Anda di halaman 1dari 12

Musik gereja adalah suatu jenis musik yang berkembang di kalangan Kristen (juga pada zaman sebelum

kekristenan: Yahudi), terutama dilihat dari penggunaannya dalam ibadah gereja.[1] Seorang tokoh musik
gereja, Mawene (seorang Teolog Perjanjian Lama dari Indonesia, tetapi juga memberi perhatian dalam
Musik Gereja), dalam bukunya Gereja yang Bernyanyi menyebutkan musik gereja merupakan ungkapan
isi hati orang percaya (Kristen) yang diungkapkan dalam bunyi-bunyian yang bernada dan berirama
secara harmonis, antara lain dalam bentuk lagu dan nyanyian.[2] Sama dengan musik secara umum, dua
unsur; vokal dan instrumental harus diperhatikan, dan terkhusus dalam bermusik di gereja yang sarat
dengan makna teologis dan berkenaan dengan iman umat, dua hal itu sangat penting untuk disajikan
secara tepat agar umat mampu menghayati imannya dengan bantuan musik.[2]

Musik Gereja dapat didefinisikan sebagai musik yang ditulis dengan tujuan untuk dimainkan di gereja,
atau musik untuk mengiringi ibadahliturgi, atau suatu musik yang bersifat suci, seperti nyanyian yang
dinyanyikan digereja. Musik atau Leitourgia yang berarti: laos (umat) dan ergon (karya). Dengan
demikian, liturgi merupakan bakti dan ungkapan syukur umat.

Jika kita mendengar kata musik dan gereja, maka yang teringat adalah sekelompok orang yang sedang
bernyanyi dan memuji, alunan nada, lagu atau pun sekelompo paduan suara atau grup band, dan lain
sebagainya, kesemuanya itu adalah bagian dari music

Arti kata musik dalam buku kamus besar bahasa Indonesia (1990:602), menyatakan bahwa Musik adalah
ilmu atau seni menyusun nada, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi yang
mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan.

Aristoteles berasal dari Yunani berpendapat bahwa musik adalah sesuatu yang dipakai untuk
pengungkapan dan meniru apa yang terdapat dalam hati atau jiwa seseorang, sehingga bila seseorang
mendengarkan suatu jenis musik tertentu secara terus – menerus, ia akan dipengaruhi oleh apa yang
didengarnya.

Pengertian Musik Secara Umum. Musik adalah seni dan ilmu pengetahuan tentang hal menggabungkan
bunyi vokal atau bunyi instrumental atau nada dalam berbagai macam melodi, harmoni, ritme/irama,
dan warna nada, khususnya untuk membentuk komposisi/gubahan yang mempunyai susunan yang utuh
dan mengekspresikan emosi (College Edition,1990).

Musik adalah seni menggabungkan suara dengan menggunakan berbagai macam instrumen musik atau
penyanyi untuk menghasilkan bentuk irama, melodi, dan harmoni yang dimaksudkan untuk
mengekspresikan pikiran atau perasaan dan untuk mempengaruhi emosi (Bay Books, 1986).

Definisi musik dapat dibagi menjadi dua kelompok


1. Definisi musik sebagai ilmu; adalah pengetahuan tentang hal menggabungkan nada-nada, yang
berbentuk bunyi vokal atau instrumental, dalam berbagai macam irama, melodi/lagu, dan harmoni
untuk menghasilkan komposisi yang mampu mengungkapkan pikiran dan emosi manusia.

2. Definisi musik Sebagai hasil karya seni, musik adalah nada, yang berbentuk bunyi vokal atau
instrumental, yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan komposisi suara/bunyi yang
mengandung irama, melodi/lagu dan harmoni yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
berkesinambungan, yang mengekspresikan pikiran dan emosi komposer yang dapat mempengaruhi
pikiran dan emosi orang lain yang mendengarkan atau yang memainkan/menyanyikan hasil komposisi
tersebut dan mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku orang tersebut.

Dengan kata lain maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa “musik adalah bunyi yang disusun
sedemikian rupa, baik dengan disengaja maupun tidak disengaja, untuk menyampaikan sesuatu gagasan
atau pesan tertentu, yang disampaikan secara eksplisit maupun implisit serta di susun secara systematis
dan dipadukan kedalam unsur musik yaitu ritme, melodi dan harmoni dengan melibatkan unsur estetika
didalamnya sehingga menghasilkan suatu karnya yang dapat dinikmati baik oleh pelaku musik maupun
pendengar sehingga dapat mempengaruhi jiwa, prilaku dan pola pikirnya”.

Gereja sebagai tubuh kristus yang juga biasa disebut dengan persekutuan orang-orang percaya kepada
Yesus Kristus. Gereja bukanlah hanya terdiri dari gedung atau organisasi semata melainkan juga orang
yang berkumpul atau bersekutu didalamnya. Gereja juga sering disebut dengan orang - orang yang
dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib terdapat dalam 1 Petrus 2:9.

Kata Gereja dalam bahasa Yunani disebut “Ekklesia” yang didefinisikan sebagai “perkumpulan” atau
“orang-orang yang dipanggil keluar”. Jika di artikan gereja merupakan himpunan atau sekelompok orang
yang terpanggil dan percaya kepada Allah tri tunggal yaitu Allah Bapa Allah Anak dan Roh Kudus.

Dari kedua devenisi kata Musik dan gereja maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ; “Musik Gereja
adalah musik yang sajikan didalam gereja maupun diluar gereja baik disengaja maupun tanpa disengaja
untuk menyampaikan sesuatu gagasan yang berfungsi sebagai media penghubung atau media
pengungkapan perasaan umat, yang merupakan sarana transportasi komunikasi umat manusia dengan
mempertimbangkan unsur estetika didalam penyajian musik lagu dan puji-pujian kepada Tuhan Allah Tri
Tunggal sebagai pencipta Alam semesta dan segala isinya”.
MISI

Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan
Visi. Misi perusahaan adalah tujuan dan alasan mengapa perusahaan itu ada. Misi juga akan
memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.

Dalam pelaksanaannya, orang-orang berpanduan pada pernyataan misi. Yang mana misi tersebut
merupakan hasil kompromi dari intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu hal yang nyata untuk dituju
serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi. Pernyataan Misi memberikan
keterangan yang jelas tentang apa yang ingin dituju serta kadang kala memberikan pula keterangan
tentang bagaimana cara lembaga bekerja. Karena sedemikian pentingnya suatu pernyataan misi, maka
selama penetapan misi ini perlu memperhatikan masukan-masukan ataupun pendapat-pendapat dari
anggota-anggota lembaga ataupun organisasi tersebut maupun dari sumber-sumber lainnya yang
dianggap memang penting penting.

Misi adalah bentuk yang didambakan di masa depan (what do they want to be). Misi merupakan sebuah
pernyataan yang menegaskan visi lewat pilihan bentuk atau garis besar jalan yang akan diambil untuk
sampai pada visi yang telah lebih dulu dirumuskan.

Perbedaan-Visi-Dan-Misi

Keduanya tidak memiliki dimensi ukur kuantitatif (persentase, besaran waktu, dll). Sebagai konsep yang
ideal visi-misi ini harus diterjemahkan lagi dalam konsep yang lebih nyata dan terukur yaitu tujuan
(objective). Tujuan disini adalah tujuan sebagai konsep yang jauh lebih riil.

Proses perumusan visi-misi maupun tujuan dari sebuah organisasi atau program bukanlah proses yang
mudah dan tanpa perenungan. Proses ini adalah proses yang subyektif dan sangat tergantung pada iklim
organisasi. Yang paling penting adalah bagaimana membangun visi-misi dan tujun melalui proses yang
sedemokratis mungkin. Yang selanjutnya adalah bagaimana interaksi dari bahasan analisa SWOT, Visi
dan Misi dapat merumuskan sebuah tujuan yang riil dan terukur dalam perjalanan roda organisasi.
MISI DARI MUSIK

Misi dari music gereja

Pengertian Musik Menurut Para Ahli

Jamalus

Menurutnya, Musik ialah suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptaan melalui unsur-unsur pokok musik yaitu irama, melodi,
harmoni dan bentuk atau struktur lagu seta ekspresi sebagai sumber kesatuan.

