Anda di halaman 1dari 20

Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

ANALISIS KEBIJAKAN AGRARIA PASCA REFORMASI

Heriyanto
Notaris di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan
E-mail: Heri.id91@gmail.com

Abstract
More than 20 years of reform in Indonesia, however, specifically in the issue of agrarian
reform, many civic groups and academics consider that the agenda has not become a serious
concern for every post-Reform Indonesian President. People still often have to deal with
Corporations in order to defend their own land, which has been occupied and cultivated for so
long. The high level of agrarian conflicts shows that this commitment is not serious. Especially
with the birth of the Job Creation Act which is considered to be a big obstacle for the people.
This paper aims to analyze the post-reform agrarian policy, and uses the perspective of the
Fifth Precepts of Pancasila and Article 33 of the 1945 Constitution as the philosophical,
ideological, and juridical foundations. And using normative research. Researchers try to
elaborate on how the ideal conception of agrarian reform in Indonesia and also the
realization of policies from this ideal conception by Indonesian leaders post-reform.
Keywords: agrarian reform; goverment policy; post-reform

Abstrak
Reformasi di Indonesia telah lebih dari 20 tahun, namun dalam hal reforma agraria, banyak
kalangan dan akademisi menganggap agenda tersebut belum menjadi perhatian serius oleh
presiden-presiden Indonesia pasca Reformasi. Sering kali masyarakat harus berurusan dengan
perusahaan untuk mempertahankan tanah mereka sendiri, yang telah lama diduduki dan
digarap. Tingginya konflik agraria menunjukkan bahwa komitmen ini tidak serius. Apalagi
dengan lahirnya Undang-Undang Cipta Kerja yang dinilai menjadi kendala besar bagi
masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan agraria pasca reformasi, dan
menggunakan perspektif Sila Kelima Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945 sebagai landasan
filosofis, ideologis, dan yuridis. Dan menggunakan penelitian normatif. Peneliti mencoba
menguraikan bagaimana konsepsi ideal reforma agraria di Indonesia dan juga realisasi
kebijakan dari konsepsi ideal tersebut oleh para pemimpin Indonesia pasca reformasi.
Kata Kunci: reforma agraria, kebijakan pemerintah, pasca reformasi

PENDAHULUAN reforma agraria yang terus menjadi


Sudah sekitar 23 tahun Indonesia jargon politik para elite di setiap
hidup di bawah panji reformasi. Sejak menjelang musim Pemilu.
tahun 1998 yang monumental, Sudah ada beberapa Presiden
Indonesia telah mengalami kemajuan setelah Presiden Suharto, tetapi tidak
yang cukup jauh ke arah yang ada yang memperhatikan agenda
diinginkan, meskipun bukan berarti reforma agraria secara serius. Seolah
tidak ada catatan khusus mengenai agenda ini tidak penting, padahal
evaluasi agenda reformasi ini. Mulai dalam statistik banyak sekali angka-
dari masalah kepemimpinan tirani yang angka yang dapat menjelaskan kepada
menjadi demokratis, hingga agenda publik betapa pentingnya agenda
434

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

reforma agraria sehingga segera 2001 dimulai dengan dikeluarkannya


menjadi perhatian utama Pimpinan Peraturan Daerah Nomor 52 oleh
Nasional, sehingga berbagai macam Bupati Tanjung Jabung Barat, Usman
konflik dan korban jiwa yang tidak Ermulan. Perda tersebut berisi tentang
diperlukan dapat dihindari sejak dini. konversi areal pengelolaan rakyat
Namun, karena persoalan seluas 52.000 hektar dengan status
pertanahan ini berbenturan langsung Areal Penggunaan Lain (APL) menjadi
dengan agenda industrialisasi yang Kawasan Hutan Produksi (HP),
melibatkan korporasi global, apalagi kemudian diserahkan kepada PT. WKS
jika dikaitkan dengan persoalan untuk dikelola menjadi usaha Hutan
penanaman modal asing dan Tanaman Industri (HTI).1
pertumbuhan ekonomi yang seringkali Berbekal SK Menteri Kehutanan
menjadi indikator keberhasilan sebuah No. 64/Kpts-II/2001, tanpa proses
Rezim, maka tentu saja masalah agraria negosiasi dengan masyarakat, PT WKS
ini harus diatasi dengan berbagai cara menggusur tanah petani dan tanah adat
menghadapi proyek-proyek besar masyarakat Senyerang dan sekitarnya
bergengsi.. untuk ditanami tanaman akasia –
Menurut catatan LIPI, saat ini di tanaman eucalyptus. Kegiatan
Indonesia telah terjadi aksi ribuan pembukaan lahan perusahaan
petani dari Desa Senyerang, Tanjab dilakukan dengan cara kekerasan,
Barat Jambi, yang tergabung dalam dikawal oleh aparat kepolisian/TNI dan
Persatuan Petani Jambi (PPJ) berupaya preman. Pada tahun 2010 bentrokan
menduduki kembali tanah pertanian antara petani dan polisi yang
dan tanah adat mereka yang telah disita dikerahkan oleh perusahaan
oleh anak perusahaan Sinarmas menyebabkan satu warga tewas.
Forestry , PT. Wira Karya Sakti (WKS). Tuntutan petani adalah pengembalian
Untuk menuju lahan yang akan seluruh 7.224 hektar lahan yang
ditempati, para petani terpaksa terletak dari kanal 1 hingga kanal 19
membangun jembatan darurat karena yang disita oleh PT. WKS. Menurut
jembatan semula sengaja diputus oleh
perusahaan. Konflik antara petani dan
1
Pandu Yuhsina Adaba, “Urgensi Reforma
Agraria Di Indonesia,” link:
perusahaan telah terjadi sejak tahun http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/politik-
nasional/776-urgensi-reforma-agraria-di-
indonesia.pdf, 2021.
435

