Anda di halaman 1dari 197

Kimia Inti

Bahan Ajar MK Kimia Dasar 2


Jurusan Kimia FMIPAK UNIMA
2023

1
Apa itu Kimia Inti (Kimia Nuklir)?
Cabang ilmu kimia yang mengkaji tentang perubahan
yang terjadi dalam inti atom. Perubahan ini disebut reaksi
inti.

Reaksi inti merupakan reaksi yang melibatkan perubahan


dalam inti atom.

Contoh reaksi inti adalah peluruhan radioaktif dan


transmutasi inti.
2
Perbedaan Reaksi Kimia dan Reaksi Inti
Reaksi Kimia Reaksi Inti
Atom diubah susunannya melalui Unsur (atau isotop dari unsur yang
pemutusan dan pembentukan ikatan. sama) dikonversi dari unsur yang satu
ke unsur lainnya.
Hanya elektron dalam orbital atom Proton, neutron, elektron dan partikel
atau molekul yang terlibat dalam dasar lain dapat saja terlibat.
pemutusan dan pembentukan ikatan.

Reaksi diiringi dengan penyerapan Reaksi diiringi dengan penyerapan


atau pelepasan energi yang relatif atau pelepasan energi yang sangat
kecil. besar.
Laju reaksi dipengaruhi oleh suhu, Laju reaksi biasanya tidak dipengaruhi
tekanan, konsentrasi dan katalis. oleh suhu, tekanan dan katalis.
3
Struktur Atom
Neutron Partikel-partikel penyusun atom :
Inti/nukleus
Proton • Proton (+)
• Neutron (0)
• Elektron (-)
Partikel-partikel penyusun inti atom :
Elektron • Proton (+)
• Neutron (0)

4
Karakteristik yang menggambarkan Inti Atom

• Nomor atom (Z) = Jumlah proton dalam inti  Z = A – N


• Nomor massa (A) = Jumlah nukleon atau jumlah proton dan
neutron dalam inti  A = Z + N
• Bilangan neutron (N) = Jumlah neutron dalam inti  N = A – Z

Cat : Nukleon = partikel-partikel penyusun inti (proton dan neutron).

5
Karakteristik yang menggambarkan Inti Atom

Inti atom dengan nomor atom (Z) dan nomor massa (A) tertentu
disebut nuklida, dinotasikan :
𝐀
𝐙𝐗
Contoh :
𝟐𝟑𝟖
𝟗𝟐 𝐔
6
Sejarah Radioaktivitas
Proses radioaktivitas alami, pertama kali
ditemukan secara kebetulan oleh seorang ahli
fisika, Antoine Henri Becquerel pada tahun 1896.
Ketika sedang mempelajari sifat fluoresensi
garam Uranium, ia menemukan bahwa Uranium
ini secara spontan memancarkan radiasi
berenergi tinggi yang dapat menghitamkan pelat
fotografi. Antoine Henri Becquerel

7
Sejarah Radioaktivitas
Pada tahun 1898, Marie Curie dan suaminya
Pierre Curie mempelajari radioaktivitas dari suatu
bijih uranium yang disebut pek blenda (“pitch
blende”) dan berhasil menemukan dua unsur baru
yang sangat radioaktif yaitu, Polonium (Po) dan
Radium (Ra), dimana kekuatan radiasi kedua
unsur ini lebih besar dari Uranium (U).
Marie Curie dan Pierre Curie

8
Sejarah Radioaktifitas
Ketika mempelajari radioaktivitas dari Radium (Ra), Ernest Rutherford
menemukan sinar alfa (α) dan sinar beta (β). Pada waktu yang sama tahun 1900,
Paul Villard menemukan sinar gamma (γ).

Ernest Rutherford Paul Villard

9
Karakteristik Sinar Radioaktif Alfa (𝛂), Beta (𝛃) dan Gamma (𝛄)
Sinar alfa (𝛂)
Sinar 𝛂 merupakan partikel yang terdiri dari 4 buah nukleon (2 proton dan 2 neutron) yaitu inti helium (He)
dan diberi lambang 42α atau 42He.
Sinar 𝛂, memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1.Massa partikel 𝛂 adalah 6,643 x 10-27 kg atau setara dengan 4 kali massa proton, sedangkan muatan
partikel 𝛂 setara dengan 2 kali muatan proton yaitu +3,2 x 10-19 C.
2.Partikel 𝛂 dibelokkan ketika melewati medan magnet atau medan listrik, namun pembelokannya kurang
tajam dibandingkan sinar β, karena partikel 𝛂 memiliki massa yang lebih besar (Gambar 1 (a) dan (b)).
3.Memiliki daya tembus yang sangat kecil (Gambar 1 (c)).
4.Memiliki kecepatan sangat besar dengan kecepatan yang bervariasi antara 1/100 sampai 1/10 kecepatan
cahaya.
5.Memiliki daya ionisasi yang sangat besar yaitu 100 kali daya ionisasi partikel β atau 10.000 kali daya
ionisasi partikel gamma.

10
Karakteristik Sinar Radioaktif Alfa (𝛂), Beta (𝛃) dan Gamma (𝛄)

Sinar beta (𝛃)


Sinar β merupakan partikel pancaran elektron dengan kecepatan tinggi dan diberi lambang
0 0
−1 β atau −1e.
Sinar β, memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1.Massa partikel β adalah 9,1 x 10-31 kg, sedangkan muatannya sebesar +1,6 x 10-19 C.
2.Partikel β dibelokkan ketika melewati medan magnet dan medan listrik, dengan defleksi
yang besar karena partikel beta lebih ringan daripada partikel 𝛂 (Gambar 1 (a) dan (b)).
3.Memiliki daya tembus yang lebih besar daripada partikel 𝛂 (Gambar 1 (c)).
4.Memiliki kecepatan antara 1/100 sampai 9/100 kecepatan cahaya.
5. Memiliki daya ionisasi 1/100 kali dari partikel 𝛂.

11
Karakteristik Sinar Radioaktif Alfa (𝛂), Beta (𝛃) dan Gamma (𝛄)
Sinar gamma (𝛄)
Sinar 𝛄 merupakan gelombang atau radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang
pendek dan diberi lambang 00γ atau γ.
Sinar 𝛄, memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Sinar 𝛄 termasuk dalam gelombang elektromagnetik seperti sinar tampak dan sinarX, dengan
panjang gelombang yang lebih pendek daripada sinar-X.
2. Partikel 𝛄 tidak dibelokkan ketika melewati medan magnet dan medan listrik (Gambar 1 (a) dan
(b)).
3. Memiliki daya tembus yang tinggi (Gambar 1 (c)).
4. Memiliki kecepatan sebesar kecepatan cahaya.
5. Memiliki daya ionisasi yang sangat rendah dibandingkan dengan partikel 𝛂 maupun partikel β.

12
13
Apa itu Radioaktivitas?
Kecuali inti hidrogen 11H, semua inti atom mengandung dua jenis partikel
dasar (proton dan neutron) (yang disebut nukleon).
Inti atom suatu unsur yang memilki jumlah neutron (N) lebih banyak
daripada jumlah proton (Z), cenderung menjadi tidak stabil.
Inti atom yang tidak stabil ini, akan meluruh secara spontan dengan
memancarkan radiasi untuk menjadi lebih stabil (aktifitas ini dikatakan
bersifat radioaktif).

14
Apa itu Radioaktivitas?
• Radioaktivitas : kemampuan suatu inti yang tidak stabil untuk
memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang lebih stabil.
• Radiasi : sinar atau partikel yang dipancarkan inti radioaktif.

Cat : Istilah radioaktivitas diajukan oleh Marie Curie.

15
Apa itu Radioaktivitas?
• Peluruhan radioaktif : proses perubahan inti tidak stabil menjadi inti
yang lebih stabil atau inti lain melalui peluruhan spontan dengan
memancarkan radiasi. Radiasi yang dipancarkan, tergantung pada
inti radioaktifnya, yaitu dapat berupa partikel dan atau radiasi
gelombang elektromagnetik.

16
Jenis-jenis radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida/inti radioaktif
No. Radiasi Lambang Tipe
4 4
1. Alfa (α) 2 He atau 2α Partikel
0
2. Beta (β) / Elektron negatif −1β Partikel
(negatron)
3. Gamma (γ) 0
0γ atau γ Gelombang
elektromagnetik
1
4. Proton 1p atau 11H Partikel
1
5. Neutron 0n Partikel
0
6. Elektron −1e Partikel
0 0
7. Elektron positif (positron) +1 e atau +1β Partikel
17
Apa itu Radioaktivitas?
• Radionuklida (unsur radioaktif atau inti radioaktif) : Inti tidak stabil
yang memancarkan radiasi untuk menjadi lebih stabil.
• Zat radioaktif : Materi/zat yang mengandung radionuklida.

18
Apa itu Radioaktivitas?
Peristiwa radioaktivitas yang lain  transmutasi inti.
Transmutasi inti : perubahan atau transformasi suatu inti menjadi inti
lain melalui suatu reaksi inti, namun berbeda dengan peluruhan
radioaktif yang terjadi secara spontan, transmutasi inti terjadi akibat
tumbukan partikel-partikel (inti dibombardir, atau ditumbuk, oleh
inti lain atau partikel inti sehingga terjadi tumbukan antar partikel).

19
Macam-macam Nuklida
Berdasarkan kestabilan dan proses pembentukannya di alam,
nuklida dapat dibagi menjadi :
1. Nuklida stabil
2. Radionuklida

20
Macam-macam Nuklida
1. Nuklida stabil : Nuklida ini secara alamiah stabil atau
radioaktivitasnya tidak terdeteksi (nuklida yang memiliki A dan Z
tetap).
Contoh :
1 12 14
1 H, 6 C, 7 N

21
Macam-macam Nuklida
2. Radionuklida, yaitu nuklida yang tidak stabil dan secara spontan
meluruh menjadi nuklida lain (nuklida yang memiliki A dan Z yang
dapat berubah-ubah).

22
Macam-macam Nuklida
2. Radionuklida dapat dibagi lagi menjadi :
a. Radionuklida alam primer
b. Radionuklida alam sekunder
c. Radionuklida alam terinduksi
d. Radionuklida buatan

23
Macam-macam Nuklida
a. Radionuklida alam primer
Radionuklida yang terbentuk secara alami dan bersifat radioaktif.
Disebut primer karena memiliki waktu paruh panjang sehingga masih
bisa ditemukan di alam sampai sekarang.
Contoh : 238
92U, dengan waktu paruh 4,5 x 10 9 tahun.

24
Macam-macam Nuklida
b. Radionuklida alam sekunder
Nuklida ini radioaktif dan dapat ditemukan di alam. Waktu paruhnya
pendek dan dibentuk secara kontinu dari radionuklida alam primer.
Contoh :
234
90Th, denganwaktuparuh 24 hari.

25
Macam-macam Nuklida
c. Radionuklida alam terinduksi
Contoh : 146C yang terbentuk karena interaksi sinar kosmik dengan
nuklida 147N di atmosfir.
d. Radionuklida buatan
Radionuklida yang terbentuk tidak secara alami, tapi hasil
sintesis/rekayasa/buatan manusia.
Contoh : Unsur –unsur transuranium.

26
Macam-macam Nuklida
Berdasarkan kesamaan nilai A, Z dan N, nuklida-nuklida dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Isotop
2. Isobar
3. Isoton
4. Isomer inti

27
Macam-macam Nuklida
1. Isotop yaitu nuklida yang Z sama tetapi A berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh N yang berbeda. Oleh karena sifat-sifat kimia suatu
unsur bergantung pada nomor atomnya, maka isotop-isotop suatu
unsur mempunyai sifat-sifat kimia yang sama.
Contoh :

12 13 14
6C, 6C, 6C
28
Macam-macam Nuklida
2. Isobar ialah nuklida yang A sama tetapi Z berbeda. Oleh karena
nomor atom isobar-isobar berbeda, sifat-sifat kimia dan fisika pun
berbeda.
Contoh :
130 130 130
52 Te, 54 Xe, 56 Ba

29
Macam-macam Nuklida
3. Isoton ialah nuklida dengan N yang sama. Oleh karena nomor
atomnya berbeda maka isoton-isoton sifat-sifat fisika dan sifat
kimianya berbeda.
Contoh :
30 31 32
14Si, 15P, 16S

30
Macam-macam Nuklida
4. Isomer inti yaitu nuklida yang memiliki A dan Z yang sama tetapi dibedakan
oleh tingkat energi dan jenis peluruhan radioaktifnya. Isomer dengan
tingkat energi lebih tinggi dapat terjadi karena eksitasi akibat penembakan
partikel atau peluruhan inti radioaktif dan bersifat metastabil.
Contoh :
58Co diketahui memiliki setidaknya dua isomer. Isomer dengan energi lebih rendah
memiliki waktu paruh 71 hari dan meluruh dengan penangkapan elektron serta
pemancaran positron, sedangkan isomer lainnya, 58mCo (m berarti "metastabil")
memiliki waktu paruh 9 jam dan meluruh dengan peluruhan gamma menghasilkan
isomer pertama (58Co).

31
Radionuklida/Inti Radioaktif dan Reaksi Inti
Unsur-unsur apa saja yang bersifat radioaktif?
Semua unsur yang memiliki nomor atom (Z) lebih besar dari 83 adalah
unsur/inti radioaktif.
Contoh :
Peluruhan radioaktif :
Isotop polonium, yaitu 210
84Po, meluruh secara spontan menjadi 206
82Pb
dengan memancarkan sebuah partikel α.