Sunarto

Menurutnya, Musik adalah penghayatan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang
teratur dengan melodi atau ritme serta mempunyai unsur atau keselarasan yang indah.

Lexicographer

Menurutnya, Musik adalah kombinasi nada, vokal, dan instrumental yang harmoni untuk
mengekspresikan segala sesuatu yang bersifat emosional.

David Ewen

Menurutnya, Musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik
vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu
yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional.

Adjie Esa Poetra

Menurutnya, Musik adalah kesenian yang bersumber dari bunyi. Ada empat unsur dalam musik yaitu
dinamik (kuat lemahnya bunyi), nada (bunyi yang teratur), unsur waktu (panjang pendek suatu bunyi
yang ditentukan dari hitungan atau ketukan nada), dan timbre (warna suara).
Suhastjarja

Menurutnya, Musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk konsep pemikiran bulat dalam
wujud nada dan bunyi yang mengandung ritme dan harmoni serta mempunyai bentuk dalam ruang
waktu yang dikenal di masyarakat.

Rina

Menurutnya, Musik adalah salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara
atau bunyi-bunyian.

Soeharto

Menurutnya, Musik adalah ungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama,
dan harmoni dengan unsur pendukung berupa sifat dan warna bunyi.

Reed dan Sidnell

Menurut mereka, Musik adalah suatu cabang seni berbentuk suara yang di dalamnya terkandung unsur
ritme, melodi, harmoni, serta timbre.

Sylado

Menurutnya, Musik adalah waktu yang bisa didengar dan merupakan wujud waktu yang hidup, yang
merupakan kumpulan ilusi dan alunan suara.

Ade Prianto Nugroho

Menurutnya, Musik adalah seni yang melukiskan tentang keindahan yang disajikan dalam bentuk suara
dan tanpa kita sadari suara-suara itu memiliki peran dalam membentuk pribadi kita.

Merriam

Menurutnya, Musik adalah suatu lambang dari hal-hal yang berkaitan dengan ide dan perilaku
masyarakat.
Schopenhauer

Menurutnya, Musik adalah melodi yang syairnya adalah alam semesta.

Banoe (2003 : 288)

Menurutnya, Musik yang berasal dari kata muse yaitu salah satu dewa dalam mitologi Yunani kuno bagi
cabang seni dan ilmu, dewa seni dan ilmu pengetahuan. Selain itu, musik merupakan cabang seni yang
membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami
oleh manusia.

1. Jamalus

Musik adalah suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok musik yaitu irama,
melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai sumber kesatuan.

2. Sunarto

Musik adalah penghayatan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan
melodi atau ritme serta mempunyai unsur atau keselarasan yang indah.

3. Lexicographer

Musik adalah kombinasi nada, vokal, dan instrumental yang harmoni untuk mengekspresikan segala
sesuatu yang bersifat emosional.

4. Reed dan Sidnell

Musik adalah suatu cabang seni berbentuk suara yang di dalamnya terkandung unsur ritme, melodi,
harmoni, serta timbre.

5. David Ewen

Musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun
instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin
diungkapkan terutama aspek emosional.

6. Adjie Esa Poetra

Musik adalah kesenian yang bersumber dari bunyi.

7. Suhastjarja
Baca juga: Seni Musik (Artikel Lengkap)

Musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk konsep pemikiran bulat dalam wujud nada
dan bunyi yang mengandung ritme dan harmoni serta mempunyai bentuk dalam ruang waktu yang
dikenal di masyarakat.

8. Rina

Musik adalah salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-
bunyian.

9. Sylado

Musik adalah waktu yang bisa didengar dan merupakan wujud waktu yang hidup, yang merupakan
kumpulan ilusi dan alunan suara.

10. Merriam

Musik adalah suatu lambang dari hal-hal yang berkaitan dengan ide dan perilaku masyarakat.

11. Soeharto

Musik adalah ungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni
dengan unsur pendukung berupa sifat dan warna bunyi.

