Anda di halaman 1dari 73

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAWATAN

KEPUTIHAN FISIOLOGIS PADA SISWI KELAS XI


DI SMA NASIONAL PATI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kebidanan


Pada Program Studi Sarjana Kebidanan

Disusun Oleh:

...............................

NIM : ....................

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI UTAMA PATI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAWATAN


KEPUTIHAN FISIOLOGIS PADA SISWI KELAS XI
DI SMA NASIONAL PATI

SKRIPSI

Disusun Oleh :
............................
NIM. ..................

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti


Uji Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati

Tanggal : .............................

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

................................ .................................
NPP. NPP.
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAWATAN


KEPUTIHAN FISIOLOGIS PADA SISWI KELAS XI
DI SMA NASIONAL PATI

SKRIPSI
Disusun Oleh :
............................
NIM. ..................
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Diterima Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kebidanan
Program Studi Sarjana Kebidanan STIKes Bakti Utama Pati

Pada tanggal .........................................

Penguji I Penguji II Penguji III

..................................... ............................................. ...................................


NPP. .................. NPP. ................ NPP. ......................

Mengesahkan,
Ketua
Program Studi Sarjana Kebidanan

........................................
NPP. ................
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati
Program Studi Sarjana Kebidanan
Skripsi,
...................

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAWATAN KEPUTIHAN


FISIOLOGIS PADA SISWI KELAS XI DI SMA NASIONAL PATI

xiii + 49 hal + 7 tabel + 2 bagan + 8 lampiran

Meskipun keputihan yang dimaksud adalah wajar, namun tetap perlu dilakukan
perawatan dengan benar agar tidak terjadi keadaan yang berbahaya bagi kesehatan
reproduksi remaja sehingga mereka harus menjaganya dengan baik (Wijayanti, 2009).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula (WawandanDewi, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 siswi, 3 siswi yang mengalami
keputihan mengatakan bahwa kadang-kadang keluar cairan putih bening keputihan
sebelum menstruasi dan setelah menstruasi, mereka tidak mengetahui sebenarnya apa
yang dialaminya dan untuk mengatasinya, 4 siswi mengatakan bahwa setiap sebelum dan
setelah datang bulan selalu mengalami keputihan, mereka menggunakan pembersih
vagina seperti absolute dan resik-V untuk mengatasinya. Sedangkan 3 siswi mengatakan
kadang-kadang keluar cairan dari alat kelaminnya setiap banyak tugas dari sekolah
maupun luar sekolah. Mereka tidak pernah melakukan perawatan secara khusus saat
mengalami keputihan dan hanya dibersihkan menggunakan air saat mandi di pagi dan
sore hari maupun saat BAK/BAB.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
perawatan keputihan fisiologis pada siswi kelas XI di SMA Nasional Pati .Jenis
penelitian yang digunakan adalah surveianalitik korelasi dengan rancangan penelitian
menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak
76 siswi kelas XI di SMA Nasional Pati. Teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel adalah Purposive sampling.
Hasilpenelitian didapatkan bahwa siswi kelas XI di SMA Nasional Pati
sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang tentang perawatan fisiologis sebanyak 51
orang (67,1%), pengetahuan cukup 15 orang (19,7%) dan siswi kelas XI yang
mempunyai pengetahuan baik sebanyak 10 orang (13,2%). Yang yang melakukan
perawatan keputihan fisiologis dengan buruk sebanyak 56 orang (73,7%) dan yang
melakukan perawatan fisiologis baik sebanyak 20 orang (26,3%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan
perawatan keputihan fisiologis pada siswi kelas XI SMA Nasional Pati ( chi square
hitung 17,84>chi square tabel 5,991).

Kata kunci : Pengetahuan, Perawatan Keputihan dan Siswi SMA.


Daftar Pustaka : 16 buku (2003-2013).
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Keputihan Fisiologis Pada Siswi

Kelas XI di SMA Nasional Pati ”. Dimana penyusunan skripsi ini bertujuan untuk

melengkapi tugas akhir Program Studi Sarjana Kebidanan Pada Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati.

Penulis menyadari Skripsi ini tidak akan terselesaikan tepat waktu tanpa

bantuan dari berbagai pihak, baik itu dalam bentuk bimbingan ataupun nasehat-

nasehat, untuk itu dengan penuh rasa hormat perkenakan penulis mengucapkan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Suparjo S.Kp., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pratini Soedarsono Pati.

2. Ibu Irfana Tri Wijayanti, S.Si.T., M.Kes., M.Keb. selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati.

3. ......................................... selaku pembimbing utama

dan ...........................selaku pembimbing pendamping dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Sarjana Kebidanan STIKes Bakti Utama Pati

yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis.


5. Seluruh keluarga tercinta khususnya Bapak dan Ibu yang senantiasa

memberikan do’a serta dukungan baik secara moral maupun materi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Semua teman-teman Program Studi Sarjana Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bakti Utama Pati yang telah memberikan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini

yang dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis,

untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat

membangun dalam menyempurnakan Skripsi ini. Akhir kata penulis beharap

semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca

pada umumnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
ABSTRAK........................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v
HALAMAN MOTTO.......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
D. ManfaatPenelitian.................................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian................................................................................... 6
F. Ruang Lingkup......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8
A. Landasan Teori......................................................................................... 8
1. Pengetahuan....................................................................................... 8
2. Keputihan........................................................................................... 17
3. Cara Perawatan.................................................................................. 21
4. Perilaku.............................................................................................. 24
B. Kerangka Teori........................................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 27
A. Kerangka Konsep..................................................................................... 27
B. Hipotesis Penelitian................................................................................. 27
C. Rancangan Penelitian............................................................................... 28
D. Variabel Penelitian................................................................................... 28
E. Definisi Operasional................................................................................ 29
F. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 30
G. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.................................................. 30
H. Alat dan Metode Pengumpulan Data....................................................... 32
I. Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................... 33
J. Jenis Data dan Pengumpulan Data........................................................... 36
K. Metode Pengolahan Data......................................................................... 37
L. Analisa Data............................................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 40
A. Hasil Penelitian........................................................................................ 40
B. Pembahasan.............................................................................................. 42
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 48
A. Kesimpulan.............................................................................................. 48
B. Saran........................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...................................................... 6

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................... 29

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan................ 34

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Perawatan

Keputihan Fisiologis.................................................... 34

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang

Perawatan Keputihan Fisiologis Pada Siswi

Kelas XI di SMA Nasional Pati.................................. 40

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perawatan Keputihan

Fisiologis Pada Siswi Kelas XI di SMA

Nasional Pati................................................................ 41

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan

Perawatan Keputihan Fisiologis pada Siswi

Kelas XI di SMA Nasional Pati ................................ 41


DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian........................................... 26

Bagan 3.1 Kerangka Konsep........................................................ 27


DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran

Lampiran 1 Lembar Kuesioner

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3 Hasil Tabulasi Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)

kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,

bukan hanya bebas dari suatu penyakit atau kecacatan dalam segala aspek

yang berhubungan dengan sistem reproduksi (Romauli, 2009).

Sebagai seorang wanita, terkadang wanita tidak mengetahui tentang

sistem reproduksinya sendiri, entah karena dia tidak mau tahu atau kurangnya

informasi yang jelas mengenai hal tersebut (Manan, 2011).

Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi

manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2009). Ada kalanya

masa remaja dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah kesehatan fisik

maupun masalah psikologis, keputihan salah satunya (Waryana, 2010).