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

para petani, lahan tersebut merupakan Baluran pada tahun 1937. Pada tahun
satu-satunya lahan yang dikelola oleh 1975, izin PT Gunung Gumitir
masyarakat Senyerang yang masih dikeluarkan di kawasan Taman
tersedia untuk meningkatkan taraf Nasional. Kedua, ada 61 tersangka dari
hidup mereka.2 kalangan petani dan Suku Anak Dalam
Sementara itu, Komnas HAM Jambi (versi Polda Jambi) atau 119
merilis, konflik agraria terus meluas. orang dari versi Pemkab Batanghari.
Konflik agraria mencerminkan keadaan Ketiga, kasus meninggalnya 35 orang
tidak terpenuhinya rasa keadilan bagi di bekas lubang tambang di Kalimantan
kelompok masyarakat yang Timur, keempat, penolakan izin
menggantungkan hidupnya pada tanah pengusahaan hutan tanaman industri di
dan sumber daya alam. Pada tahun Siberut, Kepulauan Mentawai. Kelima,
2017 terdapat 1.162 kasus pengaduan sengketa tanah di Urut Sewu, Kebumen,
ke Komnas HAM, 269 kasus atau Jawa Tengah yang memicu konflik
23,14% terkait konflik agraria. Pada berkepanjangan antara petani dengan
periode 2018 sampai April 2019, TNI.4
tercatat 196 kasus konflik agraria di Berdasarkan data Komnas HAM
Indonesia yang ditangani Komnas dalam lima tahun terakhir, pengaduan
HAM, insiden terbesar di 29 provinsi.3 masyarakat kepada komisi ini
Komnas HAM telah mengamati menunjukkan bahwa konflik agraria
lima kasus konflik agraria yang belum merupakan masalah mendasar dan
terselesaikan, yaitu pertama, sengketa butuh solusi yang mendesak. Luas
tanah di Taman Nasional Baluran, wilayah konflik mencapai 2.713.369
Situbondo, Jawa Timur. Ada sekitar hektar dan tersebar di 33 provinsi di
500 KK dan 1.450 jiwa yang menghuni berbagai sektor. Tercatat 42,3% atau
lahan seluas 363 hektar sebagai petani, 48,8 juta penduduk desa berada di
peternak, pekebun, dan nelayan. kawasan hutan.5
Mereka menjadi korban penetapan Pemikiran tentang perlunya
lokasi sebagai Suaka Margasatwa memperbaiki struktur kepemilikan
2
Pandu Yuhsina Adaba tanah dalam masyarakat telah
3
Lusia Arumingtyas, “Catatan Akhir Tahun: berkembang jauh sebelum Undang-
Reforma Agraria Masih Jauh dari Harapan,”
https://www.mongabay.co.id/2019/12/31/catata
4
n-akhir-tahun-reforma-agraria-masih-jauh-dari- Lusia Arumingtyas
5
harapan/, 2021. Lusia Arumingtyas
436

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

Undang Pokok Agraria (UUPA) sesuai dengan cita-cita bangsa


diundangkan pada tahun 1960. Indonesia. Sehingga dalam penulisan
Menurut Tjondronegoro, para pemikir ini mengangkat permasalahan
negara ini setelah masa kemerdekaan bagaimana konsepsi Agraria yang ideal
telah menyadari pentingnya perbaikan di Indonesia menurut Undang-Undang
struktur pemilikan tanah dalam Pokok Agraria serta bagaimana
masyarakat, selain berkaitan dengan realisasi kebijakan agraria menurut
hak atas penghidupan yang lebih baik, Undang-Undang Pokok Agraria pasca
upaya ini menjadi dasar untuk reformasi.
mengubah struktur ekonomi agraris
menjadi struktur ekonomi yang PEMBAHASAN
didasarkan pada pembangunan industri A. Konsepsi Ideal Reforma Agraria
dan pertanian yang seimbang. Untuk Menurut Undang-Undang
Pokok Agraria
mencapai keseimbangan di atas, hanya
1. Periode Sebelum Agrarische
mungkin ketika pertanian telah menjadi Wet
basis ekonomi yang kuat di pedesaan, Konflik pendekatan antara

masalahnya sekarang adalah bahwa apa Liberal dan kelompok konservatif di

yang dicanangkan para pemikir ini Belanda mengakibatkan raja

tidak secara konsisten dilaksanakan mengeluarkan instruksi kepada

oleh para pelaksana dan perencana Gubernur Jenderal untuk melakukan

pembangunan setelah itu. survei di Jawa, pada tahun 1870 (hasil

Untuk itu penulis tertarik untuk survei tanah di Jawa belum disusun),

mengangkat tema reforma agraria ini, Pemerintah Belanda mengeluarkan

khususnya masalah yang berjudul Agrarische Wet yang isinya

“analisis kebijakan agraria pasca menekankan dua hal: kemungkinan

reformasi” sebagai bahan penelitian perusahaan swasta membuka

penulis, dengan harapan kedepannya perkebunan dan pengakuan keberadaan

penelitian ini dapat menjadi dasar tanah adat atas hak ulayatnya.

analisis. dan kajian oleh Pemerintah Kaum liberal menekankan

dan pemangku kepentingan lainnya perlunya perusahaan swasta untuk

dalam merumuskan kebijakan di yang diizinkan mengolah tanah, yaitu

berkaitan dengan permasalahan agraria dengan mengakui hak kepemilikan


individu atas tanah yang dimiliki oleh
437

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

penduduk asli Indonesia sehingga karena tanah di bawah hak ulayat


tanah tersebut dapat disewa atau dijual tidak boleh dijual atau disewakan.
2. Sehingga dengan prinsip domain,
oleh mereka; dan menyatakan semua
pemerintah memberikan kesempatan
tanah yang kepemilikannya tidak dapat kepada pihak swasta untuk dapat
dibuktikan sebagai tanah negara. Oleh menyewakan tanah yang berjangka
panjang dan murah yang nantinya
karena itu, tersedia lahan yang cukup
akan diberikan hak erfpacth.
untuk disewakan kepada pihak swasta Agrarisce Wet adalah Undang-
untuk jangka waktu yang lama (99 undang (yang dalam bahasa Belanda
tahun) dengan tingkat harga yang kata "Wet" berarti Hukum) yang dibuat
rendah. Konservatif menentang di Belanda pada tahun 1870, Agrarisce
proposal ini dengan berargumen bahwa Wet diundangkan pada S-1870-55
hak masyarakat adat atas tanah selain paragraf baru dalam Pasal 62
didasarkan pada kondisi asli, Regerings Reglement Hindia Belanda
kepemilikan bersama dan adat yang tahun 1854, awalnya terdiri dari 3 ayat.
tidak dapat didamaikan dengan konsep Dengan penambahan 5 paragraf baru
6
barat modern tentang "hak milik". (paragraf 4 sampai 8) oleh Agrarisce
Hingga awal abad ke-19, Wet, Regerings Reglement terdiri dari 8
kebijakan Agrarische Wet tidak paragraf. Sebagai peraturan
berubah secara mendasar, pemerintah pelaksanaan Agrariche Wet, dengan
hanya mengeluarkan sewa tanah Keputusan Raja tanggal 20 Juli 1980
tahunan yang berlaku untuk jangka No. 15 dikeluarkan Keputusan Agraria
waktu tertentu. Tujuan dari kelompok (Agrarisch Besluit atau Perpu) dengan
Liberalis adalah:7 S. 1870-118, yang berlaku untuk Jawa-
1. Agar pemerintah memberikan Madura. Sedangkan untuk di luar Jawa
pengakuan penguasaan tanah oleh
dan Madura, sesuai dengan yang diatur
penduduk asli sebagai hak milik
mutlak (eigendom), yang dalam peraturan ini akan diatur dengan
memungkinkan penjualan dan sewa peraturan perundang-undangan.
Pada masa penjajahan Jepang
6
J.S. Furnivall, Netherlands India, A Study of peraturan pertanahan yang berlaku
Rural Economy (London: Cambridge
University Press, 1939), dalam Mochammad sebelum masa penjajahan Jepang masih
Tauchid, Masalah Agraria II (Jakarta: Penerbit berlaku, karena masa penjajahan begitu
Tjakrawala, 1952).
7
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia singkat sehingga belum terpikirkan
(Jakarta: Djambatan, 2008).
438

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

untuk merubah undang-undang yang dinyatakan dalam Pasal 1 yang


pertanahan. Tidak banyak yang bisa berbunyi “dengan tidak mengurangi
dideskripsikan tentang hukum agraria berlakunya ketentuan dalam Pasal 2
di zaman Jepang, kecuali kekacauan dan 3 Agrarische Wet, asas semua
dan ketidakpastian penguasaan dan hak tanah yang tidak dapat dibuktikan oleh
atas tanah seperti dalam keadaan pihak lain sebagai hak eigendom,
perang. Pemerintah Jepang dalam adalah domein (milik) negara". Hal ini
menerapkan kebijakan pertahanan dikenal dengan istilah Varklaring
dapat dikatakan hampir sama dengan domein (pernyataan domain) yang
kebijakan pemerintah Hindia Belanda. semula hanya berlaku di Jawa dan
Penduduk Jepang mengeluarkan Madura saja, tetapi kemudian
kebijakan yang dituangkan dalam pernyataan domain juga diterapkan
Osamu Serey nomor 2 tahun 1944, dan untuk wilayah pemerintahan langsung
yang terakhir Osamu Serey nomor 4 di luar Jawa dan Madura, dengan
dan 25 tahun 1944.8 peraturan yang diundangkan dalam
Dalam Pasal 10 Osamu Serey S.1875-119.
disebutkan bahwa untuk sementara Dalam pelaksanaannya,
waktu dilarang keras menyimpan pelaksanaan peraturan perundang-
barang tidak bergerak, surat berharga, undangan mempertahankan domain
deposito bank, dan sebagainya tanpa verklaring, yang berfungsi:
mendapat izin terlebih dahulu dari 1. Sebagai dasar hukum bagi
tentara Dai Nippon. Tanah-tanah pemerintah yang diwakili oleh
negara sebagai pemilik tanah, untuk
pribadi itu dikelola oleh kantor siryooty
memberikan tanah dengan hak-hak
kanrikosya, di mana tanah-tanah barat yang diatur dalam
khusus itu tidak lagi diusahakan atas KUHPerdata, seperti hak efparth,
hak opstal dan lain-lain. Dalam
dasar hak ketuanan.9
rangka verklaring domain,
2. Periode Agrarische Wet pemberian tanah dengan hak
Agrarische belsuit hanya berlaku eigendom dilakukan dengan
mengalihkan hak milik negara
di Jawa dan Madura, sehingga apa
kepada penerima tanah.
2. Di bidang “bukti kepemilikan”. Pada
8
AP. Parlindungan, Penerapan Masalah dalam tahun 1874 pemerintah
UUPA (UndangUndang Pokok Agraria) mengeluarkan Staadblad Nomor 97
(Bandung: Mandar Maju, 1993). yang mengatur bahwa tanah-tanah
9
Boedi Harsono, Hukum Agraria
439

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

yang menjadi kewenangan desa tersebut menjadi hak milik ulayat, yang
adalah tanah penggembalaan subyeknya adalah asing timur, pada
bersama, tanah untuk pertanian
mulanya disebut “altijddurende
penduduk yang terus menerus, tanah
untuk kepentingan umum, selain erfpacht", maka dengan S.1926-121
tanah-tanah tersebut, bila akan menjadi Landerijenberzitrecht, pada
digunakan harus dengan izin
hakikatnya hak ini tidak berbeda
pemerintah. Faktanya, staadblad ini
menimbulkan berbagai kontradiksi. dengan hak milik ulayat.
Dengan berbagai kontradiksi Kemungkinan bagi masyarakat
tersebut, pemerintah akhirnya
non-pribumi untuk memperoleh hak
mendapatkan hak ulayat atas
kepemilikan sebidang tanah yang atas tanah ulayat dibatasi oleh
berasal dari pengolahan atau peraturan yang dikenal dengan
pengambilan hasil hutan dengan larangan pemindahtanganan tanah
diakui dan disetujui oleh tetangga,
kepala desa dan warga. Sejak saat (ground vervreemdingsverbod) yang
itu terjadi penguatan konflik diatur dalam S.1875-179, yang
kepentingan antara masyarakat adat menyatakan bahwa “hak milik ulayat
dengan pemerintah terkait tanah
atas tanah oleh masyarakat hukum adat
dengan hak milik dan hak ulayat.10
tidak dapat dialihkan kepada bukan
Kemudian pada waktu itu juga penduduk asli”, oleh karena itu segala
ada tanah yang disebut perbuatan yang bertujuan untuk
Landerijenberzitrecht oleh Gouw Giok mengalihkan secara langsung atau
Siong disebut sebagai tanah Tioghoa, tidak langsung mereka batal demi
karena subyeknya terbatas pada hukum.11
golongan Asia Timur khususnya orang
3. Setelah Indonesia Merdeka
Tionghoa, golongan ini memiliki
Tahun 1960 merupakan tahun
banyak tanah di sekitar Jakarta,
emas bagi hukum agraria nasional,
Karawang dan Bekasi yang disebut
karena pada tahun itulah lahir UU No.
“tanah pribadi” dengan “hak usaha”,
5 Tahun 1960 yang disebut Undang-
seperti hak masyarakat hukum adat
Undang Pokok Agraria (UUPA).
apabila tanah pribadi yang
Lahirnya UUPA yang memakan waktu
bersangkutan dikembalikan kepada
12 tahun persiapan memiliki arti
negara, maka hak usaha pemegang hak
penting bagi persoalan pertanahan

