Anda di halaman 1dari 10

PENGUJIAN METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK GAMA I DALAM

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN DAS BANGGA


*
Vera Wim Andiese*

Abstract
One of the methods to determine design of flood discharge that had been developed in Java are Gama I
Synthetic Unit Hydrograph. This method flood hydrograph at rivers with none or very little flood hydrograph
observation by using caracteristic or catchment area parameter. But, the physical caracteristic in Java is
different if compared in Central Sulawesi, especially Bangga catchment area.
The method in this study is to determine the deviation of flood discharge design by Gama I Synthetic Unit
Hydrograph method compare with hydrology distribution method (frequency distribution). The analysis
method used by Log Person Type III distribution. The result of deviation of value flood discharge design is
2052,9328 % for 2nd return period, 1633,7338 % for 5th return period, 1578,8311 % for 10th return period,
1380,4368 % for 25th return period, 1251,4076 % for 50th return period, and 1136,2231 % for 100th return
period.
Keyword: Flood discharge design, rainfall data, measurement discharge data

1. Pendahuluan adalah untuk membandingkan nilai debit banjir


Dalam merencanakan proyek-proyek rancangan Sungai Bangga dengan mengolah data
teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan curah hujan dengan menggunakan metode
pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dan data debit
hidrologi, sehingga dalam mendesain serta sungai dengan menggunakan metode distribusi
menganalisis faktor-faktor utama dalam hidrologi yang sesuai dengan parameter statistik
pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan untuk mengolah data curah hujan, serta
nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat memberikan gambaran bagaimana debit banjir
diabaikan. Merencanakan bangunan air secara rancangan yang diperoleh dengan mengolah data
optimal artinya mampu mempertahankan kekuatan curah hujan dan data debit sungai.
dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam
periode penggunaannya, bangunan tersebut
diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir 2. Tinjauan Pustaka
yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum
2.1 Hidrograf
tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut.
Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar Teori Hidrograf Satuan (unit
debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang hydrograph) pertama kali dikembangkan oleh
besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena Sherman (1932), oleh Sherman hidrograf satuan
adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut ditakrifkan sebagai hidrograf limpasan langsung
diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya (direct runoff hydrodraph) yang dihasilkan oleh
analisis banjir rancangan. Beberapa metode-metode hujan mangkus satu satuan kedalaman yang
yang biasa digunakan antara lain Melchoir, tersebar merata diseluruh DAS dengan intensitas
Wedumen, Harpers dan Rational (dari Jepang), tetap selama satu satuan waktu. Hidrograf adalah
Unit Hydrograph dan Cossar model. Setiap metode penyajian grafis antara salah satu urutan aliran
yang digunakan tergantung pada data yang tersedia dengan waktu pada suatu titik pengeluaran yang
pada daerah yang akan dikaji. Tujuan penelitian ini ditinjau.

*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Hidrograf terdiri dari tiga bagian yaitu : linear time invariant. Untuk menyempurnakan teori
a Sisi naik (rising limb, A) yang sangat hidrograf satuan Sherman (1932), Snyder (1938),
dipengaruhi oleh intensitas hujan, lama hujan, dalam Sri Harto (1993), melakukan penelitian
dan keadaan daerah aliran sebelum terjadi dengan memanfaatkan parameter DAS untuk
hujan. memperoleh hidrograf satuan sintetik. Pemakaian
b Sisi Puncak (crest, B) merupakan besarnya metode Snyder dibatasi hanya untuk dataran tinggi
debit maksimum untuk suatu hujan dengan Appalachian, sehingga untuk pemakaian di daerah
kedalaman dan distribusi tertentu. lain seperti di Indonesia diperlukan koreksi dan
c Sisi resesi (recession limb, C) adalah bagian penyesuaian.
debit aliran yang merupakan pengaturan dari
akifer setelah tidak ada lagi aliran yang masuk 2.2 Hidrograf Satuan Sintetik Gama I
ke dalam sungai sehingga hanya tregantung dari
sisi keadaan akifer. Cara ini merupakan satu upaya untuk
memperoleh hidrograf satuan suatu DAS yang
Menurut Sri Harto (1985), hidrograf belum pernah diukur. Dengan pengertian ini tidak
mempunyai dua andaian pokok dan didasarkan atas tersedia data pengukuran debit maupun data AWLR
tiga landasan pemikiran. Dua andaian pokok yaitu : (Automatic Water Level Recorder) pada suatu
a Hidrograf Satuan ditimbulkan oleh hujan yang tempat tertentu dalam sebuah DAS (tidak ada
terjadi merata diseluruh DAS (spatialy evently stasiun hidrometri). Hidrograf satuan secara
distributed). sederhana dapat disajikan dengan ke empat sifat
b Hidrograf Satuan ditimbulkan oleh hujan yang dasarnya yang masing-masing ditakrifkan sebagai
terjadi merata selama waktu yang ditetapkan berikut :
(constant intensity). a. Waktu naik (time of rise, TR), yaitu waktu yang
Sedangkan landasan pemikirannya (postulates) diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai
yaitu : saat terjadinya debit puncak.
a Ordinat Hidrograf satuan sebanding dengan
volume hujan yang menimbulkannya (linear b. Debit puncak (peak discharge, QP).
system). c. Waktu dasar (base time, TB), yaitu waktu yang
b Tanggapan DAS tidak tergantung dari waktu diukur dari saat hidograf mulai naik sampai
terjadinya masukan (time invariant). berakhirnya limpasan langsung, atau debit sama
c Waktu dari puncak hidrograf satuan sampai dengan nol.
akhir hidrograf limpasan langsung selalu tetap. Koefisien tampungan (storage
coefficient) yang menunjukkan kemampuan DAS
Berdasarkan andaian diatas disimpulkan dalam fungsinya sebagai tampungan air.
bahwa teori hidrograf satuan didasarkan atas sistem

