Anda di halaman 1dari 23

MATERI 3.

Fenomena yang menandai munculnya permasalahan sosial di masyarakat. Co: kemiskinan, tawuran antarpelajar,

kepadatan penduduk. Gejala sosial yang menimbulkan masalah sosial perlu ditanggulangi, karena dapat

mempengaruhi ketertiban sosial.

1. Faktor Penyebab Gejala Sosial

a. Faktor kultural

nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat/komunitas. Co kemiskinan, perilaku

menyimpang.

b. Faktor structural

keadaan yang mempengaruhi struktur, struktur yang dimaksud adalah sesuatu yang disusun oleh pola

tertentu. Co penyuluhan sosial.

2. Ragam Gejala Sosial

a. Ekonomi, tingkat pendapatan yang dimiliki individu dapat menimbulkan gejala sosial di masyarakat.

b. Budaya, Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam sehingga kita harus saling menghormati budaya

lain.

c. Lingkungan alam, karakteristik gejala sosial dalam bidang lingkungan alam menyangkut aspek kondisi

kesehatan.

d. Psikologis perilaku seseorang/individu dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh aspek

psikologisnya.

3. Dampak Gejala Sosial

a. Dampak Positif

Apabila mampu memberikan manfaat kepada masyarakat, seperti kemajuan teknologi. Sementara gejala

sosial akan berdampak.

b. Dampak Negatif
Negatif apabila masyarakat tidak mampu menghadapinya, sehingga menimbulkan culture shock dan mendorong
terjadinya perilaku menyimpang.
MATERI 3.3

1. Pengertian Nilai

ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan, keyakinan-keyakinan, yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat serta dianut oleh banyak orang dalam lingkungan masyarakat mengenai apa yang benar,

pantas, luhur, dan baik untuk dilakukan.


2. Ciri-Ciri Nilai

a. Abstrak, yang ada dalam pikiran atau perasaan manusia.

b. Nilai tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari manusia.


ATI CIDrA BEDA
c. Nilai merupakan ciptaan masyarakat yang tercipta melalui
A: Abstrak
interaksi warga masyarakat. TI: TIdak dibawa sjk
lahir
d. Nilai sosial itu dapat diteruskan atau dipindahkan diantara
CI: CIptaan masyarakat
individu, satu kelompok ke kelompok lain maupun satu masyarakat
DrA: DApat di teruskan
ke masyarakat lain. BEDA: berBEDA-BEDA

e. Sistem nilai dapat berbeda-beda antara satu individu dengan individu lain,

antara satu masyarakat dengan masyarakat lain.

f. Tiap nilai dapat memberikan pengaruh berbeda terhadap individu maupun masyarakat secara

keseluruhan.

3. Klasifikasi Nilai Sosial

a. Nilai Material

nilai yang berguna bagi jasmani manusia atau benda nyata yang dimanfaatkan bagi kebutuhan fisik manusia

b. Nilai Vital

nilai yang berguna bagi untuk melakukan aktivitas atau kegiatan dalam dalam hidupnya.

c. Nilai Rohani
nilai yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani (spritual) manusia yang sifatnya universal. Nilai rohani

dibedakan menjadi beberapa macam antara lain sebagai berikut:

1) Nilai kebenaran dan nilai empiris, nilai bersumber dari proses berpikir teratur yang menggunakan

akal manusia (logika, rasio) dan diikuti dengan fakta-fakta yang telah terjadi.

2) Nilai keindahan/estetika, nilai yang berhubungan dengan ekspresi perasaan atau isi jiwa seseorang

mengenai keindahan.

3) Nilai moral/etika, mengenai perilaku terpuji dan tercela atau nilai sosial yang berkenaan dengan

kebaikan dan keburukan.

4) Nilai religius, adalah nilai ketuhanan yang berisi keyakinan/kepercayaan manusia terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

4. Jenis-Jenis Nilai berdasar Ciri-Cirinya

a. Nilai dominan

nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan dengan nilai yang lainnya.

b. Nilai yang mendarah daging (internalized value)

nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak

melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi, melainkan secara tidak sadar.

5. Fungsi Nilai Sosial

a. seperangkat alat untuk menetapkan harga sosial dalam suatu kelompok.

b. mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku.

c. penentu dalam memenuhi suatu peran sosial manusia.

d. alat solidaritas yang terdapat di kalangan anggota kelompok masyarakat.

e. alat pengawas atau pengontrol perilaku manusia.