Keputihan juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis remaja

sebagai penderitanya. Jika keputihan tersebut berlangsung lama (tidak

kunjung sembuh), mereka bisa merasa malu, sedih, atau rendah diri. Bahkan,

kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut

terkena penyakit kanker. Akibatnya, mereka akan kehilangan rasa percaya

diri mulai menarik diri dari pergaulan, sehingga para remaja tidak bisa

menjalani aktivitas sehari-hari dengan tenang (Bahari, 2012).

1
Meskipun keputihan yang dimaksud adalah wajar, namun tetap perlu

dilakukan perawatan dengan benar agar tidak terjadi keadaan yang berbahaya

bagi kesehatan reproduksi remaja sehingga mereka harus menjaganya dengan

baik (Wijayanti, 2009).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan dengan pendidikan

yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang yang berpendidikan

rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (Wawan dan Dewi, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 siswi, 3 siswi yang

mengalami keputihan mengatakan bahwa kadang-kadang keluar cairan putih

bening keputihan sebelum menstruasi dan setelah menstruasi, mereka tidak

mengetahui sebenarnya apa yang dialaminya dan untuk mengatasinya,

mereka mengatakan hanya membersihkannya dengan sabun mandi 2 kali

sehari kemudian menyiramnya menggunakan air ketika mandi. Empat siswi

lainnya mengatakan bahwa setiap sebelum dan setelah datang bulan selalu

mengalami keputihan, mereka menggunakan pembersih vagina seperti

absolute dan resik-V untuk mengatasinya. Ibunya menyarankan untuk segera

memeriksakan kondisinya jika keputihan yang keluar terlalu banyak, berbau

dan menyebabkan gatal-gatal. Sedangkan 3 siswi lainnya mengatakan

kadang-kadang keluar cairan dari alat kelaminnya setiap banyak tugas dari

sekolah maupun luar sekolah. Mereka tidak pernah melakukan perawatan


secara khusus saat mengalami keputihan dan hanya dibersihkan menggunakan

air saat mandi di pagi dan sore hari maupun saat BAK/BAB.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan

Perawatan Keputihan Fisiologis pada Siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati ”.

B. Rumusan Masalah

Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,

mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stres berat, sedang hamil atau

mengalami kelelahan. Cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan,

tidak berbau, tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna. Keputihan

semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan

tindakan medis tertentu (Bahari, 2012).

Meskipun keputihan yang dimaksud adalah wajar, namun tetap perlu

dilakukan perawatan dengan benar agar tidak terjadi keadaan yang berbahaya

bagi kesehatan reproduksi remaja sehingga mereka harus menjaganya dengan

baik (Wijayanti, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 siswi, 3 siswi yang

mengalami keputihan mengatakan bahwa kadang-kadang keluar cairan putih

bening keputihan sebelum menstruasi dan setelah menstruasi dan hanya

membersihkannya dengan sabun mandi 2 kali sehari kemudian menyiramnya

menggunakan air ketika mandi. Empat siswi lainnya mengatakan bahwa

setiap sebelum dan setelah datang bulan selalu mengalami keputihan, mereka
menggunakan pembersih vagina seperti absolute dan resik-V untuk

mengatasinya. Sedangkan 3 siswi lainnya mengatakan kadang-kadang keluar

cairan dari alat kelaminnya setiap banyak tugas dari sekolah maupun luar

sekolah. Mereka tidak pernah melakukan perawatan secara khusus saat

mengalami keputihan dan hanya dibersihkan menggunakan air saat mandi di

pagi dan sore hari maupun saat BAK/BAB.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti merumuskan

masalah penelitian “Adakah hubungan pengetahuan dengan perawatan

keputihan fisiologis pada siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk menganalisis hubungan

pengetahuan dengan perawatan keputihan fisiologis pada siswi Kelas XI

Di SMA Nasional Pati .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang perawatan keputihan

fisiologis pada siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati.

b. Untuk mengidentifikasi perawatan keputihan fisiologis pada siswi

Kelas XI di SMA Nasional Pati .

c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan perawatan

keputihan fisiologis pada siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati .


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Siswi

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang keputihan

bagi remaja putri sehingga dapat mencegah dan mengatasi keputihan.

Manfaat Bagi SMA Nasional Pati menambah wawasan dan dapat

digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak sekolah untuk mengetahui

masalah yang berhubungan dengan keputihan pada remaja putri.

2. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat meningkatkan kwalitas pelayanan dalam memberikan

konseling tentang kesehatan reproduksi remaja baik bagi remaja yang

bermasalah atau tidak, serta digunakan sebagai bahan masukan dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada wanita yang mengalami keputihan.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penulis berharap hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan

pengetahuan penulis tentang kesehatan reproduksi khususnya keputihan.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Penelitian Berkaitan Dengan Keputihan.

No Judul Penelitian Variabel Metode Hasil


1 Hubungan Tingkat Independent: Diskriptif 1. Ada hubungan
Pengetahuan Tingkat korelasi antara pengetahuan
Wanita Usia Subur Pengetahuan dengan wanita usia subur
tentang Keputihan Wanita Usia menggunakan tentang keputihan
dengan Kunjungan Subur rancangan dengan kunjungan
Saat Mengalami Dependent : penelitian saat mengalami
Keputihan Kunjungan cross keputihan ke BPS
Ke BPS Sri Wahyuni saat sectional Sri Wahyuni Desa
Desa mengalami Babalan Kecamatan
Babalan Kecamatan keputihan Gabus Kabupaten
Gabus Pati Tahun 2011
Kabupaten Pati
Tahun 2011.
Oleh Diding Akuaria
Dwi Erma
2 Perbedaan Sebelum Independent Diskriptif Ada perbedaan antara
dan Sesudah : Sebelum korelasi sebelum dan sesudah
Pemberian KIE Pemberian dengan pemberian KIE tentang
tentang keputihan KIE menggunakan keputihan dengan
dengan perawatan Keputihan rancangan perawatan keputihan
keputihan pada Setelah penelitian pada remaja siswi kelas
remaja siswi kelas XI pemberian cross XI SMA 2 BLORA
SMA 2 BLORA KIE sectional
Kabupaten Blora keputihan
Oleh : Luluk Sofiani Dependent :
Astanti Perawatan
Keputihan

F. Ruang Lingkup

1. Lingkup Masalah

Masalah yang diangkat adalah hubungan pengetahuan dengan

perawatan keputihan fisiologis pada siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati

2. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan reproduksi remaja.

3. Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian pada ini dilaksanakan pada bulan september

– Desember.
4. Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI SMA Nasional

Pati .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil

tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap

suatu obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui

panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan dan Dewi,

2010:11).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah

pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh

8
melalui pendidikan non formal. Menurut teori WHO (World Health

Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu

bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang

diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojdo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu:

1) Mengetahui

Tau diartikan mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingakat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan

dan sebagainya.

2) Memahami

Memahami artinya sebagai suatu kemampun untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan


dimana dapat menginterpretasikan secar benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap suatu obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainnya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan unyuk menyatakan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi

masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan


sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

1) Cara Kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum ada kebudayaan

atau bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba

salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara Prioritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyrakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima , mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah

(Wawan dan Dewi, 2010).

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menun juk kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kekehidupan untuk mengapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Matra yang dikutip Notoadmojo

(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk


juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

(Nursalam,2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang,

dan danyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003),

usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998)

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.


