Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap aktivitas yang kita lakukan atau suatu alat yang kita gunakan membutuhkan

energy. Energi yang ditimbulkan dari sebuah alat mengandung unsure-unsur radiasi. Radiasi

adalah setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya

diserap oleh benda lain. Radiasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Dalam dunia

kedokteran, radiasi dimanfaatkan sebagai bahan untuk mendiagnosa. Seperti sinar X untuk

keperluan radiologi, cahaya tampak untuk tindakan endoskopi, sinar ultraviolet untuk sterilisasi

dan masih banyak yang lainnya.

Selain mempunyai manfaat seperti yang telah dipaparkan diatas, radiasi juga memiliki

beberapa efek atau dampak yang ditimbulkan bagi manusia. Tetapi manusia jarang sekali

memperhatikan dan mempedulikan dampak yang ditimbulkan oleh adanya radiasi tersebut.

Dalam makalah kali ini, akan membahas radiasi dan bagaimana interaksi radiasi dengan materi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Radiasi ?
2. Bagaimana interaksi partikel bermuatan (alfa dan beta) dengan materi ?
3. Bagaimana interaksi partikel tidak bermuatan (neutron) dengan materi ?
4. Bagaimana interaksi gelombang elektromagnetik (sinar gamma dan sinar-X) dengan
materi ?
2

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui Pengertian Radiasi .
2. Untuk mengetahui interaksi partikel bermuatan (alfa dan beta) dengan materi.
3. Untuk mengetahui interaksi partikel tidak bermuatan (neutron) dengan materi.
4. Untuk mengetahui interaksi gelombang elektromagnetik (sinar gamma dan sinar-X)
dengan materi.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Radiasi

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Radiasi adalah
gelombang atau partikel berenergi tinggi yang berasal dari sumber alami atau sumber yang
sengaja dibuat oleh manusia (buatan).Radiasi adalah setiap proses di mana energi bergerak
melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain.
Radiasi Juga merupakan pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti
atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin memang sudah alamiah
atau buatan manusia, oleh karena itu ada sumber radiasi alam dan sumber radiasi buatan. Sumber
radiasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi sumber yang berupa zat radioaktif dan sumber yang
berupa mesin, seperti pesawat sinar-X, akselerator, maupun reaktor nuklir.

2.2 Sumber Radiasi


Sumber radiasi dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu sumber radiasi alam yang sudah
ada di alam ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi buatan yang sengaja dibuat oleh manusia.
a. Sumber Radiasi Alam
Setiap hari manusia terkena radiasi dari alam dan radiasi dari alam ini merupakan bagian
terbesar yang diterima oleh manusia yang tidak bekerja di tempat yang menggunakan radioaktif
atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan kedokteran atau kesehatan.
Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari tiga sumber utama
berikut:

Sumber radiasi kosmik yang berasal dari benda langit di dalam dan luar tata surya
Sumber radiasi terestrial yang berasal dari kerak bumi
Sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh manusia sendiri.
4

b. Sumber Radiasi Buatan


Sumber radiasi buatan mulai diproduksi pada abad ke 20 diketemukannya sinar-X oleh W.
Roentgent. Saat ini sudah banyak sekali jenis dari sumber radiasi buatan baik yang berupa zat
radioaktif, pesawat sinar-X, reaktornuklir dan akselerator.
Zat Radioaktif
Dewasa ini telah banyak sekali unsur radioaktif berhasil dibuat oleh manusia
berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron (reaksi fisi
di dalam reaktor atom), aktivasi neutron, atau berdasarkan penembakan nuklida yang
tidak radioaktif dengan partikel atau ion cepat (di dalam alat-alat pemercepat partikel,
misalnya akselerator, siklotron). Radionuklida buatan ini bisa memancarkan jenis
radiasi alpha ,beta, gamma dan neutron.
Pemancar Alpha
Salah satu contoh reaksi inti untuk menghasilkan radionuklida pemancar alpha adalah:
13Al27+0n1 → 11Na24+α
Salah satu aplikasinya adalah untuk menghasilkan radiasi neutron melalui reaksi (α,n),
radionuklida yang sering dipakai adalah Ra-226, Po-210, Pu-239 dan Am-241.
Pemancar Beta
Sebagian besar pemancar beta ini dihasilkan melalui penembakan partikel neutron pada
nuklida stabil. Oleh karena itu di dalam reaktor nuklir didapatkan berbagai macam
pemancar beta. Energi radiasi beta bersifat kontinu. Pemancar beta sering digunakan
dalam kedokteran dan juga dalam industri untuk mengukur ketebalan materi. Pemancar
beta yang sering digunakan dalam kedokteran misalnya Sr-90, Y-90, P-32, Re-188,
sedangkan untuk industri sering digunakan Sr-90, P-32, Tl-208.
Contoh reaksi inti untuk menghasilkan pemancar beta adalah
14Si31+0n1 → 15P32+β–

Pemancar Gamma
Sebenarnya jarang sekali sumber radioaktif yang hanya memancarkan radiasi gamma
saja, karena radiasi gamma biasanya mengikuti proses peluruhan
5

α atau β. Berikut ini sebuah reaksi inti untuk menghasilkan radionuklida pemancar β
dan γ adalah:
27Co59+0n1→28Ni60+β–+γ
Dalam pemakaiannya, pemancar gamma beraktivitas tinggi sering digunakan sebagai
sumber radiasi di rumah sakit dan industri. Irradiator banyak digunakan di rumah sakit
(irradiator Co-60 dan Cs-137) dan dalam industri (irradiator Co-60).
Pemancar Neutron
Radiasi neutron dapat dihasilkan dengan interaksi radiasi α dengan bahan yang dapat
melangsungkan reaksi (α,n) seperti unsur Be. Sumber neutron ini merupakan campuran
antara unsur Be dengan radioaktif pemancar α,misalnya Am-241 yang dibungkus dalam
sebuah kapsul, sehingga terjadireaksi sebagai berikut.
95Am241→93Np237+α
4Be9+α →6C12+ n

Secara umum interaksi radiasi dapat dibedakan atas tiga jenis radiasi yaitu radiasi partikel
bermuatan, seperti radiasi α dan β ; radiasi partikel tidak bermuatan yaitu radiasi neutron ; dan
radiasi gelombang elektromagnetik, seperti radiasi γ dan sinar-X.

2.3 INTERAKSI PARTIKEL BERMUATAN


2.3.1 Interaksi Partikel Alfa
Radiasi ini merupakan pancaran energi dalam bentuk partikel yang bermuatan listrik.
Beberapa jenisnya adalah radiasi alpha dan beta yang dipancarkan oleh zat radioaktif (inti atom
yang tidak stabil), serta radiasi elektron dan proton yang dihasilkan oleh mesin berkas elektron
ataupun akselerator.
 Partikel Alpha
Partikel alpha terdiri dari dua buah proton dan dua buah neutron, identik dengan inti atom
Helium, serta mempunyai muatan listr ik positif sebesar 2 muatan elementer. Radiasi alpha
dipancarkan oleh zat radioaktif, atau dari inti ataom yang tidak stabil. Jumlah proton dan
jumlah neutron di dalam inti atom yang memancarkan radiasi alpha akan berkurang dua .
6

Gambar : Proses peluruhan alpha

 Partikel Beta
Terdapat dua jenis radiasi beta yaitu beta positif dan beta negatif. Beta negatif identik
dengan elektron sedangkan beta positif identik dengan positron (elektron yang bermuatan
positif). Elektron mempunyai massa yang sangat ringan bila dibandingkan dengan partikel
nukleonik lainnya (» 0) sedangkan muatannya sebesar satu muatan elementer.

Gambar : Proses peluruhan beta


Radiasi beta dipancarkan oleh zat radioaktif atau inti atom yang tidak stabil. Ketika
memancarkan radiasi beta negatif, di dalam inti atomnya terjadi transformasi neutron
menjadi proton, sebaliknya pada saat memancarkan beta positif terjadi transformasi proton
menjadi neutron.
7

Proteksi Radiasi
 elektron
Radiasi elektron mempunyai sifat yang sama dengan radiasi beta negatif, yang
membedakan adalah asalnya. Partikel beta berasal dari inti atom sedangkan elektron
berasal dari atom. Radiasi elektron dapat berasal dari zat radioaktif yang meluruh dengan
cara “internal conversion” atau dari mesin berkas elektron (akselerator).
 Proton
Radiasi proton merupakan pancaran proton yang mempunyai massa 1 sma (satuan massa
atom) dan mempunyai muatan positif sebesar satu muatan elementer. Radiasi proton
dihasilkan dari akselerator proton.
Oleh karena radiasi Alpha dan radiasi Beta termasuk dalam kelompok radiasi bermuatan
maka interaksinya dengan materi akan menimbulkan efek antara lain :

1. Proses Ionisasi
Proses ionisasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari orbitnya karena ditarik atau ditolak
oleh radiasi partikel bermuatan. Elektron yang lepas menjadi elektron bebas sedang sisa atomnya
menjadi ion positif. Energi radiasi setelah melakukan sebuah proses ionisasi (E 0) akan lebih kecil
dibandingkan dengan energi mula-mula (Ei), berkurang sebesar energi yang dibutuhkan untuk
melangsungkan proses ionisasi. Peristiwa ini akan berlangsung terus sampai energi radiasi
partikel bermuatan habis terserap. Radiasi alpha yang mempunyai massa maupun muatan lebih
besar mempunyai daya ionisasi yang lebih besar daripada radiasi yang lain.
8

Gambar 1. Proses ionisasi

Dalam gambar tersebut partikel menumbuk atom dan mengenai elektron pada kulit terluar
sehingga terpental keluar. Elektron yang terpental keluar ini disebut ion negatif, sedangkan atom
yang kehilangan elektronnya menjadi ion positif.
Setiap partikel bermuatan bila berinteraksi dengan materi dapat menimbulkan ionisasi,
karena dalam setiap lintasannya pada materi yang dikenai akan meninggalkan sejumlah pasangan
ion positif dan ion negatif. Radiasi Alpha yang bermuatan positif akan menghasilkan 10.000-
70.000 pasangan ion per cm panjang lintasannya. Akan tetapi jejak lintasannya tidak terlalau
jauh, karena massanya yang besar (bermassa 4) dan juga karena muatannya yang positif mudah
ditarik oleh elektron bebas (yang bermuatan negatif) yang banyak sekali tersebar di alam ini. Di
udara, radiasi alpha hanya mampu melintas sejauh 2-3 cm.

2. Proses Eksitasi
Proses eksitasi adalah peristiwa “loncatnya” (tidak sampai lepas) elektron dari orbit yang
dalam ke orbit yang lebih luar karena gaya tarik atau gaya tolak radiasi partikel bermuatan. Atom
yang mengalami eksitasi ini disebut dalam keadaan tereksitasi (excited state) dan akan kembali
kekeadaan dasar (ground state) dengan memancarkan radiasi sinar-X.
Sebagaimana proses ionisasi, energi radiasi setelah melakukan proses eksitasi (E 0) juga
berkurang sebesar energi yang dibutuhkan untuk melangsungkan proses eksitasi. Energi yang
dibutuhkan untuk melakukan eksitasi tidak sebesar energi yang dibutuhkan untuk mengionisasi.
9

Setelah melakukan beberapa kali (beribu- ribu) proses eksitasi, maka energi radiasinya akan
habis.

Gambar 2. Proses eksitasi

Salah satu postulat Bohr menyatakan bahwa elektron dapat berpindah dari satu tingkat
energi ke tingkat energi yang lain. Berpindahnya elektron ini karena mendapatkan tambahan
energi dari luar, salah satunya dapat berasal dari radiasi alpha dan radiasi betha. Apabila elektron
berpindah dari tingkat energi rendah menuju tingkat energi tinggi maka energi akan diserap
untuk melakukan proses tersebut. Elektron yang berpindah dari tingkat energi rendah menuju
tingkat energi yang lebih tinggi menyebabkan elektron tereksitasi. Akan tetapi keadaan elektron
tereksitasi ini tidak stabil sehingga elektron kembali dari tingkat energi tinggi menuju tingkat
energi rendah yang disertai pelepasan energi dalam bentuk radiasi (deeksitasi).

Pada tingkat yang lebih rendah, energi yang dimiliki elektron lebih rendah daripada di
tingkat sebelumnya. Perbedaan energi ini muncul sebagai sebuah kuantum radiasi berenergi hv
yang sama besar dengan beda energi antara kedua tingkat tersebut. Artinya, jika elektron
melompat dari n = n2 ke n=n1, maka terpancar sebuah foton dengan energi :

hυ = En2 – En1
Proses eksitasi dapat terjadi karena partikel radiasi bermuatan yang berinteraksi dengan
materi yang menyebabkan struktur atom bahan terganggu atau dalam keadaan tereksitasi. Pada
radiasi alpha, peristiwa eksitasi yang terjadi disebabkan karena energi radiasi alpha yang
10

ditransfer ke elektron orbital dari struktur atomnya. Keadaan ini yang menyebabkan atom suatu
bahan terganggu.

3. Reaksi Inti
Dalam peristiwa ini, radiasi partikel bermuatan berhasil “masuk” dan ditangkap oleh inti
atom bahan, sehingga inti atom bahan akan berubah, mungkin menjadi inti atom yang tidak
stabil. Fenomena ini disebut sebagai proses aktivasi. Akan tetapi ada juga yang hanya sekedar
bereaksi tanpa menghasilkan inti yang tidak stabil seperti reaksi partikel alpha bila mengenai
bahan Berilium akan menghasilkan unsur Lithium dan radiasi neutron.
α + Be à Li + n
Peristiwa reaksi inti ini tidak terjadi pada semua jenis materi.

2.3.2 Interaksi Partikel Beta


Dibandingkan dengan partikel alfa, massa dan muatan partikel beta lebih kecil sehingga
kurang diserap oleh materi atau daya tembusnya lebih besar. Partikel beta dengan energi sebesar
3,5 MeV dapat melintas diudara sejauh 11 meter atau dapat mencapai jarak sekitar 15 mm
didalam jaringan tubuh.
Interaksi radiasi β dengan materi adalah proses ionisasi dan eksitasi sebagaimana radiasi α,
serta proses bremstrahlung :
 Ionisasi yang dihasilkan oleh radiasi Beta yang bermuatan negatif lebih sedikit bila
dibandingkan dengan radiasi Alpha yang bermuatan positif. Radiasi beta yang berinteraksi
dengan materi akan menghasilkan 60-7000 pasangan ion per cm panjang lintasannya, jauh
lebih sedikit bila dibandingakan dengan lintasan radiasi alpha. Hal ini disebabkan karena
massanya relatif amat sangat kecil (massanya bisa dianggap sama dengan nol) dan muatannya
yang negatif membantu dalam perjalanannya melintasi materi, karena didorong oleh gaya
coulumb elektron yang bermuatan negatif yang banyak terdapat di alam ini. Untuk radiasi
beta yang bermuatan positif (positron) yang kebolehjadiannya di alam sangat kecil, jelas jauh
lebih sedikit kemampuannya untuk mengionisasikan materi yang dilaluinya. Hal ini
disebabkan karena sebelum mengionisasikan materi, terlebih dahulu positron ini akan
ditangkap oleh elektron yang banyak tersebar di alam.
11

 Pada radiasi beta, peristiwa eksitasi bisa terjadi karena pengaruh adanya peristiwa stopping
power yang menyebabkan energi radiasi beta hilang di sepanjang lintasannya. Energi radiasi
beta yang hilang ini menyebabkan atom-atom yang ada di sepanjang lintasan radiasi beta juga
terganggu atau dalam keadaan tereksitasi.

 Proses Brehmsstrahlung adalah peristiwa dibelokkannya atau bahkan dipantulkannya radiasi


partikel bermuatan oleh inti atom dari bahan. Ketika radiasi tersebut dibelokkan atau
dipantulkan maka akan timbul perubahan momentum sehingga terjadi pemancaran energi
berbentuk gelombang elektromagnetik yang disebut sebagai Brehmsstrahlung.

Brehmsstrahlung (dalam bahasa Jerman yaang berarti radiasi pengereman) terjadi karena
ukuran partikel β jauh lebih kecil dan kecepatannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
partikel α sehingga partikel β dapat "masuk" mendekati inti atom. Partikel ini kehilangan
sebagian energinya karena mengalami pelambatan (pengereman) di dalam medan listrik inti.
Energi pengereman yang terambil dari energi kinetik partikel beta tersebut, akan muncul
sebagai sinar-X.

Gambar 3. Proses terbentuknya Sinar-X bremstrahlung

Fraksi energi (f) dari sinar-X bremstrahlung yang dihasilkan dapat ditentukan
menggunakan persamaan empiris berikut ini :
12

dengan Z adalah nomor atom bahan penyerap sedangkan Emaks adalah energi maksimum dari
partikel beta (dalam Me V).

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa:


1. Energi partikel β yang lebih besar akan menghasilkan radiasi bremstrahlung yang lebih besar.
2. Semakin besar nomor atom bahan penyerap (semakin berat) akan menghasilkan radiasi sinar-
X yang lebih besar pula.

2.4 INTERAKSI PARTIKEL TIDAK BERMUATAN (NEUTRON)


Berbeda dengan radiasi α, β dan γ, radiasi neutron memang tidak dihasilkan dari proses
peluruhan spontan. Radiasi neutron dihasilkan dari proses reaksi fisi, misalnya di reaktor nuklir,
atau dari neutron generator (akselerator ataupun zat radioaktif).
Neutron merupakan partikel yang mempunyai massa tetapi tidak bermuatan listrik
sehingga interaksinya dengan materi lebih banyak bersifat mekanik, yaitu tumbukan antara
neutron dengan atom (inti atom) bahan penyerap, baik secara elastik maupun tak elastik. Setiap
tumbukan dengan materi akan menyerap energi neutron sehingga setelah beberapa kali
tumbukan maka energi neutron akan "habis". lnteraksi lain yang mungkin muncul bila energi
neutron sudah sangat rendah adalah reaksi inti atau penangkapan neutron oleh inti atom bahan
penyerap.

1. Tumbukan Elastik
Tumbukan elastik adalah tumbukan di mana total energi kinetik partikel-partikel sebelum
dan sesudah tumbukan tidak berubah. Dalam tumbukan elastik antara neutron dan atom bahan
penyerap, sebagian energi neutron diberikan ke inti atom yang ditumbuknya sehingga atom
tersebut terpental sedangkan neutronnya dibelokkan atau dihamburkan.
13

Gambar 4. Peristiwa tumbukan elastik

Tumbukan elastik terjadi bila atom yang ditumbuk neutron mempunyai massa yang sama,
atau hampir sama dengan massa neutron (misalnya atom Hidrogen), sehingga fraksi energi
neutron yang terserap oleh atom tersebut cukup besar.

2. Tumbukan Tak Elastik


Proses tumbukan tak elastik sebenamya sama saja dengan tumbukan elastik, tetapi energi
kinetik sebelum dan sesudah tumbukan berbeda. Ini terjadi bila massa atom yang ditumbuk
neutron jauh lebih besar dari massa neutron. Setelah tumbukan, atom tersebut tidak terpental,
hanya bergetar, sedang neutronnya terhamburkan.

Gambar 5. Peristiwa tumbukan non-elastik

Dalam peristiwa ini, energi neutron yang diberikan ke atom yang ditumbuknya tidak terlalu
besar sehingga setelah tumbukan, energi neutron tidak banyak berkurang. Oleh karena itu, bahan
yang mengandung atom-atom dengan nomor atom besar tidak efektif sebagai penahan radiasi
neutron.
14

3. Reaksi Inti (Penangkapan Neutron)


Bila energi neutron sudah sangat rendah atau sering disebut sebagai neutron termal (En ≤
0,025 eV), maka terdapat kemungkinan bahwa neutron tersebut akan "ditangkap" oleh inti atom
bahan penyerap sehingga mambentuk inti atom baru, yang biasanya merupakan inti atom yang
tidak stabil, yang memancarkan radiasi, misalnya α, β atau γ. Peristiwa ini disebut sebagai proses
aktivasi neutron, yaitu rnengubah bahan yang stabil menjadi bahan radioaktif.

Gambar 6. Peristiwa penangkapan neutron

Pada atom tertentu, penangkapan neutron diikuti dengan peristiwa pecahnya inti atom
(reaksi fisi) yang disertai dengan pembentukan 2 buah inti atom baru, pelepasan energi panas dan
pelepasan 2 ~ 3 buah neutron baru.
Untuk kebanyakan inti penangkapan netron menghasilkan peningkatan energi sekitar 8
MeV ditambah energi kinetik netron. Hal ini menyebabkan energi inti yang terbentuk sesudah
penangkapan netron berada dalam tingkat energi yang tinggi. Kestabilan dicapai dengan
pemancaran partikel atau foton. Jenis reaksi penangkapan bergantung pada energi netron
penembak, sehingga menurut energinya, netron dibagi menjadi 4, yaitu:
a) Neutron Lambat (Termal)
Energi inti meningkat hanya sekitar 8 MeV dan umumnya tidak cukup untuk mengeluarkan
suatu partikel. Reaksi umumnya ialah jenis reaksi (n, γ) yang dikenal dengan reaksi
Pengaktifan.
b) Neutron Intermediate
Penangkapan dapat menghasilkan reaksi pengaktifan sebanyak di atas, tetapi inti gabungan
yang dihasilkan juga mempunyai cukup energi untuk mengatasi energi ikat dan mengeluarkan
suatu partikel.
15

c) Neutron Cepat
Energi kinetiknya sampai 10 MeV memberi sumbangan sampai sekitar 18 MeV kepada inti.
Energi ikat suatu nukleon hanya sekitar 8 MeV, sehingga dua partikel dapat dilepaskan dari
inti.
d) Neutron Relativitas
Jumlah nukleon yang dapat dilepaskan dari inti sasaran dengan neutron ini lebih besar.

2.5 INTERAKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK (SINAR GAMMA DAN


SINAR-X)
Sinar γ dan sinar-X merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang berarti tidak
mempunyai massa maupun muatan listrik. Oleh karena itu, sinar γ dan sinar-X sangat sulit untuk
diserap oleh materi, atau daya tembusnya sangat besar. Proses interaksi antara sinar γ dan sinar-
X dengan materi adalah efek fotolistrik, efek Compton dan produksi pasangan. Probabilitas
terjadinya antara tiga proses tersebut sangat ditentukan oleh energi radiasi dan jenis materi
(nomor atom) penyerapnya.

1. Efek Fotolistrik
Dalam peristiwa efek fotolistrik, foton yang mengenai materi akan diserap sepenuhnya dan
salah satu elektron orbital akan dipancarkan dengan energi kinetik yang hampir sama dengan
energi foton yang mengenainya.
16

Fotoelektron
Gelombang (berenergi)
Elektromagnet

Lintasan
elektron
Inti Atom

Elektron

Gambar 7. Efek fotolistrik

Efek fotolistrik timbul karena interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan elektron-
elektron dalam atom. Dalam peristiwa ini energi foton diserap semuanya oleh elektron yang
terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron tersebut terlepas dari ikatan inti atom. Elektron
yang dilepaskan dalam proses ini disebut fotoelektron, mempunyai energi sebesar energi foton
yang mengenainya.
Efek fotolistrik terutama terjadi pada foton berenergi rendah, yaitu berkisar antara 0,01
Mev hingga 0,5 Mev dan dominan pada energi foton dibawah 0,1 Mev serta lebih banyak terjadi
pada material yang besar. Contoh efek fotolistrik lebih banyak terjadi pada timah hitam (Z=82)
daripada tembaga (Z=29). Radiasi elektromagnetik dengan energi fotonnya kecil akan
berinteraksi dengan elektron-elektron yang berada diorbit luar atom. Semakin besar energi foton
maka elektron-elektron yang berada pada orbit lebih dalam akan dilepaskan.
Elektron yang terlempar ke luar dari atom yang paling mungkin berasal dari elektron
dikulit K. Energi foton datang (hv) sebagian besar berpindah ke elektron fotolistrik dalam bentuk
energi kinetic elektron dan sebagian sangat kecil dipakai untuk melawan energi ikat electron (B-
). Elektron terlempar selanjutnya dapat melakukan proses ionisasi atom-atom lain di dalam
e

bahan. Besar energi kinetic foto elektron (Ek) dalam peristiwa ini adalah :
Ek = hv – Be
Dari persamaan di atas terlihat bahwa agar efek fotolistrik terjadi, maka energi foton harus
sekurang-kurangnya sama dengan energi ikat elektron yang berinteraksi.
17

2. Hamburan Compton
Peristiwa efek Compton sangat menyerupai efek fotolistrik kecuali energi foton yang
mengenai materi tidak diserap sepenuhnya sehingga masih ada sisa energi foton yang
dipantulkan atau dibelokkan.
Hamburan Compton terjadi antara foton dan sebuah elektron bebas yang terdapat pada
kulit terluar sebuah atom. Apabila foton menumbuk elektron tersebut maka berdasarkan hukum
kekekalan momentum tidak mungkin elektron akan dapat menyerap seluruh energi foton seperti
pada efek fotolistrik. Foton akan menyerahkan sebagian energinya kepada elektron dan
kemudian terhambur sebesar sudut terhadap arah gerak foton datang yang digambarkan sebagai
berikut

Gambar 5. Hamburan Compton

Pada hamburan Compton, foton dengan energi hν i bertumbukan dengan elektron terluar
dari atom, selanjutnya foton dengan energi hν0 dihamburkan dan sebuah foton elektron lepas dari
ikatannya. Energi kinetik elektron (Ee) sebesar selisih energi foton masuk dan foton keluar :
Ee = hvi - hv0
Hamburan Compton sangat dominan terjadi bila foton berenergi sedang (di atas 0,5 MeV) dan
lebih banyak terjadi pada material dengan Z yang rendah.
18

Dalam hamburan Compton ini, energi foton yang datang yang diserap atom diubah
menjadi energi kinetik elektron dan foton hamburan. Perubahan panjang gelombang foton
hamburan dari λ menjadi λ’ dirumuskan :
' h
∆ λ=λ −λ= ( 1−cosθ )
mB c
Kuantitas h/mBc biasanya disebut panjang gelombang compton, nilainya untuk sebuah elektron
adalah 0,0234Å.

3. Produksi Pasangan
Peristiwa ini menunjukkan kesetaraan antara massa dengan energi sebagaimana
diperkenalkan pertama kali oleh Einstein. Bila sebuah foton yang mengenai materi berhasil
“masuk” sampai ke daerah medan inti (nuclear field) dan mempunyai energi ≥ 1,02 MeV maka
foton tersebut akan diserap habis dan akan dipancarkan pasangan elektron – positron yang
masing-masing berenergi sebesar 0,51 MeV. Positron adalah anti partikel dari elektron, yang
mempunyai karakteristik sama dengan elektron tetapi bermuatan positif. Energi kinetik total dari
dua partikel tersebut sama dengan energi foton yang datang dikurangi 1,02 MeV.

Ee+ adalah energi kinetik positron dan Ee- energi kinetik elektron.
19

Gambar 6. Produksi Pasangan

4. Penyerapan Radiasi Gelombang Elektromagnetik


Berbeda dengan radiasi partikel bermuatan (α atau β), daya tembus radiasi gamma dan
sinar-X sangat tinggi bahkan tidak dapat diserap, secara keseluruhan.

Gambar 7. Penyerapan Radiasi Gelombang Elektromagnetik

Hubungan antara intensitas radiasi yang datang (Io) dan intensitas yang diteruskan (Ix)
setelah melalui bahan penyerap setebal x adalah sebagai berikut :
20

µ adalah koefisien serap linier bahan terhadap radiasi gamma dan sinar- X. µ sangat dipengaruhi
oleh jenis bahan penyerap, nomor atom (Z) dan densitas (r) serta energi radiasi yang
mengenainya. Nilai tebal bahan penyerap bisa dalam satuan panjang (mm; cm) ataupun dalam
satuan massa persatuan luas (gr/cm2).
21

BAB II
KESIMPULAN

1. Radiasi pengion adalah radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi, baik secara langsung
(radiasi α dan β) maupun secara tidak langsung (radiasi γ dan neutron).

2. Eksitasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu orbit (lintasan) tertentu ke orbit yang
lebih luar (energi lebih tinggi). Sebaliknya adalah proses de-eksitasi yaitu perpindahan
elektron dari suatu orbit ke orbit yang lebih dalam dengan memancarkan sinar-X karakteristik.

3. Radiasi α disebut sebagai radiasi pengion kuat, radiasi β disebut sebagai radiasi pengion
sedang, dan radiasi γ dan sinar-X disebut sebagai radiasi pengion yang lemah.

4. Daya tembus radiasi α sangat pendek, radiasi β sedang dan radiasi γ dan sinar-X sangat jauh.

5. Radiasi beta yang dibelokkan oleh medan listrik dari inti atom akan menghasilkan sinar-X
bremstrahlung. Fraksi energi radiasi beta yang berubah menjadi bremstrahlung sebanding
dengan energi maksimal partikel beta dan nomor atom bahan.

6. lnteraksi sinar γ dan sinar-X dengan materi adalah efek fotolistrik, efek Compton, dan
produksi pasangan.
 Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari orbitnya ketika atom menyerap
seluruh energi foton yang mengenainya.
 Efek Compton adalah peristiwa terlepasnya elektron dari orbitnya ketika atom menyerap
sebagian energi foton yang mengenainya dan menghamburkan sebagian energi lainnya.
 Produksi pasangan adalah terbentuknya pasangan elektron dan positron ketika energi foton
diserap seluruhnya oleh pengaruh medan inti atom.

7. lnteraksi neutron dengan materi adalah proses tumbukan elastik, tak elastik dan reaksi inti
(penangkapan neutron).
 Tumbukan elastik terjadi bila neutron menumbuk bahan dengan nomor atom rendah,
misalnya Hidrogen.
22

 Tumbukan tak elastis terjadi bila neutron menumbuk bahan dengan nomor atom yang
lebih besar.
 Reaksi inti atau penangkapan neutron oleh inti atom mungkin terjadi bila energi
neutron sudah sangat lemah (neutron termal dengan energi < 0,025 eV).
23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Fisika Radiasi Dasar. http://ansn.bapeten.go.id/files/ins_Dasar_Fisika_Radiasi.pdf.


Diakses pada tanggal 27 Februari 2015.

Anonim. 2008. Dasar Fisika Radiasi.


http://www.batan.go.id/pusdiklat/daftar/modules/2008%20Dasar%20fisika%20radiasi. pdf.
Diakses pada tanggal 27 Februari 2015.

Anonim. 2012. Interaksi Radiasi dengan Materi.


http://www.slideshare.net/DeetheyInnkklee/interaksi-radiasi-dengan-materi . Diakses pada
tanggal 27 Februari 2015.

Moelyani, Sri. 2012. Interaksi Radiasi dengan Materi.


https://www.scribd.com/doc/92957182/Interaksi-Radiasi-Dengan-Materi. Diakses pada
tanggal 27 Februari 2015.

Reni, Luska. 2013. Interaksi Radiasi dengan Materi.


https://www.scribd.com/doc/136035635/PRINT-Interaksi-Radiasi-Dengan-Materi. Diakses
pada tanggal 27 Februari 2015.

Anda mungkin juga menyukai