Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

MANAJEMEN KEPERAWATAN
FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN

Disusun oleh :

Anggun Puja Yanti 183112420150027


Dian Indah Meilany 183112420150056
Diana Syafutri 183112420150129
Fauziah Fidya Jahja 183112420170202
Fitri Nur Indriati 183112420150029

Imas Ganda Sari 183112420150014


Ismi Farikha 183112420150097
Jeany Velisya Lenahatu 183112420150007
Nabila Ayu Hafifa 183112420150158
Resa fadhilla Zahwa 183112420150121
Tri Soraya Dewi 183112420150049

UNIVERSITAS NASIONAL

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

JAKARTA

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, Tuhan semua umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal
yang telah memberi rahmat dan karunia nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Manajeman Keperawatan dengan berjudul
“Fungsi Manajeman Dalam Keperawatan.”
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan
terselesaikan tanpa adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan, dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan rendah hati dan
rasa hormat yang besar kami mengucapkan “Alhamdulillahirobilallamin”
beserta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Ibu Dr. Retno
Widiowati, M.Si.
2) Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Ibu
Dr.Rukmaini, M.Keb.
3) Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nasional Bapak Ns. Dayan Hisni, S.Kep., M.N.S.
4) Ibu Ns. Millya Helen, S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah
Manajemen Keperawatan.
Akhir kata, penulis sebagai makhluk yang tidak sempurna memohon
maaf apabila ada kesalahan baik secara teknik, format ataupun isi dari
makalah penulis. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat.

Jakarta, 07 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 7
BAB II ................................................................................................................. 8
TINJAUAN TEORITIS ....................................................................................... 8
2.1 Pengertian Manajemen Keperawatan .......................................................... 8
2.2 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan ...................................................... 8
BAB III.............................................................................................................. 14
KASUS .............................................................................................................. 14
BAB IV ............................................................................................................. 15
PEMBAHASAN KASUS .................................................................................. 15
BAB V............................................................................................................... 21
PENUTUP ......................................................................................................... 21
5.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 21
5.2 SARAN .................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak


dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan, dimana pelayanan keperawatan
mempunyai peran yang sangat besar dalam mencapai tujuan pembangunan bidang
kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga profesional
bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi
dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama dengan
anggota tim kesehatan lain. Salah satu upaya yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah meningkatkan sumber daya
manusia dan manajemen keperawatan.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja dengan melibatkan


anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan
terhadap para pasien. Sedangkan menurut Depkes, manajemen pelayanan
keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perecanaan, pengorgaisasian, pengaturan
ketenagaan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan.
Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, karena seorang pemimpin
adalah pembuat keputusan/decision maker dalam suatu organisasi. Demikian juga
dalam lingkup keperawatan khususnya peran pemimpin sebagai pembuat keputusan
sangat mempunyai arti dalam kualitas upaya pelayanan keperawatan. Pengetahuan
tentang kepemimpinan itu sendiri serta proses dan jenis kepemimpinan akan sangat
membantu seorang kepala ruang dalam pembuatan kebijakan di ruangan, oleh
karena itu pengetahuan kepemimpinan merupakan fundamen penting dalam
pelayanan keperawatan di tingkat ruangan.
Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen antara
lain yaitu, Top Manager, Middle Manager, dan Nursing Low manager. Kepala
ruang keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager yang mempunyai

4
peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang
keperawatan yang merupakan bagian dari manajemen keperawatan berpihak
kepada fungsi manajemen keperawatan. Menurut Swansburg, fungsi manajemen
terdiri dari Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Pengkoordinasian (Coordinating), Pengendalian (Controling). Menurut Handoko,
menyatakan fungsi manajemen terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling.
Sebagai seorang pemimpin, kepala ruang harus mampu dalam mengutarakan
peran dan fungsi sebagai seorang pemimpin (sebagai top manjer, sebaagai low
manajer atau sebagai perawat pelaksana yang akan memimpin pasien dan
keluarganya) Sebagai pelaksana keperawatan perawat harus mampu berperan dan
berfungsi sebagai pemimpin terhadap pasien dan keluarganya. Sedangkan perawat
yang duduk sebagai kepala ruang harus mampu mengelola keperawatan di tingkat
ruangan yang dipimpinnya. Kepala bidang keperawatan sebagai top manajer
mempunyai peran dan fungsi sebagai pemimpin di tingkat top manajer yang
mempunyai perbedaan dengan kepala ruang sebagai low manajer (manajer lini
pertama). Kepala ruang sebagai low manajer mampu menempatkan dirinya
terhadap peran dan fungsi manajemen yang diembannya. Menurut Gillies (1994),
manajer lini pertama adalah kepala ruang yang dalam fungsinya bertugas
mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi secara langsung pada staf
keperawatan.
Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa
setiap peningkatan mutu pelayanan kesehatan harus disertai dengan peningkatan
mutu pelayanan keperawatan. Dalam undang-undang RI No.38 tahun 2014 tentang
keperawatan pasal 31 ayat 2, menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya
sebagai pengelola pelayanan keperawatan, perawat berwenang : melakukan
pengkajian dan menetapkan permasalahan; merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pelayanan keperawatan; dan mengelola kasus, maka perawat berada
pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan. Hal ini ditopang dengan kenyataan
bahwa 40% - 75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan,
dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di
rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.

5
Pengorganisasian dan pengaturan staf diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan tugas keperawatan sehingga meminimalkan stressor karena pekerjaan.
Lingkungan kerja perawat yang penuh stressor dapat menyebabkan penyakit
maupun cidera pada perawat. Jam kerja perawat yang Panjang dapat menimbulkan
kelelahan, menurunkan produktivitas dan meningkatkan resiko terjadinya
kesalahan yang dapat membahayakan pasien.
Fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang antara lain memberikan
motivasi, membina komunikasi, menangani konflik, memfasilitasi kerjasama dan
negosiasi. Pengarahan yang baik dapat menciptakan kerjasama yang efektif dan
efisien antara staf. Pengarahan juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan keterampilan staf, menimbulkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan,
mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja sehingga menjamin keselamatan pasien dan perawat.
Dalam penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa fungsi perencanaan
kepala ruang cukup baik (53,8%), fungsi pengorganisasian kepala ruang cukup baik
(55,8%), fungsi pengarahan kepala ruang sangat baik (75,0%), fungsi pengawasan
kepala ruang tidak baik (51,9%), fungsi pengendalian kepala ruang tidak baik
(59,6%). Hal ini berarti bahwa peran kepala ruang dipengaruhi oleh faktor intrinsik
dan ekstrinsik dimana peran kepala ruang dalam setiap fungsi manajemen berbeda-
beda. Penelitian sebelumnya tentang pelaksanaan fungsi manajemen didapatkan
hasil bahwa fungsi perencanaan kepala ruang kurang baik (53,7%), fungsi
pengorganisasian kepala ruang kurang baik (52,3%), fungsi pengarahan kepala
ruang kurang baik (50,3%), fungsi pengawasan kepala ruang baik (55,7%). Hal ini
berarti bahwa hampir semua pelaksanaan fungsi manajemen berjalan kurang baik,
hanya pada fungsi pengawasan yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan suatu masalah
yaitu kendala yang terjadi dalam menerapkan fungsi manajemen dalam
keperawatan.

6
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan
dalam memberikan layanan kesehatan keperawatan kepada pasien dan
keluarga.
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan kerja
perawat di Rumah sakit.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen adalah suatu proses merancang, memelihara suatu lingkungan


orang – orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin (H. Weihrich dan H. Koontz).

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan


melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
2.2 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :

1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan


Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan
aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak hanya terdiri
dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga
terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran, identifikasi kebutuhan
pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan
merupakan pemikiran atau konsep – konsep tindakan yang umumnya tertulis dan
merupakan fungsi penting di dalam mengurangi resiko dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan efek – efek dan perubahan. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah
menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan
tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi,
mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya.
Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk
menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.

8
2. Manajemen keperawatan dilaksanaan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan sesuai dengan
waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang pemimpin keperawatan
bergantung pada penggunaan waktu yang efektif.Dalam keperawatan, manajemen
sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam kontek ini,
seorang pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara
efektif.Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi
dalam tatanan organisasinya.
3. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap
proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses pengambilan keputusan
akan sangat mempengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan para manajer.
4. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi mencapai
tujuan. Terdapat 4 buah struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top atau tingkat
eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip pengorganisasian mencakup hal – hal
pembagian tugas (the devision of work ), koordinasi, kesatuan komando, hubungan
staf dan lini, tanggung jawab dan kewengan yang sesuai adanya rentang
pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan
cara fungsional dan penugasan, alokasi pasien perawatan grup/ tim keperawatan,
dan pelayanan keperawatan utama (Gillies, 1985).
5. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.
Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan pengertian
diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.
6. Pengendalian merupakan elemen mangemen keperawatan.
Pengendalian dalam management dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
menegemen susuai dengan dengan yang direncanakan. Selain itu, pengendalian
dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang

9
berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manageman.
Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan trencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan
membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan. (Agus
Kuntoro, 2010)
2.3 fungsi management
Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),
pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000). Pada dasarnya
manajemen keperawatan adalah proses dimana seorang perawat menjalankan profesi
keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan
manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Berikut ini adalah
pembahasan fungsi fungsi manajemen secara mendalam
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Sedangkan menurut Fayol didalam
Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan manajemen
adalah membuat suatu rencana untuk memberikan pandangan kedepan.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting karena mengurangi risiko
pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu mengantisipasi jika suatu
proses tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan juga dapat menolong
pekerja-pekerja mencapai kepuasan dalam bekerja.selain itu perencanaan juga
membantu penggunaan waktu yang efektif. Dalam suatu perencanaan dibutuhkan
suatu pengetahuan yang mengacu kepada proses, unsur, dan standar dari suatu
perencanaan. Selain hal tersebut juga perlu didalami ilmu pengetahuan dan
keterampilan tentang pelaksanaan perencanaan sehingga perencanaan yang akan
dilakukan dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal. Suatu perencanaan yang baik
harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar dan bersifat
fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dahulu
(Swansburg, 2000).Dengan menjalankan prinsip-prinsip yang ada dalam
perencanaan ini, maka diharapkan tujuan dapat tercapai dengan efektif baik dalam
penggunaan sumber daya manusia maupun sumber daya material. Dalam

10
manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan menentukan
tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasiukan data-data yang
akan digunakan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan
sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan juga
membantu untuk menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka
inginkan serta mereka butuhkan.Selain itu sumber daya yang digunakan dapat
digunakan seefektif dan seefisien mungkin.

2. Fungsi Pengorganisasian.

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan


mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horisontal yang bertanggung
jawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000). Prinsip-prinsip
pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai komando, kesatuan komando,
rentang kontrol, dan spesialisasi.Prinsip rantai komando menggunakan hubungan
dalam alur yang hirarkis dalam alur autokratis dari atas kebawah. Komunikasi
terjadi sepanjang rantai komando dan cenderung satu arah. Sedangkan dalam
prinsip kesatuan komando memiliki satu pengawas, satu pemimpin, dan satu
rencana untuk kelompok aktifitas dengan objektif yang sama. Prinsip rentang
kontrol menyatakan bahwa individu harus menjadi pengawas yang mengawasi
secara efektif dalam hal jumlah, fungsi maupun geografi. Prinsip spesialisasi
menampilkan satu fungsi kepemimpinan tunggal.

3. Fungsi Pengarahan

Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah


pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja
sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai
objektif organisasi. Pada pengarahan yang harus dipertimbangkan adalah
komunikasi dalam hubungan interpersonal.
Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang pemimpin mendapatkan masukan yang
optimum dari bawahannya untuk kepentingan semua masalah oleh karena itu

11
seorang pemimpin harus benar-benar mengerti keterbatasan bawahannya. Di dalam
manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan adalah tindakan fisik
dari manajemen keperawatan, proses interpersonal dimana personil
keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg, 2000). Sebagai seorang
pemimpin dalam manajemen keperawatan, ia harus mempunyai kemampuan untuk
membujuk bawahan bersama-sama bekerja keras untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam pelayanan keperawatan.untuk mencapai hal tersebut pimpinan
keperawatan seharusnya telah dibekali ilmu dasar yang kuat tentang kebijaksanaan
organisasi, tujuan, program-program baru dan rencana untuk perubahan. Selain itu
pimpinan keperawatan juga harus mempunyai perilaku yang dapat diterima secara
sosial, kualitas personal yang dapat diterima bawahan, keterampilan dalam
memimpin, serta kemampuan komunikasi interpersonal yang baik.Jika semua ini
ada pada seorang pimpinan keperawatan maka pengarahan yang efektif dapat
dilaksanakan sehingga dukungan bawahan untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan pengarahan dapat dilihat dari
kesamaan komando dan terciptanya tanggung jawab bawahan secara penuh kepada
satu pimpinan.

4. Fungsi Pengendalian

Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala sesuatunya


terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol dalam
Swansburg, 2000). Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul
sebaiknya satu sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak
langsung. Untuk merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak semula. Proses
pengontrolan dapat digambarkan dengan salah satunya membuat standar bagi
semua dasar-dasar manajemen dalam istilah-istilah yang diterima serta hasil yang
dapat diukur yang ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian dan tujuan yang
ditentukan. Kontrol termasuk koordinasi sejumlah kegiatan, pembuatan keputusan
yang berhubungan dengan perencanaan dan kegiatan organisasi, serta informasi
dari pengarahan dan pengevaluasian setiap kinerja petugas. Kron dan Gray dalam

12
Swansburg (2000) menunjukkan bahwa kontrol menggunakan pengevaluasian dan
keteraturan. Karakteristik suatu sistem kontrol yang baik adalah harus
menunjukkan sifat dari aktivitas, melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera,
memandang ke depan, menunjukkan penerimaan pada titik-titik kritis, objektif,
fleksibel, menunjukkan pola organisasi, ekonomis, dapat dimengerti, dan
menunjukkan tindakan perbaikan. Manajer perawat akan merealisasikan cara
terbaik dalam menjamin kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan di
ruangan-ruangan untuk menegakkan filosofi, standar pelayanan, dan tujuan-tujuan.

13
BAB III

KASUS

Berdasarkan studi pendahuluan di ruang rawat inap Rumah Sakit Dungingi


yang sering dikeluhkan masyarakat adalah lambatnya pelayanan yang diberikan
oleh perawat. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap kepala ruang
dan perawat pelaksana, fungsi manajemen diruangan masih belum baik, perawat
bekerja apa adanya, rendahnya penghargaan terhadap perawat, perawat pelaksana
belum dilibatkan dalam perencanaan ruangan, pembagian tugas masih berupa
intruksi yang bersifat sementara, belum ada bimbingan kepala ruang terhadap
perawat pelaksana, pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruangan masih
bersifat temporer jika ada masalah, belum dilaksanakannya Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang baik, penerapan yang selama ini dilakukan diruangan hanya
berdasarkan pada rutinitas saja.

Untuk meningkatkan produktivitas kerja, efektifitas kerja, keberhasilan


perawat pelaksana sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan fungsi manajemen kepala
ruangan. Dengan melihat fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan di rawat inap Rumah Sakit Dungingi,kota
Gorontalo .

14
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan hasil kasus diatas, didapatkan hasil penelitian mengindikasikan


bahwa kepala ruang secara keseluruhan sudah menjalankan fungsi manajemen
dengan optimal. Sejalan dengan penelitian yang lain yang menyatakan bahwa
perawat lebih banyak mempersepsikan kepala ruang telah melaksanakan fungsi
manajemen dengan baik. Hal ini merupakan permulaan yang positif bagi kepala
ruang dalam memimpin dan menggerakan perawat pelaksana untuk senantiasa
memberikan asuahan keperawatan dalam menjamin keselamatan pasien (Nurdin et
al., 2018).

Fungsi Manajemen Kepala Ruangan

persepsi perawat terhadap fungsi manajemen kepala ruangan pada


umumnya baik yaitu > 50 % menyatakan yang baik pada fungsi perencanaan,
pengorganisasian, dan pengarahan, kecuali pada fungsi pengawasan hanya 25 %
yang menyatakan baik. Menurut asumsi peneliti bahwa fungsi manajemen kepala
ruangan sebagai perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan baik dikarenakan
kepala ruangan sudah menjalankan fungsi tersebut dengan baik.

Pada fungsi perencanaan terdapat 12 responden (60%) menyatakan baik


dan 8 responden (40%) menyatakan kurang baik, peneliti berasumsi bahwa fungsi
perencanaan kepala ruangan sudah baik, hal ini terlihat dari jawaban responden
yang dominan mengatakan kepala ruangan sering membuat rencana kegiatan yang
harus dilaksanakan secara rutin untuk mencapai tujuan organisasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Keliat, (2014) bahwa perencanaan


manajemen keperawatan diawali dengan perumusan tujuan institusi/organisasi
yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai arah kebijakan
organisasi dan menentukan standar yang akan digunakan dalam melakukan
pengawasan serta mencapai tujuan. Begitupun pada fungsi pengorganisasian,
terdapat 18 responden (90%) menyatakan fungsi pengorganisasian kepala ruangan
baik dan 2 responden (10%) menyatakan kurang baik.

15
Menurut asusmi peneliti bahwa kemampuan manajerial dalam fungsi
pengorganisaian kepala ruangan sudah baik, hal ini terlihat dari jawaban responden
yang dominan mengatakan bahwa kepala ruangan sering melaksanakan fungsinya
seperti koordinasi kegiatan, pengelompokan aktivitas, kewenangan dan tanggung
jawab masing masing perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hubbert, (2000)
dalam Haryanti (2013) bahwa pengorganisasian kegiatan keperawatan di ruang
rawat inap adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan melalui
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horisontal yang
bertanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pada penelitian ini terdapat
12 responden (60%) menyatakan fungsi pengarahan kepala ruangan baik dan 8
responden (40%) menyatakan kurang baik.

Peneliti berasumsi bahwa kepala ruangan sudah menjalankan fungsinya


dengan baik, hal ini terlihat dari jawaban responden yang dominan mengatakan
kepala ruangan sering memberikan penghargaan berupa pujian, memberi motivasi,
menangani konflik, dan membina komunikasi organisasi dengan baik. Hal ini
sejalan dengan pendapat Swansburg, (2010) dalam Anwar (2016), bahwa Kepala
ruang dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi,
membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi, agar tercapai tujuan
yang telah ditentukan. Sedangkan pada fungsi pengawasan hanya 5 responden (25
%) menyatakan fungsi pengawasan kepala ruangan baik sedangkan 15 responden
(75%) menyatakan kurang baik.

Peneliti berasumsi bahwa kepala ruangan tidak menjalan fungsi


pengawasan dengan baik, hal ini terlihat dari jawaban responden yang dominan
mengatakan bahwa kepala ruangan jarang bahkan tidak pernah menjalankan tugas
pengawasan seperti penilaian pelaksanaan asuhan keperawatan, memperhatikan
kemajuan dan kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dalam asuhan keperawatan, dan menggunakan standar untuk
menilai asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan teori Marquis dan Houston

16
(2012), bahwa pegawasan yang efektif akan meningkatkan kepuasan kerja,
motivasi, inovasi, dan hasil yang berkualitas.

Dengan pengawasan memungkinkan rencana yang telah dilaksanakan oleh


sumber daya secara efektif dan efisien sesuai standar yang ditetapkan. Pengendalian
dilaksanakan untuk menilai tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat dengan
mengukur dan mengkaji struktur, proses dan hasil pelayanan dan asuhan
keperawatan sesuai standar dan mempertahankan kualitas. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutaqin (2014) bahwa dengan
pengawasan yang efektif akan memberikan hasil kerja yang berkualitas, dengan
pengawasan yang baik akan memungkinkan rencana yang telah dibuat berjalan
secara efektif dan efisien.

Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan

mayoritas kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah


baik yaitu sebanyak 17 responden (85%), dan yang kurang 3 responden (15%).
Peneliti berasumsi bahwa kinerja perawat di rawat inap puskesmas waelengga
sudah baik, hal ini terlihat dari jawaban responden yang mengatakan bahwa perawat
sering bahkan selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi, yang berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang
serta tanggung jawab keperawatan.

Kinerja perawat merupakan ukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan


pelayanan keperawatan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
perawat diantaranya adalah Faktor personal/individu, faktor kepemimpinan, faktor
team, faktor sistem, faktor kontekstual/situasional. Faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap perawat dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Armstrong & Baron (1998) dalam
Wibowo (2011), bahwa kinerja dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah
Faktor kepemimpinan yaitu kualitas yang dimiliki oleh manajer dan team leader
dalam memberi dorongan, semangat, arahan, dan dukungan.

17
Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat
Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan

Dari 17 orang perawat yang mengatakan fungsi manajemen kepala ruangan


baik dan kinerja perawat baik sebanyak 16 orang (80%). Menurut asumsi peneliti
hal ini dipengaruhi oleh pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan sudah
terlaksana dengan baik, sehingga menghasilkan kinerja perawat yang baik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.

Oleh karena itu, semakin baik pelaksanaan fungsi manajemen kepala


ruangan maka semakin baik pula kinerja perawat pelaksana. Sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Huber, (2006) dalam Keliat, (2014) bahwa seorang kepala
ruangan yang efektif diruang rawat inap adalah seseorang yang tidak hanya
berusaha mencapai tujuan ruangan tetapi juga tetap mempertahankan tingkat
kompetensi, komitmen dan antusiasme staf secara terus menerus, hal ini harus
dilaksanakan secara konsisten melalui penerapan fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau pengawasan
untuk menciptakan situasi yang terorganisir agar setiap individu dapat
melaksanakan tugasnya, mengatasi hambatan yang ada, dan mengoptimalkan
efisiensi serta efektivitas guna mencapai tujuan organisasi.

Fokus keempat fungsi manajemen tersebut adalah untuk menjaga dan


menciptakan konsistensi kinerja. Namun hasil penelitian ini yang mengatakan
fungsi manajemen kepala ruangan baik tetapi kinerja kerja perawat masih kurang
terdapat 1 orang (5%). Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan ada faktor lain
diluar fungsi manejemen kepala ruangan yang mempengaruhi kinerja seseorang.
Menurut Armstrong & Baron (1998) dalam Wibowo (2011), ada lima faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja, selain faktor kepemimpinan terdapat faktor sistem
yaitu fasilitas kerja/infrastruktur yang diberikan oleh organisasi.

Hal inilah yang mempengaruhi kinerja perawat kurang dalam melaksanakan


asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa yang
mengatakan fungsi manajemen kepala ruangan kurang baik dan kinerja perawat
kurang baik sebanyak 2 orang (10%). Menurut asumsi peneliti kinerja perawat

18
kurang karena kemampuan kepala ruangan yang kurang dalam melaksanakan
fungsi manajemen. Hal ini terlihat pada fungsi pengawasan kepala ruangan yang
kurang baik. Oleh sebab itu fungsi pengawasan perlu dilaksanakan dan ditingkatkan
agar kinerja perawat juga meningkat dalam peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.

Namun hasil penelitian ini yang mengatakan fungsi manajemen kepala


ruangan kurang baik tetapi kinerja perawat baik terdapat 1 orang (5%). Menurut
asumsi peneliti hal ini disebabkan ada faktor lain diluar fungsi manejemen kepala
ruangan yang mempengaruhi kinerja seseorang. Menurut Armstrong & Baron
(1998) dalam Wibowo (2011), ada lima faktor yang berpengaruh terhadap kinerja,
selain faktor kepemimpinan terdapat faktor personal atau individu, yaitu
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu. Hal inilah yang mempengaruhi kinerja perawat baik dalam melaksanakan
asuhan keperawatan meskipun fungsi manajemen kepala ruangan kurang baik.
Semakin baik Kepala Ruangan menjalankan fungsi manajerialnya, maka semakin
baik pula kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Pentingnya Pembinaan dan Pendampingan

Beberapa pimpinan keperawatan dirumah sakit mempunyai latar belakang


sarjana keperawatan, dengan latar belakang tersebut pimpinan keperawatan sudah
mendapatkan ilmu tentang manajemen keperawatan. Selain itu sebagian pimpinan
keperawatan sudah menempuh pendidikan informal tentang menejemen
keperawatan. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa seharusnya mereka mampu
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah mereka dapatkan tetapi pimpinan
keperawatan dalam mengaplikasikan ilmu tersebut membutuhkan dukungan,
pembinaan dan pendampoingan tentang bagaimana cara mengaplikasikanya.

Marquis dan Huston (2000), menjelaskan bahwa penerapan model yang


ideal dapat diklarifikasi dengan menggunakan penyamaan persepsi dan pembinaan
melalui interaksi sosial dan proses pendidikan dengan pendekatan sosialisai pada
karyawan di tempat mereka bekerja. Proses pendidikan dengan pelatihan yang
berdampak pada peningkatan pengetahuan merupakan role model yang pasiv tetapi

19
perceptor atau pembimbing klinik harus berperan sebagai role model karena akan
berdampak menjadi peningkatan ketrampilan. Pembina atau pembimbing akan
memberikan support emosional dan memotivasi perawat untuk bekerja. Peran dari
pembimbing atau mentor adalah sebagai berikut: model, envisioner, energiser,
supporter, standart prodder, teacher coach, feedback giver, eye opener, dooropener,
idea bouncer, problem solver, carrer conselor, challenger. (Marquis dan
Huston,2000; Huber, 2002).

20
BAB V

PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

Manajemen adalah suatu proses merancang, memelihara suatu lingkungan


orang – orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin dengan beberapa prinsip dasarnya
yaitu Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), pengendalian (controling).

manajemen adalah membuat suatu rencana untuk memberikan pandangan


kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting karena
mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu
mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam
manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan menentukan
tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasi kan data-data yang
akan digunakan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan
sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya

Menurut asumsi peneliti bahwa fungsi manajemen kepala ruangan sebagai


perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan baik dikarenakan kepala ruangan
sudah menjalankan fungsi tersebut dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Keliat, bahwa perencanaan manajemen keperawatan diawali dengan perumusan
tujuan institusi/organisasi yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan
sebagai arah kebijakan organisasi dan menentukan standar yang akan digunakan
dalam melakukan pengawasan serta mencapai tujuan. kinerja dipengaruhi oleh
beberapa hal, salah satunya adalah Faktor kepemimpinan yaitu kualitas yang
dimiliki oleh manajer dan team leader dalam memberi dorongan, semangat, arahan,
dan dukungan.

dari 17 orang perawat yang mengatakan fungsi manajemen kepala ruangan


baik dan kinerja perawat baik sebanyak 16 orang . Oleh karena itu, semakin baik

21
pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan maka semakin baik pula kinerja
perawat pelaksana.