2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yan dikutip Nursalam (2003)

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem Sosial Budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima infomasi (Wawan &

Dewi, 2010).

e. Macam-Macam Pengetahuan Menurut Polanya

Menurut A Sonnny Keraf & Michael Dua (2001) dalam Keraf

dan Dua, 2001:33-36. Pengetahuan dibedakan menjadi tiga macam

yaitu:

1) Tahu Bahwa

Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi

tertentu. Jenis pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoritis ,

pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang tidak

begitu mendalam, pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan

dalam mengumulkan informasi atau data tertentu. Maka, kekuatan

pengetahuan ini adalah informasi atau data yang dimilikinya.

Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini berarti ia


memang mempunyai data atau informasi akurat melebihi orang

lain tidak memiliki informasi seperti yang dimilikinya.

2) Tahu Bagaimana

Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan

sesuatu, ini yang dikenal sebagai know-how. Dengan kata lain

pengetahuan jenis ini berkaitan dengan praktek, maka disebut juga

pengetahuan praktis.

Ini tidak berarti bahwa pengetahuan jenis ini hanya bersifat

praktis, tetap saja pengetahuan jenis ini punya landasan atau

asumsi teoritis tertentu. Hanya saja asumsi dan konsep teoritis itu

telah diaplikasikan menjadi pengetahuan praktis. Oleh karena itu

tanpa menyepelekan pengetahuan yang lebih diutamakan adalah

pengetahuan praktis ini. Ini mencakup manajemen, teknik,

organisasi, komputer, dan sebagainya.

3) Tahu Akan / Mengenai

Yang dimaksudkan dengan pengetahuan jenis ini adalah

sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan

sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan

pribadi. Unsur yang paling penting dalam pengetahuan jenis ini

adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara langsung dengan

obyeknya. Oleh karena itu, sering juga disebut sebagai

pengetahuan berdasarkan pengenalan. Dalam bahasa indonesia

knowing disini lebih tepatditerjemahkan sebagai kenal, yaiu tahu


secara pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga disebut sebagai

pengetahuan langsung yang bersifat personal.

Ciri pengetahuan model seperti ini adalah pertama karena

pengetahuan ini didasarkan pada pengenalan pribadi yang langsung

dengan obyek, pengetahuan ini mempunyai tingkat obyektivitas

yang cukup tinggi. Kedua, dari pengetahuan model seperi ini

adalah bahwa subyek mampu membuat penilaian tertentu atas

obyeknya karena pengenalan dan pengalaman pribadi yang bersifat

langsung dengan obyek.

4) Tahu Mengapa

Tahu mengapa tidak hanya puas dan berhenti dengan

informasi yang ada. Si subyek justru melangkah lebih jauh lagi

untuk mengetahui mengapa suatu terjadi sebagaimana adanya.

f. Kriteria Tingkat Pengetahuan.

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2010)

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

Baik : Hasil presentase 76% - 100%

Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

Kurang : Hasil presentase < 55%


2. Keputihan

a. Pengertian

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari vagina

diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal

setempat.

Keputihan adalah keluarnya cairan yang kadang berwarna

bening dan putih susu dari vagina. Hal ini merupakan hal yang sering

terjadi pada kaum perempuan sebelum masa menstruasi. Pada kondisi

yang normal, vagina dapat mengeluarkan cairan yang berasal dari

rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbau.

Jika cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina berlebihan, keadaan

tersebut disebut keputihan. Selama kehamilan, menjelang menstruasi,

pada saat ovulasi, dan akibat rangsangan seksual, vagina cenderung

lebih banyak mengeluarkan cairan, gejala tersebut masih termasuk

normal (Wijayanti, 2010).

b. Keseimbangan pH

Batas normal pH vagina adalah 3,5 – 4,5. pH normal harus

dijaga dengan baik dalam vagina karena apabila pH tidak normal,

maka bakteri mudah untuk berkembang biak.

c. Jenis keputihan

Keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan fisiologis dan

keputihan patologis :
1) Keputihan fisiologis

Keputihan normal biasanya terjadi pada masa subur, juga

sebelum dan sesudah menstruasi, kadang saat stress dan kelelahan.

Ciri-ciri keputihan fisiologis:

a) Warnanya bening, kadang-kadang putih kental

b) Tidak berbau

c) Tidak ada rasa gatal, nyeri maupun rasa terbakar

d) Biasanya dialami oleh remaja sebelum masa pubertas

2) Keputihan patologis

Keputihan patologis adalah keputihan yang terjadi karena

adanya infeksi atau radang pada sistem reproduksi wanita.

Ciri-ciri keputihan patologis adalah sebagai berikut:

a) Keputihan dengan cairan dengan jumlah banyak dan terus


menerus.

b) Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau keruh

c) Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan

sedikit kental dan berbusa.

d) Keputihan dengan cairan berwarna coklat atau disertai sedikit

darah

e) Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau hijau, berbusa

dan berbau sangat menyengat

f) Keputihan dengan cairan berwarna pink


g) Keputihan dengan berwarna abu-abu atau kuning yang disertai

bau amis menyerupai bau ikan.

h) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal, panas, dan nyeri

yang menyertainya (Bahari, 2012).

d. Penyebab Keputihan Fisiologis

Dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat

diketahui penyebab keputihan. Penyebab keputihan tersebut antara

lain:

1) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ

kewanitaan. Biasanya hal ini dilakukan setelah buang air kecil

ataupun buang air besar.

2) Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat, sehingga ruang

yang ada tidak memadai.

3) Sering kali menggunakan WC yang kotor, sehingga

memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ

kewanitaan.

4) Jarang mengganti panty liner

5) Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain,

sehingga kebersihannya tidak terjaga.

6) Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan

7) Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah

basuhan dilakukan dari belakang ke depan


8) Aktivitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh

melemah

9) Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi

10) Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola

makan yang tidak teratur atau kurang tidur

11) Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stress berat

12) Menggunakan sabun pembersih untuk organ kewanitaan

secara berlebihan

13) Kondisi cuaca, khususnya cuaca lembab di dareah tropis

14) Sering kali mandi dan berendam di air panas atau hangat

15) Tinggal dilingkungan dengan sanitasi yang kotor

16) Sering kali menggaruk organ kewanitaan

e. Penyebab keputihan patologis

1) Infeksi akibat jamur

2) Sering kali berganti-ganti pasangan ketika berhubungan seksual

3) Kondisi hormone yang tidak seimbang

4) Infeksi akibat kondom yang tertinggal di dalam organ kewanitaan

secara tidak sengaja

5) Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR

6) Adanya penyakit herpes pada alat kelamin

7) Infeksi akibat bakteri


8) Kadar gula darah yang tinggi (Bahari, 2012)

f. Komplikasi keputihan

Jika keputihan sudah berlarut-larut dan menjadi berat, maka

kemungkinan wanita yang bersangkutan akan menjadi mandul dan

tidak bisa mempunyai keturunan (Wijayanti, 2009).

3. Cara Perawatan

a. Cara perawatan keputihan fisiologis

Beberapa cara untuk perawatan keputihan, antara lain :

1) Bersihkan organ intim wanita dengan pembersih yang tidak

mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina. Produk seperti ini

mampu menjaga keseimbangan pH sekaligus meningkatkan

pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang

tak bersahabat. Sabun antiseptic biasa umumnya bersifat keras dan

terdapat flora normal di vagina. Ini tidak menguntungkan bagi

kesehatan vagina dalam jangka panjang

2) Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan

agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki

partikel-partikel halus yang mudah terselip disana-sini dan

akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang ditempat itu.

3) Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian setelah

BAK/BAB, gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah

atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan


belum dipakai. Tak ada salahnya membawa cadangan celana dalam

untuk menjaga-jaga manakala perlu menggantinya.

4) Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti

katun. Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat

suasana disekitar organ intim panas dan lembab.

5) Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan

karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana

bahan non jeans agar sirkulasi udara disekitar organ intim bergerak

leluasa.

6) Gunakan panty liner disaat perlu saja. Jangan terlalu lama,

misalkan saat berpergian keluar rumah dan lepaskan kembalinya

ketika sudah sampai di rumah.

b. Cara perawatan/penanganan keputihan patologis

Keputihan yang disebabkan karena adanya infeksi, akibat

bakteri, jamur atau virus, dan pengobatan yang dilakukan antara lain :

1) Larutan antiseptik

Digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar

dari liang senggama. Larutan ini hanya untuk membersihkan,

karena tidak dapat membunuh penyebab infeksi maupun

menyembuhkan keputihan akibat penyakit lainnya.

2) Obat-obatan

Sebagai contoh asiklovir yang berupa tablet atau krim. Obat

ini digunakan bila penyebab keputihannya adalah virus herpes.


Kondiloma bisa diobati dengan larutan podofilin 25%, atau larutan

asam trikolo-asetat 40%-50%, atau salep asam salisilat 20%-40%

yang dioleskan topical di tempat kulit tersebut berada. Obat cacing

bila penyebabnya Trichomonas vaginalis atau gardnerella. Pada

kandidiasis, pengobatan per vaginal dengan nistatin, mikonazol

dan klotrimazol, atau per oral dengan Fluconazole. Pengobatan

dengan antibiotika dan anti jamur bisa per oral di tambah dengan

pengobatan local berupa tablet atau krim per vaginal bagi yang

sudah menikah

3) Hormon estrogen

Tablet atau krim yang mengandung hormone estrogen

diberikan pada perempuan yang telah mati haid atau usia lanjut

yang mempunyai banyak keluhan

4) Operasi kecil

Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan

adalah tumor jinak, misalnya papilloma

5) Pembedahan, radioterapi atau kemoterapi

Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan

adalah kanker serviks atau kanker kandungan lainnya. Selain itu,

metode pengobatan ini juga dilakukan dengan mengacu pada

stadium kankernya

(Bahari, 2012)
4. Perilaku

Menurut Blum (1974), perilaku merupakan faktor terbesar kedua

setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu,

kelompok atau masayarakat (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007),

perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

a. Faktor predisposisi (Predispossing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya.

b. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan

yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan

sebagainya. Untuk berperilaku hidup sehat, masyarakat memerlukan

sarana dan prasarana pendukung.


c. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku para

petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-

undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah

daerah, yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,

masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap

positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku

contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para

petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan

untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.


B. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Keputihan Fisiologis Pada Siswi
Kelas XI Di SMA Nasional Pati

Faktor Presdiposisi :
1. Pengetahuan
2. sikap
3. kepercayaan
4. keyakinan
5. Nilai- nilai

Faktor Pendukung :
1. Sarana dan prasarana
2. Tersedia atau tidak
tersedianya sarana
kesehatan bagi Perilaku
masyarakat.

Faktor pendorong :
1. Sikap dan perilaku
petugas kesehatan.
2. agama,dan tokoh
masyarakat.

Keterangan:
Dicetak tebal : diteliti
Tidak dicetak tebal : tidak diteliti

Sumber : Teori Lawrence Green dikutip dalam Notoatmodjo (2007)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep-

konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian

yang dimaksud. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati dan

dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-

variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan dapat di ukur

(Notoatmodjo, 2005).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Keputihan Fisiologis
Pada Siswi Kelas XI Di SMA Nasional Pati
Kabupaten Pati

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perawatan Keputihan
Pengetahuan Fisiologis

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan

dengan perawatan keputihan fisiologis pada siswi Kelas XI di SMA Nasional

Pati Kabupaten Pati .

27
C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan survei analitik yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

dan survei analitik ini bersifat cross sectional yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan efek dengan

cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(Notoatmodjo, 2005). Rancangan penelitian yang dalam melakukan

pengukuran variabel independen yaitu pengetahuan dengan variabel

dependen yaitu perawatan keputihan fisiologis.

D. Variable Penelitian

Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang

maupun obyek yang akan mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

1. Variabel bebas

Adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan.

2. Variabel terikat

Adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Notoatmodjo, 2003). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

perawatan keputihan fisiologis.


E. Definisi operasional

Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel diamati/diteliti. Definisi operasional juga

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat

ukur) (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini

adalah

Tabel 3.1
Defini Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala


1. Pengetahuan Kemampuan responden Pengetahuan di ukur 1. Pengetahuan kurang Ordinal
tentang dalam menjawab dengan kuesioner jika jawaban dengan
keputihan pertanyaan mengenai sebanyak 10 skor : 0-5
keputihan meliputi pernyataan.
2. Pengetahuan cukup
pengertian, jenis-jenis 1. Untuk soal
keputihan, penyebab unfavorable adalah jika jawaban dengan
keputihan, cara no 4, 5 dan 8. skor : 6-7
perawatan dan Setiap item diberi 3. Pengetahuan baik
komplikasiya. skor: jika jawaban dengan
 Nilai 1 untuk skor : 8-10
jawaban ”tidak”
 Nilai 0 untuk
jawaban ”ya”
2. Untuk soal
favorable adalah no
1,2, 3, 6, 7, 9 dan
10. Setiap item
pertanyaan diberi
skor:
 Nilai 1 untuk
jawaban ”ya”
 Nilai 0 untuk
jawaban ”tidak”
2. Perawatan Kemampuan responden Pengukuran 1. Perawatan keputihan Nominal
keputihan dalam melakukan menggunakan buruk jika jawaban
fisiologis perawatan keputihan. kuesioner dengan 10 dengan skor : 0-5
item pertanyaan dengan
2. Perawatan keputihan
ketentuan :
1. Untuk soal baik jika jawaban
unfavorable adalah dengan skor : 6-10
no 2, 3, 7 dan 8.
Setiap item diberi
skor:
 Nilai 1 untuk
jawaban ”tidak”
 Nilai 0 untuk
jawaban ”ya”
2. Untuk soal
favorable adalah no
1,4,5, 6, 9 dan 10.
Setiap item
pertanyaan diberi
skor:
 Nilai 1 untuk
jawaban ”ya”
 Nilai 0 untuk
jawaban ”tidak”

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Nasiona Pati, pada bulan September –

Oktober.

G. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmojo, 2010)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas XI

di SMA Nasional Pati sebanyak 95 siswi pada bulan September – Oktober.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Dalam penentukan ukuran sampel dapat dilakukan 2 cara yaitu

cara praktis (tidak menggunakan rumus atau hitungan) dan cara


perhitungan dengan menggunakan rumus. Salah satunya rumus empiris

dianjurkan oleh Issac dan Michael ( 1981:192).

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,05)

n= 95
1 + 95 (0,05)2
n= 95
1,215
= 76,61 = 76

Supaya dalam pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak

perhitungan, maka Issac dan Michael ( 1981:192) menuangkan rumus

tersebut kedalam bentuk table.

