Anda di halaman 1dari 9

Indo. J. Chem. Sci.

5 (1) (2016)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

SINTESIS CaO.SrO DAN APLIKASINYA PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK


JELANTAH MENJADI BIODIESEL

Nuni Widiarti*) dan Endah Fitriani Rahayu


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui karakter katalis meliputi kristalini-
Diterima Desember 2015 tas, gugus fungsi dan luas permukaan serta aktifitasnya pada reaksi transesterifi-
Disetujui Januari 2016 kasi minyak menjadi biodiesel. Metode yang digunakan untuk sintesis CaO.SrO
Dipublikasikan Mei 2016 adalah metode kopresipitasi, sedangkan untuk sintesis biodiesel adalah reaksi
transesterifikasi dengan metode bath. Berdasarkan hasil analisis dengan XRD
menunjukkan penambahan loading SrO pada CaO berpengaruh terhadap kris-
Kata kunci:
talinitas katalis. Berdasarkan analisis dengan match katalis yang terbentuk
katalis
Ca(OH)2 dan SrCO3. Ca(OH)2 dan SrCO3 terbentuk karena proses kalsinasi yang
CaO.SrO
tidak sempurna sehingga CaO.SrO tidak terbentuk sempurna. Analisis dengan
biodiesel
BET menunjukkan katalis CaO.SrO mempunyai luas permukaan antara CaO dan
SrO. Aktivitas katalitik optimal diperoleh pada katalis CaO.SrO perbandingan
mol 1:1, jumlah katalis 1% (b/v) reaktan, waktu reaksi optimal 120 menit dengan
konversi biodiesel 96,6%. Biodiesel yang dihasilkan mempunyai densitas 0,851
g/mL dari aturan SNI (0,85-0,89) g/mL dan nilai viskositas kinematis sebesar
2,427 cSt dari aturan SNI 04-7128-2006 sebesar (2,3-6,0). Berdasarkan hasil
analisis GC-MS biodiesel yang dihasilkan mengandung metil miristat, metil
oleat, metil linoleat dan metil palmitat.

Abstract

The research about the title "Synthesis of CaO.SrO Nanoparticles Catalysts And Its
Application on Biodiesel Transesterification Reaction". The aims of this study is to
determine the character of catalysts included crystallinity and surface functional
group and also its activities on the transesterification reaction of oil into
biodiesel. The synthesis of CaO.SrO was used coprecipitation method, and the
synthesis of biodiesel was used transesterification method Bath. Based on XRD
analysis, results shows the addition of the CaO SrO loading has the influence on
the crystallinity of the catalyst. Catalyst formed Ca(OH)2 and SrCO3. The
Ca(OH)2 and SrCO3 was formed during the calcination process and CaO.SrO was
not completely formed. BET analysis showed CaO.SrO catalyst has a surface area
between CaO and SrO. Optimal catalytic activity obtained at CaO.SrO catalyst
mole ratio of 1: 1, the amount of catalyst 1% w/v of reactants, the optimal
reaction time of 120 minutes with a 96.6% conversion of biodiesel. Biodiesel that
was produced show has a density of 0.851 g/mL of rules SNI (0.85 to 0.89)
g/mL and the value of kinematic viscosity of 2,427 cSt of rules SNI 04-7128-
2006 of (2.3 to 6.0), the GCMS analysis of biodiesel containing methyl myristate,
methyl oleate, methyl linoleate and methyl palmitate.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
E-mail: wiwid_mgl_78@yahoo.com ISSN NO 2252-6951
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)
Pendahuluan memberikan hasil alkil ester yang sama dengan
Kajian penelitian yang berkaitan dengan CaO yang dihasilkan dari dekomposisi CaCO3
energi banyak dipusatkan pada produksi bio- pada suhu 700oC (konversi > 90%) (Alba-Rubio,
diesel, sebab biodiesel yang dapat digunakan et al.; 2009). Keuntungan menggunakan katalis
sebagai bahan bakar alternatif. Produksi bio- campuran CaO.ZnO dibandingkan CaO murni
diesel telah menjadi area penelitian yang sangat adalah tidak melarutnya fase aktif CaO pada
penting karena menghasilkan bahan bakar ter- media reaksi karena adanya interaksi yang kuat
barukan sehingga dapat mengatasi menipisnya antara sisi aktif dan support yang artinya kontri-
cadangan bahan bakar fosil. Biodiesel memiliki busi fase homogen dapat dihilangkan (Alba-
sifat sesuai dengan mesin diesel karena memiliki Rubio, et al.; 2009). Modifikasi CaO dapat di-
viskositas yang baik, angka cetane yang tinggi, lakukan dengan menggunakan oksida stron-
serta bebas dari sulfur. sium.
Biodiesel diperoleh melalui reaksi esterifi- Stronsium oksida merupakan oksida
kasi asam lemak minyak nabati atau hewani logam yang sangat aktif dan akan larut dalam
dengan alkohol menggunakan katalis asam atau media reaksi. Pada proses transesterifikasi
transesterifikasi dari trigliserida dengan alkohol minyak kedelai dengan SrO sebagai katalis basa
melalui katalis basa (McNeff, et al.; 2008). padat akan menghasilkan metil ester 90% yield.
Reaksi transesterifikasi dilakukan pada minyak Katalis ini stabil bahkan setelah 10 siklus reaksi.
yang mempunyai harga FFA (Free Fatty Acid) SrO dapat mempercepat banyak reaksi kimia,
rendah < 15% seperti minyak kemiri, minyak seperti pasangan oksidatif metana (gas),
goreng, dan CPO. Pada reaksi transesterifikasi, oksidasi selektif sejenis metan, dan reaksi nitro-
penggunaan katalis heterogen menjadi pilihan aldol (Zabeti; 2009).
untuk mengurangi biaya produksi biodiesel, Kombinasi CaO dan SrO merupakan salah
karena katalis mudah dipisahkan dari campuran satu cara untuk memaksimalkan aktivitas
reaksi dengan filtrasi, dapat digunakan kembali katalis CaO dengan cara meningkatkan konsen-
(recovery), dan memiliki sedikit sifat korosif trasi permukaan sisi aktifnya melalui impregnasi
(Carmo, et al.; 2009). dan presipitasi. Wang, et al. (2006) telah men-
Katalis heterogen yang sering digunakan sintesis CaO-ZrO2 dengan menggunakan
pada reaksi transesterifikasi adalah logam alkali metode presipitasi. Pada penelitian tersebut
oksida yang di-support-kan pada Al2O3 seperti CaO-ZrO2 memiliki kekuatan basa yang lebih
Na/NaOH/Al2O3. Katalis ini memiliki kekuat- tinggi yang ditunjukkan dengan kurva TPD-
an basa yang tinggi (H_ = 37) dan sangat aktif CO2 pada puncak desorpsi katalis CaO-ZrO2
untuk reaksi transeserifikasi pada minyak tum- yang muncul pada suhu 475oC. Ngamcharussri-
buhan. Pada kondisi reaksi optimasi aktivitas vichai, et al. (2008), menyiapkan katalis campur-
katalis heterogen Na/NaOH/Al2O3 menunjuk- an oksida Ca dan Zn dengan menggunakan
kan konversi yang hampir sama dengan katalis Na2CO3 sebagai agen pengendap basa. Pada
homogen NaOH (konversi 94%) (Kim , et al.; penelitian tersebut disintesis katalis CaO.ZnO
2004) akan tetapi komponen aktif oksidanya dengan perbandingan atom Ca dan Zn dari 0,25
sangat higroskopis dan mudah larut dalam sampai 4, tetapi katalis yang diperoleh mem-
metanol, sehingga kurang sesuai untuk diapli- punyai ukuran partikel yang masih cukup besar
kasikan di industri. (0,2-9,7 µm). Widiarti (2014) mengkombinasi-
CaO merupakan katalis aktif dan telah kan CaO dengan SrO melalui impregnasi. Pada
lama diteliti untuk reaksi transestrifikasi karena penelitian tersebut diperoleh konversi minyak
harganya yang murah, memiliki kekuatan basa hingga 92%. Namun dengan impregnasi partikel
yang tinggi (H_= 26.5) (Liu, et al.; 2008) serta katalis yang dihasilkan juga masih besar.
sedikit larut dalam metanol (Gryglewicz, et al.; Aktifitas katalis juga dipengaruhi oleh luas
1999). CaO mempunyai aktifitas yang tinggi permukaan dan ukuran partikel. Luas per-
pada reaksi sintesis biodiesel. Namun pengguna- mukaan per satuan masa katalis dapat diper-
an katalis CaO tunggal pada reaksi sintesis besar dengan memperkecil ukuran padatan
biodiesel membutuhkan waktu realtif lama katalis misalnya dengan membuat padatan kata-
hingga 3 jam. Modifikasi CaO diupayakan lis berukuran nanopartikel. Pada reaksi trans-
untuk meningkatkan aktivitasnya dalam reaksi esterifikasi penggunaan katalis dengan ukuran
transesterifikasi minyak menjadi biodiesel. yang lebih kecil dapat meningkatkan jumlah
Salah satunya kombinasi CaO dan ZnO pada metil ester yang dihasilkan. Ngamcharussrivi-
reaksi transesterifikasi minyak biji matahari chai, et al.; (2008), menyimpulkan bahwa katalis
20
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)

campuran oksida Ca dan Zn dengan per- dicuci dengan air deioniasi dan aceton serta
bandingan atom Ca dan Zn sebesar 0,25 hingga dikeringkan dalam oven pada 120oC selama satu
1 menghasilkan metil ester yang paling besar malam. Sebelum digunakan sebagai katalis,
(konversi 93,5%) dibandingkan katalis dengan padatan kering dikalsinasi dalam furnace pada
perbandingan atom Ca dan Zn sebesar 1,5 temperatur 800oC selama 2-6 jam.
hingga 4. Hal ini karena katalis dengan per- Katalis CaO.SrO nanopartikel dikarakteri-
bandingan atom Ca dan Zn sebesar 0,25 hingga sasi menggunakan teknik difraksi sinar-X
1 memiliki ukuran partikel yang lebih kecil (XRD) untuk identifikasi fase kristal katalis
sehingga bisa menghasilkan luas permukaan dengan radiasi Cu K ( = 1.5405 Å) pada 40
yang lebih besar. kV dan 30 mA, 2 1,5–40o dan kecepatan scan
Berdasarkan uraian tersebut pada peneliti- 0,02o/detik. Adsorpsi nitrogen digunakan untuk
an ini disintesis CaO.SrO nanopartikel dengan analisis struktur pori. Sampel sebanyak 0,2 g
metode kopresipitasi dan hidrotermal untuk diberi perlakuan dengan gas nitrogen dengan
meningkatkan aktivitas katalis CaO dan me- laju aliran 30 cm3/menit pada suhu 200oC
ngurangi sifat homogen CaO pada reaksi selama 1 jam dan didinginkan untuk adsorpsi
sintesis biodiesel. Dengan metode kopresipitasi dan desorpsi nitrogen pada suhu 77oC.
ini diharapkan menghasilkan CaO.SrO nano- Reaksi transeterifikasi dilakukan berdasar-
partikel yang mirip sifatnya dengan katalis kan metode yang telah dilakukan Rhesa, et al.
CaO.ZnO pada reaksi pembentukan biodiesel. (2012) yang dikombinasi. Pada reaksi ini
SrO dipakai sebagai katalis modifikasi pada digunakan labu alas bulat ukuran 100 mL yang
CaO karena Sr berada pada satu golongan dilengkapi kondensor refluks dan pendingin.
dengan Ca sehingga mempunyai sifat yang Pada tahap awal dicampurkan katalis CaO.SrO
mirip. nanopartikel nanopartikel-X dengan metanol
Metode Penelitian (Persen massa katalis terhadap minyak goreng
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 2% (b/b)) selanjutnya dicampur dan diaduk
adalah hotplate magnetic stirrer, oven, neraca dalam reactor microwave. Campuran katalis dan
analitik, reaktor autoklaf stainless steel, instru- metanol selanjutnya dituang ke dalam reaktor
men X­Ray Diffraction Phillips Expert, FT­IR bersama 25 mL minyak dengan komposisi
Shimadzu Instrument Spectrum One 8400S, Quanta­ molar methanol : minyak 1:3. Produk yang
chrome Instruments untuk adsorpsi N2, microwave, dihasilkan dari reaksi transesterifikasi selanjut-
seperangkat reaktor batch, kromatografi gas nya didiamkan dan didinginkan hingga ter-
Agilent 6890 Series. Bahan-bahan yang diperlu- bentuk dua lapisan, lapisan atas (biodiesel)
kan adalah asam oksalat, Sr nitrat, Ca asetat, dari lapisan bawah (gliserol). Selanjutnya bio-
NH4OH, urea, air deionisasi, asam asetat, diesel (lapisan atas) yang terbentuk dicuci
metanol dengan grade pro analyst buatan Merck, dengan aquades untuk mencegah adanya
dan minyak jelantah. kontaminasi. Setelah itu biodiesel yang dihasil-
Katalis disintesis dengan melarutkan kan dianalisis dengan menggunakan GC.
Ca(CH3COO)2.H2O dan Sr(CH3COO)2.2H2O Hasil dan Pembahasan
dalam air deionisasi hingga homogen dengan Karakterisasi kristalinitas CaO.SrO dilaku-
perbandingan molar (1:4; 2:3; 1:1; 3:2 dan 4:1). kan dengan menggunakan XRD untuk mencari
Larutan selanjutnya ditambah larutan encer informasi mengenai derajat kemurnian, kris-
H2C2O4.2H2O secara berlahan-lahan secara talinitas dan kisi kristal (Kwayke-Awuah; 2008).
berlahan-lahan sambil diaduk dengan kece- Puncak-puncak difraksi sinar -X direkam
patan 230 rpm pada temperatur kamar. Ketika dengan PW Philips menggunakan filter Ni
H2C2O4.2H2O ditambahkan sebagai agen peng- sumber sinar Cu K dengan range 2 = 20-70o.
endap, pH larutan dijaga antara 7 dan 8 dengan Pola difraksi sinar-X untuk CaO, SrO, CaO.SrO
penambahan larutan NH4OH. Campuran yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 menun-
dihasilkan kemudian didiamkan semalaman jukkan pola difraksi CaO, SrO dan CaO.SrO
(sekitar 20 jam) pada 60oC. Hidrolisis urea yang merupakan pola difraksi gabungan antara
dilakukan dengan menstirer campuran larutan CaO dan SrO. Difraktogram hasil uji XRD
logam asetat dengan larutan urea pada menunjukkan katalis CaO muncul puncak-
temperatur kamar (pH campuran 8-9). Campur- puncaknya pada 2 = 32,780o dan 64,350o,
an yang terbentuk selanjutnya disimpan dalam sedangkan SrO ditunjukkan dengan kemuncul-
autoclave dan dihidrothermal pada 110oC an peak pada 2 = 25,202o; 29,643o; 34,650o dan
selama 24 jam. Produk diperoleh kemudian 49,952o. Sedangkan pada katalis CaO.SrO
21
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)

