP suami istri
 Fotocopy KK
 Fotocopy surat nikah
 Pas foto suami istri
Setelah data pribadi/identitas diri calon nasabah terpenuhi maka selanjutnya calon
nasabah melengkapi persyaratan kelengkapan usaha yang dibutuhkan oleh bank. Data usaha
yang harus dilengkapi calon nasabah adalah sebagai berikut:
 Surat keterangan izin usaha
 Rekening Koran 2 tahun terakhir
 Usaha berjalan minimal 2 tahun
2. Tahap analisa Langkah selanjutnya setelah kelengkapan berkas calon nasabah dianggap cukup,
langkah berikutnya adalah dengan menganalisa kelayakan pembiayaan oleh bank dengan
menggunakan prinsip 5C (carakter, capacity,capital,commitment dan collateral).
a. Character yaitu sebuah analisa yang dilakukan oleh petugas bank untuk mendalami
bagaimana karakter dan latar belakang calon nasabah yang mengajukan pembiayaan.
Kriteria character ini akan dilihat dari wawancara yang dilakukan oleh pihak bank bjb
Syariah, biasanya bagian customer service. Dari karakter ini akan dapat dilihat juga
bagaimana reputasi calon nasabah tersebut, apakah pernah memiliki catatan tindak
kriminal atau kebiasan buruk dalam keuangan seperti tidak melunasi pembiayaan.
b. Capacity Kerap disebut juga capability, yaitu sebuah analisa yang dilakukan oleh
petugas bank BJB Syariah dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
calon nasabah dalam membayar pembiayaanya. Kriteria ini dilihat dari bagaimana
nasabah tersebut menjalankan usahanya atau seberapa besar penghasilan yang diterima
tiap bulannya/tiap periodenya. Jika pihak bank menilai bahwa nasabah tersebut tidak
memiliki kemampuan yang cukup untuk membayar pembiayaan, maka besar
kemungkinan ajuan pembiayaannya akan ditolak.
c. Capital adalah sebuah proses analisa yang dilakukan oleh petugas bank untuk mengkaji
modal yang dimiliki calon nasabah, yang khususnya diberlakukan pada nasabah yang
melakukan pembiayaan untuk usaha atau bisnisnya. Dengan mengetahui modal atau
aset yang dimiliki oleh nasabah tersebut, maka pihak bank dapat menganalisa sumber
pendapatan yang dimiliki oleh nasabah. Selain itu, pihak bank juga dapat melihat
bagaimana laporan keuangan dari usaha yang dijalankan nasabah untuk kemudian
dijadikan acuan apakah memang layak diberikan pembiayaan atau tidak.
d. Collateral Yaitu jaminan yang diberikan oleh calon nasabah saat mengajukan
pembiayaan kepada bank. Sesuai dengan namanya, jaminan ini akan menjadi penjamin
atau pelindung bagi pihak bank jika nantinya nasabah tidak dapat memenuhi
kewajibannya atau tidak mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank.
Selain itu jaminan dalam pembiayaan bank syariah diperlukan sebagai garansi jika
dalam perjalanannya nasabah telah melakukan kelalaian dalam mengelola usahanya,
yang berakibat kepada kerugian dalam usaha. Oleh karena itu, idealnya besaran jaminan
yang bersifat fisik ataupun nonfisik senilai jumlahnya atau lebih besar dari pembiayaan
yang diberikan.
e. Condition yaitu kondisi perekonomian baik yang bersifat general atau khusus pada
bidang usaha yang dijalankan oleh calon nasabah. Jika memang kondisi perekonomian
sedang tidak baik atau sektor usaha nasabah tidak menjanjikan, biasanya bank akan
mempertimbangkan kembali dalam memberikan pembiayaan. Hal ini terkait kembali
dengan bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar pinjamannya nanti yang
tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi.

3. Tahap Risk Assesment/pengendalian resiko


Setelah melalui tahapan proses analisa selesai, kemudian berkas pengajuan pembiayaan
beserta hasil analisa disampaikan kepada pihak analis menejement resiko, kemudian pihak
manajemen resiko menganalisa dan melakukan verivikasi terhadap kemungkinankemungkinan
resiko yang akan timbul dari akad pembiayaan musyarakah tersebut.
jika kemungkinan resiko tersebut dapat dikendalikan artinya pembiayaan tersebut
bagus, maka pembiayaan bisa disetujui namun bila resiko tersebut tidak bisa dikendalikan atau
kemmungkinan resiko kerugiannya cukup besar maka pembiayaan tersebut bisa ditolak.