N S N S N S N S
10 10 90 73 300 169 1900 320
15 14 95 76 400 196 2000 322
20 19 100 80 500 217 2200 327
25 24 120 92 600 234 2400 331
30 28 130 97 700 248 2600 335
35 32 140 103 800 260 2800 338
40 36 150 108 900 269 3000 341
45 40 160 113 1000 278 3500 346
50 44 170 118 1100 285 4000 351
55 48 180 123 1200 291 4500 354
60 52 190 127 1300 297 5000 357
65 56 200 132 1400 302 10000 370
70 59 220 140 1500 306 15000 375
75 63 240 148 1600 310 20000 377
80 66 260 155 1700 313 50000 381
85 70 280 162 1800 317 100000 384

Sampel penelitian mengambil sampel penelitian sebanyak 76 siswi


Kriteria responden adalah sebagai berikut :

1) Siswi kelas XI

2) Siswi yang bersekolah di SMA Nasional Pati

3) Siswi yang bersedia menjadi responden.

4) Siswi yang pernah mengalami keputihan fisiologis

Dari 95 siswi di ambil 76 siswi kelas XI yang memenuhi syarat

untuk di jadikan responden dan di jadikan sampel penelitian.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

(Sugiyono, 2010).

H. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah

tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam lembar kuesioner)

dan interview (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan

memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Kuesioner akan diisi oleh peneliti setelah dengan cara melakukan tanya

jawab kepada responden atau siswi kelas XI di SMA Nasional Pati. Pertanyaan

yang diberikan berupa pertanyaan tertutup dan dijawab langsung oleh responden

tanpa diwakilkan kepada orang namun jika responden tidak bisa membaca maka

akan dibantu oleh peneliti dalam pengisiannya.


I. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang ingin di ukur sehingga penelitian yang menggunakan

alat kuesioner sebagai alat pengukurannya perlu diuji validitasnya.

Dikatakan valid jika pertanyaan yang ada di kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk

menguji validitas maka dilakukan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item

pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut bila item pertanyaan

mempunyai korelasi yang signifikan dengan dengan skor total instrumen

maka kuesioner dinyatakan valid (Notoatmodjo, 2005)

N (Σ XY )−(ΣX ΣY )
R=
√{(n ΣX2 − (ΣX )2 ) (n ΣY 2 − ( ΣY )2) }
Keterangan :

R : nilai r hitung
N : jumlah sampel
X : jawaban pertanyaan no 1,2,3 dst
Y : skor total

XY : skor jawaban no 1 dikalikan skor total

Hasil perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel

nilai product moment.


Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan dan perawatan keputihan

fisiologis dengan jumlah responden 20 orang yang dilakukan pada tanggal

16-20 Desember adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan

No. Item r. hitung r. Tabel Keterangan


X1 0,616 0,444 Valid
X2 0,615 0,444 Valid
X3 0,621 0,444 Valid
X4 0,540 0,444 Valid
X5 0,751 0,444 Valid
X6 0,572 0,444 Valid
X7 0,605 0,444 Valid
X8 0,768 0,444 Valid
X9 0,722 0,444 Valid
X10 0,670 0,444 Valid

Dari tabel 3.2 diatas dapat disimpulkan bahwa dengan taraf

signifikan 5% r tabel 0,444 lebih kecil dari r hitung minimal 0,540

sehingga bisa disimpulkan bahwa semua item pertanyaan pengetahuan

adalah valid.

Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Kuesioner Perawatan Keputihan Fisiologis

No. Item r. hitung r. Tabel Keterangan


X1 0,657 0,444 Valid
X2 0,463 0,444 Valid
X3 0,459 0,444 Valid
X4 0,737 0,444 Valid
X5 0,508 0,444 Valid
X6 0,854 0,444 Valid
X7 0,541 0,444 Valid
X8 0,465 0,444 Valid
X9 0,854 0,444 Valid
X10 0,596 0,444 Valid

Dari tabel 3.3 diatas dapat disimpulkan bahwa dengan taraf

signifikan 5% r tabel 0,444 lebih kecil dari r hitung minimal 0,459

sehingga bisa disimpulkan bahwa semua item pertanyaan perawatan

keputihan adalah valid.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan dari indicator dari variable atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan. kuesioner adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu

(Agus Riyanto, 2011).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal consistensi

yaitu melakukan uji coba instrument satu kali saja kemudian hasil yang

diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu untuk menguji reliabilitas

intrumen digunakan rumus koefisien reabilitas Alpha Cronbach.

Keterangan :

r : koefisien reliabilitas yang dicari

k : mean kuadrat antar subyek

Si2 : mean kuadrat kesalahan

St2 : varian total


Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan metode one shot

atau pengukuran sekali saja dan hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan

lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan

fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach Alfa

(0,06). Suatu konstruk atau variable dikatakan reliable jika memberikan

nilai Croanbach Alfa > 0,60 (Biostatistik, BUP). ). Hasil uji reliabilitas

kuesioner pengetahuan adalah 0,847 > 0,60 yang artinya kuesioner

pengetahuan adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas kuesioner perawatan

keputihan fisiologis adalah 0,818 > 0,60 yang artinya kuesioner perawatan

keputihan fisiologis adalah reliabel.

J. Jenis data dan pengumpulan data

1. Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer

dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung pada responden

meliputi, pengetahuan siswi tentang perawatan keputihan fisiologis dan

diambil dengan cara memberi kuesioner pada responden yaitu siswi kelas

XI di SMA Nasional Pati .

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang berhubungan dengan

penelitian. Data sekunder Merupakan data pendukung yang berhubungan

dengan penelitian meliputi data gambaran umum lokasi penelitian,


keadaan geografi, demografi, pelayanan kesehatan, petugas kesehatan dan

data lain yang telah ada di instansi terkait.

K. Metode Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data secara manual

dilakukan melalui langkah – langkah sebagai berikut :

1. Editing (Penyuntingan Data )

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu di sunting (edit) terlebih dahulu. Dan kalu ternyata

masih ada data yang tidak lengkap dan tidak dapat dilakukan wawancara

ulang, maka kuesioner di keluarkan.

2. Membuat Lembaran Kode (Coding sheet)

lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom – kolom

untuk merekam data secara manual.

3. Memasukkan Data (Data Entry)

Yakni mengisi kolom – kolom atau kotak – kotak lembar kode atau

kartu kode dengan jawaban masing – masing pertanyaan.

4. Tabulasi

Yakni membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti.

L. Analisa Data

Data ini diolah secara manual dan di analisa untuk mengetahui

perubahan variabel bebas yang meliputi pengetahuan dan variabel terikat yaitu
perawatan keputihan fisiologis. Penentuan besarnya prosentasi sebagai

berikut:

Dalam penelitian ini menggunakan dua analisa data yaitu :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,

2010). Analisa univariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

analitik presentase untuk tiap-tiap variabel dengan rumus presentase.

Menurut (Budiarto 2002), dengan perhitungan rumus penentuan besarnya

presentase sebagai berikut:

Rumus :

f
 % = N X 100 %

Keterangan:

f : Frekuensi yang dihasilkan

N : Jumlah seluruh sampel

2. Analisa Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk menguji variabel – variabel penelitian

yaitu independent dan dependent. Hal ini berguna untuk menguji hipotesis

yang telah dibuat. Analisis ini menggunakan uji korelasi Chi Square

karena jenis data yang dikolerasikan adalah data ordinal dan nominal.
Apabila chi Square tabel < chi square hitung. Ho ditolak yang berarti ada

hubungan antara variabel independet dengan variabel dependent.

Rumus menurut Sugiyono (2011).