32
Radionuklida/Inti Radioaktif dan Reaksi Inti
Namun, terdapat pula unsur radioaktif yang memiliki nomor atom (Z) kecil.
Contoh :
Transmutasi inti alami :
Isotop Karbon, yaitu 146C yang terbentuk ketika inti 147N di atmosfer menangkap satu neutron
(dari matahari).
Peristiwa ini tergolong transmutasi inti alami, karena terjadi secara alami di luar angkasa.
Contoh :
Transmutasi inti buatan :
Isotop Fosfor, yaitu 30
15P yang terbentuk dengan menembak inti 27
13Al dengan sinar alfa.
Peristiwa ini tergolong transmutasi inti buatan, karena tidak secara alami tapi sengaja
dilakukan oleh manusia.

33
Reaksi-reaksi Inti
Jenis Radioaktivitas :
(1) Peluruhan radioaktif
(2) Transmutasi inti alami dan
(3) Transmutasi inti buatan

34
Persamaan Reaksi Inti
Perubahan yang terjadi selama reaksi inti dapat diperlihatkan dalam
suatu persamaan reaksi inti.
Seperti pada persamaan reaksi kimia biasa yang harus dalam keadaan
setara/setimbang antara produk dan reaktan, hal yang sama juga
berlaku untuk persamaan reaksi inti.

35
Menyetarakan Persamaan Reaksi Inti
Aturan dalam menyetarakan persamaan reaksi inti (persamaan
inti) :
• Jumlah nomor massa harus sama (kekekalan nomor massa),
• Jumlah nomor atom harus sama (kekekalan nomor atom).

36
Jenis-jenis radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida/inti radioaktif
No. Radiasi Massa (u)* Muatan Lambang Tipe
1. Alfa (α) 4 +2 4
2He atau 42α Partikel
2. Beta (β) / Elektron 0 -1 0
−1β Partikel
negatif (negatron)
3. Gamma (γ) 0 0 0
0γ atau γ Gelombang
elektromagnetik
4. Proton 1 +1 1
1p atau 11H Partikel
5. Neutron 1 0 1
0n Partikel
6. Elektron 0 -1 0
−1e Partikel
7. Elektron positif 0 +1 0
+1e atau +10β Partikel
(positron)
*u = satuan SI untuk Satuan Massa Atom (sma)
37
Menyetarakan Persamaan Reaksi Inti
Contoh Soal :
Tuliskan persamaan reaksi inti setara untuk menyatakan :
a. Pemancaran partikel α oleh 22286Rn,
b. Peluruhan radioaktif 137
55Cs menjadi 137
56Ba,
c. Produksi 30
15P dengan menembak 27
13Al dengan partikel α, dan
d. Penembakan 147N dengan neutron membentuk 146C.

38
Menyetarakan Persamaan Reaksi Inti
Penyelesaian :
a. Pemancaran partikel α oleh 222
86Rn
222 A
86Rn ZX + 42He Pada peluruhan radioaktif, inti yang meluruh disebut
induk dan inti yang terbentuk disebut anak/turunan.
222 218 Jadi, pada persamaan reaksi inti ini, 222
86Rn (induk)
86Rn 84X + 42He dan 218
84Po (anak/turunan).

222 218
86Rn 84Po + 42He ( 42He = 42α)

39
40
Menyetarakan Persamaan Reaksi Inti
Penyelesaian :
137 137
b. Peluruhan radioaktif 55Cs menjadi 56Ba

137 137
55Cs 56Ba + X (Radiasi yang dipancarkan?)

137 137 0
55Cs 56Ba + −1β Partikel beta

41
Menyetarakan Persamaan Reaksi Inti
Penyelesaian :
30 27
c. Produksi 15P dengan menembak 13Al dengan partikel α

27
13Al + 42He 30
15P + X (Radiasi yang dipancarkan?)

27 4 30 1
13Al + 2He 15P + 0n Partikel neutron

42
Menyetarakan Persamaan Reaksi Inti
Penyelesaian :
d. Penembakan 147N dengan neutron membentuk 146C.

14
7N + 10n 146C + X (Radiasi yang dipancarkan?)

14
7N + 10n 146C + 11p Partikel proton/hidrogen ( 11p = 11H)

43
Menyetarakan Persamaan Reaksi Inti
Latihan Soal :
Tuliskan persamaan inti setara untuk menyatakan :
(a) Pemancaran partikel α oleh 21284Po.
(b) Peluruhan radioaktif Bismut-215 menjadi Polonium-215.
(c) Pemancaran partikel β− oleh 241 94Pu.
(d) Peluruhan inti radioaktif untuk menghasilkan 58
28Ni dan 1 positron.

44
Macam Peluruhan Radioaktif
1. Peluruhan Alfa (α)
2. Peluruhan Beta (β)
3. Peluruhan Gamma (γ)
4. Pemancaran Neutron
5. Pemancaran Neutron Terlambat
6. Pembelahan Spontan

45
Macam Peluruhan Radioaktif
1. Peluruhan Alfa (α)
Peluruhan α atau radiasi α terdiri dari pancaran inti atom helium yang disebut partikel α yang
dinyatakan dengan 42α atau 42He.
Dalam peluruhan α, sebuah partikel α dipancarkan dari sebuah inti. Partikel/sinar α memiliki 2
proton dan 2 neutron. Apabila suatu unsur memancarkan sinar α, maka inti atom unsur
tersebut nomor massanya akan berkurang 4 satuan dan nomor atomnya berkurang 2 satuan.
Contoh :
𝟐𝟑𝟖 𝟐𝟑𝟒 𝟒
𝟗𝟐U 𝟗𝟎Th+ 𝟐He
Pada reaksi inti atom ini, unsur 238
92 U meluruh menjadi unsur 234
90Th dengan memancarkan
partikel/sinar α.

46
Macam Peluruhan Radioaktif
2. Peluruhan Beta (𝛃)
Pada peluruhan 𝛃, neutron berubah menjadi proton. Pada proses ini
tidak terjadi perubahan jumlah nomor massa (A).
Ada tiga macam peluruhan 𝛃 :
a. Peluruhan negatron
b. Peluruhan positron
c. Penangkapan elektron

47
Macam Peluruhan Radioaktif
2. Peluruhan Beta (𝛃)
a. Peluruhan negatron
Di sini terjadi perubahan neutron menjadi proton dengan pemancaran elektron negatif atau
negatron yang menyebabkan nomor atom (Z) unsur bertambah sedangkan nomor massanya
(A) tetap.
𝟏 𝟎
𝟎n 𝟏p+ −𝟏𝛃
𝟏

Contoh :
𝟐𝟑𝟒 𝟐𝟑𝟒 𝟎
𝟗𝟎 Th 𝟗𝟏 Pa+ −𝟏𝛃
Pada reaksi inti atom ini, inti 234
90 Th berubah menjadi inti 234
91Pa dengan memancarkan elektron
negatif atau negatron.
Cat : Elektron ini bukan berasal dari partikel elektron di kulit atom atau orbital. Partikel elektron
ini didapat dengan mengubah neutron menjadi satu partikel proton yang tetap berada dalam inti
atom. 48
Macam Peluruhan Radioaktif
2. Peluruhan Beta (𝛃)
b. Peluruhan positron
Disini terjadi perubahan proton menjadi neutron dengan memancarkan elektron positif
atau positron yang menyebabkan nomor atom (Z) unsur berkurang sedangkan nomor
massanya (A) tetap. Pemancaran positron lazim dijumpai pada inti dari unsur radioaktif yang
lebih ringan yang dihasilkan secara artifisial (buatan).
𝟏p 𝟏n+ 𝟎𝛃
𝟏 𝟎 +𝟏
Contoh :
𝟑𝟎 𝟑𝟎 𝟎
𝟏𝟓 P 𝟏𝟒 Si + +𝟏𝛃
𝟑𝟎 𝟑𝟎
Pada reaksi inti atom ini, inti 𝟏𝟓P berubah menjadi inti 𝟏𝟒Si dengan memancarkan elektron
positif atau positron.

49
Macam Peluruhan Radioaktif
2. Peluruhan Beta (𝛃)
c. Penangkapan elektron (Electron capture) (EC)
Dalam kasus ini, elektron dari kulit elektron dalam (biasanya kulit n = 1) diserap oleh inti, yang
mengubah proton menjadi neutron yang menyebabkan nomor atom (Z) unsur berkurang
sedangkan nomor massanya (A) tetap. Ketika elektron dari tingkat kuantum yang lebih tinggi
jatuh ke tingkat energi yang dikosongkan oleh elektron yang tertangkap, radiasi X (sinar X)
dipancarkan. Proses ini jarang terjadi pada isotop alam, tetapi terjadi pada radionuklida artifisial
(buatan).
𝟏p
𝟏
+ −𝟏𝟎𝐞  𝟏𝟎n
Contoh :
𝟐𝟎𝟐
𝟖𝟏Tl + −𝟏𝟎𝐞  𝟐𝟎𝟐
𝟖𝟎
Hg (diikuti radiasi/sinar X)
𝟎 𝟎
Disini kita menggunakan −𝟏𝐞 bukan −𝟏𝛃 sebab elektron berasal dari orbital atom atau kulit
atom dan bukan dari inti. 50
Macam Peluruhan Radioaktif
3. Peluruhan Gamma (γ)
Beberapa proses peluruhan radioaktif yang menghasilkan partikel/sinar α atau β
meninggalkan inti dalam keadaan tereksitasi. Inti yang berada dalam keadaan tereksitasi ini,
melakukan transisi ke tingkat energi yang lebih rendah dengan memancarkan radiasi
elektromagnetik yang disebut sinar γ. Sinar γ mempunyai radiasi paling tinggi
dibandingkan dengan kedua sinar lainnya (α dan β). Karena sinar γ tidak bermuatan dan
tidak bermassa maka suatu unsur yang memancarkan partikel/sinar γ memiliki nomor atom
(Z) dan nomor massa (A) yang tetap.
Contoh :
𝟐𝟑𝟒 𝟐𝟑𝟎 𝟒
𝟗𝟐U 𝟗𝟎Th* + 𝟐He
𝟐𝟑𝟎 𝟐𝟑𝟎 𝟎
𝟗𝟎Th*  𝟗𝟎Th+ 𝟎𝛄
Proses ini seringkali disebut "transisi isomer"
Inti atom yang berada dalam keadaan tereksitasi disimbolkan dengan tanda bintang (*),
dimana keadaan tersebut diperoleh melalui peluruhan inti radioaktif atau tumbukan dengan
partikel lain (penembakan partikel).
51
Macam Peluruhan Radioaktif
4. Pemancaran Neutron
Disini ini atom mengalami kelebihan neutron sehingga secara langsung
dilepaskan dari inti yang menyebabkan nomor atom (Z) unsur tetap
sedangkan nomor massanya (A) berkurang.
Contoh :
𝟖𝟕 𝟖𝟔 𝟏
𝟑𝟔Kr 𝟑𝟔Kr+ 𝟎𝐧

52
Macam Peluruhan Radioaktif
5. Pemancaran Neutron Terlambat (Delayed Neutron)
Neutron terlambat adalah neutron yang dipancarkan setelah peristiwa fisi inti, oleh
salah satu produk fisi (atau sebenarnya, anak produk fisi setelah peluruhan beta),
setiap saat dari beberapa milidetik hingga beberapa menit setelah peristiwa fisi.
Contoh :
𝟖𝟕 𝟖𝟕 𝟖𝟕 𝟖𝟔
𝟑𝟓 Br 𝟑𝟔Kr + −𝟏𝟎𝛃 𝟑𝟔 Kr 𝟑𝟔 Kr+ 𝟏
𝟎𝐧
(56 detik) (cepat)
𝟖𝟕
𝟑𝟓Br disebut pemancar neutron terlambat.

53
Macam Peluruhan Radioaktif
6. Pembelahan Spontan
Proses ini hanya terjadi dengan nuklida-nuklida dengan nomor atom (Z) yang
sangat besar dan membelah secara spontan menjadi dua nuklida lebih kecil yang
massanya berbeda.
Contoh :
𝟐𝟓𝟒 𝟏𝟎𝟖 𝟏𝟒𝟐
𝟗𝟖 Cf 𝟒𝟐 Mo+ 𝟓𝟔Ba + 4 𝟏𝟎𝐧

54
Deret Peluruhan Radioaktif (Deret Keradioaktifan)
Deret peluruhan radioaktif merupakan kelompok unsur yang terbentuk
dari satu nuklida radioaktif yang berturut-turut memancarkan partikel alfa
atau partikel beta.
Pada setiap pancaran radiasi terbentuk atom dari unsur yang berlainan.
Deret ini dimulai dari unsur induk yang meluruh terus menerus
membentuk atom baru (turunan/anak) sehingga akhirnya membentuk
atom yang stabil (tidak radioaktif).

55
Deret Peluruhan Radioaktif (Deret Keradioaktifan)

Ada 3 deret peluruhan radioaktif alam yaitu deret Thorium, deret


Uranium dan deret Aktinium.
Deret Thorium dan deret Uranium diberi nama sesuai dengan nama
anggota inti yang mempunyai waktu paruh terpanjang yaitu berturut-turut
1,39 x 1010 dan 4,51 x 109 tahun, dan menjadi induknya.
Induk deret Aktinium bukan unsur Aktinium (Ac), tetapi unsur yang
mempunyai waktu paruh terpanjang, yaitu 7,07 x 108 tahun yang disebut
Aktinouranium (Uranium-235).

