BAB I
HIPERTENSI
Disusun oleh
2020
BAB I
HIPERTENSI
2. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan
menguasai penyelesaian kasus hipertensi menggunakan metode SOAP
3. Dasar Teori
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan suatu negara diukur
dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian ibu dan bayi, serta
meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Proporsi penduduk Indonesia
umur 60 tahun ke atas pada tahun 2000 sebesar 9,37% dari jumlah penduduk,
pada tahun 2010 meningkat mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah
penduduk dan diproyeksikan pada tahun 2025 akan menjadi dua kali lipat.
Peningkatan UHH ini berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah populasi
lanjut usia yang berdampak pada pergeseran pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit degeneratif. Prevalensi penyakit menular mengalami
penurunan, sedangkan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Hipertensi
cenderung mengalami peningkatan (Sartika, Suryadi Tjekyan, 2017).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia karena menjadi faktor
risiko utama dari penyakit kardiovaskular dan stroke. Di dunia, hipertensi
diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari total
kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari disability adjusted life years
(DALY). Sekitar 25% orang dewasa di Amerika Serikat menderita penyakit
hipertensi pada tahun 2011-2012. Tidak ada perbedaan prevalensi antara laki-
laki dan wanita tetapi prevalensi terus meningkat berdasarkan usia: 5% usia
20- 39 tahun, 26% usia 40-59 tahun, dan 59,6% untuk usia 60 tahun ke atas
(Glenys Yulanda, 2017).
Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan, WHO menyatakan
hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
diatas 140/90 mmHg, sedangkan menurut Brunner dan Suddarth hipertensi
juga diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya
diatas 140/90 mmHg. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten
diatas 140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan (Nuraini, 2015).
Menurut Narayana dan Sudhana, menyebutkan bahwa kejadian hipertensi
dengan status merokok ada dengan jumlah kejadian sebanyak 52,2%. Jika
merokok adalah salah satu faktor terjadinya hipertensi maka perlu adanya
perhatian khusus terapi pada kelompok penderita hipertensi dengan status
merokok, karena kebiasaan merokok akan berpengaruh pada peningkatan
tekanan darah, sedangkan tekanan darah yang tidak terkontrol pada penderita
hipertensi berpotensi mengalami penyakit berkelanjutan seperti, gagal ginjal,
penyakit jantung koroner, stroke dan bahkan kematian (Dna Raras Mardena,
2017).
Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah dan mengobati
tekanan darah tinggi. Merokok adalah factor risiko utama untuk morbiditas
dan mortalitas kardiovaskuler. Kuantitas penderita hipertensi di Indonesia
diperkirakan mencapai 15 juta orang, tetapi hanya 4% penderita hipertensi
terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung sebagai
penderita hipertensi berat karena tidak menghindari dan mengetahui faktor
risikonya. Adapun 90% merupakan penderita hipertensiesensial.Oleh sebab
itu diperlukan upaya-upaya pencegahan bagi penderita hipertensi dan orang-
orang yang beresiko tinggi untuk terkena hipertensi mengingat prevalensi
yang tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat (Rika Lisiswanti,
2016).
Hipertensi termasuk penyakit tidak menular yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik yang lebih dari 140
mmHg dan atau 90 mmHg. Gejala hipertensi yang tidak terdeteksi dini dan
tidak mendapatkan perawatan yang lebih baik dapat menimbulkan kerusakan
organ tubuh. Hipertensi perlu mendapatkan perhatian yang lebih, kondisi
tersebut karena hipertensi akan mengakibatkan komplikasi pada organ target
serta penyakit ini nampak tidak memperlihatkan gejala yang berarti pada awal
terjadinya penyakit oleh karena itu disebut “silent disease” (Desy Amanda,
2018).
Penderita hipertensi yang tidak rutin mengontrol tekanan darahnya akan
muncul komplikasi penyakit yang sangat beresiko bagi kesehatannya jika
hanya didiamkan tanpa adanya perawatan yang tepat, adapun komplikasi
yang dapat ditimbulkan dari hipertensi yaitu penyakit jantung koroner (PJK)
dan stroke yang sangat membutuhkan perawatan yang lebih serius lagi.
Kedua penyakit tersebut merupakan masalah yang paling tinggi di seluruh
dunia. WHO meprediksi bahwa PJK dapat menyebabkan 7,3 juta kematian
setiap tahunnya serta stroke juga penyebab kematian di dunia yaitu sekitar 6,2
juta kasus. Sehingga penderita hipertensi sangat perlu melakukan kontrol
tekanan darah supaya tidak terjadi komplikasi yang lebih berbahaya dari
hipertensi tersebut. Sebagian besar seseorang baru dapat menyadari ketika
muncul komplikasi dari hipertensi seperti jantung coroner, stroke, gagal ginjal
dan penyakit lainnya yang lebih urgen dari hipertensi (Ainurrafiq, Risnah,
2019).
4. Cara Kerja
a. Alat dan bahan: Alat: laptop, LCD
Bahan: kasus, referensi penunjang
b. Cara kerja:
1) Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok
2) Setiap kelompok diberikan satu kasus sesuai dengan materi praktikum
(kasus diberikan pada hari pelaksanaan praktikum dan penelusuran
informasi dilakukan mahasiswa pada jam kegiatan praktikum)
3) Masing-masing kelompok membuat laporan sementara yang berisi
hasil diskusi kelompok mengenai kasus
4) Kegiatan praktikum terdiri dari pre-test, presentasi serta diskusi antar
kelompok
5) Pada akhir praktikum, mahasiswa mengumpulkan laporan resmi dari
hasil penyempurnaan laporan praktikum sementara
Bulan 3. Pasien diperiksa tekanan darah sebanyak 2 kali dan diperoleh hasil
160/90 mmHg dan 164/92 mmHg. Pasien kemudian diberikan Captopril.
Captopril 25 mg 1x sehari
Simvastatin 10 mg 1x sehari
Aspirin 75 mg 1x sehari
SUBJECTIVE (S)
Tabel 1.1 Data Subjektif
ASSESSMENT (A)
Tabel 1.3 Data Assessment Menggunakan Pendekatan Problem List
Problem
Terapi Assessment Rekomendasi
Medik
Tekanan darah : Captopril 25 Diagnose: Non
165/99 mmHg mg 1x sehari hipertensi stage farmakologis:
Kreatinin : 130 Simvastatin 2
micromol/L diet rendah
10 mg 1x
(<110) natrium
sehari
Hb : 11,2 g/dL diet rendah
Parasetamol
(12-18) lemak tinggi
1 gr 4x
Total serat
sehari jika
kolesterol : 7,1 penurunan
diperlukan
mmol/L berat badan
Aspirin 75
Glukosa darah : pada kasus
mg 1x sehari
4,1 mmol/L obesitas atau
overweight,
HbA1c : 6,7% aktivitas
fisik
pengurangan
konsumsi
alkohol
berhenti
merokok
mengubah
pola hidup.
Farmakologi:
Nicardipine
20-30 mg 3 x
sehari
Candesartan
8 mg 2 x
sehari
Simvastatin
10 mg 1x
sehari
Parasetamol
1 gr 4x
sehari jika
diperlukan
MONITORING TERAPI
NIKARDIPIN
Indikasi: krisis hipertensi akut selama operasi, hipertensi dalam keadaan darurat.
KANDESARTAN SILEKSETIL
Efek Samping: lihat keterangan di atas; juga vertigo, sakit kepala; sangat jarang
mual, hepatitis, kerusakan darah, hiponatremia, nyeri punggung, sakit sendi, nyeri
otot, ruam, urtikaria, rasa gatal.
Gagal jantung, dosis awal 4 mg sekali sehari, tingkatkan pada interval sedikitnya
2 minggu hingga dosis target 32 mg sekali sehari atau hingga dosis maksimal
yang masih dapat ditoleransi.
Pasien dengan gangguan fungsi hati, diuretika tiazid harus digunakan dengan hati-
hati, oleh karenanya dosis harus diberikan dengan hati-hati.
SIMVASTATIN
Indikasi: hiperkolesterolemia primer (hiperlipidemia tipe Ila) pada pasien yang
tidak cukup memberikan respons terhadap diet dan tindakan-tindakan lain yang
sesuai; untuk mengurangi insiden kejadian koroner klinis dan memperlambat
progresi aterosklerosis koroner pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan
kadar kolesterol 5,5 mmol/l atau lebih.
PARASETAMOL (ASETAMINOFEN)
Indikasi: nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.
Dosis: oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari; anak–
anak umur 2 bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah
umur 3 bulan (hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb jika
jaundice), 3 bulan–1 tahun 60 mg–120 mg, 1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun
250– 500 mg, dosis ini dapat diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum
4 kali dosisdalam 24 jam), infus intravena lebih dari 15 menit, dewasa dan anak–
anak dengan berat badan lebih dari 50 kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4
gram per hari, dewasa dan anak–anak dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb
setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari.
PLAN (P)
1. Tujuan terapi: untuk mengobati pasien hipertensi dengan gejala nyeri
artritis, tekanan darah meningkat dan nyeri dada saat aktivitas selama
beberapa bulan
2. Terapi Farmakologi: diberikan obat Nicardipine 20-30 mg 3 x sehari,
Kandesartan 8 mg 2 x sehari,, simvastatin 10 mg 1x sehari, parasetamol 1 gr
4x sehari jika perlu
3. Terapi Non-farmakologi: diet rendah natrium, diet rendah lemak tinggi
serat, penurunan berat badan pada kasus obesitas atau overweight, aktivitas
fisik, pengurangan konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengubah pola
hidup.
4. Obat yang diberikan : Nicardipine, Kandesartan .simvastatin, dan
parasetamol
a) Alasan pemberian obat: untuk mengeliminasi atau mengurangi gejala
hipertensi, kolesterol dan rasa nyeri.
b) Efek samping obat yang diberikan: pada obat hipertensi yang diberikan
memiliki efek samping pusing, sakit kepala, letih, mual terkadang
muntah, diare terkadang konstipasi, kram otot, batuk kering yang
persisten, gangguan kerongkongan, nyeri perut, gangguan tidur, gelisah.
Pada obat kolesterol yang diberikan memiliki efek samping anemia,
pusing, depresi, neuropati perifer, hepatitis, sakit kuning. Untuk obat
anti nyeri yang diberikan memiliki jarang terjadi efek samping.
5. Peringatan : diuretika ; dosis pertama mungkin menyebabkan hipotensi
terutama pada pasien yang menggunakan diuretika, dengan diet rendah
natrium, dengan dialisis atau dehidrasi; penyakit vaskuler perifer atau
aterosklerosis menyeluruh karena risiko penyakit renovaskuler yang tidak
bergejala; pantau fungsi ginjal sebelum dan selama pengobatan dan kurangi
dosis pada gangguan ginjal; mungkin meningkatkan risiko agranulositosis
pada penyakit vaskuler kolagen, reaksi anafilaktoid, menyusui, mungkin
menguatkan efek hipoglikemi insulin atau antidiabetik oral.
6. Monitoring adverse drug reaction Adverse Drug Reaction yang paling
sering dimonitor adalah munculnya efek samping dan interaksi obat. Efek
samping obat seringkali terjadi namun tidak dikenali. Farmasis seharusnya
dapat mengidentifikasi ESO potensial yang mungkin terjadi dan memonitor
tanda-tanda terkait ESO tersebut. Sedangkan interaksi obat yang perlu
dimonitoring adalah yang mengakibatkan perubahan klinis secara
signifikan.
7. Monitoring toksisitas Monitoring toksisitas terjadi akibat dosis yang
berlebihan atau interaksi potensial dengan obat lain.
Dokumen Farmasi Pasien (DFP)
Nama Pasien : Ny H
Usia : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BB/TB : 95kg/1,7 meter
Riwayat pengobatan :
1. Ibuprofen 400 mg 3 x sehari
2. Captopril
3. Gliserin Nitrat Sublingual
Diagnosis :
Berdasarkan keluhan yang dialami oleh pasien berupa nyeri dada pada saat
beraktivitas dan mengalami peningkatan tekanan darah maka pasien tersebut
dapat didiagnosis mengalami penyakit Hipertensi stage 2.
DATA KLINIK (Objective)
Nilai
Parameter Satuan Nilai
normal
Natrium 140 135-145 Normal
mmol/L
mmol/L mmol/L
Potasium 4.9 3,5-5 Normal
mmol/L
mmol/L mmol/L
Kreatinin Tinggi
< 110
130 micromol/L
micromol/L
micromol/L
Hb 11,2 g/dL g/dL 12-18 g/dL Rendah
Total Normal
> 200
kolesterol 7,1 mmol/L
mmol/L
mmol/L
Glukosa Rendah
4,4-6,6
darah 4,1 mmol/L
mmol/L
mmol/L
HbA1c 6,7% % < 5,7% Tinggi
TERAPI
Regimen Tanggal penggunaan
No. Nama Obat
dosis
1 2 3 4 5 6
Nicardipine 20-30 mg 3 x
1
sehari
8 mg 2 x
2 Candesartan
sehari
10 mg 1x
3 Simvastatin
sehari
1 gr 4x sehari
4 Parasetanol jika
diperlukan
A. Monitoring
perbaikan.
B. KIE
menyebabkan.
kondisi pasien.
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien Ny H (48 tahun) dengan BB 95 kg memiliki riwayat
hipertensi. Pasien memiliki kebiasaan merokok 15 batang sehari dan meminum
alkohol sebanyak 6 gelas dalam 4 malam setiap minggu. Pasien melakukan terapi
dengan mengonsumsi Captopril 25 mg 1x sehari, Simvastatin 10 mg 1x sehari,
Parasetamol 1 gr 4x sehari jika diperlukan, dan Aspirin 75 mg 1x sehari. Setelah
melakukan beberapa kali pemeriksaan, tekanan darah pasien ternyata meningkat
dan pasien menyatakan merasakan nyeri dada pada saat aktivitas selama beberapa
bulan. WHO menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah diatas 140/90 mmHg, sedangkan menurut Brunner dan Suddarth hipertensi
juga diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya diatas
140/90 mmHg.
Karena pasien mengalami peningkatan tekanan darah dan merasakan nyeri dada
pasa saat aktivitas, pasien diberi rekomendasi terapi farmakologi berupa
Nicardipine 20-30 mg 3 x sehari, Candesartan 8 mg 2 x sehari, Simvastatin 10 mg
1x sehari, dan Parasetamol 1 gr 4x sehari jika diperlukan. Alasan pemberian obat
adalah untuk mengeliminasi atau mengurangi gejala hipertensi, kolesterol dan rasa
nyeri. Pasien juga direkomendasikan terapi non farmakologi berupa diet rendah
natrium, diet rendah lemak tinggi serat, penurunan berat badan pada kasus
obesitas atau overweight, aktivitas fisik, pengurangan konsumsi alkohol, berhenti
merokok, dan mengubah pola hidup.
1. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Pada pasien tersebut terjadi peningkatan tekanan darah dan pasien
merasakan nyeri dada pada saat sedang beraktivitas. Pasien diberi
rekomendasi terapi farmakologi berupa Nicardipine 20-30 mg 3 x sehari,
Candesartan 8 mg 2 x sehari, Simvastatin 10 mg 1x sehari, dan
Parasetamol 1 gr 4x sehari jika diperlukan, dengan harapan dapat
mengeliminasi atau mengurangi gejala hipertensi, kolesterol dan rasa
nyeri.
b. Saran
Sebaiknya pasien merubah pola hidup dan bisa beristirahat dengan cukup
karena merasakan nyeri dada saat aktivitas dan tekanan darahnya masih
meningkat setelah dilakukan beberapa kali pemeriksaan. Pasien harus
tetap rutin periksa ke dokter.
Untuk apoteker pastikan tepat pemberian obat, serta harus mengawasi
atau memonitorig pasien setelah dilakukan pemberian obat.
2. Lampiran
3. Daftar Pustaka