Rumus:

Dimana:
( fo−fh )2
X =∑
2
x²= Chi Kuadratfh

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perawatan

keputihan fisiologis pada siswi kelas XI di SMA Nasional Pati adalah

sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Perawatan Keputihan
Fisiologis Pada Siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


Baik 10 13.2
Cukup 15 19,7
Kurang 51 67,1
Total 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa siswi kelas XI di

SMA Nasional Pati sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang

tentang perawatan fisiologis sebanyak 51 orang (67,1%), pengetahuan

cukup 15 orang (19,7%) dan siswi kelas XI yang mempunyai

pengetahuan baik sebanyak 10 orang (13,2%).


b. Perawatan Keputihan Fisiologis

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Perawatan Keputihan Fisiologis
Pada Siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati

Perawatan Keputihan Frekuensi Persentase (%)


Baik 20 26,3
Buruk 56 73,7
Total 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa siswi kelas XI

sebagian besar melakukan perawatan keputihan fisiologis dengan

buruk sebanyak 56 orang (73,7%) dan yang melakukan perawatan

fisiologis baik sebanyak 20 orang (26,3%).

2. Analisis bivariat hubungan pengetahuan dengan perawatan keputihan

fisiologis pada siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati .

Tabel 4.3
Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Perawatan Keputihan
Fisiologis pada Siswi Kelas XI di SMA Nasional Pati

Perawatan Keputihan Total


baik Buruk
Frekuensi 7 3 10
baik
Persen 70% 30% 100%
Frekuensi 7 8 15
pengetahuan cukup
Persen 46,6% 53,3% 100%
Frekuensi 6 45 51
kurang
Persen 11,7% 88,2% 100%
Frekuensi 20 56 76
Total
Persen 26,3% 73,6% 100,0%
Chi squareχ = 17,84
2

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa siswi kelas XI SMA Nasional

Pati sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang. Dari hasil


tabulasi silang menunjukkan bahwa yang berpengetahuan kurang

dengan perawatan keputihan buruk yaitu sebanyak 45 siswi (88,2%)

dan 6 (11,7%) siswi melakukan perawatan keputihan dengan baik.

Siswi yang pengatahuannya cukup dan perawatan keputihannya buruk

yaitu sebanyak 8 (53,3%) dan 7 (46.6%) siswi melakuka perawatan

keputihan dengan baik. Pengetahuan baik tetapi melakukan perawatan

keputihan dengan buruk yaitu sebanyak 3 (30%) sedangkan 7 (70%)

melakukan perawatan keputihan dengan baik.

Hasil uji hubungan dengan chi square di dapatkan hasil nilai

chi square hitung 17,84>chi square tabel 5,991 dan artinya Ha

diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan antara pengetahuan

dengan perawatan keputihan fisiologis pada siswi kelas XI SMA

Nasional Pati

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Perawatan Keputihan Fisiologis

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa siswi kelas XI

yang melakukan perawatan keputihan fisiologis dengan buruk

sebanyak 56 orang (73,7%) dan yang melakukan perawatan fisiologis

baik sebanyak 20 orang (26,3%).

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari vagina

diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal
setempat. Keputihan adalah keluarnya cairan yang kadang berwarna

bening dan putih susu dari vagina. Hal ini merupakan hal yang sering

terjadi pada kaum perempuan sebelum masa menstruasi. Pada kondisi

yang normal, vagina dapat mengeluarkan cairan yang berasal dari

rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbau

(Wijayanti, 2010).

Ciri – ciri keputihan fisiologis, antara lain warnanya bening,

kadang – kadang putih kental, tidak berbau, tidak ada rasa gatal, nyeri

maupun rasa terbakar, biasanya dialami oleh remaja sebelum masa

pubertas.

Beberapa cara untuk perawatan keputihan fisiologis, antara lain

selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian setelah BAK/BAB,

gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun,

dan menjaga celana dalam tetap kering agar tidak lembab.

Faktor yang mendasari terjadinya perilaku seseorang antara

lain pengetahuan, sikap, nilai – nilai dan budaya, kepercayaan dari

orang tersebut terhadap perilaku tertentu dan beberapa karakteristik

individu misal umur, dan tingkat pendidikan (Notoatmojo 2007).

Berdasarkan penelitian sebagian besar siswi mempunyai

perawatan buruk sebesar 56 (73,7%). Dan hasil dari jawaban

kuesioner siswi kelas XI SMA Nasional sebagian besar dalam

melakukan perawatan keputihan fisiologis masih buruk karena dari 71

siswi 48 (63,15%) diantaranya menjawab tidak pernah mengeringkan


vagina setelah buang air besar dan 46 siswi (64,79%) diantaranya

menyatakan tidak merawat daerah kewanitaan misalnya menjaga celana

dalam tetap kering agar tidak lembab.

Hal ini sejalan dengan teori L.Green yang dikutip dalam

Notoatmodjo, (2003), pengetahuan seseorang akan mempengaruhi

sikap dan praktiknya.pengetahuan yang didapat baik melalui

pendidikan formal maupun non formal serta didapat dari pergaulan

sehari – hari dengan orang lain, media informasi dan informasi dari

sumber lainnya sebagai dasar untuk bertindak. Semakin baik

pengetahuan seseorang akan semakin baik untuk menerapkan perilaku

kesehatan.

b. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa siswi kelas XI di

SMA Nasional Pati sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang

tentang perawatan fisiologis 51 orang (67,1%), pengetahuan cukup 15

orang (19,7%) dan siswi kelas XI yang mempunyai pengetahuan baik

10 orang (13,2%).

67,1% siswi memiliki pengetahuan kurang, hal ini mungkin

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah kurangnya informasi

yang diperoleh remaja putri tentang perawatan keputihan fisiologis,

selain itu juga kurangnya kesadaran dari remaja putrin untuk mencari

wawasan yang berkaitan dengan perawatan keputihan fisiologis.

Sedangkan siswi yang mempunyai pengetahuan cukup 19,7% dan


yang memiliki pengetahuan baik 13,2%, hal ini mungkin dikarenakan

oleh siswi sudah dapat informasi dari media informasi misalnya buku,

majalah, surat kabar, radio, dan televisi.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil

tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap

suatu obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui

panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan dan

Dewi, 2010).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, paparan

media massa, tingkat ekonomi, hubungan social dan interaksi

masyarakat, pengalaman dan akses pelayanan kesehatan.

(Notoatmodjo, 2003)

Berdasarkan penelitian siswi mempunyai pengetahuan kurang

sebesar 51 0rang (67,1%), hasil dari jawaban kuesioner diketahui

bahwa dari 76 siswi kelas XI SMA Nasional Pati, 50 orang (65,78%)

orang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui keputihan yang

berlarut – larut dan menjadi berat kemungkinan dapat menjadi mandul

atau tidak bisa mempunyai keturunan. Selain hal tersebut 44 orang


(57,89%) diantaranya menyatakan bahwa menggunakan pakaian dalam

yang ketat tidak dapat menyebabkan keputihan.

Sesuai penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan yang

baik tentang perawatan keputihan fisiologis maka akan mempengaruhi

siswi dalam melakukan perawatan keputihan fisiologis dengan baik.

Hal ini sejalan dengan teori L.Green, yang menyatakan bahwa

pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan praktiknya.

Semakin baik pengetahuan seseorang akan semakin baik untuk

menerapkan perilaku kesehatan.

c. Analisis bivariat hubungan antara Pengetahuan dengan Perawatan

Keputihan Fisiologis pada Siswi Kelas XI SMA Nasional Pati

Berdasarkan hasil uji hubungan dengan chi square di dapatkan

hasil nilai chi square hitung 17,84 >chi square tabel 5,991 artinya Ha

diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan

perawatan keputihan fisiologis pada siswi kelas XI SMA Nasional Pati .