56
Deret Peluruhan Radioaktif (Deret Keradioaktifan)

Deret peluruhan radioaktif ke-4 adalah deret peluruhan radioaktif


buatan yang disebut deret Neptunium karena Neptunium adalah
anggota dengan waktu paruh terpanjang, yaitu 2,25 x 106 tahun (yang
menjadi induknya).
Hasil terakhir dari deret peluruhan radioaktif alami adalah unsur Timbal
(Pb), sedangkan hasil terakhir dari deret peluruhan radioaktif buatan
adalah unsur Bismut (Bi).

57
1. Deret Thorium (Th)
Terdapat 25 isotop Thorium yang dikenal tidak stabil, dengan nomor
massa antara 212 sampai 236.
Isotop Thorium yang paling stabil adalah Thorium-232 yang merupakan
sebuah isotop pemancar/pengemisi alfa (α) dengan waktu paruh yang
sangat panjang, yaitu sekitar 1.39 x 1010 tahun.
Dalam deret Thorium-232 terdapat 10 proses peluruhan utama yang
terdiri dari 6 peluruhan alfa (α) dan 4 peluruhan beta (β).
Proses disintegrasi (peluruhan) deret Thorium-232 ditunjukkan pada
gambar di bawah ini :

58
1. Deret Thorium (Th)
Skema Peluruhan Deret Thorium :

59
1. Deret Thorium (Th)
Deret Thorium dengan isotop Thorium-232 (Th-232) akan mengalami
peluruhan hingga stabil menjadi Timbal-208 (Pb-208).
Deret Thorium disebut juga dengan deret 4n karena nomor massa
unsur-unsur radioaktifnya selalu habis jika dibagi 4.
Setiap nuklida pada deret Thorium-232 memiliki waktu paruh masing-
masing, dan nuklida induk memiliki waktu paruh paling lama
dibandingkan dengan nuklida-nuklida turunannya.

60
2. Deret Uranium (U-238)
Uranium merupakan salah satu unsur radioaktif alam yang memiliki inti
atom tidak stabil. Uranium dengan isotop Uranium-238 (U-238) akan
mengalami peluruhan menjadi inti yang stabil yaitu Timbal-206 (Pb-
206).
Dalam deret Uranium-238 terdapat 14 proses peluruhan utama yang
terdiri dari 8 peluruhan alfa (α) dan 6 peluruhan beta (β).
Proses disintegrasi (peluruhan) deret Uranium-238 ditunjukkan pada
gambar di bawah ini :

61
2. Deret Uranium (U-238)
Skema Peluruhan Deret Uranium :

62
2. Deret Uranium (U-238)
Deret Uranium disebut juga dengan deret 4n+2 karena setiap
nomor massa unsur-unsur radioaktifnya selalu habis jika
dibagi 4 dan bersisa 2.

63
3. Deret Aktinium (U-235)
Deret Aktinium merupakan deret peluruhan dari unsur radioaktif
Uranium-235 (U-235).
Uranium dengan isotop Uranium-235 akan mengalami peluruhan
menjadi inti yang stabil yaitu Timbal-207 (Pb-207).
Dalam deret Aktinium atau Uranium-235 terdapat 11 proses
peluruhan utama yang terdiri dari 7 peluruhan alfa (𝛼) dan 4
peluruhan beta (𝛽).
Proses disintegrasi (peluruhan) deret Aktinium atau Uranium-235
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

64
3. Deret Aktinium (U-235)
Skema Peluruhan Deret Aktinium :

65
3. Deret Aktinium (U-235)
Deret Aktinium disebut juga dengan deret 4n+3 karena
setiap nomor massa unsur-unsur radioaktifnya selalu habis
jika dibagi 4 dan bersisa 3.

66
4. Deret Neptunium (Np)
Deret Neptunium merupakan deret tak alami, karena berasal dari
buatan manusia melalui penembakan inti berat dengan neutron.
Neptunium dengan isotop 237 (Neptunium-237) (Np-237) akan
mengalami peluruhan menjadi inti yang stabil yaitu Bismut-209 (Bi-
209).
Dalam deret Neptunium-237 terdapat 11 proses peluruhan utama
yang terdiri dari 7 peluruhan alfa (α) dan 4 peluruhan beta (β).
Proses disintegrasi (peluruhan) deret Neptunium-237 ditunjukkan
pada gambar di bawah ini :

67
4. Deret Neptunium (Np)
Skema Peluruhan Deret Neptunium :

68
4. Deret Neptunium (Np)
Deret Neptunium disebut juga dengan deret 4n+1 karena
setiap nomor massa unsur-unsur radioaktifnya selalu habis
jika dibagi 4 dan bersisa 1.

69
Deret Peluruhan Radioaktif (Deret Keradioaktifan)
Deret Peluruhan Radioaktif (Deret Keradioaktifan)
Nama Nomor Inti terakhir Inti Induk (Waktu Waktu paruh
Deret Massa (A) (Produk) paruh terpanjang) (Tahun)
208 232
Thorium 4n 82Pb 90Th 1,4 x 1010
209 237
Neptunium 4n + 1 83Bi 93Np
2,3 x 106
206 238
Uranium 4n + 2 82Pb 92U 4,5 x 109
207
Aktinium 4n + 3 82Pb
235
92U 7,1 x 108

70
Kestabilan Inti
Faktor utama yang menentukan apakah suatu inti stabil ialah
perbandingan/rasio neutron terhadap proton (N/Z).
Untuk atom stabil dari unsur yang mempunyai nomor atom rendah
(Z < 20), nilai N/Z minimal sama dengan 1.
Dengan meningkatnya nomor atom, perbandingan neutron terhadap
proton dari inti stabil menjadi lebih besar dari 1.
Adanya penyimpangan pada nomor-nomor atom yang lebih tinggi ini
muncul karena dibutuhkan lebih banyak neutron untuk melawan kuatnya
gaya tolak-menolak pada proton-proton ini dan menstabilkan inti.
71
Kestabilan Inti
Kestabilan inti tidak dapat diramal dengan suatu aturan.
Namun, ada beberapa aturan empiris yang dapat digunakan untuk
mengenal inti yang stabil dan yang radioaktif (tak stabil).

72
Kestabilan Inti
Aturan empiris untuk mengenal inti yang stabil dan yang radioaktif (tak
stabil) :
1. Semua inti yang mengandung 84 proton (Z = 84) atau lebih adalah
radioaktif (tidak stabil).
2. Semua isotop Teknesium (Tc) (Z = 43) dan Prometium (Pm) (Z = 61)
adalah radioaktif (tidak stabil).
3. Aturan ganjil genap (Tabel di bawah). Diamati bahwa inti yang
mengandung jumlah proton dan neutron genap lebih stabil dari inti
yang mengandung jumlah proton dan neutron ganjil.
73
Kestabilan Inti
Jumlah inti stabil dengan jumlah proton dan neutron genap dan ganjil.

Jumlah proton-neutron Inti yang stabil


Genap-genap 164
Genap-ganjil 55
Ganjil-genap 50
Ganjil-ganjil 5
74
Kestabilan Inti
4. Bilangan Ajaib (Magic Numbers)
Dari berbagai pengamatan tentang kestabilan inti ditemukan bahwa inti itu
stabil jika dalam inti terdapat jumlah proton dan jumlah neutron sama dengan
bilangan ajaib (magic numbers), atau konfigurasi kulit tertutup (closed shell
configuration), untuk jumlah proton dan neutron.
Bilangan-bilangan ini adalah :
Untuk proton : = 2, 8, 20, 28, 50, 114 dan 82
Untuk neutron : = 2, 8, 20, 28, 50, 82 dan 126
Nuklida yang mempunyai neutron dan proton sebanyak bilangan ajaib stabil
terhadap reaksi inti dan peluruhan radioaktif.

75
Kestabilan Inti
Contoh isotop-isotop stabil :
𝟏𝟔 𝟒𝟎
𝟒
𝟐 𝐇𝐞, 𝟖 𝐎, 𝟐𝟎𝐂𝐚, dan 𝟐𝟎𝟖
𝟖𝟐𝐏𝐛
Untuk proton : = 2, 8, 20, dan 82 (termasuk dalam bilangan ajaib).
Untuk neutron : = 2, 8, 20, dan 126 (termasuk dalam bilangan ajaib).
Jadi, isotop-isotop di atas adalah isotop-isotop stabil.

76
Kestabilan Inti
5. Kestabilan inti dapat dikaitkan dengan perbandingan/rasio neutron terhadap
proton, (N/Z).
Perbandingan/rasio neutron terhadap proton minimum untuk stabilitas inti
adalah N/Z = 1 atau N = Z.
• Nuklida-nuklida ringan dengan nomor atom kurang dari 20 (Z < 20), umumnya
lebih stabil dengan jumlah proton sama dengan jumlah neutron (N = Z atau
N/Z = 1).
• Pada nuklida-nuklida lebih berat, muatan inti cenderung menolak proton
sehingga kestabilan cenderung menuju ke arah nuklida yang jumlah
neutron lebih banyak (N > Z atau N/Z > 1).
6. Pita kestabilan inti  kurva kestabilan inti, peta kestabilan inti, sabuk stabilitas,
dll, sebagai panduan kasar dalam menentukan jenis peluruhan untuk
kestabilan inti.
77
Pita Kestabilan
Dari sekian banyak isotop yang dikenal,
hanya kurang lebih seperempatnya yang
stabil.
Jika N dialurkan terhadap Z untuk semua
isotop stabil, diperoleh gambar seperti
tertera pada gambar di samping kanan.
Daerah yang terdapat inti stabil disebut
pita kestabilan inti.
Pita kestabilan inti
78
Pita Kestabilan
Inti-inti yang tidak stabil cenderung untuk menyesuaikan perbandingan neutron
terhadap proton (N/Z), agar sama dengan perbandingan pada pita kestabilan.
Bagi nuklida dengan Z = 20, N/Z sekitar 1,0 sampai 1,1. Jika Z bertambah
perbandingan neutron terhadap proton bertambah menjadi sekitar 1,5.
Jika jumlah proton makin bertambah (sangat banyak), tolak-menolak antara
proton-proton sangat besar sehingga tidak mungkin terdapat nuklida yang stabil.
Jadi, tidak dikenal nuklida stabil dengan nomor atom lebih besar 83, sebaliknya
semua unsur dengan Z kurang atau sama dengan 83, mempunyai satu nuklida
atau lebih yang stabil, kecuali, unsur Teknesium (Tc) (Z = 43) dan Prometium
(Pm) (Z = 61).

79
Pita Kestabilan
Daerah di sekitar pita kestabilan, di mana
terdapat inti-inti yang tidak stabil, dapat dibagi
dalam tiga daerah, yaitu :
1. Di atas pita kestabilan
Inti di daerah ini, Z < 83, N/Z besar, atau
daerah surplus neutron.
Di daerah ini, inti-inti mempunyai N/Z besar
atau lebih tinggi dibandingkan di dalam pita
kestabilan (untuk jumlah proton yang sama).
Pita kestabilan inti
80
Pita Kestabilan
Untuk menurunkan perbandingan ini (dan dengan demikian, bergerak
turun ke arah pita kestabilan atau untuk mencapai kestabilan inti), inti-
inti tersebut mengalami proses berikut :
a. Memancarkan/mengemisikan neutron. Hal ini jarang dapat
diamati karena berlangsung sangat cepat. Untuk memancarkan
neutron, waktu paruh inti 10-12 detik sehingga terlampau singkat
untuk dapat diamati.
b. Memancarkan/mengemisikan partikel beta. Salah satu neutron
dalam inti berubah menjadi proton disertai dengan pemancaran
partikel beta (terjadi peningkatan jumlah proton dalam inti dan
sekaligus menurunkan jumlah neutron).
81
Pita Kestabilan
2. Di bawah pita kestabilan
Inti di daerah ini, Z < 83 dan N/Z kecil atau
surplus proton.
Di daerah ini, inti mempunyai N/Z lebih rendah
dibandingkan dalam pita kestabilan (untuk
jumlah proton yang sama).

Pita kestabilan inti


82
Pita Kestabilan
Untuk meningkatkan perbandingan ini (dan dengan demikian bergerak naik
ke arah pita kestabilan) atau untuk mencapai kestabilan, inti-inti mengalami
proses berikut :
a. Memancarkan/mengemisikan positron.
Dalam hal ini proton berubah menjadi neutron dan memancarkan positron
yang menyebabkan jumlah proton berkurang sedangkan jumlah neutron
bertambah.
b. Penangkapan elektron/electron capture (EC).
Dalam kasus ini, elektron dari kulit elektron dalam diserap oleh inti, yang
mengubah proton menjadi neutron yang menyebabkan jumlah proton
berkurang sedangkan jumlah neutron bertambah.

83
Pita Kestabilan
3. Inti dengan Z > 83.
Inti di daerah ini surplus neutron dan proton
(surplus massa). Untuk mencapai kestabilan, inti
memancarkan/mengemisikan partikel alfa.
Untuk 234 92U terjadi peluruhan dalam banyak
tahap dan gabungan pemancaran alfa dan beta
 Deret Peluruhan Radioaktif (Deret
Keradioaktifan).
Pita kestabilan inti
84
Pita Kestabilan
Pada pita kestabilan juga terdapat inti tidak
stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan inti
dalam keadaan tereksitasi, sehingga untuk
menjadi inti yang stabil cukup dengan
melepaskan energi berupa sinar gamma (γ)
(tidak terjadi perubahan jumlah proton
maupun neutron).

