Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH LITURGIKA

MUSIK DAN SENI LITURGIS

Disusun Oleh :

Adelin Mia Yolanda Pasaribu (200201007)

Kevin Leonardo Tarihoran (200201015)

Nicolas Sinaga (200201019)

Semester/Grup : V/A

Dosen Pengampu : Chintya Megaria Situmeang, M.Th

PRODI TEOLOGI

FAKULTAS ILMU TEOLOGI

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yesus yeng telah menolong dan menyertai hamba-Nya dalam
menyelesaikan dalam sebuah makalah.Tanpa pertolongan dan penyertaannya mungkin
makalah ini tidak akan selesai dengan baik. Makalah ini disusun agar dapat memperluas ilmu
tentang “Liturgika”,yang disajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat
tentang “Musik dan Seni Liturgis ” yang sangat berguna bagi orang lain.Walaupun makalah ini
kurang sempurna,tetapi banyak mengandung makna. Walaupun makalah ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan, semoga makalah ini dapat memberikan bermanfaat bagi orang dan
memberikan makna yang sangat baik bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berbicara mengenai musik, kita pasti akan teringat akan nama-nama lain yang juga sering
kita dengar seperti musik gereja, musik rohani, musik suci. Dalam rangka mengerti kekhasan
tentang musik liturgi akan lebih baik kita memahami arti dari istilah-istilah lain itu sendiri serta
hubungannya dengan musik. Musik juga sangat penting dalam sebuah ibadah di gereja, karena
sebagian besar porsi Ibadah dalam gereja mempunyai unsur musik, baik vokal maupun
instrumental. Makna musik dalam ibadah gereja adalah pujian serta penyembahan, hubungan
musik dan liturgi gereja itu bersifat harmonis, yakni keseimbangan yang sesuai antara musik
serta penghayatan ian menjadi tidak terpisahkan. Unsur musik dalam gereja mempunyai
keterkaitan dengan gereja, dalam hal pengembangan kehidupan spiritualitas, sumber daya,
manajemen organisasi musik gereja, mentalititas, keahlian, serta integritas keteladanan umat
beriman yang harus senantiasa dipikirkan oleh gereja sebagai manajemen organisasi.

Dalam kehidupan gereja, dikenal sebagai istilah musik serta nyanyian musik. Musik
liturgis khususnya melodi yang dihasilkan oleh alat-alat musik dan nyanyian liturgis khususnya
teks atau tindakan liturgis yang diberikan melodi dapat dilagukan dengan suara juga bunyi alat-
alat musik sebagai pengiring, baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas
mengekspresikan iman gereja yang dirayakan di dalam liturgi yaitu tentang suatu apa yang
dilakukan Allah, karya agung Allah yang menyelamatkan dan tanggapan manusia beriman,
syukur-pujian, sembah sujud, serta permohonan. Dengan uraian di atas, nyanyian ataupun
musik liturgis ini mempunyai fungsi yang sangat penting dan juga mengandung makna serta
merupakan bagian utuh dari perayaan liturgi di Gereja.

Liturgi biasanya diekspresikan melalui seni, contohnya seni beretorika, musik, drma,
visual dan lain sebagainya. Bahkan liturgis merupakan sebuah jaringan-jaringan seni ataupun
bisa dikatakan liturgi adalah eksprsi seni juga. Walaupun demikian, didalam gereja itu hasil
dari reformasi biasanya seni visual tidak terlalu ditonjolkan dalam liturgi. Hal ini disebabkan
karena gereja merupakan hasil dari reformasi yang berpacu kepada sola scriptura, sola gratia,
serta sola fide. Ini memang benar, tapi sei ni penting juga! Oleh karena itu dalam makalah ini
akan menjabarkan juga kesenian liturgis.

1.2 Rumusan Masalah

1.) Apa yang dimaksud dengan musik dan apa fungsi musik?

2.) Apa yang dimaksud dengan seni liturgis dan bagaimana fungsi, sejarah serta kesenian
liturgis itu menurut Alkitab?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini ialah memberikan/memaparkan pemahaman musik dan seni
liturgis, serta memberikan pengetahuan, ilmu,dan manfaat luas mengenai musik dan seni
liturgis agar dapat berguna dan dapat diterapkan di dalam kehidupan secara luas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Musik


Pengertian seni banyak sekali yang ditulis oleh para pakar di dalam buku-bukunya.
Sekalipun istilah tersebut sudah cukup akrab ditelinga masyarakat Indonesia, tapi tidak
menutup kemungkinan istilah tersebut masih banyak orang belum mengetahuinya secara
definitif. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia seni ialah “halus, indah, dan baik”. Kalau
dikaji kata “indah” adalah jelmaan yang terdapat dalam diri manusia karena secara ftrahnya
manusia menyukai keindahan sebagaimana dalam penciptaannya, yaitu dengan sebaik-baiknya
(seindah-indah bentuk).

Dalam pengertian secara terminologi seni adalah kecenderungan manusia yang


mempunyai sifat suka keindahan, rasa seih dan haru. Kecenderungan tersebut dari Tuhan
sebagai anugerah seseorang dan yang demikian berarti telah memenuhi pembawaan
manusiawinya. Maka seni adalah penjelmaan keindahan yang terdapat dalam jiwa manusia,
sebagai fitrahnya yang merupakan kecenderungan dari Tuhan sebagai anugerah kepada hamba-
hamba-Nya. Sedangkan istilah “Musik” berasal dari bahasa Yunani mousike yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin musica. Kata benda mousike atau kata sifat mousikos
dibentuk dari akar kata mousa, yaitu nama salah satu dewi kesenian dan ilmu pengetahuan
dalam mitos Yunani.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musik dibagi menjadi dua bagian

1. Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan kombinasi dan
hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan
keseimbangan.

2. Musik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga menyandang irama
lagu dan harmoni

Selain itu, ada beberapa hal definisi tentang musik, yang diucapkan atau hasil pemikiran para
ahlinya. Sifatnya memang cenderung subyektif, tetapi minimal dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan. Diantaranya adalah:
- Musik adalah ekspresi dari sesuatu yang agung (Wolfgang von Goethe)

- Musik adalah bahasa dunia: Ia tidak perlu diterjemahkan, dalam musik berbicara kepada jiwa
( Dr. Alfred Aurbach, Universitas California )

- Musik adalah janji atau jaminan akan hidup yang kekal abadi (Romand Rolland)

- Musik adalah suatu perwujudan yang lebih tinggi, daripada segala budi dan filsafat
(Beethoven)

Setelah melihat beberapa definisi musik yang dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa
musik adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan suara beraturan baik vokal manusia
maupun lewat alat-alat musik, itu berarti yang dikatakan musik itu bukan hanya instrumen
tetapi juga vokal.

Bentuk kesenian itu dapat dikatakan musik apabila terdapat beberapa kata faktor berikut:
ritme, artinya dengan beratura, misalnya: detak jantung dan detik jarum jam, melodi atau lagu,
dan yang terakhir terdapat unsur harmoni artinya keselarasan sesuai dengan lagunya. Jadi, seni
musik adalah ekspresi perasaan dan jiwa manusia sebagai fitranya terhadap keindahan yang
diungkapkan lewat nada dan irama baik vokal maupun instrumental yang tersusun dalam
melodi dan harmoni. Musik merupakan ekspresi budaya manusia dan mengungkapkan citarasa
keindahan. Musik lahir dari sis terdalam manusia yang didorong oleh kecenderugan manusia
pada segala yang indah. Melalui perwujudan bentuk gagasan atau pesan, musik memiliki daya
kekuatan yang langsung dapat menggerakkan hati dan menyentuh pencipta maupun
pendengarnya

Dilihat dari fungsinya musik adalah sebagai sarana untuk mengobyektifkan pengalaman
batin sehingga dapat dipahami maknanya. Kondisi ini memberikan fungsi lain bagi musik yaitu
sebagai media komunikasi yang bersifat simbolik. Musik adalah salah satu cabang seni yang
disampaikan dengan irama, memiliki daya komunikasi masa yang demikian tinggi dan
seingkali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang mengandung masalah sosial
dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pakar musik Paul Hamil, didalam bukunya “The
Christian and His Music”. Menulis bahwa ada bukti ilmiah betapa musik atau irama dapat
mempertajam syaraf-syaraf panca indera kita. Sebagai contoh bahwa musik atau irama dapat
berpengaruh kepada hidup manusia telah dibuktikan di sebuah garment di Colorado, Amerika
Serikat. Dengan mendengarkan ritme dari lagu-lagu tertentu, ternyata produktivitas
karyawannya meningkat 10% dari sebelumnya.
Seorang ahli musik lainnya, yaitu Henver, telah melakukan serangkaian penelitian dan
percobaan sehingga ditemukanlah suatu kenyataan bahwa harmonisasi yang buruk dan
kompleks dapat menekan dan membuat sedih sesoeorang, sedangkan harmonisasi yang
sederhana dan senada akan membawa seseorang bahagia, serasi, cerah dan harmonis. Melalui
pengaruh musik dan irama, mata dan paru-paru dapat dipengaruhi. Dengan mendengar musik
keras (rock and roll), pernapasan akan terengah-engah dan emosi memuncak. Sebaliknya irama
merdu dan sederhana dapat membantu menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu karena
pernapasan berjalan dengan normal. Apabila seseorang mendegarkan dengan penuh
penghayatan sebuah irama artinya orang tersebut sedang memberi sambutan terhadap musik
tersebut. Selanjutnya irama tersebut merangsang thalamus atau otak da menyalurkannya ke
seluruh tubuh. Setelah itu pernapasan dan peredaran darah akan terpengaruh sehingga
metabolisme tubuh akan terangsang. Apabila perubahan terjadi, maka eseorang dapat menjadi
tenang atau sebaliknya sesuai dengan jenis irama yang didengarnya serta penyesuaon tubuh
terhadap rangsangan irama tersebut.

Walaupun bukan merupakan dasar eksistensi hidup manusia, akan tetapi seni musik dan
lagu adalah sebagian dasar sosical dan cultural manusia. Eksistensi manusia bukan sekedar
hidup, akan tetapi mempunyai kesanggupan untuk mengalami kesukaan, kepuasan, dan
kegembiraan. Agar manusia itu memperoleh segala kebutuhan kehidupannya, mereka kemudia
mencari berane ragam seni termasuk musik dan lagunya. Dengan dmeikian jelaslah bahwa
musik memang mempunyai pengaruh yang cukup besar atas kehidupan manusia. Sebuah
nyanyian dapat menimbulkan rasa sedih, rasa tenang, raa gembira, dan sebagaiya sesuai dengan
perasa yang ditimbulkan, sangat mengesankan dan meresap ke dalam hati orang
mendengarkannya.

Kalau ada musik, biasanya melibatkan tingkatan yang lebih mendalam untuk berbuat atau
mendengarkan, ketimbang kalau tidak ada musik . Musik , karenanya , memberikan dimensi
tambahan ke peristiwa apa pun . Kadang - kadang seseorang harus mengalami ketiadaan musik
dalam ibadah syahdu hanya untuk menyadarkan betapa besar musik itu mendorong partisipasi
penuh . Salah satu alasan mengapa musik membantu ibadah adalah bahwa musik merupakan
medium yang lebih ekspresif ketimbang ucapan biasa . Musik memungkinkan kita
mengekspresikan intensitas perasaan melalui kepelbagaian dalam kecepatan , pola titik nada ,
keras lembut , melodi dan ritme . Jadi , orang mempunyai jajaran lebih besar untuk
mengekspresikan diri ketika bernyanyi ketimbang ketika berbicara . Musik dapat , dan sering ,
menyampaikan intensitas lebih besar dalam perasaan ketimbang kalau diekspresikan tanpa
disertai musik . Faktor lain adalah keindahan musik . Di sini kita harus berhati - hati sebab
kreasi keindahan bukanlah maksud tujuan ibadah ( atau tidak juga tujuan musik ) walaupun
keindahan mungkin merupakan nilai penting dalam ibadah . Banyak musik dengan kualitas
estetis minimal , namun tampak berfungsi dengan baik sebagai wahana yang memuaskan bagi
beberapa orang untuk mengekspresikan ibadah mereka . Orang tidak boleh mengkritik ibadah
gereja dengan menggunakan standar - standar sama seperti yang akan diterapkan untuk sebuah
konser . Banyak orang yang telah diajar mengetahui tentang apa musik gereja yang " baik "
bagi orang orang terpelajar , gagal melihat bahwa mereka seharusnya juga telah di ajar tentang
apa yang " baik " bagi orang banyak dan berbagai lingkungan mana musik ini benar - benar
dimanfaatkan . Pada setiap tingkatan pendidikan kultural , ada sejumlah kemungkinan yang
berbeda , beberapa kemungkinan lebih memadai ketimbang yang lain untuk masing - masing
situasi . Jadi , kalau kita tidak menyeleksi musik sesuai dengan kebudayaan dan situasi jemaat
kita , kita akan tergelincir menjadi elitis ( jauh dari jemaat ) dalam melakukan pemilihan
tersebut . Dengan demikian , fungsi musik adalah mempersembahkan sesuatu yang kita anggap
indah , tidak peduli betapa tidak lengkapnya peralatan musik kita sendiri . Inilah sebabnya
mengapa bernyanyi sendiri sebenar nya melibatkan partisipasi lebih aktif ketimbang
mendengarkan orang lain bernyanyi , tidak peduli betapa unggul prestasi musik orang lain itu
. Syukur , kita tidak sering harus memilih antara dua hal itu ; kita dapat mempunyai , baik
musik paduan suara maupun juga nyanyian jemaat dalam ibadah yang sama . Namun , nyanyian
jemaat memiliki keuntungan khusus dalam memberikan setiap orang kesempatan untuk
mempersembahkan suara terbaik yang dapat diciptakannya kepada Allah . Ini tidak dapat
diganti dengan usaha orang lain . Musik gereja bersifat esensial dalam menambah dimensi -
dimensi lebih jauh terhadap perasaan dan keindahan ke ibadah kita . Kalau musik itu
sedemikian penting bagi ibadah , maka dampak - dampak bangunan atas musik adalah krusial
. Dalam ibadah , seluruh bangunan gereja itu sendiri menjadi instrumen musikal . Suara
memantul di sekeliling bagian dalam atau diserap di dalamnya seperti pada instrumen musik
lainnya . Beberapa aula baru untuk konser sebenarnya dibangun untuk dapat disesuai kan
dengan jalur - jalur yang dapat diubah - ubah sehingga dinding - dinding dapat menyerap atau
merefleksikan lebih banyak suara . Sampai taraf tertentu , penyesuaian ini terjadi juga dalam
bangunan gereja . Sistem akustik berubah karena lebih banyak orang berkumpul dan lebih
banyak suara diserap . Sebagai suatu instrumen musikal , bangunan berfungsi dalam berbagai
cara untuk mempengaruhi tipe - tipe musik gereja yang berbeda - beda . Bangunan dapat
menghidupkan atau mematikan setiap jenis musik gereja . lain . Kebutuhan - kebutuhan akan
musik instrumental agak bervariasi se suai instrumen atau kombinasi instrumen - instrumen
yang digunakan . Biasanya suara yang gembira , hidup , diminati dan sedikit gema juga lebih
disukai , tetapi tidak cukup untuk menciptakan gaung yang akan mengganggu ucapan
.Peningkatan penggunaan instrumen selain piano atau organ menuntut ruang tambahan .
Biasanya tambahan ini pada bagian ruang paduan suara . Yang paling baik adalah mempunyai
penyanyi - penyanyi dan pemain - pemain instrumen yang saling berdekatan sebab sulit untuk
menyanyi dengan dukungan dari jauh . Fleksibilitas ini sangatlah penting bagi ruang paduan
suara . Sukar untuk menempatkan sebuah cello ( sejenis biola besar ) di antara bagian - bagian
ruang paduan suara , sulit menarik sebuah piano ke lantai atas . Tetapi seluruh interior
bangunan harus dirancang secara saksama sehingga suara tidak diharapkan membalik serta
muncul dari mimbar , atau supaya organ pipa yang seharga ratusan ribu dolar itu tidak terkubur
dalam palang - palang bangunan Pantulan - pantulan dari permukaan dan bahan - bahan di
seluruh bangunan itu akan mempunyai dampak besar pada kualitas musik instrumental yang
diperdengarkan , tidak peduli betapa bagusnya penampilan itu .

Ruang mempunyai pengaruh - pengaruh lain terhadap musik paduan suara ( choral music )
. Memang , suara tipe musik ini akan sangat diten tukan oleh ruang yang disediakan untuknya
. Sebelum kita membangun kita harus bertanya , apa fungsi musik paduan suara ? Sayangnya
kita terbiasa mendapatkan paduan berbagai suara yang tercampur aduk sebagai jawaban .
Sebagian besar jemaat menyediakan lebih banyak waktu dan energi untuk membangun paduan
- paduan suara yang lebih besar dan lebih baik ketimbang mengkaji bagaimana mereka
memandang paduan suara itu berfungsi dalam ibadah mereka . Tetapi apa yang kita
pertimbangkan sebagai fungsi utama paduan suara akan dengan pasti menentukan penataan
ruang paduan suara dan tempatnya dengan memperhatikan keempat ruang liturgis lainnya .
Kalau fungsi utama paduan suara dipandang sebagai sarana saling berbagi dalam pelayanan
firman - bernyanyi kepada jemaat - ini mungkin perlu suatu lokasi yang menghadap ke jemaat
. Namun , paduan suara itu dimaksudkan untuk didengarkan ketimbang dilihat dan lokasi ini
dapat menimbulkan persoalan . Para pendeta lain tidak harus bersaing dengan paduan suara
dalam hal menarik perhatian jemaat , khususnya selama khotbah . Kalau paduan suara tujuan
utamanya untuk memper sembahkan keindahan - bernyanyi bagi jemaat - lokasi ; yang tidak
begitu menonjol dapat digunakan . Semakin disadari bahwa salah satu fungsi utama paduan
suara adalah memimpin nyanyian jemaat bernyanyi dengan jemaat . Ini benar sekali , untuk
memperkenalkan lagu - lagu baru atau menuntun musik yang sulit . Fungsi pendukung ini
sering paling baik dilakukan dari belakang jemaat .Bagaimanapun , paduan suara harus seerat
mungkin dengan jemaat , bahkan bila mungkin bercampur dengan mereka . Pengaturan basilika
kuno ( dengan paduan suara di depan ruang jemaat [ nave ] dan dikelilingi jemaat pada tiga sisi
) banyak dianjurkan pada masa kini karena mencakup ketiga fungsi ini . Akhirnya , paduan
suara kadang - kadang digunakan untuk memberikan suatu latar belakang musikal , yang
membuat musik gereja sebagai hiburan . Dalam kasus kasus ini baik paduan suara maupun
ruang paduan suara mungkin lebih baik sama - sama dihapuskan akan menentukan arti di mana
pun paduan suara itu ditempatkan akan menen tukan arti dan makna paduan suara , dan jemaat
mendengarkan apa yang dinyanyikannya . Jadi , lokasi paduan suara itu mungkin merupakan
satu masalah paling mengganggu dalam mengorganisasikan ruang peribadahan pada masa kini
. Idealnya , karena peran paduan suara itu dapat berubah dari minggu ke minggu , ruang paduan
suara akan diperlakukan sebagai ruang yang berpindah - pindah . Pada beberapa kesempatan ,
seperti Jumat Agung , ruang tersebut akan dihilangkan seluruhnya . Beberapa jemaat , setelah
mempertimbangkan masak - masak , menggunakan paduan suara hanya pada peristiwa -
peristiwa khusus dan untuk konser - konser rohani . Ruang paduan suara harus terhubung erat
pada ruang jemaat sehingga paduan suara dan jemaat siap saling mengidentifikasikan satu sama
lain daripada yang satu tampil menjadi pelaku aktif ( pementas ) dan yang lain menjadi
pendengar .Dalam ibadah , semua adalah pelaku aktif . Yang paling penting dari semuanya
adalah nyanyian jemaat ( cong regational song ) . Dalam tipe musik ini , semua yang hadir
mempunyai kesempatan mengekspresikan diri mereka sendiri . Kriteria utama di sini bukanlah
keindahan melainkan kememadaian pengekspresian . Nyanyian jemaat harus lulus dari ujian
dalam mengekspresikan perasaan - perasaan terdalam dan pemikiran - pemikiran jemaat yang
beribadah . Kalau berhasil melakukan hal ini , nyanyian jemaat sering kali juga ( tetapi meru
pakan hal yang sekunder ) sangat indah . Nyanyian jemaat dibagi ke dalam psalmody (
menyanyikan mazmur - mazmur ) , hymnody ( menyanyikan madah pujian ) dan service mu
sic ( serangkaian kata - kata tetap dalam liturgi seperti Gloria Patri atau Sanctus ) . Agustinus
menyebut madah pujian sebagai " puji - pujian kepada Allah dalam lagu " , namun dalam arti
lebih sempit sebagian besar madah pujian adalah syair berirama yang digubah melodi - melodi
.Semuanya ini sangat bervariasi dalam bentuk dan konteks . Nyanyian rohani ( gospel song )
adalah tipe informal dan sangat individualistik . Nyanyian Fanny Crosby " Pass Me Not , O
Gentle Savior " atau " Blessed Assurance , Jesus Is Mine " adalah contoh - contoh yang populer
. Nyanyian ibadah ( office song ) terdiri atas musik dan teks untuk digunakan dalam ibadah -
ibadah doa umum harian dan sering diakhiri dengan suatu bait syair pujian yang menunjuk
kepada Trinitas . " Awake My Soul , and with the Sun " atau " All Praise to Thee , My God ,
This Night " adalah contoh - contoh tertulis dalam bahasa Inggris yang dikenal baik oleh jemaat
. Banyak nyanyian lain yang lain . telah diterjemahkan dari bahasa Latin oleh John Mason
Neale dan lain. Musik adalah seni yang berkaitan dnegan tubuh manusia. Penakanan-penkanan
perasaan kita dapat menghalangi kita untuk menikmatinya, tetapi msuk memanggil seluruh
tubuh kita untuk bergerak.

B. Seni Liturgis

Ruang juga menyediakan tata lingkungan bagi komponen penting ibadah kristiani lainnya ,
seni visual ( visual art ) . Ralph Adams Cram , arsitek terkenal itu senang sekali merujuk pada
arsitektur sebagai " jaringan seni seni " . Sampai taraf tertentu ini benar Arsitektur menyediakan
ruang tidak hanya untuk musik dan tarian namun juga untuk seni pahat , lu kisan serta sejumlah
seni visual dan kerajinan . Tetapi arsitektur memberikan jauh lebih banyak daripada sekadar
ruang seni - seni lain ; arsitektur menambahkan atau mengurangi efektivitas seni - seni itu
dalam membantu orang - orang Kristen mengekspresikan hubungan mereka dengan Allah .
Fungsi - fungsi apakah yang dimainkan pelbagai seni visual itu dalam ibadah Kristen ?
Beberapa tradisi telah menyingkirkan mereka sama sekali . Kadang kadang , dalam gereja
perdana dan Reformasi , terjadi ledakan keras melawan seni tersebut meskipun berbagai letusan
penghancuran patung - patung ini ( iconoclasm ) dalam dirinya sendiri merupakan pengakuan
tegas akan kekuatan gambaran - gambaran visual itu . Pada ekstrem yang sebaliknya , seni -
seni itu digunakan sebagai dekoratif murni semata mata untuk menghiasi ruang . Jadi dengan
terarah dan tidak berbahaya , seni - seni itu berpotensi kecil menyumbangkan sesuatu bagi
ibadah dan hanya memberikan Muzak yang kelihatan . Kita harus membedakan antara kesenian
religius secara umum dan kesenian liturgis ( liturgical art ) [ kadang - kadang disebut kesenian
kultis , khususnya kalau contoh - contoh kesenian bukan Kristen sedang dibicarakan ] . Secara
singkat dapat dikatakan , kesenian liturgis adalah kesenian yang digunakan dalam ibadah . "
Kesenian religius " adalah kategori yang jauh lebih luas dan , dengan beberapa definisi ,
mencakup ilustrasi - ilustrasi dalam literatur sekolah Minggu , lukisan van Gogh tentang
keindahan alam atau kesenian yang abstrak . Paul Tillich ingin menerapkan istilah " religius "
kesenian apa pun yang mempunyai dimensi keda laman , yang menembus ke bawah
pengamatan semu . Fungsi utama kesenian liturgis adalah membawa kita ke kesadaran akan
kehadiran yang kudus , untuk membuat tampak terlihat sesuatu yang tidak dapat diamati
dengan mata biasa Kesenian liturgis tidak membuat Allah hadir , tetapi kesenian itu membawa
kehadiran Allah ke kesadaran kita . Seperti suatu foto membawa ke pikiran kita orang yang
kita cintai yang mungkin tidak hadir bersama kita demikian pula kesenian liturgis membuka
mata kita ke kehadiran Allah yang tak terlihat itu . Ada suatu perbedaan , tentu saja . Kesenian
liturgis membuat kita sadar akan suatu kehadiran , bukan suatu ketidakhadiran . Kesenian
liturgis yang benar - benar memadai mempunyai potensi luar biasa karena kekuatan religiusnya
( religious power Ini adalah kekuatan untuk menembus ke bawah apa yang nyata dengan jelas
untuk menyampaikan perkara ilahi . Banyak kesenian yang ditempatkan di gereja - gereja pada
abad - abad terakhir ini sangat lemah dalam kekuatan religius ini . Kesenian liturgis harus
menggunakan objek - objek dunia ini untuk merepresentasikan hal yang tidak material . Tetapi
ketika lukisan dan patung pahatan semata - mata merefleksikan reproduksi naturalistis
penampakan manusia atau objek , mereka gagal menembus bawah permukaan , tidak peduli
betapa trampilnya artis yang bersang kutan . Banyak lukisan populer tentang kepala Kristus
hanya merepresentasikan hakikat kemanusiaan Yesus dan tidak pernah menuntun kita
melampaui apa yang tampak jelas itu . Seorang pelukis abad ke - 20 , Georges Rouault , pada
pihak lain , mampu mengolah subjek itu sedemikian sensitif sehingga kita mengetahui bahwa
kita berdiri di hadapan Allah yang sedang menderita . Para pembuat lukisan orang - orang
kudus ( santo ) yang sangat kurang trampil pada abad ke - 19 dan awal abad ke - 20 dalam ke
budayaan hispanik di New Mexico dan Colorado menciptakan kesenian liturgis yang
mempunyai kekuatan religius luar biasa , sama seperti rekan rekan mereka sezaman , orang -
orang Shaker , yang menciptakan tari - tarian liturgis . Gambar - gambar mereka primitif dan
kasar , tetapi orang tidak dapat menikmatinya tanpa merasa terpanggil untuk beribadah .
Mereka menuangkan kekuatan dari yang kudus itu ke dalam sepotong papan atau kanvas
dengan keyakinan dan wawasan yang jauh lebih mendalam ketimbang ketrampilan artistik
akademis . Mata hati kita disapa oleh ke senian seperti itu dan kita menemukan betapa erat
hubungan antara melihat dan percaya .

• Sejarah Kesenian Liturgis

Sejak orang - orang Kristen perdana yang menghabiskan waktunya di katakombe


katakombe untuk melarikan diri dari penganiayaan , seni dan liturgi telah terjalin Sejumlah
lukisan dinding yang masih ada dari kurun waktu ini menunjukan bahwa Kristus dilukiskan
sebagai seekor ikan atau seekor gembala muda , gereja digambarkan sebagai kapal , keabadian
dilukiskan dengan burung merak dan pengharapan digambarkan sebagar suatu jangkar Itulah
kesenian liturgis yang paling awal ( Keene 2006 , 102 ) Drin zaman bangsa Saxon dan
seterusnya pahatan batu yang memperlihatkan kisah - kisah Alkitab atau kehidupan orang -
orang kudus digunakan untuk menghiasai gereja - gereja Banyak. dari karya ini yang masih
bertahan keberadaannya ( Keene 2006 , 102 ) Oleh karena Gereja Kristen merupakan
penyokong utama seni selama berabad - abad , maka tema - tema religius mendominasi karya
seni di sepanjang Abad Pertengahan dan Renaissance . Pada mulanya , para seniman enggan
untuk membuat gambar penderitaan Kristus yang sangat keji di kayu salib , tetapi masa itu
berlalu , penderitaan dan kematian Yesus menjadi suatu karya seni yang menarik . Daya tarik
yang kuat dibuat untuk membangkitkan emosi para penonton . ( Keene 2006 , 103 ) Lalu dalam
era reformasi terjadi ledakan melawan seni tersebut Dogma gerekan ini hampir tidak memberi
tempat istimewa untuk seni . Sola Scriptura , Sola Grania dan Sola Fide yang menjadi
pemicunya , sehingga gereja memisah seni visual sebagai seni profan. Lalu timbul juga
ketakutan akan seni visual yang akan menimbulkan ketakutan bahwa seni visual bisa membuat
berhala. Sebenarnya dengan menyatakan demikian , seni visual ini diakui kekuatannya.

• Kesenian Liturgis Menurut Alkitab

Sebenarnya ketika mencari dukungan Alkitab untuk sikap antipatinya terhadap seni, akan
kecewa. Sebaliknya orang yang mencari dukungan Alkitab atas sikap pro seni tanpa pandang
bulu, juga akan dikecewakan. Kedua sikap pro dan kontra dapat kita temui dengan jelas
diajarkan dalam Alkitab. Jadi tergantung kita menyikapinya. Di dalam Perjanjian Lama, sangat
jelas ada perintah seperti, “jangan membuat patung yang menyerupai bentuk yang ada baik di
langit maupun di bumi…” (Keluaran 20:4). Larangan ini dihayati benar oleh Bani Israel, ditaati
dan bahkan ditakuti untuk dilanggar (Tambayong 2012, 121). Sehingga seni visual tidak
mendapatkan tempat. Tapi di dalam Perjanjian Lama juga banyak toleransi dan bahkan
penerimaan terhadap penggunaan patung dan gambar ilahi. Dalam berbagai peristiwa, Tuhan
sendiri yang memerintahkan untuk membuat patung dan gambar ilahi (Bdk. Kel. 25:1, 18-20;
Kel 37:7-9; Bil 21:8; 1 Raj. 6:23-25).

Dalam bagian tentang sejarah Israel, beberapa tokoh suci memakai patung dan gambar
ilahi untuk melaksanakan ibadat tanpa merasa takut. Gideon, salah satu Hakim penting,
membuat gambar ilahi dari anting-anting emas dan barang berhaga lainnya (Hak 8:24-28).
Mikha, seorang yang sangat beriman kepada Allah, membuat efod dan terafim dari perak dan
mendirikan kuil untuk menyembah Allah (Hak 17:1-13). Bahkan Daud, yang dipilih dan
diurapi oleh Allah, mempunyai gambaran Allah dalam rumahnya tanpa merasa takut (1 Sam
18:11-23). Bukan saja itu, dalam Bait Allah sendiri dipenuhi dengan lambang dan patung Ilah,
dimulai dari bagian yang paling kudus, ditempatkan dua kerub dari kayu minyak bersama-sama
dengan Tabut Perjanjian (1Raj 6:23). Bagian dalam kemudian dipenuhi dengan gambar
kerubim, pohon korma, dan bunga-bunga (1 Raj 6:23). Dan untuk mendukung gambaran air
yang menyucikan ditempatkan di pintu masuk Bait Allah dan dibuat 10 kereta penopang dari
tembaga ( 1 Raj 7:27). Singkatnya gambaran Allah dan berbagai macam bentuk yang ada dalam
Bait Allah dibuat dengan persetujuan dari Allah sendiri (1 Raj 5:8). Jadi pada intinya alasan
yang boleh diterima yaitu semua model lukisan atau gambar dan patung dipakai untuk
menghadirkan Allah sendiri dan melalui semuanya itu Allah sendirilah yang disembah bukan
patung atau lukisan yang dibuat itu.

Dalam Perjanjian Lama, Allah mewahyukan diri tanpa perantara. Tetapi dalam Perjanjian
Baru, Allah mewahyukan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus. Allah sendiri, ketika tidak ada
penyimpangan pemahaman, bersedia untuk mendekati manusia dengan perantara Kristus
supaya manusia dapat melihat, mendengar, menyentuh dan merasakan kehadiran-Nya. Inilah
yang dinamakan inkarnasi atau penjelmaan wujud (Rachman 2010, 199).

Paulus yang yang hidup dalam konteks Perjanjian Lama, memahami dengan baik tentang
“Kristus gambaran Allah” (2Kor 4:4). Dengan wadah yang indah, ia mengatakan bahwa
Kristus “adalah gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1:15). Yesus sendiri mengatakan
kepada Filipus, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Karena
itu, jika Allah sendiri bersedia meninggalkan ‘tempat persembunyian-Nya’ dan kemudian
membuat diri-Nya sendiri nampak dengan perantaraan manusia, kenapa Allah tidak bisa hadir
melalui patung dan lukisan? Pertanyaan retorika ini menurut saya sudah jelas jawabannya dan
seharusnya kita tahu. Dengan demikian patung atau lukisan dapat membantu orang semakin
dekat dengan Allah.

• Fungsi Kesenian Liturgis

Fungsi utama kesenian liturgis adalah membawa kita ke kesadaran akan kehadiran yang
kudus. Jadi membuat nampak sesuatu yang tak dapat diamati dengan mata biasa. Kesenian
liturgis tidak membuat Allah hadir, tetapi kesenian itu membawa Allah ke kesadaran kita.
Seperti sebuah foto orang yang kita cintai, foto itu membuat pikiran kita memikirkannya
walaupun ia tidak hadir bersama kita. Demikian pula kesenian liturgis membuka mata kita ke
kehadiran Allah yang tak terlihat itu. Kesenian liturgis membuat kita sadar akan suatu
kehadiran, bukan suatu ketidakhadiran.

Kesenian liturgis harus dipahami juga hanya sebagai alat pelayanan. Kesenian liturgis tidak
melayani dirinya sendiri, tetapi melayani kemulian Allah dan pelayanan gereja, khususnya
pemberitaan dan pengajarannya (Abineno, 173). Contohnya adalah salah seorang pelukis
protestan yang bernama Rembrandt Harmenszoon, menggunakan lukisannya untuk menginjili
(Curtis dkk 2009, 99). Lalu contoh lain, pelukis yang bernama Wisnu Sasangko, ia
menggunakan lukisannya sebagai sebuah alat untuk merefleksikan Allah. Sangat menarik
ketika melihat fungsi dari seni visual seperti menghadirkan Allah yang tak nampak.

• Karakteristik Kesenian Liturgis

Sebuah seni visual jika ingin digunakan dalam ibadah sebaiknya seni itu dapat
dipahami. Terkadang sebuah lukisan itu mempunyai berbagai macam makna tergantung yang
melihatnya. Ini perlu diperhatikan oleh sang artis. Sebaiknya ia harus bisa menjelaskan lukisan
itu kepada orang lain yang melihat agar tidak terjadi penyalah gunaan makna. Agar tidak terjadi
penyalah gunaan makna, kesenian liturgis harus bersifat komunal. Apa yang diproyeksikan
bukanlah pengalam individual artis itu namun pandangan seluruh komunitas itu. Kesenian
liturgis yang baik tidak diperhatikan karena orisinalitas subjek itu, tetapi karena menangkap
pengalaman persekutuan. Kesenian liturgis juga harus mempunyai kekuatan religiusnya. Ini
dalah kekuatan untuk menembus ke bawah apa yang nyata dengan jelas dan untuk
menyampaikan perkara ilahi. (White 2011, 110-111).
BAB III

PENUTUP

1.4 Kesimpulan
Musik adalah bahasa kesatuan umat manusia. Sebagian orang mengartikan musik sebagai
“cetusan ekspresi istilah” Cetusan tersebut dinyatakan dalam bentuk bahasa bunyi. Bunyi yang
harus diciptakan dalam berdoa hendaknya lebih menyatu dengan do’a, karena bunyi-bunyi itu
merupakan cara menyuarakan doa. Doa bukanlah sekedar kata-kata. Umat menyanyi bukan
untuk menyampaikan informasi atau menerangkan kebenaran-kebenaran, tetapi umat
menyanyi karena mau mengungkapkan kehidupan, iman dan gereja. Umat dapat bersukacita,
dapat bersedih, dapat merenung, dan dapt berharap. Tentu saja semua ini menuntut bunyi, yakni
bunyi dari suara umat dan dari alat-alat yang diciptakan manusia mulai dari bel, tepuk tangan
dan derap kaki. Pada hakikatnya, musik dalam Liturgi bersifat simbolis. Artinya, musik disini
dapat digunakan untuk mengungkapkan peran serta aktif umat, untuk membangkitkan suasana
bagi tumbuhnya daya tangkap dan daya tanggap jiwa terhadap sabda dan karunia Allah dalam
liturgi. Musik dalam liturgi juga berfungsi untuk memperjelas misteri Kristus, menumbuhkan
kesadaran kebersamaan, dan komunikasi antar jemaat dan memberikan kemeriahan serta
keagungan bagi liturgi. Dan tujuan musik liturgi berkaitan erat dengan tujuan liturgi itu sendiri
yakni sebagai sarana untuk memuliakan Allah dan mengudusan manusia.

Begitu juga dengan hal nya seni liturgis Kesenian liturgis bukan saja yang semata-mata
merupakan ungkapan kisah-ksiah Alkitab, tetapi juga bisa masalah filsafat, religious dan
sosiologis yang dapat dipakai oleh Allah untuk menyatakan dirinya. Tapi perlu juga
memperhatikan karakteristik sebuah kesenian liturgis.Kita juga tidak dapat mengelak dari
keharusan terlibat dalam kesenian, paling tidak menikmatinya. Kita disadarkan bahwa daya
seni manusia adalah suatu karunia yang sangat mulia yang ,menunjukan aspek kemanusiaan
kita sebagai gambar Allah. Kesenian ini bisa dikatakan sebagai puncak ibadah yang dimulai
dari iman dilanjutkan oleh kasih dan diakhiri dengan doxology. Itu sebabnya kita harus telibat
dalam kesenian dan mengupayakan kesenian yang bermutu tunggi.
DAFTAR PUSTAKA

James F. White, Pengantar Ibadah Kristen; Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2017

Dr. J.L.Ch. Abineno, Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2010

Skripsi google, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka , 1998)

Huzaemah, “Musik sebagai Media Dakwah: Analisa Isi program Syiar dan Syair TVRI Juni-
November (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, 2002)

Huzaemah, “Musik sebagai Media Dakwah”

E. Martasudjita, Pengantar Liturgi-Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, Yogyakarta: Kanisius.


1999)

FR Iwan Buana, Makalah dalam seminar “Rekontekstualisasi Gagasan Musik Sebagai Metode
dan Media Alternatif Dunia Pendidikan (Jakarta: Aula Student Centre UIN Syarif
Hidayatullah, 17 Mei, 2004)

Mohammad S Hali, “Unsur Musik dalam 3 buah Sajak Khalil Matran”, Skripsi Sarjana
Pendidikan (Jakarta: Perpustakaan UI, 1988)

Depdikbud, Pesan-Pesan Budaya Lagu-lagu

Artikel Kesenian Liturgi Rachaman, Rasid. 2010. Pembimbingan ke dalam Sejarah Liturgi,
Jakarta; BPK Gunung Mulia

Keene, Michael 2006. Kristianitas: Sejarah, Ajaran, Ibadat, Keprihatinan, dan pengaruhnya di
Seluruh Dunia; Yogyakarta:Kanisius

Tambayong, Yapi. 2012. 123 Ayat Tentang Seni. Bandung; Nuansa Cendikiawan.

Curtis, A. Kenneth, dkk. 2009. 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia

Maryanto, Ernest. 2003, Ruang Ibadat: Pedoman Merancang dan Menata Ruang Ibadat,
Malang: Dioma

Anda mungkin juga menyukai