4. Tahap Akad
Bila nasabah dan usahanya sudah memenuhi kriteria atau sudah dianggap layak untuk
mendapatkan pembiayaan dari bank bjb Syariah, maka selanjutnya diadakan Perikatan/akad
dalam bentuk penandatangan kontrak akad musyarakah antara bjb Syariah dengan nasabah
sebagai mitra di hadapan notaris. Dalam akad ini tertuang hak dan kewajiban antara pihak bank
dan nasabah sebagai mitra dalam usaha.
Adapun penyertaan modal yang diberikan bank bjb syariah kepada nasabah maksimal
sebesar 80% dari modal kontrak keseluruhan. Artinya bank bjb Syariah tidak bisa memberikan
kontribusi modalnya lebih dari 80%. Penyertaan modal tersebut sudah menjadi aturan baku
bagi bank bjb syariah.
5. Ketentuan bagi hasil dan kerugian
Kegiatan usaha akan dievaluasi pada waktu yang telah ditentukan berdasakan
kesepakatan antara bank bjb Syariah dengan nasbah sebagai mitra aktif. Keuntungan yang
diperoleh akan dibagi antara bank bjb Syariah dengan nasabah sebagai mitra aktif sesuai
dengan opsi yang disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian
nasabah sebagai mitra aktif, maka kerugian akan ditanggung secara proporsional terhadap
modal masing-masing mitra. Adapun kerugian yang disebabkan oleh kelalaian nasbah sebagai
mitra aktif sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.
Bank bjb syariah dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan
metode perhitungan yang telah disepakati bersama pada saat penandatangan kontrak antara
bank bjb Syariah dengan nasabah.
6. Berakhirnya akad
Akad kerjasama antara bank bjb Syariah dengan nasabah dinyatakan akan berakhir pada
saat bank bjb Syariah menerima pengembalian seluruh modal pembiayaan dari nasabah yang
bermitra. Jika semua modal telah dikembalikan oleh nasabah kepada bank bjb Syariah, maka
usaha selanjutnya menjadi milik nasabah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa akad pembiayaan musyarakah
setidaknya ada enam point persyaratan pembiayaan yang harus terpenuhi yaitu: Pengajuan
permohonan pembiayaan, Tahap analisa, Tahap Risk Assesment/pengendalian resiko, Tahap
Akad, Ketentuan bagi hasil dan kerugian, Berakhirnya akad, setelah modal dikembalikan oleh
nasabah kepada bank bjb Syariah.
Selanjutnya penulis melakukan kajian ulang terhadap kualiatas narasumber/ resonden
kepadaNasabah Bank BJB Kc Serang (atas saran kontrukstif penguji tesis ini). Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan pihak nasabah, Doni Caesar menyatakan bahwa alur
pembiyaaan musyarakah:
 Pengajuan Permohonan
 Melengkapi persuaratan
 Survey usaha
 Survey jaminan
 Proses akad
b. Prosedur Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank Jabar Banten (bjb) Syariah
Kantor Cabang Serang
Berdasarkan hasil wawancara pada hari jum’at 18 januari 2019 dengan salah satu staf
pembiayaan (Account Oficer), bahwa prosedur/mekanisme akad mudharabah untuk tahap awal
tidak jauh berbeda dengan mekanisme pembiayaan musyrakah di atas. Berikut ini adalah
mekanisme akad pembiayaan mudharabah pada bank bjb Syariah adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan permohonan pembiayaan
Calon nasabah datang ke bank bjb syariah dengan maksud untuk mendapatkan
pembiayaan dari bank bjb Syariah, kemudian calon nasabah mengisi formulir pengajuan
pembiayaan serta melengkapi persyaratan lainnya yang dibutuhkan oleh pihak bank.
Kelengkapan persyaratan bisa meliputi data pribadi calon nasabah maupun kegiatan usaha
salon nasabah. Adapun data pribadi/identitasdiri yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut:
 Fotocopy KTP suami istri
 Fotocopy KK
 Fotocopy surat nikah
 Pas foto suami istri
Setelah data pribadi/identitas diri calon nasabah terpenuhi maka selanjutnya calon
nasabah melengkapi persyaratan kelengkapan usaha yang dibutuhkan oleh bank. Data usaha
yang harus dilengkapi calon nasabah adalah sebagai berikut:
 Surat keterangan izin usaha
 Rekening Koran 2 tahun terakhir
 Usaha berjalan minimal 2 tahun
2. Tahap analisa
Langkah selanjutnya setelah kelengkapan berkas calon nasabah dianggap cukup,
langkah berikutnya adalah dengan menganalisa kelayakan pembiayaan oleh bank dengan
menggunakan prinsip 5C (carakter, capacity,capital,commitment dan collateral).
a. Character yaitu sebuah analisa yang dilakukan oleh petugas bank untuk mendalami
bagaimana karakter dan latar belakang calon nasabah yang mengajukan pembiayaan.
Kriteria character ini akan dilihat dari wawancara yang dilakukan oleh pihak bank bjb
Syariah, biasanya bagian customer service. Dari karakter ini akan dapat dilihat juga
bagaimana reputasi calon nasabah tersebut, apakah pernah memiliki catatan tindak
kriminal atau kebiasan buruk dalam keuangan seperti tidak melunasi pembiayaan.
b. Capacity Kerap disebut juga capability, yaitu sebuah analisa yang dilakukan oleh
petugas bank BJB Syariah dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
calon nasabah dalam membayar pembiayaanya. Kriteria ini dilihat dari bagaimana
nasabah tersebut menjalankan usahanya atau seberapa besar penghasilan yang diterima
tiap bulannya/tiap periodenya. Jika pihak bank menilai bahwa nasabah tersebut tidak
memiliki kemampuan yang cukup untuk membayar pembiayaan, maka besar
kemungkinan ajuan pembiayaannya akan ditolak.
c. Capital adalah sebuah proses analisa yang dilakukan oleh petugas bank untuk mengkaji
modal yang dimiliki calon nasabah, yang khususnya diberlakukan pada nasabah yang
melakukan pembiayaan untuk usaha atau bisnisnya. Dengan mengetahui modal atau
aset yang dimiliki oleh nasabah tersebut, maka pihak bank dapat menganalisa sumber
pendapatan yang dimiliki oleh nasabah. Selain itu, pihak bank juga dapat melihat
bagaimana laporan keuangan dari usaha yang dijalankan nasabah untuk kemudian
dijadikan acuan apakah memang layak diberikan pembiayaan atau tidak.
d. Collateral Collateral Yaitu jaminan yang diberikan oleh calon nasabah saat mengajukan
pembiayaan kepada bank. Sesuai dengan namanya, jaminan ini akan menjadi penjamin
atau pelindung bagi pihak bank jika nantinya nasabah tidak dapat memenuhi
kewajibannya atau tidak membayar pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank. Selain
itu jaminan dalam pembiayaan bank syariah diperlukan garansi jika dalm perjalanannya
nasabah telah melakukan kelalaian dalam mengelola usahanya, yang berakibat kepada
kerugian dalam usaha. Oleh karena itu, idealnya besaran jaminan yang bersifat fisik
ataupun nonfisik senilai jumlahnya atau lebih besar dari pembiayaan yang diberikan.
e. Condition yaitu kondisi perekonomian baik yang bersifat general atau khusus pada
bidang usaha yang dijalankan oleh calon nasabah. Jika memang kondisi perekonomian
sedang tidak baik atau sektor usaha nasabah tidak menjanjikan, biasanya bank akan
mempertimbangkan kembali dalam memberikan pembiayaan. Hal ini terkait kembali
dengan bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar pinjamannya nanti yang
tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi.
