Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yuni Rahayu

NIM : 3403190150
Kelas : B Akuntansi Karyawan
Mata Kuliah : Seminar Agama Islam
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Maret 2023

RESUME: DUNIA ISLAM DAN PERKEMBANGAN ISLAM


DARI MASA KE MASA

a. Definisi perkembangan peradaban islam


Kata peradaban adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah. Juga diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan. Padahal istilah peradaban dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Peradaban sering juga
dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan,
seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Sejarah peradaban islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan
peradaban islam dari satu waktu ke waktu lain, sejak zaman lahirnya islam sampai sekarang.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi (pendukung dan penghambat) laju perkembangan


peradaban islam
1) Faktor-faktor yang pendukung laju perkembangan peradaban islam
a) Terjadinya asimilasi antara bangasa Arab dengan bangsa lainnya
b) Banyaknya gerakan penerjemah
c) Banyaknya perpustakaan yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan
d) Stabilitas pertumbuhan ekonomi dan politik
e) Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
2) Faktor-faktor yang penghambat laju perkembangan peradaban islam
a) Kurangnya rasa tanggung jawab para pemimpin negara akan pentingnya
menjaga wilayah kekuasaan yang luas
b) Persoalan penduduk yang heterogen menyulitkan penyatuan dalam negara
c) Lemahnya sikap para pemimpin negara
d) Krisis ekonomi yang dialami oleh negara Islam
c. Perkembangan peradaban islam di Arab sampai pada periode Dinasti Amawiyah I
Damaskus (661 – 750 M)
Periode ini dimulai sejak tahun 41 H hingga 132 H (661-749 M). pada masa ini
pemerintahan Islam mengalami perluasan yang demikian signifikan. Hanya ada satu khalifah
dalam pemerintahan Islam yang demikian luasnya itu. Sayangnya, komitmen kepada syariat
Islam mengalami sedikit kemerosotan daripada periode sebelumnya.

d. Perkembangan peradaban islam pada Dinasti Abbasyiyah (750 – 12.587 M)


Masa ini dimulai sejak tahun 132 H-656 H (749-1258 M). Periode ini merupakan masa
kejayaan bagi pendidikan Islam meskipun pada fase yang kedua terdapat beberapa
pemerintahan dan kerajaan yang independen, namun sebagiannya telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap Islam. Misalnya pemerintahan Saljuk, pemerintahan
keturunan Zanki, pemerintahan bani Ayyub, Ghazni, dan Murabithun. Pada masa ini pula
muncul gerakan perang salib yang dilakukan oleh negara-negara Eropa yang menaruh
kebencian dan dendam pada negara-negara Islam di kawasan Timur. Pemerintahan
Abbasiyah hancur bersamaan dengan penyerbuan orang-orang Mongolia yang melumatkan
pemerintahan bani Abbasiyah ini.