12. Ade Prianto Nugroho

Musik adalah seni yang melukiskan tentang keindahan yang disajikan dalam bentuk suara dan tanpa kita
sadari suara-suara itu memiliki peran dalam membentuk pribadi kita.

Salah satu “napas” dalam ibadah umat Kristen saat ini adalah musik dan nyanyian. Peran dari kedua hal
tersebut sangat signifikan dalam menolong umat untuk menjumpai Allah dalam ibadah yang
diselenggarakan di banyak gereja.

Ada beberapa hal yang menurut saya dapat dijadikan alasan mengapa saat ini pembicaraan tentang
musik ibadah begitu penting untuk digali lebih dalam lagi peran dan fungsinya.
Pertama, gereja-gereja sudah mulai menyadari dampak signifikan ketika musik ibadah ditempatkan
dalam porsi yang semestinya.

Kedua, gereja-gereja mulai terlibat dalam pendidikan musik dengan pendirian beberapa kursus musik
yang dikelola oleh lembaga gereja bagi warga jemaat.

Ketiga, gereja melihat potensi generasi muda yang dapat diberdayakan untuk membuat musik ibadah
lebih berkembang.

Dengan adanya gagasan, semangat dan keterbukaan dari gereja-gereja dan para pemimpin mereka,
maka mulailah timbul upaya untuk membuat porsi musik ibadah makin diperhatikan, baik fungsi, peran
dan pendekatan dari berbagai faktor, seperti budaya, sejarah gereja dan sejarah musik itu sendiri.

Di sisi lain, kontroversi seputar masalah musik ibadah itu sendiri terus bergulir, seperti penggunaan alat-
alat musik yang “boleh” dan “tidak”, genre musik yang digunakan, dan tentunya daftar lagu “halal” dan
“haram”. Sikap gereja kita (baca:Gereja Kristen Indonesia) masih berada di area tengah antara
mempertahankan “tradisi lama” dan mengikuti perkembangan musik yang ada.

Untuk melihat lebih jauh bagaimana musik gereja itu berpengaruh dalam ibadah di gereja serta
bagaimana cara gereja (GKI) bersikap terhadap musik gereja, saya membagi musik gereja dalam
berbagai sudut pandang.

Musik Gereja dari Sudut Pandang Alkitab

Musik merupakan salah satu ”bahasa” untuk berkomunikasi. Dalam kitab Ulangan 31:19, Tuhan
mengatakan kepada Musa untuk menuliskan nyanyian dan mengajarkannya kepada bangsa Israel.
Nyanyian yang diajarkan adalah kesaksian bagi Tuhan terhadap bangsa Israel, karena mereka akan
melupakan Tuhan dan pergi mencari allah lain. Dalam konteks ini musik merupakan ”message and
mission”, di mana musik menjadi bagian dari pernyataan/wahyu Tuhan kepada manusia.

Dalam Efesus 5:19 dan Kolose 3:16 diajarkan prinsip-prinsip kekristenan melalui musik. Musik gereja
menjadi suatu alat yang memperlengkapi setiap orang yang dipilih Tuhan menjadi penginjil, pengajar,
pemusik, pemimpin paduan suara untuk melayani pekerjaan-Nya. Musik dapat dipakai Tuhan untuk
menyatakan kebenaran, dan sebagai sarana umat untuk menyampaikan ucapan syukur melalui nyanyian
dan puji-pujian.
Salah satu kitab yang paling banyak menyinggung tentang musik adalah Mazmur. Kitab ini ditulis oleh
orang yang memiliki keterampilan bermusik dan kerohanian yang luar biasa. Daud menulis Mazmur
33:3, “ Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik (skillfully) dengan sorak-sorai!”
Daud dipilih Tuhan karena ia seorang “yang pandai main kecapi”. Ia bukan hanya sekadar tahu saja
tentang musik, namun ia mahir memainkannya. Versi King James dalam 1 Tawarikh 15:22 juga
menyatakan bahwa Kenanya, seorang pemimpin Lewi, dipilih Tuhan karena “he instructed about the
song, because he was skillful”. Jadi kedua hal yang paling penting dalam musik gereja adalah kerohanian
dan keterampilan yang harus dikembangkan secara bersama dan terus-menerus.

