Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi fraktur

Cedera traumatis yaitu keadaan terjadinya trauma langsung dengan energi


tinggi yang menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan jaringan lunak. Hal
ini menyebabkan terjadinya periosteal stripping dan kerusakan jaringan lunak
sehingga terjadi fraktur. yang merusak jaringan otot dan neurovaskular yang
signifikan. Fraktur tulang dapat terjadi akibat trauma langsung dan tidak langsung.
Trauma langsung seperti benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah
tulang radius dan ulna. Sedangkan trauma tidak langsung dapat berupa energy
yang bekerja pada jarak dari lokasi seperti adanya tegangan (traksi), gaya tekan,
dan gaya rotasi, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang
klavikula atau radius distal patah (Solomon et al., 2010).
Akibat yang disebabkan oleh trauma tulang bergantung pada jenis trauma,
kekuatan, dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang
kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka ke tulang yang disebut
dengan fraktur tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur
dislokasi (Sjamsuhidajat dan Wim de jong, 2010).
Fraktur tulang akan berhubungan dengan gejala nyeri, kelainan bentuk,
bengkak, dan luka yang mungkin mengeluarkan darah. Ketika patah tulang, akan
terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak.
Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan
sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi
tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai
dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Vasodilatasi eksudat plasma yang
akan menyebabkan inflamsi akan mensupresi saraf yang akan menyebabkan
terjadinya nyeri. Hematon menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga
meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang
iskemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan sindroma kompartement.
Rusak atau terputusnya kontinuitas tulang juga akan menyebabkan hilangnya
fragmen tulang yang akan menyebabkan deformitas dan adanya krepitasi. Ketika
terdapat luka terbuka, semua kontaminan disekitar luka dan bahan asing dapat
masuk ke dalam korteks intramuskular dan tulang sehingga komplikasi yang
paling sering terjadi pada kasus fraktur terbuka adalah infeksi (Jessica dan Aaron,
2021 ; Black dan Matassarin, 2009).

Sjamsuhidajat, R. and Wim de jong (2010) Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd
edn. Jakarta: EGC.
Jessica, L. and Aaron, S. (2021) Open Fracture Management, NCBI.
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448083/ (Accessed: 18
Maret 2023).
Solomon, L. et al. (2010) System of Orthopaedics and Fractures. 9th edn.
Londok: Hodder Education.

Anda mungkin juga menyukai