Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Review : Perbandingan Penggunaan Katalis K2O

dan Li2O pada Pembuatan Biodiesel Berbasis Minyak


Rapeseed
Adiniar L. Melinda1, Erika D. Karisma2, Lia Kusnawati3
1,2,3
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

INFORMASI NASKAH ABSTRAK


Diterima : 17 Mei 2022
Telah dilakukan studi penelitian yang bertujuan untuk
Direvisi :-
Disetujui : 16 Oktober 2022 membandingkan kondisi paling optimum penggunaan katalis K2O
Terbit : 19 Oktober 2022 dan Li2O dalam pembuatan biodiesel berbasis minyak rapeseed.
Penelitian yang dilakukan meliputi sintesis katalis, karakterisasi
Email korespondensi: katalis, proses reaksi transesterifikasi dengan pelarut methanol
adiniar18@gmail.com dan juga pengujian potensi penggunaan kembali katalis. Beberapa
parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah waktu reaksi,
Laman daring: temperatur, rasio minyak dengan methanol, dan % berat katalis
https://doi.org/10.37525/ terhadap hasil yield biodiesel yang dihasilkan. Katalis Li2O
sp/2022-01/350 memiliki kondisi optimum penggunaan katalis pada suhu 60oC,
rasio methanol:minyak 6:1, waktu 2 jam, dan konsentrasi (wt%)
katalis 10% dengan hasil yield 98%. Sedangkan pada katalis K2O
memiliki kondisi optimum penggunaan katalis pada suhu 50oC,
rasio methanol:minyak 15:1, waktu 3 jam, dan konsentrasi (wt%)
katalis 4% dengan hasil yield 98,62%.
Kata kunci: Biodiesel, Minyak Rapeseed, Reaksi Transesterifikasi,
Katalis Li2O, Katalis K2O

50 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022


PENDAHULUAN
Konsumsi energi meningkat secara signifikan karena kemajuan pesat dalam standar hidup
umat manusia. Saat ini, bahan bakar fosil memainkan peran utama dalam mobilitas, sektor
industri, dan pertanian. Sementara itu, ketersediaan sumber daya minyak bumi sifatnya terbatas
dan semakin hari semakin menipis (Hosseini, 2012). Selain itu, masalah yang berkaitan dengan
lingkungan adalah konsekuensi paling penting dari konsumsi bahan bakar fosil yang terlampau
banyak. Isu keamanan energi dan lingkungan membuat negara dan peneliti mencari alternatif
bahan bakar yang terbarukan dan ramah lingkungan. Alternatif yang paling menjanjikan dan
layak secara ekonomi adalah penggunaan biofuel. Di antara berbagai alternatif bahan bakar,
minyak nabati dan turunannya lebih banyak disukai oleh pelaku industri. Para peneliti dari
seluruh dunia mulai mengusulkan berbagai metode untuk menggunakan minyak nabati dalam
mesin pembakaran (Mallikappa, 2012) Beberapa metode untuk produksi dan aplikasi biodiesel
adalah penggunaan langsung minyak nabati, mikroemulsi, perengkahan termal (pirolisis) dan
transesterifikasi (Borges, 2012). Penggunaan langsung minyak nabati tidak berlaku untuk
sebagian besar mesin diesel karena viskositas yang tinggi akan merusak mesin. Biodiesel yang
diperoleh dari mikroemulsi dan metode perengkahan termal akan menyebabkan pembakaran
tidak sempurna karena angka setana yang rendah (Juan,2011). Transesterifikasi adalah metode
yang paling umum untuk produksi biodiesel karena keterbaruan, angka setana tinggi, emisi
lebih rendah, dan efisiensi pembakaran yang lebih dibandingkan metode produksi biodiesel
lainnya (Leung, 2010).
Pada produksi biodiesel dengan metode transesterifikasi antara minyak nabati atau
lemak hewani dengan metanol dapat diberi tambahan basa homogen atau katalis asam untuk
mempercepat proses reaksi. Katalis basa yang banyak digunakan dalam pembuatan biodiesel
adalah kalium hidroksida, natrium hidroksida, dan natrium alkoksida. Sedangkan katalis
asam biasanya menggunakan asam sulfonat dan asam klorida (Vicente, 2004). Secara umum,
aktivitas katalitik katalis basa dalam transesterifikasi lebih tinggi daripada katalis asam. Namun,
penghilangan katalis basa dari sistem reaksi seringkali secara teknis sulit dilakukan karena
pembentukan emulsi yang stabil serta saponifikasi sebagai akibat dari pendinginan berair. Untuk
mengatasi kesulitan ini, berbagai macam katalis basa heterogen telah dikembangkan untuk
tidak hanya secara efektif mengkatalisis transesterifikasi minyak nabati dengan metanol tetapi
juga memberikan keuntungan bahwa mereka dapat dengan mudah dipisahkan dari campuran
reaksi (Kim, 2004). Katalis dan bahan baku yang berbeda digunakan untuk mengatasi hambatan
produksi biodiesel, bersama dengan kondisi reaksi seperti suhu, pemuatan katalis, dan rasio
molar alkohol terhadap minyak (Borges, 2012). Pada penelitian ini akan dibahas mengenai
perbandingan penggunaan katalis K2O dan Li2O dalam pembuatan biodiesel berbasis rapeseed
oil.

METODE PENELITIAN
A. Produksi Biodiesel menggunakan Katalis Li2O
Transesterifikasi minyak rapeseed dilakukan dalam reaktor labu alas bulat yang dilengkapi
termometer, pengaduk magnet, dan kondensor. Metanol dan minyak rapeseed (rasio molar 6:1)
dicampur dalam reaktor dengan beban katalis Li2O 5% berat (relatif terhadap massa minyak)
pada 180 rpm, 60oC, dan tekanan atmosfer selama 2 jam. Setelah akhir reaksi, campuran
dipindahkan ke dalam gelas ukur dan dibiarkan mengendap untuk pemisahan fase cair. Pada
percobaan ini digunakan variasi konsentrasi katalis yang meliputi 2,5, 5, dan 10% dari berat
katalis relatif terhadap massa minyak. Studi kinetika dilakukan pada reaksi transesterifikasi
menggunakan katalis dengan yield biodiesel tertinggi. Pada percobaan ini diambil 1 mL sampel
dengan pipet kaca Pasteur setiap 20 menit dari inti reaktor selama 2 jam waktu reaksi. Sampel
dibiarkan mengendap dan diambil untuk analisis GC untuk menentukan konten FAME-nya.B.

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022 51


B. Produksi Biodiesel menggunakan Katalis K2O
Minyak rapeseed yang mengandung asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat,
asam linolenat, asam arakidik dan asam erucidat dikeringkan sebelum digunakan untuk
menghilangkan kelembapannya. Nilai asam dan nilai penyabunan minyak rapeseed masing-
masing adalah 0,15 mg KOH/g dan 183,37 mg KOH/g, sedangkan berat molekul rata-ratanya
adalah 918,57 g/mol yang dihitung dari nilai asam dan nilai penyabunan. Sebuah labu berbentuk
kerucut 100 mL diisi dengan 2 g minyak rapeseed dan metanol anhidrat dalam jumlah yang sesuai,
katalis dan pelarut n-heksana ditempatkan ke dalam sistem pengocok yang dilengkapi dengan
penangas air suhu konstan. Campuran reaksi kemudian dikocok pada suhu yang diinginkan
selama reaksi. Setelah reaksi transesterifikasi, katalis basa padat dikeluarkan dari campuran
reaksi melalui filtrasi, gliserin dipisahkan menggunakan corong pisah dan residu metanol dan
n-heksana dipisahkan dari fase cair melalui penguapan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Transesterifikasi Katalis Li2O

Tabel 4.1 Sifat permukaan dari katalis yang disintesis (Solis, 2016)
Tipe Katalis Tambahan BET m2g-1 Jari-jari Jari-jari
Katalis Pendukung Katalis Db Vccm3g-1
A0 Alumina - 102 181 0.464
A1 Alumina 5% Li2O 79.2 183 0.363
A2 Alumina 10% Li2O 68.4 176 0.300
A3 Alumina 5% MgO 86.9 175 0.381
A4 Alumina 30% MgO 77.3 165 0.320
A5 Alumina 30% MgO 76.0 178 0.340
and lumps
M0 Mayenite - 1.85 267 0.012
M1 Mayenite 5% Li2O 9.46 297 0.078
M2 Mayenite 10% Li2O 15.2 401 0.170
M3 Mayenite 5% MgO 7.61 181 0.038
M4 Mayenite 30% MgO 21.2 119 0.072

Impregnasi Li2O dan MgO menunjukkan peningkatan luas permukaan lebih dari sepuluh
kali lipat pada tipe katalis terbaik (M4). Selain luas permukaan yang lebih besar, impregnasi
Li2­O meningkatkan diameter pori dan volume pori dari katalis turunan mayenite dibandingkan
dengan mayenite biasa. Sifat menguntungkan tersebut meningkatkan aktivitas katalitik dalam
dua hal. Pertama, volume pori yang besar memberikan lebih banyak ruang bagi molekul
trigliserida besar untuk mencapai situs aktif dan melanjutkan ke adsorpsi (peningkatan pori
difusi). Kedua adalah katalis memiliki lebih banyak area adsorpsi kompleks metoksi dan
kompleks katalis trigliserida untuk bereaksi melalui mekanisme transesterifikasi. Sifat yang
diinginkan tersebut terlihat dari hasil biodiesel yang lebih besar ketika reaksi dilakukan dengan
katalis M2. Impregnasi MgO pada mayenite meningkatkan luas permukaan dan volume pori
(M3 dan M4) tetapi peningkatan diameter pori lebih kecil dibandingkan dengan impregnasi
Li2O, yang dapat mengubah aksesibilitas ke situs aktif. Di sisi lain, sifat permukaan alumina,
seperti luas permukaan dan volume porinya lebih besar dari mayenite. Luas permukaan yang
tinggi sebesar 102 m2g-1 dan suhu kalsinasi 650oC menunjukkan bahwa alumina mungkin berada
dalam fase gamma. Meskipun katalis yang didukung alumina menunjukkan pengurangan luas

