Anda di halaman 1dari 2

Nama ; Astriyani Irawan

Nim ; 2019- 21-111


Kelas ; R6C

PENEMPATAN PMI (PEKERJA MIGRAN INDONESIA ) NON PROSEDURAL DI


LUAR NEGERI DI TINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

MASALAH/ISU HUKUM

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengatakan kasus penempatan pekerja migran


Indonesia (PMI) secara nonprosedural marak dilakukan sejumlah agen Terbaru, kasus PMI
nonprosedural ada di Turki.Berdasarkan catatan dari KBRI Ankara dan KJRI Istanbul,
selama 2022 terdapat 85 kasus yang ditangani kedua perwakilan tersebut, di mana dari 85
tersebut 69 telah berhasil dipulangkan, dan 16 masih berjalan kasusnya di Turki menunggu
kepulangan tahap selanjutnya. para PMI itu ditipu oleh agen yang berada di Indonesia. Ada
tiga hal yang membuat para PMI tergiur dengan bujuk rayu agen tersebut hingga mereka
ditelantarkan di Turki. Pertama, PMI bekerja sebagai PRT di majikan warga negara Timur
Tengah, dan kemudian mereka mengalami eksploitasi kerja atau gaji tidak dibayar dll. Modus
kedua, PMI dijanjikan di negara EU dan menggunakan Turki sebagai negara transit, namun
kemudian mereka akhirnya telantar di Turki. Ketiga PMI dijanjikan bekerja di sektor
pariwisata dengan gaji tinggi, namun kemudian ternyata bekerja di luar sektor, mayoritas
kerja di pabrik dan digaji di bawah UMR.
Polda Bali menyelidiki laporan dugaan 25 pekerja migran yang terkatung-katung di
Turki. Mereka diduga menjadi korban kejahatan human trafficking. Ke-25 pekerja migran
asal Buleleng itu berangkat ke Turki November 2021. Setiap orang mengeluarkan biaya Rp25
juta yang dibayarkan kepada agen. Kecurigaan bermula saat mereka diberangkatkan dengan
visa kunjungan wisata, bukan visa kerja. Sesampai di Turki, mereka tidak dipekerjakan
sebagai house keeping sebagaimana perjanjian. Mereka juga tidak ditempatkan di apartemen
untuk tempat tinggal, melainkan dalam sebuah mess. Di mess tersebut, mereka juga harus
tidur bergantian karena terbatasnya tempat.

DAS SOLLEN
Pelaku yang terlibat dalam pengiriman pekerja migran ke luar negeri secara Non
Prosedural atau Iegal, bisa diancam pidana maksimal 10 tahun penjara dan denda
maksimal Rp15 miliar. Diatur dalam pasal 82, Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017
Tentang Penempatann Pekerja Migran Indonesia
DAS SEIN

Pemerintah telah membuat aturan khusus mengenai syarat pemberangkatan Calon


Pekerja Migran indonesia yang prosedural,Namun pada kenyataannya masih banyak
Calon pekerja Migran Indonesia yang bekerja di luar tidak melalui prosederual yang
tepat.Sehingga menjadi Pekerja Migran Indonesia dengan status non prosedural,
hanya mengikuti iming-iming pihak luar atau keinginan pribadi.
Bekerja di mancanegara sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. Aturan
hukum lebih ketat dan budaya yang berbeda dapat menimbulkan masalah jika
berangkat tanpa mengikuti aturan yang berlaku. Salah satu alasan banyak calon
pekerja migran non prosedural adalah kurangnya pemahaman atas persyaratan bekerja
sebagai Pekerja Migran Indonesia Terkadang, ada yang tergiur bujuk rayu oknum
tidak bertanggung jawab bahwa bekerja di luar negeri dapat mendatangkan gaji tinggi
dengan cara cepat.
Resiko fatal bisa terjadi jika memilih pergi tanpa mengikuti prosedural yang tepat
ialah :
1) PMI non prosedural rentan penipuan oleh penyalur, bahkan terpapar
eksploitasi. Tidak jarang terjadi penyalur malah kabur sehingga calon PMI
tidak jadi di berangkatkan
2) PMI tidak akan memperoleh perlindungan hukum optimal di negara tujuan
kerja. memperoleh gaji yang tidak manusiawi, bahkan tidak dibayar.
Dikarenakan status mereka sebagai PMI non prosedural tidak kuat di mata
hukum negara penempatan.
3) Majikan atau atasan berhak untuk tidak menunaikan kewajiban mereka
terhadap PMI non prosedural. Bahkan, PMI non prosedural kurang tenang
dalam bekerja sebab was was bisa tertangkap atau dideportasi aparat
keamanan setempat.

4) Dan resiko lainnya adalah PMI non prosedural tidak mempunyai jaminan
sosial tenaga kerja atau asuransi jika sakit, mengalami kecelakaan kerja,
hingga meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai