Resume ETIK DAN LEGAL KEPERAWATAN
Resume ETIK DAN LEGAL KEPERAWATAN
Disusun Oleh
Pembimbing
Siti Damawiyah ,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1
1.1.3. Beneficience.
Beneficence, bahwa perawat harus memberikan yang terbaik pada
pasien dan tidak merugikan pasien (prinsip nonmaleficence). Ketika
seorang peneliti mencoba untuk mengambil informasi partisipan
secara terperinci, rasa tidak menyenangkan pada partisipan dapat
terjadi. Dalam penelitian perlu memperhatikan semua kemungkinan
konsekuensi penelitian dalam keseimbangan keuntungan dan
kerugian bagi partisipan.
1.1.4. Confidentiality.
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan pengobatan klien. Tidak ada seorangpun seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien
dengan bukti persetujuan. Diskusi persetujuan. Diskusi tentang
tentang klien diluar area pelayanan, pelayanan, menyampaikan
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
1.1.5. Non Maleficience
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan p fisik
dan psikologis pada klien.
1.1.6. Veracity
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan untuk
menyampaikan menyampaikan kebenaran kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
mengatakan yang seben yang sebenarnya kepada klien tentang tentang
2
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan.
1.1.7. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat perawat terhadap terhadap kode etik yang menyatakan
menyatakan bahwa tanggung tanggung jawab dasar dari perawat
perawat adalah untuk meningkatkan meningkatkan kesehatan,
kesehatan, mencegah mencegah penyakit, penyakit, memulihkan
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
1.1.8. Accountability
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.(Kurniawan 2019)
3
1.2.3. Sifat Hukum
Sifat hukum adalah : mengikat/sebagai instruksi kepada pemerintah,
lain-lain penyelenggara negara, lembaga masyarakat dan setiap
orang/warganegaranya.
1.2.4. Sumber Hukum
1. Pancasila
Kedudukan/fungsi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah
a. Sebagai dasar negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 alinea keempat
b. Sebagai jiwa dan pandangan hidup bangsa Indonesia
c. Meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia
d. Mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum, dasar
negara, baik yang tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang
tidak tertulis (aturan-aturan dasar yang tumbuh dan terpelihara
dalam politik penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis),
aturan-aturan semacam ini disebut : KONVENSI
e. Dalam sistem/tata urutan hukum di Indonesia, pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum.
2. Undang-Undang Dasar 1945
a. Menciptakan pokok-pokok pikiran (pancasila) dalam pasal-
pasalnya.
b. Memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok diserahkan kepada undang-
undang yang lebih mudah caranya membuat, merubah dan
mencabut.
c. Dalam sistem hukum, UUD 1945 sebagai sumber hukum
dengan demikian peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah tidak boleh bertentang dengan UUD 1945.
d. UUD 1945 berisi norma, aturan atau ketentuan yang harus
dilaksanakan dan ditaati oleh pemerintah, setiap lembaga
4
Negara, lembaga masyarakat dan juga setiap warga negara dan
penduduk Indonesia.
e. Dalam kerangka tata susunan atau tata tingkatan norma hukum
yang berlaku merupakan hukum yang menempati kedudukan
tertinggi.
f. UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol apakah
norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak sesuai dengan
ketentuan UUD 1945.
1.2.5. Pembagian Hukum
1. Ruang Lingkup hukum memang cukup luas karena hukum
berupaya mengatur semua aspek kehidupan manusia dalam
bermasyarakat.
2. Dari berbagai cara pembagian yang terutama perlu dipahami oleh
tenaga kesehatan/tenaga keperawatan adalah pembagian hukum
menurut fungsinya, yaitu:
a. Hukum Sipil (Privat)
1) Hukum sipil mengatur hubungan antara satu orang dengan
orang lainnya, dengan menitiberatkan pada kepentingan
perorangan
2) Hukum sipil, meliputi : hukum perdata dan hukum dagang
3) Hukum perdata diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum
Sipil (KUHS), yang meliputi : hukum perorangan, hukum
keluarga, hukum kekayaan dan hukum warisan
b. Hukum Publik (Hukum Negara)
1) Hukum publik mengatur hubungan antara negara dengan
Alat-alat perlengkapannya atau hubungan negara dengan
perseorangan (warga negara)
2) Hukum publik meliputi : hukum tata negara, hukum
administrasi negara, hukum pidana dan hukum
internasional.
5
3) Hukum pidana mempunyai objek pada aturan-aturan
hukum yang mengenai kejahatan atau yang bertalian
dengan pidana
4) Hukum pidana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP)
1.2.6. Tata Hukum
1. Tata hukum Indonesia mengandung arti : tatanan hukum atau
aturan-aturan hukum yang sedang berlaku di Indonesia.
a. Tata Hukum di Indonesia adanya sejak Proklamasi
Kemerdekaan, tanggal 17 Agustus 1945, dengan Proklamasi
Kemerdekaan berarti Negara RI dibentuk oleh bangsa
Indonesia. Sejak saat itu bangsa Indonesia telah mengambil
keputusan menentukan dan melaksanakan hukumnya sendiri.
b. Untuk menyempurnakan tata hukum di Indonesia pada tanggal
18 Agustus 1945 ditetapkan berlakunya UUD 1945 oelh PPKI,
yang masih berlaku bersama pancasila sampai sekarang.
c. UUD 1945 dan Pancasila kemudian mmenjadi acuan politik
hukum di Indonesia.
2. Tata Urutan/Hierarki hukum di Indonesia
Hierarki Hukum di Indonesia diatur melalui Undang-Undang RI
Nomor : 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
disebutkan :
Pasal 7
a. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-Undangan adalah
sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang
3) Peraturan Pemerintah
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah
6
Disebutkan juga pada pasal 7, ayat:
7
d. Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor:
YM.00.03.2.6.7637 tentang Berlakunya Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit. (Dermawan 2013)
8
Praktik keperawatan sebagai wujud nyata dari layanan Asuhan
Keperawatan dilaksanakan secara mandiri dan juga dapat dilakukan
berdasarkan pelimpahan wewenang, penugasan dalam keadaan darurat,
ataupun kolaborasi antar lintas profesi dalam lingkup kesehatan. Untuk
menjamin perlindungan terhadap pasien atau masyarakat sebagai penerima
Pelayanan Asuhan Keperawatan dan untuk menjamin pelindungan terhadap
perawat sebagai pelaksana dalam pemberian layanan asuhan keperawatan,
diperlukan regulasi sebagai paying hokum mengenai keperawatan secara
komprehensif yang diatur dalam undang-undang. Selain sebagai kebutuhan
perlindungan dan kepastian hukum bagi perawat, peraturan ini juga ditujukan
sebagai pemenuhan kebutuhan Perawat dalam lingkup dunia, sehingga sistem
keperawatan Indonesia dapat dikenal oleh Negara luar dan kondisi ini
sekaligus dapat mengangkat citra dan harkat martabat bangsa Indonesia di
bidang kesehatan. Berdasarkan itu, maka dibentuk undang-undang tentang
keperawatan untuk memberikan kepastian hukum dan pelindungan hukum
serta untuk menata dan melengkapi berbagai perangkat hukum yang
mengatur penyelenggaraan Praktik Keperawatan yang bermutu, dan aman
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada Undang-
Undang ini dibahas juga pengaturan mengenai jenis perawat, pendidikan
tinggi keperawatan, STR, SIP, SIPP (izin praktik), sampai dengan registrasi
ulang, hak dan kewajiban bagi perawat dan klien, kelembagaan terkait dengan
perawat PPNI (organisasi profesi, kolegium, dan konsil), pengembangan,
Pembinaan, dan pengawasan bagi anggota perawat, serta sanksi-sanksi jika
melanggar.
Dalam penegakan hukum ada tiga unsur yang harus selalu
diperhatikan yaitu unsur keadilan, unsur kepastian hukum dan unsur
kemanfaatan. Jika dalam menegakan hukum hanya diperhatikan kepastian
hukum saja maka unsur lain harus dikorbankan. Demikian pula kalau
diperhatikan unsur keadilan maka unsur kepastian hukum dan kemanfaatan
hukum juga harus dikorbankan dan begitu selanjutnya. Itulah yang disebut
dengan antimony yaitu sesuatu yang bertentangan namun tidak dapat
diperhatikan satu sama lainnya. Dalam menegakan hukum harus ada
9
kompromi antara ketiga unsur tersebut. Meski dalam prakteknya tidak selalu
mudah menjalankan kompromi secara seimbang antara ketiga unsur tersebut.
Menurut Gustav Radbruch tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan
kemanfaatan. Keadilan harus mempunyai posisi pertama dan paling utama
dari pada kepastian dan kemanfaatan. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan
bahwa untuk mencapai ketertiban diusahakan adanya kepastian hukum dalam
pergaulan manusia di masyarakat, karena tidak mungkin manusia dapat
mengembangkan bakat secara optimal adanya kepastian hukum dan
ketertiban. Pengertian kepastian hukum menurut Sudikno: Kepastian hukum
adalah sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan cara
yang baik. Kepastian hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu sendiri.
Kepastian hukum adalah suatu jaminan bahwa suatu hukum harus dijalankan
dengan baik dan tepat. Kepastian merupakan tujuan utama dari hukum. Jika
tidak ada kepastian hukum maka hukum akan kehilangan jati diri serta makna
dari hukum tersebut . Jika hukum tidak memiliki jati diri maka hukum tidak
lagi digunakan sebagai pedoman perilaku seseorang.