Pita kestabilan inti


85
Inti dengan Z > 83, jenis peluruhan
dominannya : pemancaran partikel alfa

Inti di atas pita kestabilan,


jenis peluruhan dominannya Inti di bawah pita kestabilan, jenis
: pemancaran partikel beta
peluruhan dominannya : pemancaran
positron atau penangkapan elektron

Gambar Pita Kestabilan Inti 86


Pita Kestabilan
Macam-macam Peluruhan Radioaktif
Keadaan Inti Radiasi Proses Setara Macam Peluruhan
4 4
Z > 83 2 He atau 2α Emisi alfa (α)
0 −
N/Z besar −1β
𝟏
𝟎 n 𝟏
𝟏 p+ 𝟎
−𝟏𝛃 Emisi beta (β )
0 +
N/Z kecil +1β
𝟏
𝟏 p  𝟏
𝟎 n + 𝟎
+𝟏𝛃 Emisi positron (β )
N/Z kecil Sinar X 𝟏p + 𝟎e  𝟏n
𝟏 −𝟏 𝟎 Penangkapan elektron (EC)
Inti tereksitasi Emisi gamma (γ)

87
Kestabilan Inti
Contoh Soal : Memprediksi Stabilitas Inti
Manakah dari nuklida-nuklida berikut yang anda prediksi stabil atau tidak
stabil (radioaktif)? Jelaskan!
𝟏𝟖
a. 𝟏𝟎Ne
𝟑𝟐
b. 𝟏𝟔S
𝟐𝟑𝟔
c. 𝟗𝟎Th
Lihat aturan-aturan empiris untuk mengenal inti yang stabil dan
yang radioaktif (tak stabil)!

88
Kestabilan Inti
Penyelesaian :
a. 𝟏𝟖
𝟏𝟎Ne Radioaktif (tidak stabil), mengapa?
Aturan ganjil-genap : jumlah proton dan neutron (genap-genap)  Z = 10, N
= (18 – 10) = 8.
Aturan bilangan ajaib : jumlah proton dan neutron tidak termasuk dalam
bilangan ajaib.
Aturan perbandingan N/Z = 8/10 = 0,8 < 1 (terlalu sedikit neutron untuk
menjadi stabil), karena untuk stabil N/Z minimal 1.
Kesimpulan : Radioaktif (tidak stabil).

89
Kestabilan Inti
Penyelesaian :
𝟑𝟐
b. 𝟏𝟔S Stabil, mengapa?
Aturan ganjil-genap : jumlah proton dan neutron (genap-genap) (Z = 16, N =
32 – 16 = 16).
Aturan bilangan ajaib : tidak termasuk dalam bilangan ajaib.
Perbandingan N/Z = 16/16 = 1 dengan Z < 20, stabil dengan jumlah proton =
jumlah neutron.
Kesimpulan : Inti stabil.
𝟐𝟑𝟔
c. 𝟗𝟎Th Radioaktif (tidak stabil), mengapa?
Setiap nuklida dengan Z > 83 adalah radioaktif.
90
Kestabilan Inti
Contoh Soal : Memprediksi Jenis Peluruhan Inti
Prediksilah nuklida-nuklida radioaktif berikut akan lebih cenderung
mengalami jenis peluruhan apa agar dapat lebih stabil!
𝟏𝟐
𝐚. 𝟓B
𝟐𝟑𝟒
b. 𝟗𝟐U
𝟐𝟑
c. 𝟏𝟐Mg

91
Kestabilan Inti
Penyelesaian :
a. 𝟏𝟐𝟓B
Nuklida ini memiliki N/Z = 7/5 = 1,4 yang merupakan daerah surplus
neutron, sehingga nuklida ini mungkin akan mengalami peluruhan beta
atau memancarkan partikel beta (𝛃), dengan meningkatkan Z dan
menurunkan N, sehingga perbandingan N/Z turun menjadi 1.

92
Kestabilan Inti
Penyelesaian :
b. 𝟐𝟑𝟒
𝟗𝟐U
Nuklida ini merupakan nuklida berat Z > 83 (surplus neutron dan
proton), sehingga mungkin akan mengalami peluruhan alfa atau
memancarkan partikel alfa (𝜶).

93
Kestabilan Inti
Penyelesaian :
c. 𝟐𝟑
𝟏𝟐Mg
Nuklida ini memiliki N/Z = 11/12 = 0,92 (surplus proton), sehingga
mungkin akan mengalami pemancaran positron atau penangkapan
elektron, dengan menurunkan Z, namun N tetap, sehingga
perbandingan N/Z naik menjadi 1.

94
Kestabilan Inti
Latihan Soal : Memprediksi Stabilitas Inti dan Jenis Peluruhan Inti
Manakah dari nuklida-nuklida berikut yang anda prediksi stabil atau tidak
stabil (radioaktif)? Jelaskan!
Prediksilah jenis peluruhannya agar dapat menjadi lebih stabil!
𝟖𝟐
a. 𝟑𝟑As
𝟏𝟏𝟖
b. 𝟓𝟎Sn
𝟐𝟏𝟒
c. 𝟖𝟒Po
𝟏𝟐𝟑
d. 𝟓𝟔Ba
95
Transmutasi Inti
Reaksi inti yang dibahas pada bagian sebelumnya adalah reaksi peluruhan radioaktif, di
mana sebuah inti secara spontan meluruh menjadi inti lain dan memancarkan partikel.

Pada tahun 1919, Ernest Rutherford menemukan bahwa atom suatu unsur dapat
ditransformasi menjadi atom unsur lain dengan proses yang dapat dikontrol di
laboratorium. Proses ini yang dinamakan transmutasi inti.

Transmutasi inti adalah perubahan atau transformasi suatu inti menjadi inti lain
dengan cara membombardir/menembak inti suatu unsur dengan partikel atau inti atom
sebagai proyektil/penembaknya.

96
Transmutasi Inti
Pada tahun 1919, Ernest Rutherford melakukan suatu percobaan
dengan menembak inti nitrogen dengan partikel alfa (sebagai partikel
proyektil/penembak) dan menghasilkan oksigen dan hidrogen (partikel
yang dipancarkan), reaksinya berlangsung sebagai berikut :

𝟏𝟒 𝟒 𝟏𝟕 𝟏
𝟕N + 𝟐He  𝟖O+ 𝟏H

Suatu isotop oksigen-17 (nonradioaktif) dihasilkan disertai dengan


pemancaran proton (memperoleh proton di luar inti atom).
97
Transmutasi Inti
Pada reaksi di atas, inti tidak meluruh secara spontan tapi harus
dikenai dengan partikel kecil lain (tumbukan dengan partikel lain) untuk
menginduksi terjadinya reaksi inti.
Hal ini menunjukkan untuk pertama kalinya satu unsur ditranformasi
menjadi unsur lain lewat proses transmutasi inti yang merupakan
transmutasi buatan pertama.

98
Transmutasi Inti
Ketika berilium dibombardir/ditembakkan dengan partikel alfa, radiasi dilepaskan
yang ternyata tidak dibelokkan oleh medan listrik ataupun medan magnet. Oleh
karena itu, radiasi ini tidak terdiri dari partikel bermuatan.
Fisikawan Inggris James Chadwick menyarankan pada tahun 1932 bahwa radiasi
dari berilium ini terdiri dari partikel netral, masing-masing dengan massa kira-kira
sebesar proton. Partikel-partikel ini disebut neutron. Reaksi yang menghasilkan
penemuan neutron adalah

𝟗 𝟒 𝟏𝟐 𝟏
𝟒Be + 𝟐He  𝟔C+ 𝟎n

99
Transmutasi Inti
Pada tahun 1934, Irene Joliot-Curie, Putri Marie Curie, bersama
suaminya Frederic Joliot berhasil membuat atom Fosfor yang bersifat
radioaktif dengan menembakkan Aluminium dengan sinar alfa yang
berasal dari Polonium.
𝟐𝟕 𝟒 𝟑𝟎 𝟏
𝟏𝟑Al + 𝟐 He  𝟏𝟓P+ 𝟎n
𝟑𝟎
𝟏𝟓P merupakan nuklida radioaktif pertama yang diperoleh dengan
cara transmutasi buatan.

100
Transmutasi Inti
Selain melalui persamaan reaksi inti yang sudah di bahas
sebelumnya, reaksi inti dapat juga ditulis dengan suatu singkatan
(notasi Bethe), yaitu mula-mula nuklida sasaran, kemudian di dalam
tanda kurung proyektil dan partikel yang dipancarkan dipisahkan oleh
tanda koma dan diakhiri dengan nuklida hasil/produk reaksi.

101
Transmutasi Inti
Ada dua macam partikel proyektil :
(1) Partikel bermuatan seperti 11H, 21H, 42He atau atom yang lebih
12
berat seperti 6C, dan
(2) Sinar gamma dan partikel tidak bermuatan seperti neutron.
Dalam hal ini sering digunakan neutron sebagai partikel
proyektil/penembak karena neutron memiliki energi yang tinggi dan
lebih kecil.

102
Transmutasi Inti
Banyak isotop buatan dibuat dengan menggunakan neutron sebagai proyektil,
karena neutron tidak bermuatan dan dengan demikian tidak ditolak oleh target,
yaitu inti.
Di sisi lain, bila proyektil adalah partikel-partikel bermuatan positif (contohnya,
proton atau partikel alfa), dibutuhkan energi kinetik yang sangat besar untuk
mengatasi tolakan elektrostatik di antara partikel-partikel itu sendiri dan inti
target.

103
Transmutasi Inti
Unsur-unsur dengan nomor atom besar hanya menghamburkan, atau
membelokkan, partikel alfa dari sumber alami, bukannya memberikan reaksi
transmutasi.
Unsur-unsur ini memiliki inti muatan positif yang besar, dan partikel alfa harus
bergerak sangat cepat untuk menembus inti dan bereaksi.
Partikel alfa dari sumber alami tidak memiliki energi kinetik yang cukup. Untuk
menembakkan partikel bermuatan ke inti berat, partikel bermuatan perlu
dipercepat.

104
Alat Pemercepat Partikel
Alat pemercepat partikel (particle accelerator)
menggunakan medan listrik dan medan magnet
untuk meningkatkan energi kinetik dari spesi
bermuatan supaya reaksi inti bisa terjadi.
Contoh alat/mesin pemercepat partikel :
Siklotron (Cyclotron)

Siklotron (Cyclotron) 105


Diagram Skematik Alat Pemercepat Partikel (Siklotron)
Partikel (sebuah ion) akan dipercepat
dimulai dari tengah dan dipaksa bergerak
dalam lintasan spiral karena pengaruh
medan listrik dan medan magnet sampai
muncul dengan kecepatan tinggi.
Ketika partikel mempunyai energi yang
cukup untuk mengawali reaksi inti yang
diinginkan, partikel akan dipandu keluar dan
akan bertumbukan dengan zat target.

Diagram Skematik Alat Pemercepat Partikel (Siklotron)

106
Transmutasi Inti
Contoh Beberapa Reaksi Transmutasi Inti Buatan :

107
Unsur-unsur Transuraniun
Sebelum tahun 1940, hanya terdapat 92 unsur dalam sistem periodik.
Unsur yang paling ringan adalah hidrogen (A = 1) dan unsur yang paling
berat uranium (A = 238).
Di antara 92 unsur itu, hanya 88 unsur yang terdapat di alam dan 4
unsur lainnya adalah unsur yang disintesis di laboratorium, yaitu unsur
Teknesium (Tc) (Z = 43), Prometium (Pm) (Z = 61), Astatin (At) (Z = 85)
dan Fransium (Fr) (Z = 87).

108
Unsur-unsur Transuraniun
Sejak penemuan reaksi transmutasi inti buatan pertama ditemukan oleh
Rutherford pada tahun 1919, dan ditemukannya alat-alat untuk mempercepat
partikel seperti, Siklotron, telah diusahakan untuk membuat unsur-unsur baru
dengan nomor atom lebih dari 92.
Enrico Fermi merupakan orang pertama yang berusaha membuat unsur-unsur
transuranium (unsur-unsur dengan nomor atom lebih besar dari 92).

109
Unsur-unsur Transuraniun
Reaksi inti dalam pembuatan unsur-unsur transuranium

110
Pemberian nama unsur dengan nomor atom (Z) besar
Sejarah praktis memperbolehkan penemu memberikan nama pada
unsur yang ditemukannya.
Hal ini bisa menimbulkan masalah ttg keabsahan data dan apakah benar
unsur tersebut pernah dibuat.
Masalah lainnya juga pernah terjadi, tahun 1960an ilmuwan Amerika dan
Rusia (dulunya Uni Soviet) sama-sama mengklaim bahwa mereka
menemukan unsur Z = 104. Penamaan unsur ini diperdebatkan, ilmuwan
Amerika menamakan unsur tersebut Rutherfordium, sedangkan ilmuwan
Rusia menamakan Kurchatovium.

111
Pemberian nama unsur dengan nomor atom (A) besar
Oleh karena persoalan-persoalan tersebut, maka IUPAC (The
International Union of Pure and Applied Chemistry) membuat
rekomendasi resmi bahwa sampai suatu penemuan unsur telah
dibuktikan, suatu sistem tata nama digunakan.
Aturan dari sistem itu adalah sebagai berikut :

112
Pemberian nama unsur dengan nomor atom (A) besar
Aturan dari sistem itu adalah sebagai berikut :
1. Semua unsur akan mempunyai akhiran –ium.
2. Nama tersebut dibuat dengan akar angka sebagai berikut :
0 = nil 4 = quad 8 = okt
1 = un 5 = pent 9 = enn
2 = bi 6 = heks
3 = tri 7 = sept
3. Simbol terdiri dari tiga kata berasal dari akar angka di atas.

113
Pemberian nama unsur dengan nomor atom (A) besar
Contoh : unsur 104
104

un nil quad -ium


Nama unsur tersebut = unnilquadium = Unq
Namun, pada tahun 1997, IUPAC akhirnya menetapkan nama resmi
untuk unsur Z = 104 ini yaitu Rutherfordium (sesuai dengan nama yang
diajukan ilmuwan Amerika).
114
Kinetika Peluruhan Radioaktif
Peluruhan radioaktif terjadi secara spontan dan kita tidak dapat memprediksi
kapan itu terjadi, peluruhan radioaktif juga tidak dapat dikontrol serta tidak dapat
dipengaruhi oleh variabel yang mempengaruhi laju reaksi kimia seperti suhu dan
tekanan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan setiap unsur untuk meluruh
(terdisintegrasi) itu berbeda-beda.
Ada unsur yang dalam waktu singkat semua intinya meluruh, dan ada pula yang
meluruh dengan waktu yang sangat lambat.
Sejumlah besar inti atom dari suatu radioisotop yang meluruh, memancarkan
partikel-partikel α dan β serta diikuti pemancaran γ.
Pada bagian ini, kita akan membahas bagaimana menyatakan secara kuantitatif
aktivitas radioaktif atau laju peluruhan radioaktif suatu radioisotop.

115
Aktivitas Radioaktif /
Laju Peluruhan Radioaktif (R = rate)
Aktivitas radioaktif atau biasa disebut dengan laju peluruhan
merupakan banyaknya peluruhan (disintegrasi) yang terjadi per
satuan waktu (jumlah inti yang meluruh (terdisintegrasi) per satuan
waktu), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐝𝐍
R=-
𝐝𝐭

116
Aktivitas Radioaktif/Laju Peluruhan (R)
Besarnya aktivitas radioaktif/laju peluruhan berbanding lurus dengan
jumlah inti atom yang ada, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
R ∝ N dan R = 𝛌 N
Aktivitas radioaktif/laju peluruhan (R) dinyatakan dalam inti atom per
satuan waktu, misalkan disintegrasi (inti) per detik (dps) atau disintegrasi
(inti) per menit (dpm); N adalah banyaknya inti atom yang ada dalam
sampel yang diamati; λ adalah konstanta peluruhan yang mempunyai
satuan waktu-1. (Konstanta peluruhan ini merupakan karakteristik nuklida
radioaktif, dimana setiap nuklida memiliki nilai yang berbeda).

117
Aktivitas Radioaktif/Laju Peluruhan (R)
Contoh 1: Menghitung konstanta peluruhan
Dalam suatu sampel zat radioaktif terkandung 1,0 x 106 inti atom yang
berdisintegrasi dengan laju 100 inti atom per detik, tentukan konstanta
peluruhannya!
Penyelesaian:
Dik: N = 1,0 x 106 inti atom Dit: λ ?
R = 100 inti atom per detik
Jawab:
R=λN
R 100 inti atom per detik
λ= = = 1,0 x 10-4 s-1
N 1,0 x 106 inti atom

118
Aktivitas Radioaktif/Laju Peluruhan (R)
Contoh 2: Menghitung Konstanta Peluruhan dari Aktivitas Sampel
Aktivitas atau laju peluruhan sampel 1,0 g Radium-226 adalah 3,7 x 1010
disintegrasi per detik (dps), tentukan konstanta peluruhannya dalam s-1.
Penyelesaian:
Dik: R = 3,7 x 1010 dps = 3,7 x 1010 inti/s
massa sampel Radium-226 = 1,0 gram
Dit: λ = ?
Belum diketahui N (jumlah inti dalam sampel)!

119
Aktivitas Radioaktif/Laju Peluruhan (R)
Penyelesaian:
g Ra-226  mol Ra-226  jumlah inti Ra-226
Sampel 1,0 g Ra-226 mengandung jumlah inti (N) berikut:
1 mol Ra−226 6,02 x 1023 inti Ra−226
1,0 g Ra-226 x x = 2,7 x 1021 inti Ra-226
226 g Ra−226 1 mol Ra−226
R 3,7 x 1010 inti/s
𝛌 = = = 1,37 x 10-11 s-1 = 1,4 x 10-11 s-1
N 2,7 x 1021 inti

120
Aktivitas Radioaktif/Laju Peluruhan (R)
Latihan!
Sampel 1,0 mg Teknesium-99 ( 𝟗𝟗𝟒𝟑𝐓𝐜) memiliki aktivitas 1,7 x 10-5 Ci

(Ci = Curie), dimana 1 Ci = 3,7 x 1010 inti/s, meluruh melalui emisi


beta. Berapa konstanta peluruhan untuk inti ini?

121
Waktu Paruh (t1/2)
Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan bagi setengah dari inti
radioaktif dalam sampel untuk meluruh. Waktu paruh tidak tergantung
pada jumlah sampel.
Dalam beberapa kasus, kita dapat menemukan waktu paruh sampel
radioaktif dengan mengamati secara langsung berapa lama waktu yang
diperlukan bagi setengah sampel untuk meluruh.
Misalnya, kita menemukan bahwa 1,0 g Iodium-131 meluruh menjadi 0,5 g
dalam 8,07 hari. Jadi, waktu paruhnya adalah 8,07 hari. Dalam 8,07 hari
berikutnya, sampel ini akan meluruh menjadi setengah dari 0,5 g, atau
0,25 g, dan seterusnya. Gambar di bawah ini menunjukkan pola peluruhan
ini.
122
Waktu Paruh (t1/2)

Gambar Peluruhan radioaktif dari 1.0 g sampel Iodium-131.


Sampel meluruh menjadi setengah di setiap waktu paruh 8,07 hari. 123
Waktu Paruh (t1/2)
Meskipun dalam beberapa kasus kita mungkin dapat memperoleh
waktu paruh inti radioaktif melalui pengamatan langsung, hal ini tidak
mungkin untuk banyak inti radioaktif karena peluruhannya yang
terlalu cepat atau terlalu lambat.
Contohnya Uranium-238, yang memiliki waktu paruh 4,51 miliar
tahun, yang merupakan waktu yang terlalu lama untuk diamati secara
langsung!
Metode yang biasa digunakan untuk menentukan waktu paruh adalah
dengan menghitung konstanta peluruhan dan menghubungkannya
dengan waktu paruh.
124
Waktu Paruh (t1/2)
Kita menghubungkan waktu paruh peluruhan radioaktif (t1/2), dengan
konstanta peluruhan (λ) dengan persamaan:
𝟎.𝟔𝟗𝟑
t1/2 =
𝛌
Melalui waktu paruh, dapat ditentukan besarnya konstanta peluruhan
dengan persamaan:
𝟎,𝟔𝟗𝟑
𝛌=
t1/2

125
Waktu Paruh (t1/2)
Contoh Soal: Menghitung waktu paruh dari konstanta peluruhan
99
Konstanta peluruhan untuk peluruhan beta Teknesium-99 ( 43 Tc) sama dengan 1,0 x 10-13/s.
Berapa waktu paruh isotop ini dalam tahun?
Penyelesaian:
Dik: λ = 1,0 x 10-13/s Dit: t1/2 = (dalam tahun)?
Jawab:
Masukkan nilai λ ke persamaan:
0,693 0,693
t1/2 = = = 6,93 x 1012 s
λ 1,0 x 10−13 /s
Kemudian kita konversi waktu paruh ini dari hitungan detik menjadi tahun:
1 menit 1 jam 1 hari 1 tahun
6,93 x 1012 s x x x x = 2,2 x 105 tahun
60 s 60 menit 24 jam 365 hari

126
Waktu Paruh (t1/2)
Saat kita menginginkan konstanta peluruhan atau aktivitas sampel, kita dapat
menghitungnya dari waktu paruh. Perhitungan ini diilustrasikan dalam contoh berikut.
Contoh Soal: Menghitung Konstanta Peluruhan dan Aktivitas Sampel dari Waktu Paruh
Tritium ( 13H) meluruh melalui emisi beta dengan waktu paruh 12,3 tahun. (a) Berapa
konstanta peluruhan (dalam /s)? (b) Berapakah aktivitas (dalam Ci) (1 Ci = 3,7 x 1010 inti/s)
dari sampel yang mengandung 2,5 μg Tritium? Massa atom 13H adalah 3,02 u (3,02 g/mol).
Dik: t1/2 = 12,3 tahun
Cat : u = satuan massa atom (atomic mass unit)
m sampel = 2,5 μg = 2,5 x 10 g
-6

massa atom = 3,02 u = 3,02 g/mol


Dit: a. λ (dalam /s)
b. R (dalam Ci)

127
Waktu Paruh (t1/2)
Contoh Soal : Menghitung Konstanta Peluruhan dan Aktivitas Sampel dari Waktu
Paruh
Penyelesaian:
Konversi waktu paruh dalam tahun menjadi detik menghasilkan:
365 hari 24 jam 60 menit 60 s
12,3 tahun x x x x = 3,88 x 108 s
1 tahun 1 hari 1 jam 1 menit

Karena t1/2 = 0,693/λ, selesaikan ini untuk λ:


0,693 0,693
λ= = = 1,79 x 10-9 /s
t1/2 3,88 x 108 s

128
Waktu Paruh (t1/2)
Contoh Soal: Menghitung Konstanta Peluruhan dan Aktivitas Sampel dari Waktu Paruh
Penyelesaian:
Sebelum mensubstitusi ke dalam persamaan laju (R = λN), kita perlu mengetahui jumlah inti
Tritium ( 13H) (N) dalam sampel 2,5 x 10-6 g Tritium ( 13H). Kita dapatkan:
1 mol H−3 6,02 x 1023 inti H−3
2,5 x 10-6 g H-3 x x = 5,0 x 1017 inti H-3
3,02 g H−3 1 mol H−3
Sekarang kita mensubstitusi nilai N ke dalam persamaan laju:
R = λN = 1,79 x 10-9 /s x 5,0 x 1017 inti = 9,0 x 108 inti/s
Konversi aktivitas/laju peluruhan inti per detik dalam satuan Curie (Ci):
1,0 Ci
9,0 x 108 inti/s x = 0,024 Ci
3,7 x 1010 inti/s

129
Waktu Paruh (t1/2)
Setelah kita mengetahui konstanta peluruhan untuk isotop radioaktif, kita dapat menghitung
fraksi inti radioaktif yang tersisa setelah periode waktu tertentu dengan persamaan berikut:
𝐍𝐭
ln = -𝛌t
𝐍𝟎
Dimana N0 adalah jumlah inti dalam sampel awal pada waktu t = 0. Nt adalah jumlah inti
yang berkurang dengan meluruh setelah selang waktu t.
Fraksi inti yang tersisa setelah waktu t adalah Nt/N0.
Tanda negatif menandakan bahwa jumlah inti radioaktif yang semakin berkurang seiring
bertambahnya waktu (t).
Contoh berikut ini mengilustrasikan penggunaan persamaan ini.

130
Waktu Paruh (t1/2)
Contoh Soal: Menentukan Fraksi Inti yang Tersisa setelah Waktu Tertentu
Fosfor-32 adalah isotop radioaktif dengan waktu paruh 14,3 hari. Seorang ahli biokimia
memiliki botol vial berisi sampel senyawa Fosfor-32. Jika senyawa tersebut digunakan dalam
suatu percobaan 5,5 hari setelah senyawa disiapkan, (a) berapa fraksi isotop radioaktif yang
tersisa? Misalkan sampel dalam botol vial awalnya mengandung 0,28 g Fosfor-32. (b)
Berapa gram yang tersisa setelah 5,5 hari?
Penyelesaian:
Dik: t1/2 = 14,3 hari
t = 5,5 hari
m zat awal = 0,28 g
Dit: a. fraksi inti yang tersisa (Nt/N0)
b. m inti yg tersisa (g) setelah t = 5,5 hari

131
Waktu Paruh (t1/2)
Contoh Soal: Menentukan Fraksi Inti yang Tersisa setelah Waktu Tertentu
Penyelesaian:
Jika N0 adalah jumlah awal inti P-32 dalam botol vial dan Nt adalah jumlah setelah 5,5 hari,
fraksi yang tersisa adalah Nt/N0. Kita dapat memperoleh pecahan ini dari persamaan:
Nt
ln = - λt
N0
Kita substitusi λ = 0,693/t1/2
Nt −0,693t
ln =
N0 t1/2

132
Waktu Paruh (t1/2)
Contoh Soal: Menentukan Fraksi Inti yang Tersisa setelah Waktu Tertentu
Penyelesaian:
Karena t = 5,5 hari dan t1/2 = 14,3 hari, kita dapatkan:
Nt −0,693t −0,693 x 5,5 hari
ln = = = - 0,267
N0 t1/2 14,3 hari

Oleh karena itu, fraksi inti yang tersisa:


Nt
ln = - 0,267
N0
Nt
= e-0,267 = 0,77 = 77% yang tersisa (atau ada 23 % yang berkurang)
N0
32
Jadi, tersisa 77% dari inti awal, sehingga massa 15 P dalam botol vial setelah 5,5 hari
adalah:
0,28 g x 0,77 = 0,21 g
133
Penentuan umur dengan Penanggalan Radiokarbon
Penanggalan radiokarbon (disebut pula penanggalan karbon atau penanggalan karbon-
14) adalah suatu metode penentuan umur suatu objek yang mengandung materi organik
dengan memanfaatkan sifat radiokarbon, suatu isotop radioaktif dari karbon (14C) .
Metode ini dikembangkan pada akhir tahun 1940-an oleh Willard Libby, yang menerima
Hadiah Nobel dalam bidang Kimia pada tahun 1960 berkat karyanya ini.
Metode ini didasarkan pada fakta bahwa radiokarbon (14C) dihasilkan terus-menerus di
atmosfer sebagai hasil interaksi neutron yang dihasilkan oleh sinar kosmik (dari matahari)
dengan nitrogen di atmosfer (reaksi transmutasi inti alam).
14N + 1n  14C + 1H
7 0 6 1

134
Penentuan umur dengan Penanggalan Radiokarbon
14C yang dihasilkan bergabung dengan oksigen di atmosfer untuk membentuk
karbon dioksida radioaktif, yang digunakan tumbuhan untuk proses fotosintesis;
hewan memakan tumbuhan tersebut dan menerima 14C juga. (Senyawa yang
mengandung karbon dalam makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) berada
dalam kesetimbangan dengan 14C di atmosfer, artinya organisme mengganti
atom 14C yang telah menjalani peluruhan radioaktif dengan atom 14C “segar”
melalui interaksi dengan lingkungannya).

135
Penentuan umur dengan Penanggalan Radiokarbon
Ketika hewan dan tumbuhan tersebut mati, pertukaran karbon antara mereka dengan
lingkungan berakhir, dan sejak saat itu, jumlah 14C yang dikandungnya mulai berkurang
sedikit demi sedikit ketika 14C mengalami peluruhan radioaktif.
Pengukuran jumlah 14C dalam sampel tumbuhan atau hewan mati seperti pada suatu
potongan kayu atau potongan tulang menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk
memperkirakan kapan tumbuhan atau hewan tersebut mati.
Semakin tua sampel tersebut, maka semakin sedikit 14C yang dapat dideteksi dari sampel
tersebut, dan karena waktu paruh 14C (waktu ketika setengah dari sampel yang ada telah
meluruh) adalah sekitar 5.730 tahun, maka penanggalan tertua yang dapat terukur melalui
metode ini adalah hingga sekitar 50.000 tahun terakhir.

136
Penentuan umur dengan Penanggalan Radiokarbon
Contoh Soal: Menerapkan Metode Penanggalan Radiokarbon (Karbon-14)
Sepotong arang dari pohon yang mati akibat letusan gunung berapi yang membentuk kawah
di Danau Kawah (di Oregon) memberikan 7,0 disintegrasi inti karbon-14 per menit per gram
karbon total. Karbon dalam materi hidup memberikan 15,3 disintegrasi per menit per gram
karbon total. Tentukan kapan letusan gunung berapi itu terjadi. Ingatlah bahwa waktu paruh
karbon-14 adalah 5730 tahun.
Penyelesaian:
Dik:
• R0 pada materi hidup = 15,3 dpm/g  aktivitas tepat sebelum kesetimbangan 14C dirusak
 N0 = R0/λ
• Rt pada pohon mati = 7,0 dpm/g  aktivitas setelah kesetimbangan 14C dirusak  Nt =
Rt/λ
• t1/2 = 5730 tahun
Dit: kapan letusan gunung berapi terjadi (t)?
137
Penentuan umur dengan Penanggalan Radiokarbon
Contoh Soal: Menerapkan Metode Penanggalan Radiokarbon (Karbon-14)
Penyelesaian:
Nt
ln = - λt
N0
Kita substitusi 𝛌 = 0,693/t1/2
Nt −0,693t
ln =
N0 t1/2
t1/2 N0
t= ln
0,693 Nt
5730 tahun 15,3/λ
t= ln
0,693 7,0/λ
5730 tahun 15,3
t= ln = 8268,4 tahun ln 2,2 = 8268,4 x 0,788 tahun = 6515,5 tahun
0,693 7,0
Jadi, letusan gunung berapi terjadi sekitar 6500 tahun yang lalu.
138
Latihan!
1. Kobalt-60 meluruh melalui emisi beta dan gamma. Konstanta peluruhannya
adalah 4,18 x 10-9/s. Berapa waktu paruh dalam tahun?
90
2. Waktu paruh Strontium-90 ( 38 Sr) adalah 28,1 tahun. Berapa konstanta
peluruhan isotop ini? Berapakah aktivitas sampel yang mengandung 5,2 ng
(5,2 x 10-9 g) Strontium-90?
3. Sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir memancarkan ke atmosfer sejumlah
kecil Kripton-85, isotop radioaktif dengan waktu paruh 10,76 tahun. Berapa
pecahan dari Kripton-85 ini yang tersisa setelah 25,0 tahun?
4. Tulang rahang dari situs arkeologi di Folsom, New Mexico, diberi tanggal
berdasarkan analisis karbon radioaktifnya. Aktivitas karbon dari tulang
rahang adalah 4,5 disintegrasi per menit per gram dari total karbon. Berapa
usia tulang rahang? Karbon dari bahan hidup memberikan 15,3 disintegrasi
per menit per gram karbon.
139
Konservasi Massa dan Energi
Perubahan yang melibatkan inti atom yang tidak stabil umumnya
melibatkan sejumlah besar energi, jumlah yang jauh lebih besar
daripada reaksi kimia.
Untuk memahami bagaimana perubahan energi ini muncul, kita
memulai penelurusan kita dengan mengkaji ulang dua hukum fisika
yang sampai bab ini, dianggap terpisah dan mandiri, yakni, hukum
kekekalan energi dan hukum kekekalan massa.
Kedua hukum ini dapat diperlakukan dengan aman sebagai hukum
yang berbeda untuk reaksi kimia tetapi tidak untuk reaksi inti.

140
Konservasi Massa dan Energi
Ketika fisika atom dan fisika inti berkembang pada awal 1900-an, fisikawan menyadari
bahwa massa partikel tidak dapat diperlakukan sebagai konstanta dalam semua
keadaan.
Massa (m) sebuah partikel bergantung pada kecepatan partikel (v), relatif terhadap
pengamat.
Massa partikel terkait dengan kecepatan ini, dan dengan kecepatan cahaya (c),
dengan persamaan 1 berikut.
m0
m= v
……(1)
1− (c )2
Perhatikan apa yang terjadi ketika v nol dan partikel tidak memiliki kecepatan relatif
terhadap pengamat. Rasio v/c kemudian nol, seluruh penyebut dikurangi menjadi nilai
1, dan persamaan 1 menjadi
m = m0
Jadi simbol m0 adalah singkatan dari massa diam partikel.
141
Konservasi Massa dan Energi
Massa diam adalah apa yang kita ukur di semua operasi laboratorium, karena objek
apa pun, seperti sampel kimia, dalam keadaan diam (dari sudut pandang kita) atau
tidak bergerak dengan sangat cepat.
Hanya ketika kecepatan partikel mendekati kecepatan cahaya (c), suku v/c dalam
persamaan 1 menjadi penting.
Saat v mendekati c, rasio v/c mendekati 1, sehingga [1 - (v/c)2] semakin mendekati 0.
Dengan kata lain, seluruh penyebut mendekati nilai 0.
Jika sebenarnya mencapai 0, lalu m yang akan menjadi (m0/0), akan menjadi tak
terhingga.
Dengan kata lain, massa (m) partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya akan
sangat besar, yang merupakan suatu kemustahilan fisik.
Dengan demikian kecepatan cahaya dipandang sebagai batas atas absolut dari
kecepatan yang dapat didekati partikel mana pun.
142
Konservasi Massa dan Energi
Pada kecepatan pengalaman sehari-hari, massa benda apa pun yang dihitung
dengan persamaan 1 sama dengan massa diam hingga empat atau lima angka
penting.
Perbedaannya tidak dapat dideteksi oleh perangkat penimbangan manapun. Jadi,
dalam semua kerja normal kita, massa tampaknya kekal (tidak berubah), dan hukum
kekekalan massa berfungsi seperti itu dalam reaksi kimia.

143
Konservasi Massa dan Energi
Hukum Kekekalan Massa–Energi
Kita tahu bahwa materi tidak dapat muncul dari ketiadaan, jadi massa ekstra yang
diperoleh suatu benda saat bergerak lebih cepat harus berasal dari energi yang
disuplai untuk meningkatkan kecepatan benda.
Oleh karena itu, fisikawan menyadari bahwa massa dan energi dapat dipertukarkan
dan bahwa dalam dunia fisika energi tinggi, hukum kekekalan massa dan kekekalan
energi tidak terpisah dan berdiri sendiri. Yang muncul adalah satu hukum yang
sekarang disebut hukum kekekalan massa-energi.

144
Konservasi Massa dan Energi
Hukum Kekekalan Massa–Energi:
Jumlah semua energi di alam semesta dan semua massa (dinyatakan sebagai setara
(ekuivalen) dalam energi) adalah konstan (tetap).
Jadi, hukum kekekalan massa-energi yang terpisah digabungkan untuk menyatakan
bahwa kuantitas total massa-energi di alam semesta adalah konstan.
Oleh karena itu, ketika sistem yang bereaksi melepaskan atau menyerap energi,
sistem ini juga kehilangan atau ketambahan massa.

145
Persamaan Einstein
Persamaan Einstein
Albert Einstein mampu menunjukkan bahwa ketika massa berubah menjadi energi,
perubahan energi (∆E), berkaitan dengan perubahan massa diam (∆m0), dengan
persamaan berikut, yang sekarang disebut persamaan Einstein:
∆E= ∆m0c2 ……(2)
Sekali lagi, c adalah kecepatan cahaya, 3,00 × 108 m/s

146
Persamaan Einstein
Karena kecepatan cahaya sangat besar, meskipun perubahan energi sangat besar,
perubahan massa (∆m0) sangat kecil. Misalnya, pembakaran metana melepaskan
banyak energi panas (kalor) per mol:
CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l) ∆H° = -890 kJ
Pelepasan 890 kJ energi panas sesuai dengan hilangnya massa, yang menurut
persamaan Einstein sama dengan hilangnya 9,89 ng, ini hanya sekitar 1×10-7% dari
total massa 1 mol CH4 dan 2 mol O2. Perubahan massa sekecil ini tidak dapat
dideteksi oleh neraca laboratorium manapun, jadi untuk semua tujuan praktis, massa
dianggap kekal (tidak berubah).
Meskipun persamaan Einstein tidak memiliki aplikasi langsung dalam kimia yang
melibatkan penataan ulang elektron dalam reaksi kimia.
Pentingnya menjadi jelas ketika fisi atom (yaitu, pemecahan (pembelahan) atom berat
untuk membentuk fragmen yang lebih ringan) yang pertama kali diamati pada tahun
1939.
147
Energi Ikat Inti
Energi Ikat Inti
Suatu inti atom disatukan oleh gaya tarik-menarik yang sangat kuat yang
mampu mengatasi tolakan antar proton. Oleh karena itu, untuk memecah
(menguraikan) inti menjadi nukleonnya sendiri, yaitu, proton dan neutron,
memerlukan input energi yang sangat besar. Energi ini disebut energi ikat inti.
Jadi energi ikat inti merupakan energi yang diperlukan untuk memecah
(menguraikan) inti menjadi nukleonnya sendiri (atau energi yang dibebaskan
apabila inti terbentuk).

148
Energi Ikat Inti
Energi Ikat Inti
Penyerapan energi ikat oleh inti akan menghasilkan nukleon individu yang telah
membentuk inti.
Nukleon-nukleon ini sekarang akan membawa massa ekstra yang sesuai
dengan energi yang setara dengan massa yang telah mereka serap. Jika kita
menjumlahkan massa mereka, jumlahnya harus lebih besar dari massa inti dari
mana mereka berasal.

Energi ikat

Inti atom Nukleon yang telah terpisah


(massa lebih kecil) (massa lebih besar) 149
Energi Ikat Inti
Energi Ikat Inti
Hal ini ternyata persis sama dengan apa yang diamati dari hasil eksperimen.
Untuk inti atom tertentu, jumlah massa sisa semua nukleonnya (ketika inti telah
terpecah) selalu sedikit lebih besar dari massa inti sebenarnya.
Perbedaan massa ini disebut defek massa (cacat massa), dan kesetaraan
(ekuivalensi) energinya adalah energi ikat inti.

150
Energi Ikat Inti
Energi Ikat Inti
Perlu diingat bahwa energi ikat inti bukanlah energi yang sebenarnya dimiliki
oleh inti, melainkan energi yang harus diserap oleh inti untuk terpecah
(membelah) menjadi nukleonnya. Jadi, semakin tinggi energi ikatnya, semakin
stabil inti tersebut.

