Anda di halaman 1dari 4

Dimana pada faedah sebelumnya, kita telah menyebutkan penjelasan pentingnya

mensyukuri nikmat-nikmat allah dan demikian pula betapa besarnya pengaruh nikmat Allah
tersebut terhadap seorang hamba. Dimana seseorang tatkala dia mensyukuri nikmat allah
maka allah akan menjadikan kenikmatan yang allah berikan kepada hamba tersebut menjadi
langgeng, berkesinambungan, bertambah dan berkembang.
Dan kenikmatan-kenikmatan inilah yang allah berikan kepada Luqman Al hakim. Yaitu
dimana allah menganugerahkan kepadanya Al hikmah. Bersamaan dengan itu, allah
memerintahkan kepada Luqman untuk mensyukuri nikmat tersebut.
Dan ini telah beliau buktikan dalam amalan beliau, dimana beliau adalah hamba beribadah
kepada allah, gemar bermajelis dengan para Ahlul ilmi serta mengambil faedah dari majelis
tersebut.
Inilah bukti bahwa beliau hamba yang mensyukuri nikmat Allah.

LANGSUNG BACA KITABNYA

Disini Syaikh menjelaskan kepada kita, bahwa mensyukuri nikmat itu harus totalitas. Jangan
hanya sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya.
Bahwasanya mensyukuri nikmat itu mencakup 3 pilar/rukun yaitu:
1. Dengan hatinya
2. Dengan lisannya
3. Dengan anggota badannya
Maka disini Syaikh membimbing kita bahwa bagaimana kita mensyukuri nikmat itu.
Apabila hilang dari salah satu dari 3 pilar ini maka dia belum patut dikatakan bersyukur
kepada Allah.
Mungkin saja dia bersyukur kepada Allah melalui lisannya saja, namun tanpa amalan
anggota badannya. Maka mensyukuri nikmat Allah itu harus terpenuhi dari 3 pilar yang kita
sebutkan tadi. Jangan mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya.

‫يجمع هذه الثالث قوله تعالى‬.......


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta ilmu yang bermanfaat setiap selesai shalat
subuh dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,

‫ َو َع َماًل ُمتَقَبَّاًل‬،‫ َو ِر ْزقًا طَيِّبًا‬،‫ك ِع ْل ًما نَافِعًا‬


َ ُ‫اللَّهُ َّم ِإنِّي َأ ْسَأل‬
“Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal
yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)

Demikian juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari ilmu
yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

ٍ ‫ َو ِم ْن قَ ْل‬،ُ‫اللَّهُ َّم ِإنِّي َأ ُعو ُذ بِكَ ِم ْن ِع ْل ٍم اَل يَ ْنفَع‬


ٍ ‫ َو ِم ْن نَ ْف‬،ُ‫ب اَل يَ ْخ َشع‬
‫ َو ِم ْن ُدعَا ٍء اَل‬،ُ‫س اَل تَ ْشبَع‬
‫يُ ْس َم ُع‬

“Ya Allah … aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak
dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548, An-Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837.
Hadits ini shahih.)

‫فشكر ذلك يكون بقلبه اعترافا‬.........


Maka semua nikmat itu datangnya dari Allah.

Dan menyandarkan nikmat kepada selain Allah maka ini termasuk kesyirikan
Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ْرفُونَ نِ ْع َمتَ هَّللا ِ ثُ َّم يُ ْن ِكرُونَهَا َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْال َكافِرُون‬
ِ ‫يَع‬
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. An-Nahl [16]: 83)
Mengenai ayat di atas, ‘Aun bin Abdillah bin ‘Utbah berkata,

‫لوال فالن لم يكن كذا‬


”(Yaitu) perkataan seseorang,’Kalaulah bukan karena fulan, tentu tidak akan begini dan
begitu’. Atau,’Kalaulah bukan karena fulan, tentu tidak akan menimpamu yang demikian
dan demikian.”

Kata Ibnu Katsir


، ‫ ويعبدون معه غي َره‬، ‫ ومع هذا ينكرون ذلك‬، ‫ضل به عليهم‬ِ ‫ هو المتف‬،‫يعرفون أن هللا تعالى‬
‫ق إلى غيره‬َ ‫النصر والرز‬
َ ‫ويُ ْسنِدون‬
Mereka mengetahui bahwa allah yang memberikan dan mengutamakan nikmat itu untuk
mereka, namun mereka mengingkarinya, dan mereka beribadah kepada selain Allah
bersama Allah, serta mereka menyandarkan pertolongan dan rizki itu kepada selain Allah
Ini perbuatan mereka yang mengingkari nikmat Allah
menyandarkan nikmat kepada selain Allah Ta’ala termasuk dalam perbuatan menjadikan
sekutu-sekutu bagi Allah Ta’ala. Ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala,

ِ ‫ض فِ َرا ًشا َوال َّس َما َء بِنَا ًء َوَأ ْنزَ َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فََأ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا‬
‫ت ِر ْزقًا‬ َ ْ‫الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم اَأْلر‬
َ‫لَ ُك ْم فَاَل تَجْ َعلُوا هَّلِل ِ َأ ْندَادًا َوَأ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 22)

Ikrimah rahimahullah berkata,

‫ ونحو ذلك‬،‫صاح في الدار‬


َ ‫ لوال كلبنا‬،‫الدار‬
َ ّ‫ لوال كلبنا لَدَخل علينا اللص‬:‫أن تقولوا‬

“(Yaitu) perkataan mereka,’Kalaulah bukan karena anjing kita ini, maka rumah kita tentu
akan dimasuki pencuri’. ‘Andai bukan karena anjing yang menggonggong di dalam rumah’,
atau kalimat-kalimat semacam itu.“ [2]

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

:‫ وهو أن يقول‬،‫صفَاة سوداء في ظلمة الليل‬ َ ‫ أخفى من دبيب النمل على‬،‫األنداد هو الشرك‬
‫ ولوال البطّ في الدار‬،‫ لوال َك ْلبَةُ هذا ألتانا اللصوص‬:‫ ويقول‬،‫ وحياتي‬،‫وهللا وحياتك يا فالن‬
‫ال‬. ‫ لوال هللا وفالن‬:‫ وقول الرجل‬، َ‫ ما شاء هللا وشئت‬:‫ وقول الرجل لصاحبه‬،‫ألتى اللصوص‬
‫ هذا كله به شرك‬.”‫تجعل فيها “فالن‬.
“(Menjadikan) ‘andaad’ [sekutu-sekutu] adalah berbuat syirik, (dosa) yang lebih samar
daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Contohnya
adalah perkataan,’Demi Allah dan demi hidupmu, wahai Fulan! Dan demi hidupku.’ Atau
ucapan,’Kalau bukan karena anjing ini, tentu kita akan didatangi pencuri-pencuri itu.’
Atau,’Kalau bukan karena angsa di rumah ini, tentu datanglah pencuri-pencuri itu.’ Atau
perkataan seseorang kepada temannya,’Atas kehendak Allah dan kehendakmu.’ Atau
perkataan seseorang,’Kalaulah bukan karena Allah dan fulan.’ Janganlah Engkau sebutkan di
dalamnya,’Fulan’. Semua ini adalah perbuatan syirik terhadap Allah.

‫ويكون بالسان ثناء على هللا‬......

Anda mungkin juga menyukai