Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 10

Pendidikan Anak Berbakat

“Isu-isu Pendidikan Anak Berbakat”

Dosen Pengampu:

Indah Sukmawati, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:
Afri Yuni Febrianti 22006055
Muhammad Zaky Alfath 22006087
Andina Putri 22006005

DEPARTEMEN BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Isu-isu pendidikan anak
berbakat”. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna
seluruh risalah-Nya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah


Bimbingan anak berbakat, yaitu ibu Indah Sukmawati, S.Pd., M.Pd . Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bimbingan anak berbakat
dan sebagai kajian untuk memperdalam pemahaman tentangIsu-isu Pendidikan
Anak Berbakat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritik yang
bersifat membangun.

Padang, 15 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................iv

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................iv

B. Rumusan Masalah .............................................................................................iv

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................6

A Menjelaskan Isu-isu Pendidikan Anak Berbakat................................................6

B. Memaparkan Isu dan Asumsi Pendidikan Anak Berbakat.….............................6

C. Memaparkan Isu-isu Pokok Pendidikan Anak Berbakat....................................8

D. Menjelaskan Eksplorasi Isu-isu Kritis Dalam Pendidikan Anak Berbakat.......12

BAB III PENUTUP …………………………………………………………….14

A. Kesimpulan……………………………………………………………………14

B. Saran ………………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diskursus seputar anak berbakat dan keberbakatan di Indonesia
merupakan hal masih tergolong baru. Dalam arti hanya beberapa orang saja
yang memahami terkait hal ini. sebagaimana yang terjadi dalam kasus anak
berkebutuhan khusus, isu keberbakatan ini juga kurang mendapat perhatian
yang lebih dari para praktisi pendidikan. Banyak anak berbakat di perlakukan
sama dengan anak-anak yang lain dan disamaratakan. Akibatnya banyak anak
yang memiliki kelebihan namun “menguap” begitu saja. Padahal jika praktisi
pendidikan mampu untuk mengelolah dengan baik anak-anak berbakat ini,
sebenarnya akan lebih banyak manfaat yang dapat diambil dari mereka.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain
bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga
dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yang
menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat
kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-
baiknya. Selanjutnya anak-anak berbakat ini dalam istilah perudang-undangan
disebut sebagai anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana isu-isu pendidikan anak berbakat?
2. Apa saja isu dan asumsi pendidikan anak berbakat?
3. Apa saja isu-isu pokok pendidikan anak berbakat?
4. Bagaimana eksplorasi isu-isu kritis dalam pendidikan anak berbakat?

iv
C. Tujuan
1. Menjelaskan isu-isu pendidikan anak berbakat.
2. Memaparkan isu dan asumsi pendidikan anak berbakat.
3. Memaparkan isu-isu pokok pendidikan anak berbakat.
4. Menjelaskan eksplorasi isu-isu kritis dalam pendidikan anak berbakat.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isu-isu Dalam Pendidikan Anak Berbakat


Sistem pendidikan yang ada di Indonesia jauh dari keunggulan. Banyak
anak yang berintelegensi unggul tidak terperhatikan. Kebutuhan anak berbakat
dan pemberian perhatian terhadap kemampuan yang mereka miliki menjadi
beban masyarakat karena mengabaikan kebutuhan psikologis dan sosial anak
berbakat. Akhirnya karena tidak adanya perhatian, anak berbakat menjadi
merasa frustasi dan mengalami gangguan psikologis.

B. Isu dan Asumsi Pendidikan Anak Berbakat


Berbagai perubahan cepat di dunia pada dekade terakhir ini menunjuk
kepada keharusan penyesuaian diri dalam berbagai bidang, tidak terkecuali
bidang pendidikan, khususnya pendidikan keberbakatan. Kecepatan perubahan
itu ditandai oleh penanjakan dari irama perubahan dikarenakan keberhasilan
berbagai penelitian dan pengkajian para ahli terhadap masalah pendidikan
keberbakatan dan dalam berbagai bidang terkait, seperti pengkajian terhadap
perkembangan inteligensi, aspek kreativitas, kurikulum berdiferensiasi dan
penelitian dasar tentang psikologi perkembangan, psikologi diferensial dan
perkembangan kognitif yang semuanya berpengaruh terhadap pendidikan
keberbakatan.
Beranjak dari kondisi dan situasi pendidikan hari ini, di mana
pembangunan pendidikan masih memprioritaskan pada pemerataan
pendidikan, fokus harus diarahkan kepada kebutuhan utama dunia pendidikan
dan perkembangan masyarakat dengan berbagai perubahan terhadap struktur
kehidupan keluarga. Tidak pula boleh terabaikan kesadaran akan tereksposnya
kehidupan kita terhadap arus globalisasi dalam berbagai bidang, terutama
bidang iptek yang merupakan daya dukung utama terhadap pembangunan
industri dan perkembangan masyarakat.

6
Dalam kaitan ini, diperlukan kemampuan manusia yang siap untuk
melaksanakan tugas ini tidak perlu diragukan lagi. Kurikulum yang
didiferensiasikan disarankan dijabarkan dari kurikulum nasional, namun
ditambahkan dengan teori-teori yang telah dikaji berdasarkan cara-cara belajar
mereka. Demikian juga berbagai bukti emperis tentang berbagai isu telah
dihasilkan oleh berbagai pengkajian.
Kini, di negara kita juga sudah mulai tergugah kesadaran sebagian
masyarakat akan pentingnya pengetahuan dan layanan pendidikan terhadap
kelompok yang disebut populasi khusus ini, bahkan sudah dibuka berbagai
sekolah (terutama pada tingkat SMU) untuk memenuhi sasaran tertentu.
Namun, sering sekali kurikulum layanan pendidikan itu dan implementasi
pembelajarannya kurang dilengkapi baik dengan dasar emperik maupun dasar
teoretis yang memadai. Apa yang terjadi sekarang di berbagai provinsi dalam
rangka mengembangkan kebutuhan kemampuan manusia yang berkualitas
untuk pemenuhan tuntutan pembangunan tidak diikuti analisis yang hati-hati
dan monitoring serta evaluasi dari praktek-praktek yang sedang berjalan.
Sebagai langkah pertama, mungkin harus dikaji enam asumsi berikut ini
untuk membuktikan kesahihannya secara empirik.
1. Anak berbakat memerlukan kepedulian yang sifatnya khusus, karena
secara kualitatif berbeda dari individu yang lain. Seperti sudah dipaparkan
di bab sebelumnya, ada berbagai cara untuk mengenali dan
mengidentifikasikan anak berbakat. Bahkan berbagai program dan
layanan lain merupakan kesempatan untuk "menemukan" anak tertentu
dengan interes atau motivasi dalam bidang tertentu yang mengisyaratkan
keberbakatannya.
2. Pendidikan keberbakatan yang bersifat khusus menguntungkan
perkembangan anak berbakat. Telah terbukti di berbagai negara sejak
tahun 1950, anak berbakat tidak mengalami efek negatif dari
pembelajaran yang bersifat khusus, bahkan memperoleh kemajuan yang
jauh lebih besar.

7
3. Suatu program harus dilaksanakan berdasarkan model intruksional yang
terarah. Kita jangan sampai hanya meniru atau mengadopsi suatu model
secara mentah-mentah dari negeri lain, namun mengkaji secara cermat
berbagai model instruksional, seperti SEM, Taylor, Sternberg (model
informasi- proses untuk pengatasan masalah) dalam mengkaji dasar
teoretis untuk pelaksanaan suatu program.
4. Program anak berbakat harus lebih menekankan perkembangan kreatif
dan proses berpikir tingkat tinggi. Diperlukan penelitian tambahan untuk
membuktikan anak berbakat lebih memperoleh keuntungan dari anak
yang lain dengan memperoleh kesempatan belajar dalam program khusus
itu. Mereka memerlukan program khusus itu supaya lebih produktif dan
kreatif.
5. Bagi anak berbakat metode instruksional hendaknya sedapat mungkin
menghindari belajar hafalan dan lebih mementingkan teknik belajar
induktif yang berorientasi pada penemuan. Rasionalnya, strategi induktif
lebih menstimulasi proses penemuan saintifik dan anak berbakat inilah
yang akan mengembangkan bagian pengetahuan ini. Memorisasi
sederhana dan didaktik instruksional sederhana merupakan metode yang
sesuai untuk menguasai fakta, pengetahuan siap dan perbendaharan kata
bahasa asing.
6. Bila diadakan sekolah atau kelas khusus, harus ada peluang bagi anak-
anak itu untuk tetap bergaul pada kesempatan tertentu (misalnya olahraga,
kesenian atau kuliah kerja nyata dengan teman sebava).