puncak-puncak 2 = 25,223o; 29,790o; 31,687o; Perubahan juga terjadi pada sudut difraksi (2)
59,478o; 62,638o; 64,192o mengalami pergesaran yang mengalami pergeseran dan intensitasnya
dan penurunan intensitas karena adanya menurun. Irvantino (2013) menjelaskan, pening-
pengaruh perlakuan terhadap katalis CaO katan kristalinitas sangat penting terkait sifat
termodifikasi SrO. Pergesaran puncak karakter katalitiknya. Kristalinitas yang tinggi membuat
dan tingkat kristalinitas CaO sudah terlihat pengemban bebas dari berbagai pengotor serta
pada perbandingan molar CaO.SrO 4:1. Adanya sifat-sifat fisik seperti sifat katalitik semakin
SrO pada CaO.SrO menyebabkan kristalinitas tinggi, stabilitas pada suhu tinggi semakin baik,
CaO semakin berkurang, hal ini terlihat pada dan luas permukaan yang semakin luas. Jika
puncak karakteristik CaO pada 2 = 32,5 dan terjadi penurunan intensitas maka sifat katalitik-
64,2 yang semakin menurun seiring dengan nya semakin turun. Berdasarkan analisis dengan
kenaikan % penambahan SrO. Adanya SrO difraksi sinar X juga menunjukkan bahwa
pada CaO.SrO menyebabkan kenaikan kristali- material yang dihasilkan mempunyai ukuran
nitas SrO yang terlihat pada 2 = 58,8 dan 2 = antara 15-50 nm yang berarti material CaO.SrO
62,8 yang mengalami kenaikan seiring dengan berukuran nanopartikel.
penambahan SrO pada CaO. Puncak difraksi Luas permukaan (surface area, Sg, m2g-1)
pada 2 = 34,06 yang terlihat pada difraktogram merupakan parameter yang paling penting
merupakan pola difraksi gabungan CaO dan dalam disain katalis heterogen. Luas permukaan
SrO karena pada masing-masing katalis baik total merupakan kriteria krusial untuk katalis
SrO maupun CaO mempunyai puncak karakter padat karena sangat menentukan jumlah situs
pada 2 = 34 dan 25. aktif di dalam katalis yang berhubungan dengan
aktifitas katalis. Pada penelitian ini penentuan
luas permukaan katalis dilakukan dengan
adsorpsi-desorpsi nitrogen. Adsorpsi-desorpsi
nitrogen dilakukan dengan menggunakan ins-
trumen Quantochrome NovaWin dengan suhu
bath 77,3 K.
Perhitungan luas permukaan katalis
CaO.SrO, ditentukan dengan metode BET
(Brunauer, Emmet, Teller). Metode ini merupakan
metode ini paling sesuai untuk penentuan luas
permukaan berdasarkan adsorpsi fisik dari suatu
padatan, dengan asumsi bahwa adsorben
Gambar 1. Pola difraksi XRD katalis CaO,SrO mempunyai permukaan yang homogen dan
dan CaO.SrO molekul-molekul adsorbat bisa membentuk
Secara keseluruhan katalis CaO.SrO mem- lebih dari satu lapisan adsorbat pada permuka-
punyai pola difraktogram yang sama dengan annya. Hasil pengukuran luas permukaan (BET)
katalis CaO dan katalis SrO. Hal ini menunjuk- CaO, SrO dan CaO.SrO ditunjukkan pada Tabel
kan terjadinya modifikasi pada katalis CaO.SrO. 1.
Yulianti, et al. (2014) melakukan pengujian Tabel.1. Luas permukaan katalis CaO.SrO
XRD terhadap CaO.ZnO dan membanding- hasil sintesis
kannya dengan CaO dan ZnO murni sehingga
memperoleh kesimpulan serupa. Namun,
kenaikan kristalinitas yang diperoleh setelah
proses modifikasi menjadi kurang maksimal
dikarenakan suhu kalsinasi yang kurang mak-
simal sehingga terjadi hidrasi dan rekarbonasi
pada katalis, yang menyebabkan terbentuknya
CaCO3, Ca(OH)2 dan Sr-karbonat. Kalsinasi Tabel 1. menunjukkan luas permukaan
pada suhu yang kurang maksimal hanya dapat katalis CaO hasil sintesis sebesar 11,400 m2/g,
menjangkau bagian permukaan luar pori katalis, hasil ini lebih besar dengan hasil penelitian
untuk meningkatkan kemurnian katalis dari Arzamendi, et al. (2008) yang berhasil men-
berbagai pengotor yang lebih tinggi dan tidak sintesis CaO dengan luas permukaan 10 m2/g,
merusak struktur katalisnya diperlukan kalsinasi sedangkan SrO hasil sintesis mempunyai luas
pada suhu di atas 900oC (Zhu, et al.; 2006). permukaan yang lebih besar dari hasil penelitian

22
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)