e. Perkembangan peradaban Islam di Spanyol


1) Sejarah masuknya islam di Spanyol
Usaha penaklukan Spanyol pertama kali dilakukan oleh Tharif bin Malik, sebagai
utusan Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair. Tharif bin Malik dengan empat
kapalnya menyeberangi selat yang memisahkan Maroko dengan Eropa, kemudian
melakukan penaklukan. Setelah serbuan pertama Tharif bin Malik, Musa bin Nushair
memerintahkan Thariq bin Ziyad ke Spanyol pada 711. Dengan membawa pasukan
sekitar 7.000 orang, Panglima Thariq bin Ziyad berhasil menguasai Jabal Thariq atau
Gibraltar. Kala itu, umat Islam berada di bawah kekuasaan Kekhalifahan Bani
Umayyah yang dipimpin oleh Walid bin Abdul Malik (705-715). Setelah berhasil
menguasai Gibraltar, pasukan Islam dengan mudah mampu menguasai kota-kota di
Spanyol, seperti Kordoba, Granada, Toledo, Sevilla, Zaragoza, hingga Navarre.
Pada abad ke-8, pasukan Islam telah menguasai seluruh Spanyol, Perancis tengah,
dan sebagian Italia. Oleh karena itu, Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn
Nushair dianggap sebagai tokoh yang membawa Islam ke Spanyol pertama kali.
Kemenangan pasukan Islam yang terbilang cepat disebabkan oleh beberapa faktor
eksternal, seperti Kerajaan Visigoth di Toledo yang intoleran kepada pemeluk agama
selain Kristen. Perpecahan politik dan kondisi sosial ekonomi yang timpang pada
akhirnya membuat Kerajaan Visigoth mudah dikalahkan, sehingga Spanyol berada di
bawah kekuasaan Islam.
2) Kejayaan islam di Spanyol
Setelah Spanyol berhasil dikuasai oleh Islam, Abdurrahman, keturunan Bani
Umayyah yang melarikan diri akibat Revolusi Abbasiyah, mendirikan pemerintahan
baru di Kordoba pada tahun 756.
Pemerintahan Dinasti Umayyah di Spanyol didirikan guna menandingi kekuasaan
Dinasti Abbasiyah di Bagdad. Pada masa kekuasaan Umayyah inilah, Spanyol menjadi
wilayah kekuasaan Islam yang sangat maju dan toleran. Pemerintahan Bani Umayyah
sangat menghormati hak-hak setiap orang untuk memeluk agama kepercayaan masing-
masing. Selain itu, Kordoba menjadi kota metropolitan yang maju di Eropa saat itu,
karena sumbangannya di bidang ilmu pengetahuan. Menurut catatan sejarawan di
Spanyol, pada masa kekuasaan Islam terdapat sekitar 700 masjid, 60.000 kastil, dan 70
perpustakaan. Kemajuan ilmu pengetahuan di Spanyol saat itu membuat banyak pelajar
dan mahasiswa dari penjuru dunia untuk menuntut ilmu di Granada, Kordoba, Sevilla,
dan Toledo.
Selain itu, perkembangan Islam dan ilmu pengetahuan di Spanyol melahirkan
banyak ilmuwan, seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Al-Khatib, Ali Ibnu Hazm, Abdur
Rabbi, Al-Bakri, dan Al-Idrisi. Salah satu keajaiban dan simbol kejayaan Islam di
Spanyol adalah pembangunan Madinat al-Zahra, yaitu sebuah kompleks mewah yang
terbuat dari marmer, semen, gading, dan onyx. Pembangunan Madinat al-Zahra atau
Medina Azahara memerlukan waktu sekitar 40 tahun dan menghabiskan sepertiga dari
pendapatan ekonomi Kordoba.
3) Runtuhnya peradaban islam di Spanyol
Memasuki abad ke-11, peradaban Islam yang dibangun di Spanyol mulai goyah.
Salah satunya disebabkan oleh serangan pasukan Kristen pimpinan Alfonso VI yang
ingin merebut kembali Kota Toledo. Serangan tersebut gagal dihalau oleh penguasa
Islam di Spanyol saat itu. Meski sudah meminta bantuan Dinasti Berber di Afrika
Utara, tetapi Spanyol gagal dipertahankan.
Kota-kota yang dikuasai oleh Islam, seperti Toledo, Kordoba, Sevilla, dan
Granada dikuasai kembali oleh penguasa Kristen pada akhir abad ke-15. Setelah Islam
kalah Spanyol dari pasukan Kristen, umat muslim masih ada yang tinggal di Spanyol.
Namun, seiring berjalannya waktu, hak-hak yang didapatkan oleh orang Islam dicabut
oleh penguasa Kristen dan membuat banyak dari mereka yang memilih keluar dari
Spanyol.