52 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022


reaksi dilakukan dengan katalis M2. Impregnasi MgO pada mayenite meningkatkan luas permukaan
dan volume pori (M3 dan M4) tetapi peningkatan diameter pori lebih kecil dibandingkan dengan
impregnasi Li2O, yang dapat mengubah aksesibilitas ke situs aktif. Di sisi lain, sifat permukaan
alumina, seperti luas permukaan dan volume porinya lebih besar dari mayenite. Luas permukaan yang
tinggi sebesar 102 m2g-1 dan suhu kalsinasi 650oC menunjukkan bahwa alumina mungkin berada
dalam fase
permukaan gamma. Meskipun
dibandingkan dengan katalis
aluminayang
biasa,didukung alumina
volume pori masihmenunjukkan pengurangan
lebih besar daripada luas
katalis
permukaan
yang didukungdibandingkan dengan
mayenite yang alumina biasa,
menawarkan volume
lebih poriruang
banyak masihbagi
lebihreaktan
besar daripada katalis yang
untuk mengakses
didukung
situs aktif. mayenite yang menawarkan lebih banyak ruang bagi reaktan untuk mengakses situs aktif.
Katalis yang disiapkan digunakan untuk uji produksi biodiesel, dimana pendukung tanpa
Katalis yang disiapkan digunakan untuk uji produksi biodiesel, dimana pendukung tanpa
impregnasi fase aktif digunakan sebagai sampel kontrol (M0 dan A0). Penilaian efek katalis per
impregnasi fase aktif digunakan sebagai sampel kontrol (M0 dan A0). Penilaian efek katalis per massa
massa minyak pada hasil FAME dilakukan pada beberapa batch menggunakan setiap batch
minyak
katalis padaberbeda.
yang hasil FAME
Alumina dilakukan pada
bersifat beberapa
sedikit batchuntuk
katalitik menggunakan setiap batch
transesterifikasi katalis4.1)
(Gambar yang
berbeda.
yakni Alumina
mencapai 14% bersifat sedikit
dari hasil katalitik untuk
biodiesel. Dalamtransesterifikasi
kasus impregnasi (Gambar 4.1)
litium yakni peningkatan
oksida, mencapai 14%
dari hasil biodiesel. Dalam kasus impregnasi litium oksida, peningkatan
komposisi dari 5 menjadi 10% berat Li2O pada penyangga alumina diikuti dengan penurunan komposisi dari 5 menjadi 10%
hasil biodiesel
berat Li2O pada13%penyangga
(secara relatif membandingkan
alumina diikuti denganhasil biodiesel
penurunan A1 biodiesel
hasil dan A2 pada13%Gambar
(secara 4.1).
relatif
Keberadaan Li
membandingkan 2
O dan Al O di
hasil 2biodiesel
3
permukaan katalis A memiliki aktivitas katalitik
A1 dan A2 pada 1Gambar 4.1). Keberadaan Li2O dan Al2O3 di yang lebih tinggi
daripada spesies
permukaan LiAlO
katalis yang ditemukan
A1 2memiliki aktivitasdikatalitik
katalis A , seperti
yang
2 lebih yang
tinggiditunjukkan dalamLiAlO
daripada spesies Tabel24.1.
yang
Hal ini menunjukkan bahwa sifat dasar dari katalis
ditemukan di katalis A2, seperti yang ditunjukkan dalam A Li
1 Tabel
2
O dan
4.1. Hal ini menunjukkan bahwa2O
sifat asam dari interaksi Al sifat
3
meningkatkan aktivitas katalis lebih dari pembentukan struktur stabil LiAlO , serta pengurangan
dasar dari katalis A1 Li2O dan sifat asam dari interaksi Al2O3 meningkatkan aktivitas katalis lebih dari
2
luas permukaan dan volume pori yang tersedia, yang meningkatkan keterbatasan perpindahan
pembentukan struktur stabil LiAlO2, serta pengurangan luas permukaan dan volume pori yang
massa menuju pembentukan transesterifikasi.
tersedia, yang meningkatkan keterbatasan perpindahan massa menuju pembentukan transesterifikasi.

Gambar
Gambar 4.14.1 Hasil
Hasil yield
yield biodiesel
biodiesel menggunakan
menggunakan berbagai
berbagai katalis
katalis yang
yang didukung
didukung alumina
alumina (Solis,
(Solis, 2016)
2016)

Katalis berbasis alumina sekitar 10% dari perbedaan hasil produksi biodiesel menunjukkan bahwa
LiKatalis berbasis alumina sekitar 10% dari perbedaan hasil produksi biodiesel menunjukkan
2O-alumina (A1) adalah katalis berbasis alumina terbaik. Rasio impregnasi yang tinggi dari MgO
bahwa Li2O-alumina (A1) adalah katalis berbasis alumina terbaik. Rasio impregnasi yang tinggi
atau Li O mempengaruhi aktivitas katalitik secara negatif, sementara rasio impregnasi yang rendah
dari MgO2 atau Li2O mempengaruhi aktivitas katalitik secara negatif, sementara rasio impregnasi
meningkatkan potensi katalitik
yang rendah meningkatkan yangkatalitik
potensi lebih dari enam
yang kalidari
lebih lipat dari kali
enam apa lipat
yang dari
dapatapa
disediakan oleh
yang dapat
alumina biasa
disediakan olehdengan
aluminasendirinya.
biasa dengan sendirinya.

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022 53


Melinda, Karisma, Kusnawati.
Melinda, Karisma, Kusnawati.

Gambar
Gambar4.24.2
Hasil yield
Hasil biodiesel
yield menggunakan
biodiesel berbagai
menggunakan katalis
berbagai yang
katalis didukung
yang mayenit
didukung (Solis,
mayenit 2016)
(Solis, 2016)
Gambar 4.2 Hasil yield biodiesel menggunakan berbagai katalis yang didukung mayenit (Solis, 2016)
Studi dengankatalis
Studi katalis yangdidukung
didukung mayenitemenunjukkan
menunjukkan hasilyang yang lebihbaik
baik mencapai
Studi dengan
dengan katalis yang yang didukung mayenite
mayenite menunjukkan hasil hasil yanglebih
lebih baikmencapai
mencapai
konversimaksimum
konversi maksimum dengandengan salah
salah satu
satukatalis (M(M
katalis 2). Hasil
). untuk
Hasil katalis
untuk Li2O-mayenit
katalis Li yang berbeda
O-mayenit yang
konversi maksimum dengan salah satu katalis (M2). Hasil 2 untuk katalis Li2O-mayenit
2 yang berbeda
(M1 dan
berbeda (M Mdan
2) ditunjukkan
M ) pada Gambar
ditunjukkan pada 4.2, dimana
Gambar 4.2, dapat dapat
dimana disimpulkan bahwabahwa
disimpulkan peningkatan aktivitas
peningkatan
(M1 dan M1 2) ditunjukkan
2 pada Gambar 4.2, dimana dapat disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas
adalah adalah
aktivitas eksponensial dengandengan
eksponensial meningkatnya jumlahjumlah
meningkatnya Li2O Li danO dengan
dan dengandemikian sangat
demikian aktif
sangat
adalah eksponensial dengan meningkatnya jumlah Li2O dan2 dengan demikian sangat aktif
aktif mengkatalisis
mengkatalisis konversi
konversi trigliserida
trigliserida menjadimenjadi biodiesel.
biodiesel.
mengkatalisis
Pengaruh konversi trigliserida
katalismenjadi biodiesel.
Pengaruh penambahan
penambahan katalis dievaluasi
dievaluasi berdasarkan
berdasarkan hasil
hasil yieldyield biodiesel.
biodiesel. BatchBatch
dengandengan
jumlah
jumlahPengaruh
katalis penambahan
yang katalisdijalankan
bervariasi dievaluasi menggunakan
berdasarkan hasil yield reaksi
kondisi biodiesel.
yangBatch dengan
sama. Hasiljumlah
dariini
katalis yang bervariasi dijalankan menggunakan kondisi reaksi yang sama. Hasil dari variasi
katalisiniyang
variasi bervariasi
disajikan pada dijalankan
Gambar menggunakan
4.3 dan 4.4. kondisi reaksi yang sama. Hasil dari variasi ini
disajikan pada Gambar 4.3 dan 4.4.
disajikan pada Gambar 4.3 dan 4.4.

Gambar 4.3 Penambahan katalis (M1 - M4) untuk Gambar 4.4 Penambahan katalis (A1 - A5) untuk
Gambar
Gambar4.3
4.3Penambahan
Penambahankatalis
katalis(M
(M11--M
M))untuk
untuk Gambar
Gambar4.4
4.4Penambahan
Penambahankatalis
katalis(A
(A11--AA5)5)untuk
untuk
produksibiodiesel
produksi biodiesel(Solis, 2016)44
(Solis,2016) produksibiodiesel
produksi biodiesel(Solis,
(Solis,2016)
2016)
produksi biodiesel (Solis, 2016) produksi biodiesel (Solis, 2016)

Katalis yang didukung mayenite digunakan dalam tiga beban katalis yang berbeda dalam kaitannya
Katalis yang didukung mayenite digunakan dalam tiga beban katalis yang berbeda dalam kaitannya
dengan massa minyak. Kecenderungan katalis yang diresapi litium (mayenit dengan impregnasi litium
dengan massa minyak. Kecenderungan katalis yang diresapi litium (mayenit dengan impregnasi litium
oksida 5 dan 10%, M1 dan M2) dalam tiga pemuatan katalis ke dalam reaktor (2,5, 5, dan 10 wt%)
oksida 5 dan 10%, M1 dan M2) dalam tiga pemuatan katalis ke dalam reaktor (2,5, 5, dan 10 wt%)
cukup berbeda (Gambah 4.4) . Katalis pertama, yang memiliki impregnasi Li2O (M1) yang lebih
cukup berbeda (Gambah 4.4) . Katalis pertama, yang memiliki impregnasi Li2O (M1) yang lebih
rendah, memiliki konversi yang hampir konstan untuk batch dengan 2,5 dan 5% berat katalis dimuat
rendah, memiliki konversi yang hampir konstan untuk batch dengan 2,5 dan 5% berat katalis dimuat