Liu, et al. (2007) sebesar 1,820 m2/g dari 1,05 ester yang tinggi, yang ditandai dengan luas area
m2/g. Katalis CaO.SrO mempunyai luas per- produk yang paling besar. Namun pada reaksi
mukaan yang berbeda dengan CaO dan SrO ini tidak ditentukan selektivitas katalis karena
tunggal. Adanya SrO yang didopingkan pada semua metil ester yang terbentuk dianggap
CaO menyebabkan luas permukaan CaO sebagai precursor bidiesel.
semakin berkurang, hal ini terlihat dengan Optimasi katalis dilakukan dengan me-
semakin banyak komponen SrO yang didoping- reaksikan minyak kelapa sawit menggunakan
kan mengakibatkan luas permukaan CaO.SrO metanol pada energi microwave dan waktu
semakin berkurang dari 12,566 m2/g, 10,217 optimal yaitu daya 640 Watt (80%) dan waktu 7
m2/g dan 4,512 m2/g, namun demikian katalis menit dengan jumlah katalis 1% (b/v) reaktan
modifikasi ini mempunyai luas permukaan yang total. Katalis yang digunakan dalam reaksi ini
lebih besar dibanding dengan SrO murni yang adalah perbandingan molar katalis CaO, SrO,
mempunyai luas permukaan sebesar 1,8 m2/g. 1:1 CaO.SrO, 2:3 CaO.SrO, 3:2 CaO.SrO, 1:4
Secara keseluruhan CaO.SrO hasil sintesis yang CaO.SrO, dan 4:1 CaO.SrO. Metil ester hasil
mempunyai luas permukaan diantara CaO dan reaksi transesterifikasi menggunakan berbagai
SrO. Hasil ini menunjukkan bahwa memodifi- perbandingan molar katalis yang diperoleh
kasi CaO dengan spesies Sr mempengaruhi luas berdasarkan luas area dari hasil GC dapat
permukaan CaO dan membantu untuk men- dilihat pada Tabel 2.
disperse spesies Sr ke seluruh permukaan CaO. Tabel 2. % metil ester yang dihasilkan dari
Pernyataan ini didukung oleh Yoosuk, et al. reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit pada
(2010) yang mengungkapkan bahwa spesies Sr optimasi perbandingan katalis utuk reaksi
dapat tersebar ke seluruh permukaan MgO
sehingga menghasilkan luas permukaan katalis
MgO.SrO lebih besar dari SrO murni dan lebih
rendah dari luas permukaan MgO.
Reaksi transesterifikasi minyak merupakan
bagian dari proses pembuatan biodiesel. Reaksi
transesterifikasi dilakukan pada minyak yang
mempunyai harga Free Fatty Acid (FFA) yang
Tabel 2. menunjukkan bahwa CaO dan
rendah, sehingga jika minyak mempuyai harga
SrO merupakan katalis aktif pada reaksi
FFA yang tinggi perlu dilakukan pre treatment
transesterifikasi minyak kelapa sawit menjadi
terlebih dahulu dengan proses adsorbs atau
biodiesel, baik berupa oksida logam tunggal
dengan reaksi esterifikasi. Sampel minyak yang
maupun gabungannya. Perolehan metil ester
digunakan dalam reaksi transesterifikasi adalah
pada katalis SrO sebesar 88,1%, sedangkan CaO
minyak kelapa sawit (minyak goreng beserta
hanya memperoleh metil ester sebesar 81,4%.
minyak goreng bekas sisa penggorengan.
Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh
Minyak kelapa sawit langsung digunakan pada
Indah (2011) yang mensintesis biodiesel dari
reaksi transesterifikasi karena mempunyai harga
minyak kelapa sawit dengan menggunakan
FFA 0,139% (data primer), sedangkan pada
katalis CaO dan SrO. Pada reaksi selama 30
minyak jelantah dilakukan pemurnian terlebih
menit katalis CaO memberikan konversi sebesar
dahulu melalui proses adsorbs sampai
18,31%, sedangkan SrO memberikan konversi
mendapatkan FFA rendah seperti minyak
53,02%. Dari hasil penelitian Indah (2011) dan
goreng awal. Metode yang digunakan untuk
data primer menunjukkan bahwa SrO
reaksi transesterifikasi merupakan gabungan
mempunyai sifat aktivitas yang lebih tinggi, hal
antara metode bath dan dengan microwave.
ini terjadi karena sifat kebasaan SrO yang lebih
Microwave dilakukan untuk menentukan jenis
tinggi dibanding dengan CaO. Sifat basa yang
katalis yang optimum sedangkan metode bath
dimiliki SrO akan meningkatkan keelektro-
digunakan untuk menentukan waktu reaki
negatifan kation logam terkonjugasi. Keelektro-
optimum dan untuk menentukan apakah metil
negatifan kation logam terkonjugasi ini akan
ester hasil sintesis sesuai dengan kriteria
meningkatkan gaya atraktif elektron kation
biodiesel atau tidak.
logam terkonjugasi dan sifat kebasaan anion
Optimasi jenis katalis dilakukan untuk oksigen. Sifat kebasaan anion oksigin ini akan
mengetahui katalis yang paling besar aktivitas- menentukan aktivitas katalitik pada logam
nya pada reaksi transesterifikasi. Katalis yang oksida logam alkali tanah (Kouzu, et al.; 2008).
paling optimal ditandai dengan konversi metil
Katalis CaO.SrO hasil sintesis juga
23
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)