Berdasarkan penjelasan diatas, jika dihubungkan dengan analisis
perlindungan bagi Praktik Keperawatan dalam rangka mewujudkan
Kepastian Hukum maka dengan terbitnya Undang-undang No. 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan, hal tersebut harus dijadikan landasan dasar bagi
profesi Keperawatan dalam memberi kan asuhan keperawatan yang bermutu
dengan upaya melaksanakan seusai Standar Praktik Keperawatan dan
keilmuannya kepada pasien yang telah diatur berdasarkan kompetensi
perawat, sehingga dapat terwujud kepastian hukum didalam pelayanan
keperawatan, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan Secara yuridis,
undang-undang keperawatan adalah adanya amanat Undang-undang Dasar
1945 pasal 28 ayat (1), serta UU No. 36 tahun 2009 pasal 63 ayat (1), (2), (3),
dan (4). “Keperawatan adalah sebuah entitas yang telah diakui secara yuridis,
dalam hal penyembuhan, pemulihan, dan pengendalian, berdasarkan ilmu
keperawatan. Hal ini kemudian pengaturan lebih lanjut secara profesi di atur
dalam undang-undang Keperawatan. Selain itu, secara kuantitas, bahwa
sekitar 60% tenaga kesehatan merupakan perawat. Banyaknya jumlah
10
perawat di Indonesia ini sangat mempeng aruhi pelayanan kesehatan pada
masyarakat, dan ini sangat diperhatikan dalam undang-undang. Dalam
landasan filosofis, bahwa pelayanan keperawatan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, perawat sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Secara teknis pula ditambahkan
bahwa perawat perlu mengamalkan keilmuannya secara otonom dan mandiri
sehingga ada kejelasan atas kewenangan dan batas tangung jawab dalam
pelayanan kesehatan, untuk output pelayanan yang optimal dalam melayani
masyarakat. Dalam mewujudkan kepastian hukum yang mengandung arti,
yakni adanya kejelasan, tidak menimbulkan tafsir yang berbeda, dan dapat
dilaksanakan. Hukum harus berlaku tegas didalam masyarakat, mengandung
keterbukaan sehingga siapapun dapat memahami makna atas suatu peraturan
tersebut. Hukum yang satu dengan yang lain tidak boleh tumpang tindih
sehingga menjadi sumber keraguan. Kepastian hukum menjadi perangkat
hukum suatu negara yang mampu men jamin hak dan kewajiban setiap
manusianya sesuai dengan budaya yang ada.(Dwimantama 2018)
11
advokasi, kurangnya jumlah tenaga perawat, kondisi emosional keluarga,
terbatasnya fasilitas kesehatan dan lemahnya kode etik. Sementara itu faktor
yang mendukung meliputi: kondisi pasien, pengetahuan tentang kondisi
pasien, pendidikan keperawatan yang semakin tinggi, kewajiban perawat dan
dukungan instansi rumah sakit. Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah
advokasi tidak hanya diartikan sebatas pada tindakan membela pasien tetapi
juga meliputi tindakan memberi informasi, bertindak atas nama pasien,
menjadi mediator dan melindungi pasien. Perawat diharapkan dapat
mengoptimalkan perannya sebagai advokat yaitu dengan memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh pasien, menjadi penghubung antara pasien
dan tim kesehatan lain, membela hak-hak pasien dan melindungi pasien dari
tindakan yang merugikan.(Windyastuti 2016)
12
perkembangan praktik keperawatan yang semakin kompleks, adanya
tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu
berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas
pengambilan keputusan menjadi lebih berat. Dampak dari
pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang
tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun institusi
individu tersebut bekerja.
13
memberikan pemecahan inovatif bagi berbagai masalah, dan
menemukan keberhasilan dalam “berpikir tentang hasil(outcome
thinking)”.
14
teguh pada pola pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan
menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku.
15
6. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi
tindakan.
1.5.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis
Dalam Praktik Keperawatan
1. Factor agama dan adat istiadat
2. Factor sosial
3. Factor IPTEK
4. Factor Legislasi dan eputusan yuridis
5. Factor dana atau keuangan
6. Factor pekerjaan atau posisi klien atau perawat
7. Factor kode etik keperawatan
16
DAFTAR PUSTAKA
Dwimantama,Gilang.2018.“PERLINDUNGAN_PRAKTIK_KEPERAWATAN
_DALAM.” Keperawatan, Kepastian Hukum, Peningkatan Derajat
Kesehatan 12: 56–67. https://maksigama.wisnuwardhana.ac.id.
17