54 Majalah5 Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022


5
Katalis yang didukung mayenite digunakan dalam tiga beban katalis yang berbeda dalam
kaitannya dengan massa minyak. Kecenderungan katalis yang diresapi litium (mayenit dengan
impregnasi litium oksida 5 dan 10%, M1 dan M­2) dalam tiga pemuatan katalis ke dalam reaktor
(2,5, 5, dan 10 wt%) cukup berbeda (Gambah 4.4) . Katalis pertama, yang memiliki impregnasi
Li2O (M1) yang lebih rendah, memiliki konversi yang hampir konstan untuk batch dengan 2,5
dan 5% berat katalis dimuat ke dalam reaktor. Pada penambahan jumlah katalis M1 hingga 10
wt% ke dalam reaktor, rendemen tidak mengalami peningkatan yang signifikan (27% biodiesel).
Hasil yang tampaknya konstan antara pemuatan katalis 2,5 dan 5% berat dapat dijelaskan
oleh kurangnya situs yang lebih aktif, berada di batas bawah aktivitas katalitik. Reaksi
transesterifikasi terjadi karena pengurangan energi aktivasi dari tiga reaksi reversibel berturut-
turut. Telah ditentukan oleh penulis lain bahwa pengurangan energi aktivasi tersebut dapat dicapai
dengan kondisi reaksi yang tinggi (suhu dan tekanan) serta oleh aktivitas katalis. Reaksi untuk
menghasilkan digliserida dan monogliserida dari trigliserida dapat dicapai dengan kondisi yang
disebutkan di atas, tetapi produksi gliserol akhir cenderung lebih lambat secara kinetik tanpa
adanya katalis. Karena bahan katalitik relatif rendah, dalam reaksi dengan pembebanan 2,5 dan
5% berat ke dalam reaktor, hasilnya juga akan rendah. Fakta bahwa hasil reaksi sedikit meningkat
dengan beban katalis tertinggi (M1 pada beban 10% berat ke dalam reaktor) menunjukkan bahwa
lebih banyak bahan katalitik diperlukan untuk meningkatkan situs katalitik agar reaksi dapat
berlangsung pada laju yang lebih tinggi.
Hasil reaksi dengan katalis M2 (Gambar 4.3) meningkat antara dua beban yang lebih
rendah (2,5 dan 5% berat) dan kemudian menurun dalam kasus terakhir (10% berat). Hasil pada
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa Li2O adalah spesi yang sangat aktif pada mayenit. Peningkatan
konsentrasi litium oksida pada mayenit (dari 5 hingga 10% berat impregnasi) dan katalis
pendukung memiliki sifat permukaan yang lebih besar, menimbulkan keterbatasan perpindahan
massa yang rendah dan konversi trigliserida yang tinggi. Sedikit penurunan hasil biodiesel ketika
10% berat katalis M2 dimasukkan ke dalam reaktor menunjukkan bahwa laju pengadukan yang
stabil dijaga konstan pada 180 rpm untuk semua percobaan dapat mempengaruhi lingkungan
reaksi yang mengurangi rezim turbulen di reaktor dan menyebabkan peningkatan pembatasan
perpindahan massa.
Menganalisis hasil katalis yang didukung alumina, dapat dilihat bahwa untuk katalis A1 hasil
terus meningkat dengan meningkatnya jumlah katalis (Gambar 4.4). Untuk impregnasi Li2O
(A2) yang lebih tinggi, hasil pertama turun dari batch pertama ke batch kedua dan akhirnya naik
ke hasil yang lebih tinggi dari yang awal (dalam kisaran 2,5 hingga 10% berat beban katalis).
Kecenderungan untuk A1 menunjukkan bahwa tidak ada batasan perpindahan massa dengan
meningkatnya jumlah katalis dalam reaktor, pada saat yang sama menunjukkan bahwa antara
2,5 dan 5% berat beban katalis, hasil tidak meningkat secara signifikan, dan pada jumlah yang
sangat tinggi. katalis (peningkatan katalis dari 2,5 menjadi 10 wt%) hasil biodiesel meningkat
dari 91 menjadi 98% hasil biodiesel menunjukkan bahwa katalis A1 kekurangan situs yang
lebih aktif untuk mencapai hasil biodiesel yang lebih tinggi. Kecenderungan dengan katalis A2
menunjukkan bahwa ada hambatan perpindahan massa pada jumlah katalis yang lebih rendah,
tetapi ketika meningkatkan jumlah katalis menjadi 10% berat, jumlah katalis yang banyak
membuat hasil naik karena situs katalitik yang lebih aktif terlibat dalam reaksi.

