Anda di halaman 1dari 2

1.

Menurut Plato, manusia secara alami dilahirkan dengan kebutuhan sosial, kebutuhan untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Kehidupan sosial manusia melampaui

kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal, dan mencakup juga kebutuhan akan

pengakuan, kepercayaan, dan rasa aman.

Plato berpendapat bahwa negara adalah lembaga sosial yang dibentuk oleh manusia untuk

memenuhi kebutuhan sosialnya. Negara harus bertanggung jawab untuk menciptakan

lingkungan yang aman, nyaman, dan adil bagi warga negaranya. Selain itu, negara juga

bertanggung jawab untuk menciptakan kebijakan dan sistem yang memungkinkan manusia

untuk berkembang secara penuh, baik secara pribadi maupun kolektif

Plato juga berpendapat bahwa negara harus dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian dan

pengetahuan yang memadai untuk memerintah dengan bijak. Ia mengusulkan bahwa

pemerintahan seharusnya dilakukan oleh sekelompok filsuf atau orang-orang yang telah

mempelajari ilmu pengetahuan dan moralitas secara mendalam

Dalam pemikirannya, Plato menggambarkan negara ideal yang disebut "negara gereja" atau

"negara utopia", yang menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua warga

negaranya. Negara ini dipimpin oleh sekelompok orang yang memiliki pengetahuan dan

keahlian yang memadai untuk memerintah dengan bijak, dan menerapkan kebijakan yang

adil dan merata untuk semua warga negara

Dalam pandangan Plato, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup secara mandiri

tanpa keberadaan negara yang memadai. Negara merupakan lembaga yang memungkinkan

manusia untuk hidup dan berkembang secara penuh, dan memenuhi kebutuhan sosialnya.

Oleh karena itu, negara sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan

nyaman bagi manusia. Contoh dari dulu dan sekarang manusian hidup di sebuah negara

yang di bentuk oleh manusia2 itu sendiri, seperti halnya kita hidup di indosia.. hal itu

membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan negara


2. Menurut Agustinus, Allah mengetahui segala hal sebelum manusia bertindak. Namun, hal itu

bukan berarti segala sesuatu telah terjadi menurut takdirnya (takdir merupakan bentuk

penolakan dari kamauan kehendak bebas). Allah memang berkuasa, tetapi Allah tetap

memperbolehkan manusia untuk berkehendak. Menurut Agustinus, wahyu melalui Kitab

Suci amatlah penting untuk memahami sepenuhnya rencana ilahi dan tempat manusia di

dalam rencana tersebut

Anda mungkin juga menyukai