A B C
Q, m3/det.

T (jam)

Gambar 1. Hidrograf (Sumber : Sri Harto, 1993)

2
Pengujian Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dalam Analisis Debit Banjir Rancangan DAS Bangga

Memperhatikan tanggapan sungai- SF = Faktor sumber, (tidak berdimensi)


sungai di Pulau Jawa terhadap masukan hujan, SIM = Faktor simetri, (tidak berdimensi)
maka dipandang sangat memadai dengan
menyajikan sisi naik hidrograf satuan sebagai garis
lurus, dengan persamaan sebagai berikut: b. Debit puncak (Qp) yang sangat dipengaruhi
oleh faktor luas DAS (A), waktu puncak (Tp),
kerapatan jaringan kuras (D), faktor sumber
t (SF) dan jumlah pertemuan sungai (JN).
Qt = Qp . ……………………(1)
TR Hubungan antara faktor-faktor tersebut
dinyatakan dalam persamaan:
dengan :
……(4)
QP = 0.1836 A 0.5886 JN 0.2381 TR −0.4008
Qt = Debit yang diukur pada jam ke t sesudah
debit puncak (m³/det) dengan :
Qp = Debit puncak (m³/det) Qp = Debit puncak, (m3/detik)
t = Waktu yang diukur dari saat terjadinya JN = Jumlah pertemuan, tidak berdimensi
debit puncak (jam) Tp = Waktu puncak, (jam)
TR = Waktu naik (jam) A = Luas DAS, (Km2)

Adapun resesi (recession limb) hidrograf c. Waktu Dasar (TB), merupakan fungsi waktu
satuan disajikan dengan persamaan eksponensial puncak (Tp), landai sungai rata-rata (S),
sebagai berikut: frekwensi sumber (SN) dan luas DAS sebelah
hulu (RUA). Pengaruh keempat faktor tersebut
Qt = Qp . e t/K …………………(2) diatas, disajikan dalam persamaan:

dengan : TB = 27.4132 TR 0.1457 S −0.0986 SN 0.7344 RUA 0.2574

Q = Debit yang diukur pada jam ke t sesudah


t …………………….(5)
debit puncak (m³/det)
dengan :
Qp = Debit puncak (m³/det)
TB = Waktu dasar, (Jam)
t = Waktu yang diukur dari saat terjadinya
Tp = Waktu puncak, (Jam)
debit puncak (jam)
S = landai sungai rata-rata, (tidak
K = Koefisien tampungan (jam) berdimensi)
SN = Frekuensi sumber, (tidak berdimensi)
Dengan memperhatikan teori yang RUA = Luas relatif DAS sebelah hulu, (tidak
dikemukakan oleh Sherman (1932) dan berdimensi)
pengembangan Snyder (1938), dalam Sri Harto
(1985), sebenarnya hidrograf satuan dapat d. Koefisien tampungan (K) sangat dipengaruhi
disajikan dalam bentuk yang sangat sederhana oleh luas DAS (A), landai sungai rata-rata (S),
yaitu : waktu sumber (SF), kerapatan jaringan kuras
a. Waktu puncak (Tp) yang sangat dipengaruhi (D). Hubungan antara keempat factor tersebut
oleh panjang sungai utama (L), waktu sumber disajikan dalam persamaan sebagai berikut
(SF) dan faktor simetri (SIM). Hubungan antara
ketiga faktor tersebut disajikan dalam bentuk K = 0.5617 A 0.1798 S −0.1446 SF −1.0897 D 0.0452...(6)
persamaan:
dengan :
3
⎛ L ⎞ K = Koefisien tampungan, (Jam)
TR = 0.43 ⎜ ....(3)
⎟ + 1.0665SIM + 1.2775 A = Luas DAS, (Km2)
⎝ 100SF ⎠
S = landai sungai rata-rata, (tidak
berdimensi)
dengan : SF = faktor sumber, (tidak berdimensi)
TR = Waktu puncak, (Jam) D = Kerapatan jaringan kuras (tidak
L = Panjang sungai, (Km) berdimensi)

“MEKTEK” TAHUN XIV NO. 1, JANUARI 2012 3


penyederhanaan untuk memperkirakan
X ............................(7) kehilangan air dengan nilai tetap selama hujan
SF =
Y yang ditinjau. Nilai rata – rata indeks Ф didekati
SIM = WF x RUA ...............(8) dengan persamaan (Sri Harto 1993), sebagai
berikut:
Wu ...........................(9)
WF =
Wl 4
⎛ A ⎞
Φ = 10,4903 − 3,859.10 −6 .A 2 + 1,6985.10 −13 ⎜ ⎟
Au ⎝ SN ⎠
RUA = ...........................(10)
A .........................................(14)
Jumlah Pangsa sungai tingkat I
SN = ...(11) dengan:
Jumlah seluruh pangsa sungai Φ = Indeks infiltrasi, (mm/jam)
A = Luas DAS, (km²)
Beda tinggi
S = ..............(12) SN = Frekuensi sumber, tidak berdimensi
L
b. Dalam menetapkan hujan rata-rata DAS, masih
Panjang sungai semua tingkat
D = ...(13) perlu mengikuti cara-cara yang ada. Akan tetapi,
A dalam praktek analisis tersebut sulit, maka dapat
disarankan untuk menggunakan cara yang
dengan : disebutkan berikut ini, dengan mengalikan hujan
WF = Faktor lebar, tidak berdimensi titik dengan faktor reduksi hujan, sebesar:
WU = Lebar DAS yang diukur dititik
sungai yang berjarak 0,75 panjang B = 1,5518 A −0,191 N −0,2725 SIM −0,0259 S −0,0733
sungai dari stasiun hidrometri, (km)
WL = Lebar DAS yang diukur dititik .........................................(15)
sungai yang berjarak 0,25 panjang
sungai dari stasiun hidrometri, (km) dengan :
RUA = Luas relatif DAS sebelah hulu, B = Koefisien reduksi, tidak berdimensi
(tidak berdimensi) A = Luas (km²)
AU = Luas DAS sebelah hulu, (km²) N = Jumlah stasiun hujan yang ada
X = Jumlah panjang sungai tingkat I, SIM = Faktor simetri, tidak berdimensi
(km) S = Landai sungai rata-rata, tidak
Y = Jumlah panjang sungai semua berdimensi.
tingkat, (km)
A = Luas DAS, (km²)
2.2 Konsep Hidrograf Satuan Sintetik Gama I
Dalam pemakaian cara ini masih ada
Berdasarkan pada konsep yang
hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
digunakan dalam pengalihragaman hujan menjadi
sebagai berikut (Sri Harto,1993):
debit pada hidrograf satuan sintetik gama I, maka
a. Indeks Infiltrasi (Φ)
aliran dasar (base flow) disajikan sebagai berikut
Penentuan hujan efektif untuk memperoleh
(Sri Harto,1993):
hidrograf dilakukan dengan menggunakan
indeks infiltrasi. Hal ini karena infiltrasi
merupakan unsur yang paling penting berkaitan QB = 0,4751 A 0,6444 D 0,9430 ..............(16)
dengan kehilangan air selain intersepsi,
penguapan maupun tampungan cekungan. Oleh dengan :
karena besarnya kehilangan air pada suatu DAS QB = Aliran Dasar, (m3/detik)
sangat dipengaruhi oleh keadaan kebasahan A = Luas, (Km2)
DAS sebelum terjadi hujan sehingga untuk D = Kerapatan jaringan Kuras,
memperkirakan besarnya kehilangan air untuk (Km/Km2)
setiap kasus sangat sulit. Oleh sebab itu indeks
infiltrasi (indeks Ф) digunakan sebagai sarana