B. Hasil Transesterifikasi Katalis K2O


Pada Gambar 4.5, konversi minyak rapeseed diplot versus jumlah katalis dalam kisaran
jumlah katalis 2-6% berat (relatif terhadap berat minyak rapeseed). Seperti yang ditunjukkan
pada Gambar. 4.5 konversi minyak rapeseed menjadi metil ester meningkat dari 93,60 menjadi
98,62% karena jumlah katalis meningkat dari 2 menjadi 4 kali berat, kemudian menurun
dengan peningkatan lebih lanjut dalam jumlah katalis, yang dapat dikaitkan terhadap kerusakan
pencampuran karena jumlah katalis basa padat meningkat. Dalam penelitian ini, konversi

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022 55


maksimal dicapai dengan menggunakan jumlah katalis 4% berat, campuran reaksi tetap jernih
dan seperti cairan dan jumlah katalis dalam reaksi transesterifikasi berikutnya
Melinda, dalam
Karisma, pekerjaan
Kusnawati.
ini semuanya selanjutnya ditetapkan pada 4% berat.

Gambar 4.5 Pengaruh jumlah katalis pada konversi minyak rapeseed menjadi metil ester. Kondisi reaksi: suhu
Gambar
reaksi 3234.5
K, Pengaruh jumlah
rasio molar katalis pada15:1,
metanol/minyak konversi minyak
minyak rapeseed
rapeseed menjadin-heksana
2 g, jumlah metil ester. Kondisi
98,85 wt.%reaksi:
(relatifsuhu
reaksi 323 K, rasio molar metanol/minyak 15:1, minyak rapeseed 2 g, jumlah n-heksana
terhadap minyak rapeseed), kecepatan pengocokan 150 rpm (Liu, 2010) 98,85 wt.% (relatif
terhadap minyak rapeseed), kecepatan pengocokan 150 rpm (Liu, 2010)
Pengaruh suhu kalsinasi pada aktivitas katalis diringkas dalam Tabel 4.2. Seperti yang ditunjukkan
pada Pengaruh
Tabel 4.2, suhu
suhu kalsinasi pada aktivitas
kalsinasi dapat katalis diringkas
secara signifikan dalamaktivitas
mempengaruhi Tabel 4.2. Seperti
katalitik. yang
Secara
ditunjukkan
khusus, konversipada Tabel
minyak 4.2, suhu
rapeseed kalsinasi
menjadi dapat
metil ester secarameningkat
awalnya signifikan mempengaruhi
dengan aktivitas
suhu dan mencapai
katalitik. 98,62%
maksimum Secara pada
khusus,
suhukonversi
kalsinasi minyak rapeseed konversi
823 K. Kemudian, menjadi secara
metil bertahap
ester awalnya
menurun meningkat
dengan
dengan suhu dan mencapai maksimum 98,62% pada suhu kalsinasi 823 K. Kemudian,
peningkatan lebih lanjut pada suhu kalsinasi. Konversi hampir dapat diabaikan pada suhu kalsinasi konversi
secara1.123
1.023, bertahap menurun
dan 1.223 dengan
K. Oleh peningkatan
karena itu, 823 lebih lanjut
K jelas pada suhu
merupakan kalsinasi.
suhu kalsinasiKonversi hampir
optimal untuk
dapat diabaikan pada suhu kalsinasi 1.023, 1.123 dan 1.223 K. Oleh karena itu, 823 K jelas
K2CO3/c-Al2O3
merupakan suhu kalsinasi optimal untuk K2CO3/c-Al2O3
Tabel
Tabel4.24.2
Pengaruh suhu
Pengaruh kalsinasi
suhu pada
kalsinasi konversi
pada minyak
konversi rapeseed
minyak menjadi
rapeseed menjadimetil
metilester (Liu,
ester 2010)
(Liu, 2010)
Katalis Konversi (%)
Katalis Konversi (%) 0.00
Al2O dikalsinasi pada 823 K
Al3 2O3 dikalsinasi pada 823 K 0.00
K2CO / 3/ Al2O 52.70
K23CO Al32dikalsinasi pada
O3 dikalsinasi pada623
623KK 52.70
K2CO
K23CO/ 3/ Al2O Al32dikalsinasi pada
O3 dikalsinasi pada723
723KK 80.09 80.09
K2CO
K2CO / 3/ Al2O Al2dikalsinasi
O3 dikalsinasi pada823
pada 823KK 98.62 98.62
3 3
K CO / Al O dikalsinasi
K2CO23/ 3 Al2O32dikalsinasi
3 pada
pada 923923KK 64.05 64.05
K CO / Al O3 dikalsinasi pada 1023 K 2.16 2.16
K2CO23/ 3 Al2O32dikalsinasi pada 1023 K
K2CO3/ Al2O3 dikalsinasi pada 1123 K 1.30 1.30
K2CO3/ Al O dikalsinasi pada 1123 K
K2CO3/ 2 Al32O3 dikalsinasi pada 1223 K 0.76
K2CO3/ Al2O3 dikalsinasi pada 1223 K 0.76
Rasio stoikiometri metanol terhadap minyak rapeseed pada reaksi transesterifikasi adalah 3:1.
Namun, karena transesterifikasi adalah reaksi reversibel, konversi minyak rapeseed dapat ditingkatkan
hanya dengan memasukkan metanol dalam jumlah berlebih untuk menggeser kesetimbangan ke sisi
produk. Pengaruh perubahan rasio molar metanol ke minyak rapeseed pada konversi minyak rapeseed
dianalisa dalam rentang rasio molar 9:1 sampai 21:1.

