Anda di halaman 1dari 86

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU KOPI (Loranthus

ferrugineus Roxb.) SEBAGAI OBAT LUKA BAKAR PADA PUNGGUNG


TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Disusun oleh :

Annisa Dhita Syahrial

F1F118031

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU KOPI (Loranthus
ferrugineus Roxb.) SEBAGAI OBAT LUKA BAKAR PADA PUNGGUNG
TIKUS PUTIH JANTAN

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka
penelitian Skripsi Jurusan Farmasi

SKRIPSI

Disusun oleh :

Annisa Dhita Syahrial

F1F118031

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
PERSETUJUAN SKRIPSI

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU KOPI (Loranthus


Jerrugineus Roxb) SEBAGAI OBAT LUKA BAKAR PADA PUNGGUNG
TIKUS PUTIH JANTAN

disusun oleh

ANNISA DHITA SYAHRIAL


FIF118031

Telah disetujui Dosen Pembimbing Skripsi


Pada Tanggal 4 Januari 2023

Pembimbing 1 (Kesatu) Pembimbing II (Kedua)

Dr. Diah Riski Gusti, S.Si.,M.Si. apt. M. Rifqi Efendi,S.Farm., M.Farm.


NIP. 197408102000122001 NIP. 199105112022031007

i11
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN


BENALU KOPI (Loranthus ferrugineus Roxb.) SEBAGAI OBAT LUKA
BAKAR PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN yang disusun oleh

Annisa Dhita Syahrial, NIM FIFI18031 telah dipertahankan didepan Tim Penguji

pada tanggal 4 Januari 2023 dan dinyatakan lulus.

Susunan Tim Penguji

Ketua Tim Dr. Diah Riski Gusti, S.Si.,M.Si.

Sekretaris Tim Penguji :apt. M. Rifqi Efendi,S. Farm. M.Farm.

Penguji Utama :Dr.Drs. Syamsurizal,M.Si.

Anggota Penguji :1. apt. Fathnur Sani K, S.Farm., M.Farm.


2. apt. Yuliawati, S.Farm., M.Farm.

Disetujui:

PembimbingJtama PembimbihgPendamping

Dr.Diah Riski Gusti, S.Si.,M.Si. apt.M.Rifqî Efendi,S.Farm.,M.Farm.


NIP. 197408102000122001 NIP. 199105112022031007

Diketahui:

Dekan An.KetuaJurusan Farmasi


Fakultas Kedokteran dan IImu Kesehatan Sekertaris Jurusan

Universitas Jambi

dr. Humaryanto, Sp. OT. M.Kes


apt. Elisma, S. Farm., M.Farm.
Dr.
NIP.197302092005011001 NIP. 198510212014042001

iv
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :ANNISA DHITA SYAHRIAL

NIM :FIF118031

Jurusan JurusanFarmasi FKIK Unja

Judul Skripsi :UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU


KOPI (Loranthus ferrugineus Roxb.)
SEBAGAI OBAT
LUKA BAKAR PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH
JANTAN

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir Skripsi yang saya

tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan

tulisan atau pikiran orang lain


yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya

sendiri. Apabila di kemudianhari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir Skripsi ini

adalah hasil
jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jambi, 04 Januari 2023

Yang Membuat Pernyataan,

ANNISA DHITA SYAHRIAL


FIF118031
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat


allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu
Kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.) Sebagai Obat Luka Bakar Pada Punggung
Tikus Putih Jantan”. Shalawat beiringan salam yang selalu tercurahkan kepada
junjungan alam nabi Muhammad SAW.

Penulisan Skripsi ini dibuat untuk memenuhi slah satu syarat memperoleh
gelas Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi. Selain itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar besarnya kepada kedua orang tua dan saudara – saudara
saya yang selalu memberikan doa terbaik, dukungan serta kasih sayang yang tak
terhingga kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, antara lain :

1. Dr. dr. Humaryanto, Sp, OT., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

2. Prof. Dr. rer. nat. Muhaimin, S. Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi
Universitas Jambi.

3. Dr. Diah Riski Gusti, S.Si., M.Si selaku pembimbing utama yang telah
bersedia membimbing, meluangkan waktu, pikiran serta tenaga untuk
memberikan bimbingan kepada penulis.

4. apt. M. Rifqi Efendi, S. Farm., M. Farm selaku pembimbing pendamping yang


telah bersedia membimbing waktu, pikiran serta tenaga untuk memberikan
bimbingan kepada penulis.
5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Farmasi yang telah memberikan banyak ilmu kepada
penulis.
6. Segenap Staf Laboratorium Fakultas Peternakan, serta Staf Tata Usaha
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang telah banyak
membantu kelancaran penelitian dan administrasi dalam perkuliahan dan tugas
akhir penulis
7. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua penulis yang
tercinta Bapak Syahrial dan Ibu Wahyuningsih yang selalu memberikan
dukangan serta doa yang tiada henti, kasih sayang, cintas yang tak terhingga
dan tak ternilai harganya serta memberikan semangat dan pengorbanan baik
secara moril dan materil yang diberikan selam ini kepada penulis

vi
8. Tak Terlupakan Sahabat suka dan duka ku para Pejuang S. Farm (Emelia
Oktaviani,Vionatasya Safitri dan Nurmaya Sari) terimakasih telah berjuang
bersama-sama, serta senantiasa selalu memberikan semangat, dukungan dan
bantuan selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini
9. Seluruh teman – teman Ains Farmasi 2018 yang saling memberikan
motivasi dan semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tugas
akhir ini

Demikianlah Skripsi ini disusun semoga bermanfaat untuk kita semua.


Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan skripsi ini.
Jambi, 4 Januari 2023

Annisa Dhita Syahrial

F1F118031

vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP PENULIS………………………………………………...xviii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
2.1 Tanaman Benalu Kopi ..................................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Benalu Kopi ................................................................ 4
2.1.2 Deskripsi Tanaman ......................................................................................... 4
2.1.3 Kandungan Kimia ........................................................................................... 5
2.1.4 Aktivitas Farmakologi .................................................................................... 6
2.2 Ekstraksi ............................................................................................................ 6
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit.............................................................................. 8
2.4 Luka Bakar ........................................................................................................ 9
2.4.1 Patofisiologi Luka Bakar ............................................................................... 9
2.4.2 Klasifikasi Luka Bakar ................................................................................... 9
2.4.3 Faktor yang menghambat penyembuhan ................................................... 12
2.5 Hewan Uji (Tikus) ......................................................................................... 13
III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 15
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................................. 15
3.2.1 Alat Penelitian ............................................................................................... 15
3.2.2 Bahan Penelitian ........................................................................................... 15

viii
3.3 Aklimatisasi Hewan Percobaan ..................................................................... 15
3.4 Metode Penelitian .......................................................................................... 16
3.4.1 Koleksi dan Identifikasi Sampel Daun Benalu Kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.).................................................................................................. 16
3.4.2 Preparasi Bahan Penelitian Sampel Daun Benalu Kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.).................................................................................................. 16
3.4.3 Hewan Percobaan ......................................................................................... 17
3.4.4 Pembuatan Ekstrak Daun Benalu Kopi (Loranthus ferrugineus
Roxb.)……………………………………………………………………………………………………………..…..17
3.4.5 Karakterisasi .................................................................................................. 17
3.4.6 Skrining Fitokimia ........................................................................................ 18
3.4.7 Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi Terhadap luka Bakar
Pada Tikus ............................................................................................................... 19
3.5 Analisis Data .................................................................................................. 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 24
4.1. Hasil ............................................................................................................... 24
4.1.4 Tabel 4 Rata-rata Diameter Luka ± Standar Deviasi .............................. 25
4.2. Pembahasan .................................................................................................... 26
4.2.1 Determinasi Tanaman .................................................................................. 26
4.2.2 Simplisia Daun Benalu Kopi ....................................................................... 26
4.2.3 Pembuatan Esktrak Etanol Daun Benalu Kopi ......................................... 27
4.2.4 Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi ..................................... 27
4.2.5 Skrinning Fitokimia ...................................................................................... 28
4.2.6 Pengujian Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi Terhadap
Penyembuhan Luka ................................................................................................ 29
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 36
5.1. Keseimpulan .................................................................................................. 36
5.2. Saran .............................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Uji Parameter Spesifik Daun Benalu Kopi ................................... 24
Tabel 2. Hasil Uji Parameter Non Spesifik .......................................................... 24
Tabel 3. Hasil Uji Skrinning Fitokimia ................................................................ 24
Tabel 4. Rata-rata Diameter Luka ± Standar Deviasi........................................... 25
Tabel 5. Kadar Hidroksiprolin dan Jaringan Kulit Tikus ..................................... 25

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Daun Benalu Kopi ................................................................................ 4
Gambar 2. Histologi Kulit ..................................................................................... 8
Gambar 3. Presentase Kesembuhan Luka Bakar ................................................. 30
Gambar 4. Kurva Standar Hidroksiprolin ........................................................... 34
Gambar 5. Grafik Kadar Hidroksiprolin.............................................................. 35

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagian Alur penelitian .................................................................... 43
Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi
(Loranthus ferrugineus Roxb). .............................................................................. 44
Lampiran 3. Skema Kerja Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi ...... 45
Lampiran 4. Uji Kadar Hidroksiprolin. ............................................................... 46
Lampiran 5. Perhitungan Hewan Percobaan (federer) ........................................ 47
Lampiran 6. Analisis Data ................................................................................... 47
Lampiran 7. Hasil Analisis Data SPSS ............................................................... 48
Lampiran 8. Data Hasil Pengukuran Diamter Luka dan Presentase Kesembuhan
Luka Bakar ............................................................................................................ 51
Lampiran 9. Data Pengukuran Kadar Hidroksiprolin ......................................... 56
Lampiran 10. Hasil Pengukuran Kurva Standar Hidroksipolin .......................... 57
Lampiran 11. Hasil Absorbansi dan Perhitungan Kadar Hidroksiprolin ............ 58
Lampiran 12. Uji Skrinning Fitokimia dan Karakteristik Ekstrak ...................... 62
Lampiran 13. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak ................................................... 64
Lampiran 14. Induksi Luka Bakar ....................................................................... 65
Lampiran 15. Surat Determinasi Tumbuhan ....................................................... 70
Lampiran 16. Surat Persetujuan Etichal Clearence ............................................ 71

xii
RIWAYAT HIDUP
Annisa Dhita Syahrial lahir di Semarang, pada tanggal 23
Desember 2000. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan
Bapak Syahrial dan Ibu Wahyuningsih. Penulis memulai
pendidikan di TK Taman Siswa, Batam. Pada tahun 2006
penulis melanjutkan pendidikan di SD Taman Siswa Batam dan
lulus pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 26 Batam selama tiga
tahun. Pada tahun 2015, Penulis melanjutkan pendidikan di
MAN Batam dan lulus pada tahun 2018. Pada tahun yang sama penulis diterima
sebagai mahasiswi Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Penulis telah menyelesaikan tugas akhir dan menyusun skripsi dengan
judul “UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU KOPI
(Loranthus ferrugineus Roxb.) SEBAGAI OBAT LUKA BAKAR PADA
PUNGGUNG TIKUS JANTAN”.

xiii
ABSTRAK
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan yang dapat disebabkan oleh panas
(api, cairan/ lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar
merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai sistem. Daun benalu
kopi ini merupakan salah satu tanaman yang memiliki senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, tanin, saponin, alkaloid,fenolik yang berperan dalam
menghasilkan efek penyembuhan luka bakar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun benalu kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.) dalam menyembuhkan luka bakar pada punggung tikus jantan
dan menentukan konsentrasi terbaik ekstrak etanol daun benalu kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.) dalam menyembuhkan luka bakar pada punggung tikus jantan.
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian eksperimental dengan menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pendekatan Post Test Only
Control Group Design dengan menggunakan 25 tikus yang terdiri dari 5
kelompok perlakuan yaitu kontrol positif (gel Bioplacenton), kontrol negatif
(vaselin flavum), dan ekstrak etanol daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus
Roxb.) dengan konsentrasi 5%,10%,15% yang dicampurkan dengan vaselin
flavum hingga 100 gram. Parameter yang diamati dalam penelitian ini ialah
pengamatan penurunan diameter luka bakar dan penentuan kadar hidroksiprolin
pada kulit tikus bekas luka bakar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.) memiliki efek sebagai
obat luka bakar dengan konsentrasi terbaik yaitu pada konsentrasi 15% namun
tidak melebihi efektivitas dari kontrol positif (gel Bioplacenton) kemudian diikuti
dengan konentrasi 10% dan 5%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.) memiliki efektivitas
dalam menyembuhkan luka bakar.

Kata kunci: Daun benalu kopi, Luka bakar, Tikus, Presentase kesembuhan,
Hidroksiprolin

xiv
ABSTRACT

Burns are damage or loss that can be caused by heat (fire, hot liquid/fat, hot
steam), radiation, electricity, chemicals. Burns are a type of trauma that damages
and alters various systems. This coffee parasite leaf is one of the plants that has
secondary metabolite compounds such as flavonoids, tannins, saponins, alkaloids,
phenolics which play a role in producing the effect of healing burns. This study
aims to determine the effect of administration of ethanol extract of coffee parasite
leaves (Loranthus ferrugineus Roxb.) in healing burns on the backs of male rats
and determine the best concentration of ethanol extract of coffee parasite leaves
(Loranthus ferrugineus Roxb.) in healing burns on the backs of male rats. This
research was conducted by experimental research using the Completely
Randomized Design (CRD) method with the Post Test Only Control Group
Design approach using 25 rats consisting of 5 treatment groups namely positive
control (Bioplacenton gel), negative control (Vaseline flavum), and extract
ethanol from coffee parasite leaves (Loranthus ferrugineus Roxb.) with a
concentration of 5%, 10%, 15% mixed with vaselin flavum up to 100 grams. The
parameters observed in this study were the decrease in the diameter of burns and
the determination of hydroxyproline levels in the skin of burn-scarred rats. The
results of this study indicate that the ethanol extract of coffee parasite leaves
(Loranthus ferrugineus Roxb.) has the best effect as a burn medicine with the best
concentration at a concentration of 15% but not exceeding the effectiveness of the
positive control (Bioplacenton gel) followed by concentrations of 10% and 5% .
Therefore it can be concluded that the ethanol extract of coffee parasite leaves
(Loranthus ferrugineus Roxb.) has effectiveness in healing burns.

Keywords: Coffee parasite leaves, Burns, Rats, Percentage of healing,


Hydroxyproline

xv
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan yang dapat disebabkan oleh
panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar
merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh1. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan
penyebab2. Luka bakar ini sering dijumpai di masyarakat dan biasanya terjadi
karena percikan minyak panas, air panas dan terkena setrika3.

Penanganan luka bakar secara alami dapat dilakukan dengan membasuhnya


menggunakan air yang mengalir, karena ar yang mengalir sangat membantu untuk
menghilangkan panas dari luka. Akan tetapi masyarakat masih banyak yang
mengoleskan pasta gigi pada penanganan pertama luka bakar, padahal
penggunaan bahan kimia seperti pasta gigi akan membuat panas menjadi lebih
tahan lama sehingga menimbulkan infeksi yang memperparah luka bakar4.
Benalu kopi merupakan anggota Loranthaceae yang tersebar luas di banyak
negara seperti Malaysia, Sumatera, India, Singapore, Australia dan Selandia
Baru5. Benalu kopi merupakan tumbuhan parasit pada inang kopi yang dapat
merusak tanaman inangnya. Hal ini dapat menimbulkan kerugian terhadap petani
kopi di Indonesia. Masyarakat Indonesia memanfaatkan benalu kopi sebagai obat
trandisional untuk penyembuhan berbagai penyakit seperti kanker dengan cara
merebus daun benalu yang sudah kering dan meminum hasil rebusan tersebut6.
Disisi lain benalu kopi dalam pengobatan tradisional telah banyak di manfaatkan
sebagai penurunan tekanan darah, obat batuk, kanker dan anti alergi.Benalu kopi
merupakan salah satuu famili Loranthaceae dan dikenal mengandung senyawa
antioksidan yang tinggi serta berpotensi memiliki aktivitas antiinflamasi7.

Penelitian luka bakar sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sentat dan
Permatasari (2015), Dengan menggunakan ekstrak etanol daun alpukat
memberikan efek penyembuhan luka bakar terhadap punggung mencit putih
jantan yang memiliki senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid4.

1
2

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini dibuat dengan


menggunakan ekstrak daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.) dimana
menurut Yulian dan Safrijal (2018), bahwa dalam ekstrak daun benalu kopi
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin6 sehingga memungkinan
untuk digunakan sebagai antiinflamasi untuk luka bakar.

Obat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas


menekan atau mengurangi peradangan. aktivitas ini dapat dicapai melalui
berbagai cara yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostagladin,
menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat pelepasan
prostagladin dari sel-sel tempat pembentukannya8,9.
Senyawa fitokimia yang berkhasiat sebagai antiinflamasi yaitu flavonoid.
Flavonoid dapat menghambat siklooksigenase atau lipoosigenase dan
menghambat akumulasi leukosit pada area peradangan sehingga dapat menjadi
antiinflamasi10.Dari uraian diatas, karena daun benalu kopi masih belum banyak
dimanfaatkan potensinya sebagai sumber antiinflamasi dan juga mengandung
banyak senyawa flavonoid, saponin dan tanin maka penelitian ini perlu dilakukan
terhadap ekstrak daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.) sebagai
alternatif pengobatan luka bakar pada punggung tikus jantan.
1.2. Identifikasi Masalah
a. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak etanol daun benalu kopi
(Loranthus ferrugineus Roxb.) dalam menyembuhkan luka bakar pada
tikus ?
b. Berapa konsentrasi terbaik dari ekstrak daun benalu kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.) dalam menyembuhkan luka bakar pada tikus ?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun benalu kopi
(Loranthus ferrugineus Roxb.) dalam menyembuhkan luka bakar
terhadap Tikus.
b. Untuk menentukan konsentrasi terbaik ekstrak daun benalu kopi
(Loranthus ferrugineus Roxb.) sebagai penyembuhan luka bakar
3

terhadap Tikus.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai aktivitas
farmakologi dari ekstrak daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus
Roxb.).
b. Menambah pengetahuan tentang manfaat daun benalu kopi di bidang
kesehatan dan dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan
alami dapat menimalisir terjadinya efek samping.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Benalu Kopi


2.1.1 Klasifikasi Tanaman Benalu Kopi
Klasifikasi tanaman benalu kopi, yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Euphyllophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Loranthus
Spesies : Loranthus ferrugineus Roxb.

Gambar 1 Daun Benalu Kopi (Dokumentasi Pribasi, 2022)


2.1.2 Deskripsi Tanaman

Benalu kopi merupakan tumbuhan yang memiliki cara hidup yang unik
menjadi tumbuhan perdu parasit hemi yang tumbuh pada pohon dikotil yang
menempel pada inang kopi yang dapat merusak tanaman inangnya. Cabang dan
ranting herba panjang, terjumbai, dan tertutup rapat dengan dibawah L.
ferrugineus ketika muda, di samping bagian bawah daun, gagang bunga, kelopak,
dan mahkota. Daun berwarna karatan berlawanan arah, terletak pada tangkai daun
pendek, elips, tumpul, coriaceous, dan gundul di atasnya.Daun-daun ini berbentuk
elliotic, dengan panjang 4 – 8 cm permukaan bagian dalam yang rapat. Bunganya
bracteas yang berukuran kecil, menempel pada ovarium dengan mahkota bunga
berbentuk tabung dan terdapat 4 bagian dalam. Untuk herba yang berasal dari
Hidian Timur, Pulau Penang, Singapura dan Sumatra, mahkota bunganya tertutup

4
5

rapat dengan bulu-bulu karatan dengan panjang 7 garis. Buah L. Ferrugineus


berwarna kekuningan dan berbentuk bulat telur, dan merupakan hama kebun yang
sering adanya parasit pada melostoma dan banyak juga di pohon lainnya5.

2.1.3 Kandungan Kimia


Berdasarkan Skrining fitokimia yang telah dilakukan oleh Yulian dan Safrijal
(2018), Bahwa daun benalu kopi mengandung Flavonoid, Alkaloid, Tanin, dan
Saponin6.
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang banyak diisolasi dari tanaman
karena manfaatnya sebagai antioksidan, anti mikroba, dan antikanker. Sebagai
antioksidan, flavonoid dapat menangkap radikal bebas yang dapat merusak sel
tubuh11. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, bunga, buah dan biji. Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok
senyawa fenol yang tersebar ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan
zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan
dalam tumbuh-tumbuhan12.
2. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki
atom nitogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Alkaloid
dapat ditemukan pada berbagai tanaman seperti bunga,biji,daun,ranting,akar dan
kulit batang13. Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu
sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat
penenang, obat penyakit jantung dan lain-lain14.

3. Tanin
Tanin merupakan senyawa yang mengandung sejumlah besar gugus
hidroksi fenolik yang memungkinkan membentuk ikatan silang yang efektif
dengan protein dan molekul-molekul lain seperti asam amino, asam lemak dan
asam nukleat. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah
terhidrolisis dan tanin terkondensasi15. Tanin adalah salah satu senyawa aktif
6

metabolit sekunder yang mempunyai beberapa khasiatseperti astringen, anti diare,


antibakteri dan antioksidan16.

4. Saponin
Saponin merupakan suatu glikosida yaitu campuran karbohidrat sederhana
dengan aglikon yang terdapat pada bermacam-macam tanaman. Saponin memiliki
karakteristik berupa buih, sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok
maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam
air dan tidak larut dalam eter, memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan
bersin serta iritasi pada selaput lendir17. Saponin memiliki berbagai macam sifat
biologis seperti kemampuan hemolitik, aktivitas antibakterial, antivirus, dan anti
kanker18.
2.1.4 Aktivitas Farmakologi
Benalu adalah tumbuhan semi-parasit, yang awalnya dianggap tumbuhan
yang merugikan karena merusak tanaman komersial. Namun benalu berpotensi
sebagai ramuan obat-obatan. Secara tradisional beberapa spesies benalu sejak
jaman dahulu digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit antara
lain sebagai obat batuk, kanker, diuretik, antiradang, antibakteri, luka atau infeksi
kapang19.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan suatu zat yang didasarkan
pada perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda,
biasanya yaitu air dan yang lainnya berupa pelarut organik20. Ada beberapa jenis
ekstraksi metabolit tanaman. Ekstraksi dapat terbagi menjadi ekstraksi dingin (
maserasi dan perkolasi) dan ekstraksi panas (sokletasi dan refluks). Sampai saat
ini metode maserasi dan sokletasi merupakan metode klasim yang masih bertahan
digunakan dalam produksi ekstrak yang mengandung senyawa bioaktif dari
sampel bahan alam terutama tumbuhan obat21.

A. Metode ekstraksi dingin


1. Maserasi
7

Maserasi adalah proses ekstraksi suatu simplisia pada suhu kamar dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan ataupun dengan cara
dikocok beberapa kali. Maserasi termasuk dalam kelompok maserasi kinetim
dimana suatu simplisia di aduk secara terus menerus didalam suatu pelarut.
Adapun hasil maserasi yang telah disaring dapat di maserasi kembali, proses ini
dinamakan remaserasi22.

2. Perkolasi
Perkolasi adalah penyarian dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan
mengekstraksi bahan baku secara perkolasi. Prinsip ektraksi dengan perkolasi
adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia
yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan diatasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke
bawah23.

B. Metode ekstraksi cara panas


a. Refluks
Metode refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik
didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin baik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai limakali
pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah
padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung
dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan
jumlah pelarut yang banyak24.

b. Sokletasi
Metode ekstraksi sokletasi merupakan suatu metode pemisahan komponen
yang terdapat dalam sampel padat dengan cara ekstraksi berulang-ulang dengan
8

pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel
terisolasi dengan sempurna25.

2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Gambar 2 Histologi Kulit28


Kulit merupakan organ yang membungkus seluruh permukaan luar
sekaligus merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh manusia yang meliputi
16% berat tubuh. Pada orang dewasa, sekitar 2,7-3,6 kg berat tubuhnya
merupakan kulit dengan luas sekitar 1,5-1,9 meter persegi26. Struktur kulit terdiri
dari 3 lapisan yaitu sebagai berikut :

1. Epidermis
Epidermis adalah bagian terluar dan keras sebagai pertahanan pertama
terhadap lingkungan eksternal. Epidermis bersifat avascular (tidak mengandung
pembuluh darah), sehingga untuk pemenuhan nutrisi dan pembuangan zat sisa
dilakukan oleh membran basal pada dermis yangletaknya tepat dibawah
epidermis. Fungsi utama epidermis adalah melindungi dari gangguan fisik
maupun biologis lingkungan luar27.

2. Dermis
Dermis merupakan bagian yang dianggap sebagai “True Skin” karena 95%
dermis membentuk ketebalan kulit. Dermis menjadi tempat ujung saraf perasa,
tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak. Lapisan dermis juga mengandung sel-sel khusus yang membantu
mengatur suhu, melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke
kulit28.
9

3. Hipodermis
Jaringan hipodermis merupakan lapisan terdalam yang banyak
mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus
adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Befungsi juga sebagai
bantalan antara kulit dan struktur internal seperti tulang dan otot28.

2.4 Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti korbaran api
ditubuh, terkena air panas, tersentuh benda panas, akibat serangan listrik, akibat
bahan kimia serta sengatan matahari dan suhu yang rendah.tingkat keparahan
cedera biasanya ditandai ditandai dengan luasnya kulit yang terkena, lokasi
anatomis, dan kedalaman cedera29.

2.4.1 Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar yang menyebabkan cedera akan menimbulkan denaturasi sel
protein. Sebagian sel mati karena mengalami nekrosis traumatik atau iskemik.
Kehilangan ikatan kolagen juga terjadi bersama proses denaturasi sehingga timbul
gradien tekanan osmotic dan hidrostatik yang abnormal dan menyebabkan
perpindahan caira intravaskuler kedalam ruang interstisial. Cedera sel memicu
pelepasan mediator inflamasi yang turut menimbulkan peningkatan permeabilitas
kapiler secara sistemik30.

2.4.2 Klasifikasi Luka Bakar


1) Berdasarkan Mekanisme
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena paparan panas yang
berlebih seperti kontak langsung dengan panas, permukaan benda panas, hingga
kobaran api31.
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar kimia disebabkan oleh alkali atau asam kuat. Luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih yang sering
10

dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer31.
c. Luka Bakar Aliran Listrik
Luka bakar listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan akibat dari
arus ledakan dan api. Luka bakar ini dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu lebih
dari 1000 volt dapat mengakibatkan terbentuknya scars dan kurang dari 1000 volt
luka bakar terbatas pada kulit namun dapat merusak hingga jaringan lebih
dalam31.
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan karena paparan radioaktif dalam dosis
tinggi dapat menyebabkan kematian sel mendadak. Terpapar matahari dengan
waktu yang sama juga akan menyebabkan kerusakan pada kulit31.
2) Berdasarkan kedalaman luka bakar
Luka bakar berdasarkan kedalamannya dibedakan menjadi:
a. Derajat Satu
Luka derajat satu hanya mengenai epidermis luar dan secara klinis tampak
sebagai daerah hiperemia dan eritmia32.
b. Derajat Dua
Luka derajat dua mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan sebagian
dermis serta disertai lepuh, basah atau edema32. Luka bakar derajat dua dapat
terbagi menjadi dua bagian antara lain. Luka bakar derajat kedua superfisial
meluas ke epidermis dan sebagian lapisan dermis yang disertai lepuh dan sangat
nyeri Luka bakar derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis33.
c. Derajat Tiga
Luka derajat tiga mengenai semua lapisan epidermis dan dermis serta
biasanya secara klinis tampak sebagai luka kering, seringkali vena mengalami
kogulasi dan dapat terlihat dari permukaan kulit32.
3) Proses Penyembuhan Luka Bakar
Proses penyembuhan luka bakar dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase
inflamasi, proliferasi, dan maturasi.
a. Fase inflamasi
11

Fase inflamasi terjadi segera setelah perlukaan dan mencapai puncaknya pada
hari ketiga33. Fase inflamasi terbagi dua yaitu fase inflamasi awal ( fase
hemostatis) dan fase inflamasi akhir. Pada saat jaringan terluka, pembuluh darah
yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan, reaksi tubuh pertama kali
adalah berusaha menghentikan pendarahan dengan mengaktifkan faktor koagulasi
instrinsik dan ekstrinsif yang mengarah ke agregasi platelet. Dan fase inflamasi
akut dimulai segera setlah terjadinya trauma sampai hari ke-5 pasca trauma.
Tujuan utama fase ini adalah menyingkirkan jaringan yang mati, dan pencegahan
kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen34.
b. Fase proliferasi
Fase profilase berlangsung mulai hari ke-3 hingga 14 pasca trauma,
ditandai dengan pergantian matriks provisional yang didominasi oleh platelet dan
makrofag secara bertahap digantikan oleh migrasi oleh sel fibroblast dan deposisi
sintesis matriks ekstraseluler. Tujuan fase proliferasi ini adalah untuk membentuk
keseimbangan antara pembentukan jaringan parut dan regenerasi jaringan.
Terdapat tiga proses utama dalam fase proliferasi antara lain neoangiogenesis
pada keadaan terjadi kerusakan jaringan, proses angiogenesis berperan dalam
mempertahankan kelangsungan fungsi berbagai jaringan dan organ yang terkena.
Terjadinya hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru yang menggantikan
pembuluh darah yang rusak. Selama angiogenesis, sel endotel memproduksi dan
mengeluarkan sitokin34.

Proses kedua yaitu fibrolast yang memiliki peran sangat penting dalam
fase ini. Fibroblas memproduksi matriks ekstraseluler yang akan mengisi kavitas
luka dan menyediakan landasan untuk migrasi keratinosit. Matriks ekstraseluler
inilah yang menjadi komponen yang paling nampak pada skar di kulit. Makrofag
memproduksi growth factor seperti PDGF, FGF dan TGF- β yang menginduksi
fibroblas untuk berproliferasi, migrasi, dan membentuk matriks ekstraseluler.
Dengan berjalannya waktu, matriks ekstraseluler ini akan digantikan oleh kolagen
tipe III yang juga diproduksi oleh fibroblas. Kolagen ini tersusun atas 33% glisin,
25% hidroksipolin dan selebihnya berupa air, glukosa dan galaktosa.
12

Hidroksipolin hanya didapatkan pada kolagen, sehingga dapat dipakai sebagai


tolak ukur banyaknya kolagen dengan hasilnya 7,8. Selanjutnya kolagen tipe III
akan digantikan oleh kolagen tipe I pada fase maturasi34.

Proses ketiga yaitu reepitelisasi ini secara stimulan, sel-sel basal pada
epitelium bergerak dari daerah tepi luka menuju daerah luka dan menutupi daerah
luka. Pada tepi luka, lapisan single layer sel keratinosit akan berproliferasi
kemudian bermigrasi dari membarn basal ke permukaan luka. Ketika bermigrasi,
keratinosit akan menjadi pipih dan panjang dan juga membentuk tonjolan
sitoplasma yang panjang. Sel keratinosit yang telah bermigrasi dan berdiferensiasi
menjadi sel epitel ini akan bermigrasi diatas matriks provosional menuju ke
tengah luka, bila sel-sel epitel ini telah bertemu di tengah luka, migrasisel akan
bergenti dan pembentukan membran basalis dimulai34.

c. Fase maturasi
Fase maturasi ini berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun
yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural jaringan
baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan pembentukan jaringan parut. Pada fase
ini terjadi kontraksi dari luka dan remodelling kolagen. Kontraksi luka terjadi
akibat aktivitas fibroblas yang berdiferensiasi akibat pengaruh sitokin TGF-β
menjadi myofibroblast yakni fibroblas yang mengandung komponen
mikrofilamen aktin intraseluler. Fase ini dapat berlangsung hingga 1 tahun
lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka dan metode penutupan luka yang
dipakai. Selama proses maturasi, kolagen tipe III yang banyak berperan saat fase
proliferasi akan menurun kadarnya secara bertahap, digantikan dengan kolagen
tipe I yang lebih kuat. Serabut-serabut kolagen ini akan disusun, dirangkai, dan
dirapikan sepanjang garis luka34.

2.4.3 Faktor yang menghambat penyembuhan


Menurut Baradero et al (2009), Faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka bakar adalah sebagai berikut35 :
1. Usia. Luka pada anak-anak biasanya sembuh lebih cepat karena metabolisme
13

tubuh mereka lebih cepat dan memiliki sirkulasi darah yang lebih baik. Orang
dewasa atau lansia penyembuhannya lambat karen gangguan sirkulasi darah yang
sedang dialami mereka.
2. Nutrisi. Ketidakcukupan vitamin C dan protein bisa memperlambat
penyembuhan luka.
3. Sirkulasi darah yang baik bisa membawa zat nutrisi, komponen darah, dan
sebagainya untuk penyembuhan luka.
4. Kortikosteroid bisa menekan inflamasi.
5. Adanya infeksi, benda asing dalam luka.
2.5 Hewan Uji (Tikus)
Tikus merupakan hewan mamalia yang sering dimanfaatkan sebagai
hewan uji dalam berbagai penelitian ilmiah karena memiliki kesamaam fisiologis
dengan manusia, siklus hidup yang relatif singkat, bentuk tubuh yang tidak terlalu
besar dan memiliki daya adaptasi yang baik36.
Klasifikasi Tikus (Rattus norvegicus) adalah sebagai berikut36 :

Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Tikus putih memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan
uji penelitian diantaranya perkembangbiakan cepat, memiliki ukurang yang lebih
besar dibandingkan dengan mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak.
Tikus putih memiliki ciri-ciri seperti berkepala kecil, ekor yang lebih panjang
dibanding badannya, pertumbuhanny cepat, kemampuan laktasi tinggi,
tempramennya baik dan tahan terhadap arsenik tiroksid. Kriteria yangdibituhkan
oleh peneliti dalam menentukan tikus putih sebagai hewan percobaan, antara lain
14

kontrol pakan, kontrol kesehatan, recording perkawinan, jenis, umur, bobot badan,
jenis kelamin, silsilah genetik37.
Terdapat tiga galur tikus putih yang memiliki kekhususan untuk digunakan
sebagai hewan percobaan antara lain Wistar, Long evans dan Sprague dawley.
Penentuan umur reproduktif pada tikus adalah dengan cara mempelajari fase-fase
kehidupan dan perilakunya. Beberapa fase tersebut antara lain adalah rentang
hidup antara 2-3,5 tahun, mulai disapih saar umur 3 minggu, fase kematengan
seksual atau pubertas mulai umur 6 minggu, fase pradewasa saat umur 63-70 hari,
fase kematengan sosial saat umur 5-6 tbulan, dan fase penuaan saat umur 15-24
bulan37.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Animal Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dan Laboratorium Fakultas Peternakan
Universitas Jambi pada bulan Oktober-November 2022

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1 Alat Penelitian
Perkakas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pelindung
diri seperti masker, sarung tangan dan tisu. Jangka sorong, neraca analitik,
pembakar spirtus, Rotary evaporator R-114, scalpel blade, alat cukur mencit,
timbangan hewan, kandang hewan percobaan, alat gelas (Erlenmeyer, pipet tetes,
gelas ukur, corong, gelas beaker, botol kaca, batang pengaduk, tabung reaksi,
gelas piala, gelas ukur, labu ukur, vial), Spektrofotometer UV-Vis M15, lumpang,
logam besi, dan alu, rak tabung reaksi, gunting, cawan petri, oven.

3.2.2 Bahan Penelitian


Sampel yang digunakan adalah daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus
Roxb.) yang diperoleh dari Kac. Koto Tangah, Padang Kota, Provinsi Sumatra
Barat. Bahan lain yang digunakan adalah Bioplacenton, vaselin flavum (kuning),
cream veet, aquadest, asam klorida (HCl), eter, pereaksi meyer, pereaksi
Dragendorf, serbuk Mg, Amil alkohol, FeCl3, n-heksan, alkohol 70%, Etanol
70%, H2SO4, asam asetat anhidrat, dietil eter, NaOH, castran, Hidroksiprolin,
CuSO4, H2O2, 2-dimetil-aminobenzaldehid, kapas, aluminium foil, cuttonbud.

3.3 Aklimatisasi Hewan Percobaan


Aklimatimasi dibutuhkan untuk mengobservasi perilaku dan kemampuan
adaptasi tikus terhadap lingkungan barunya. Tikus yang tidak memiliki adaptasi
baik dengan lingkungannya, memiliki perilaku yang berbeda dengan yang lainnya
akan dikeluarkan dari sampel penelitian.aklimitasi dilakukan pada hewan uji yaitu
tujuan agar hewan uji bisa beradaptasi dengan kondisi yang akan ditempati selama
dilakukannya percobaan. Hewan uji di adaptasikan selama 7 hari pada suhu kamar

15
16

dan diberikan pakan standar tikus dan minum secara ad libitum. Tikus
ditempatkan pada kandang persegi yang terbuat dari plastik dan kawat38.

3.4 Metode Penelitian


3.4.1 Koleksi dan Identifikasi Sampel Daun Benalu Kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.)
Sampel diambil Kac. Koto Tangah, Padang Kota, Provinsi Sumatra Barat.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memetik daun benalu kopi yang
segar terdiri dari daun tua yang diambil pada waktu pagi hari yang kemudian
dimasukkan kedalam wadah penampung. Dilakukan proses determinasi untuk
mengetahui identifikasi sampel penelitian, proses ini dilakuka pada Herbarium
Universitas Padjajaran.
3.4.2 Preparasi Bahan Penelitian Sampel Daun Benalu Kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.)
Bagian yang digunakan dalam penelitian adalah daun benalu kopi (Loranthus
ferrugineus Roxb.). Langkah awal dalam pembuatan simplisia adalah penyiapan
sampel. Sampel diambil dalam keadaan segar dengan cara dipetik secara langsung
atau dengan menggunakan alat dan didapatkan sampel segar sebanyak 3 kg,
setelah itu dilakukan sortasi basah untuk memisahkan sampel yang layak untuk
penelitian. Selanjutnya sampel di cuci pada air mengalir sebanyak tiga kali
pengulangan untuk menghilangkan kotoran dan tanah yang masih menempel.
Kemudian, Sampel dilakukan perajangan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Setelah selesai di rajang sampel
dikeringkan dengan metode dikering anginkan dalam udara terbuka pada suhu
kamar. Sampel yang sudah kering dilakukan sortasi kering untuk memisahkan
sampel yang rusak selama proses pengeringan. Sampel yang didapatkan dari
proses sortasi kering diserbukkan untuk memperkecil ukuran dengan
menggunakan grinder untuk mendapatkan serbuk dan didapatkan sebanyak 1,1
kg. Selanjutnya dilakukan perhitungan bobot simplisia menggunakan rumus
berikut :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Rendemen Simplisia = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
× 100%
17

3.4.3 Hewan Percobaan


Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus
norvegicus), sebanyak 35 ekor berjenis kelamin jantan yang berumur 2-3 bulan
dan memiliki berat badan sekitar 200-300 g. Semua hewan uji dipeliharan dengan
kondisi yang sama, dengan kamar dikondisikan pada suhu ruangan. Hewan uji
berasal dari lingkungan, makanan, dan jenis kelamin yang sama dengan tujuan
untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Sebelum pengujian hewan percobaan di adaptasikan dengan lingkungan selama 7
hari dan diberi makan dan minum yang cukup.

3.4.4 Pembuatan Ekstrak Daun Benalu Kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.)


Pembuatan ekstrak daun benalu kopi dari serbuk dilakukan dengan
menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Simplisia
dimasukkan satu bagian serbuk kering simplisia dan ditambahkan 10 bagian
pelarut ke dalam kedalam botol kaca gelap ataupun wadah yang tidak bereaksi
dengan simplisia dan pelarut, lalu dimasukkan etanol 70 %. Rendam selama 6 jam
pertama sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Pisahkan
maserat dengan cara filtrasi. Kemudian, dilakukan proses remaserasi dengan
menggunakan pelarut yang sama sekurang-kurangnya satu kali dengan jenis
pelarut yang sama dan jumlah volume pelarut sebanyak setengah kali jumlah
volume pelarut pada penyaringan pertama. Kumpulkan semua maserat, kemudian
uapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Hitung
rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara rendemen dengan
bobot serbuk simplisia yang digunakan dengan penimbangan39. Berikut rumus
untuk menentukan hasil rendemennya :

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑠𝑘𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Rendemen ekstrak (%) = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

3.4.5 Karakterisasi Ekstrak


a. Parameter Spesifik
Parameter spesifik terdiri dari uji identitas dan uji organoleptik. Uji
identitas dilakukan dengan tujuan untuk memberikan identitas objektif seperti
18

deskripsi tata nama, nama ekstrak, nama lain tumbuhan, bagian nama tumbuhan
serta nama indonesia. Sedangkan uji organoleptik dengan tujuan untuk
mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstra yang digunakan40.

b. Parameter Non Spesifik


1. Kadar Air
Timbang seksama lebih kurang 10 g sampel, masukkan kedalam wadah
yang telah di tara. Keringkan pada suhu 105° selama 5 jam, dan ditimbang.
Lanjutkan pengeringan dan ditimbang pada selang waktu 1 jam sampai perbedaan
antara dua penimbangan berturut-turt tidak lebih dari 0,25%40.

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔)


Kadar air = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)

2. Kadar Abu Total


Ditimbang 1 g ekstrak degn seksama selanjutnya dimasukkan ke dalam
kurs yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-
lahan hingga arang habis, dinginkan dan ditimbang. Jika arang tidak hilang maka
ditambahkan air panas, kemudian disaring menggunakan kertas saring bebas abu.
Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam kurs yang sama. Masukkan filtrat ke
dalam kurs, uapkan lalu pijarkan hingga bobot tetap pada suhu 800±25°,kemudian
ditimbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara40.

(berat cawan+abu)−(berat cawang kosong_


Kadar Abu Ekstrak = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛+𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
× 100%

3.4.6 Skrining Fitokimia


Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder yang terkandung di dalam ekstrak. Skrining fitokimia dalam ekstrak
daun benalu kopi mengacu pada 41 :

a. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 g sampel ditimbang dan dilarutkan dalam 5 mL HCL 2 N.
Larutan yang didapatkan dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian
19

ditambah dengan pereaksi Meyer. Hasil positif alkaloid ditandai terbentuk


endapan berwarna berturut-turut yaitu putih dan coklat muda hingga kuning41.

b. Uji Flavonoid
Sebanyak 1 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan etanol 96%. Campuran dikocok dan dipanaskan dalam penangas
selama 10 menit, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan 0,2 g
serbuk Mg, dan beberapa tetes HCl pekat. Campuran dikocok dan dibiarkan
memisah. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah,
kuning atau jingga pada lapisan etanol41.

c. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung pereaksi ditambahkan
10 mL air panas dan didinginkan, kemudian dikocok selama 10 detik. Apabila
terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil dan tidak kurang dari 10 menit, tidak
hilang dengan penambahan 1 tetes HCl 2 N memberikan indikasi adanya
saponin41.

d. Uji Steroid/ Terpenoid


Sebanyak 1 g ekstrak ditambahkan 2 mL kloroform dan dikocok.
Kemudian ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat masing-
masing sebanyak 2 tetes. Hasil positif terpenoid apabila terbentuk cincin berwarna
jingga kemerahan pada larutan, sedangkan positif steroid apabila terjadi
perubahan warna merah pada larutan pertama kali kemudian berubah menjadi biru
hijau41.

e. Uji fenolik
Sebanyak 1 gekstrak ditambahkan 10 mL metanol, kemudian direaksikan
dengan 1-2 tetes FeCl3. Hasil positif fenol apabila terbentuk warna biru tua
kehitaman41.

3.4.7 Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi Terhadap luka Bakar
Pada Tikus
20

Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan dengan berat 200-300 gram dan
berumur 2-3 bulan sebanyak 25 ekor deangan pemberian perlakukan dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan bentuk desain Post-test
Only Control Group Design. Dalam penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan
(K+, K-, P1, P2, P3) masing-masing kelompok terdapat 5 tikus putih jantan.

1. Pengelompokan Hewan Uji


Pengelompokan hewan uji ditentukan dengan rumus Federer dengan
kelompok perlakuan 5 kelompok secara acak. Masing-masing kelompok terdapat
5 ekor hewan percobaan. Berikut pengelompokan hewan uji percobaan dengan
rumus Fareder:
(𝑡 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
(5 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
4𝑛 − 4 ≥ 15
19
𝑛≥ = 4,75 digenapkan menjadi 5 ekor per kelompok perlakuan.
4

Hewan uji yang digunakan adalah 25 ekor tikus putih jantan yang
dikelompokkan menjadi 5 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
tikus dengan kelebihan hewan uji sebanyak 2 ekor untuk menghindari hal yang
tidak diinginkan selama proses penelitian.
2. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak
Pada penelitian ini untuk pembuatan konsentrasi ekstrak yang akan diberikan
kepada hewan uji dilakukan sebagai berikut :
Konsentrasi 5% : Campuran ekstrak daun benalu kopi sebanyak 5 gram
ditambahkan hingga 100 gram vaselin flavum .
Konsentrasi 10% : Campuran ekstrak daun benalu kopi sebanyak 10 gram
ditambahkan hingga 100 gram vaselin flavum.
Konsentrasi 15% : Campuran ekstrak daun benalu kopi sebanyak 15 gram
ditambahkan hingga 100 gram vaselin flavum
Kontrol positif mengacu pada penelitian luka bakar yaitu menggunakan
Bioplacenton.
3. Perlakuan dan Rancangan Penelitian
21

Penelitian ini dilakukan metode Rancangan Acak Lengkap dengan


pendekatan Post Test Only Group Desaign dengan 5 perlakuan. Perlakuan yang
diberikan adalah 3 jenis konsentrasi bertingkat ekstrak daun benalu kopi dan 2
perlakuan sebagai kontrol yang diaplikasikan secara topikal pada kulit punggung
tikus. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

K- = Vaselin flavum (kontrol negatif)


K+ = Bioplacenton 15 gram
P1 = Ekstrak daun benalu kopi 5% ad vaselin flavum 100%
P2 = Ekstrak daun benalu kopi 10% ad vaselin flavum 100%
P3 = Ekstrak daun benalu kopi 15% ad vaselin flavum 100%
4. Pembuatan Luka Bakar
Tahap awal menentukan lokasi luka bakar yaitu di bagian punggung
tikus, kemudian bulu dicukur sekitar 3 cm di sekitar kulit yang akan dibuat luka
bakar dan kulit didesinfeksi dengan alkohol 70%. Selanjutnya dilakukan anastesi
pada kulit tikus dengan menggunakan castran. Setelah itu dilakukan pembuatan
luka bakar pada punggung tikus dengan menggunakan lempeng berbentuk bulat
dengan diameter 20 mm yang dipanaskan di api biru selama 3 menit dan
ditempelkan selama 5 detik pada punggung tikus sampai terbentuk luka bakar.
lalu luka dikompres dengan aquadest selama 1 menit. Ukur diameter luka bakar
yang dihasilkan42.
5. Pengamatan Penyembuhan Ekstrak Etanol Kulit Buah Kopi Arabica Sebagai
Obat Luka Bakar Pada Tikus.
Pemberian Bioplacenton dan ekstrak etanol daun benalu kopi diberikan
setiap hari sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Pengamatan proses
penyembuhan luka bakar dilakukan sehari setelah hewan uji diberi perlakuan
dengan interval dua hari. Hasil pengamatan akan disajikan dalam bentuk tabel,
untuk lebih jelas lihat tabel. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dengan
mengukur diameter zona luka bakar menggunakan jangka sorong berskala 0.01
mm. Luka bakar yang sembuh ditandai dengan merapat dan tertutupnya luka.
22

Kemudian hitung diameter rata rata zona luka bakar menggunakan rumus sebagai
berikut :

Keterangan :
dx = diameter Luka Hari ke x
dx1= Diameter luka hari pertama
dx2= diameter luka hari kedua
dx3= diameter luka hari ketiga
dx4= diameter luka hari keempat
Kemudian hitung persentase kesembuhan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑑 − 𝑑𝑥
𝑝% = × 100%
𝑑

Keterangan :
P% : Persentase penyembuhan luka
d : Diameter luka awal
dx : Diameter luka pada hari pengamatan
6. Pengamatan Diameter Luka Bakar
Pengamatan pada Diameter luka dilakukan sebelum pemberian dan
sesudah pemberian perlakuan pada luka di punggung tikus hingga menunjukkan
adanya tanda - tanda kesembuhan dengan cara mengukur diameter luka.
Pengukuran rata-rata diameter luka dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong.

7. Pengamatan Kandungan Hidroksiprolin


Untuk pengukuran jumlah hidroksiprolin pada bagian kulit tikus bekas
luka dilakukan biopsi pada bagian kulit bekas luka pada tikus. Jaringan kulit
23

kemudian dikeringkan pada oven suhu 60oC selama 12 jam dan dihidrolisis
dengan HCl 6 N selama 24 jam pada oven dengan suhu 110oC. kemudian
dinetralkan sampai pH 7 dengan menggunakan larutan dafar dan NaOH.
Kemudian ditambahkan 1 mL CuSO4, NaOH dan H2O2 lalu campuran larutan
dipanaskan pada oven selama 5vmenit menggunakan suhu 80oC. setelah dingin
ditambahkan dengan 4 mL H2SO4 3M dan 2 mL 2-dimetil-aminobenzaldehid dan
larutan dipanaskan lagi pada oven dengan suhu 70oC selama 16 menit. Setelah itu
larutan didinginkan dan diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-
Vis43. Penetapan jumlah hidroksiprolin dalam sampel dihitung dengan
menggunakan kurva standar.

3.5 Analisis Data


Analisis data dengan kandungan metabolit sekunder pada ekstrak daun
benalu kopi yang bertujuan untuk melihat aktivitas penyembuhan luka bakar
dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Smirnov).
Data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode One Way Anova untuk
menentukan homogenitas dan normalitas. Jika terdapat perbedaan atau pengaruh
secara nyata (P<0,05), dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Duncan
untuk melihat perbedaan nyata perlakuan.
24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
4.1.1 Tabel 1. Hasil Uji Parameter Spesifik Daun Benalu Kopi
Parameter Spesifik Hasil
Bentuk Cairan Kental
Organoleptis Bau Bau Khas
Warna Coklat Kehitaman
Rasa Kelat Kepahitan
Nama ekstrak Loranthus ferrugineus
Extractum
Nama latin tanaman Loranthus ferrugineus Roxb.
Identitas Bagian tanaman yang digunakan Daun Benalu Kopi
Nama Indonesia tanaman Daun Benalu Kopi
Suku/Famili Loranthaceae

4.1.2 Tabel 2 Hasil Uji Parameter Non Spesifik


Parameter Hasil Pengujian

Kadar Abu 6%

Kadar Air 14,3%

4.1.3 Tabel 3 Hasil Uji Skrinning Fitokimia


Senyawa Metabolit Sekunder Hasil Skrinning
Alkaloid +
Flavonoid +
Saponin +
Triterpenoid/steroid +
Fenolik +
Keterangan :
(+) = Positif mengandung metabolit sekunder
(-) = Negatif mengandung metabolit sekunder
25

4.1.4 Tabel 4 Rata-rata Diameter Luka ± Standar Deviasi


Kelompok AUC Diameter ± SEM PersentaseKesembuhan
Perlakuan (%)
K+ 28,55±0,5 72,48%
K- 31,87±0,61 31,79%
P1 28,93±0,56 42,45%
P2 28,82±1,05 62,16%
P3 28,63±0,7 62,5%

4.1.5 Tabel 5 Kadar Hidroksiprolin dan Jaringan Kulit Tikus


Kelompok Perlakuan Kadar Hidroksiprolin(μg/mL)
K+ 64,34c
K- 35,76a
P1 45,68b,c
P2 53,62a,b
P3 48,35a,b
Keterangan:
1. Superscript huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan yang nyata
(p<0,05)
2. Kontrol positif (Bioplacenton), Kontrol negatif (Vaselin flavum), P1(5%), P2 (10%), P3
(15%).
26

4.2. Pembahasan
4.2.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tumbuhan merupakan proses dalam menentukan nama/jenis
tumbuhan secara spesifik. Proses determinasi terlebih dahulu sebelum digunakan
dalam penelitian menggunakan tumbuhan tujuannya yaitu untuk mendapatkan
kebenaran identitas dengan jelas dari tanaman yang diteliti dan menghindari
kesalahan dalam pengumpulan bahan utama peneliti44,45.

Proses determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Universitas


Padjajaran dengan nomor surat 42/HB/11/2022, menyatakan bahwa hasil
identifikasi sampel tanaman yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah
tanaman daun benalu kopi berasal dari famili Loranthaceae dan spesies Loranthus
ferrugineus Roxb (Lampiran 15).

4.2.2 Simplisia Daun Benalu Kopi


Langkah awal dalam pembuatan simplisia yaitu sortasi basah, proses ini
dilakukan pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar dan membuang
bahan yang tidak diperlukan seperti tanah, kerikil, rumput liar dan tanaman
lainnya yang tidak diiinginkan. Setelah disortasi yang gunanya untuk
menghilangkan kotoran yang ada di sampel selanjutnya dilakukan perajangan
menggunakan gunting agar mempermudah dalam proses pengeringan. Pada
proses ini terjadi pengeluaran air dari simplisia sehingga melindungi senyawa
aktif dari kerusakan seperti hidrolisis air, tumbuhnya jamur dan bakteri dan
menghentikan proses reaksi enzimatik46.Selanjutnya simplisia disortasi kering
untuk memisahkan benda-benda asing, kemudian dihaluskan dan diayak untuk
mendapatkan serbuk dengan luas permukaan bahan dengan pelarutnya lebih cepat
larut.

Simplisia yang didapatkan setelah pengeringan didapatkan sebanyak 1,1


kg yang diperoleh dari sampel segar yaitu 3 kg sehingga menghasilkan rendemen
sebesar 36,66%.
27

4.2.3 Pembuatan Esktrak Etanol Daun Benalu Kopi


Proses ekstraksi daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.)
menggunakan metode maserasi. Adapun alasan memilih metode maserasi karena
tidak memerlukan peralatan yang rumit, relatif murah dan dapat menghindari
penguapan komponen senyawa karena tidak menggunakan proses pemanasan47.
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi ini menggunakan etanol 70%,
yang dimana sifatnya yang mudah melarutkan senyawa zat aktif baik yang
bersifat polar, semi polar dan non polar, bersifat tidak toksik dan harga relatif
murah. Dan selain itu, etanol 70% dapat membasahi sampel sehingga sel sel akan
mengembang dan pelarut akan lebih mudah berpenetrasi untuk mengikat
senyawa-senyawa yang terkandung dalam simplisia48.

Serbuk simplisia sebanyak 700 gram dilakukan maserasi selama 24 jam


dengan pelarut etanol 70% sebanyak 3 kali selama 3 hari. Setelah itu dilakukan
penyaringan dan filtrat yang didapatkan yang kemudian dilakukan evaporasi pada
suhu 600C. Dari hasil maserasi menghasilkan ekstrak kental sebanyak 72,45 gram
dengan nilai rendemen sebesar 10,35%. Hal ini tujuan perhitungan rendemen
ekstrak yaitu untuk mengetahui jumlah simplisia yang dibutuhkan untuk
pembuatan sejumlah tertentu ekstrak kental dan untuk nengetahui kadar metabolit
sekunder yang terbawa oleh pelarut yang digunakan. Dimana semakin tinggi nilai
rendemen menandakan jumlah ekstrak yang dihasilkan semakin banyak dan
tingginya nilai rendemen yang dihasilkan terjadi karena bobot simplisia yang
digunakan49.

4.2.4 Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi


Parameter karakteristik dari suatu ekstrak adalah parameter spesifik dan
non spesifik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa keamanan dan mutu
ekstrak sebagai bahan baku obat.

a. Parameter Spesifik

Dalam penentuan suatu ekstrak hal ini bertujuan untuk memberikan


identitas objektif seperti deskripsi tata nama, nama ekstrak, nama lain tumbuhan,
28

bagian tumbuhan dan nama indonesia tumbuhan penelitian ini. Adapun sampel
yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa ekstrak yang berasal dari tanaman
kopi dengan nama latin Loranthus ferrugineus dan nama indonesianya benalu
kopi. Dan bagian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah daun benalu.

Dalam penentuan organopetik dari ekstrak ini yang memiliki tujuan


untuk mendeskripsikan bentuk,warna, bau dan rasa dari ekstrak yang
dipergunakan.

b. Parameter Non Spesifik

Parameter non spesifik berupa nilai kadar abu total dan kadar air. Dapat
dilihat hasil parameter non spesifik dari ekstrak etanol daun benalu kopi pada
Tabel 2. Penetapan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral
internal dan eksternal yang terdapat dalam serbuk simplisia dan sedangkan kadar
abu yang tidak larut asam ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang
berasal dari pasir atau tanah silikat50. Hasil pengujian kadar abu dalam ekstrak
daun benalu kopi yaitu 6%. Kemudian hasil yang diperoleh bahwa kadar air pada
ekstrak daun benalu kopi yaitu 14,3%. Tujuan dilakukan penetapan kadar air yaitu
untuk mengukur kandungan air yang berada di dalam ekstrak dengan tujuan
memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam suatu
ekstrak. Kandungan air yang berlebihan pada bahan akan mempercepat
pertumbuhan mikroba dan jugadapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap
kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat
tradisonal51.

4.2.5 Skrinning Fitokimia


Skrinning fitokimia bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam suatu sampel. Pengujian skrinning fitokimia
dilakukan dengan cara menambahkan reagen-reagen untuk pengujian masing-
masing senyawa yang akan diamati, kemudian dilihat perubahan yang terjadi.
Hasil uji skrinning fitokimia ekstrak etanol daun benalu kopi dapat dilihat pada
Tabel 3. Berdasarkan hasil uji skrinning fitokimia diketahui bahwa ekstrak etanol
29

daun benalu kopi mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid,


saponin, tanin, triterpenoid serta fenolik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yulian dan Safrijal(2018), bahwa dalam ekstrak etanol daun
benalu kopi mengandung senyawa alkaloid,flavonoid,saponin, tanin,triterpenoid
serta fenolik6.
4.2.6 Pengujian Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi Terhadap
Penyembuhan Luka
Pengujian ekstrak eanol daun benalu kopi dilakukan dengan
memberikan luka pada punggung tikus. Sebelum diberikan perlakuan tikus
terlebih dahulu diaklimatasi, hal ini dilakukan aklimatasi untuk mengobservasi
perilaku dan kemampuan adaptasi tikus terhadaplingkungan barunya. Dan adanya
perbedaan wilayah dan iklim dikhawatirkan akan menyebabkan fisiologis dan
perlaku suatu organisme38.
Pengujian ekstrak etanol daun benalu kopi dilakukan dengan memberikan
luka bakar dengan alat cap panas berbentuk koin dengan berdiameter 2 cm yang
dipanaskan dengan api biru selama 5 menit, lalu di aplikasikan ke punggung tikus
selama 5 detik sehingga terbentuklah luka bakar derajat II. Luka bakar
dipengaruhi oleh luas, kedalaman dan daerah yang terlibat. Semakin dalam dan
luas lukanya maka akan meningkatkan resiko infeksi52. Gejala infeksi luka bakar
akan muncul seperti terasa nyeri, adanya kemerahan, bengkak sekeliling luka, dan
pengingkatan suhu53. Dan adapun alasan dipilihnya luka bakar derajat II
dikarenakan luka bakar derajat I tanpa terapi sembuh dalam waktu yang cepat
dalam 2-7 hari dibandingkan dengan luka bakar derajat II. Sedangkan luka derajat
III, terlihat kerusakan pada kulit yang lebih dalam serta membutuhkan waktu
sembuh yang cukup lama dalam 3-5 bulan52.

a. Pengukuran Diameter Luka Bakar

Dari hasil penelitian dan pengamatan selama 14 hari sehingga


didapatkan hasil rata-rata pengukuran diameter luka bakar dan presentase
kesembuhan yang didapatkan pada Tabel 4. Hasil nilai presentase kesembuhan
dari luka bakar dilakukan perhitungan terhadap nilai AUC tujuannya yaitu untuk
30

menggambarkan proses penyembuhan luka secara langsung sehingga dapat


diketahui kelompok yang memberikan efek penyembuhan luka terbaik. Nilai
AUC yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistikal54. Berikut Presentase
kesembuhan luka bakar yang didapatkan pada Gambar 3.

80
70
72.45
60
Presentase (%)

62.16 62.5
50
40
42.45
30
31.79
20
10
0
Kontrol Kontrol P1 P2 P3
Positif Negatif
Kelompok Perlakuan
Gambar 3. Presentase Kesembuhan Luka Bakar
Dari hasil analisa analitik dengan analisis variasi satu arah (One way
Anova) bahwa perlakuan pemberian ekstrak etanol daun benalu kopi memiliki
tidak terdapat perbedaan yang nyata nilai p>0,05 terhadap rata-rata pengukuran
diameter luka bakar.dapat dilihat bahwa kelompok ekstrak yang memiliki efek
yang terbaik yaitu pada perlakuan 3 yang efektivitasnya tidak melebihi nilai
efektivitas dari kelompok positif, dan kemudian diikuti dengan perlakuan 2 dan
perlakuan 1. Pada kontrol positif didapatkan nilai rata-rata penurunan diameter
luka bakar yaitu 28,549 cm dengan hasil presentase kesembuhannya sebesar
72,45%. Pada penelitian ini konsentrasi terbaik yang didapatkan pada perlakuan 3
dengan konsentrasi 15% dengan nilai rata-rata penurunan diamter luka bakar
sebesar 28,62 cm dengan hasil presentase kesembuhannya sebesar 62,5%.
Kemudian pada perlakuan 2 dengan konsentrasi 10% dapat memberikan
presentase kesembuhan sebesar 62,16% yang memiliki nilai yang tidak jauh
dengan perlakuan 3 dengan konsentrasi 15%, dan diikuti oleh perlakuan 1 dengan
presentase kesembuhan sebesar 42,45%.

Hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ekstrak etanol
daun benalu kopi konsentrasi 15% merupakan konsentrasi ekstrak yang terbaik,
31

kemudian diikuti oleh ekstrak etanol daun benalu kopi konsentrasi 10% dan
ekstrak etanol daun benalu kopi konsnetrasi 5%. Hal ini disebabkan konsentrasi
bahan aktif juga merupakan faktor penting dalam penyembuhan luka. Bila zat
aktif dengan konsentrasi tinggi dioleskan pada permukaan kulit maka terjadi
perubahan struktur membran sebagai akibat konsentrasi molekul yang tinggi,
sehingga terjadi perubahan koefisien partisi antara pembawa dan sawar kulit58.

Dalam proses penyembuhan luka bakar terdapat senyawa yang berperan


dalam prosesnya penyembuhan luka antara lain flavonoid, alkaloid, saponin dan
tanin. Flavonoid bekerja pada fase inflamasi dengan cara menghambat
pembentukan prostagladin dan mediator inflamasi lainnya yaitu leukotriene
turunnya produksi prostagladin dan leukotrien sebagai mediator peradangan akan
mempercepat proses inflamasi ke proses selanjutnya yaitu poliferasi dan
mengakibatkan penyembuhan luka menjadi lebih cepat54. Senyawa alkaloid
bekerja sebagai antimikroba yang efektif untuk membantu proses reepitelisasi
jaringan yang terluka, dan berperan dalam proses penguatan fibril kolagem yang
terbentuk dengan mencegah kerusakan sel melalui sintesis DNA sehingga
pertumbuhan jaringan baru pada luka menjadi lebih55. Dan senyawa tanin dapat
mempercepat pembentukan jaringan yang baru sekaligus dapat melindunginya
dari infeksi atau sebagai antiseptik. Senyawa tanin bersifat astringen yang bekerja
lokal dengan mengendapkan protein darah sehingga pendarahan dapat
dihentikan55. Sedangkan senyawa saponin yang memiliki mekanisme kerja
dengan sebagai antibakteri yang dapat menurunkan tegangan permukaan
sehingga mengakibatan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
menyebabkan senyawa intraseluler akan keluar lalu berdifusi melalui membran
luar dan dinding sel yang rentan, mengikat membran sitoplasma dan mengganggu
kestabilan sel yang dapat menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel dan
mengakibatkan kematian sel55.

b. Pengujian Kadar Hidroksiprolin

Pengujian kadar hidroksiprolin ini yang akan dilakukan dari kulit


masing-masing tikus. Adapun tujuan dilakukan penetapan kadar hidroksiprolin
32

yaitu untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesembuhan luka bakar selama 14
hari. Kadar hidroksiprolin dalam jaringan dapat digunakan sebagai indeks untuk
menggantikan parameter kadar kolagen dalam kulit. Semakin tinggi kandungan
hidroksiprolin dapat diindikasikan adanya peningkatan sintesis kolagen yang
berkolerasi dalam kecepatan proses penyembuhan luka56. Fibroblas adalah sel-sel
mesenkim yang terbentuk pada fase poliferasi dalam penyembuhan luka yang
berperan dalam sintesis kolagen56.

Pada penentuan kadar hidroksiprolin pada penelitian ini dimana hari ke-
15 adalah akhir dari fase poliferasi dimana kolagen yang disintesis oleh fibroblas
jumlahnya tinggi. Fase poliferasi ini sendiri terjadi pada hari ke 3-1456. Pada
penelitian ini untuk penetapan kadar hidroksiprolin yang terdapat pada jaringan
kulit bekas luka bakar ini menggunakan metode Spektrofotometer Uv-Vis.
Metode Spektrofotometer Uv-Vis merupakan metode yang pengerjaanya mudah
dan sederhana namun cukup sensitif dan selektif serta dapat mengukur kadar
dalam jumlah yang kecil. Selain itu metode ini mempunyai kepekaan analisi yang
cukup tinggi dan pengerjaanya lebih murah56. Namun kekurangan dari
penggunaan Spektrofotometer Uv-Vis ini diantaranya senyawa yang akan
dianalisa harus memiliki gugs kromofor (gugus pembawa warna) dan memiliki
ikatan rangkap terkonjugasi serta mempunyai panjang gelombang yang terletak
pada daerah ultraviolet atau visible56.

Syarat suatu senyawa dapat diukur serapannya adalah senyawa yang


memiliki gugus kromofor dan ausokrom, sehingga dapat diukur pada daerah Uv-
Vis. Asam amino hdiroksiprolin merupakan asam amino yang tidak memiliki
gugus kromofor, sehingga tidak dapat diukur pada daerah daerah Uv-Vis. Oleh
karena itu penetapan kadar hidroksiprolin dilakukan derivatisasi. Tujuan
dilakukan derivatisasi yaitu untuk mengubah hidroksiprolin menjadi berwarna dan
dapat dibaca serapannya oleh spektrofotometri56.

Penetapan kadar hidroksiprolin dilakukan dengan cara melakukan biposy


jaringan kulit tikus dihari ke- 15. Pertama-tama jaringan kulit tikus atau jaringan
kulit bekas induksi luka bakar diambil berdiameter 2 cm. Kemudian jaringan kulit
33

yang sudah diambil dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60ºC
selama 12 jam. Hal ini bertujuan untuk mengeringkan jaringan kulit dari air, dan
menjaga kulit dari mikroorganisme sehingga kulit tidak mudah rusak. Setelah
jaringan kulit kering dilakukan penambahan HCl 6 N sebanyak 2 mL serta
diinkubasi pada suhu 110 ºC selama 24 jam. Tujuan penambahan HCl yaitu untuk
menghancurkan atau memecah jaringan kulit menjadi lebih kecil dibantu dengan
pemanasan yang tinggi56. Selanjutnya dilakukan penetrealan pH 7 dengan
menggunakan buffer serta aquadest, adapun tujuan penambahan buffer yaitu
untuk mempertahankan nilai pH dengan pencampuran basa kuat dan asam kuat
serta pengenceran oleh air56.

Sampel yang telah dinetralkan dilakukan penambahan CuSO4 0,01 M


sebanyak 1 mL, NaOH 2,5 N sebanyak 1 mL serta H2O2 6% sebanyak 1 mL,dan
ketiga bahan tersebut yang telah ditambahkan ini merupakan larutan peroksida
yang berfungsi untuk mengubah hidroksiprolin menjadi pirol-2-karboksilat
(pirol). Selanjutnya dilakukan inkubasi kembali selama 5 menit pada suhu 80ºC,
tujuannya dilakukan inkubasi yaitu agar larutan pengoksidasi dapat berekasi
secara optimal. Selanjutnya sampel dididnginkan, setelah sampel dingin
dilanjutkan dengan penambahan H2SO4 3 M sebanyak 4 mL. Serta penambahan
reagen 2-dimetil-aminobenzildehid 5% sebanyak 2 mL. Tujuan penambahan
reagen 2-dimetil-aminobenzildehid yaitu untuk mempercepat reaksi dan
mengubah sampel menjadi warna kuning. Kemudian diinkubasi kembali selama
16 menit pada suhu 70ºC agar sampel berubah menjadi warna merah. Menurut
Martinus et al (2019), semakin tinggi kadar hidroksiprolin maka warna merah
yang dihasilkan akan semakin pekat56. Adapun hidroksiprolin hasil derivatisasi
mempunyai serapan pada daerah visible yang berada pada panjang gelombang
560 nm.

Uji penetapan kadar hidroksiprolin pada jaringan kulit ditetapkan melalui


kurva standar hidroksiprolin, dimana kurva standar dibuat dari hubungan antara
konsentrasi larutan absorbansinya. Dalam penentuan kurva standar menggunakan
larutan yang merupakan larutan standar,dimana larutan standar adalah larutan
34

yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti57. Kurva standar hidroksiprolin


ditetapkan dengan menggunakan 6 konsentrasi yang berbeda mulai dari 9, 18, 27,
36, 45 dan 54 ppm dengan perlakuan yang sama terhadap kadar hidroksiprolin.
Berikut kurva standar hidroksiprolin pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Kurva Standar Hidroksiprolin


Berdasarkan kurva standar dari hidroksiprolin diatas didapatkan
persamaan regresi linier hidroksiprolin yaitu y= 0,0263 + 0,058x dengan nilai
koefisien kolerasinya yakni r= 0,9962. Adapun nilai linieritas terbaik dengan
adanya hubungan korelasi yang erat nilai r ditunjukkan dengan harga koefisien
korelasi yang mendekati atau sama dengan satu. Dan untuk mendapatkan nilai
konsentrasi hidroksiprolin dalam sampel digunakan persamaan linier dengan
memasukkan nilai hidroksiprolin dalam sampel digunakan persamaan linier
dengan memasukkan nilai absorbansi yang diperoleh dengan menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 560 nm.dan dapat dilihat hasil
dari pengukuran kadar hidroksiprolin yang terdapat didalm jaringan kulit tikus
dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan one way anovaI
menunjukkan bahwa pada pemberian ekstrak etnaol daun benalu kopi memiliki
perbedaan yang bermakna dimana nilai signifikan kurang dari 0,05 terhadap
hidroksiprolin yang terdapat pada jaringan kulit tikus, sehingga ekstrak etanol dau
35

benalu kopi memiliki khasiat sebagai obat luka bakar pada tikus. Berikut hasil
grafik kadar hidroksiprolin pada Gambar 5.

70
Kadar Hidroksiprolin µg/ml
60 64.34
50 53.62
40 48.35
45.68
30 35.76
20
10
0
K+ K- P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan

Gambar 5. Grafik Kadar Hidroksiprolin


Hasil uji Pos Hoc Duncan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol
daun benalu kopi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dari hasil
konsentrasi ekstrak diberikan didapatkan konsentrasi ekstrak daun benalu kopi
yang terbaik adalah P2 dengan konsentrasi 10% yang memberikan nilai kadar
hidroksiprolin 53,62 µg/ml.

Sedangkan pada kelompok yang diolesi K- menjadi kelompok perlakuan


yang mengalami penurunan luka bakar dengan presentase terendah. Akan tetapi
vaselin flavum belum memberikan efek dalam penyembuhan luka serta vaselin
flavum dapat menghambat hilangnya kandunan air dai sel-sel kulit yang
membentuk lapisan film yang waterproff dan dapat meningkatkan hidrasi pada
kulit.
36

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Keseimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang potensi ekstrak
daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb) terhadap penyembuhan luka
dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak daun benalu kopi memiliki aktivitas terhadap penyembuhan luka


bakar pada tikus putih jantan dengan peningkatan presentase kesembuhan,
penurunan diameter luka bakar dan juga peningkatan kadar hidroksiprolin
kolagen dari hewan uji tikus.

2. Konsentrasi ekstrak daun benalu kopi yang mempunyai aktvitas tertinggi


terhadap penyembuhan luka bakar yaitu ekstrak daun benalu kopi konsentrasi
15%, namun konsentrasi tersebut tidak melebihi efektivitas dari pemberian
bioplacenton

5.2. Saran
saran yang diberikan pada penelitian ujiaktivitas ekstrak etanol daun
benalu kopi sebagai obat luka bakar yaitu diharapkan bahwa adanya penelitian
lebih lanjut mengenai senyawa utama (isolasi) yang memiliki khasiat sebagai obat
luka bakar pada ekstrak daun benalu kopi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggowarsito JL. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. J Widya Med.
2014;2(2):115-120.
http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JWM/article/view/852
2. Di B, Satu S, Sakit R, Di U, Periode D. Prodi D3 Farmasi, Fakultas
Farmasi Universitas Mahasaraswati, Jalan Kamboja No.11A, Denpasar,
Bali. 2020;6(2):100-105.
3. Nofiyanto M, Nirmalasari N, Ners PP, et al. Praktik penanganan pertama
luka bakar pada ibu rumah tangga di wilayah sleman yogyakarta first aid
practice of wound burns among housewives in sleman region yogyakarta.
2020;9(1):1-10.
4. Sentat T, Permatasari R. UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN
ALPUKAT ( Persea americana Mill .) TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA BAKAR PADA PUNGGUNG. J Ilm Manuntung. 2015;1(2):100-
106.
5. Ameer OZ, Salman IM, Quek KJ, Asmawi MZ. Loranthus ferrugineus: a
Mistletoe from Traditional Uses to Laboratory Bench. J
Pharmacopuncture. 2015;18(1):7-18. doi:10.3831/kpi.2015.18.001
6. Yulian M, Safrijal S. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN BENALU
KOPI (Loranthus Ferrugineus Roxb.) DENGAN METODE DPPH (1,1 –
Difenil -2- Pikrilhidrazil). Lantanida J. 2019;6(2):192.
doi:10.22373/lj.v6i2.4127
7. Pratama N, Salni S, Marisa H. Aktivitas Senyawa Antioksidan Daun
Benalu Scurrula Ferruginea (Jack) Dans Yang Tumbuh Pada Kakao
(Theobroma Cacao). Published online 2020.
https://repository.unsri.ac.id/32554/
8. Praja MH, Oktarlina RZ. Uji Efektivitas Daun Petai Cina ( Laucaena
glauca ) Sebagai Antiinflamasi Dalam The Effectiveness Leaves Chinese ’
s Petai ( Leucaena glauca ) As an Anti- Inflammatory Treatment of Injury
In Swollen. Majority. 2017;5:86-89.
file:///C:/Users/ACER/Downloads/1532-2243-1-PB.pdf

37
38

9. Rinawati, Tirta I, Budiarti, Putri DAE, Kurniaty I. Pengaruh Konsentrasi


Ekstrak Kental Daun Kanyere ( Bridelia Monoica ( L ). Merr ) Sebagai
Antiinflamasi Dalam Sediaan Gel. 2022;14(1):79-90.
10. Wenas DM, Aliya LS, Janah NU. AKTIVITAS ANTIINFLAMASI
EKSTRAK ETANOL DAUN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) PADA
EDEMA TIKUS. Bul Penelit Tanam Rempah dan Obat. 2020;31(2):75.
doi:10.21082/bullittro.v31n2.2020.75-84
11. Pertanian RT. JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : 2085-2614;
e-ISSN 2528 2654. 2018;11(April):1-11.
12. Merr SL, Handayani S, Malik A, Farmasi F, Indonesia UM. PENETAPAN
KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK DAUN CENGKEH.
2010;3(2).
13. Kunci K. IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID DARI BATANG
KARAMUNTING ( Rhodomyrtus tomentosa ) SEBAGAI BAHAN AJAR
BIOLOGI Retno Ningrum et al ., Identifikasi Senyawa Alkaloid Indonesia
merupakan Negara dengan kekayaan alam yang melimpah . Hampir segala
jenis tumbuhan da. 2016;(November).
14. Aksara, R. WJAM dan LA. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak
Metanol Kulit Batang Mangga (Mangifera indica L.). 2013;1(1):514-519.
15. Hidayah N, Peternakan PS, Pertanian F, Bengkulu UM. Pemanfaatan
Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman ( Tanin dan Saponin ) dalam
Mengurangi Emisi Metan Ternak Ruminansia Utilization of Plant
Secondary Metabolites Compounds ( Tannin and Saponin ) to Reduce
Methane Emissions from Ruminant Livestock PENDAHULUAN.
2016;11(2):89-98.
16. Fathurrahman NR, Musfiroh I, Farmasi F, Padjadjaran U. Farmaka
Farmaka. 16:449-456.
17. Rachman A, Wardatun S, Weandarlina IY, Farmasi PS, Pakuan U.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA SAPONIN EKSTRAK
METANOL DAUN. Published online 2008:3-8.
18. Purnamaningsih H, Nururrozi A, Indarjulianto S. Saponin : Dampak
39

terhadap Ternak ( Ulasan ) Saponin : Impact on Livestock ( A Review ).


2017;6(2):79-90.
19. Sembiring HB, Lenny S, Marpaung L. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN BENALU KAKAO (
Dendrophthoe pentandra ( L .) Miq .). Published online 2011.
20. Bakteri LP, Nurhabiba S, Wulan W. INDONESIAN FUNDAMENTAL.
2020;6(1):16-26.
21. Putu N, Hikmawanti E, Fatmawati S, Arifin Z. Pengaruh Variasi Metode
Ekstraksi Terhadap Perolehan Senyawa Antioksidan Pada Daun Katuk (
Sauropus androgynus ( L .) Merr ). 2021;10(1):1-12.
22. Asfianti,S. DS dan MFAN. Efektivitas Ekstrak Etanol Umbi Porang
(Amorphophallus Oncophyllus Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada
Tikus Putih Jantan. CV. Global Aksara Pers; 2022.
23. Ilmiah KT, Fatmawati SRI, Studi P, Farmasi D, Harapan P, Kota B. KULIT
BUAH NAGA MERAH. Published online 2019.
24. Wewengkang,D S dan HR. Fitofarmaka. Lakeisha; 2019.
25. Ridwan I, Puspitasari R, Dewi DR, Ghozali M. Pembuatan Biodiesel
dengan Proses Ekstraksi Reaktif dari Ampas Perasan Kelapa. Published
online 2012:22-26.
26. Sari AN, Si M. Antioksidan alternatif untuk menangkal bahaya radikal
bebas pada kulit. 2015;1(1):63-68.
27. Annisa, R., A. Mufidah., M. T. G. Cing., Syokumawena., E. Nurwidiyanti.
HM riskawaty. Keperawatan Medikal Bedah. Media Sains Indonesia; 2022.
28. Risnawati. Keperawatan Sistem Integumen. Lakeisha; 2019.
29. Kurniawan SW, Kedokteran F, Lampung U. Luka Bakar Derajat II-III 90
% karena Api pada Laki-laki 22 Tahun di Bagian Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Abdoel Moeloek Lampung Burns Degree II-III 90 % due to
Fire in Male 22 Years in Surgery Division of Abdoel Moeloek General
Hospital Lampung.
30. Kowalak dan P. Jeniffer. Buku Ajar Patofisiologi. EGC; 2011.
31. Mediarti, D., Hapipah., D.Y.B. Prabowo. MP dan ES. Ilmu Keperawatn
40

Medikal Bedah Dan Gawat Darurat. Media Sains Indonesia; 2022.


32. Suwiti N. Deteksi Histologi Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca
Pemberian Daun Mengkudu (Morinda citrofilia L.). Vet Idayana.
2010;2(1):1-9.
33. Artikel P, Daring P. No Title. 2019;7(1):1-11. doi:10.35508/jkv.v7i1.01
34. Medika Q, Molekuler SDAN. Qanun Medika Januari Desember : Desember
Januari 2019. 2019;3(1):31-43.
35. Baradero, M. MWD dan YS. Keperawatn Perioperatif: Prinsip Dan
Praktik. EGC; 2009.
36. Pengembangan S, Ternak U, Rattus T, Mus M, Peternakan F. Strategi
pengembangan usaha ternak tikus. 2013;01(3):147-154.
37. Frianto, F. IF dan HR. Evaluasi Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah
Perkawinan Tikus Putih(Rattus norvegicus) Secara Kualitatif. Published
online 2015.
38. Dewi, S. R. P. DOM dan RB. Efek Antikaries Ekstrak Gambir Pada Tikus
Jantan Galur Wistar. Maj Kedokt Gigi Indones. 2017;3(2):83.
39. Vogel H. Drug Discovery and Evaluation: Pharmacological Assays,
Second Edition. Vol 17.; 2002.
40. Kementrian Kesehatan RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
41. Katzung, B. SM dan AT. Farmakologi Dasar Dan Klinik, Edisi 35 XII.
EGC; 2012.
42. Veterinaria JM, Balqis U, Balqis U, et al. PROSES PENYEMBUHAN
LUKA BAKAR DENGAN GERUSAN DAUN KEDONDONG ( Spondias
dulcis F .) DAN VASELIN PADA TIKUS PUTIH ( Rattus norvegicus )
SECARA HISTOPATOLOGIS Healing Process Of Burns Using
Ambarella Leaf ( Spondias dulcis F .) and Vaselin in Rats. Published online
2011:9-14.
43. Husni A. Perbandingan Kadar Hidroksipolin pada Tikus Wistar yang
diberikan Platelet Rich Plasma Derajat II B. Tesis. Published online 2019.
44. Indratmoko S, Vegga Dwi Fadilla, Lulu Setiyabudi. Optimasi Formula Self
41

Nanoemulsifying Drug Delivery System (Snedds) Ekstrak Etanol Daun


Salam (Syzygium Polyanthum) Sebagai Antibakteri Staphylococcus
Aureus. Pharmaqueous J Ilm Kefarmasian. 2021;3(1):46-56.
doi:10.36760/jp.v3i1.269
45. Roring N, Yudistira A, Lolo WA. Standardisasi Parameter Spesifik Dan Uji
Aktivitas Antikanker Terhadap Sel Kanker Payudara T47D Dari Ekstrak
Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthes Crispa (L.) Blume). Pharmacon.
2017;6(3):176-185.
46. Lady Yunita Handoyo D, Pranoto ME. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan
Terhadap Pembuatan Simplisia Daun Mimba (Azadirachta Indica). J Farm
Tinctura. 2020;1(2):45-54. doi:10.35316/tinctura.v1i2.988
47. Kiswandono AA. SKRINING SENYAWA KIMIA DAN PENGARUH
METODE MASERASI DAN REFLUKS PADA BIJI KELOR (Moringa
oleifera, Lamk) TERHADAP RENDEMEN EKSTRAK YANG
DIHASILKAN. J Sains Nat. 2017;1(2):126. doi:10.31938/jsn.v1i2.21
48. Misfadhila S, Chandra B, Wahyuni Y. Pengaruh Fraksi Air, Etil Asetat dan
N-Heksa DARI Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbii
L) Terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Secara In Vitro. J Farm
Higea. 2020;12(2):115-123.
49. Egra S, Mardhiana ., Rofin M, et al. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bakau
(Rhizophora mucronata) dalam Menghambat Pertumbuhan Ralstonia
Solanacearum Penyebab Penyakit Layu. Agrovigor J Agroekoteknologi.
2019;12(1):26. doi:10.21107/agrovigor.v12i1.5143
50. Supriningrum R, Ansyori AK, Rahmasuari D. Karakterisasi Spesifik dan
Non Spesifik Simplisia Daun Kawau (Millettia sericea). Al Ulum Sains dan
Teknol. 2020;6(1):12-18.
51. Utami YP, Umar AH, Syahruni R, Kadullah I. Standardisasi Simplisia dan
Ekstrak Etanol Daun Leilem ( Clerodendrum. J Pharm Med Sci.
2017;2(1):32-39.
52. Ulima Larissa, Anggraini Janar Wulan AYP. Pengaruh Binahong terhadap
Luka Bakar Derajat II. J Major. 2017;7(1):130-134.
42

53. Santosa WRB, Anggraini R. Perbandingan Efektifitas Tumbukan Daun


Sirih Terhadap penyembuhan Luka Bakar Derajat II Pada Tikus Wistar
Jantan. J Insa Cendekia. 2021;8(1):39-48.
54. Eufrasia, V., N. U. Pratiwi dan R. Susanti. 2015. Uji Efektivitas
Penyembuhan Luka Sayat Ekstrak Rimpang Jeringau Merah (Acorus sp.)
pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar. Jurnal Untan.
55. Hakim IR, Lestari F, Priani SE. Kajian Pustaka Tanaman yang Berpotensi
dalam Penyembuhan Luka Bakar. Prosding Farm. Published online
2010:14-20. http://dx.doi.org/10.29313/.v7i1.25982
56. Martinus B. PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK ETANOL
DAUN PILADANG(Solenostemonscutellarioides(L). Codd) SELAMA 15
HARI SECARA TOPIKAL TERHADAP AKTIVITAS PENYEMBUHAN
LUKA EKSISI PADA TIKUS PUTIH JANTAN. Sci J Farm dan Kesehat.
2020;9(2):192. doi:10.36434/scientia.v9i2.314
57. Simanjuntak R. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi
Cair Merek “Lx” Dengan Metode Titrasi Asidimetri Rosmidah
Simanjuntak Akademi Farmasi Indah. J Ilm Kohesi. 2018;2(4):59-70.
58. Aponno J V, Yamlean PVY, Supriati HS. UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN
GEL EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn)
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA YANG TERINFEKSI BAKTERI
STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA KELINCI (Orytolagus cuniculus).
PHARMACON J Ilm Farm – UNSRAT Agustus. 2014;3(3):2302-2493.
43

LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagian Alur penelitian

Pengambilan dan Preparasi Daun Benalu Kopi


(Loranthus ferrugineus Roxb).

Pembuatan Simplisia Daun Benalu Kopi


(Loranthus ferrugineus Roxb).

Pembuatan Ekstrak Daun Benalu Kopi (Loranthus ferrugineus Roxb).

Karakteristik dan Skrinning Fitokimia

Penentuan Dosis Ekstrak

Pengelompokkan Hewan uji

Aklimitasi Hewan Uji

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi


(Loranthus ferrugineus Roxb).
44

Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi


(Loranthus ferrugineus Roxb).

Daun Benalu Kopi

Disortasi basah

Dicuci sampel daun benalu kopi

Dirajang atau potong halus

Dikering anginkan

Disortasi kering

Dihaluskan menggunakan grinder

Serbuk Simplisia

Dimaserasi menggunakan etanol 70% selama 6


jam

Sesekali diaduk didiamkan 18 jam

Disaring dan remerasi sekurang-kurangnya 1 kali

Disaring hingga diperoleh maserat

Ampas Filtrat

Dilakukan evaporasi menggunakan


Rotary evaporator

Ekstrak Kental

Dilakukan uji
skrinning firokimia
45

Lampiran 3. Skema Kerja Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Benalu Kopi
Tikus yang telah di
aklimitasi selama 7 hari

Kelompok I Kelompok II Kelompok Kelompok Kelompok V


Kontrol (-) Kontrol (+) III Perlakuan IV Perlakuan Perlakuan 3
Vaselin Salep 1 Ekstrak 2 Ekstrak Ekstrak 15%
flavum Bioplacenton 5% 10%

Tikus diinduksi dengan lempeng berdiameter 20mm yang telah dipanaskan selama 3
menit dan ditempelkan pada punggung tikus selama 5 detik yang sebelumnya telah
dianestesi dengan castran

Pengamatan diamter luka


bakar dan presentase
kesembuhan selama 14 hari

Pengujian Hidroksipolin

Analisis Data
Lampiran 4. Uji Kadar Hidroksiprolin.
-Pembuatan Larutan Induk Hidroksiprolin

Serbuk Hidroksiprolin

Serbuk standar 50mg dimasukkan kedalam labu 50 mL


Ditambahkan aquadest sampai tanda batas
Dikocok hingga homogen
Diambil 5 mL larutan induk hidroksipolin dan ditambahkan
aquadest hingga 100 ppm

Hasil

-Pembuatan Kurva Standar

Larutan Induk Hidroksiprolin


Dilakukan dengan larutan induk 100 ppm
Dibuat 6 variasi konsentrasi ekstrak (9, 18, 27, 36, 45, 54)
Dipipet larutan Induk (0,9 ml; 1,8 ml; 2,7 ml; 3,6 ml; 4,5 ml; 5,4ml
Dipipet larutan sebanyak 1 ml
Ditambahkan 1 mL CuSo4
Ditambahkan 1 mL NaOH
Ditambahkan 1 mL H2O2
Dipanaskan pada suhu 800 C selama 5 menit
Ditambahkan 1 ml dimetil-amino benzaldehid
Dipanaskan pada suhu 700 selama 16 menit
Diuji menggunakan spektrofotometri Uv-vis
Hasil
-Pengujian kadar hidroksiprolin jaringan kulit

Kulit Bekas Luka


Dibiopsi pada bagian kulit bekas luka bakar
Dikeringkan dioven selama 12 jam
Dihidrolisis dengan HCL selama 24 jam pada suhu 1100C
Ditambahkan larutan buffer dan Nacl
Diperlakukan sama dengan kurva standar untuk uji hidroksiprolin

Hasil

37
47

Lampiran 5. Perhitungan Hewan Percobaan (federer)


(n-1)(t-1) ≥ 15 Keterngan:
(n-1)(5-1) ≥ 15 n: Banyak Pengulangan
(n-1)(4) ≥ 15 t: Jumlah Perlakuan
n-1 ≥ 15/4

n-1 = ≥ 3,75 n ≥ 3,75 + 1

≥4,75 = 5 ekor tiap perlakuan

Lampiran 6. Analisis Data

Data pengukuran diameter


luka bakar dan kadar
hidroksiprolin

Di analisis menggunakan
variasi satu arah

Dilakukan uji Post Hoc


Duncan
48

Lampiran 7. Hasil Analisis Data SPSS


1. Pengukuran Diameter Luka Bakar
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized
Residual

N 25

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .97894501

Most Extreme Differences Absolute .158

Positive .158

Negative -.145

Kolmogorov-Smirnov Z .792

Asymp. Sig. (2-tailed) .558

a. Test distribution is Normal.

Data terdistribusi normal karena p > 0,05 yaitu 0,558

Test of Homogeneity of Variances

Diameter Luka

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.870 4 20 .155

Data homogen p>0,05


Data homogen karena p>0,05 yaitu 1,55

ANOVA

Diameter Luka

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 39.849 4 9.962 1.530 .232

Within Groups 130.262 20 6.513

Total 170.111 24

Data tidak terdapat perbedaan yang bermakna nilai p>0,05 yaitu 0,232
49

Diameter Luka

Subset for alpha


= 0.05
Kelompok
Perlakuan N 1

Duncana Kontrol Positif 5 28.5520

Perlakuan 3 5 28.6360

Perlakuan 2 5 28.8220

Perlakuan 1 5 28.9320

Kontrol Negatif 5 31.8740

Sig. .078

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

2. Data Uji Hidroksiprolin


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize
d Residual

N 25

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 13.07702687

Most Extreme Differences Absolute .121

Positive .101

Negative -.121

Kolmogorov-Smirnov Z .603

Asymp. Sig. (2-tailed) .861

a. Test distribution is Normal.

Data terdistribusi normal karena p>0,05 yaitu 0,861


50

Test of Homogeneity of Variances

Nilai Hidroksiprolin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.168 4 20 .036

Data tidak homogen karena p<0,05 yaitu 0,036

ANOVA

Nilai Hidroksiprolin

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2209.451 4 552.363 5.766 .003

Within Groups 1915.985 20 95.799

Total 4125.436 24

Data pada penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang bermakna karena p>0,05
yaitu 0,003

Nilai Hidroksiprolin

Subset for alpha = 0.05


Kelompok
Perlakuan N 1 2 3

Duncana Kontrol Negatif 5 35.76

Perlakuan 2 5 53.62 53.62

Perlakuan 3 5 48.35 48.35

Perlakuan 1 5 48.68 48.68

Kontrol Positif 5 64.34

Sig. .067 .239 .099

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.