4
Pengujian Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dalam Analisis Debit Banjir Rancangan DAS Bangga

3. Metode Penelitian Data debit Sungai Bangga diperoleh dari Balai


3.1 Lokasi penelitian Wilayah Sungai Sulawesi III dengan jumlah
data 10 tahun yang diperlukan untuk
Daerah penelitian ini secara administrasi
perhitungan debit banjir rancangan dengan
termasuk wilayah Kecamatan Dolo. Kabupaten
menggunakan metode distribusi hidrologi yang
Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Daerah Aliran
sesuai dengan parameter statistik dalam
Sungai (DAS) Bangga adalah bagian dari anak
mengolah data curah hujan.
Sungai Palu (Gambar 2).
3.3 Tahapan penelitian
3.2 Pengumpulan data Dari data curah hujan dan data debit
Data yang digunakan dalam penulisan Sungai Bangga, maka dilakukan pemilihan data
ini adalah data-data sekunder yang diperoleh dari untuk selanjutnya di analisis. Dari peta topografi
Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dan Kantor dapat ditentukan parameter-parameter DAS sebagai
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika berikut:
(BMKG) Stasiun Geofisika Balaroa Palu. Adapun a. Menentukan batas-batas DAS dengan mengacu
data yang dimaksud antara lain : pada stasiun hidrometri di titik kontrol pada
a Data Topografi DAS yang ditinjau.
Data topografi yang diperoleh dari Kantor b. Mengukur luas DAS.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika c. Mengukur panjang sungai dan anak-anak
(BMKG) Stasiun Geofisika Balaroa Palu sungai.
merupakan data rupa bumi yang mewakili DAS d. Pembagian tingkat-tingkat sungai.
Bangga dengan skala 1 : 75.000. e. Menghitung parameter hidrograf satuan DAS
Untuk pengalihragaman hujan menjadi
b. Data Curah Hujan aliran terhadap DAS yang ditinjau terdapat
Data curah hujan harian maksimum dengan beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu :
jumlah data 10 tahun yang tercatat mewakili a. Memilih data curah hujan yang dianggap
DAS Bangga yang ditinjau berasal dari stasiun mewakili DAS yang ditinjau.
penakar hujan Bangga Atas dan Bangga Bawah b. Melakukan pemeriksaan abnormalitas data.
c. Data debit sungai

Gambar 2 Peta DAS Bangga


(Sumber : BMKG Stasiun Geofisika Balaroa)

“MEKTEK” TAHUN XIV NO. 1, JANUARI 2012 5


c. Menganalisis frekuensi hujan sesuai dengan 4. Analisis dan Pembahasan
jenis sebarannya berdasarkan parameter 4.1 Curah hujan rancangan
statistik.
Data curah hujan yang digunakan untuk
d. Menentukan curah hujan rancangan untuk kala
menghitung curah hujan rancangan pada DAS
ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50
Bangga adalah data curah hujan hasil pengukuran
tahun dan 100 tahun.
pada stasiun curah hujan Bangga Atas yang terletak
e. Melakukan uji kesesuaian distribusi frekuensi.
pada 1º17’14” LS dan 119º54’01” BT dan stasiun
f. Menentukan agihan curah hujan jam-jaman
Bangga Bawah yang terletak pada 1º14’35” LS dan
untuk kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25
119º54’35” BT. Dari kedua stasiun pencatat curah
tahun, 50 tahun dan 100 tahun.
hujan tersebut akan ditentukan nilai curah hujan
g. Menghitung debit banjir rancangan dengan
maksimum. Setelah dilakukan uji abnormalitas dan
menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik
uji kesesuaian distribusi frekuensi dengan Log
Gama I untuk kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10
Pearson III maka diperoleh nilai Curah Hujan
tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun.
Rancangan, seperti pada tabel 1.
Untuk mengolah data debit sungai
digunakan dengan menggunakan metode distribusi 4.2 Debit banjir rancangan
hidrologi (distribusi frekuensi) yang sesuai dengan
Perhitungan hidrograf satuan sintetik gama I
dengan parameter statistik untuk mengolah data
memanfaatkan parameter-parameter DAS yang
curah hujan. Adapun tahapan-tahapan analsis
menentukan pengalihragaman hujan menjadi banjir.
sebagai berikut :
Parameter-parameter tersebut dapat diukur dari peta
a. Memilih data debit yang dianggap dapat topografi DAS Bangga dengan skala 1 : 75.000.
mewakili debit puncak sungai yang ditinjau. Untuk mendapatkan banjir rancangan dari data
b. Menentukan parameter statistik debit puncak curah hujan dengan hidrograf satuan sintetik gama
sungai yang sesuai dengan parameter statistik I, diperlukan curah hujan jam-jaman. Debit banjir
untuk mengolah data curah hujan. rancangan diperoleh dari hasil perkalian hidrograf
c. Menghitung debit banjir rancangan untuka kala satuan sintetik gama I dengan hujan efektif
ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 ditambah dengan aliran dasar (QB). Berikut nilai
tahun dan 100 tahun dengan menggunakan
distribusi hidrologi (distribusi frekuensi) yang debit banjir rancangan untuk kala ulang 2 tahun, 5
sesuai dengan dengan parameter statistik untuk tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun
mengolah data curah hujan. yang dapat dilihat pada gambar 3.