6. Sumber Nilai Sosial

a. Nilai yang berumber dari Tuhan (theonom), co: Nilai kasih sayang, ketaatan atau kepatuhan, hidup

sederhana, jujur.

b. Nilai yang bersumber dari Masyarakat (heteronom), co: Sopan dan santun kepada semua orang baik

muda maupun tua.

c. Nilai yang bersumber dari Individu, co: giat dalam bekerja. Seseorang menganggap bahwa kerja keras

menjadi hal yang penting untuk meraih keberhasilan.


MATERI 3.3

1. Pengertian Norma

Norma sosial adalah patokan perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsinya untuk memberi

batasan berupa perintah atau larangan dalam berperilaku, memaksa individu untuk menyesuaikan diri dengan

nilai yang berlaku di masyarakat dan menjaga solidaritas antaranggota masyarakat.

2. Jenis Norma Berdasar Tingkat Daya Ikatnya

a. Usage

bentuk perbuatan atau cara melakukan sesuatu. Norma ini memiliki sanksi yang lemah. Artinya, jika

melanggar tidak apa-apa, palingan hanya mendapatkan celaan dari masyarakat. Co cara kita makan biasanya

dengan mengeluarkan suara kecap


b. Folkways

norma yang mengatur interaksi kasual dan muncul dari pengulangan UFO naik MOTOR

dan rutinitas. Folkways disebut juga sebagai norma kebiasaan. Co U: Usage


FO: FOlkways
menghormati orang yang lebih tua dengan cara cium tangan ketika
MO: MOres
bertemu.
TO:cusTOm
c. Mores R: noRma hukum
sebagai tata kelakuan atau kesusilaan. Tata kelakukan adalah kebiasaan

masyarakat yang telah menjadi norma pengatur. Co kita memanggil orang tua dengan sebutan ibu atau bapak,

tidak langsung namanya.

d. Custom

Atau adat-istiadat. Norma sosial ini memiliki ikatan paling kuat dibanding empat norma sebelumnya. Anggota

masyarakat yang melanggar adat akan mendapat sanksi keras. Co: nembung (melamar) sebagai salah satu

adat dari perkawinan di suatu desa. Ketika orang menikah tanpa nembung, masyarakat akan memandang aneh

e. Laws
Norma hukum memiliki daya ikat paling kuat karena terdapat pada Undang-Undang Negara, co setiap orang
yang mengendarai kendaraan bermotor harus memiliki SIM

3. Jenis Norma Berdasar Aspek Di Masyarakat

a. Norma Agama

berfungsi sebagai petunjuk dan pegangan hidup bagi umat manusia yang berasal dari Tuhan yang berisikan

perintah dan larangan

b. Norma Hukum

rangkaian aturan yang ditunjukkan kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan, perintah, kewajiban,

dan larangan, agar dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan yang biasanya dibuat oleh

lembaga tertentu.

c. Norma Kesusilaan

peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak sehingga seseorang dapat

membedakan apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

d. Norma Kesopanan

petunjuk hidup yang mengatur bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam masyarakat. Co: meludah

di depan orang, menyerobot antrean, membuang sampah sembarangan, dan lainlain

e. Norma Kebiasaan

peraturan yang dibuat bersama secara sadar atau tidak menjadi sebuah kebiasaan. Co: menengok teman
yang sakit, melayat, menghadiri undangan pernikahan, dan lain-lain.
MATERI 3.3

1. Pengetian Sosialisasi

Proses penghayatan nilai dan norma sosial ke dalam individu dalam rangka penyesuaian diri sebagai anggota

kelompok atau masayarakat.

2. Tujuan Sosialisasi

a. Mengetahui nilai norma yang berlaku

b. Mengetahui lingkungan sosial budaya.

c. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang

tepat.

d. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien

e. Membantu individu untuk mengetahui identitas dirinya baik secara fisik maupun mental.

f. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan individu dalam kehidupannya di tengah masyarakat.

g. Menanamkan nilai dan kepercayaan pokok yang telah ada di masyarakat.

h. Mengembangkan kemampuan individu agar dapat berkomunikasi secara efektif.

i. Mengajarkan cara introspeksi diri yang tepat agar ia dapat mengembangkan fungsi organiknya

3. Jenis-jenis Sosialisasi

a. Primer

sosialisasi yang pertama dijalani oleh individu semasa kecil terjadi pada lingkungan. keluarga

b. Sekunder

proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia

objektif masyarakat.