mempunyai aktivitas yang tinggi. Karena terbentuk 92%. Dari Gambar 3. juga menunjuk-
menghasilkan metil ester lebih dari 50%. kan bahwa 120 menit adalah waktu optimal
Berdasarkan Tabel 2. dapat diperoleh grafik untuk aktiitas katalis SrO.CaO pada reaksi
aktivitas katalis CaO.SrO sebagaimana terlihat transesterifikasi minyak menjadi metil ester.
pada Gambar 2. Pada waktu reaksi ke 120 menit diperkirakan
telah terjadi kesetimbangan reaksi, sehingga
dengan bertambahnya waktu tidak menghasil-
kan produk dengan jumlah yang berarti. Waktu
optimal reaksi 120 menit ini juga diperoleh
Alba-Rubio, et al. (2010) yang mensintesis
minyak bunga matahari menjadi biodiesel
dengan menghasilkan rendemen biodiesel >
90%. Penurunan prosentasi produk metil ester
pada menit ke 150 disebabkan karena metil ester
yang telah terbentu telah bercampur dengan
Gambar 2. Metil ester hasil reaksi transesterifi- gliserol sehingga sulit dipisahkan pada saat
kasi dengan variasi jenis katalis
pemurniannya.
Gambar 2. menunjukkan aktifitas katalitik
katalis modifikasi CaO.SrO terhadap reaksi
transesterifikasi minyak menjadi metil ester.
Modifikasi CaO dengan SrO dapat meningkat-
kan aktifitas katalis, semakin besar perbanding-
an SrO terhadap CaO aktifitas katalis semakin
besar. Aktifitas katalis mencapai optimal pada
perbandingan CaO:SrO = 1:1 yang menghasil-
kan metil ester sebesar 94,86% sedangkan
loading SrO:CaO = 3:2 dan SrO:CaO = 4:1
aktifitas katalis semakin menurun, dan men-
dekati aktifitas katalis SrO tunggalnya. Jika
dihubungkan dengan luas permukaan yang Gambar 3. Produk metil ester terhadap variasi
waktu
terbentuk menunjukkan adanya hubungan yang
Katalis merupakan zat kimia yang dapat
signifikan antara luas permukaan dengan aktifi-
mempercepat laju reaksi dan terlibat di dalam
tas katalis. Semakin banyak SrO yang ditambah-
reaksi kimia walaupun zat itu sendiri tidak ikut
kan dalam modifikasi CaO.SrO menghasilkan
bereaksi secara permanen. Suatu reaksi dengan
katalis yang luas permukaanya semakin kecil.
bantuan katalis akan mengakibatkan molekul-
Dengan luas permukaan semakin kecil maka
molekul reaktan akan teradsorp pada permuka-
sisi aktif yang terbentuk juga semakin kecil.
an aktif katalis sehingga kemungkinan terjadi-
Optimasi waktu reaksi untuk reaksi nya tumbukan antar molekul-molekul reaktan
transesterifikasi dilakukan dengan mengguna- akan semakin besar (Arita, et al.; 2008). Katalis
kan metode batch karena jumlah volume minyak yang digunakan pada optimasi jumlah katalis
yang digunakan relatif banyak yaitu 25 mL ini ialah CaO yang termodifikasi SrO dengan
sedangkan untuk menggunakan microwave rasio mol (1:1) yang memiliki ukuran partikel
volume yang dibutuhkan hanya 1 mL minyak. nano. Dengan ukuran ukuran partikel katalis
Pada optimasi ini dilakukan pada katalis yang kecil diharapkan tumbukan antara katalis
CaO;SrO = 1:1, jumlah katalis 4% dari volume dengan reaktan semakin tinggi sehingga
total. Hasil optimum transesterifikasi variasi aktivitas katalitiknya semakin besar.
waktu grafik yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Variasi jumlah katalis dilakukan bertujuan
Gambar 3 menunjukkan persen produk untuk mengetahui jumlah katalis optimum yang
metil ester hasil reaksi transesterifikasi minyak dapat digunakan dalam reaksi transesterifikasi
dengan variasi waktu reaksi. Dari gambar minyak dengan metanol untuk memperoleh
tersebut terlihat % metil ester mengalami konversi metil ester yang maksimal. Variasi
kenaikan dari waktu reaksi 30 hingga 120 menit jumlah katalis dilakukan pada katalis CaO.SrO
dan mencapai % maksimal pada waktu reaksi (1:1) dengan variasi 1, 2, 4, 6, dan 8% (b/v)
120 menit sebanyak 94,8 %. Namun % produk terhadap massa total reaktan.
metil ester selanjutnya menurun pada waktu
Optimasi jumlah katalis CaO.SrO dilaku-
reaksi 150 menit dengan metil ester yang
24
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)