C. Isu-isu Pokok dalam Pendidikan Anak Berbakat


1. Usia Masuk Sekolah
Dari segi usia masuk dan program sekolah di Indonesia terdapat
Taman Kanak-Kanak (TK). Di sini anak-anak dikelompokan menjadi
kelompok usia 4 tahun dan 5 tahun. Kelompok ini diberi atribut kelas Nol
Kecil dan Nol Besar. Secara teoritis setelah anak berusia 6 tahun maka
kemudian mereka masuk Sekolah Dasar (SD).

8
Tetapi pada kenyataanya banyak yang tidak sesuai dengan teori.
Ada pihak yang beralasan bahwa memasukan anak-anak lebih dini akan
membantu mereka lebih siap karena memperoleh pengetahuan yang lebih
banyak dibandingkan mereka yang masuk “terlambat”. Namun ada
sebagian orang tua yang justru khawatir memasukan anak pada usia dini.
Merka beranggapan bahwa memasukan anak-anak di usia dini akan
menyebabkan mereka kehilangan masa kanak-kanak disebabkan program-
program akademik yang terlalu dipompa kepada anak.
2. Kualifikasi Guru
Kualifikasi guru di berbagai tempat bisa berbeda, persyaratan bisa
berbeda sama sekali antara satu sekolah dengan sekolah lain meskipun di
antara sekolah yang bertetangga. The National Association for the
Education of Young Children ( NAEYC ) dan Association for Childhood
Education International ( ACEI ) telah menyusun panduan umum
pendidikan persiapan para guru pendidika dini, yang mencakup komponen
pokok tentang :
a. Liberal arts education.
b. Landasan pendidikan dini.
c. Pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Kurikulum.
e. Proses Belajar Mengajar.
f. Program Pengalaman Lapangan atau PPL.
3. Kurikulum dan Strategi Pembelajaran
Sebagian birokrasi di Amerika percaya bahwa sebaiknya
kurikulum untuk pendidikan dini diputuskan oleh birokrasi pusat sehingga
kelangsungan dan konsistensi dapat dijaga dengan baik. Alih transfer
pengalaman pendidikan dari satu sekolah ke sekolah berikutnya akan
relatif sama. Argumentasi yang mendukung konsep ini adalah bahwa
kurikulum harus mereflesikan pengalaman anak dalam kelompok dan
mereflesikan interes serta kebutuhan mereka bersama.

9
Di beberapa tempat di Amerika guru mempunyai kebebasan untuk
mengembangkan kurikulum termasuk proses Belajar Mengajar sementara
ditempat lain melalui bantuan orang lain seperti satu tim khusus,
kelompok guru, dan orang tua. Sekolah negri kurikulum dikembangkan
dengan bekerjasama dengan orangtua. Sekolah swasta biasanya ditentukan
oleh sekolah itu sendiri.
4. Perubahan Harapan
Perubahan harapan dari bidang-bidang yang diajarkan secara
komprehensif sistematis namun masih ada berbagai masalah. Di Amerika,
pada kurang lebih dua puluh lima tahun pelajaran membaca memperoleh
perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Meskipun demikian orang
tua murid di Amerika meminta untuk memberikan porsi yang lebih besar
terhadap pengaalaman belajar yang bersifat akademik.
5. Perlu vs tidak perlu pendidikan
Banyak ahli dalam pendidikan anak berbakat yang menulis bahwa
upaya pendidikan untuk anak unggul dimulai sejak ratusan tahun sebelum
masehi. Salah satu masa yaitu pada zaman Yunani Kuno yang terkenal
dengan dua kota yaitu Sparta dan Athena yang memberi pengharggan
tertinggi untuk yang memiliki potensi. Di Sparta dispesialisasikan
pendidikan militer, sedangkan di Athena pendidikan intelektual. Selain
kedua tersebut ada kota Roma yang memberi tekanan pada bidang-bidang
keahlian, seperti hukum, arsitektur, administrasi dan teknik.
Di Cina perhatian terhadap anak berbakat juga sudah diberikan
sejak ribuan tahun sebelum Eropa meninggalkan abad kegelapan menuju
zaman Renaissance. Kira-kira sama dengan zaman Renaissan pemerintah
Islam di Turki juga telah memperhatikan anak-anak unggul. Begitu pula
dengan Jepang, sekolah di Jepang kuno juga telah memperhatikan anak-
anak unggul, menyelenggarakan pendidikan confusius klasik,
mempersiapkan anak menjadi samurai elite.

10
Lalu di Amerika pendidikan untuk anak berbakat mengalami
pasang surut sejak kurang leih 200 tahun yang silam sampai dengan masa
Presiden Reagan, PD II juga mengambil bagian dalam proses pasang surut
pendidikan bagi anak berbakat di Amerika.
6. Struktur Organisasi di Indonesia
Perhatian terhadap pendidikan dasar sudah sangat lama dilakukan
oleh pemerintah Indonesia, akan tetapi perhatian khusus terhadap
pendidikan dini, pendidikan anak berbakat, dan pendidikan dini untuk
anak berbakat belum lama diberikan, itu pun dengan struktur organisasi
yang belum jelas. Padahal di negara lain perhatian terhadap pendidikan
dini sudah demikian maju serta dengan mekanisme yang sudah jelas. Di
Texas, masalah pendidikan dini dan anak berbakat merupakan bidang
garapan tersendiri Dewan Negara Pendidikan Negara Bagian (State Board
of Education). Dewan ini menetapkan topik inti dalam kurikulum.
Di Collage of Education , the University of Houston, pendidikan
dini juga sudah jelas strukturnya dan perkuliahan serta program
pengalaman lapangan (PPL) untuk bidang ini juga digarap dengan sangat
baik. Sedangkan di AS program pendidikan untuk anak berbakat telah
berkembang berbagai model layanan serta berbagai organisasi profesional
internasional yang aktif dalam kegiatan ilmiah dan profesional untuk
pengembangan pendidikan anak berbakat.
Di Indonesia perhatian pemerintah, para ahli, dan masyarakat
memang sudah banyak dilakukan dengan adanya produk – produk hukum
terhadap pendidikan anak berbakat. Begitu juga upaya dalam
pengembangan profesional telah banyak dilakukan dengan mengirim
mengirim para dosen ke luar negeri serta berbagai upaya lainnya, akan
tetapi dunia pendidikan dini, pendidikan anak berbakat dan pendidikan
dini anak berbakat di Indonesia masih diliputi berbagai pertanyaan yang
belum juga diketemukan jawabannya.

11
7. Ekonomi
Ekonomi adalah salah satu energi paling penting untuk
memperkuat sekolah (enpowering the school ). Jika pemerintah dan
bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan sumbe daya manusia
maka hasil – hasil pembangunan ekonomi harus di manfaatkan sebesar –
besarnya untuk pembangunan pendidikan.
Di AS hasil – hasil pembangunan ekonomi sudah di manfaatkan
dengan sangat baik untuk memajukan pendidikan di sana. Guru di sana
meskipun gajinya masih terhitung rendah dibandingkan profesi yang lain,
namun sudah sangat berkecukupan dan rata – rata mereka dapat
melanjutkan pendidikan kejenjang PhD atau S3 dengan biaya sendiri.
Serta bangunan, sarana dan prasarana sekolah telah tersedia dengan cukup
lengkap. Setelah menjadi guru yang profesionalpun di AS diadakan
berbagai pelatihan dalam jabatan untuk secara terus menerus mengkinikan
pengetahuan dan kian memantabkan kemampuan profesional mereka.
Demikian juga di Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam
ketiga ayat dari pasal 33 UUD 1945. Tentu saja temasuk di dalamnya
untuk kepentingan nasional yang sangat strategis pendidikan anak – anak
Indonesia. Hanya saja apa yang tertulis dalam psal 33 Uud 1945 tersebut
belum dapat diselenggarakan dengan baik sehinga timbul berbagai
pertanyaan.