10 11
Boedi Harsono Boedi Harsono
440

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

nasional, khususnya bagi kaum tani. 1. Seluruh pasal 51 IS juga memuat


Tak heran, juga dikeluarkan keputusan ayat-ayat yang merupakan Agrarich
Wet.
presiden yang menyatakan bahwa 24
2. Semua pernyataan domain dari
September merupakan hari lahir UUPA pemerintah Hindia Belanda.
sebagai Hari Tani. UUPA bermaksud 3. Peraturan Tentang Hak Milik
Pertanian (S.1872-117 dan S.1873-
untuk mengatasi dualisme hukum yang
38).
masih berlaku dalam pengaturan 4. Pasal-pasal Buku II KUHPerdata
sumber daya agraria di Indonesia, yaitu tentang agraria.
Pada era ini, aroma kapitalisme
hukum barat warisan Agrarisch Wet
semakin kuat, sehingga mempengaruhi
Belanda 1870 dan hukum adat. Dengan
kebijakan negara di bidang agraria.
demikian, UUPA 1960 merupakan
Dalam pandangan Noer Fauzi, politik
hukum nasional baru yang disesuaikan
agraria dan pengelolaan sumber daya
dengan kondisi baru di bidang agraria
alam yang kapitalistik dilakukan Orde
dan ditujukan untuk mewujudkan
Baru secara terpusat, otoriter dan
tatanan agraria yang berkeadilan.
sektoral selama 32 tahun. Kondisi ini
Terutama pentingnya perlindungan
tidak memberikan ruang kosong bagi
bagi kelompok ekonomi lemah
program-program agraria yang
(pekerja tani dan petani miskin).
berpihak pada rakyat. Sebaliknya,
Namun UUPA 1960 yang secara
ekspansi kapitalisme perkebunan
formal melegitimasi pelaksanaan
semakin kuat dan merampas tanah
Reforma agraria dan khususnya
rakyat sehingga memicu maraknya
implementasi Reformasi Tanah di
konflik agraria di kemudian hari.
Indonesia, sejauh ini belum dapat
Program reforma agraria
disimpulkan bahwa UUPA 1960 telah
bertujuan untuk memperkuat dan
dilaksanakan.12
memperluas kepemilikan tanah bagi
Peraturan dan keputusan yang
warga negara Indonesia, khususnya
dicabut karena berlakunya Undang-
kaum tani. Juga menghapus sistem tuan
undang Pokok Agraria, antara lain:13
tanah dan pemilikan tanah tanpa batas.
Dalam hal ini kepemilikan tanah secara
tidak terbatas tidak diperbolehkan lagi
12
Berharnhard Limbong, Reforma Agraria (MP sehingga diatur luas maksimum tanah
Pustaka Margaritha,2012).
13
Berharnhard Limbong
yang dapat dimiliki. Kelebihan tanah
441

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

dari batas maksimum diambil oleh Dalam praktiknya, pemerintah Orde


pemerintah dengan ganti rugi Baru berupaya mengelola lahan seluas-
kemudian dibagikan kepada luasnya bagi para pengusaha yang
masyarakat yang membutuhkan dalam memiliki modal. Hal ini sesuai dengan
program redistribusi tanah. Sejak awal arah politik pemerintah Orde Baru saat
pelaksanaannya pada tahun 1961, itu yang ingin mendorong pertumbuhan
program reformasi tanah sering ekonomi. Rekayasa dan intimidasi
dianggap sebagai gagasan PKI yang adalah bagian dari praktik pelepasan
berkonsep komunis, terutama pasca hak atas tanah dari petani kecil.
Gerakan 30 September PKI. Dengan Sekarang, ketika angin reformasi
bubarnya partai komunis, program bertiup, ketika Orde Baru telah jatuh,
reformasi tanah juga dianggap perlu kaum tani kembali bersuara. Mereka
dibubarkan dan tanah-tanah yang telah menuntut kembali tanah mereka yang
dibagikan kembali kepada rakyat harus sebelumnya diambil dalam gerakan
dikembalikan kepada pemilik aslinya. reklamasi. Tak jarang reklamasi
Padahal, konsep reformasi tanah yang tersebut disertai dengan ketegangan
memberikan ganti rugi berbeda dengan fisik dan upaya destruktif.
konsep komunis yang tanahnya diambil 4. Setelah Reformasi
oleh negara tanpa ganti rugi. Jatuhnya Salah satu tuntutan Gerakan Sipil
Soekarno sebagai Pemimpin Besar pada tahun 1998 ketika pemerintahan
Revolusi tidak menyurutkan Orde Baru jatuh adalah reforma agraria,
pelaksanaan reformasi tanah. Di bawah yang ditanggapi oleh Majelis
payung Orde Baru, reformasi tanah Permusyawaratan Rakyat pada tahun
terus berlanjut. Bahkan Presiden 2001 dengan mengeluarkan Ketetapan
Soeharto sendiri menyatakan, Nomor IX/MPR/2001 tentang
“Pelaksanaan reformasi tanah harus Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
tetap berjalan, sesuai dengan peraturan Sumber Daya Alam, dan Ketetapan
perundang-undangan yang berlaku dan MPR. RI Nomor 5/MPR/2003 tentang
agar pelaksanaannya dapat diselesaikan Penugasan kepada Pimpinan MPR
secepatnya”. untuk menyampaikan usulan
Namun, sekali lagi, tujuan mulia pelaksanaan keputusan MPR oleh
ini hanyalah sebuah pintu gerbang. Presiden, DPR, MA, BPK.

442

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

Dalam TAP MPR Nomor rakyat sebagaimana diamanatkan


IX/MPR/2001 disebutkan bahwa arah dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-
kebijakan reforma agraria di Indonesia Undang Dasar Negara Republik
adalah mengkaji berbagai peraturan Indonesia Tahun 1945, dalam kerangka
perundang-undangan yang terkait Negara Kesatuan Republik Indonesia.
dengan agraria dalam rangka Menindaklanjuti amanat TAP MPR
sinkronisasi kebijakan antar sektor, NO IX/MPR/2001 tentang Pembaruan
guna mewujudkan legislasi Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
berdasarkan prinsip-prinsip agraria. Alam, Presiden selaku pemegang
reforma agraria, dan melaksanakan horizontal MPR dan penyelenggaraan
penataan kembali penguasaan, utama bidang pembangunan termasuk
pemilikan, penggunaan dan pembangunan bidang agraria, pada
penggunaan tanah (reformasi tanah) tahun 2003 mengeluarkan Keputusan
secara adil dengan memperhatikan Presiden Nomor 34 Tahun 2003
pemilikan tanah untuk rakyat, baik tentang Kebijakan Nasional Bidang
tanah pertanian maupun tanah Pertanahan.
perkotaan. Melihat TAP MPR dapat Dalam Pasal 1 Keppres tersebut
dikatakan bahwa pengaturan disebutkan bahwa untuk mewujudkan
penguasaan, pemilikan, penggunaan konsepsi, kebijakan dan sistem
dan pemanfaatan tanah (reformasi pertanahan nasional yang utuh dan
tanah) telah dijadikan sebagai salah terpadu, serta pelaksanaan Ketetapan
satu asas dan arah kebijakan dalam MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang
reforma agraria di Indonesia. Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Dalam Pasal 2, Pasal 4, Pasal 5 Sumber Daya Alam, Badan Pertanahan
ayat (1) TAP MPR NO IX/MPR/2001 Nasional melakukan langkah-langkah
bertujuan untuk mewujudkan konsep, percepatan:14
kebijakan, dan sistem pertanahan a. Penyusunan Rancangan
nasional yang utuh dan terpadu, Undang-Undang tentang
Penyempurnaan Undang-
sehingga pengelolaan pertanahan
Undang Nomor 5 Tahun 1960
benar-benar dapat menjadi sumber bagi tentang Peraturan Pokok
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Agraria dan Rancangan

dimungkinkan besarnya kemakmuran 14


Supriadi, Hukum Agraria (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006).
443

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

Undang-Undang Hak atas Undang-Undang Pokok Agraria


Tanah dan peraturan Nomor 5 Tahun 1960 sebagai dasar
perundang-undangan lainnya di
hukum pertanahan nasional
bidang pertanahan.
b. Pengembangan sistem berdasarkan Pasal 33 ayat (3) Undang-
informasi dan pengelolaan Undang Dasar Negara Republik
pertanahan yang meliputi:
Indonesia Tahun 1945, ketentuan
1) Penyusunan database aset
tanah milik pertanahan ditujukan untuk
negara/pemerintah mewujudkan keadilan sosial bagi
pusat/pemerintah daerah di
seluruh masyarakat dalam kaitannya
seluruh Indonesia;
2) Penyiapan aplikasi data dengan perolehan dan pemanfaatan
tekstual dan khusus dalam sumber daya alam. sumber daya alam,
layanan pendaftaran tanah khususnya tanah. Pasal 7 Undang-
dan penyiapan database
penguasaan dan Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun
kepemilikan tanah yang 1960 mengatur pembatasan seperti
terkait dengan e- larangan penguasaan tanah yang
government, e-commerce,
melebihi batas agar tidak merugikan
dan e-payment;
3) Pemetaan kadaster dalam kepentingan umum. , karena
rangka inventarisasi dan terbatasnya pasokan lahan pertanian,
pendaftaran penguasaan,
terutama di daerah padat penduduk, hal
pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah dengan ini mengakibatkan sempitnya, jika
menggunakan teknologi tidak dikatakan, hilangnya
citra satelit dan teknologi
kemungkinan banyak petani untuk
informasi untuk
mendukung kebijakan memiliki tanah.15
pelaksanaan reformasi B. Realisasi Kebijakan Agraria
tanah dan pemberian hak Menurut UU Pokok Agraria
atas tanah;
Pasca Reformasi
4) Pengembangan tata guna
dan pemanfaatan lahan Di tengah euforia reformasi
melalui sistem informasi belakangan ini, reforma agraria
geografis, dengan
semakin digaungkan oleh berbagai
mengutamakan penetapan
lahan sawah beririgasi,
15
dalam rangka menjaga Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia,
Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
ketahanan pangan nasional. Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya, Jilid 1,
Hukum Tanah Nasional (Jakarta: Djambatan,
2008).
444

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

pihak. Dalam berbagai pertemuan Pemikiran tentang perlunya


terkait pertanahan, rasanya belum perbaikan struktur kepemilikan dalam
lengkap jika reforma agraria tidak masyarakat telah berkembang jauh
dibicarakan setidaknya disebutkan. sebelum Undang-Undang Pokok
Namun, batas-batas reforma agraria itu Agraria (UUPA) diundangkan pada
sendiri belum didefinisikan secara jelas. tahun 1960. Menurut Tjondronegoro,
Bahkan untuk istilahnya saja ada para pemikir negeri ini setelah masa
perbedaan penyebutannya, kemerdekaan telah menyadari
Tjondronegoro (1999) dan Bachriadi pentingnya perbaikan struktur tanah.
(1999) menyebutnya Agrarian Reform, kepemilikan dalam masyarakat, selain
sedangkan Putera (1999) menyebut berkaitan dengan hak atas penghidupan
Reforma Agraria dan Nasoetion (1999) yang lebih baik, upaya ini menjadi
menulis Transformasi Agraria. Mereka dasar untuk mengubah struktur
juga tidak secara eksplisit ekonomi agraris menjadi struktur
menyebutkan batasan Reforma agraria ekonomi yang didasarkan pada
atau Reforma Agraria. Wiradi (2000) pembangunan yang seimbang antara
mengungkapkan bahwa istilah reforma industri dan pertanian. Untuk mencapai
agraria berasal dari bahasa Spanyol keseimbangan di atas, hanya mungkin
yang dalam bahasa Inggris disebut ketika pertanian telah menjadi basis
agrarian reform, dan dalam pengertian ekonomi yang kuat di pedesaan,
itu agrarian reform adalah land reform masalahnya sekarang adalah bahwa apa
plus. Artinya reforma agraria adalah yang dicanangkan para pemikir ini
landreform yang disertai dengan tidak secara konsisten dilaksanakan
program-program pendukung, oleh para pelaksana dan perencana
termasuk program pascareformasi. pembangunan setelah itu. Pada awal
Secara sederhana, inti dari reforma pemerintahan Orde Baru hingga tahun
agraria adalah menata kembali struktur 1974, pemerintahan Orde Baru masih
kepemilikan, penguasaan, dan konsisten dengan semangat penguatan
penggunaan tanah untuk kepentingan sektor pertanian di pedesaan, dan
rakyat. Dengan keterbatasan seperti di sayangnya upaya tersebut tidak
atas, pengertian reforma agraria jauh dibarengi dengan perbaikan struktur
lebih luas daripada reformasi tanah. agraria masyarakat.

445

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

Padahal, sejak tahun 1975 telah Orde Baru, hasil analisis Pusat Studi
terjadi perubahan mendasar dalam Properti Indonesia, di Jabodetabek saja,
kebijakan pembangunan di Indonesia, dari sekitar 87.500 hektar lahan yang
dengan mengutamakan upaya menjadi objek spekulasi dan
mendorong pertumbuhan. Hal ini terbengkalai, tertanam pinjaman bank
terlihat dengan dikeluarkannya senilai 65 triliun rupiah.
Permendagri No. 15 Tahun 1975 Kemudian pembahasan lengkap
tentang “Ketentuan Tentang Tata Cara tentang prasyarat pelaksanaan reforma
Pengadaan Tanah” yang pada intinya agraria dapat dilihat di Wiradi, dan
memberikan kemudahan kepada secara umum disebutkan bahwa untuk
investor dalam memperoleh tanah. pelaksanaan reforma agraria perlu:17
Berawal dari kebijakan ini dan (a) Kemauan politik pemerintah;
kebijakan serupa lainnya yang (b) Data yang lengkap dan akurat
mengikutinya, dimulailah era dimana tentang agraria;
tanah menjadi komoditas yang dibeli (c) organisasi rakyat/petani yang kuat;
dengan berbagai kemudahan bagi dan
investor untuk mendapatkannya.16 (d) Elit penguasa/birokrasi terpisah dari
Secara umum kebijakan ini elit bisnis.
menyebabkan tiga hal, yaitu: Empat hal di atas merupakan
(1) Kerentanan lahan pertanian dan syarat wajib bagi pelaksanaan reforma
tanah adat milik masyarakat adat agraria dan dilengkapi dengan syarat
berpindah tangan kepada investor di kecukupan, yaitu: adanya lembaga
berbagai bidang usaha, khusus yang menangani masalah ini,
(2) Maraknya sengketa tanah secara menurut Wiradi, semacam Badan
vertikal dan horizontal, Kewenangan. Pengalaman negara-
(3) Pengembangan penguasaan tanah negara yang berhasil melaksanakan
untuk kegiatan spekulatif. reforma agraria adalah pengelolaannya
Khusus untuk yang terakhir, ditangani oleh badan khusus.
menurut Roosita, menjadi salah satu
penyebab awal runtuhnya Pemerintah
17
Wiradi, G. “Data yang Lengkap dan Teliti
16
Andrew, 1986 dalam Suhendar dan Kosim, Penunjang Utama Program Reforma Agraria,”
Tanah Sebagai Komoditas, Kajian Kritis atas Makalah dalam Semiloka Metodologi
Kebijakan Pertanahan Orde Baru (Jakarta: Penelitian Agraria, Tanggal 13-15 September
ELSAM, 1996). 2000, PKA-IPB Bogor.
446

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

Selain hal di atas, secara teknis dengan menentukan luas maksimum


pelaksanaan reforma agraria perlu dan minimum kepemilikan tanah.
didukung oleh: Pada masa pemerintahan
(a) Adanya personel pelaksana yang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
jujur, pelaksanaan reformasi tanah
(b) Tersedianya data yang lengkap difokuskan pada penjadwalan ulang
tentang penguasaan dan kepemilikan redistribusi tanah. Tidak persis sama
tanah, dan dengan periode pertama, reforma
(c) Dukungan keuangan berkelanjutan. agraria periode kedua menggunakan
Menurut Silalahi, keberhasilan istilah reformasi aset dan reformasi
Jepang dalam melaksanakan reforma akses dalam Program Nasional
agraria didukung oleh semua hal di atas. Pembaruan Agraria (PPAN) serta
Sementara itu di banyak negara lain, kebijakan penguasaan dan pemanfaatan
terutama Amerika Latin, reforma lahan terlantar yang dituangkan dalam
agraria belum berhasil dilaksanakan PP No. 11/2010 tentang Penguasaan
karena dukungan pemerintah yang dan Pemanfaatan Tanah Terlantar.
tidak konsisten, dana yang tersedia Penataan agraria periode ketiga berupa
tidak jelas dan data/peta pelaksanaan reforma agraria yang
penguasaan/kepemilikan tanah yang tertuang dalam Strategi Nasional
tidak lengkap, di samping tantangan Kantor Staf Presiden (Stranas KSP),
besar dari tuan tanah. dan Rencana Pembangunan Jangka
Reforma agraria sejak awal juga Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
perlu menentukan pola yang akan 2019.
dijalankan, apakah Reforma Kolektif Kebijakan Reforma Agraria
atau Redistributif. Yang pertama dapat dilihat pada 6 aspek terpenting
mengambil dari yang kecil untuk yang dirumuskan oleh Kantor Staf
diberikan kepada yang besar dan yang Presiden, antara lain (I) Penguatan
kedua mengambil dari yang besar kerangka regulasi dan penyelesaian
untuk diberikan kepada yang kecil. konflik agraria (II) Penataan
Bagi Indonesia, tampaknya lebih penguasaan dan kepemilikan tanah
mengarah pada Redistributive Reform, objek reforma agraria, (III ) Kepastian
hukum dan legalitas hak atas tanah

447

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

untuk objek reforma agraria, (IV) berkeadilan, dan berkelanjutan. Kata


pemberdayaan masyarakat dalam optimal, adil, dan berkelanjutan dapat
prnggunaan, pemanfaatan, dan diartikan sebagai upaya Pemerintah
produksi tanah yang tunduk pada untuk menjamin penguasaan dan
reforma agraria, (V) alokasi sumber pemilikan sumber daya agraria yang
daya hutan untuk dikelola oleh lebih adil bagi rakyat Indonesia sebagai
masyarakat, (VI) lembaga pelaksana akibat dari pengelolaan sumber daya
reforma agraria pusat dan daerah. Oleh agraria dan sumber daya alam pada
karena itu, agar kita dapat menilai masa pemerintahan sebelumnya yang
apakah peraturan-peraturan yang terdiri mengalami penurunan kualitas.
dari Undang-Undang dan Peraturan mengakibatkan ketidakseimbangan
Pemerintah tersebut benar-benar dalam struktur kontrol, kepemilikan,
sebagai instrumen pendukung program pemanfaatan, dan pemanfaatan
reforma agraria, kita dapat menilainya sehingga menimbulkan konflik agraria
dengan tata kelola pertanahan yang dan ketimpangan sosial. Atas asas
tercermin dalam 4 asas, yaitu (I) Asas transparansi (keterbukaan) dalam salah
Keadilan Sosial. (II) Asas Transparansi satu pasal Pemerintah untuk
(keterbukaan), (III) Asas melindungi masyarakat ekonomi lemah
Kepemilikan/Hak Rakyat, dan (IV) dengan memberikan akses terbuka
Asas Perlindungan Hukum. kepada masyarakat dan perolehan aset,
hal ini dilakukan oleh Pemerintah
Tabel 1
Analisis TAP MPR RI No. dengan bertindak sebagai pengatur
IX/MPR/2001 Tentang Pokok-Pokok Tata
Kelola Pertanahan pengelolaan sumber daya agraria dan
sumber daya alam dengan tujuan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pada asas perlindungan hukum, dapat
dijelaskan bahwa Pemerintah berusaha
menyusun peraturan-peraturan untuk
Berdasarkan tabel di atas, dapat memberikan arah dan landasan bagi
dijelaskan tentang asas keadilan sosial reforma agraria dan pengelolaan
bahwa Pemerintah berupaya menata sumber daya alam yang optimal, adil
kembali pengelolaan sumber daya alam dan berkelanjutan. Dimana hal ini
agar dapat dilaksanakan secara optimal,
448

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

disebabkan oleh pengelolaan sumber kehutanan, pertambangan, dan


daya agraria dan sumber daya alam sebagainya. Ketentuan UU Cipta Kerja
yang tidak dilakukan secara optimal, juga melanggar hak konstitusional
adil, dan berkelanjutan, sehingga masyarakat hukum adat, khususnya
mengakibatkan peraturan perundang- Pasal 18B ayat (2) dan 28I ayat (3)
undangan yang berkaitan dengan Undang-Undang Dasar Negara
sumber daya alam dan sumber daya Republik Indonesia Tahun 1945.
agraria saling tumpang tindih dan Sementara di hilir, UU ini semakin
bertentangan. melemahkan posisi tawar kelas pekerja
Tabel 2 di perkotaan. Anggapan bahwa
Hasil Penelitian Kebijakan Produk Hukum
Reforma Agraria tentang Pokok-Pokok Tata pengesahan UU Cipta Kerja akan
Kelola Pertanahan
memperluas kesempatan kerja juga
salah. Sebab, dengan menyederhanakan
izin operasional perusahaan, justru
akan mematikan lapangan pekerjaan
yang ada. Padahal, dari pekerjaan
inilah masyarakat bertahan.
Sementara itu, Dewi Kartika,
Sekretaris Jenderal Konsorsium
Pembaruan Agraria (KPA), sependapat

Terkait pengesahan UU Cipta dengan pernyataan WALHI di atas.

Kerja di era kepresidenan Joko Widodo, Menurut Dewi, UU Cipta Kerja

pada dasarnya UU ini banyak mengandung persoalan mendasar

mendapat penolakan dan tanggapan karena melanggar konstitusi. Selain

negatif dari kalangan sipil. Wahana prosesnya yang gelap dan manipulatif

Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) karena perumusannya sejak awal tidak

menyatakan, dari hulu hingga hilir, melibatkan kelompok kepentingan

undang-undang ini mengandung yang akan terpengaruh, dari segi

persoalan yang sangat pelik. Di bagian substansi, menurut Dewi, ada 10

hulu, penyederhanaan proses perizinan (sepuluh) persoalan mendasar UU

memudahkan pencaplokan wilayah Cipta Kerja. Di antaranya, UU Cipta

adat untuk investasi perkebunan, Kerja telah melanggar Pasal 33 ayat (3)

449

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

dan (4) UUD 1945 tentang kewajiban undang ini. Dengan orientasi seperti ini,
negara atas sumber daya agraria mustahil membayangkan kehancuran
Indonesia untuk digunakan sebesar- bumi di masa depan.
besarnya kemakmuran rakyat melalui Akibatnya, undang-undang ini
demokrasi ekonomi. Parahnya, banyak semakin menjauhkan rakyat dari cita-
putusan Mahkamah Konstitusi (MK) cita reforma agraria. Semangatnya
yang menguatkan hak konstitusional bukan untuk memperbaiki ketimpangan
rakyat, khususnya petani, nelayan, struktur agraria. Itu hanya akan
masyarakat adat, dan produsen pangan memperburuknya. Tak heran, alasan
kecil justru terkungkung oleh undang- utama masuknya persoalan tanah dan
undang ini. pengadaan tanah dalam undang-undang
Orientasi ekonomi-politik ini berasal dari argumen yang
undang-undang ini adalah membangun dikembangkan Menteri ATR/BPN
sistem ekonomi-politik yang liberal terkait pengaduan badan usaha
dan kapitalistik. Pemilik modallah yang (investor) kesulitan memperoleh tanah
semakin mendapatkan akses utama di Indonesia. Melalui argumentasi
terhadap hak atas tanah dan sumber “norma baru” menjadi jalan bagi RUU
daya alam. Sementara itu, petani, buruh Pertanahan yang gagal disahkan pada
tani, masyarakat miskin dan tak September 2019 karena mengandung
bertanah akan mengalami krisis yang sejumlah persoalan pokok, yang dapat
berlapis-lapis. Hal ini mengkhianati diselundupkan (copy-paste) ke dalam
cita-cita para founding fathers bangsa UU Cipta Kerja. Undang-undang ini
dalam Undang-Undang Pokok Agraria “malu-malu” bermaksud menggantikan
(UUPA) 1960 bahwa hak atas tanah prinsip-prinsip UUPA.18
mempunyai fungsi sosial, UU Cipta Dewi mengatakan, paradigma
Kerja mendorong liberalisasi sumber domein verklaring atau prinsip
daya agraria di Indonesia, karena tanah "bangsawan tanah" pada masa
menjadi barang komoditi, yang bebas pemerintahan kolonial yang telah
ditransaksikan bagi pemilik modal dan dihapuskan oleh UUPA, nyatanya
badan usaha raksasa. Sederhananya, dihidupkan kembali oleh UU Cipta
penjualan tanah dan sumber daya alam Kerja. Caranya adalah dengan
negara adalah karakter dari undang-
18
Wiradi
450

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

menyimpang dari Hak Penguasaan untuk pelaksanaan reforma agraria,


Negara (HMN) atas tanah melalui dengan memasukkan reforma agraria
rumusan masalah Hak Pengelolaan sebagai tujuan pendirian BT. Reforma
(HPL) dalam UU ini. Seolah-olah agraria adalah operasi untuk
Negara adalah pemilik tanah. Ini mengoreksi negara dari ketimpangan
adalah pelanggaran lain terhadap struktur agraria dan konflik agraria.
Konstitusi. Dari HPL tersebut, Menurut Dewi, menempatkan reforma
Undang-Undang memfasilitasi agraria bagi petani dalam mekanisme
penerbitan berbagai jenis hak, salah pengadaan tanah bagi kelompok usaha
satunya Hak Guna Usaha (HGU) yang merupakan penyimpangan besar-
menyebabkan banyak konflik agraria besaran dari agenda reforma agraria
struktural di berbagai daerah. bangsa. Sayangnya, TAP MPR
Sayangnya, proses perpanjangan dan IX/2001 tentang Pembaruan Agraria
pembaruan HGU bisa dilakukan secara dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
bersamaan. telah mengadopsi undang-undang ini.19
Dengan berlakunya kembali asas
domain verklaring, maka setiap tanah KESIMPULAN DAN
yang tidak dapat dibuktikan REKOMENDASI
kepemilikannya oleh rakyat otomatis Konsepsi Ideal Reforma Agraria
menjadi tanah negara. Pada melalui perkembangan mulai dari
kenyataannya, sistem penatausahaan periode sebelum Agrarische Wet
dan pendaftaran tanah belum hingga pasca reformasi. Berkaitan
dilaksanakan secara adil sejak UUPA dengan agenda reforma agraria, pada
diundangkan. Akibatnya perampasan dasarnya setiap kepemimpinan
dan penggusuran petani atas nama Presiden di Negara Kesatuan Republik
penguasaan tanah negara dan Indonesia telah memiliki kontribusi
kebutuhan tanah untuk proyek tersendiri untuk mewujudkan cita-cita
pembangunan akan semakin meluas. agraria Indonesia yang tertuang dalam
Penyesatan publik tentang reforma Sila Kelima Pancasila, “Keadilan sosial
agraria telah disampaikan oleh bagi seluruh rakyat Indonesia”, juga
Pemerintah dan DPR. Klaim bahwa dalam Pasal 33 UUD 1945. Tentunya
pendirian Bank Tanah (BT) penting
19
Wiradi
451

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

kontribusi ini sangat bergantung pada kekuasaan yang sangat dinamis,


berapa lama rentang kepemimpinan membuat Pemerintah pada akhirnya
masing-masing Presiden, dan seberapa harus memprioritaskan kebijakan
besar agenda reforma agraria yang kerakyatan yang lebih berdampak
menjadi perhatian Pemerintah. langsung pada komunitas pemilih.
Terdapat berbagai peraturan Dengan berlakunya UU Cipta
perundang-undangan yang telah Kerja, garis politik agraria Jokowi
dikeluarkan oleh Pemerintah Republik praktis bergeser, dari berorientasi pada
Indonesia, baik pada masa cita-cita Bangsa (sila kelima Pancasila
kepemimpinan Bung Karno hingga dan Pasal 33 UUD 1945) menjadi lebih
Jokowi yang terakhir mengeluarkan berorientasi pada garis liberal, karena
Undang-Undang Penciptaan Lapangan perhatian Jokowi yang besar terhadap
Kerja, yang secara langsung dan tidak pertumbuhan ekonomi dan politik
langsung berdampak signifikan pembangunan ekonomi, guna mengejar
terhadap kepemilikan tanah oleh target investor asing agar tertarik
masyarakat. Dan tentunya menjadi menanamkan modalnya di Indonesia.
bukti bahwa pemerintah Indonesia
ingin keluar dari jerat undang-undang DAFTAR PUSTAKA

yang dikeluarkan oleh pemerintah Andrew, 1986 dalam Suhendar dan

kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Kosim, Tanah Sebagai

Pasca reformasi ini, muncul Komoditas, Kajian Kritis atas

optimisme di kalangan aktivis agraria Kebijakan Pertanahan Orde

dan juga masyarakat Indonesia, dengan Baru, Jakarta: ELSAM, 1996.

disahkannya TAP MPR RI No. AP. Parlindungan, Penerapan Masalah

IX/2001 yang meskipun kemudian dalam UUPA (UndangUndang

merupakan garis politik Pemerintah Pokok Agraria), Bandung:

Republik Indonesia, pada masa Mandar Maju, 1993.

pemerintahan Abdurrahman Wahid, Berharnhard Limbong, Reforma

Megawati, SBY dan Jokowi, sepertinya Agraria, MP Pustaka Margaritha,

tidak tepat menjadikan agenda 2012.

reformasi ini sebagai agenda prioritas Boedi Harsono, Hukum Agraria

nasional karena dinamika politik Indonesia, Jakarta: Djambatan,


2008.
452

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Heriyanto, Analisis Kebijakan Agraria Pasca Reformasi, Halaman 434-453

Boedi Harsono, Hukum Agraria


Indonesia, Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria,
Isi Dan Pelaksanaannya, Jilid 1,
Hukum Tanah Nasional, Jakarta:
Djambatan, 2008.
Mochammad Tauchid, Masalah
Agraria II , Jakarta: Penerbit
Tjakrawala, 1952.
Lusia Arumingtyas, “Catatan Akhir
Tahun: Reforma Agraria Masih
Jauh dari Harapan,”
https://www.mongabay.co.id/201
9/12/31/catatan-akhir-tahun-
reforma-agraria-masih-jauh-dari-
harapan/, 2021.
Pandu Yuhsina Adaba, “Urgensi
Reforma Agraria Di Indonesia,”
http://www.politik.lipi.go.id/in/k
olom/politik-nasional/776-
urgensi-reforma-agraria-di-
indonesia.pdf, 2021.
Supriadi, Hukum Agraria, Jakarta:
Sinar Grafika, 2006.
Wiradi, G. “Data yang Lengkap dan
Teliti Penunjang Utama Program
Reforma Agraria,” Makalah
dalam Semiloka Metodologi
Penelitian Agraria, 2000.

453

Volume 20 Nomor 3, Bulan September 2022

Anda mungkin juga menyukai