Anda di halaman 1dari 29

BANK TANAH DAN

LIBERALISASI AGRARIA DI INDONESIA

Dewi Kartika
Sekretaris Jendral Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

SEMINAR DAN MUNAS ALSA XXIX


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
KONTEKS
Realitas masalah agraria di Indonesia

Indonesia terus menghadapi


LIMA MASALAH AGRARIA yang
bersifat STRUKTURAL, KRONIS
DAN SISTEMIK, terus
terakumulasi akibat
NEOLIBERALISME dan
KAMPITALISME agraria.
Ada segelintir orang/kelompok
menguasai tanah begitu besar.

Sementara mayoritas penduduk


hanya menguasai sebagian
kecil tanah.

STRUKTUR
AGRARIA YANG
TIMPANG
Ketimpangan Penguasaan Tanah
Monopoli TANAH OLEH Badan Usaha Besar MELEMAHKAN Penguasaan Tanah Petani KeciL
4

versus

Ketimpangan penguasaan hutan, sampai


dengan 2014, swasta menguasai 98,53 %,
masyarakat lokal 1,35% dan 0,12% untuk
kepentingan umum (KLHK, 2020). Sumber: Diolah KPA dari
berbagai sumber.
• 207 kejadian konflik
agrarian di 32 Provinsi.

• Korban terdampak
2021 naik drastic:
198.859 KK, dibanding
2020 (135.337 KK)

• Meski dari sisi jumlah


kejadian mengalami
penurunan dibanding
tahun 2020 (241),
tetapi Laporan KPA
2021 menunjukan
terjadi kenaikan
signifikan konflik agraria
akibat bisnis proyek
pembangunan
infrastruktur 74% dan
sektor pertambangan
sebesar 167%.
Konflik agraria akibat bisnis perkebunan:
masih praktik lama Konflik agraria akibat bisnis perkebunan dari tahun ke
tahun selalu tertinggi dan didominasi oleh
Perusahaan perkebunan lokal yang perkebunan sawit, beberapa hal yang menjadi catatan
menjadi pelaku perampasan tanah KPA
dan berkonflik dengan masyarakat
• Pertama, tidak ada perubahan orientasi
mayoritas berjejaring dengan pengalokasian tanah dalam membangun
korporasi besar (domestic/asing) di perkebunan kepada masyarakat marjinal dalam
sektor industri perkebunan, seperti: wadah-wadah badan usaha bersama seperti
korperasi
Sinar Mas Group, Salim Group,
Wilmar, Musim Mas, Royal Golden • Kedua, tidak terdapat usaha sungguh-sungguh
Eagle, Triputra Group, Jardine pemerintah dalam merubah prakatik bisnis
perkebunan sehingga dapat mencabut izin dan hak
Matheson, Astra Agro Lestari, dan
pada usaha-usaha perkebunan yang menjalankan
Asian Agri Group (Catahu KPA usaha yang buruk seperti perampasan tanah,
2021) kekerasan dan perusakan lingkungan.

• Ketiga, efektifitas merotorium sawit patut


Terhubung sebagai anak dipertanyakan, sebab perkebunan sawit selalu
perusahaan, mitra atau pun supplier menjadi biang keladi konflik dan kekerasan agraria
dari konglomerasi industri sawit. yang masif

• Keempat,ketiadaan langkah terobosan penyelsaian


Menguatkan praktik monopoli tanah konflik pada sektor perkebunan yang dapat menjadi
dan hutan di Indonesia oleh kerangka menyeluruh dalam penyelsaian konflik
segelintir kelompok korporasi agraria di sektor perkebunan
raksasa industri perkebunan sawit.
Tancap Gas!
Proyek Strategis Nasional (PSN) memicu penggusuran dan konflik agraria

Dari 52 konflik agraria di sektor pembangunan infrastruktur, 38 kasus berasal dari PSN; Mengalami lonjakan tinggi sebesat
123% dibandingkan tahun 2020. Dari “hanya” 17 kasus, ditahun 2021 menjadi 38 kasus

Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol, pembangkit listrik, bandara, kereta api, pariwisata hingga
pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK)

Konflik agraria akibat PSN di sektor infrastruktur dengan


sektor properti: 40 kejadian konflik agraria seluas 11.466,923
ha. Dikaitkan dengan target luasan pengadaan tanah
yang dibutuhkan pemerintah untuk menjalankan PSN di
tahun 2021, artinya 49,8% dari total luasan tanah
kebutuhan PSN

Ditopang ragam regulasi:


Perpres 109/2020 Tentang Percepatan Pelaksanaan PSN; lebih dari
200 Proyek Bisnis Raksaksa Milik Pengusaha Di Dalamnya Diklaim
Sebagai Kepentingan Umum;
Permenko Perekonomian 7/2021 Tentang Perubahan Daftar PSN
Untuk Menjamin Kelancaran Pelaksanaan Skeseluruhan Proyek
Setelah Pengesahan UUCK, lahir ragam PP Turunan seperti PP
64/2021 Tentang Bank Tanah, PP 19/2021 Tentang Pengadaan
Tanah dan PP 42/2021 Tentang PSN
Konflik
Agraria 2021
5 provinsi tertinggi konflik
agraria:

1. Jawa Timur (30)


2. Jawa Barat (17)
3. Riau (16)
4. Sulawesi Selatan (12)
5. Sumatra Utara (11)
Agrarian Conflict = Land Grabbing

Konflik agraria struktural adalah


manifestasi terjadinya
praktik-praktik perampasan tanah (land
grabbing) di atas tanah dan wilayah hidup
masyarakat oleh badan usaha negara dan
swasta, yang difasilitasi oleh hukum dan
disetir oleh modal
MASALAH BANK TANAH TIDAK BISA DIPAHAMI SECARA PARSIAL
DAN HUKUM NORMATIF SAJA

Ada masalah orientasi ekonomi-politik agraria yang liberal dan kapitalistik


 Kalau Bapak/Ibu sekalian ada yang memerlukan lahan dengan jumlah yang sangat besar silakan sampaikan kepada
saya, akan saya carikan, akan saya siapkan. Berapa? 10.000 hektare. Bukan meter persegi, hektar. 50.000
hektare? tapi dengan sebuah hitung-hitungan proposal yang feasible. Artinya ada feasibility study yang jelas,
akan digunakan apa lahan itu…. akan saya berikan… karena saya punya lahan (Pernyataan Presiden dalam
Kongres Ekonomi Umat 2 MUI saat merespon isu ketimpangan penguasaan tanah di Indonesia yang disampaikan
Buya Anwar Abbas.)
 “… Kalo ada yang ganggu di daerah urusan investor,kawal dan dampingi agar setiap investasi betul
direalisasikan.” (kominfo.go.id, 2021) (Presiden memerintahkan kapolda di seluruh provinsi memastikan investasi
strategis secured).
 Argumentasi pemulihan ekonomi akibat pandemi melalui percepatan PSN dan pengadaan tanah bagi korporasi.
 Memperkuat orientasi politik agraria yang liberal dan kapitalistik; bagi-bagi tanah bagi kelompok pemodal, badan-
badan usaha besar, ormas keagamaan dan kelompok-kelompok elitis-politis-bisnis (oligarki).
 Orientasi tsb tercermin pula dari ngototnya pemerintah mendorong Bank Tanah; Pasca gagal didorong melalui
RUU Pertanahan, pasal-pasal BANK TANAH dimasukan dalam rumusan UUCK, dan dipercepat pembentukan
kelembagaannya.
REFORMA AGRARIA DALAM UUCK DAN BANK TANAH ADALAH SESAT FIKIR DAN
PENYIMPANGAN PARADIGMATIK ATAS REFORMA AGRARIA
UUCK Bertentangan dengan Konstitusi dan UUPA 1960

INKONSTITUSIONALISME AGRARIA KONSTITUSIONALISME AGRARIA

MASALAH UUCK (OMNIBUS LAW)


BUKAN MASALAH KLASTER PER KLASTER, Mandat utama kepada
ATAU HANYA MASALAH KLASTER Kepala
KETENAGAKERJAAN TANAH Negara/Pemerintahan:
TETAPI MASALAH IDEOLOGI BANGSA bahwa perekonomian
YANG SEDANG DIORIENTASIKAN
SEMAKIN LIBERAL
disusun atas usaha bersama
(koperasi), kekayaan alam
MODAL dan cabang-cabang
Melalui Omnibuslaw tiga faktor
utama (tanah, modal, tenaga kerja) produksi yang penting yang
diarahkan secara sistemik dan cepat menyangkut hajat hidup
untuk dapat didominasi oleh pemilik TENAGA orang banyak dikuasai
modal. KERJA negara untuk sebesar-besar
UUCK, akan merontokan sendi-sendi kemakmuran rakyat.
ekonomi kerakyatan
8 CATATAN KRITIS KPA ATAS BANK TANAH

Mempermudah
Memperparah
Liberalisasi pasar tanah perampasan tanah atas
Adopsi azas domein ketimpangan, konflik
dan kemudahan badan nama pengadaan
verklaring dan agraria dan
usaha domestic/asing tanah untuk
menyelewengkan HMN. perampasan tanah
menguasai tanah. pembangunan dan
masyarakat
kepentingan umum

Menimbulkan dualisme,
Bertentangan dengan Lahan subur praktik
overlapped, dan Tidak memiliki cantolan
orientasi ideologi koruptif, kolutif agraria
conflict of interest hukum dalam UU Cipta
kerakyatan dan dan makelar hingga
dengan Kementerian Kerja
reforma agraria mafia tanah
ATR/BPN
APAKAH BETUL BANK TANAH ADALAH
LEMBAGA PENDUKUNG REFORMA AGRARIA?

GULA-GULA RA
DALAM UUCK VIA
BANK TANAH
Penyediaan tanah untuk RA 30% dari tanah yang dikuasai Bank Tanah;
Subyek ditentukan Pemerintah. (Keterbukaan Informasi Publik?);

Ps. 125-129 UUCK mengukuhkan penyimpangan pemerintah atas Reforma Agraria


ke dalam mekanisme pengadaan tanah oleh badan BT; tidak ada tujuan restrukturisasi agraria melainkan
akumulasi dan monopoli tanah oleh pemilik modal
Badan Bank Tanah ( UUCK dan PP 64/2021)
Organisasi Bank Tanah (UU Psl 130 sd 135)
Menjamin ketersediaan tanah bagi ekonomi
KOMITE (Kpts Presiden) Kekayaan Negara Yang berkeadilan: kepentingan umum, kepentingan
Ketua: MenATR Dipisahkan (Ps 125) sosial, kepentingan pembangunan nasional,
Anngota: K/L terkait pemerataan ekonomi, konsolidasi lahan, reforma
Modal awal Rp 2,5 T (Ps 43
agraria (min 30% dari tanah dalam Bank Tanah,
PP 64)
DEWAN PENGAWAS Psl 22 PP 64)
Peraturan 7 Orang (4 profes., 3 Pem.) 8 orang profesional dipilih
Presiden dan disampaikan ke DPR Dalam rangka INVESTASI, Bank Tanah melakukan:
BADAN PELAKSANA (Kepala & untuk dipilih dan disetujui penyusunan rencana induk, membantu memberikan
Deputi diangkat Komite; kemudahan Perizinan Berusaha/Persetujuan,
diusulkan Dewas) Bank Tanah dapat pengadaan tanah, menentukan tarif pelayanan (UU
Kepala membentuk Badan Usaha/ Psl 129)
Deputi (jumlah oleh Komite) Hukum (Psl 37 PP 64)

HAK PENGELOLAAN TANAH (UU Psl 129) ASAL TANAH: tanah bekas hak, kawasan
Alokasi tanah dari Bank Tanah: Kepentingan dan tanah terlantar, tanah pelepasan
Alokasi Hak Pengelolaan:
Umum, Kepentingan Sosial, Kepentingan kawasan hutan, tanah timbul, tanah hasil
Instansi Pusat, Pemda, BUMN/
Pembangunan nasional, Pemerataan reklamasi, tanah bekas tambang, tanah
BUMD, Bank Tanah, Badan
Ekonomi, Konsolidasi Lahan, Reforma Agraria pulau-pulau kecil, tanah terkena
Hukum Negara/Daerah, Badan
(UU Psl 126; Psl 2 PP64) kebijakan perubahan tata ruang, tanah
Hukum yg Ditunjuk Pemerintah
(Dng Perjanjian, UU PSl 138). tanpa hak penguasaan. (Psl 7 PP 64)
Bank Tanah: Operator Revitalisasi Tanah
Partikelir dengan kewenangan yang sangat
luas (powerful)
 Badan khusus yang powerful, kewenangan dari
hulu ke hilir; perencanaan, perolehan,
pengadaan, pengelolaan, pemanafaatan dan
“pendistribusian tanah” (ps. 125)
 Bank Tanah dalam UUCK PP 64/2021 memerlukan
dukungan landasan hukum lebih lanjut, karena
operasionalisasinya terdesak waktu dan tekanan
politik.
 PP 64/202I diterbitkan, diperkuat lagi Perpres
113/2021 pada 30 desember 2021 lalu.
Menetapkan Komite BT terdiri Menteri ATR/BPN,
Menteri Keuangan dan Menteri PUPR.
 Penerbitan perpres telah melanggar amar
Putusan MK 91/PUU-XVIII/2021 butir 7, terkait
perintah larangan menerbitkan peraturan
pelaksana baru berkaitan UUCK; menjalankan NEGARA
program yang strategis dan berdampak luas. DALAM
NEGARA
BANK TANAH DITOPANG JUGA OLEH UU
PENGADAAN TANAH DAN HAK
PENGELOLAAN HASIL UUCK
→ Memperluas kategori baru “kepentingan
umum” dalam UU Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Ps.123)
Kawasan Industri Hulu dan Hilir, Minyak dan Gas,
Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri,
Kawasan Pariwisata, Kawasan Ketahanan Pangan
dan Kawasan pengembangan teknologi yang
diprakarsai dan/atau dikuasai oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik
Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah.
→ Menambahkan ayat baru dalam pasal 19 UU
Pengadaan Tanah
Dalam hal Pihak yang Berhak, pengelola, dan
pengguna Barang Milik Negara/Barang Milik
Daerah tidak menghadiri konsultasi publik setelah
diundang 3 (tiga) kali secara patut, dianggap
menyetujui rencana pembangunan…..
→ Membentuk ketentuan baru tentang
Kemudahan Proyek Strategis Nasional
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya bertanggung jawab dalam
menyediakan lahan dan Perizinan Berusaha bagi
proyek strategis nasional.
POTENSI KONFLIK AGRARIA, MAFIA DAN KORUPSI AGRARIA
YANG KUAT DALAM BANK TANAH
 Bank Tanah, konflik agrarian, mafia tanah dan korupsi agraria saling berkelindan
 KPK Menerima 841 laporan masalah pertanahan pada 2017-Oktober 2021.
 Pengaduan masyarakat ke KPK (Okt. 2021), perhatian pada tingginya mafia tanah.
Modusnya:
1. pemalsuan dokumen (untuk hak),
2. mencari legalitas di pengadilan,
3. penduduk legal/tanpa hak,
4. rekayasa perkara,
5. kolusi dengan oknum aparat untuk mendapatkan legalitas,
6. kejahatan korporasi seperti penggelapan dan penipuan,
7. pemalsuan kuasa pengurusan hak atas tanah, serta
8. hilangnya warkah tanah.
 Operasi mafia tanah ini seringkali tidak berhenti pada pemalsuan administrasi,
tetapi terdapat kegiatan lanjutan yang melakukan pengubahan tata ruang hingga
berlangsungnya proyek infrastruktur.
REKOMENDASI SOLUSI
1) Kembali kepada cita-cita UUD 1945 dan UUPA 1960; menjaga
kedaulatan agrarian bangsa dari ancaman liberalisasi pertanahan dan
kapitalisme agraria global.

2) Proses pembentukan dan operasionalisasi Badan Bank Tanah dihentikan;


Pemerintah harus mematuhi putusan MK 91/2022

3) Mencabut UUCK, PP Bank Tanah dan regulasi turunannya.

4) Perbaikan mendasar tata kelola pertananan dan kehutanan di Indonesia.

5) Pelurusan paradigmatik atas RA; Reforma agraria sejati (genuine


agrarian reform) secara nasional dan sistematis; memperkuat
kelembagaan dll. sebagai jalan memenuhi dan memulihkan hak rakyat
atas tanah, menuntaskan konflik agraria, mewujudkan kesejahteraan.

6) RUU Reforma Agraria sesuai mandat UUPA dan TAP MPR IX/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA

7) ASLA memperkuat kajian-kajian politik hukum agrarian.

8) Kampus-kampus, fakultas hukum, Gerakan mahasiswa penting menjadi


benteng terakhir penegakkan hak-hak konstitusionalitas agraria untuk
petani, buruh tani, masyarakat miskin di pedesaan dan perkotaan.
“bahwa hukum agraria nasional itu harus mewujudkan penjelmaan daripada
ketuhanan yang maha esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan
keadilan sosial, sebagai azas kerohanian negara dan cita-cita bangsa seperti yang
tercantum di dalam pembukaan UUD”

“mewajibkan negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin


penggunaannya, hingga semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan bangsa
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara
perseorangan maupun secara gotong-royang”
TERIMA KASIH,
DEWI KARTIKA
SEKRETARIS JENDERAL KPA
081 394 475 484
DEWIKARTIKA.KPA@GMAIL.COM
DEWI@KPA.OR.ID
WWW.KPA.OR.ID

Anda mungkin juga menyukai