f. Perkembangan Peradaban Islam di Aprika


1) Masuknya islam di Afrika
Islam datang pertama kali ke Afrika pada saat hijrahnya orang-orang Islam dari
Mekkah atas perintah Nabi Muhammad SAW pada tahun 615. Setelah Islam masuk ke
Afrika, tepatnya di Ethiopia, ajaran Islam menyebar di benua ini pada masa Khulafaur
Rasyidin.
Proses penyebaran Islam di Afrika kala itu terjadi di Sirenaika, sebelah timur
Libya, dan dilakukan oleh panglima militer Khulafaur Rasyidin, Amr bin Ash, pada
642 atau pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (433-644). Setelah itu,
Islam menyebar ke seluruh Afrika Barat melalui pedagang, cendekiawan, dan
misionaris melalui cara damai. Dengan cara ini, Islam menyebar ke seluruh dan sekitar
Gurun Sahara. Pada era Dinasti Umayyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah
Al-Wahid (705-715), Islam menyebar hingga ke wilayah Maghribi, Maroko. Setelah
Dinasti Umayyah runtuh dan digantikan Bani Abbasiyah, yang menguasai wilayah
Afrika, dinasti ini fokus pada pengembangan dan pembangunan peradaban Islam di
sana.
2) Kemajuan islam di Afrika
Setelah Islam masuk dan berkembang di wilayah Afrika, para penguasa Muslim
di sana menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Bahasa Arab dijadikan sebagai
bahasa antarsuku dan bangsa, serta sebagai bahasa pengantar dalam sekolah.
Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi di Afrika merupakan dasar dari
perkembangan Islam di sana. Sejak saat itu, jihad Islam tidak lagi menggunakan
senjata, melainkan menggunakan bahasa dan ilmu pengetahuan. Di bidang administrasi,
kehadiran Islam di Afrika memberikan sumbangan besar bagi sistem pemerintahan.
Salah satunya terlihat pada Dinasti Fatimiyah, yang menggunakan sebutan khalifah
sebagai kepala pemerintahan dalam urusan dunia maupun keagamaan.
Di dalam pemerintahan, khalifah berperan dalam mengangkat dan menghentikan
pejabat yang berada di bawahnya. Dalam jabatan pembantu khalifah, seperti
kementerian negara, dibagi dalam dua kelompok, yakni ahli militer dan ahli keilmuan.
Pejabat yang ahli di bidang militer menduduki jabatan keamanan serta pengawal
pemerintahan khalifah. Sedangkan pejabat yang ahli di bidang keilmuan menduduki
jabatan di bidang hukum, pendidikan, lembaga ilmu pengetahuan, ekonomi dan
perdagangan, keuangan, urusan rumah tangga istana, dan urusan agama. Selain itu, ada
aspek yang sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam di Afrika, yakni
pentingnya toleransi beragama. Dalam penaklukan wilayah di Afrika, pasukan Islam
tidak memaksa penguasa setempat untuk memeluk Islam, kecuali atas kemauannya
sendiri.
Mereka kemudian diberi hak untuk meneruskan pemerintahan otonom dengan
kewajiban membayar pajak perlindungan atau Jizyah kepada khalifah. Para penduduk
Afrika yang memeluk agama selain Islam juga mendapatkan perlindungan terkait hak
kebebasannya dari khalifah.

g. Perkembangan Peradaban Islam di Persia


1) Peradaban islam di Persia
Peradaban Islam di Persia berkembang cukup cepat. Hal ini ditandai dengan
mulai meluasnya daerah kekuasaan pada masa kepemerintahan Abbas I yang menjadi
raja kelima dari dinasti Safawi. Meskipun pada masa pemerintahannya sering terjadi
perebutan daerah kekuasaan dengan kerajaan Turki Usmani yang notabenenya sebagai
sesama kerajaan Islam, namun pada masa pemerintahannya inilah, perkembangan
peradaban Islam mulai berkembang pesat.
Ahmad al-Santanawi mengungkapkan bahwa perkembangan peradaban Islam di
Persia diawali dengan penunjukkan kota Isfahan sebagai Ibu kota kerajaan Safawi pada
saat Abbas I menjadi penguasa kerajaan Safawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua
kota sebelumnya, yakni Jayy dan Yahudiyyah yang didirikan oleh Buchtanashshar atau
Yazdajir I atas anjuran istrinya yang beragama Yahudi.
Terjadi perbedaan pendapat tentang kapan kota ini masuk dalam wilayah Islam.
Pemdapat pertama mengatakan bahwa penaklukkan kota ini terjadi pada tahun 19 H
atas perintah khalifah Umar Ibn Khattab. Sedangkan pendapat kedua yang beraliran
Bashrah menyebutkan bahwa kota ini ditaklukkan pada tahun 23 H di bawah pimpinan
Abu Musa al-Asy’ari. Namun terlepas dari kedua perbedaan di atas, al-Santanawi
menyatakan bahwa Isfahan menjadi kota penting sebagai pusat industri dan
perdagangan setelah penaklukkan kedua terjadi pada masa dinasti Abbasiyyah.
Dengan demikian, peradaban Islam di Persia mulai berkembang pesat setelah
kota Isfahan berhasil ditaklukkan oleh bala tentara Dinasti Abbasiyyah untuk yang
kedua kalinya. Berangkat dari fakta ini, dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan
peradaban Islam di Persia dilakukan dalam rangka perluasan daerah kekuasaan.
2) Kemajuan peradaban islam di Persia
Sebagaimana diketahui bahwa antara kebudayaan dan peradaban memiliki arti
yang hampir sama. Namun dari kesamaan arti tersebut terdapat perbedaan dalam hal
perwujudannya. Kebudayaan lebih diwujudkan dalam hal seni, sastra, religi dan moral.
Sedangkan peradaban lebih diwujudkan dalam hal politik, ekonomi dan teknologi.
Demikian juga dengan kemajuan peradaban Islam di Persia.
Keberhasilan raja Abbas I dalam merebut kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai
oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya menjadi tolak ukur kemajuan
peradaban Islam di Persia khususnya dalam bidang politik. Selain kemajuan di bidang
politik, raja Abbas I juga telah membawa peradaban Islam menuju masa keemasan di
bidang yang lainnya seperti ekonomi, ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Di bidang ekonomi, raja Abbas I berhasil mengubah pelabuhan Gumrun menjadi
pusat perdagangan yang berada pada jalur penghubung antara Timur dan Barat.
Sebelum dikuasai sepenuhnya oleh kerajaan Safawi, pelabuhan ini pernah diperebutkan
oleh Belanda, Inggris dan Perancis. Di samping itu, raja Abbas I juga berhasil
menjadikan daerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent) sebagai daerah yang maju di
sektor pertanian.
Sedangkan di dunia IPTEK, Persia masa itu berhasil melahirkan ilmuwan-
ilmuwan handal seperti Baha al-Din al-Syaerazi, Sadar al-Din al-Syaerazi (filosof) dan
Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad yang pernah mengadakan observasi
mengenai kehidupan lebah-lebah. Mereka inilah yang selalu hadir di majlis istana untuk
mengisi setiap kajian yang diadakan di sana. Pada masa ini, Persia bisa dikatakan lebih
maju jika dibandingkan dengan daerah dari kerajaan lain pada masa yang sama.
Pada masa kejayaan inilah, kota Isfahan yang menjadi pusat perkembangan
peradaban Islam dihiasi dengan bangunan-bangunan berarsitektur tinggi. Hal ini bisa
dilihat pada arsitektur masjid Syah yang dibangun pada tahun 1611 M. Pada pintu
masjid ini terdapat lapisan perak yang membuat masjid ini terlihat begitu megah. Selain
itu, di komplek salah satu masjid terindah di dunia ini terdapat lapangan serta taman
yang masih terawat hingga sekarang. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162
Masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum.