Beberapa cara untuk perawatan keputihan, antara lain : 1).

Bersihkan organ intim wanita dengan pembersih yang tidak mengganggu

kestabilan pH di sekitar vagina, 2). Hindari pemakaian bedak pada

organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang

hari, 3). Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian setelah

BAK/BAB, gunakan celana dalam yang kering, 4). Gunakan celana dalam

yang bahannya menyerap keringat, seperti katun, 5).Pakaian luar juga

perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya


sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar sirkulasi

udara disekitar organ intim bergerak leluasa, 6). Gunakan panty liner

disaat perlu saja. Jangan terlalu lama, misalkan saat berpergian keluar

rumah dan lepaskan kembalinya ketika sudah sampai di rumah (Bahari,

2012).

Adanya hubungan secara statistik ini membuktikan bahwa semakin

baik pengetahuan siswi kelas XI tentang perawatan keputihan khususnya

keputihan fisiologis maka sebagian besar siswi baik dalam melakukan

perawatan keputihan fisiologis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Diding Akuaria Dwi Erma (2011), yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan wanita usia subur tentang

keputihan dengan kunjungan saat mengalami keputihan ke BPS Sri

Wahyuni Desa Babalan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun 2011.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas tentang hubungan

pengetahuan dengan perawatan keputihan fisiologis pada siswi kelas XI SMA

Nasional Pati , dapat disimpukan sebagai berikut :

1. Siswi kelas XI di SMA Nasional Pati sebagian besar mempunyai

pengetahuan kurang tentang perawatan fisiologis 51 orang (67,1%),

pengetahuan cukup 15 orang (19,7%) dan pengetahuan baik 10 orang

(13,2%).

2. Siswi kelas XI yang melakukan perawatan keputihan fisiologis dengan

baik sebanyak 20 orang (26,3%) dan tidak baik (buruk) sebanyak 56 orang

(73,7%).

3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan keputihan fisiologis

pada siswi kelas XI SMA Nasional Pati ( nilai chi square hitung 17,84

>chi square tabel 5,991 artinya Ha diterima dan Ho ditolak)

B. Saran

1. Bagi Siswi Kelas XI SMA Nasional

Diharapkan pada remaja putri khususnya siswi kelas XI SMA

Nasiolanl Patisetelah dilakukan penelitian lebih mengetahui dan mengerti

tentang pengertian, tanda, gejala dan cara melakukan perawatan keputihan

fisiologis.
48
2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan terutama SMA nasional pati

untuk memberikan pelajaran tambahan tentang kesehatan reproduksi

untuk menambah wawasan siswi.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan

dan sosialisasi terhadap remaja putri tentang pengertian, tanda dan gejala

serta cara mengatasi keputihan fisiologis, khususnya di tingkat SMA.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan

dengan penerapan teori dan praktek tentang upaya peningkatan kesadaran

remaja tentang perawatan keputihan dengan menggunakan variabel lain

misalnya sikap dan perilaku.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Rineka Cipta. Jakarta.

Bahari, Hamid. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogyakarta: Buku Biru.

Diding Akuaria. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur


Tentang Keputihan dengan Kunjungan Saat Mengalami Keputihan Ke
BPS Sri Wahyuni Desa Babalan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun
2011. Karya Tulis Ilmiah : Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati.

Wulan, Heni. (2013). Biostatistik. Pati : BUP

Luluk Sofiani Astanti. (2013). Perbedaan Sebelum dan Sesudah Pemberian KIE
Tentang Keputihan dengan Perawatan Keputihan Pada Remaja Siswi
Kelas XI SMA 2 Blora KabKebupaten Blora. Karya Tulis Ilmiah :
Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati.

Notoatmodjo, Sukijo. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.


Yogyakarta : Andi Ofset

Notoatmodjo, Sukijo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Sukijo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Sukijo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta.


Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Sukijo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta.

Manan, L. 2011. Miss V. Yogyakarta: Buku Biru.

Romauli, Suryati. 2009. Kesehatan Reproduksi, Yogjakarta:Nuha Medika.

Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Rihama.


Wawan, A, Dewi . 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan,Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAWATAN
KEPUTIHAN FISIOLOGIS PADA SISWI KELAS XI
DI SMA NASIONAL PATI KABUPATEN PATI

Nomor urut :
Tanggal pengisian :
1. Tingkat pengetahuan tentang keputihan.

Petunjuk :
Berikan tanda ( ) pada jawaban sesuai dengan pendapat anda.
Jawaban
No Item pertanyaan
Benar Salah
1. Keputihan adalah keluarnya cairan dari vagina yang tidak
berupa darah.
‍2. Keputihan adalah keluarnya cairan yang bening dan putih
dari vagina.
3. Keputihan yang terjadi pada masa subur, sebelum dan
sesudah menstruasi merupakan keputihan yang normal.
4. Keputihan yang tidak normal biasanya terjadi saat stress
dan kelelahan
5. Keputihan yang berwarna putih kekuningan dan berbau
merupakan keputihan yang normal
6. Menggunakan pakaian dalam yang ketat dapat
menyebabkan keputihan.
7. Membasuh organ kewanitaan dari belakang ke depan dapat
menyebabkan keputihan.
8. Larutan antiseptik digunakan untuk mengobati keputihan.
9. Menjaga agar celana dalam tetap kering merupakan salah
satu perawatan saat keputihan.
Jawaban
No Item pertanyaan
Benar Salah
10 Keputihan yang berlarut-larut dan menjadi berat
kemungkinan dapat menjadi mandul dan tidak bisa
mempunyai keturunan

2. Perawatan Keputihan
Jawaban
No PERTANYAAN
Ya Tidak
1. Apakah Anda mengeringkan daerah vagina setelah selesai
BAK?
‍2. Apakah Anda menggunakan pembersih organ kewanitaan
dengan pembersih kimiawi?
3. Apakah Anda menggunakan bedak pada organ kewanitaan
dengan tujuan vagina harum dan kering sepanjang hari?
4. Apakah Anda selalu menyeka vagina sebelum
menggunakan pakaian dalam?
5. Apakah Anda langsung mengganti pakaian dalam setiap kali
basah dengan pakaian dalam yang kering dan bersih?
6. Apakah Anda meenggunakan pakaian dalam yang terbuat
dari katun yang mudah menyerap keringat?
7. Apakah Anda sering menggunakan celana jeans?
8. Apakah Anda sering menggunakan panty liner?
9. Apakah Anda segera periksa ke dokter jika mengalami
keputihan?
10. Apakah Anda selalu merawat daerah kewanitaan misalnya
menjaga celana dalam tetap kering agar tidak lembab?
UJI VALIDITAS KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAWATAN
KEPUTIHAN FISIOLOGIS PADA SISWI KELAS XI
DI SMA NASIONAL PATI