4. Proses Sosialisasi

a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)


dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialny.

Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna

b. Tahap Meniru (Play Stage)

ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang

dewasa

c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran secara langsung dimainkan sendiri

dengan penuh kesadaran.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa, dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat

secara luas.

5. Media Sosialisasi

a. Keluarga

b. Kelompok bermain (peer group)

c. Sekolah

d. Lingkungan kerja

e. Media massa

6. Pembentukan Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecendrungan tertentu yang

berinteraksi dengan serangkaian situasi

7. Faktor Pembentuk Kepribadian

a. Warisan Biologis

Setiap warisan biologis seseorang juga bersifat unik, yang berarti bahwa tidak seorangpun yang

mempunyai karakteristik fisik yang sama.

b. Lingkungan Fisik

Berkaitan dengan lokasi tempat tinggal sekitar manusia (pegunungan, dataran rendah, pinggiran pantai

dll)

c. Kebudayaan
Sejak saat kelahiran, seorang anak diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap

kebudayaan menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke

masyarakat.

d. Pengalaman Kelompok

Sepanjang hidup seseorang tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu, dan hal ini penting sebagai model

untuk gagasan atau norma- norma perilaku seseorang.

e. Pengalaman Unik

Kondisi atau peristiwa yang terjadi pada individu berbeda-beda seperti pengalaman unik yang

mempengaruhi kepribadian individu.

8. Internalisasi

proses atau cara menanamkan nilai-nilai normatif yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu

sistem yang mendidik menuju terbentuknya kepribadian yang berakhlak mulia.

9. Tahap Internalisasi

a. Tahap transformasi nilai

proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada

tahap ini, hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik.

b. Tahap transaksi nilai

tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara peserta didik dan

pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.

c. Tahap transinternalisasi

Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Tahap ini bukan hanya dilalui dengan komunikasi verbal, tetapi
juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.
MATERI 3.3

1. Pengertian

kondisi masyarakat yang mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Wujud keteraturan sosial

dapat dihihat dalam kehidupan masyarakat yang aman, tertib, saling menghormati, dan mengedepankan

gotong royong.

2. Bentuk Keteraturan Sosial

a. Tertib

Kondisi masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur karena setiap individu bertindak sesuai nilai dan norma

yang berlaku dalam masyarakat.co: mengalami tertib sosial dalam

masyarakat dapat dilihat ketika kita mengamati pengguna jalan raya. ToRa AJENG main
boLA
b. Order
T: Tertib
sistem norma nilal sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh R: ordeR
seluruh anggota masyaralat. Order dapat tercapai apabila terdapat AJENG: keAJEGAN

tertib sosial dan setiap individu melaksanakan hak serta kewajibannya. LA: poLA

c. Keajegan

kondisi yang berkaitan erat dengan keteraturan sosial, dimana kondisi ini berlangsung tetap serta

berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Keajegan ini juga adalah hasil hubungan yang terjadi dalam

rutinitas kehidupan manusia

d. Pola

corak yang mengakibatkan hubungan tetap dalam proses interaksi sosial, sehingga seringakli keadaan ini
dijadikan sebagai model secara general (umum) karena dianggap mampu mengatasi dan mengantisipasi
perubahan sosial yang berdampak pada hal negative

3. Syarat Keteraturan Sosial

a. Kesadaran warga tentang pentingnya keteraturan masyarakat.

b. Terdapat norma sosial yang sesuai dengan kebutuhan dan peradaban masyarakat.
c. Terdapat aparat penegak hukum yang konsisten menjalankan segala tugas, fungsi, dan wewenangnya dalam

upaya mewujudkan keteraturan sosial


MATERI 3.3

1. Pengertian

setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma- norma dalam masyarakat. Sedangkan pelaku yang

melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant).

2. Sifat-sifat Penyimpangan

a. Penyimpangan positif, penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun

cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seorang ibu yang menjadi tukang ojek

untuk menambah penghasilan keluarga.

b. Penyimpangan negative, tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela dan

pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan

sebagainya

3. Jenis-jenis Perilaku Menyimpang

a. Penyimpangan primer, dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri

penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih

dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu lintas.

b. Penyimpangan sekunder, penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus sehingga para pelakunya

dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh

seorang yang sering melakukan pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya

4. Perilaku Menyimpang Berdasarkan Pelakunya

a. Penyimpangan individual, dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang sendirian melakukan pencurian.

b. Penyimpangan kelompok, penyimpangan oleh sekelompok orang terhadap norma-norma masyarakat.