h. Perkembangan Peradaban Islam di Nusantara


Perkembangan Islam di Indonesia mulai terjadi pada abad VII masehi.Pada saat itu
agama Islam diperkenalkan pada pedagang arab yang berdagang di Indonesia. proses
penyebaran Islam (Islamisasi ) melalui sarana perdagangan merupakan penyebaran Islam
yang terjadi pada tahap awal.
Secara umum, perkembangan Islam di Indonesia, baik dalam agama maupun tradisi,
terjadi setelah bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa yang ditandai dengan
terjalinnya hubungan dagang antara kawasan Nusantara dan tetangganya, baik di Asia
Tenggara, Asia Selatan, maupun negeri Arab.
Faktor-faktor penyebab Agama Islam dapat cepat berkembang di Nusantara antara lain
syarat masuk agama Islam tidak berat, yaitu dengan mengucapkan kalimat
syahadat. Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana. Islam tidak mengenal sistem kasta.
Dikatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara dari Persia dan singgah di Gujarat
pada abad 13. Hal ini dapat diperlihatkan dari kebudayaan Indonesia yang punya persamaan
dengan Persia. Banyak yang meyakini bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 700
Masehi atau pada abad ke-7, hal ini dikarenakan dari catatan Cina kuno menerangkan bahwa
pada masa itu terdapat perkampungan Arab atau pemukiman Arab di daerah pesisir barat
pulau Sumatera hingga ke sekitar selat Malaka.
Bukti perkembangan Islam di Indonesia dapat dilihat dari berita Cina zaman Dinasti
Tang, catatan perjalanan Marco Polo, nisan makam Raja Samudera Pasai, kompleks
pemakaman Muslim di Troloyo, makam Walisongo, hingga masjid atau bangunan
peninggalan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Saluran Penyebaran Islam di Nusantara Menurut Teori Arab
1) Perdagangan
2) Perkawinan
3) Tasawuf
4) Pendidikan
5) Kesenian.

Karakteristik Islam Nusantara


1) Tasamuh (Sikap Toleransi)
2) Tawazun (Sikap Seimbang)
3) Tawassuth (Sikap Moderat, Tengah-Tengah)

Anda mungkin juga menyukai