Correlations
peng1 peng2 peng3 peng4 peng5 peng6 peng7 peng8 peng9 peng10 tot_peng
Pearson Correlation 1 ,630** ,115 ,000 ,522 *
,471* ,236 ,471* ,406 ,236 ,616**
peng1 Sig. (2-tailed) ,003 ,628 1,000 ,018 ,036 ,317 ,036 ,076 ,317 ,004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,630** 1 ,218 ,134 ,373 ,134 ,356 ,356 ,504* ,356 ,615**
peng2 Sig. (2-tailed) ,003 ,355 ,574 ,105 ,574 ,123 ,123 ,023 ,123 ,004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,115 ,218 1 ,816** ,503* ,000 ,408 ,408 ,302 ,204 ,621**
peng3 Sig. (2-tailed) ,628 ,355 ,000 ,024 1,000 ,074 ,074 ,196 ,388 ,003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,000 ,134 ,816** 1 ,328 ,167 ,167 ,375 ,287 ,167 ,540*
peng4 Sig. (2-tailed) 1,000 ,574 ,000 ,158 ,482 ,482 ,103 ,220 ,482 ,014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,522* ,373 ,503* ,328 1 ,533* ,328 ,328 ,414 ,533* ,751**
peng5 Sig. (2-tailed) ,018 ,105 ,024 ,158 ,015 ,158 ,158 ,069 ,015 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,471* ,134 ,000 ,167 ,533* 1 ,167 ,583** ,287 ,375 ,572**
peng6 Sig. (2-tailed) ,036 ,574 1,000 ,482 ,015 ,482 ,007 ,220 ,103 ,008
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,236 ,356 ,408 ,167 ,328 ,167 1 ,583** ,287 ,375 ,605**
peng7 Sig. (2-tailed) ,317 ,123 ,074 ,482 ,158 ,482 ,007 ,220 ,103 ,005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,471* ,356 ,408 ,375 ,328 ,583** ,583** 1 ,492* ,375 ,768**
peng8 Sig. (2-tailed) ,036 ,123 ,074 ,103 ,158 ,007 ,007 ,027 ,103 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
peng9 Pearson Correlation ,406 ,504* ,302 ,287 ,414 ,287 ,287 ,492* 1 ,698** ,722**
Sig. (2-tailed) ,076 ,023 ,196 ,220 ,069 ,220 ,220 ,027 ,001 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,236 ,356 ,204 ,167 ,533* ,375 ,375 ,375 ,698** 1 ,670**
peng10 Sig. (2-tailed) ,317 ,123 ,388 ,482 ,015 ,103 ,103 ,103 ,001 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,616** ,615** ,621** ,540* ,751** ,572** ,605** ,768** ,722** ,670** 1
tot_peng Sig. (2-tailed) ,004 ,004 ,003 ,014 ,000 ,008 ,005 ,000 ,000 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Valid 20 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,847 10
Correlations
prwtn1 prwtn2 prwtn3 prwtn4 prwtn5 prwtn6 prwtn7 prwtn8 prwtn9 prwtn10 tot_prwtn
Pearson Correlation 1 ,285 ,218 ,724** ,048 ,802** -,089 ,089 ,802** ,154 ,657**
prwtn1 Sig. (2-tailed) ,223 ,355 ,000 ,842 ,000 ,709 ,709 ,000 ,518 ,002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,285 1 ,302 ,192 ,285 ,287 ,082 -,082 ,287 ,212 ,463*
prwtn2 Sig. (2-tailed) ,223 ,196 ,418 ,223 ,220 ,731 ,731 ,220 ,369 ,040
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,218 ,302 1 ,302 -,055 ,357 ,102 ,153 ,357 ,201 ,459*
prwtn3 Sig. (2-tailed) ,355 ,196 ,196 ,819 ,122 ,669 ,519 ,122 ,395 ,042
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,724** ,192 ,302 1 ,066 ,903** ,082 ,123 ,903** ,212 ,737**
prwtn4 Sig. (2-tailed) ,000 ,418 ,196 ,783 ,000 ,731 ,605 ,000 ,369 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,048 ,285 -,055 ,066 1 ,134 ,802** ,312 ,134 ,373 ,508*
prwtn5 Sig. (2-tailed) ,842 ,223 ,819 ,783 ,574 ,000 ,181 ,574 ,105 ,022
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,802** ,287 ,357 ,903** ,134 1 ,167 ,250 1,000** ,328 ,854**
prwtn6 Sig. (2-tailed) ,000 ,220 ,122 ,000 ,574 ,482 ,288 ,000 ,158 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation -,089 ,082 ,102 ,082 ,802** ,167 1 ,458* ,167 ,533* ,541*
prwtn7 Sig. (2-tailed) ,709 ,731 ,669 ,731 ,000 ,482 ,042 ,482 ,015 ,014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,089 -,082 ,153 ,123 ,312 ,250 ,458* 1 ,250 ,287 ,465*
prwtn8 Sig. (2-tailed) ,709 ,731 ,519 ,605 ,181 ,288 ,042 ,288 ,220 ,039
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,802** ,287 ,357 ,903** ,134 1,000** ,167 ,250 1 ,328 ,854**
prwtn9 Sig. (2-tailed) ,000 ,220 ,122 ,000 ,574 ,000 ,482 ,288 ,158 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,154 ,212 ,201 ,212 ,373 ,328 ,533* ,287 ,328 1 ,596**
prwtn10 Sig. (2-tailed) ,518 ,369 ,395 ,369 ,105 ,158 ,015 ,220 ,158 ,006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
tot_prwtn Pearson Correlation ,657** ,463* ,459* ,737** ,508* ,854** ,541* ,465* ,854** ,596** 1
Sig. (2-tailed) ,002 ,040 ,042 ,000 ,022 ,000 ,014 ,039 ,000 ,006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Valid 20 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,818 10
Analisis Univariat Hubungan Pengetahuan dengan Perawatan Keputihan Fisiologis Pada Siswi Kelas XI di SMA NsionalPati

a. Univariat Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


Baik 10x 100% 13.2%
76

Cukup 15 x 100% 19,7%


76
Kurang 51 x 100% 67,1%
76
Total 76 x 100% 100%
76

b. Univariat Perawatan Keputihan Fisiologis

PerawatanKeputihan Frekuensi Persentase (%)


20 x 100%
Baik 26,3%
76
56 x 100%
Buruk 73,7%
76
76 x 100%
Total 100%
76
HASIL UJI CHI SQUARE PERHITUNGAN SECARA MANUAL
Table Kasus Uji Chi Square

Perawatan TOTAL
keputihan
Baik buruk
Baik Frekuensi 7 3 10
Persen 70% 30% 100%
Pengetahua Cukup Frekuensi 7 8 15
n Persen 46,6% 53,3% 100%
Kurang Frekuensi 6 45 51
Persen 11,7% 88,2% 100%
TOTAL Frekuensi 20 56 76
Persen 26,3% 73,6% 100,0%

Perhitungan Frekuensi yang diharapkan untuk Uji Chi Square


Hubungan antara Pengetahuan dengan Perawatan Keputihan Fisiologis

Pengetahuan Perawatan Total


Baik Buruk
Baik (10x20)/76=2,63 (10x56)/76=7,36 10

Cukup (15x20)/76=3,94 (15x56)/76=8,84 15

Kurang (51x20)/76=13,42 (51x56)/76=37,57 51

Rumus Chi Square :


∑= [ (0−E)2
E ]
= [(7−2,63)²
2,63 ] [
]+[+ ]+
(3−7,36) ²
7,36
(7−3,94)²
3,94

[
(8−8,84) ²
8,84 ] [
]+[
+
(6−13,42)²
]
13,42
45−37,57 ¿ ²¿¿ 37,57

= [ ] [ ] [ ]+[ ]+ +[ ]
19,09
2,63
+
19,00
7,36
+
9,36
3,94
0,71
8,84
¿
55,20
37,57
= 7,25 + 2,58 + 2,37 + 0,08 + 4,10 + 1,46
= 17,84

DB = (Baris-1)(Kolom-1)
= (3-1)(2-1)
db = 2x1 = 2

Anda mungkin juga menyukai