kan dengan menggunakan waktu reaksi kondisi bermasalah dalam pencampuran dan perminta-
optimum yaitu 120 menit. Berdasarkan hasil an konsumsi daya yang lebih tinggi untuk
analisis dengan menggunakan GC menunjuk- pengadukan. Masalah tersebut akan meng-
kan persen luas area produk tertinggi yang akibatkan aktivitas katalitik katalis menurun
dihasilkan sebesar 95,84% pada penggunaan seiring dengan menurunnya fungsi sisi aktif
jumlah katalis sebesar 1% (b/v) terhadap jumlah katalis, dan proses adsorpsi molekul-molekul
total minyak jelantah dan metanol. Persentase reaktan pada permukaan aktif katalis akan
luas area produk dengan variasi jumlah katalis terganggu karena pengendapan katalis. Selain
dapat dilihat pada Gambar 4. itu ungkapan (Arita, et al. (2008) juga menun-
jukkan bahwa jumlah katalis yang melebihi
konversi kesetimbangan tidak akan berpengaruh
terhadap hali reaksi artiya jumlah produks tidak
akan mengalami penambahan secara signifikan.
Hasil optimasi dari reaksi transesterifikasi
variasi waktu dan jumlah katalis menunjukkan
waktu reaksi transesterifikasi dan jumlah katalis
CaO.SrO (1:1) yang maksimal berturut-turut
adalah 120 menit (2 jam) dan 1%. Hasil opti-
masi tersebut dilakukan reaksi transesterifikasi
kembali dengan rasio volume minyak:metanol
Gambar 4. Pengaruh variasi jumlah katalis (1:3) atau (25 mL : 75 mL), suhu reaksi 65oC,
Gambar 4. menunjukkan penggunaan kecepatan pengadukan 300 rpm, waktu reaksi
katalis sebanyak 1% menghasilkan persen luas 120 menit, dan persen jumlah katalisnya 1%
area produk sebesar 95,84%. Persen luas area (b/v) terhadap volume reaktan. Pengulangan
produk mengalami penurunan pada pengguna- reaksi transesterifikasi dilakukan untuk me-
an katalis 2-8% katalis yang menghasilkan ngetahui apakah biodiesel yang dihasilkan telah
produk berturut-turut 94,62; 93,22; 91,42 dan memenuhi sebagian kualitas biodiesel dari SNI
90,32%. Hal ini menunjukkan kondisi optimum serta untuk mengetahui konversi produk yang
jumlah katalis diperoleh pada penggunaan dihasilkan. Persentase rendemen biodiesel hasil
katalis 1%. Penambahan jumlah katalis tidak optimasi kemudian dihitung dengan cara mem-
menyebabkan peningkatan jumlah produk yang bandingkan volume biodiesel dengan volume
dihasilkan karena semakin banyak jumlah minyak jelantah sebagai bahan awal. Pada
katalis yang ditambahkan mengakibatkan kondisi optimal dihasilkan biodiesel murni
terjadinya proses adsorbsi reaktan pada katalis, sebanyak 24,1 mL dari volume minyak yang
sehingga ketika reaktan memasuki sisi aktif digunakan sebesar 25 mL. Hasil perhitungan
katalis terjadi penumpukan salah reaktan mendapatkan persen rendemen biodiesel yang
sehingga dalam sisi aktif tersebut tidak terjadi dihasilkan sebesar 96,4%.
kontak antara reaktan yang berperan dalam Berdasarkan hasil karakterissasi dengan
rekasi dalam hal ini metanol dengan trigliserida. XRD dan analisa dengan program Match
Pernyataan ini juga telah diungkapkan Aziz menunjukkan bahwa katalis CaO.SrO yang
(2007) yang menyatakan bahwa banyaknya terbentuk tidak murni melainkan sebagian besar
katalis menyebabkan terhadangnya kontak membentuk Ca(OH)2 dan CaCO3. Terbentuk-
antara minyak dan metanol, sehingga kenaikan nya CaCO3 dan Ca(OH)2 karena CaO merupa-
konversi hasil biodiesel pada jumlah katalis 1% kan katalis yang reaktif, sehingga jika ada
ke 1,25% tidak berarti. Secara keseluruhan kondisi yang memungkinkan terjadi kontak
konversi pada jumlah katalis 1% lebih tinggi dengan udara maka akan segera terbentuk
dari jumlah katalis 1,25%, karena terjadi reaksi CaCO3 dan Ca(OH)2. Hal ini sesuai dengan
samping antara katalis dengan minyak yang pernyataan Kouzu, et al. (2008) yang menyata-
menyebabkan menghalangi kontak antara kan bahwa CaO sangatlah reaktif dan bereaksi
minyak dan metanol, sehingga kecepatan reaksi spontan dengan lingkungan sekitar membentuk
dan konversi yang dihasilkan menurun. hidroksida dan karbonat. Guna menghindari
Pernyataan serupa juga dinyatakan oleh Wendi terbentuknya CaCO3 dan Ca(OH)2 perlakuan
(2015) yang menyatakan bahwa akibat dari dalam proses kalsinasi sebaiknya dilakukan di
meningkatnya jumlah katalis, campuran katalis atas suhu 900oC, karena pada suhu yang tinggi
dan reaktan menjadi terlalu kental, sehingga akan menghasilkan penurunan kandungan

25
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)

CaCO3 dan Ca(OH)2 dalam katalis dan akan Vegetable Oil to Biodiesel using Hetero-
terdekomposisi sempurna (Zhu, et al.; 2006). geneous Base Catalyst. Catalytic Today, 93-
Xin, et al. (2009) mengungkapkan bahwa nano- 95: 315-320
partikel CaCO3 akan terdekomposisi pada suhu Kouzu, M., T. Kazuno, M. Tajika, S.
Yamanaka, & J. Hidaka. 2008a. Active
1000oC menjadi nanopartikel CaO, oleh karena Phase of Calcium Oxide Used as Solid
itu kalsinasi dilakukan pada suhu rata-rata Base Catalyst for Transesterification of
1000oC. Terbentuknya komponen CaCO3 dan Soybean Oil with Refluxing Methanol.
Ca(OH)2 selain CaO dan SrO pada katalis hasil Applied Catalysis A, 334: 357-365
sintesis tidak banyak berpengaruh terhadap Kouzu, M., T. Kazuno, M. Tajika, Y. Sugimoto,
aktivitas katalis karena masih menunjukkan S. Yamanaka, & J. Hidaka. 2008b.
performa katalitik yang baik pada reaksi Calcium Oxide as a Solid Base Catalyst for
Transesterification of Soybean Oil and its
transesterifikasi minyak menjadi biodiesel. Hal Application to Biodiesel Production. Fuel,
ini dibuktikan dengan persen metil ester yang 87: 2798-2806
dihasilkan masih tinggi, serta tidak terbentuk- Mc Neff, C.V. dan Mc Neff, L. 2008. A
nya komponen lain setelah digunakan reaksi Continuous System for Biodiesel
transesterifikasi. Production. Applied Catalytic. A: General,
343: 39-48
Simpulan
Ngamcharussrivichai, C., Totarat, P., dan
Katalis CaO.SrO mempunyai karakter kris- Bunyakiat, K. 2008. Ca and Zn mixed
talin, berukuran nanopartikel, dan luas per- oxide as a heterogeneous base catalyst for
mukaan diantara luas permukaan CaO dan SrO, transesterification of palm kernel oil.
namun masih mengandung senyawa Ca(OH)2 Applied Catalysis A: General, 341: 77-85
dan Sr(CO)3. Kondisi optimal katalis CaO.SrO Rhesa P.P., Gria, A.W., Pantjawarni, P., dan
hasil sintesispada reaksi transesterifikasi minyak Mahfud. 2012. Pembuatan Biodiesel
diperoleh pada katalis CaO.SrO dengan per- Secara Batch dengan Memanfaatkan
Gelombang Mikro. Jurnal Teknik ITS, 1(1):
bandingan mol (1:1), waktu reaksi 120 menit ISSN: 2301-9271
dan jumlah katalis 1% dari massa total reaktan Wendi, V., Cuaca, & Taslim. 2015. Pengaruh
dengan menghasilkan % metil ester sebesar Suhu Reaksi dan Jumlah Katalis pada
96,4% Pembuatan Biodiesel dari Limbah Lemak
Daftar Pustaka Sapi dengan Menggunakan Katalis
Alba-Rubio, A.C., Santamaria-Gonzalez, J., dan Heterogen CaO dari Kulit Telur Ayam.
Josefa, M. 2010. Heterogeneous Trans- Jurnal Teknik Kimia USU, 1(4): 35-41
esterification Processes by Using CaO Widiarti N, E. Kusumastuti. 2014. Modifikasi
Supported On Zinc Oxide as Basic Katalis CaO Dan SrO Pada Reaksi Trans­
Catalysts. Catalysis Today, 149: 281-287 esterifikasi Minyak Jelantah Menjadi Metil
Arzamendi, G., E. Arguinarena, I. Campo, S. Ester Menggunakan Microwave. Laporan
Zabala, L.M. Gandia. 2008. Alkaline and Penelitian Hibah MIPA 2014. FMIPA
Alkaline-earth Metals Compounds as UNNES Semarang
Catalysts for the Methanolysis of Xin, B.H., S.X. Zhen, L.X. Hua, & L.S. Yong.
Sunflower Oil. Catalysis Today, 133-135: 2009. Synthesis of Porous CaO Micro-
305-313 sphere And Its Aplication in Catalyzing
Carmo, A.C., Luiz, K.C., Carlos, E.F., Longo, Transesterification Reaction for Biodiesel.
E., José, R.Z, dan Geraldo, N. 2009. Trans Nonferrous Met. Soc, 19: 674-677
Production of Biodiesel by Esterification Yoosuk, B., P. Krasae, B. Puttasawat, P.
of Palmitic Acid over Mesopori Alumino- Udomsap, N. Viriya-empikul, & K.
Silicate Al-MCM-41. Fuel, 88: 461-468 Faungnawakij. 2010. Magnesia modified
Gryglewicz, S. 1999. Rapeseed Oil Methyl with strontium as a solid base catalyst for
Esters Preparation using Heterogeneous transesterification of palm olein.Chemical
Catalysts. Bioresource Technology, 70: 249- Engineering Journal, 162: 58-66
253 Yulianti, C.H, R. Ediati, D. Hartanto, T.E.
Indah,T. 2011. Katalis Basa Heterogen Campuran Purbaningtias, Y. Chisaki, A.A. Jalil,
CaO & SrO Pada Reaksi Transesterifikasi C.K.N.L.C.K. Hitam, & D. Prasetyoko.
Minyak Kelapa Sawit. Universitas Sriwijaya. 2014. Synthesis of CaOZnO Nanoparticles
Palembang Catalyst and Its Application in
Transesterification of Refined Palm Oil.
Liu, X., H. He, Y. Wang, S. Zhu, & X. Piao. Bulletin of Chemical Reaction Engineering &
2008. Transesterification of Soybean Oil to Catakysis, 9: 100-110
Biodiesel Using CaO as a Solid Base
Catalyst. Fuel, 87: 216-221 Zabeti, M., Wan Daud, W.M.A., dan Aroua,
M.K. 2009. Activity of solid catalysts for
Kim, H.J. , Kang, B.S., Kim, M.J., Park, Y.M., biodiesel production: A review. Fuel
Kim, D.K. 2004. Transesterification of
26
N Widiarti / Indonesian Journal of Chemical Science 5 (1) (2016)

Processing Technology, 90: 770-777 Solid Super Base of Calcium Oxide and Its
Zhu H., W. Zongbin, C. Yuanxiong, Z. Ping, D. Refining Process. Chin. J. Catal., 27(5):
Shijie, L. Xiaohua, & M. Zongqiang. 2006. 391-396
Preparation of Biodiesel Catalyzed by

27

Anda mungkin juga menyukai