Contoh geng penjahat.

5. Teori Penyimpangan Sosial

a. Teori Differential Association.


Menurut pandangan teori ini, penyimpangan sosial bersumber pada pergaulan yang berbeda yang terjadi

melalui proses alih budaya.

b. Teori Labeling.

Menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena proses labeling, pemberian julukan, cap, etiket

dan merek yang diberikan masyarakat sehingga menyebabkan seseorang melakukan penyimpangan

sosial

c. Teori Struktur Sosial (Robert K. Merton)

Teori penyimpangan ini bersumber dari struktur sosial. Menurut Merton terjadinya perilaku

menyimpang itu sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.

d. Teori Fungsionalisme (Emile Durkheim)

kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak mungkin terjadi karena setiap orang berbeda satu

sama lainnya tergantung faktor keturunan, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Menurut Durkheim

kejahatan itu perlu, agar moralitas dan hukum itu berkembang secara formal.

e. Teori konflik (Karl Marx)

Kejahatan erat terkait dengan perkembangan kapitalisme. Menurtu teori ini apa yang merupakan

perilaku menyimpang hanya dalam pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi kepentingan

mereka

6. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

a. Proses Sosialisasi Tidak Sempurna

Karena ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat ke dalam

kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas.

Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen

sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Co: seorg berasal dari keluarga

broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik anak secara sempurna sehinga ia tidak

mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat.

b. Proses Sosialisasi Subkebudayaan Menyimpang

suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan.

Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota

kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Co: kelompok menyimpang kelompok

penjudi, pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain


c. Penyimpangan Sebagai Hasil Proses Belajar Yang Menyimpang

melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang
yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui
media baik buku, majalah, koran, televisi dll
GLOSARIUM
GEJALA SOSIAL

Kepribadian : Gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat


dilihat oleh seseorang
Nilai : Konsepsi-konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah,
dan benar atau salah.
Norma agama : Norma yang berdasarkan arahan atau kaidah ajaran agama.

Nilai religius : Nilai yang berasal dari ajaran-ajaran di dalam agama


Norma hukum : Himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat.
Norma kebiasaan : Hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk
yang sama.
Norma kesopanan : Peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Norma kesusilaan : Peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan
akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap
baik dan apa pula yang
dianggap buruk.
Norma : Aturan sosial; patokan perilaku yang pantas; tingkah laku rata-rata
yang diabstraksikan
Penyimpangan : Perbuatan menyimpang yang dilakukan seseorang, namun si pelaku masih
primer dapat diterima secara sosial.
Penyimpangan : Perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai
sekunder perbuatan atau perilaku menyimpang
Perilaku : Penyimpangan di mana pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang
menyimpang dipandang rendah oleh masyarakat, berakibat buruk, serta mengganggu
negatif sistem sosial.
Perilaku : Perilaku menyimpang yang menimbulkan dampak positif pada
menyimpang masyarakat. Perilaku menyimpang dapat menjadi positif karena sesuai
positif: dengan perkembangan zaman.
Perilaku : Perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam
menyimpang masyarakat.
Sosialisasi : Sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari generasi satu ke generasi lainnya dalam
sebuah kelompok atau masyarakat.
MATERI 3.4

1. Pengertian

Penelitian social adalah kegiatan mengumpulkan, mengelola, menganalisis, dan menyajikan sejumlah data yang

dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji hipotesis tentang

kemasyarakatan (sosial).

2. Fungsi Penelitian

a. Fungsi verikatif atau pengujian adalah fungsi penelitian ilmiah untuk


VESPE
menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada. V: Verifikatif
b. Fungsi eksploratif atau penjajagan adalah fungsi penelitian ilmiah untuk ES: EkSploratif

menemukan sesuatu yang belum ada atau mengisi kekosongan dan PE: develoPmEnt

kekurangan ilmu.

c. Fungsi development atau pengembangan adalah fungsi penelitian ilmiah untuk mengembangkan pengetahuan

yang sudah ada.

3. Jenis Penelitian
DEDI
a. Deduktif: Cara berpikir penalaran dalam penelitian dari umum ke khusus
DE: DEduktif
b. Induktif: Cara berpikir penalaran dalam penelitian dari khusus ke umum DI: inDuktIf

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi dunia pendidikan, untuk menambah referensi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

b. Bagi masyarakat, untuk menambah sumber bacaan sehingga dapat menambah pengetahuan masyarakat.

c. Bagi peneliti, dapat meningkatkan karir dan profesi peneliti jika penelitiannya dianggap berhasil. Dapat

menambah jaringan kerja.

d. Bagi pemerintah, dapat membantu pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan yang dianggap sesuai

dengan kondisi masyarakat


5. Sikap Seorang Peneliti

a. Objektif, yaitu seorang peneliti harus dapat memisahkan antara pendapat

pribadi dan fakta yang ada (tidak boleh subjektif). OJEK KOTa
baTU
b. Kompeten, yaitu seorang peneliti yang baik memiliki kemampuan untuk
OJEK: ObJEKtif
menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan teknik KOT: KOmpeTen

penelitian tertentu. baTU: fakTUal

c. Faktual, yaitu seorang peneliti harus bekerja berdasarkan fakta yang

diperoleh, bukan berdasarkan harapan, dan anggapan yang bersifat abstrak

6. Cara Berpikir Peneliti

a. Skeptis, seorang peneliti harus selalu mempertanyakan bukti atau

fakta yang dapat mendukung suatu pernyataan.


SiNA minta TISu di BUKA
b. Analitis, seorang peneliti harus selalu menganalisis setiap
S: Skeptis
pernyataan atau persoalan yang dihadapi.
NA: aNAlitis
c. Kritis, peneliti harus selalu mendasarkan pikiran dan TI: kriTIs
pendapatnya pada logika serta menimbang berbagai hal secara BUKA: terBUKA

objektif berdasarkan data dan analisis akal sehat.

d. Jujur, peneliti tidak memasukan keinginannya sendiri ke dalam data.

e. Terbuka, peneliti bersedia memberikan bukti penelitian dan siap menerima pendapat pihak lain tentang hasil

penelitiannya

7. Jenis-Jenis Penelitian

1) Berdasarkan tempat pengumpulan data, penelitian dapat dilakukan di laboratorium, perpustakaan, dan

lapangan.

2) Berdasarkan tingkat analisis yang direncanakan, peneliti untuk data yang hendak dikumpulkan, penelitian

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya menyajikan rincian lebih lanjut dari informasi yang

ada. Dalam penelitian desktiptif, penelitian yang berupaya menyajikan rincian lebih lanjut dari informasi

yang ada. Dalam penelitian desktiptif, pertanyaan dimulai dengan kata tanya bagaimana.

b. Penelitian eskploratif adalah penelitian yang berupaya mendapatkan informasi mendasar tentang

permasalahan atau keadaan yang jarangatau belum pernah diteliti. Peneliti merencanakan penelitiannya
tanpa merumuskan hipotesis khusus, dalam penelitian ini pertanyaan sering dimulai dengan kata tanya

apa.

c. Penelitian prediksi adalah penelitian ilmiah yang berupaya menggambarkan atau menjelaskan apa yang

mungkin terjadi di masa mendatang.

d. Penelitian eksplanasi adalah penelitian ilmiah yang berupaya menganalisis hubungan antarvariabel yang

diteliti. Penelitian eksplanasi memiliki hipotesis dan dirancang untuk menjelaskan mengapa suatu

peristiwa terjadi. Pertanyaan peneliti sering dimulai dengan kata tanya mengapa

3) Berdasarkan data yang dikumpulkan,

a. Penelitian kuantitatif, menekankan pada jumlah data atau angka yang dikumpulkan. Penelitian ini hanya

melihat data pada lapisan permukaan, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan

besarnya penghasilan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Pendekatan penelitian ini

menggunakan teknik survei.

b. Penelitian kualitatif menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang diperoleh. Teknik yang

digunakan adalah observasi dan wawancara. Data untuk jenis penelitian ini tidak dianalisis dengan statistik.

4) Berdasarkan metodenya penelitian, dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Penelitian historik, fokus kajian pada peristiwa masa lampau.

b. Penelitian survei, penelitian untuk memperoleh informasi dari berbagai kelompok atau orang

dengan cara penyebaran kuesiner atau angket.

c. Penelitian eksperimen, seorang peneliti merekayasa dan mengontrol situasi alamiah menjadi situasi

buatan sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Penelitian observasi, tujuannya untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di

lapangan.

5) Berdasarkan bidang studinya penelitian, dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Penelitian bidang social humaniora, misalnya penelitian mengenai Pendidikan, ekonomi, politik,

social budaya, etnografi, dan lain-lain.

b. Penelitian bidang eksakta, misalnya penelitian mengenai biologi (manfaat tanaman obat, penemuan

bibit tanaman unggul), pemenfaatan energi matahari, dan lain-lain.

6) Berdasarkan waktunya

a. Longitudinal, penelitian dimana penelitian berlanjut untuk jangka waktu yang lebih lama dan

menggunakan sampel yang sama pada setiap fase


b. Cross Sectional, penelitian dimana peneliti menganalisis konteks pada waktu tertentu mengenai

sekelompok orang atau fenomena sosial melalui sampel

c. Sequental, penelitian gabungan antara longitudinal dengan cross sectional

8. Langkah-Langkah Penelitian

1) Menentukan topik penelitian

2) Melaksanakan studi pendahuluan

3) Merumuskan masalah

4) Merumuskan asumsi/ anggapan dasar dan hipotensis penelitian

5) Memilih metode penelitian

6) Mengolah data penelitian

7) Membuat kesimpulan dan saran

9. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data secara umum dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu metode tes dan nontes. Metode

nontes dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Metode wawancara/ interview

b. Angket

c. Observasi

10. Teknik Sampling

Teknik sampling terbagi menjadi dua, yaitu probability dan non probability sampling

a. Probability Sampling

Jenis dalam teknik pengambilan sampel yang melakukan pengambilan sampelnya dengan random atau

acak. Metode ini memberikan seluruh anggota populasi kemungkinan (probability) atau kesempatan yang

sama untuk menjadi sampel terpilih.

Beberapa jenis Teknik sampling acak/probability

1) Simple Random Sampling

Pengambilan sampel secara acak melalui cara yang sederhana seperti pengundian atau menggunakan

pendekatan bilangan acak.

2) Systematic Random Sampling


Teknik ini menetapkan sampel awal secara acak kemudian sampel selanjutnya dipilih secara sistematis

berdasarkan pola tertentu. Pola umum dari teknik ini adalah mengambil bilangan kelipatan dari jumlah

anggota populasi dengan jumlah sampel yang akan diambil.

3) Stratified Random Sampling

Melakukan penentuan sampel penelitian dengan menetapkan pengelompokan anggota populasi dalam

kelompok-kelompok tingkatan tertentu seperti tingkat tinggi, sedang, dan rendah

4) Cluster Random Sampling/Rumpun/Wilayah

Teknik pengambilan sampel ini menentukan sampel berdasar kelompok wilayah dari anggota populasi

penelitian. Pada teknik ini subyek penelitian akan dikelompokkan menurut area atau tempat domisili

anggota populasi.

b. Non-Probability Sampling

Teknik pengambilan sampel non-probability berkebalikan dengan teknik probability sampling. Teknik ini

melakukan pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel.

Beberapa jenis teknik sampling non-probability

1) Purposive Sampling

Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti

mengenai sampel-sampel mana yang paling sesuai, bermanfaat dan dianggap dapat mewakili suatu

populasi (representatif).

2) Snowball Sampling

Biasa dikenal juga dengan teknik pengambilan sampel bola salju. Teknik ini menentukan sampel berdasarkan

wawancara dengan sampel sebelumnya atau dengan cara korespondensi.

3) Accidental Sampling

Teknik pengambilan sampel jenis ini menentukan sampel secara tidak sengaja (accidental). Peneliti akan

mengambil sampel pada orang yang kebetulan ditemuinya pada saat itu.

4) Quota Sampling

Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan menentukan kuota atau jumlah dari sampel penelitian

terlebih dahulu. Prinsip penentuannya sama dengan accidental sampling. Tetapi peneliti menetapkan

terlebih dahulu jumlah sampel yang akan diperlukan.


11. Pengolahan dan Analisis Data

1) Pengolahan data berupa Editing dan Coding

Editing adalah kegiatan meneliti atau memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan dari lapangan.

Dalam mengedit data, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Kelengkapan, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain kelengkapan identitas responden,

kelengkapan instrumen pengumpulan data, dan kelengkapan pengisian data.

2. Kejelasan, peneliti harus menuliskan hasil editing dengan jelas guna menghindari kesalahan tafsir.

3. Konsistensi, memeriksa keselarasan jawaban-jawaban yang diberikan responden.

4. Relevansi jawaban, kadang jawaban responden kurang relevan dengan pertanyaan.

Coding atau pengkodean adalah usaha mengelompokkan jawaban responden menurut macamnya. Tujuannya

adalah untuk menyederhanakan jawaban responden sehingga dapat diolah. Biasanya, usaha pengkodean

dilakukan dengan memberi simbol atau angka pada jawaban responden. Simbol atau angka inilah yang

disebut kode.

Dalam pengkodean, semua variabel diberi kode, kemudian ditentukan tempatnya dalam coding sheet

(coding form) atau matriks. Cara pengkodean dapat dibagi dalam tiga kategori sebagai berikut.

1. Pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah ditentukan

2. Pertanyaan terbuka yang jawabannya belum dikategorikan

3. Pertanyaan semiterbuka yang sebagian jawabannya sudah ditentukan, tetapi responden masih

dimungkinkan untuk memberikan jawaban lain

2) Pengorganisasian berupa tabulasi data

Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang diperoleh dari lapangan ke dalam bentuk tabel. Kegiatan

ini bertujuan agar data tampak lebih sederhana, ringkas, dan mudah dipahami. Data hasil editing yang

dimasukkan apa adanya dalam bentuk tabel tentunya sangat sulit dipahami, oleh karena itu perlu menyusun

data tersebut secara sistematis dengan cara mendistribusi frekuensi data dalam bentuk tabel. Selain itu,

data juga dapat disusun berdasarkan frekuensi kumulatifnya. Terakhir, agar lebih sederhana, kategori-

kategori data dapat pula dikelompokkan dalam kelas-kelas data.


3) Penyajian Data

Langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan untuk menganalisis masalah agar

mudah dicari pemecahannya. Terdapat beberapa bentuk penyajian data, di antaranya adalah tabel dan

grafik. Secara umum fungsi penyajian data adalah sebagai berikut.

1. Memberi gambaran yang sistematis tentang peristiwa-peristiwa yang merupakan hasil penelitian

atau observasi.

2. Data lebih cepat ditangkap dan dimengerti.

3. Memudahkan dalam membuat analisis data.

4. Membuat proses pengambilan keputusan dan kesimpulan lebih tepat, cepat, dan akurat.
GLOSARIUM
PENELITIAN SOSIAL

Analisis : Peneliti harus selalu menganalisis setiap pernyataan atau persoalan yang dihadapi.

Asumsi : Sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik

Deduksi : Berpikir dari pola yang umum menuju yang khusus atau menarik kesimpulan berdasarkan alasan-
alasan tertentu.

Developmental : Penelitian berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.

Eksploratif : Penelitian berfungsi untuk menemukan sesuatu yang baru, sehingga hasil-hasil penelitian dapat
mengisi kekosongan atau kekurangan ilmu.

Induksi : Pola pikir yang berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan atau mengambil
kesimpulan secara umum.
Kritis : Peneliti harus selalu mendasrkan pikiran dan pendapatnya pada logika dan menimbang berbagai
hal atau masalah secara objektif berdasarkan data dan analisis akal sehat.

Kuantitatif : Penelitian dengan menggunakan data yang berupa angka atau menekankan pada jumlah data yang
dikumpulkan.
Kualitatif : Penelitian dengan data yang dinyatakan dalam bentuk tanggapan dan perasaan serta opini . atau
menekankan pada kedalaman data/kualitas data penelitian.

Penelitian : Kegiatan mengumpulkan, mengelola menganalisis, dan menyajikan sejumlah data yang dilakukan
Sosial secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji hipotesis ihwal
kemasyarakatan (sosial)

Skeptis : Seorang peneliti harus senantiasa menanyakan bukti atau fakta- fakta yang dapat mendukung
suatu pernyataan.
Verikatif : Penelitian yang berfungsi untuk mneguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada.

Tabel Tabel adalah cara penyajian data berupa angka-angka yang disusun menurut kategori-kategori
tertentu sehingga memudahkan untuk pembuatan analisis.
Grafik Grafik adalah gambar-gambar yang menunjukkan data visual berupa angka, yang biasanya berasal
dari tabel-tabel yang telah dibuat. Penyajian data dengan grafik bertujuan untuk menunjukkan
perbandingan informasi dengan cepat dan sederhana.

Anda mungkin juga menyukai