Anda di halaman 1dari 7

EPIDEMIOLOGI KAUSALITAS

A. Definisi

Epidemiologi kausalitas adalah cabang dari ilmu epidemiologi yang bertujuan untuk
mempelajari hubungan sebab-akibat antara faktor risiko atau penyebab dengan suatu penyakit
atau kondisi kesehatan tertentu di populasi. Epidemiologi kausalitas mencoba untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan
dan mengevaluasi kekuatan hubungan antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau
kondisi kesehatan tersebut. Dalam epidemiologi kausalitas, dikenal beberapa konsep penting
seperti faktor risiko, faktor protektif, asosiasi, kausalitas, dan efek. Faktor risiko adalah suatu
faktor atau kondisi yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami penyakit atau kondisi
kesehatan tertentu. Faktor protektif, di sisi lain, adalah faktor atau kondisi yang dapat
mengurangi risiko terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan.

Asosiasi merujuk pada hubungan antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau
kondisi kesehatan tertentu. Namun, asosiasi saja belum cukup untuk menunjukkan adanya
hubungan sebab-akibat antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau kondisi
kesehatan tersebut. Oleh karena itu, epidemiologi kausalitas mencoba untuk mengevaluasi
apakah hubungan tersebut bersifat kausal atau tidak. Dalam epidemiologi kausalitas, hubungan
antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau kondisi kesehatan dinyatakan sebagai
"efek". Efek dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, seperti risiko relatif, odds ratio, atau
perbedaan risiko absolut. Evaluasi kausalitas dilakukan dengan menggunakan berbagai kriteria
seperti kriteria Hill, yang mencakup kekuatan, konsistensi, spesifisitas, temporalitas, biologisitas,
koherensi, plausibilitas, eksperimen, dan analogi.

B. Kriteria

Dalam epidemiologi, suatu faktor risiko dinyatakan kausal terhadap penyakit atau kondisi
kesehatan jika memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang disebut kriteria Hill. Kriteria Hill adalah
seperangkat kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi hubungan sebab-akibat antara faktor
risiko dan penyakit atau kondisi kesehatan. Kriteria-kriteria ini meliputi:
1. Kekuatan hubungan: Hubungan yang kuat antara faktor risiko atau penyebab dengan
penyakit atau kondisi kesehatan lebih mungkin bersifat kausal daripada hubungan yang
lemah.
2. Konsistensi: Hubungan yang konsisten antara faktor risiko atau penyebab dengan
penyakit atau kondisi kesehatan di berbagai studi atau di berbagai populasi lebih mungkin
bersifat kausal.
3. Spesifisitas: Hubungan yang spesifik antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit
atau kondisi kesehatan, artinya hanya satu faktor risiko atau penyebab yang dapat
menghasilkan suatu penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, lebih mungkin bersifat
kausal.
4. Temporalitas: Faktor risiko atau penyebab harus terjadi sebelum penyakit atau kondisi
kesehatan muncul.
5. Biologisitas: Hubungan antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau kondisi
kesehatan harus memiliki dasar biologis yang rasional.
6. Koherensi: Hubungan antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau kondisi
kesehatan harus konsisten dengan pengetahuan yang ada tentang patofisiologi penyakit
atau kondisi kesehatan tersebut.
7. Plausibilitas: Hubungan antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau kondisi
kesehatan harus dapat dijelaskan secara plausibel.
8. Eksperimen: Bukti dari studi eksperimental, seperti uji klinis acak, dapat menunjukkan
adanya hubungan sebab-akibat antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau
kondisi kesehatan.
9. Analogi: Analogi dengan kasus yang serupa dapat memberikan bukti tambahan tentang
adanya hubungan sebab-akibat antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau
kondisi kesehatan.

Perlu dicatat bahwa tidak semua kriteria ini harus terpenuhi untuk menyimpulkan adanya
hubungan sebab-akibat antara faktor risiko atau penyebab dengan penyakit atau kondisi
kesehatan. Evaluasi kausalitas adalah proses yang kompleks dan memerlukan penilaian holistik
dari berbagai bukti.
C. Multiple Kausal Faktor

Multiple kausal faktor atau faktor kausal berganda adalah konsep dalam epidemiologi
kausalitas yang merujuk pada situasi di mana penyakit atau kondisi kesehatan disebabkan oleh
beberapa faktor risiko atau penyebab yang bekerja bersama-sama. Dalam kasus ini, masing-
masing faktor risiko atau penyebab mungkin tidak cukup untuk menyebabkan penyakit atau
kondisi kesehatan secara sendirian, namun ketika faktor-faktor tersebut berkumpul, risiko
terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan menjadi lebih tinggi.Contoh dari multiple kausal
faktor adalah penyakit jantung koroner, yang disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti
merokok, hipertensi, kadar kolesterol yang tinggi, diabetes, obesitas, dan kurangnya aktivitas
fisik. Setiap faktor risiko tersebut dapat menyebabkan penyakit jantung koroner secara sendiri-
sendiri, namun ketika bekerja bersama-sama, risiko terjadinya penyakit jantung koroner menjadi
semakin besar.

Dalam mengevaluasi multiple kausal faktor, epidemiologi kausalitas menggunakan


berbagai metode analisis seperti analisis regresi dan analisis multivariat. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi faktor risiko atau penyebab yang paling berkontribusi pada terjadinya penyakit
atau kondisi kesehatan dan untuk mengukur seberapa besar kontribusi masing-masing faktor
risiko atau penyebab dalam menjelaskan terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan. Dalam
mengatasi multiple kausal faktor, strategi pencegahan dan pengendalian penyakit atau kondisi
kesehatan harus melibatkan pengurangan atau penghapusan faktor risiko atau penyebab yang
dapat dimodifikasi, seperti berhenti merokok, mengatur pola makan, dan meningkatkan aktivitas
fisik. Selain itu, strategi pencegahan dan pengendalian juga dapat melibatkan intervensi pada
faktor risiko atau penyebab yang tidak dapat dimodifikasi, seperti pemeriksaan kesehatan secara
rutin untuk mendeteksi penyakit atau kondisi kesehatan pada tahap awal. Dalam epidemiologi
modern, penyakit disebabkan oleh kombinasi factor, meskipun itu merupakan penyakit menular,
tapi tidak dapat dianggap sebagai komponen otonom. Berbagai alasan juga dapat diidentifikasi
berdasarkan jalur kronis penyakit, yang dimulai dengan fase induksi dan berlanjut hingga
menjadi laten. Interval antara tindakan kausal dan timbulnya penyakit disebut sebagai era induksi
komponen penyebab. Pada penyakit kronis, fase induksi adalah waktu yang dibutuhkan paparan
untuk mencapai dosis yang memadai untuk menginduksi reaksi. Interval antara timbulnya
penyakit dan penemuannya disebut sebagai fase latensi. Periode induksi empiris adalah jumlah
dari waktu induksi dan laten.

Misalnya pada iskemia jantung. Penyakit ini diakibatkan oleh penyebab utama, genetik, serta
faktor lain yang dapat menambah proses penyakit, seperti hipertensi, obesitas, gaya hidup, dan
faktor keturunan. Proses induksi dimulai dengan faktor keturunan dan diakhiri dengan kejadian
atheorochlorosis. Sedangkan fase laten dimulai dengan pemaparan gaya hidup dan diakhiri
dengan munculnya infark miokard,
D. Determinisme Klasik

Determinisme klasik adalah konsep dalam epidemiologi kausalitas yang menyatakan


bahwa setiap peristiwa atau kejadian, termasuk penyakit atau kondisi kesehatan, memiliki
penyebab atau faktor risiko yang jelas dan pasti. Dalam pandangan ini, setiap penyakit atau
kondisi kesehatan dianggap sebagai hasil dari penyebab yang spesifik dan dapat diidentifikasi,
dan tidak terdapat pengaruh kebetulan atau faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan.
Menurut determinisme klasik, hubungan antara penyebab dan akibat bersifat linear dan
deterministik, artinya setiap penyebab pasti akan menghasilkan akibat yang sama dan pasti. Oleh
karena itu, dalam epidemiologi kausalitas, penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
yang spesifik dan pasti dari penyakit atau kondisi kesehatan, sehingga dapat dilakukan tindakan
pencegahan atau pengendalian yang tepat. Namun, konsep determinisme klasik ini telah dikritik
oleh beberapa ahli karena terlalu sederhana dan tidak mempertimbangkan kompleksitas
penyebab dan faktor risiko dari penyakit atau kondisi kesehatan. Penyakit atau kondisi kesehatan
seringkali disebabkan oleh faktor risiko yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain,
serta dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan, gaya hidup, genetika, dan faktor
sosial ekonomi. Oleh karena itu, hubungan antara penyebab dan akibat dapat bersifat kompleks
dan tidak selalu linear, dan seringkali dipengaruhi oleh interaksi antara beberapa faktor. Dalam
epidemiologi kausalitas modern, pendekatan yang lebih holistik dan kompleks digunakan untuk
memahami penyebab dan faktor risiko dari penyakit atau kondisi kesehatan, dan
mengembangkan strategi pencegahan dan pengendalian yang efektif.

E. Modifikasi Model Klasik

Modifikasi model klasik adalah konsep dalam epidemiologi kausalitas yang mengakui
bahwa hubungan antara penyebab dan akibat dari penyakit atau kondisi kesehatan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang kompleks dan beragam, seperti interaksi antara beberapa
faktor risiko, keberadaan faktor protektif, dan faktor-faktor ketidakpastian. Kausalitas menurut
paradigma ini, adalah kumpulan variabel penyebab yang dikenal sebagai cluster sufisien. Setiap
kelompok sufisien mempengaruhi penyakit dengan caranya sendiri. Dampak setiap faktor
bergantung pada jumlah variabel lain di setiap kluster. Akibatnya, variabel yang ada saling
memodifikasi satu sama lain saat menciptakan sumber kecukupan. Namun, dampak dari
variabel-variabel tersebut pada kelompok sufisien lainnya tidak terpengaruh. Penyebab tidak
harus berubah secara langsung dalam model ini, tetapi tindakan, peristiwa, atau kondisi statis
dapat menghasilkan dampak.

Dalam model modifikasi klasik, penyebab penyakit atau kondisi kesehatan


diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama: faktor risiko, faktor protektif, dan faktor
konfundan. Faktor risiko adalah faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit atau
kondisi kesehatan, sementara faktor protektif adalah faktor yang menurunkan risiko terjadinya
penyakit atau kondisi kesehatan. Faktor konfundan adalah faktor lain yang dapat mempengaruhi
hubungan antara penyebab dan akibat, sehingga dapat menyebabkan hasil yang salah atau
menyesatkan.
Dalam mengidentifikasi faktor risiko dan faktor protektif, epidemiologi kausalitas
modern menggunakan berbagai metode analisis, seperti analisis regresi dan analisis multivariat,
untuk mengukur kekuatan hubungan antara faktor risiko atau protektif dan terjadinya penyakit
atau kondisi kesehatan. Selain itu, epidemiologi kausalitas juga menggunakan berbagai teknik
untuk mengatasi faktor konfundan, seperti mengontrol variabel konfundan dalam analisis
statistik, mendesain penelitian yang tepat, dan menggunakan teknologi canggih seperti analisis
jaringan untuk mengidentifikasi interaksi antara faktor-faktor risiko. Dalam mengembangkan
strategi pencegahan dan pengendalian penyakit atau kondisi kesehatan, model modifikasi klasik
mengakui bahwa strategi harus disesuaikan dengan faktor-faktor risiko dan protektif yang
berkaitan dengan penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, serta mempertimbangkan faktor
konfundan yang mungkin mempengaruhi hubungan antara penyebab dan akibat. Oleh karena itu,
strategi pencegahan dan pengendalian yang efektif harus mencakup intervensi pada faktor risiko
dan protektif yang dapat dimodifikasi, serta memperhitungkan faktor konfundan dan
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.

F. Pendekatan Probabilitas

Pendekatan probabilitas adalah pendekatan dalam epidemiologi kausalitas yang


menekankan pada pengukuran dan interpretasi risiko terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan
pada individu atau populasi. Pendekatan ini mempertimbangkan faktor risiko yang berkaitan
dengan penyakit atau kondisi kesehatan, serta kemungkinan terjadinya penyakit atau kondisi
kesehatan pada individu atau populasi yang terpapar faktor risiko tersebut. Dalam pendekatan
probabilitas, risiko terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan diukur menggunakan berbagai
parameter statistik, seperti prevalensi, insidensi, dan angka kematian. Parameter-parameter
tersebut digunakan untuk mengukur frekuensi terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan di
dalam populasi atau kelompok tertentu. Selain itu, dalam pendekatan probabilitas, risiko
terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan juga diukur menggunakan parameter-parameter
seperti rasio risiko (risk ratio) dan rasio odds (odds ratio), yang mengukur kekuatan hubungan
antara faktor risiko dan terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan.

Dalam pendekatan probabilitas, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain


yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan, seperti faktor
konfundan dan faktor protektif. Faktor konfundan adalah faktor yang dapat mempengaruhi
hubungan antara faktor risiko dan terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan, sementara faktor
protektif adalah faktor yang dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan.
Dalam mengembangkan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit atau kondisi kesehatan,
pendekatan probabilitas mempertimbangkan risiko terjadinya penyakit atau kondisi kesehatan
pada individu atau populasi yang terpapar faktor risiko tertentu, serta efektivitas intervensi
pencegahan dan pengendalian yang tersedia. Pendekatan ini mengakui bahwa faktor risiko dan
protektif dapat berbeda-beda pada setiap populasi atau kelompok, dan strategi pencegahan dan
pengendalian harus disesuaikan dengan karakteristik populasi atau kelompok tersebut.

REFERENSI

Budiarto, E.2003. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.

Gerstman, B. Burt. 2013. Epidemiology Kept Simple: An Introduction to Traditional and


Modern Epidemiology, 3rd Edition. Wiley –Liss

Rohtman, KJ. 2008. Modern Epidemiology 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins

Sardjana; Nisa. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta:UIN Press.

Sutrisno, B. 2010. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta. Dian Rakyat.

Timrmeck, Thomas. 2005.Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2.Penerbit Buku Kedokteran


EGC: Jakarta

Mirtz T.A, Morgan L, Wyatt L.H, Greene L. An epidemiological examination of the subluxation
construct using Hill’s criteria of causation. Chiropractic & Osteopathy 2009, 17:3

Anda mungkin juga menyukai