3. Tahap Risk Assesment/pengendalian resiko
Setelah melalui semua tahapan proses analisa yang dilakukan bank bjb syariah
terahadap calon nasabah selesai, kemudian berkas pengajuan pembiayaan beserta hasil analisa
disampaikan kepada pihak analis menejement resiko, kemudian pihak manajemen resiko
menganalisa kemungkinan-kemungkinan resiko yang akan timbul dari akad pembiayaan
mudharabah tersebut.
jika kemungkinan resiko tersebut dapat dikendalikan artinya pembiayaan tersebut
bagus, maka pembiayaan bisa disetujui namun bila resiko tersebut tidak bisa dikendalikan atau
kemmungkinan resiko kerugiannya cukup besar maka pembiayaan tersebut bisa ditolak.
4. Tahap Akad
Setelah calon nasabah dan usahanya dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan
dalam bentuk penandatangan kontrak mudharabah antara bank bjb Syariah sebagai shahibul
maal (penyedia dana) dengan mudharib (nasabah/pengelola dana) dihadapan notaris. Dalam
kontrak setidaknya dijelaskan hak dan kewajiban para pihak.
Berbeda dengan akad musyarakah yang penyertaan modalnya dibagi antara bank
dengan nasbah, dalam akad pembiayaan mudharabah dana yang disalurkan kepada nasabah
adalah 100% dari shahibul maal sedangkan mudharib merupakan pelaku usaha.
5. Ketentuan bagi hasil
Kegiatan usaha nasabah (mudharib) akan dievaluasi pada waktu yang telah ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara bank bjb Syariah dengan mudharib (nasabah). Keuntungan
dari hasil usaha yang diperoleh akan dibagi antara bank sebagai shahibul maal dengan
mudharib (nasabah) sesuai dengan porsi yang telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian
yang tidak disebabkan karena kelalaian mudharib (nasabah), maka kerugian akan ditanggung
oleh bank. Adapun jika ada kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib (nasabah)
sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab nasabah.
Bank bjb Syariah sebagai shahibul maal dan mudharib (nasabah) menerima porsi bagi
hasil masing-masing berdasarkan penghitungan yang telah disepakati bersama pada saat
penandatangan kontrak antara bank bjb Syariah dengan nasabah
6. Berakhirnya akad
Akad kerjasama antara bank bjb Syariah dengan nasabah dinyatakan akan berakhir pada
saat bank bjb Syariah menerima pengembalian seluruh modal pembiayaan mudharabah dari
nasabah yang bermitra. Jika semua modal telah dikembalikan oleh nasabah kepada bank bjb
Syariah, maka usaha selanjutnya menjadi milik nasabah tersebut.
Akad pembiyaan mudharabah dalam hal ini, penulis memintai keterangan kepada pihak
Bank terkait nasabah BJB, tidak diperkenankan dengan alasan privasi.
B. Implementasi Akad Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah di Bank Bjb
Syariah Kantor Cabang Serang
Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Alim Sumantri (pimpinan bank BJB Syariah
cabang Serang) implementasi pembiayaan yang menggunakan akad musyarakah dalam artian
akad pembiayaan musyarakah secara murni relative tidak diggunakan di bank bjb syariah
cabang Serang adapun akad yang digunakan adalah musyarakah mutanakisah itupun masih
sangat terbatas.

KESIMPULAN
Sistem bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terbagi kepada dua
sistem, yaitu; pertama. Profit Sharing yaitu sistem bagi hasil yang didasarkan pada hasil bersih
dari pendapatan yang diterima atas kerjasama usaha, setelah dilakukan
penguranganpengurangan atas beban biaya selama proses usaha tersebut. Kedua. Revenue
Sharing adalah sistem bagi hasil yang didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang
diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut.
Di dalam perbankan syari’ah Indonesia sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah
sistem bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem revenue sharing. Bank syari’ah dapat
berperan sebagai pengelola maupun sebagai pemilik dana, ketika bank berperan sebagai
pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank, begitu pula sebaliknya jika bank
berperan sebagai pemilik dana akan membebankan biaya tersebut pada pihak nasabah
pengelola dana

DAFTAR PUSTAKA
Wawancara dengan pimpinan cabang bank bjb Syariah cabang serang pada hari jum’at tanggal 18
januari 2018 6
Wawancara dengan bagian Account Oficer bank bjb Syariah pada hari jum’at tanggal 18 januari 2018
Global Halal Investing Journal
Perbedaan Bunga Bank Konvensional dan Bagi Hasil Bank Syariah

Anda mungkin juga menyukai