Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PENYELESAIAN MASALAH DENGAN METODE SEVEN JUMPS”

Mata kuliah: Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan

DISUSUN OLEH:

Egy sheryl nurhardanti 211121022


Dita febriyani 211121020
Saputra mandalika 211121070
Nanda Fitri Anisa 211121052
Sadam djibran 211121066
Esti damayanti 211121026
Virginia Chabelita Meleony Karawing 211121088
Muhammad zaki 211121050
Muhammad rifki 211121048

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK


JURUSAN D4 KEPERAWATAN PONTIANAK
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya yang telahdiberikan, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“penyelesaian masalah dengan metode seven jumps”dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan.Dalam penyusunan makalah ini penulis melewati proses bimbingan dengan dosen
pembimbing/Fasilitator.
Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, tetapi suatu karya
tidaklah lepas dari sebuah kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..II
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………..1
1.1. LATAR BELAKANG……………………………………………………………1
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………..1
1.3. TUJUAN………………………………………………………………………1
1.4. MANFAAT………………………………………………………………………..2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………3
2.1. Pengertian kepala ruangan………………………………………………………..3
2.2. Fungsi pengarahan kepala ruangan……………………………………………..3
2.3. Tujuan kepala ruangan………………………………………………………………4
2.4. Pengertian pengendalian……………………………………………………………4
2.5. Indikator mutu pelayanan keperawatan……………………………………………..4
2.6. Audit keperawatan…………………………………………………………………...6
2.7. Metode seven jumps………………………………………………………………..8
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………………9
3.1. Skenario kasus……………………………………………………………………...9
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….15
4.1. Kesimpulan………………………………………………………………………15
4.2. Saran……………………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan


kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan
tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait
dengan kepusan ini telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subyektif.
Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula
ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, ketika ditinjau
dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi (Suparyanto, 2011).

Berbagai pengukuran mutu telah dilakukan oleh berbagai institusi, seperti standar
pelayanan minimal bidang kesehatan dan standar pelayanan minimal rumah sakit (oleh
Kemenkes), indeks kepuasan masyarakat di fasyankes (oleh Menpan), indeks kualitas fasilitas
pelayanan kesehatan (oleh BPJS), akreditasi RS dengan indikator mutu area klinis, manajemen
dan keselamatan pasien (oleh KARS), indikator keselamatan pasien (oleh KNKP-RS), Puskesmas
teladan (oleh Dinkes), dan berbagai pengukuran lainnya. Namun kegiatan tersebut berjalan tanpa
koordinasi antar satu pengukuran dengan pengukuran yang lain.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kepala ruangan?
2. Apa fungsi pengarahan kepala ruangan
3. Apa tujuan kepala ruangan?
4. Apa pengertian pengendalian?
5. Apa indikator mutu pelayanan keperawatan?
6. Apa pengertian audit keperawatan?
7. Apa saja metode seven jumps?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kepala ruangan?
2. Mengetahui fungsi pengarahan kepala ruangan
3. Mengetahui tujuan kepala ruangan?
4. Mengetahui pengertian pengendalian?
5. Mengetahui indikator mutu pelayanan keperawatan?
6. Mengetahui pengertian audit keperawatan?
7. Mengetahui apa saja metode seven jumps?

1.4. Manfaat
Hasil pembuatan makalah ini dapat memberikan :
1. Informasi mengenai bagi anggota kelompok maupun para pembaca.
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis maupun para pembaca.
3. Kami selaku anggota kelompok dapat mengerti Apa itu penyelesaian masalah dengan
metode seven jumps
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian kepala ruangan


Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan profesional yang diberi tanggung jawab
dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Suarli,
2009). Kepala ruangan bertugas untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
dalam perngawasan agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efisien dan efektif (Nursalam, 2011). Menurut Arief (1987) dalam Nursalam (2011) merumuskan
kepala ruangan sebagai suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan
keterampilan tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksana sesuai dengan
proses dan hasil yang diharapkan. Kepala ruangan melakukan kegiatan pengawasaan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan mencangkup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu
setiap saat. Kepala ruang merupakan manajer tingkat bawah/lini yang memegang peranan cukup
penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan melalui fungsi manajemen
pelayanan.

2.2. Fungsi Pengarahan kepala ruangan

Fungsi pengarahan merupakan merupakan fungsi yang paling fundamental dalam


manajemen keperawatan karena berdampak dalam meningkatkan atau menurunkan kepuasan kerja
perawat pelaksana yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh pada mutu pelayanan di rumah
sakit. Fungsi pengarahan kepala ruang adalah kegiatan pelaksanan tugas melalui memberikan
motivasi, membantu memcahkan masalah, proses pembimbingan, pemberin petunjuk dan instruksi
kepada bawahan (delegasi tugas) dan menggunakan komunikasi efektif dan koordinasi dengan tim
lain agar mereka bekerja sesuai dengan rencana. Sedangkan menurut Simamora (2013) fungsi
manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa riset menyatakan bahwa ada
pengaruh fungsi manajemen keperawatan terhadap kinerja perawat pelaksana, semakin baik fungsi
manajemen keperawatan yang dijalankan oleh kepala ruangan akan semakin meningkatkan
kualitas perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan.
Hasil penelitian Malaha, dkk 2012 didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara
fungsi pengendalian kepala ruangan dengan pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan dan
fungsi pengarahan kepala ruang dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Kepala ruangan diberi tanggung jawab untuk memperkerjakan, mengembangkan dan
mengevaluasi stafnya. Mereka di berikan tanggung jawab untuk pengembangan anggaran tahunan
unit yang dipimpinya dan memegang kewewenangan untuk mengatur unit sesuai tugas dan
tanggung jawabnya, memantau kualitas perawatan, menghadapi masalah tenaga kerjaan, dan
melakukan hal-hal tersebut dengan biaya yang efektif (Potter & Perry, 2005). Menurut Arwani
(2006) kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi,
kegiatan unit yang terjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi, kegiatan
penampilan kerja staff dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan
keperawatan dapat dipilih diseuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan
serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan.

2.3. Tujuan Kepala ruangan


Tujuan kepala ruangan adalah memberiakan bantuan kepada bawahan secara langsung,
sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan hasil yang baik. Menurut WHO (1999), tujuan dari pengawasaan yaitu:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam
tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
2. Memungkinkan pengawasan menyadari kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam
hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuia
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik
dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas telah cukup dan
dipergunakan dengan baik
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekuranga pada kinerja tersebut (Nursalam,
2011).

2.4. Pengertian Pengendalian


Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan. Pengendalian dalam
manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai dengan yang direncanakan.
Selain itu, pengendalian dilaksanakan agar kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan
yang berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manajemen. Pengendalian
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi,
menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan dengan
standar serta memperbaiki kekurangan.

2.5. indikator mutu pelayanan keperawatan


Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah
satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.Pelaksanaan kegiatan
jaminan mutu pelayanan keperawatan dirumah sakit dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
pengendalian mutu.dan salah satu indikator klinik mutu pelayanan adalah keselamatan pasien
(Nursalam, 2013). Keselamatanpasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur
dan mengevalusi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.Pada penerapan sistem keselamatan pasien dirumah sakit ada aspek-aspek yang harus
dibangun atau ditingkatkan diantaranya kemampuan, sikap petugas pelaksana pelayanan kesehatan
maupun sistem atau organisasi. Pelayanan keperawatan memiliki peran yang besar dalam
pelayanan dirumah sakit, bukan hanya dari jumlah tenaga keperawatan yang banyak akan tetapi
pelayanan yang terus menerus dan berkesinambungan. Saat ini Rumah Sakit wajib menerapkan
keselamatan pasien, karena merupakan suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien
menjadi lebih aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2011). Keselamatan pasien rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (Kemenkes RI, 2011).Tujuan sistem keselamatan pasien RS: 1) terciptanya budaya
keselamatan pasien di RS, 2) meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat, 3)
menurunnya KTD di RS, 4) terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD (Depkes R.I. 2008).
Isu tentang keselamatan pasien mendapatkan perhatian pemerintah seperti yang dituangkan
dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang Rumah Sakit
Nomor 44 Tahun 2009 Rumah sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif, dengan mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit
wajib memenuhi hak pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di
rumah sakit.Acuan bagi rumah sakit untuk pelaksanaan program keselamatan pasien di rumah sakit
sesuai standar yang ditetapkan, tertuang dalam Permenkes RI Nomor 1961/Menkes/2011.
Kemenkes (2011), menjelaskan upaya yang dilakukan rumah sakit untuk meningkatkan
keselamatan pasien antara lain melalui program tujuh langkah menuju keselamatan pasien dan
penerapan budaya keselamatan pasien tersebut adalah melalui penerapan budaya keselamatan
pasien yang disertai kepemimpinan yang baik. Hal ini tertuang dalam tahap pertama program tujuh
langkah menuju keselamatan pasien yakni bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien,
ciptakan budaya yang terbuka dan adil. Budaya keselamatan pasien bukan merupakan hal baru
dalam pelayanan kesehatan.Penerapan budaya keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan
sudah dimulai sejak lama. Bidang kedokteran sudah digagas lama oleh Hipocrates 2400 tahun yang
lalu menyampaikan tentangfirst, do no harm artinya hal utama yang harus dilakukan dokter adalah
tidak membuat cedera dalam memberikan pelayanan.
Tapi faktanya penerapan budaya keselamatan pasien belum menjadi kebiasaan bagi seluruh
tenaga pelayanan dirumah sakit (kemenkes 2015; Cahyono 2008). Budaya keselamatan pasien
merupakan nilai, kepercayaan yang dianut bersama dan berkaitan dengan struktur organisasi, dan
system pengawasan dan pengendalian untuk menghasilkan norma-norma prilaku.Menciptakan
budaya keselamatan pasien merupakan hal yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan budaya
mengandung dua komponen yaitu nilai dan keyakinan, dimana nilai mengacu pada sesuatu yang
diyakini oleh anggota organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, sedangkan
keyakinan mengacu pada sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja. Dengan adanya nilai
dan keyakinan yang berkaitan dengan keselamatan pasien yang ditanamkan pada setiap anggota
organisasi, maka setiap anggota akan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dalam penerapan
keselamatan pasien. Dengan demikian, perilaku tersebut pada akhirnya menjadi suatu budaya yang
tertanam dalam setiap anggota organisasi berupa perilaku budaya keselamatan pasien (Arlina,
2017). Budaya keselamatan pasien terdiri dari beberapa elemen. Elemen pada budaya keselamtan
pasien antara lain budaya terbuka (open), adil (just), pelaporan (reporting), pembelajaran
(learning), dan penginformasian (informed). Bersikap terbuka dan adil berarti berbagi informasi
secara terbuka dan bebas, serta perlakuan adil bagi staff ketika insiden terjadi. Budaya
pembelajaran adalah berkomitmen untuk pembelajaran keselamatan, mengkomunikasikannya
dengan yang lain serta selalu mengingatnya. Budaya penginformasian berarti belajar dari peristiwa
yang telah terjadi (Reiling, 2006). Surijah dalam Nivalinda (2013) menambahkan budaya
keselamatan pasien dianggap penting karena akan menurunkan adverse event (AE) sehingga
menurunkan akuntanbilitas rumah sakit dimata pasien dan masyarakat akan meningkat.

2.6. Audit keperawatan


Audit kasus Keperawatan adalah proses evaluasi secara professional (mutu profesi tenaga
keperawatan dan pelayanan asuhan keperawatan) terhadap staf tenaga keperawatan karna
peristiwa yang terjadi selama proses pelayanan asuhan keperawatan. Audit keperawatan cukup
penting karena kekurangan dalam pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan
nyawa klien. Disamping itu, tuntunan akan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu
semakin meningkat dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat dan kesadaran tentang
kesehatannya. Agar terhindar, maka kita dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien
sesuai dengan standar profesi yang berlaku serta memuaskan klien.
Tujuan audit kasus keperawatan
- Meningkatkan mutu keperawatan dan keselamatan pasien di RSUD Puri Husada Tembilahan.
- Mengevaluasi profesionalitas proses asuhan keperawatan
- Untuk mengetahui penerapan standar pelayanan keperawatan
- Menstimulasi pelaporan yang lebih baik terhadap mutu profesi dan pelayanan keperawatan
- Untuk melakukan rekomendasi perbaikan pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan
standar pelayanan keperawatan
Pelaksana audit kasus keperawatan ; Audit kasus keperawatan dilaksanakan oleh sub komite
mutu profesi keperawatan
Sasaran audit kasus keperawatan adalah tenaga keperawatan yang mengalami dugaan
pelanggaran dalam melaksanakan tugas profesi baik pelanggaran etik maupun disiplin profesi
Lingkup audit kasus keperawatan
a. Audit Struktur
Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan. Dilakukan untuk menetukan apa
yang dibutuhkan agar standard dapat terpenuhi : Fasilitas, Peralatan, Petugas, Organisasi,
prosedur dan pencatatan pelaporan
b. Audit Proses
Focus pada bagaimana proses pelayanan asuhan keperawatan dilaksanakan. Misalnya prosedur,
pelayanan dll
c. Audit Hasil
Focus pada hasil dari intervensi keperawatan yang dilaksanakan, apakah memberi perubahan
terhadap status kesehatan pasien berdasarkan konsep Henderson sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan akan menghasilkan :
– Kebutuhan pasien terpenuhi
– Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
– Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
– Pasien memiliki motivasi
Metode audit kasus keperawatan
- Studi kasus
- Observasi langsung
- Interview
- Investigasi
Tahapan audit kasus keperawatan meliputi :
- Mengumpulkan data kasus yang akan dilakukan audit
- Menindaklanjuti hasil audit
- Melakukan re-audit ( second audit cycle)
Uraian kegiatan audit kasus keperawatan meliputi :
- Ketua komite keperawatan menerima disposisi atau penugasan dari Bidang Keperawatan untuk
melaksanakan audit terhadap insiden/kasus keperawatan.
- Ketua komite keperawatan melaksanakan koordinasi dengan sub komite mutu profesi, sub
komite kredensial,sub komite etik dan disiplin, dan perawat pengawas.
- Sub komite mutu profesi keperawatan menyusun kriteria dan standar audit insiden/kasus
keperawatan.
- Sub komite mutu profesi keperawatan mengumpulkan dan melaksanakan verifikasi data yang
dibutuhkan.
- Sub komite mutu profesi keperawatan menyusun jadwal audit insiden/kasus keperawatan.
- Sub komite mutu profesi keperawatan melaksanakan koordinasi tentang jadwal audit
insiden/kasus keperawatan kepada auditee dan pihak terkait.
- Sub komite mutu profesi keperawatan melaksanakan audit yang dihadiri oleh auditee yang
terkait.
- Sub komite mutu profesi keperawatan melaksanakan analisa data dan merumuskan masalah.
- Sub komite keperawatan menentukan problem solving dan rencana tindak lanjut.
- Sub komite mutu profesi keperawatan menyusun laporan kegiatan audit insiden/kasus
keperawatankepada ketua komite keperawatan.
- Ketua komite keperawatan menyusun dan menyampaikan rekomendasi kepada Bidang
Keperawatan berdasarkan hasil audit insiden/kasus keperawatan.
Alur pelaporan audit kasus keperawatan antara lain :
a. Sub komite mutu profesi keperawatan.
– Menyusun laporan kegiatan audit kasus keperawatan.
– Menyertakan bukti kegiatan audit kasus keperawatan.
b. Ketua komite keperawatan.
– Melakukan analisa laporan kegiatan audit kasus keperawatan.
– Merekomendasikan hasil audit kasus keperawatan kepada Bidang Keperawatan
Referensi :
- Permenkes nomor 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan
- Undang undang nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
- Program evaluasi penerapan standard asuhan keperawatan di Rumah Sakit, Direktorat bina
pelayanan keperawatan Departemen Kesehatan
2.7. Metode Seven Jump
SJM merupakan sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Gijselaers (1995)
sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada University of Limburg-Maastricht
dengan pendekatan Problem Based Learning. Sesuai dengan namanya, pada metode ini terdapat
tujuh langkah pembelajaran yang harus dialami oleh peserta didik, yaitu
1) Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami,
2) Mendefinisikan Permasalahan,
3) Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara,
4) Menginventarisir berbagai penjelasanan yang dibutuhkan,
5) Menformulasi tujuan belajar,
6) Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri,
7) Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang
sedang dikemukakan dan Melakukan refleksi penguatan hasil belajar.
BAB III
METODE SEVEN JUMPS

3.1. Skenario Kasus


Ns. Mawar sebagai kepala ruangan akan mengadakan audit keperawatan tentang
indikator mutu keperawatan
klarifikasi terminologi dan konsep yang belum dipahami
Audit keperawatan: Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup penting karena kekurangan
dalam pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan nyawa klien. Di samping
itu, tuntutan akan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu semakin meningkat dengan
meningkatnya pengetahuan masarakat dan kesadaran tentang kesehatannya.. Agar terhindar dari
tuntutan itu, kita dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan standar profesi
yang berlaku serta memuaskan klien.
Indikator mutu keperawatan: Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat kesempurnaan
pelayanan kesehatan. yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan dengan menyesuaikan potensi sumber daya
yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman, dan memuaskan sesuai
dengan norma, etika, hukum, dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen (Morgan, 2007).

Mendefinisikan Masalah
Perumusan masalah yang dapat kita ambil dari skenario kasus diatas yaitu:
1. apa itu audit keperawatan?
2. apa yang dimaksud dengan kepala ruangan?
3. apa saja tugas kepala ruangan?
4. apa itu mutu keperawatan?
5. apa saja indikator mutu keperawatan?

Menganalisis Permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara


Dari perumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien.
2. Kepala ruang merupakan manajer tingkat bawah/ lini yang memegang peranan cukup penting
dan strategis dalam manajemen di unit perawatan rawat inap.
3. Dalam menjalankan tugasnya Seorang kepala ruangan diberi wewenang dan tanggung jawab
dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat, berikut adalah fungsi
manajemen dari kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2010) sebagai berikut:
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
3) Pengarahan
4) Pengawasan
4. Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan.
5. terdapat 6 indikator mutu pelayanan keperawatan seperti kepuasan, keselamatan, perawatan diri,
pengetahuan, kenyamanan dan kecemasan.

Menganalisa permasalahan
1. . Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup penting karena kekurangan dalam
pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan nyawa klien. Di samping itu,
tuntutan akan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu semakin meningkat dengan
meningkatnya pengetahuan masarakat dan kesadaran tentang kesehatannya.. Agar terhindar dari
tuntutan itu, kita dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan standar profesi
yang berlaku serta memuaskan klien.
2. Kepala ruang merupakan manajer tingkat bawah/ lini yang memegang peranan cukup penting
dan strategis dalam manajemen di unit perawatan rawat inap. karena secara manajerial dituntut
mampu menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan melalui fungsi manajemen pelayanan
seperti pengarahan, memotivasi, pengawasan dan Kepala Ruangan adalah seorang tenaga
keperawatan profesional yang diberikan tanggung jawab serta kewenangan dalam mengelola
/mengatur kegiatan pelayanan keperawatan di ruangan rawat inap (Depkes,1999 dalam Alfarizi,
2014).
3. Dalam menjalankan tugasnya Seorang kepala ruangan diberi wewenang dan tanggung jawab
dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat, berikut adalah fungsi
manajemen dari kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2010) sebagai berikut:
1) Perencanaan
Dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan - peraturan,
membuat perencanaan jangka panjang dan jangka pendek untuk mencapai visi, misi, dan tujuan
organisasi, menetapkan biaya - biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelolaan
rencana perubahan. Fungsi planning adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena
fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. fungsi perencanaan merupakan
landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Dibidang kesehatan
perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-
masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
2) Pengorganisasian
Meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk
mencapai tujuaan unit, serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan
power serta wewenang dengan tepat. Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan
tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999). Berdasarkan
penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu
kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan
kerja di antara para pekerjanya.
3) Pengarahan
Mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk
semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi dan memfasilitasi kolaborasi.
Actuating (pergerakan) adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan
suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini
diusahakan agar orang lain yang diperintah tidak hanya semata-mata menerima lisan dari atasan,
tetapi bergerak hatinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan keadaan sendirinya.
4) Pengawasan
Meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan
pengawasan pofesional. Seorang manejer dalam mengerjakan kelima fugsinnya tersebut sehari-
hari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, personalia dan lain -
lain. Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan,
yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi (Fayol, 1949 dikutip Swanburg, 2002). Tugas seorang manajerial dalam usaha
menjalankan dan mengembangkan
4. Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan. yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan dengan menyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan
efektif serta diberikan secara aman, dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
konsumen (Morgan, 2007).
5. Terdapat 6 indikator mutu pelayanan keperawatan seperti:
- kepuasan: Kepuasan pasien adalah hasil penilaian dari pasien terhadap pelayanan kesehatan
dengan membandingkan apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan pelayanan kesehatan yang
diterima disuatu tatanan kesehatan rumah sakit
- keselamatan: Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
- perawatan diri: perawatan diri atau kebersihan diri sangat perlu agar tidak menimbulkan masalah
yang lain
- pengetahuan: ketidaktahuan pasien mengenai pelayanan rumah sakit atau tentang penyakitnya.
- kenyamanan: kenyamanan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam
menilai mutu pelayanan di rumah sakit
- kecemasan: kecemasan pasien terhadaap pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit saat
maraknya kesalahan yang dilakukan petugas dapat beresiko dalam penilaian rumah sakit

TUJUAN
1. Dapat mengetahui mengenai audit keperawatan
2. Dapat mengetahui apa itu kepala ruangan?
3. Dapat mengetahui apa saja tugas kepala ruangan?
4. Dapat megetahui mutu keperawatan?
5. Dapat mengetahui apa saja indikator mutu keperawatan?

Pembahasan
Dari yang kita dapatkan diatas dapat disimpulkan cara peningkatan mutu pelayanan kesehatan
sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif

Perawat, dokter, bagian administrasi, dan staf layanan kesehatan lainnya menghabiskan banyak
waktu berbicara dengan pasien — tetapi apakah mereka benar-benar berkomunikasi? Mereka
mungkin mendiagnosis kondisi dan meresepkan obat, tetapi komunikasi nyata melibatkan isyarat
verbal dan nonverbal untuk membuat pasien merasa dihargai dan aman dalam situasi apa pun.
Hal ini dimulai di rumah sakit tempat para profesional kesehatan dapat melakukan kontak mata,
menjelaskan apa yang terjadi, menjawab pertanyaan, dan meyakinkan pasien mereka.
Administrator dan pemasar juga dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan perawatan
yang berkualitas. Misalnya, mereka dapat mengirimkan survei email dan pesan promosi kepada
pasien mereka untuk meminta umpan balik dan menawarkan diskon. Mereka juga dapat
membuat blog yang mengkomunikasikan informasi tentang penyakit umum atau pertanyaan
umum lainnya. Jenis komunikasi di atas dan di luar ini adalah apa yang membuat fasilitas Anda
menonjol dibanding pesaing.

2. Tanggapi Keluhan dan Kekhawatiran dengan Serius

Memang benar bahwa beberapa pasien sulit untuk menyenangkan, terutama orang tua. Namun,
itu tidak berarti Anda harus mengabaikan umpan balik mereka. Jika seorang pasien terus-
menerus mengeluh tentang sesuatu, Anda harus menganggapnya serius. Mungkin ternyata Anda
sudah melakukan yang terbaik yang Anda bisa, tetapi pasien lebih dapat merasa tenang karena
Anda mau melihat ke dalam masalah mereka.

3. Buat Sistem

Sistem menjaga penyedia layanan kesehatan tetap aman dan membantu pasien merasa seperti di
rumah. Algoritma penjadwalan dan rutinitas dapat membantu Anda dalam menghindari
keterlambatan dan menyediakan cukup waktu untuk dihabiskan bersama pasien. Sistem
penagihan membantu Anda dan pasien tetap pada halaman yang sama, dan ketika peraturan
dilanggar, ada standar untuk meninjau kembali dan memperbaiki kerusakan. Otomatiskan
sebanyak mungkin proses. Anda tidak akan ingin mengambil elemen manusia dari interaksi
Anda dengan pasien, tetapi proses otomasi ini dapat membuat semuanya berjalan lancar.

4. Lakukan Panggilan Tindak Lanjut

Lebih sulit untuk memonitor staf Anda ketika mereka melakukan kunjungan ke rumah dibanding
saat mereka bekerja di dalam klinik/rumah sakit. Ini membuat tindak lanjut menjadi sangat
penting. Hanya perlu panggilan telepon atau survei surel untuk mengetahui apakah kunjungan itu
sesuai dengan standar pasien dan jika ada bidang-bidang perbaikan yang diperlukan, baik bagi
staf tersebut atau pun sistem secara keseluruhan. Ini menciptakan standar kontrol kualitas untuk
pemeliharaan reputasi dan perawatan berkualitas tinggi bagi semua pasien.

5. Ukur Kepuasan Pasien

Setelah Anda menerima umpan balik dari setiap kunjungan, catat informasi tersebut. Manajemen
kepuasan sangat penting untuk layanan pasien yang kuat. Pertahankan sistem yang akan
memonitor 'serangan' terhadap karyawan tertentu dan terhadap sistem tertentu dalam organisasi
Anda. Tak lama, Anda dapat mengidentifikasi pola yang akan mengarahkan upaya dan sumber
daya pelatihan Anda di masa mendatang.

