Anda di halaman 1dari 3

Keterbatasan Ilmu Kealaman

Ilmu alamiah dasar (IA) sering disebut Ilmu Alamiah Pengetahuan Alam (IPA) dan akhir-
akhir ini disebut Ilmu kealaman dalam bahasa inggris disebut natural science atau disingkat
science dan dalam bahasa Indonesia sudah lazim digunakan istilah sains. Ilmu kealaman
merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta termasuk bumi ini,
sehingga terbentuk konsep dan prinsip.

Prosedur ilmiah yang lazim yaitu penginderaan, penemuan masalah, penyusunan


hipotesis, eksperimen, dan teori. Untuk menentukan sejauh mana arti konteksnya, kita uji sampai
dimana berlakunya metode ilmiah dan dimana metode ilmiah tidak berlaku, serta
kekhususannya.

Bidang Ilmu kealaman

Yang menentukan bidang ilmu kealaman adalah metode ilmiah karena bidang ilmu
kealaman adalah wahana di mana ilmiah diterapkan, sebaliknya, bidang non-ilmu kealaman
adalah wahana dimana metode ilmiah tidak dapat diterapkan. Hal tersebut dapat dipakai sebagai
sarana menjelaskan masalah yang sering dilontarkan, yaitu konsep tentang Tuhan. Apakah
Tuhan itu ada? Apakah Tuhan itu menciptakan alam ini? Dimanakah Tuhan berada? Dari
pertanyaan itu dapat disusun hipotesis “Ya” dan “Tidak”.

Dapatkah kita menyususn rancangan eksperimen tentang Tuhan? Untuk realibilitas, kita
memerlukan kelompok kontrol. Misalnya dua keadaaan identik, yaitu keadaan dengan menguji
hipotesis Tuhan itu ada di alam semesta ini, berarti Tuhan berada di mana-mana. Hipotesis
sejauh itu benar atau salah. Jika Tuhan benar ada, berarti Tuhan ada di mana saja. Ini berarti kita
tidak dapat menemukan tempat Tuhan tidak ada. Tetepi tempat Tuhan tidak ada kita perlukan
untuk kontrol.

Jika hipotesis salah, maka Tuhan tidak ada, maka kita tidak dapat melakukan pengujian
Tuhan di tempat yang Tuhan ada. Maka, kita tidak dapat menerapkan metode ilmiah. Sehingga,
konsep tentang Tuhan di luar bidang ilmu kealaman, ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat
dibuktikan dengan cara ilmiah karena metode ilmiah tidak dapat diterapkan. Namun hendaknya
berhati-hati dalam hal ini sehingga tidak menimbulkan pertanyaan ilmu kealaman tidak dapat
membuktikan Tuhan itu ada para ilmuwan itu tidak ber-Tuhan atau Ateis karena banyak ilmuan
merupakan orang yang saleh, yang percaya kepada Tuhan.

Tujuan Ilmu Kealaman

Konsekuensi metode ilmiah adalah menerapkan tujuan ilmu kealaman yaitu membentuk
dan menggunakan teori. Beberapa orang mengatakan bahwa tujuan ilmu kealaman adalah
mencari kebenaran dan menemukan fakta. Dalam hal ini, hendaknya berhati-hati dengan
perkataan “kebenaran” yang sering kita gunakan dalam dua arti. Pertama, menunjukkan
kebenaran yang sementara, seperti pernyataaan, “Rambut saya adalah hitam”. Kedua,
menunjukkan kebenaran yang mutlak, seperti pernyataan, “Dalam bidang geometri, jumlah
sudut-sudut segitiga adalah 180º”.

Pada pembahasan permulaan mengenai metode ilmiah menunjukkan bahwa metode


ilmiah tidak berhubungan dengan macam-macam kebenaran yang mutlak. Sesuatu yang mutlak
berarti sesuatu itu telah berakhir. Metode ilmiah tidak menentukan sesuatu secara mutlak. Bila
sesuatu telah mutlak, maka ilmu kealaman tidak diharapkan untuk bertindak lebih lanjut. Ilmu
kealaman hanya dapat mengemukakan bukti kebenaran sementara. Dengan kata lain, kebenaran
sementara adalah “teori”. Kata “benar” kurang cocok sebagai kualifikasi dalam ilmu kealaman
sehingga ilmuwan cenderung tidak menggunakannya lagi. Kata “fakta” (fact) dan “bukti” (proof)
juga menunjukkan yang mutlak, sementara ataupun kontemporer. Jika sesuatu bersifat sementara
adalah ilmu kealaman. Dalam kehidupan sehari-hari, kata teori juga terkenal dan sering dipakai,
tetapi mempunyai arti lain, yakni “hanya sekedar berbicara dan bersifat spekulasi”.

Ilmu Alamiah dan Nilai

Metode ilmiah tidak memberikan nilai atau moral terhadap suatu keputusan. Manusia
pemakai ilmu kealamanlah yang menilai apakah hasil ilmu kealaman itu baik atau sebaliknya.
Ilmuwan yang bekerja dalam penemuan energi nuklir, zat antibiotika, dan lain-lain tidak dapat
menyatakan apa penemuannya itu baik atau jelek. Setiap orang harus menentukan sendiri. Jika
seorang ilmuwan berbicara tentang moral energi nuklir memiliki bobot yang lebih daripada
orang umum tertentu karena ia tahu lebih banyak akibat dari kerusakan yang akan ditimbulkan
oleh energi nuklir jika dipakai perang. Namun, pendapat itu adalah pendapat pribadi yang
dimiliki bersumber dari agama atau lainnya. Ilmu kealaman tidak dapat menilai hal lain,
misalnya tentang cinta dan pengaruh cinta terhadap manusia mungkin dapat dilakukan, tetapi
tidak akan dilakukan, tetapi juga tidak akan menemukan bahwa cinta itu indah, dan tidak dapat
menilai tentang baik buruknya apa yang dilakukan manusia. Bila dapat menilai, itu bukan
merupakan penelitian ilmiah.

Selanjutnya, kita juga tidak dapat mengharapkan semua kehidupan ini bersifat ilmiah
karena manusia mempunyai banyak segi, namun masih mungkin jika kita mengharapkan orang-
orang untuk berfikir secara ilmiah dalam menghadapi masalah-masalah yang empiris. Sekali
lagi, hendaknya kita yakin bahwa ilmu kealaman tidak dapat memberikan pedoman dalam
menentukan nilai atau moral dalam kehidupan ini.

Anda mungkin juga menyukai