D. Eksplorasi Isu-isu Kritis Pendidikan Anak berbakat


Secara konseptual program akselerasi sesungguhnya adalah dikenal
dengan istilah telescoping. Semestinya, model akselerasi harus dimaknai
lebih luas dengan memberikan kesempatan luas bagi anak untuk maju
sesuai dengan kemampuan dan irama kecepatan belajarnya (continous
progress) melalui skipping (loncat kelas) atau naik kelas sebelum
waktunya (advantaged placement), mengikuti bidang studi di kelas yang
lebih tinggi atau merangkap kelas (advantaged courses), atau masuk
sekolah lebih awal dari usianya (early admission) (Sunardi, 2008)

12
Kenyataan implementasi dilapangan begitu beragam dan muncul
berbagai motivasi. Pada umumnya masih cenderung mempersingkat waktu
pendidikan, misalnya untuk SD menjadi 5 tahun. Ada juga yang dinilai
sebagai program eksklusif, mahal dan membutuhkan sarana dan waktu
belajar bertambah.
Isu lain yang perlu diangkat adalah perlu adanya akreditasi yang jelas
bagi sekolah yang berhak menyelenggarakan program akselerasi dan
ditunjang dengan peraturan-peraturan lain yang mendukung pelaksanaanya
sehingga konsep akselerasi dapat dimaknai dengan tepat serta
dilaksanakan dengan baik. Ini penting untuk memudahkan dalam
malakukan evaluasi keberhasilan program akselerasi. Jika aturan sudah
jelas maka akan mengurangi motivasi yang” tidak jelas”. Disinyalir ada
sekolah yang ingin melaksanakan program akselerasi karena termotivasi
oleh adanya bantuan dari proyek pemerintah. Selain itu ada pula motivasi
karena “gengsi” bukan karena ingin memberikan layanan yang terbaik. Ini
jangan sampai biarkan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penjelasan diatas dapat disimpulakn bahwa sistem pendidikan
yang ada di Indonesia jauh dari keunggulan. Banyak anak yang berintelegensi
unggul tidak terperhatikan.
Berikut adalah beberapa isu-isu pokok dalam pendidikan anak berbakat
1. Usia Masuk Sekolah
2. Kualifikasi Guru
3. Kurikulum dan Strategi Pembelajaran
4. Perubahan Harapan
5. Perlu vs tidak perlu pendidikan
6. Struktur Organisasi di Indonesia
7. Ekonomi
B. Saran
Diharapkan makalah ini membuat pembaca mengetahui serta mempelajari
materi tentang isu-isu pendidikan anak berbakat, serta agar dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Penulisan makalah ini diharapkan juga dapat
memberikan informasi tentang isu-isu, isu dan asumsi, isu-isu pokok serta
eksplorasi isu-isu kritis dalam pendidikan anak berbakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imran. 2001. Anak Berbakat: Bagaimana Cara Mengetahui dan Membinanya.
Jakarta : Gema Insani
Andi Hakim Nasution, dkk. 1982. Anak-anak Berbakat : Pembinaan dan
Pendidikannya. Jakarta : CV. Rajawali
Conny R. S dan Djeniah. A. 2002. Petunjuk Layanan dan Pembinaan Kecerdasan
Anak. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Sholeh Y.A Ichrom,PhD, Moch, 1996, Identifikasi dan Pendidikan Dini Anak
Berbakat,Surakarta
Sunardi, (2008), Kimia Bilingual SMA Kelas XI., Yrama Widya., Bandung.

15

Anda mungkin juga menyukai