Tabel 1. Curah Hujan Rancangan

Periode Logaritma Hujan Hujan Rancangan,


KTr Log Xo
Ulang (T) Rancangan XT

2 0.0565 1.7121 1.7174 52.1712


5 0.8538 1.7121 1.7920 61.9455
10 1.2393 1.7121 1.8281 67.3085
25 1.6280 1.7121 1.8644 73.1858
50 1.8674 1.7121 1.8868 77.0568
100 2.0737 1.7121 1.9061 80.5580
Sumber: Analisis 2012

6
Pengujian Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dalam Analisis Debit Banjir Rancangan DAS Bangga

Gambar 3 Hidrograf Banjir Rancangan Metode HSS Gama I (Sumber: Analisis 2012)

Tabel 2 Perbandingan Debit Banjir Rancangan Metode HSS Gama I Terhadap Metode
Distribusi Log Person III Dengan Kala Ulang Tertentu
Debit Banjir (Q, m3/det)
Kala Ulang
No. M. HSS M. Distribusi Perbedaan (%)
(Tahun)
Gama I Log Person III
1 2 Tahun 124.6276 6.0707 2052.9328
2 5 Tahun 136.0225 8.3259 1633.7338
3 10 Tahun 158.3003 10.0264 1578.8311
4 25 Tahun 171.6490 12.4344 1380.4368
5 50 Tahun 180.4411 14.4191 1251.4076
6 100 Tahun 188.3932 16.5806 1136.2231
Sumber : Analisis 2012

Perhitungan data debit sungai untuk data debit terukur dengan metode Log Person III
memperoleh nilai debit banjir rancangan untuk kala dapat di lihat pada table 2.
ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 Dari tabel 2 menunjukkan adanya
tahun dan 100 tahun adalah menggunakan perbedaan antara debit banjir rancangan hasil
distribusi yang sesuai dengan parameter statistik olahan data curah hujan dengan menggunakan
untuk mengolah data curah hujan yaitu distribusi metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I terhadap
Log person III. Hasilkan dari perhitungan Debit debit banjir rancangan hasil olahan data debit
banjir berdasarkan data curah hujan, yaitu sungai (terukur) dengan menggunakan metode
Hidrograf Satuan Sintetik gama 1 dan berdasarkan distribusi log person III. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai perbedaan tersebut