5.2 SARAN

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan keilmuan dalam


administrasi keperawatan, meningkatkan keilmuan tentang peran perawat dalam
keberhasilan program penerapan MPKP supaya dapat dimasukkan menjadi bagian
kurikulum administrasi keperawatan atau pada manajemen keperawatan agar
menggerakkan seluruh kepala ruang untuk lebih meningkatkan fungsi pengarahan
dan pengendaliansehingga akan terciptanya keselamatan pasien yang akhirnya
dapat menjamin mutu pelayanan asuhan keperawatan. Perawat pelaksana
diharapkan untuk melakukan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien,
meningkatkan pengetahuan tentang keselamatan pasien melalui pelatihan dan
mengupayakan untuk meningkatkan pendidikan keperawatan berlanjut

22
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., & Aceh, B. (2016). Penerapan Patient Safety Culture Di Rumah Sakit
Umum. 26–34.

ALFI ARI FAKHRUR RIZAL. (2016). Hubungan pelaksanaan fungsi


manajemen kepala ruang dengan motivasi perawat pelaksana dalam
memberikan layanan keperawatan di ruang rawat inap rsud kota semarang.
1–103. http://eprints.undip.ac.id/47197/1/PROPOSAL.pdf

Jakri, Y., & Timun, H. (2019). Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan
Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di
Ruang Rawat Inap Puskesmas Waelengga Kabupaten Manggarai Timur
Tahun 2019. Jurnal Wawasan Kesehatan, 4(2), 56–66.

Lia Dwi Jayanti, E. a. (2021). Optimalisasi Fungsi Manajemen Kepala Ruangan


Melaluli Manajemen Burnout Staf Keperawatan di Masa Pandemi. Journal
of Telenursing (JOTING), 3, 411–422.

Mito Julianto. (2016). Peran dan fungsi manajemen keperawatan dalam


manajemen Konflik. Fatmawati Hospital Journal, 1–7.
http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKeperaw
atandalamManajemenKonflik.pdf

N., Hariyati, R. T. S., & Anisah, S. (2018). Penerapan Fungsi Manajemen Kepala
Ruangan dalam Pengendalian Mutu Keperawatan. Jurnal Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (JPPNI), 2(3), 160.
https://doi.org/10.32419/jppni.v2i3.93

Noer’aini, I., Yunita, A., Fatmawari, A., & Ratna sari, A. (2016). Hubungan
Fungsi Manajemen Kepala Ruang dengan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
PAsien Penyakit Menular di SMC RS Telogorejo. Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 8(3), 1689–1699.

23
Nurmalia, D., & Nivalinda, D. (2016). Fungsi Manajemen Keperawatan dalam
Aplikasi Mentoring Budaya Keselamatan Pasien. Media Medika Muda, 1(3),
203–208.

Pratiw, A., & Utami, Y. W. (2017). Pembinaan dan Pendampingan Pimpinanan


Keperawatan dalam Melaksanakan Peran dan Fungsi Manajemen pada
Kepala Ruang di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Warta LPM, 13(1),
37–47. https://doi.org/10.23917/warta.v13i1.3204

Rahman, T., Pertiwiwati, E., & Setiawan, H. (2020). Hubungan Fungsi


Manajemen Kepala Ruang dengan Motivasi Perawat dalam Melakukan
Discharge Planning. Jurnal Keperawatan Raflesia, 2(2), 71–80.
https://doi.org/10.33088/jkr.v2i2.510

24

Anda mungkin juga menyukai