Musik gereja dapat menjadi berkat bagi jemaat bila dipakai dan dikembangkan dengan baik dan benar.
Pada saat kita akan membangkitkan apresiasi musik kepada anggota jemaat, para musisi gereja harus
sadar dan ingat bahwa tidak semua anggota gereja memiliki latar belakang musik. Itu sebabnya jemaat
harus diajar dengan sabar dan bertahap untuk menunjukkan bahwa musik juga dapat dipakai untuk
mengekspresikan kekristenan.

Musik gereja dibentuk dengan tujuan untuk memenangkan jiwa manusia berdosa melalui firman Tuhan.
Musiknya sendiri tidak dapat membuat seseorang menjadi Kristen dan tidak dapat menyebabkan
seseorang beribadah kepada Allah. Hanya kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui musiklah yang dapat
membuat perubahan pada diri seseorang.

Musik Gereja dari Sudut Pandang Seni

Berbicara mengenai musik, tentunya akan bermuara pada satu hal, yaitu seni. Ketika kita melihat musik
sebagai bentuk seni, di sana akan terlihat banyak sekali faktor yang menjadi tolok ukur sebuah seni yang
dihasilkan. Saya menyimpulkan bahwa seni itu bebas dan bertanggung jawab. Bebas dalam konteks
bahwa seni memiliki nilai kreativitas yang tidak terbatas, namun di sisi lain, walaupun kreativitas itu
tidak terbatas, namun tentu ada norma atau aturan yang berlaku dalam menghasilkan karya. Nilai seni
dari musik tergantung lima faktor penting, yaitu artis, alat musik, kemampuan, ekspresi, dan komunikasi.

Artis/penampil (Performer). Faktor manusia merupakan unsur penting bagi terciptanya musik sebagai
suatu seni. Musik dapat dihasilkan menjadi bentuk seni bila terdapat komunikasi di dalamnya (baca:
manusia). Bila tidak ada peran manusia, maka musik hanyalah simbol tanpa makna.

Alat musik. Walaupun ada pelaku seni (manusia), namun tentu saja dibutuhkan sarana yang menunjang
untuk terciptanya seni dalam musik.
Kemampuan. Faktor ini mendukung kedua faktor yang telah disebutkan di atas (performer, alat musik).
Meskipun pemusik diberikan alat musik yang baik, namun tanpa kemampuan yang baik tidak mungkin
menghasilkan karya seni.

Ekspresi. Seorang penampil (performer) harus dapat menangkap maksud “composer” dan kemudian
mampu mengekspresikannya secara jelas melalui musik.

Komunikasi. Adanya respons dari pendengar akan membuat musik sebagai seni memiliki nilai yang
berharga. Tanpa adanya komunikasi, rasanya tidak mungkin menjadikan musik sebagai bentuk seni.

Seorang pakar musik gereja Indonesia bernama H.A van Dop dari Belanda mengatakan bahwa musik
mempunyai fungsi audiomental. Ketika kita mendengar alunan musik tertentu, pikiran kita dapat tertuju
pada sesuatu yang lain. Efek psikologis tercipta melalui pendengaran kita.

Saya mengutip sebuah tulisan van Dop dari sebuah makalah musik sebagai berikut:

“Ada yang mengatakan bahwa yang menentukan bagi musik gereja ialah ”sensus religious”, rasa
religiusnya, suasana sakralnya. Saya tidak cukup dapat memahami kualifikasi itu. Apa norma-normanya?
Di mana batas-batasnya? Siapa menetapkannya? Saya lebih cenderung memilih suatu istilah lain, yakni
istilah “fungsi audiomental”: bagaimana impresi psikologis melalui pendengaran. Musik mempunyai
fungsi evokatif, sedemikian seharusnya juga musik gereja. Musik apa pun bisa dipakai dalam gereja, asal
fungsi audiomentalnya terjamin sesuai dengan apa yang ingin kita hayati dalam iman. Yang lain adalah
show belaka, atau hanya ekshibisi emosi, atau norak, “would-be”, imitasi tanpa makna.”