“MEKTEK” TAHUN XIV NO. 1, JANUARI 2012 7


tergolong perbedaan yang besar karena nilai selisih 5. Kesimpulan
yang dihasilkan untuk kala ulang 2 tahun, 5 tahun, a Terjadi perbedaan yang cukup besar antara Debit
10 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun lebih Banjir Rancangan hasil olahan data curah hujan
besar dari 20 % (> 20%). dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan
Hal ini diakibatkan dapat disebabkan Sintetik Gama I terhadap debit banjir rancangan
oleh kondisi porositas tanah yang cukup besar hasil olahan data debit sungai (terukur) dengan
termasuk banyaknya pepohonan dan tanaman menggunakan metode distribusi log person III.
lainnya, besar pengaruhnya dalam menghambat Dimana nilai perbedaan untuk kala ulang
laju aliran air hujan yang jatuh pada DAS tersebut. berturut-turut 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25
Kecilnya aliran permukaan yang lolos, membuat tahun, 50 tahun dan 100 tahun yaitu sebesar
debit air sungai Bangga tidak bertambah secara 2052.9328 %, 1633.7338 %, 1578.8311 %,
signifikan walaupun disaat terjadi musim hujan 1380.4368 %, 1251.4076 % dan 1136.2231 %
dengan curah hujan yang tinggi. Terjadinya selisih
b Perbedaan yang cukup besar dapat disebabkan
Debit Banjir Rancangan tersebut dapat juga
oleh
disebabkan oleh perbedaan yang sangat besar,
i. jumlah stasiun curah hujan pada DAS Bangga
luasan DAS yang disarankan penggunaannya di
hanya 2 stasiun sehingga asumsi hidrograf
Pulau Jawa untuk luas DAS maksimum yakni 3250
satuan tentang hujan merata diseluruh DAS
km2, sedangkan pada penelitian ini DAS Bangga
sulit terwakili selain itu data hujan yang
memiliki luas DAS sebesar 69,04 km2. Pada DAS
manual sehingga data yang diperoleh dalam
Bunta di Sulawesi Tengah dengan luas 220,46 km2
waktu 24 jam sedangkan analisis hidrologi
terjadi penyimpangan dari nilai-nilai pokok HSS
memerlukan data agihan hujan jam-jaman
Gama I terhadap hidrograf terukur, yaitu nilai Tp
yang hanya diperoleh dari stasiun pencatat
(waktu puncak) sebesar 23,52 %, nilai Qp (debit
hijan otomatik.
puncak) sebesar 15,05 % dan waktu dasar Tb
ii. luas DAS Bangga Bangga yang terlalu kecil
sebesar 8,84 % (Suryani 2006). Menurut Hafid,
(69,04 km2) dibandingkan dengan untuk luas
2006 pada Sungai Salugan di Kab. Toli-toli, Prop
DAS maksimum yang disarankan yakni 3250
Sulawesi Tengah dengan luas DAS 230,46 km2
km2
terjadi juga penyimpangan dari nilai-nilai pokok
HSS Gama I terhadap hidrograf terukur, yaitu nilai
Tp (waktu puncak) sebesar 54,49 %, nilai titik
puncak sebesar 11,78 % dan waktu dasar Tb 6. Daftar Pustaka
sebesar 9,28 % Anonim, 2009, Diktat Kuliah Rekayasa Sungai dan
Dengan demikian nilai debit banjir konservasi DAS. Fakultas Teknik
rancangan yang diperoleh berdasarkan hasil olahan Universitas Tadulako, Palu.
data debit sungai yang langsung diperoleh
Anonim, 2007, Diktat Kuliah Rekayasa Hidrologi.
berdasarkan hasil pencatat muka air otomatis
Fakultas Teknik Universitas Tadulako,
(Automatic Water Level Recorder) dengan data
Palu.
yang akurat merupakan nilai debit banjir yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan Hafid Herawati, Pengujian HSS Gama I Dalam
bangunan-bangunan air. Apabila tidak tersedia data Perencanaan Debit Banjir Rencana
debit sungai yang memadai maka dalam Pada Sungai Salugan di kabupaten Toli-
menentukan nilai debit banjir rancangan dapat toli. Tugas Akhir, Untad
dilakukan dengan mengolah data curah hujan
dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
Sintetik Gama I. Namun nilai debit banjir 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan
rancangan yang diperoleh akan lebih besar Penetapan Wilayah Sungai.
dibanding dengan nilai debit banjir rancangan hasil Soewarno. 1991. Hidrologi ; pengukuran dan
olahan data debit sungai. Sehingga hal tersebut Pengolahan Data Aliran Sungai. Nova,
akan berdampak pada perencanaan bangunan- Bandung.
bangunan air yang over estimate dari segi cost dan
dimensi bangunan. Soewarno. 1995. Hidrologi ; aplikasi metode
statistik untuk analisa data jilid 1. Nova,
Bandung.

8
Pengujian Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dalam Analisis Debit Banjir Rancangan DAS Bangga

Sri Harto Br. 1993, Analisis Hidrologi. PT.


Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Sri Harto Br. 1993, Hidrograf Satuan Sintetik
Gama I, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan. Andi, Yogyakarta.
Suryani. 2006, Pengujian HSS Gama I dalam
Analisis Debit Banjir Rencana Pada
DAS Bunta Propinsi Sulawesi
Tengah.Tugas Akhir, Untad
Triatmodjo B. 2008. Hidrologi Terapan. Beta
Offset, Yogyakarta.
Wilson E.M., 1993, Hidrologi Teknik. ITB,
Bandung.

“MEKTEK” TAHUN XIV NO. 1, JANUARI 2012 9

Anda mungkin juga menyukai