51

Lampiran 8. Data Hasil Pengukuran Diamter Luka dan Presentase Kesembuhan


Luka Bakar
Kelompok Perlakuan K-

panjang luka Rata-


Hari Perlakuan
1 2 3 4 5 Rata
0 2,58 2,3 2,32 2,54 2,42 2,432
3 2,53 2,25 2,28 2,5 2,37 2,386
6 K- 2,48 2,21 2,23 2,45 2,33 2,34
9 2,16 1,92 2,01 2,33 2,22 2,128
12 1,59 1,78 1,76 1,85 1,94 1,784
14 1,25 1,54 1,34 1,59 1,3 1,404
AUC 30,605 28,58 28,78 31,865 30,54 30,074

Kelompok Perlakuan K+
panjang luka Rata-
Hari Perlakuan
1 2 3 4 5 Rata
0 2,51 2,51 2,51 2,56 2,51 2,52
3 2,46 2,47 2,47 2,52 2,46 2,476
6 2,21 2,22 2,29 2,34 2,25 2,262
9 K+ 2 1,94 1,65 2 2,02 1,922
12 1,82 1,82 1,21 1,5 1,84 1,638
14 0,65 0,91 0,53 0,72 0,66 0,694
AUC 28,975 29,115 26,55 28,89 29,215 28,549

Kelompok Perlakuan P1 (5%)


Panjang Luka Rata-
Hari Perlakuan
1 2 3 4 5 Rata
0 2,23 2,27 2,44 2,23 2,35 2,304
3 2,19 2,23 2,4 2,19 2,3 2,26
6 2,13 2,15 2,32 2,13 2,25 2,196
9 P1 2,08 2,09 2,18 1,9 2,18 2,086
12 1,85 1,89 1,95 1,65 1,7 1,808
14 1,18 1,64 1,71 1,07 1,05 1,33
AUC 28,35 29,18 30,945 27,2 28,985 28,932
52

Kelompok Perlakuan P2 (10%)


Panjang Luka
Hari Perlakuan ratarata
1 2 3 4 5
0 2,48 2,39 2,47 2,49 2,44 2,454
3 2,43 2,34 2,44 2,26 2,32 2,358
6 2,36 2,27 2,37 2,19 2,25 2,288
9 P2 2,22 1,83 2,12 1,72 2,04 1,986
12 1,94 0,91 1,95 1,58 1,81 1,638
14 0,89 0,59 1,71 0,41 1,22 0,964
AUC 30,49 25,77 31,08 26,605 29,235 28,636

Kelompok Perlakuan P3 (15%)

Panjang Luka rata-


Hari Perlakuan
1 2 3 4 5 rata
0 2,48 2,39 2,47 2,49 2,44 2,454
3 2,4 2,34 2,4 2,38 2,37 2,376
6 2,31 2,25 2,28 2,29 2,34 2,294
9 P3 2,22 1,86 2,02 2,12 2,19 2,082
12 1,5 1 1,8 1,43 1,8 1,506
14 0,89 0,59 1,71 0,71 0,7 0,92
AUC 29,16 25,99 31,01 28,39 29,56 28,622

-Perhitungan Presentase Kesembuhan Luka Bakar


d-dx
Rumus : P% = × 100%
d

Keterangan : dx = diameter permukaan luka bakar hari ke- x

d = diameter permukaan luka bakar hari pertama

P% = persentase penyembuhan luka bakar

Kelompok K-

Tikus 1
P%= ((2,58-1,25)/2,58)x 100%
P%= 51,55%

Tikus 2
53

P% = ((2,3-1,54)/2,3)x 100%
P%= 33,04%

Tikus 3
P%= ((2,32-1,34)/2,32)x 100%
P%= 42,24%

Tikus 4
P%= ((2,54-1,59)/2,54)x 100%
P%= 37,40%

Tikus 5
P%= ((2,42-1,3)/2,42)x 100%
P%= 46,28%

Rata-rata%: 31,79%

Kelompok K+
Tikus 1
P%= ((2,51-0,65)/2,51)x 100%
P%= 74,10%

Tikus 2
P%= ((2,51-0,91)/2,51)x 100%
P%= 63,74%

Tikus 3
P%= ((2,51-0,53)/2,51)x100%)
P%= 78,88%

Tikus 4
P%= ((2,56-0,72)/2,56)x 100%
P%= 71,87%

Tikus 5
P%=((2,51-0,66)/2,51)x 100%
P%= 73,6%
Rata-rata%: 72,45%
54

Kelompo P1
Tikus 1
P%=((2,23-1,18)/2,23)x 100%
P%= 47,08%

Tikus 2
P%= ((2,27-1,64)/2,27)x 100%
P%= 27,75%

Tikus 3
P%= ((2,24-1,71)/2,24)x 100%
P%= 19,91%

Tikus 4
P%= ((2,23-1,07)/2,2,23)x 100%
P%= 52,01%

Tikus 5
P%= ((2,35-1,05)/2,35)x 100%
P%= 55,31%
Rata-rata%= 42,45%

Kelompok P2
Tikus 1
P%= ((2,45-0,52)/2,45)x 100%
P%= 82,44%

Tikus 2
P%=((2,27-0,82)/2,27)x 100%
P%= 63,87%

Tikus 3
P%= ((2,41-1,6)/2,41)x 100%
P%= 33,60%

Tikus 4
P%= ((2,3-0,41)/2,3)x 100%
P%= 82,17%

Tikus 5
P%= ((2,38-1,22)/ 2,38)x 100%
P%= 48,73%
Rata-rata%: 62,16%
55

Kelompok P3
Tikus 1
P%= ((2,48-0,89)/2,48)x 100%
P%= 64,11%

Tikus 2
P%=((2,39-0,59)/2,39)x 100%
P%= 75,31%

Tikus 3
P%= ((2,47-1,71)/2,47)x 100%
P%= 30,76%

Tikus 4
P%=((2,49-0,71)/2,49)x 100%
P%= 71,48%

Tikus 5
P%=((2,44-0,71)/2,44)x 100%
P%= 70,90%
Rata-rata%: 62,5%
56

Lampiran 9. Data Pengukuran Kadar Hidroksiprolin


Kelompok Perlakuan Kadar Hidroksipolin µ/mL
T1: 61,61552
T2: 62,97759
K+ T3 : 61,65
T4: 74,99483
T5: 60,46034
T1: 42,51207
T2: 25,52931
K- T3: 24,40862
T4: 43,13276
T5:43,21897
T1: 44,78793
T2: 59,47759
P1 T3: 60,47759
T4: 52,99483
T5: 50,37414
T1: 59,46034
T2: 27,06379
P2 T3: 51,52931
T4: 35,07069
T5: 55,28793
T1: 38,18448
T2: 39,99483
P3 T3: 63,01207
T4: 54,77069
T5: 45,77069
57

Lampiran 10. Hasil Pengukuran Kurva Standar Hidroksipolin


Konsentrasi % Absorbansi
9 0,0572
18 0,975
27 1,521
36 1,981
45 2,582
54 3,168
58

Lampiran 11. Hasil Absorbansi dan Perhitungan Kadar Hidroksiprolin


Kelompok Perlakuan Kadar Hidroksipolin µ/mL
T1: 3,600
T2: 3,679
K+ T3 : 3,602
T4: 4,376
T5: 3,533
T1: 2,492
T2: 1,507
K- T3: 1,442
T4: 2,528
T5:2,533
T1: 2,624
T2: 3,476
P1 T3: 3,534
T4: 3,100
T5: 2,948
T1: 3,475
T2: 1,596
P2 T3: 3,015
T4: 2,060
T5: 3,233
T1: 2,241
T2: 2,346
P3 T3: 3,681
T4: 3,203
T5: 2,681
Konsentrasi Hidroksiprolin Kontrol K+
-Tikus 1
Absorbansi= 3,600
Y= 0,0263+0,058x
3,600=0,0263+0,058x
X= 61,61552 µg/mL

-Tikus 2
Absorbansi= 3,679
Y= 0,0263+0,058x
3,679= 0,0263+0,058x
X= 62,97759 µg/mL

-Tikus 3
Absorbansi= 3,602
Y= 0,0263+0,058x
59

3,602= 0,0263+0,058x
X= 61,65 µg/mL

-Tikus 4
Absorbansi= 4,376
Y= 0,0263+0,058x
4,376= 0,0263+0,058x
X= 74,9948 µg/mL

-Tikus 5
Absorbansi= 3,533
Y= 0,0263+0,058x
3,533= 0,0263+0,058x
X= 60,46034 µg/mL

Konsentrasi Hidroksiprolin Kontrol K-


-Tikus 1
Absorbansi= 2,492
Y= 0,0263+0,058x
2,492= 0,0263+0,058x
X= 42,51207 µg/mL

-Tikus 2
Absorbansi= 1,507
Y= 0,0263+0,058x
1,507= 0,0263+0,058x
X= 25,52931 µg/mL

-Tikus 3
Absorbansi= 1,442
Y= 0,0263+0,058x
1,442= 0,0263+0,058x
X= 24,40862 µg/mL

-Tikus 4
Absorbansi= 2,528
Y= 0,0263+0,058x
2,528= 0,0263+0,058x
X= 43,13276 µg/mL

-Tikus 5
Absorbansi= 2,533
Y= 0,0263+0,058x
2,533= 0,0263+0,058x
X= 43,21897 µg/mL
60

Konsentrasi Hidroksiprolin Perlakuan 1 (5%)


-Tikus 1
Absorbansi= 2,624
Y= 0,0263+0,058x
2,624= 0,0263+0,058x
X= 44,78793 µg/mL

-Tikus 2
Absorbansi= 3,476
Y= 0,0263+0,058x
3,476= 0,0263+0,058x
X= 59,47759 µg/mL

-Tikus 3
Absorbansi= 3,534
Y= 0,0263+0,058x
3,534= 0,0263+0,058x
X= 60,47759 µg/mL

-Tikus 4
Absorbansi= 3,100
Y= 0,0263+0,058x
3,100= 0,0263+0,058x
X= 52,99483 µg/mL

-Tikus 5
Absorbansi= 2,948
Y= 0,0263+0,058x
2,948= 0,0263+0,058x
X= 50,37414 µg/mL

Konsentrasi Hidroksiprolin Perlakuan 2 (10%)


-Tikus 1
Absorbansi= 3,475
Y= 0,0263+0,058x
3,475= 0,0263+0,058x
X= 59,46034 µg/mL

-Tikus 2
Absorbansi= 1,596
Y= 0,0263+0,058x
1,596= 0,0263+0,058x
X= 27,06379 µg/mL

-Tikus 3
Absorbansi= 3,015
61

Y= 0,0263+0,058x
3,015= 0,0263+0,058x
X= 51,52931 µg/mL

-Tikus 4
Absorbansi= 2,0604
Y= 0,0263+0,058x
2,0604= 0,0263+0,058x
X= 35,07069 µg/mL

-Tikus 5
Absorbansi= 3,233
Y= 0,0263+0,058x
3,233= 0,0263+0,058x
X= 55,28793 µg/mL

Konsentrasi Hidroksiprolin Perlakuan 3 (15%)


-Tikus 1
Absorbansi= 2,241
Y= 0,0263+0,058x
2,241= 0,0263+0,058x
X=38,18448 µg/mL

-Tikus 2
Absorbansi= 2,346
Y= 0,0263+0,058x
2,346= 0,0263+0,058x
X= 39,99483 µg/mL

-Tikus 3
Absorbansi= 3,681
Y= 0,0263+0,058x
3,681= 0,0263+0,058x
X= 63,01207 µg/mL

-Tikus 4
Absorbansi= 3,203
Y= 0,0263+0,058x
3,203= 0,0263+0,058x
X= 54,77069 µg/mL

-Tikus 5
Absorbansi= 2,681
Y= 0,0263+0,058x
2,681= 0,0263+0,058x
X= 45,77069 µg/mL
62

Lampiran 12. Uji Skrinning Fitokimia dan Karakteristik Ekstrak

Flavonoid (+) Saponin (+) Fenolik (+)

Alkaloid (+) Steroid (+)

Karakterisasi Ekstrak
-Kadar Air

Dipanaskan cawan kosong Didinginkan didesikator Ditimbang cawan kosong

Penimbangan Ekstrak Pemanasan ekstrak Didinginkan ekstrak


63

Ditimbang ekstrak

-Kadar Abu

Dipanaskan cawan Ditimbang cawan kosong Ditimbang ekstrak

Pemijaran Ekstrak Didinginkan didesikator Ditimbang ekstrak


dalam tanur
64

Lampiran 13. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak

Penimbangan ekstrak 5% Penimbangan ekstrak 10% Penimbangan ekstrak 15%

Penimbangan Vaselin

Pencampuran ekstrak dan vaselin


65

Lampiran 14. Induksi Luka Bakar

Pembiusan menggunakan Pencukur bulu Pengolesan veet


castran

Dibersihkan alkohol

Pengukuran hari ke 1
66

Pengamatan hari ke 3

Pengamatan hari ke 7
67

Pengamatan hari ke 10

Pengamatan hari ke 14
68

Pengujian Hidroksiprolin

Pembiusan tikus Penyanyatan kulit Pengeringan kulit

Pengovenan kulit Ditambahkan HCL Dioven pada suhu 1100C

Ditambahkan buffer dan NaOH, Kemudian diukur hingga ph

Ditambahkan CuSO4 Ditambahkan H2O2 Dioven pada suhu 800 5 menit


69

Ditambahkan H2SO4 Ditambahkan dimetil Dioven pada suhu 700


selama 16 menit

Setelah pemanasan Pengujian hidroksiprolin kulit


70

Lampiran 15. Surat Determinasi Tumbuhan


71

Lampiran 16. Surat Persetujuan Etichal Clearence

Anda mungkin juga menyukai