Jelas sekali di sini bahwa komunikasi dalam musik harus dipahami secara menyeluruh, bukan hanya
sekadar menyampaikan pesan kepada pendengar, namun harus juga memiliki dampak psikologis
(mental) yang sangat signifikan.

Musik pada Era Modern (Abad ke-21)

Musik pada zaman ini sangat dipengaruhi oleh berbagai macam unsur, baik teknologi maupun
bermacam-macam aliran musik (baca:genre). Komposer pada zaman ini sangat mudah membuat hasil
karyanya dengan bantuan teknologi seperti handphone, laptop, maupun tablet. Demikian juga para
musisi makin banyak mengenal jenis-jenis musik baru yang muncul, bahkan terkadang sulit
teridentifikasi. Hal ini sebagai bentuk evolusi musik yang makin lama makin terlihat bebas tak terkendali,
karena setiap orang dapat menciptakan jenis-jenis musik baru selama konsumen (pendengarnya) masih
ada, tanpa melihat lagi kualitas musikalnya.
Bagaimana Gereja Bersikap?

Bagaimana dengan gereja? Dengan gempuran genre dan teknologi musik yang makin berkembang ini
masihkah gereja bertahan dengan “tradisi lama” atau mengikuti arus zaman yang tentunya
menimbulkan konsekuensi tertentu?

Saya berpendapat bahwa tidak ada yang salah bila mengikuti “tradisi lama” atau mengikuti
perkembangan zaman yang terjadi. Yang menjadi masalah adalah bila masing-masing orang atau
kelompok bertahan pada suatu keputusan tertentu tanpa memiliki keterbukaan terhadap yang lain. Hal
ini memicu timbulnya “generation gap” dalam gereja. Munculnya generasi muda yang sangat apresiatif
terhadap musik gereja kita (baca: Gereja Kristen Indonesia) tentunya menjadi angin segar bagi
kehidupan jemaat dan tentunya dalam atmosfer musik ibadah.

Sikap gereja saat ini menurut saya adalah merangkul generasi muda gereja yang memiliki semangat,
kepedulian dan talenta bermusik dengan memberi kesempatan kepada mereka (baca:generasi muda)
untuk mengapresiasi musik gereja seluas-luasnya dengan bekal bahwa fungsi audiomental harus tetap
terjaga. Begitu pula generasi muda saat ini harus secara sadar mengerti bahwa musik ibadah berbeda
dengan musik pada umumnya, sehingga baik fungsi maupun cara bermain musik harus sangat
diperhatikan. Harus berhati-hati dalam memilih jenis musik yang akan dipakai dalam ibadah dan
tentunya penggunaan alat musik juga harus dipertimbangkan baik buruknya. Bila para musisi tidak dapat
memainkan alat musik dengan baik dan benar, maka sebaiknya perlu dipertimbangkan apakah perlu
menyediakan alat tersebut sesuai dengan keinginan pemusik atau meng-gunakan peralatan yang sudah
ada.

Pada akhirnya masing-masing kita (gereja) perlu memberikan alternatif pada generasi muda dalam
mengapresiasi musik gereja tanpa menghilangkan identitas diri bahwa kita adalah Gereja Kristen
Indonesia yang memiliki ciri khas seperti gereja-gereja lain pada umumnya.

Dalam bukunya The Ministry of Music, Kenneth W.Osbeck berkatan bahwa untuk mencapai program
musik yang efektif dan utuh dalam gereja, biasanya dibutuhkan usaha dan kesabaran. Ada banyak
kendala seperti: rasa puas diri, minimnya latar belakang pendidikan musik bagi jemaat, tradisi,
prasangka.
Satu hal yang perlu diingat, bahwa musik yang baik dan program musik yang hebat bukanlah tujuan
utama dalam kehidupan berjemaat. Oleh karena itu titik berat dari musik gereja adalah menarik
individu-individu kepada karya keselamatan Kristus melalui musik. •

Anda mungkin juga menyukai