Anda di halaman 1dari 2

Pemuda kemasjid

Alkisah pada suatu hari dimasa pemerintahan Umar Bin Khatab ‫ رضي هللا عنه‬dikota Madinah.
Seorang anak muda sudah bangun pagi-pagi untuk melaksanakan sholat subuh berjama’ah dimasjid
Nabawi, sang pemuda yang terkenal shalih dan hatinya senentiasa terpaut dengan masjid. Selepas
membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya, kemudian beliau berangkat ke masjid. Dalam
perjalanannya ke masjid, ditengah jalanan yang gelap dan hawa yang dingin, tanpa disadari pemuda
tersebut terjatuh kedalam genangan air kotor dan berlumpur sehingga pakaiannya menjadi kotor.

Karena merasa pakaiannya basah dan kotor, pemuda tersebut segera bangun dari genangan air dan
membersihkan diri sekedarnya, kemudian pulang. Sesampainya di rumah, ia kembali membersihkan
badannya dan mengganti pakaiannya, lalu berangkat kembali ke masjid.

Dalam perjalanan kembali ke Masjid Nabawi, karena jalanan begitu gelap, pemuda itu kembali
terjatuh untuk kedua kalinya di tempat yang sama. Kemudian ia bangun untuk membersihkan diri
dan pulang kembali. Sesampainya di rumah, sekali lagi, dia mengganti pakaiannya lalu berangkat
kembali ke masjid.

Dalam perjalanannya kembali ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat, dia bertemu dengan
seorang kakek tua yang membawa lampu di jalan yang dilaluinya. Kemudian dia bertanya pada kakek
pembawa lampu tersebut, “dari mana anda ?” dijawabnya,” aku melihatmu terjatuh dua kali dalam
perjalananmu ke masjid nabawi. Jadi aku membawakan lampu untuk menerangi jalanmu.”

Jamaah haji Indonesia sedang membaca Al-Quran seusai shalat Subuh di Masjid Nabawi Madinah,
Selasa (22/7). Jamaah haji memanfaatkan waktu dengan memperbanyak membaca Al-Quran, zikir,
dan ibadah sunnah lainnya selama kegiatan arbain - (Republika/Syahruddin El-Fikri)

photo

Pemuda itu mengucapkan terima kasih banyak pada kakek tua si pembawa lampu, lalu keduanya
berjalan bersama ke masjid. Setibanya di masjid, pemuda itu mengajak kakek tua pembawa lampu
untuk sholat Subuh berjama’ah dengannya, tetapi si kakek pembawa lampu menolaknya. Pemuda
shaleh itu terus mengajaknya beberapa kali namun jawaban kakek pembawa lampu tersebut sama.

Akhirnya pemuda shalih tersebut bertanya mengapa dia tidak mau sholat bersamanya. Kakek si
pembawa lampu menjawab “aku adalah iblis”. Pemuda tersebut terkejut mendengar jawabannya.
Iblis lalu melanjutkannya bahwa, “aku melihatmu berangkat ke masjid nabawi dan akulah yang
membuatmu terjatuh .” lalu dia melanjutkan, “ketika engkau pulang untuk membersihkan diri dan
Pemuda kemasjid

berangkat ke masjid, Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو َت َعال‬Tuhan yang Maha Lembut dan Maha pengasih memaafkan
dan mengampuni semua dosa-dosamu.”

“ Lalu aku menjatuhkanmu sekali lagi, tapi engkau tidak tinggal dirumahmu, dan tetap berangkat
kembali masjid. Karena itu, Tuhan penguasa alam semesta mengampuni semua dosa keluarga dan
orang-orang yang tinggal dirumahmu.” Aku kawatir jika aku menjatuhkanmu lagi, Tuhan Yang Maha
Perkasa dan Maha Penyayang akan merahmati dan mengampuni dosa-dosa semua anggota
penduduk di kampungmu, jadi aku memastikan engkau wahai pemuda shalih sampai ke masjid
nabawi tanpa terjatuh.”

Itulah kisah seorang pemuda shalih yang berusaha istiqomah melangkahkan kakinya menuju rumah
Allah untuk beribadah kepadaNya. Kondisi terbatas dan cobaan yang menimpa tidak menyurutkan
langkah dan niatnya untuk taat beribadah kepada Allah ‫ ُسب َْحانَهُ َو تَ َعال‬Tuhan pencipta alam semesta.

Saudaraku yang semoga dirahmati oleh Allah ‫ ُس ْب َحانَهُ َو تَ َعا‬, betapa seorang hamba yang meyakini
bahwa perjalanan ke sebuah tempat untuk melakukan suatu ibadah adalah sebuah perjuangan dan
kemuliaan, dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukan perjalanan dan
perjuangan itu dengan maksimal meskipun cobaan dan rintangan menghadang.

Cintanya pada Allah mengalahkan lelahnya dan beratnya cobaan yang dia hadapi. Baik perjalanan ke
masjid dalam rangka untuk sholat, perjalanan ke Baitullah untuk berhaji, perjalanan ke medan
perang untuk berjihad, perjalanan mencari rizki untuk mengh

Anda mungkin juga menyukai