151
Menghitung Energi Ikat Inti
Kita dapat menghitung energi ikat inti dengan persamaan Einstein, menggunakan inti Helium-4
sebagai contoh ( 42He  2 11p + 2 10n)
Massa diam proton adalah 1,0072764669 u dan neutron adalah 1,0086649156 u. Helium-4 memiliki
nomor atom 2, jadi intinya terdiri dari empat nukleon (dua proton dan dua neutron).
Massa diam dari satu inti Helium-4 diketahui sebesar 4,0015061792 u.
Namun, jumlah massa sisa dari empat nukleon yang terpisah sedikit lebih banyak, 4,0318827650 u,
yang perhitungannya dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Untuk 2 proton : 2 x 1,0072764669 u = 2,0145529338 u
Untuk 2 neutron : 2 x 1,0086649156 u = 2,0173298312 u
4 +
Total massa diam nukleon dalam 2He = 4,0318827650 u

152
Menghitung Energi Ikat Inti
Defek massa (cacat massa) (∆m), yang merupakan selisih antara
massa diam yang dihitung dan diukur (oleh spektrometer massa)
untuk inti Helium-4, adalah 0,030375858 u:
4,0318827650 u − 4,0015061792 u = 0,030375858 u
Massa 4 nukleon Massa inti Defek massa
(massa yang dihitung) (massa yang diukur) (cacat massa)

153
Menghitung Energi Ikat Inti
Kita akan membulatkan defek massa menjadi 0,03038 u. Untuk memperoleh
energi dalam satuan Joule, harus diingat bahwa 1 J = 1 kg m2/s2, sehingga
massa dalam satuan massa atom (u) harus diubah menjadi kilogram. 1 u =
1,660653878×10-24 g, yang sama dengan 1,660653878×10-27 kg. Substitusi ke
dalam persamaan Einstein memberikan:
∆E = ∆mc2
1,660653878 x 10−27 kg
= (0,03038 u) x x 2,9979 x 108 m/s 2
1u
= 4,535 x 10-12 kg m2 s-2
= 4,534 x 10-12 J
atau ada alternatif perhitungan lain sebagai berikut:
154
Menghitung Energi Ikat Inti
1 g = 6,022×1023 u, kemudian ubah g menjadi kg. Substitusi ke dalam
persamaan Einstein memberikan:
∆E = ∆mc2
1g 1 kg
= 0,03038 u x 2,9979 x 108 m/s 2
6,022 x 1023 u 1000 g
= 4,534 x 10-12 J

155
Menghitung Energi Ikat Inti
Ada empat nukleon dalam inti helium-4 (2p dan 2n), sehingga energi ikat per
nukleon adalah:
(4,534 × 10-12 J/4 nukleon) atau 1,134 × 10-12 J/nukleon.
Jadi, pembentukan hanya satu inti 4He melepaskan 4,534 × 10-12 J, yang
merupakan jumlah energi yang sangat kecil.
Jika kita dapat membuat bilangan Avogadro atau 1 mol inti 4He (dengan massa
total hanya 4 g), pelepasan bersih energi akan menjadi
(6,022 × 1023 inti) × (4,534 × 10-12 J/inti) = 2,731 × 1012 J
Nilai ini adalah jumlah energi yang sangat besar dari hanya membentuk 4 g
Helium. Energi ini bisa membuat bola lampu pijar 100 watt menyala selama
hampir 900 tahun!
156
Menghitung Energi Ikat Inti
Satuan Joule dapat digunakan untuk menyatakan energi ikat inti, tetapi Joule adalah satuan yang
terlalu besar untuk menyatakan energi ikat satu inti, sebaliknya, ahli fisika inti menggunakan satuan
energi MeV.
Satu MeV sama dengan 1 juta elektron volt (eV), dimana elektron volt adalah energi kinetik yang
didapat apabila elektron tersebut dipercepat dari satu elektroda ke elektroda lainnya dengan
perbedaan potensial sebesar 1 volt.
1 MeV = 106 eV
Dari persamaan Einstein, ekuivalensi energi dari 1 u dapat dihitung dan dinyatakan dalam MeV:
1 u = 931,5 MeV
Jadi, untuk satu inti 42He, energi ikatnya adalah:
931,5 MeV
0,030378 u x = 28,3 MeV
1u
28,3 MeV
Energi ikat per nukleon = = 7,07 MeV/nukleon
4 nukleon
Energi ikat untuk 1 mol inti 4He (dengan massa total hanya 4 g), pelepasan bersih energi akan
menjadi
(6,022 × 1023 inti) × (28,3 MeV/inti) = 170,423 × 1023 MeV = 1,7 x 1025 MeV
Energi ikat per nukleon bervariasi, tentu saja untuk atom yang berbeda.
157
Menghitung Energi Ikat Inti
Konversi Joule menjadi MeV
∆E = ∆mc2
1,660653878 x 10−27 kg
= (0,03038 u) x x 2,9979 x 108 m/s 2
1u
= 4,535 x 10-12 kg m2 s-2
= 4,534 x 10-12 J
Konversi Joule menjadi MeV, (1 MeV = 1,6022 x 10-13 J), maka didapatkan:
1 MeV
4,534 x 10-12 J x = 28,3 MeV
1,6022 x 10−13 J

158
Energi Ikat Inti
Persamaan untuk menghitung energi ikat inti (dalam MeV):
∆E = ∆m x 931,5 MeV/u
∆E = (mp + mn – m inti) x 931,5 MeV/u
∆E = (m produk – m reaktan) x 931,5 MeV/u
Persamaan untuk menghitung defek massa atau perubahan massa:
∆m = mp + mn – m inti atau ∆m = m produk – m reaktan
Persamaan untuk menghitung energi ikat inti per nukleon:
∆E
Energi ikat inti per nukleon =
jumlah nukleon
Faktor konversi antara MeV dan Joule:
1 MeV = 1,6022 x 10-13 J
Faktor konversi antara u dan Joule:
1 u = 1,4924 x 10-10 J
Faktor konversi antara u dan gram:
1 u = 1,6606 x 10-24 g
159
Energi Ikat Inti
Contoh Soal: Menghitung Energi Ikat per Nukleon
Massa inti atom 12753I adalah 126,9004 u. Hitung energi ikat inti untuk inti ini dan energi ikat
inti per nukleon (dalam MeV dan dalam J). (Massa proton = 1,007825 u; massa neutron =
1,008665 u).
Inti 127
53I mengandung 53 proton dan 74 neutron (A – Z = 127 – 53 = 74)
∆E = ∆m x 931,5 MeV/u
∆E = (mp + mn – m inti) x 931,5 MeV/u
∆E = (53 x 1,007825 u) + (74 x 1,008665 u) – (126,9004 u) x 931,5 MeV/u
= (53,41473 u + 74,64121 u – 126,9004 u) x 931,5 MeV/u
= 1,1555 u x 931,5 MeV/u = 1076,34825 MeV = 1076,35 MeV
1,6022 x 10−13 J
∆E = 1076,34825 MeV x = 1724,5252 x 10-13 J = 1,73 x 10-10 J
1 MeV

160
Energi Ikat Inti
Contoh Soal: Menghitung Energi Ikat per Nukleon
1076,35 MeV
Energi ikat per nukleon = = 8,5 MeV/nukleon
127 nukleon
1,73 x 10−10 J
Energi ikat per nukleon = = 1,36 x 10-12 J/nukleon
127 nukleon

161
Energi Ikat Inti
Contoh Soal: Menghitung Energi Reaksi Inti
Berapa besar energi (dalam MeV dan Joule), yang berkaitan dengan peluruhan α dari 238 92U.
238 234 4
92U  90Th + 2He
Jika diketahui massa nuklida 238 234 4
92U = 238,0508 u; 90Th = 234,0437 u; dan 2He = 4,0026 u.
Penyelesaian:
Perubahan massa:
∆m = massa produk – massa reaktan
∆m = massa inti 234 4 238
90Th + massa inti 2He - massa inti 92U
= (234,0437 u + 4,0026 u) – (238,0508 u)
= 238,0463 u – 238,0508 u = - 0,0045 u
Energi yang dibebaskan:
∆E = ∆m x 931,5 MeV/u
= - 0,0045 u x 931,5 MeV/u = -4,19175 MeV = -4,2 MeV
Konversi ke Joule:
1,6022 x 10−13 J
-4,2 MeV x = - 6,716 x 10-13 J
1 MeV
Jadi, energi yang dibebaskan pada peluruhan α satu inti 238 92U adalah sebesar 4,2 MeV atau 6,716 x 10 J
-13

(tanda negatif berarti energi dibebaskan (eksotermik)).


162
Energi Ikat Inti
Latihan Soal: Menghitung Energi Ikat per Nukleon
19
1. Isotop 9F mempunyai massa atom 18,9984 u. Massa proton 1,007825 u, dan
19
massa neutron 1,008665 u. Tentukan energi ikatan inti 9F dan energi ikatan
inti per nukleon inti 199F tersebut (dalam MeV dan Joule).
2. Berapa besar energi yang berkaitan dengan peluruhan α dari 146 62Sm
(145,913053 u) menjadi 142 60Nd (141,907719 u)? Gunakan 4,002603 u sebagai
massa 42He

163
Fisi atau Fusi: Cara Meningkatkan
Energi Ikat Per Nukleon
Perhitungan yang serupa dengan yang ada pada Contoh Soal di atas untuk
nuklida lain menunjukkan bahwa energi ikat per nukleon sangat bervariasi.
Poin pentingnya adalah semakin besar energi ikat per nukleon, semakin
stabil nuklida tersebut.
Gambar di bawah ini menunjukkan plot energi ikat per nukleon vs nomor
massa. Gambar ini memberikan informasi tentang stabilitas nuklida dan dua
kemungkinan proses yang dapat dialami nuklida untuk membentuk nuklida
yang lebih stabil.

164
Gambar : Berbagai energi ikat per nukleon. Plot energi ikat per nukleon vs. nomor massa
menunjukkan bahwa stabilitas inti paling besar terdapat di wilayah dekat 56Fe. Inti yang lebih ringan
dapat mengalami fusi untuk menjadi lebih stabil; inti yang lebih berat dapat mengalami fisi.
Perhatikan stabilitas 4He yang luar biasa di antara inti yang sangat ringan.
165
Fisi atau Fusi: Cara Meningkatkan
Energi Ikat Per Nukleon
Sebagian besar nuklida dengan kurang dari 10 nukleon memiliki energi ikat per
nukleon yang relatif kecil. Pengecualian adalah inti 4He, cukup stabil untuk
dipancarkan utuh sebagai partikel. Di atas A = 12, energi ikat per nukleon
bervariasi dari sekitar 7,6 sampai 8,8 MeV.

166
Fisi atau Fusi: Cara Meningkatkan
Energi Ikat Per Nukleon
Pengamatan yang paling penting adalah bahwa energi ikat per nukleon
memuncak pada unsur dengan A = 60. Dengan kata lain, nuklida menjadi lebih
stabil dengan bertambahnya jumlah massa hingga sekitar 60 nukleon dan
kemudian menjadi kurang stabil dengan jumlah nukleon yang lebih banyak.
Adanya puncak stabilitas menunjukkan bahwa ada dua cara nuklida dapat
meningkatkan energi ikatnya per nukleon:
1. Fisi. Inti yang lebih berat dapat dipecah menjadi yang lebih ringan
(mendekati A = 60) dengan menjalani fisi. Inti produk memiliki energi ikat per
nukleon yang lebih besar (lebih stabil) daripada inti reaktan, dan energi
dilepaskan.
Pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan energi melalui fisi, seperti halnya
bom atom.

167
Fisi atau Fusi: Cara Meningkatkan
Energi Ikat Per Nukleon
2. Fusi. Sebaliknya, inti yang lebih ringan dapat bergabung menjadi inti yang
lebih berat (mendekati A = 60) dengan menjalani fusi. Sekali lagi, produk
lebih stabil daripada reaktan, dan energi dilepaskan.
Matahari dan bintang lainnya menghasilkan energi melalui fusi, seperti halnya
bom termonuklir (hidrogen).
Dalam contoh-contoh ini dan dalam semua upaya penelitian saat ini untuk
mengembangkan fusi sebagai sumber energi yang berguna, inti hidrogen
berfusi membentuk inti helium-4 yang sangat stabil.

168
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
Reaksi pembelahan inti (fisi inti) merupakan suatu proses dimana suatu
inti berat (nomor massa (A) > 200) membelah diri membentuk inti-inti
yang lebih kecil dengan massa menengah dan satu atau lebih elektron.
Karena inti berat kurang stabil dibandingkan produknya, proses ini
melepaskan banyak energi (reaksi eksotermik).

169
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
Reaksi fisi inti yang dikaji pertama kali ialah penembakan (pembombardiran)
Uranium-235 ( 235 92U ) dengan neutron lambat, yang kecepatannya sebanding
dengan kecepatan molekul udara pada suhu kamar.
Pada kondisi ini, Uranium-235 mengalami fisi, seperti ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Sebenarnya reaksi ini sangat rumit (lebih dari 30 jenis unsur telah ditemukan
dalam produk-produk fisi ini.
Satu contoh reaksi yang dapat mewakili ialah:
235 1 90 143 1
92U + 0n  38Sr+ 54Xe + 3 0n

170
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

235 1 90 143
92U + 0n  38Sr+ 54Xe + 3 10n
Gambar Fisi inti dari U-235. Ketika inti U-235 menangkap 1 neutron (titik putih), inti
U-235 mengalami fisi (membelah) menghasilkan dua inti yang lebih kecil. Rata-rata
dipancarkan 2,4 neutron untuk setiap inti U-235 yang membelah.
171
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

Tabel di samping menunjukkan energi ikat inti dari


Uranium-235 dan produk fisinya.
Sebagaimana terlihat pada tabel, energi ikat per
nukleon pada Uranium-235 lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah energi ikat Stronsium-90 dan Xenon-
143.
Dengan begitu, ketika inti Uranium-235 membelah
menjadi dua inti yang lebih kecil, ada energi yang
dilepaskan (reaksi eksotermik).

172
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
Mari perkirakan besarnya energi ini :
Selisih antara energi ikat dari reaktan dan produk
adalah :
(1,23 x 10-10 + 1,92 x 10-10) J – (2,82 x 10-10) J
= 3,3 x 10-11 J per inti Uranium-235.
Untuk 1 mol Uranium-235, energi yang dilepaskan
adalah :
(3,3 x 10-11J/inti U-235)(6,02 x1023 inti U-235)
= 2,0 x 1013 J.
Ini merupakan reaksi yang sangat eksotermik, terutama
jika dibandingkan dengan kalor pembakaran 1 ton batu
bara yang hanya sekitar 5 x 107 J.
173
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
Reaksi fisi inti 235
92U dengan neutron lambat menghasilkan inti 141
56Ba dan inti
92
36Kr, dengan persamaan
reaksi inti sebagai berikut :
235
92U + 10n  141
56Ba + 92
36Kr + 3 1
0n
Massa yang hilang dan energi yang dihasilkan dihitung sebagai berikut :
Massa atom U-235 = 235,043924 u
Massa neutron = 1,00866 u
Total reaktan massanya = 235,043924 u + 1,00866 u = 236,052584 u
Massa atom Kr-92 = 91,926156 u
Massa atom Ba-141 = 140,914412 u
Massa 3 neutron = 3 x 1,00866 u = 3,02598 u
Total produk massanya = 91,926156 u + 140,914412 u + 3,02598 u = 235,866548 u
Massa yang hilang (∆𝐦) = Massa produk – massa reaktan
= 236,052584 u - 235,866548 u = 0,186036 u.
Energi yang dihasilkan (∆𝐄) = (∆𝐦)(931,5) MeV/u = 0,186036 u x 931,5 MeV/u = 173,3 MeV.
174
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

Ciri penting dari fisi Uranium-235 bukan saja besarnya jumlah energi
yang dilepaskan tetapi juga kenyataan bahwa lebih banyak neutron
yang dihasilkan dibandingkan dengan yang semula ditangkap dalam
prosesnya.
Sifat ini memungkinkan berlangsungnya reaksi rantai inti.
Reaksi rantai merupakan serangkaian reaksi fisi yang dapat
berlangsung sendiri tanpa bantuan.

175
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

Neutron yang dihasilkan selama


tahap awal dari fisi dapat
mengakibatkan terjadinya fisi dalam
inti Uranium-235 lain, yang
selanjutnya menghasilkan neutron
lebih banyak dan seterusnya.
Dalam kurang dari satu detik, reaksi
dapat menjadi tak terkendali,
membebaskan banyak sekali kalor ke
lingkungan.
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
176
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

Agar reaksi rantai dapat terjadi, harus terdapat cukup Uranium-235


dalam sampel untuk menangkap neutron.
Jika tidak terdapat Uranium-235 dalam jumlah yang cukup dalam
sampel, maka banyak neutron akan lari dari sampel dan reaksi rantai
tidak akan terjadi. Dalam situasi ini, massa sampel disebut sebagai
massa subkritis.
Jadi, massa subkritis adalah massa material yang terfisikan (Uranium-
235) yang tidak cukup untuk menopang terjadinya reaksi rantai.

177
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

Jika Uranium-235 dalam sampel (dalam jumlah minimum yang


diperlukan), maka inti Uranium-235 akan menangkap neutron, dan
reaksi rantai akan terjadi (tetap dipertahankan). Dalam situasi ini, massa
sampel disebut sebagai massa kritis.
Jadi, massa kritis adalah massa minimum material yang terfisikan
(Uranium-235) yang diperlukan untuk mempertahankan terjadinya
reaksi rantai inti.

178
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

Jika Uranium-235 dalam sampel (dalam jumlah lebih dari cukup), maka
reaksi rantai, laju reaksinya dipercepat dan menjadi tak terkendali,
membebaskan banyak sekali kalor ke lingkungan dan dapat
menyebakan ledakan. Dalam situasi ini, massa sampel disebut sebagai
massa superkritis.
Jadi, massa superkritis adalah massa material yang terfisikan
(Uranium-235) yang lebih dari cukup untuk menopang terjadinya reaksi
rantai inti.

179
Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)

Massa subkritis Massa kritis


Laju kehilangan neutron > Laju kehilangan neutron = Massa superkritis
laju pembentukan neutron laju pembentukan neutron Laju kehilangan neutron <
oleh fisi oleh fisi laju pembentukan neutron
oleh fisi
180
Penerapan Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
1. Bom Atom
Penerapan pertama kali fisi inti ialah pengembangan bom atom.
Seperti yang sudah dibahas, jika jumlah material yang terfisikan
melebihi massa kritis, maka reaksi rantai, laju reaksinya dipercepat dan
menjadi tak terkendali, dan membebaskan energi yang sangat besar
dalam waktu yang sangat singkat dan menyebakan ledakan. Hal inilah
yang menjadi dasar dari bom atom.

181
Penerapan Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
Satu bom atom yang kecil (sekitar 1 kg) setara dengan 20.000 ton TNT
(Trinitrotoluena) untuk membebaskan energi sebesar 8 x 1013 J.
Uranium-235 adalah bahan terfisikan dalam bom yang dijatuhkan di
Hiroshima, Jepang, pada tanggal 6 Agustus 1945, dan Plutonium-239
digunakan dalam bom yang meledak di Nagasaki tiga hari kemudian.
Reaksi fisi yang timbul dalam kedua kasus ini sama, demikian juga daya
rusaknya.

182
Penerapan Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
2. Reaktor Nuklir
Dalam suatu reaktor nuklir (reaktor inti), pembebasan energi fisi dapat
dikendalikan.
Reaksi fisi dapat dikendalikan dalam reaktor inti dengan mengatur
neutron yang dihasilkan agar hanya sebagian yang menumbuk inti
Uranium-235 sehingga dapat memperlambat reaksi fisi. Dengan
pengendalian ini, reaksi fisi dapat dimanfaatkan untuk PLTN
(pembangkit listrik tenaga nuklir).

183
Penerapan Reaksi Pembelahan Inti (Fisi Inti)
2. Reaktor Nuklir

184
Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Berlawanan dengan reaksi fisi, pada reaksi fusi, terjadi proses
penggabungan dua atau lebih inti ringan menjadi inti yang lebih berat.
Jika dua inti ringan bergabung atau berfusi membentuk inti yang lebih
besar dan lebih stabil, banyak energi akan dilepaskan dalam prosesnya.
Ini merupakan dasar bagi penelitian pemakaian fusi inti untuk produksi
energi.

185
Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Energi yang dihasilkan dari reaksi fusi lebih besar dari energi yang
dihasilkan dari reaksi fisi untuk unsur berat dengan massa yang sama.

Pada gambar di samping dapat dilihat bahwa


perubahan relatif dalam energi ikat sangat lebih
besar apabila inti ringan bergabung dari pada
inti membelah. Jadi, untuk reaksi yang
menyangkut jumlah inti yang sama, jumlah
seluruh energi yang diberikan oleh
penggabungan dipertimbangkan lebih besar
daripada yang diberikan oleh pembelahan.

Energi ikat rerata per nukleon sebagai fungsi nomor atom 186
Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Contoh reaksi fusi :
Suatu reaksi fusi yang kini sedang dipelajari adalah reaksi antara
deuterium dan litium sebagai bahan dasar.

187
Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Contoh reaksi fusi :
Reaksi-reaksi fusi bisa mencapai suhu sekitar ratusan juta derajat Celcius. Pada
suhu ini terbentuk plasma dari inti dan elektron.
Karena reaksi fusi hanya dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi, maka reaksi
ini disebut reaksi termonuklir.
Energi yang dihasilkan pada reaksi fusi sangat besar. 1 kg hidrogen yang
mengalami reaksi fusi dapat menghasilkan energi yang ekivalen (setara) dengan
energi yang dihasilkan dari 200.000 ton batu bara.

188
Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Contoh reaksi fusi :
Contoh reaksi fusi yang lain adalah reaksi terus-menerus yang
terjadi dalam matahari dan bintang, yaitu reaksi fusi inti hidrogen
menjadi inti helium. Reaksi fusi yang terjadi di dalam matahari
disebut juga reaksi berantai proton-proton. Di bagian dalamnya,
dimana suhu mencapai sekitar 15 juta oC, reaksi fusi berikut
dipercaya terjadi :

Reaksi fusi inti membuat suhu


di bagian dalam matahari
sekitar 15 juta 0C

189
Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Contoh Soal :
Hitunglah energi (dalam MeV) yang dibebaskan oleh penggabungan dua proton dan dua
neutron untuk membentuk sebuah inti helium. (Diketahui massa 11H = 1,007825 u, 42He =
4,002 u, 10n = 1,008665 u).
Jawab :
Persamaan reaksi penggabungan intinya adalah :
2 11H + 2 10n  42He + energi
Energi sebelum reaksi :
[2(1,007825 u) + 2(1,008665 u)] x 931,5 MeV/u = 3756,721 MeV
Energi sesudah reaksi :
(4,002 u)(931,5 MeV/u) = 3727,863 MeV.
Energi reaksi = energi sesudah reaksi – energi sebelum reaksi = 3727,863 MeV - 3756,721
MeV = -28,858 MeV (tanda negatif artinya energi dilepaskan)
Jadi, energi yang dilepaskan adalah sebesar 28,858 MeV.

190
Penerapan Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Penerapan reaksi fusi adalah produksi bom hidrogen.
Pada mulanya, bom hidrogen dibuat setara dengan ledakan 10 megaton TNT (kira-kira
700 kali energi bom atom pertama).
Reaksi fusi yang berlangsung spontan hanya terjadi pada suhu dan tekanan yang sangat
tinggi. Pada bom hidrogen (bom fusi) suhu yang dibutuhkan untuk memprakarsai reaksi
fusi berasal dari bom atom (bom fisi).
Peledakan bom hidrogen terjadi dalam dua tahap, mula-mula reaksi fisi kemudian reaksi
fusi. Segera setelah bom atom meledak (reaksi fisi), reaksi fusi berikutnya terjadi,
membebaskan banyak energi. Dalam kasus ini, tujuannya semata-mata adalah tenaga
dan tak perlu pengendalian.

Ledakan dari bom hidrogen

191
Penerapan Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Reaktor Fusi
Cara untuk menahan agar inti-inti tetap bersama dalam jangka
waktu yang lama, dan pada suhu yang cocok agar fusi terjadi
sangatlah sukar. Reaksi fusi yang berlangsung spontan hanya
terjadi pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Cara
mengendalikan reaksi fusi tersebut sukar dilakukan karena
memerlukan suhu hingga sekitar ratusan juta (108) K. Pada suhu
tersebut semua materi akan berbentuk plasma panas sehingga
sangat sukar untuk mencari wadah yang dapat menampung
plasma ini.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memerangkap Tokamak
(mengurung) plasma reaktif ini ke dalam medan magnetik, yang
pertama kali dirancang oleh ilmuwan Rusia Igor Yevgenyevich
Tamm dan Andrei Sakharov pada tahun 1950an yang disebut
tokamak dengan medan magnetik yang berbentuk kue donat
(torus). 192
Penerapan Reaksi Penggabungan Inti (Fusi Inti)
Metode lain adalah dengan menggunakan laser berenergi tinggi
untuk mengawali reaksi fusi.
Dalam uji cobanya, sejumlah berkas laser mentransfer energi ke
sebuah pelet bahan bakar berukuran kecil, memanaskannya dan
mengakibatkan implosi (meledak ke arah dalam dari semua sisi
dan kemudian mengalami kemampatan volume menjadi kecil,
akibatnya terjadilah reaksi fusi.

Reaksi fusi skala kecil ini, diciptakan di


Lawrence Livermore National Laboratory
dengan menggunakan laser yang paling
kuat di dunia, Nova

193
Manfaat (Penerapan) Radioisotop
1. Radioisotop dalam bidang kedokteran
a. Teknetium-99 (Tc-99) disuntikkan ke dalam pembuluh darah, kemudian
diserap oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung.
Sebaliknya, TI-201 akan diserap oleh jaringan sehat pada organ jantung.
Kedua isotop ini bermanfaat untuk mendeteksi kerusakan jantung pada
manusia;
b. Iodin -123 untuk mendeteksi penyakit otak atau untuk mengetahui
gangguan ginjal;
c. Kobalt-60 (Co-60) atau radium-60 berfungsi untuk terapi dan mematikan sel
kanker dan tumor karena dapat menghasilkan radiasi gamma;
d. Karbon-14 (C-14) digunakan untuk mencari ketidaknormalan pada diabetes
dan anemia.
194
Manfaat (Penerapan) Radioisotop
2. Radioisotop dalam bidang pertanian
a. Fosfor-32 (P-32) berguna untuk membuat benih tumbuhan lebih unggul
dibandingkan dengan induknya;
b. Pupuk yang mengandung N-15 dipantau dengan alat pencacah, jika tidak terdeteksi
adanya radiasi, berarti pupuk diserap oleh tanaman dengan sempurna.

3. Radioisotop dalam bidang industri


a. Radiasi sinar gamma digunakan dalam vulkanisasi lateks alam atau untuk
memeriksa cacat pada logam. Selain itu, radiasi digunakan untuk pengawetan kayu
atau barang-barang seni serta mendeteksi kebocoran pipa.
b. Larutan horium pada petromaks agar lampu menyala lebih terang.

195
Manfaat (Penerapan) Radioisotop
4. Radioisotop dalam bidang hidrologi
Na-24 digunakan untuk mempelajari kecepatan aliran sungai, sedangkan
jika Na-24 dalam bentuk karbonat digunakan untuk menyelidiki kebocoran
pipa air di bawah.

5. Radioisotop dalam bidang sains


a. Iodin-131 (I-131) untuk mempelajari kesetimbangan dinamis;
b. Oksigen-18 (O-18) digunakan untuk mempelajari reaksi esterifikasi;
c. Karbon-14 (C-14) untuk mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis.
196
Dampak negatif Radioisotop

197

Anda mungkin juga menyukai