6. Pekerjakan Staf yang Tepat

Sebagian besar kesuksesan suatu perusahaan tergantung pada keterampilan dan kepribadian staf
Anda. Kepribadian sangat penting. Anda selalu dapat mengajarkan keterampilan baru, tetapi jauh
lebih sulit untuk membujuk kepribadian yang ramah dan ceria yang tidak alami di sana. Cari
anggota staf yang menyukai apa yang mereka lakukan. Mereka harus suka merawat manula dan
orang cacat agar mereka dapat mempertahankan sikap positif. Staf yang tepat akan mengurangi
turnover dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

7. Ikuti Buku Panduan

Meskipun selalu ada ruang untuk empati dan kasih sayang, pastikan penyedia layanan kesehatan
Anda memahami pentingnya mematuhi aturan dan peraturan perundang-undangan. Anda tahu
lebih baik daripada siapa pun seberapa ketat Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan
lembaga pemerintah lainnya. Demi kesehatan dan keselamatan pasien Anda, buat peraturan yang
telah ditentukan menjadi standar umum.

8. Ciptakan Lingkungan Bebas Saling Menyalahkan

Kesalahan akan terjadi, tetapi tidak perlu mengarahkan jari dan meningkatkan drama. Sebagai
aturan umum, jika kesalahan terjadi sekali, kemungkinan kesalahan karyawan atau keadaan. Jika
itu terjadi dua kali, itu masalah dengan sistem. Cobalah untuk memberi staf Anda manfaat dari
keraguan dan bekerja untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Kepuasan pasien datang secara
alami ketika anggota staf Anda melakukan pekerjaan mereka dan memberikan layanan tingkat
tinggi. Saat keterampilan layanan pelanggan tim Anda menguat, Anda akan mengembangkan
atmosfer yang lebih sehat, lebih bahagia untuk pasien dan staf Anda.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan
yangkomprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional
kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana
perawatan yangdiberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Secara
sederhana proseskendali mutu ( Quality Control ) dimulai dari menyusun strandar – standar mutu,
selanjutnyamengukur kinerja dengan membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang
telahditetapkan. Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi. Bila diinginkan
peningkatankinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan seterusnya.Dalam
Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan ada beberapa Dimensi mutu yangmencerminkan
segala pelayanan keperawatan tersebut diantaranya yaitu Dimensi Tangible atau bukti fisik,
Dimensi Reliability atau keandalan, Dimensi Responsiveness atau ketanggapan,Dimensi
Assurance atau jaminan dan kepastian, dan Empati.Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan berupa
Audit Struktur (Input, Proses (Process), Hasil(Outcome). Dalam Manajemen Mutu dalam
Pelayanan Keperawatan terdapat Strategi MutuPelayanan Keperawatan, diantaranya Quality
Assurance (Jaminan Mutu), Total qualitymanajemen (TQM). Peran sebagai seorang pemimpin
dalam pelayanan kesehatan adalah menjadimodel kepemimpinan yang berpusat pada prinsip
(principle centered leadership).
4.2. SARAN
Demikianlah penulisan kami kali ini, semoga apa yang kami tulis bermanfaat. Kritik dan
sarandari para pembaca yang membangun kami harapkan, agar meningkatkan kemajuan
penulisankami ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2012. Manajemen keperawatan; aplikasi dalam praktik keperawatan professional.


Jakarta: Salemba Medik
Andi Chrismilasari, lucia. 2018. “PENGALAMAN KEPALA RUANGAN DALAM
MENJALANKAN FUNGSI PENGARAHAN DIRUMAH SAKIT BANJARMASIN” .

RsudPuriHusada, 2019. “Tata Laksana Kasus Audit Keperawatan”.

Global Supply Chain Management Blog. (2006). “Seven Jump Method”. Diakses pada tanggal 5 Februari
2009 dari http://apiaryinnovations.com/Logistics/Course/courseblog1.htm

Amaliyah, Ratna Agustin. 2015. “GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DAN KINERJA PERAWAT
DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN”.

Exaque, 2019. “8 Tips untuk Memperkuat Layanan Pelanggan di Rumah Sakit”


https://www.exaque.com/8-tips-untuk-memperkuat-layanan-pelanggan-di-rumah-
sakit.html

Anda mungkin juga menyukai