56 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022


Rasio stoikiometri metanol terhadap minyak rapeseed pada reaksi transesterifikasi adalah
3:1. Namun, karena transesterifikasi adalah reaksi reversibel, konversi minyak rapeseed dapat
ditingkatkan hanya dengan memasukkan metanol dalam jumlah berlebih untuk menggeser
kesetimbangan ke sisi produk. Pengaruh perubahan rasio molar metanol ke minyak rapeseed
pada konversi minyak rapeseed dianalisa dalam rentang rasio molar 9:1 sampai 21:1.

Gambar 4.6 Pengaruh rasio molar pada konversi minyak rapeseed ke metil ester. Kondisi reaksi: suhu reaksi
323 K, jumlah
Gambar katalis 4 wt.%
4.6 Pengaruh rasio (relatif terhadap
molar pada minyak
konversi rapeseed),
minyak waktu
rapeseed reaksiester.
ke metil 3 jam, minyakreaksi:
Kondisi lobaksuhu
2 g, jumlah
reaksi
323 n-heksana
K, jumlah 98,85
kataliswt.% (relatif
4 wt.% terhadap
(relatif minyak
terhadap rapeseed),
minyak kecepatan
rapeseed), pengocokan
waktu reaksi 150 rpmlobak
3 jam, minyak (Liu, 22010)
g, jumlah
n-heksana 98,85 wt.% (relatif terhadap minyak rapeseed), kecepatan pengocokan 150 rpm (Liu, 2010)
Secara khusus, konversi minyak rapeseed meningkat dari 87,59 menjadi 98,62% karena rasio molar
metanol terhadap minyak rapeseed meningkat dari 9:1 menjadi 15:1. Namun, dengan peningkatan
lebihSecara khusus,
lanjut dalam konversi
rasio minyakminyak
molar, konversi rapeseed meningkat
rapeseed dari 87,59
mulai sedikit menjadi
menurun. 98,62%
Konversi karena
maksimum
rasio molar metanol terhadap minyak rapeseed meningkat dari 9:1 menjadi 15:1. Namun,
diperoleh pada rasio molar 15:1. Meskipun kelebihan metanol biasanya dipulihkan dan digunakan
dengan peningkatan
kembali dalam proseslebih lanjut
industri dalam
setelah rasio molar,
pemurnian, konversi
jumlah metanolminyak rapeseed mulai
yang berlebihan masih sedikit
dapat
menurun. Konversi maksimum diperoleh pada rasio molar 15:1. Meskipun kelebihan metanol
menyebabkan peningkatan biaya daur ulang. Oleh karena itu, pemilihan rasio molar yang optimal
biasanya dipulihkan dan digunakan kembali dalam proses industri setelah pemurnian, jumlah
harus mempertimbangkan peningkatan biaya proses.
metanol yang berlebihan masih dapat menyebabkan peningkatan biaya daur ulang. Oleh karena
itu, pemilihan rasio molar yang optimal harus mempertimbangkan peningkatan biaya proses.
KESIMPULAN
Litium diimpregnasi dengan alumina dan mayenit untuk digunakan sebagai katalis reaksi
KESIMPULAN
transesterifikasi minyak rapeseed.
Litium diimpregnasi denganKomposisi
alumina dan katalis yang disiapkan
mayenit masing-masing
untuk digunakan sebagaiadalah 5 sampai
katalis reaksi
10% berat Li
transesterifikasi
2 O, menghasilkan total sembilan katalis yang berbeda. Persiapan
minyak rapeseed. Komposisi katalis yang disiapkan masing-masing adalah 5 katalis menghasilkan
bahan
sampaidengan sifat fisik
10% berat Li2O,yang menguntungkan
menghasilkan totaldari luas permukaan,
sembilan katalis yangdiameter pori,Persiapan
berbeda. dan volume pori
katalis
(katalis mesopori).
menghasilkan bahanMetode yang
dengan digunakan
sifat untuk
fisik yang membuat katalis
menguntungkan dariberbasis mayenite pada
luas permukaan, penelitian
diameter pori,
danmampu
ini volumemeningkatkan
pori (katalissifat mesopori).
permukaanMetode
ketikayang digunakan untuk
diimpregnasikan denganmembuat katalishasil
Li 2O. Sebagai berbasis
dari
mayenite pada
percobaan penelitian
tersebut, katalis ini
yangmampu
didukungmeningkatkan
mayenite dengansifat permukaan
5% berat Liketika
2O (Mdiimpregnasikan
2) yang diresapi
dengan Li
menunjukkan 2
O. Sebagai hasil dari percobaan tersebut, katalis yang didukung
aktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan katalis lainnya. Katalis mayenite dengan
M2
5% berat Li O (M
menunjukkan2 peningkatan 2
) yang diresapi menunjukkan aktivitas yang jauh lebih tinggi
dari 60 hingga 100% dari hasil biodiesel, yang juga menunjukkan kinerja dibandingkan
dengan katalis lainnya. Katalis M2 menunjukkan
yang menguntungkan dibandingkan katalis
peningkatan dari 60 hingga 100% dari hasil
yang didukung pada alumina (hanya mencapai 96% dari
biodiesel, yang juga menunjukkan kinerja yang menguntungkan dibandingkan katalis yang
hasil biodiesel dalam kasus terbaik). Hasil yield paling optimum pada penggunaan katalis Li2O didapat
didukung pada alumina (hanya mencapai 96% dari hasil biodiesel dalam kasus terbaik). Hasil
pada
yield kondisi
paling suhu reaksipada
optimum 60oC,penggunaan
jumlah katalis 10 wt%,
katalis Li2Orasio methanol
didapat pada: minyak
kondisi 6:1,
suhuwaktu
reaksireaksi 2
60oC,
jam dengan
jumlah yield10sebesar
katalis wt%, 98%.rasio methanol : minyak 6:1, waktu reaksi 2 jam dengan yield sebesar
98%.Berdasarkan penelitian di atas, kondisi transesterifikasi yang optimal untuk minyak rapeseed
Berdasarkan
dengan katalis K2CO penelitian
3/c-Al2Odi atas, kondisi
3 adalah: suhu reaksi 50oC, jumlah
transesterifikasi yang optimal
katalis untuk
4 wt.%, minyak
rasio molarrapeseed
metanol
dengan katalis
terhadap minyakKlobak2
CO3/c-Al O3 adalah:
15:1, 2jumlah suhu
pelarut reaksi 50
n-heksana o
C, jumlah
adalah
­
katalis
98,85 wt.% dan4waktu
wt.%,reaksi
rasio 3molar
jam.
metanol terhadap
Konversi minyak bisa minyak lobak
setinggi 15:1, di
98,62% jumlah
bawahpelarut
kondisin-heksana
reaksi yangadalah 98,85n-Heksana
optimal. wt.% dansebagai
waktu
pelarut dapat meningkatkan kelarutan minyak rapeseed dengan metanol dan meningkatkan
pencampuran reaktan serta meningkatkan konversi minyak rapeseed menjadi metil ester. Selain itu,
titik didih n-heksana mendekati titik didih metanol. Oleh karena itu dapat disuling bersama dengan
metanol. Konversi
Majalah Ilmiahminyak rapeseed
Swara Patra menurun
Vol 12 No. 2 Tahundengan
2022 adanya air, menunjukkan bahwa air dapat 57
menghambat aktivitas katalitik K2CO3/c-Al2O3 yang dikalsinasi. Jadi reaktan harus dikeringkan
sebelum reaksi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengintensifkan stabilitas dan meningkatkan
umur katalis.
reaksi 3 jam. Konversi minyak bisa setinggi 98,62% di bawah kondisi reaksi yang optimal.
n-Heksana sebagai pelarut dapat meningkatkan kelarutan minyak rapeseed dengan metanol dan
meningkatkan pencampuran reaktan serta meningkatkan konversi minyak rapeseed menjadi
metil ester. Selain itu, titik didih n-heksana mendekati titik didih metanol. Oleh karena itu dapat
disuling bersama dengan metanol. Konversi minyak rapeseed menurun dengan adanya air,
menunjukkan bahwa air dapat menghambat aktivitas katalitik K2CO3/c-Al2O3 yang dikalsinasi.
Jadi reaktan harus dikeringkan sebelum reaksi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengintensifkan stabilitas dan meningkatkan umur katalis.

DAFTAR PUSTAKA
Borges, M.E., Dı´az, L. (2012). Recent developments on heterogeneous catalysts for biodiesel
production by oil esterification and transesterification reactions: a review. Renew. Sust.
Energy Rev. 16, 2839–2849
Hosseini SE, Wahid MA. (2021). Necessity of biodiesel utilization as a source of renewable
energy in Malaysia. Renew Sustain Energy ;16(8):5732-40
Juan JC, Kartika DA, Wu TY, Hin TYY. (2011). Biodiesel production from jatropha oil bycatalytic
and non-catalytic approaches: an overview. Bioresource Technology 102:452–60.
Kim H, Kang B, Kim M, Park YM, Kim D, Lee J, Lee K. (2004). Transesterification of vegetable
oil to biodiesel using heterogeneous base catalyst. Catal Today 93–95:315–320
Leung, D., Leung, M., Wu, X. (2010). A review on biodiesel production using catalyzed
transesterification. Appl. Energy 87, 1083–1095
Liu, Xianghua., Xiong, Xibgyao., et al. (2010). Preparation of Biodiesel by Transesterification of
Rapeseed Oil with Methanol Using Solid Base Catalyst Calcined K2CO3/c-Al2O3. China.
J Am Oil Chem Soc
Mallikappa DN, Reddy RP, Murthy CSN. (2012). Performance and emission characteristics of
double cylinder CI engine operated with cardanol bio fuel blends. Renew Energy 38(01):150-
4
Solis, Jerry., Berkemar, Albin., et al. (2016). Biodiesel from Rapeseed Oil (Brassica Napus) by
Supported Li2O and MgO. Bolivia. Energy Environ Eng
Vicente G, Martı´nez M, Aracil J. (2004). Integrated biodiesel production: a comparison of
different homogeneous catalysts systems. Bioresour Technol 92:297–305

58 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 12 No. 2 Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai