Anda di halaman 1dari 88

MODUL 12 & 13

Murabahah, Sharf, Salam dan Istishna’ dan


Penerapannya pada LKS
Fikih Muamalah 1

Dosen Pengampu
Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si
MURABAHAH
MURABAHAH

Akad Penyediaan Barang berdasarkan prinsip jual


beli, dimana bank membelikan kebutuhan
barang nasabah (investasi/modal kerja) dan
bank menjual kembali kepada nasabah ditambah
dengan keuntungan yang disepakati

PRODUK SKEMA
Skema
2 Murabahah1
Bank Membeli
Mobil ke Show
Room/Dealer
Bank menjual mobil tsb kepada
BANK Nasabah
Syari’ah 3
Nasabah ingin mobil
1
Negosiasi dgn bank

4
Nasabah membayar
Secara cicilan
Harga Mobil :
Harga Beli Bank+labanya
Skema Murabahah
2. Bank Membeli Bank
Mobil ke Dealer Syari’ah

3 Bank Menjual Mobil dgn


Harga Beli + Keuntungan

4. Nasabah membayar dengan cara cicilan


Skema Murabahah

2. Beli rumah

Bank
1.Negosiasi&Persyaratan Syari’ah

3. Bank Jual kembali


Rumah : Harga Beli+Untung

4. Bayar Cicilan
• Berdasarkan ketentuan dan skema tsb, akad
murabahah (pengikatan) dilaksanakan setelah
barang secara prinsip dimiliki oleh bank
• Bank tidak boleh melakukan pengikatan
(menjual barang kepada nasabah), sementara
barang tersebut velum dimiliki bank
No JUAL-BELI MURABAHAH BUNGA/RIBA
1 Barang sbg objek, nasabah berhu Uang sbg objek, nasabah
tang karena membeli barang. berhutang uang
2 Sektor moneter terkait dengan Sektor moneter dan riil terpisah,
sektor riil, sehingga menyeNtuh tidak ada keharusan mengaitkan
langsung sektor riil sektor moneter dan riil
3 Mendorong percepatan arus Tidak mendorong percepatan
barang, mendorong produktifitas arus barang, karena tidak
dan entrepreneurship, yang pada mewajibkan adanya barang, tidak
gilirannya meningkatkan mendorong produktifitas yang
employment pada akhirnya menciptakan
unemployment
4 Pertukaran barang dengan uang Pertukaran uang dengan uang

5 Margin tidak berubah Bunga berubah sesuai tingkat


bunga
6 Akad jual beli dan memenuhi Tidak ada akad jual beli, tetapi
rukun jual beli uang langsung sbg komoditas
7 Bila macet, tidak ada bunga Terjadi compound interest
No JUAL-BELI MURABAHAH BUNGA/RIBA
8 Jika nasabah tidak mampu Denda/bunga
membayar, tidak ada denda
(QS.2:283)
9 Jika nasabah dinilai mampu, tetapi Denda /bunga berbunga cendrung
tidak bayar, dikenakan denda menzalimi/eksploitasi,tidak
untuk mendidik. Dananya utk mendidik. Denda bunga menjadi
sosial, bukan pendapatan bank pendapatan bank
10 Terjadi pemindahan kepemilikan, Tidak ada pemindahan
barang sekaligus sbg jaminan kepemilikan
11 Tidak membuka jalan spekulasi Bunga membuka peluang/menjadi
lahan spekulasi
12 Sah, halal dan penuh berkah Tidak sah, haram & jauh dari
berkah, mendapat laknat
13 ‫و أحل هللا البيع‬ ‫و حرم الربا‬
14 Uang sebagai alat tukar Over supply of money (inflasi dan
(purchasing power) devaluasi)
Landasan syariah
Al-Qur’an:
“Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”. (Al-Baqarah:275)
Al-Hadis,
Dari Suhaib, bahwa Rasulullah SAW berdabda:
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan,
jual beli secara tangguh, Muqaradah (mudarabah)
dan memcampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (Riwayat Ibnu
Majah)
‫ المقارضة والبيع الى اجل‬: ‫ثالثة فيهن البركة‬
‫وخلط البر باالشعير للبيت ال للبيع(ابن‬
)‫ماجه‬
Sabda Rasulullah Saw :”Tiga macam mendapat barakah:
muqaradhah/ mudharabah, jual beli secara tangguh,
mencampur gandum dgn tepung untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual (H.R.Ibnu Majah)

Bank Islam

Agustianto 03
Rukun Murabahah
• 1. Pihak yang berakad:
a. Penjual
b. Pembeli
• 2. Objek yang diakadkan:
a. Barang yang diperjual belikan
b. Harga
• 3. Akad/sighot:
a. Serah (ijab)
b. Terima (qabul)
• 1. Pihak yang berakad : SYARAT-SYARAT
a. Cakap hukum, MURABAHAH
b. Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan
dipaksa/terpaksa/dibawah tekanan
• 2. Obyek yang diperjualbelikan:
a. Tidak termasuk yang diharamkan/
dilarang
b. Bermanfaat
c. Penyerahannya dari penjual ke pembeli
dapat dilakukan,
d. Merupakan hak milik penuh pihak yang
berakad
e. Sesuai spesifikasinya yang diterima
pembeli dan diserahkan penjual
3. Akad /sighot:
a. Harus jelas dan disebutkan secara
spesifik dengan siapa berakad
b. Antara ijab qabul (serah terima) harus
selaras baik dalam spesifikasi barang
maupun harga yang disepakati
c. Tidak mengandung klausul yang bersifat
menggantungkan keabsahan transaksi pada
hal / kejadian yang akan datang.
d. Tidak membatasi waktu, misal:saya jual ini
kepada anda untuk jangka waktu 12 bulan
setelah itu jadi milik saya kembali.
POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH

• Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah No. 23/DSN-MUI/III/2002


tanggal 28 Maret 2002
• Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan
pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari
waktu yang telah disepakati. Lembaga keuangan syariah boleh
memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut,
dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
• Besarnya potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan
kepada kebijakan dan pertimbangan Lembaga keuangan
syariah (LKS).
Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI telah
menetapkan syarat untuk akad murabahah yang
diterapkan dalam perbankan syariah, di antaranya:

(1) Harus ada akad antara bank dan nasabah,


(2) Komoditas yang diperjualbelikan bukan barang
haram
(3) Bank membeli barang untuk nasabah atas nama
bank sendiri, kemudian menjual kembali kepada
nasabah sesuai harga beli ditambah margin.
(4).Apabila bank mendapat potongan dari pemasok,
maka harga beli yang diperhitungkan adalah
setelah adanya potongan tersebut,
(4)Bank dapat meminta uang muka kepada
nasabahyang dapat diperhitungkan sebagai
pembayaran cicilan utang nasabah kepada bank.
UANG MUKA DALAM MURABAHAH

• Sesuai fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000


• Dalam akad pembiayaan murabahah, LKS dibolehkan untuk meminta uang
muka apabila kedua belah pihak sepakat.
• Besarnya jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
• Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan
ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.
• Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta
tambahan kepada nasabah.
• Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus
mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.
DISKON DALAM MURABAHAH

• Sesuai fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000.


• Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh
kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi
obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah.
• Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang
diperlukan ditambah keuntungan sesuai kesepakatan.
• Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari suplier, harga
sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu, diskon adalah hak
nasabah.
• Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut
dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.
• Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjian dan
ditandatangani.
SANKSI NASABAH MAMPU YANG MENUNDA-NUNDA
PEMBAYARAN

• Sesuai fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000.


• Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada
nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan
disengaja.
• Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak
boleh dikenakan sanksi.
• Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai
kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
• Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin
dalam melaksanakan kewajibannya.
• Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar
kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
• Dana yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana sosial.
• PBI no 7/46/PBI/2005.tentang standarisasi akad.
“Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang, maka akad murabahah harus
dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik
bank”.
• Akad Wakalah harus dibuat terpisah dengan
murabahah
• Yang dimaksud secara prinsip barang milik bank
dalam wakalah, adalah adanya aliran dana yang
ditujukan kepada pemasok barang atau dibuktikan
dengan kuitansi
• Selama ini, bank syariah mencairkan dana
setelah akad murabahah ditandatangani
• Sekarang bank syariah harus mencairkan dana
untuk membeli barang sebelum akad
murabahah ditandatangani.
SALAM
(IN-FRONT PAYMENT SALE)
Pengertian Etimologis :

• Secara etimologi, salam adalah salaf (pen-


dahulu-an) = sesuatu yang didahulukan.
• Dalam konteks ini, jual beli salam/salaf ; di
mana harga/uangnya didahulukan, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian.
SALAM
Akad salam adalah Akad pembelian suatu hasil
produksi (komoditi) untuk pengiriman yang
ditangguhkan dengan pembayaran segera
sesuai dengan persyaratan tertentu
atau
“Penjualan suatu komoditi untuk pengiriman yang
ditangguhkan dengan pembayaran segera/di
muka”

Pesan barang
Bayar dimuka
Barang dikirim kemudian

PRODUK SKEMA
Dalil Syariah Jual Beli Salam
• Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 282:
َ ‫يَآ أَيُّ َها الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا ِإذَا ت َ َدايَ ْنت ُ ْم ِب َدي ِْن ِإلَى أ َ َجل ُم‬...
ُُ‫َ ىمى فَا ْكت ُبُ ْو‬
• "Hai orang yang beriman! Jika kamu
bermu'amalah tidak secara tunai sampai
waktu tertentu, buatlah secara tertulis...".
2. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:
‫… اَيأايُّ اها الَّ ِذيْ ان اآمنُ ْوا أ ْاوفُ ْوا ِِبلْعُ ُق ْوِد‬
• “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-
akad itu….”
3. Hadits Nabi Muhammad Saw

‫صلَّى هللاُ اعلاْي ِه اوآلِِه او اسلَّ ام‬


‫ا‬
ِ ‫ان رسوال‬
‫هللا‬ َّ ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ي‬‫ض‬ِ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ر‬ِ
ْ ُ ‫اِب اسعْ ُ ْ ْ ا ا ُ اْ ُ ا‬
‫أ‬ ‫ه‬‫ن‬ ‫د‬ ‫اْل‬
ْ ٍ
‫د‬ ‫ي‬ ِ
ْ ِ‫اع ْن أ‬
‫ (رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان‬،‫اض‬ ٍ ‫ إِِِّناا الْبا ْي ُع اع ْن تا ار‬:‫)قا اال‬
• “Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah
SAW bersabda, ‘Sesungguhnya jual beli itu
harus dilakukan suka sama suka.’” (HR. al-
Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban).
Hadis riwayat Bukhari dari Ibn 'Abbas, Nabi bersabda:

‫اج ٍل ام ْعلُ ٍوم‬‫أ‬ َ


‫ا‬ ِ‫ف ِِف اشي ٍء فاِفي اكْي ٍل م ْعلُ ٍوم ووْزٍن م ْعلُ ٍوم إ‬ ْ ‫ ام ْن أ‬.
‫اسلا ا‬
‫ا‬ ‫ا اا ا‬ ْ ْ
• "Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan
yang jelas, untuk jangka waktu yang diketahui" (HR.
Bukhari, Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr, 1955],
jilid 2, h. 36).
• Hadis Nabi riwayat jama’ah:
‫ْل الْغَِِي‬
• ‫ن ظُلْم‬ ُ ‫…مط‬
َ
• “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh
orang mampu adalah suatu kezaliman…”

Hadis Nabi riwayat Nasa’i, Abu Dawud, Ibu Majah,


dan Ahmad:
• ُ‫ضهُ اوعُ ُق ْوباتاه‬‫ر‬ ِ ‫َل الْو ِاج ِد ُُِي ُّل‬.
‫ع‬
‫ْا‬ ‫ا ُّ ا‬
• “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh
orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian
sanksi kepadanya.”
Rukun
salam Harga

Pembeli Penjual
Rukun
Salam

Barang
Ijab
qabul
Ra’sul
mal

Muslam
Muslim
ilaih
Rukun
Salam

Muslam Akad
Fih
salam
Ra’sul
mal

Bank Muslam Petani


Muslim
(Pembeli) ilaih (Penjual)

Rukun
Salam

Hasil Muslam Akad


Kontrak
Produksi Fih
salam
Transaksi Jual beli di mana barang belum diserahkan
Salam (belum ada), Sedangkan pembayaran dilakukan di
muka (secara tunai). Ini disebut juga jual-beli pesanan
‫بيع السلم‬ Konsep Dasar Ba’i Salam

Bank membeli secara tunai Petani


Bank
Muamalat

Barang diserahkan kemudian/secara tangguh


Contoh :
Bank Islam membeli 5 ton padi, seharga Rp 5 juta secara tunai/cash,
Sedangkan padinya diserahkan 4 bulan yang akan datang
Salam Paralel Rekanan ini bisa direko
menkendasi Petani

Bank Membeli beras secara tunai kepada petani,


Sedangkan padi diserahkan 4 bulan depan
1
2 Bulog atau
Bank menjual beras kepada Bulog
Grosir
Bank
Muamalat
3

Rekanan nasabah (bulog/grosir) serahkan dana cash


setelah ada berasnya
Bank Islam membeli beras 10 ton, Rp 20 juta, lalu menjualnya
kepada Bulog atau grosir seharga Rp 21 juta.
Dalam Ba’i Salam Harus Jelas : 1. Kualitas (Jenis) 2. Kuantitas
2. Harga, 3. Waktu Penyerahan

Beda Salam dan Ijon

No ASPEK IJON SALAM


1 Jenis, Macam Tidak Jelas Jelas
2 Ukuran Tidak Jelas Jelas
3 Mutu Tidak Jelas Jelas
4 Jumlah Tidak Jelas Jelas
5 Harga Tidak Jelas Jelas
6 Waktu Delivery Tidak Jelas Jelas
Bank Islam membeli beras R36 sebanyak 5 ton dengan harga
Rp 10 Juta. Maka kewajiban petani adalah memberikan beras
sebanyak 5 ton pada 4 bulan depan

Jika terjadi kelebihan produksi sampai 7 ton, maka sisa yang 2 ton
Itu mnjadi hak petani, bukan milik bank Islam.
Begitu pula sebaliknya, jika produksi hanya 4 ton saja, maka
Petani wajib mencarikan 1 ton lagi.

Di dalam Ijon, hasil produksi yang 7 ton di atas,


semua menjadi milik Tengkulak. Dan seringkali
para tengkulak melakukan penekanan kepada petani,
khususnya dalam masalah penentuan harga
KETENTUAN PEMBIAYAAN
BAI AS-SALAM
SESUAI FATWA DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000 TGL. 1 April 2000

KETENTUAN PEMBAYARAN UANG CASH:


1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang atau manfaat.
2. Dilakukan saat kontrak disepakati (in advance)
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan
hutang)

Contoh No 3 : Pembeli mengatakan kepada Petani (Penjual),


”Saya beli padi anda sebanyak 5 ton dengan harga Rp 10 juta.
Pembayarannya/ uangnya adalah anda saya bebaskan membayar hutang anda
yang dulu (sebesar Rp 10 juta).
(Pada kasus ini petani memang memiliki hutang yang belum terbayar
kepada pembeli, sebelum terjadinya akad salam tersebut)
• KETENTUAN BARANG :
1. Harus Jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai hutang
2. Penyerahan dilakukan kemudian
3. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
4. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut
diterimanya (qabadh). Ini prinsip dasar jual beli
5. Tidak boleh menukar barang, kecualai dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
KETENTUAN PEMBIAYAAN
BAI AS-SALAM
SESUAI FATWA DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000 TGL. 1 April 2000

• PENYERAHAN BARANG SEBELUM ATAU TEPAT WAKTU :


– Penjual wajib menyerahkan barang tepat waktu dgn kualitas &
kuantitas yang disepakati.
– Bila penjual menyerahkan barang, dengan kualitas yang lebih tinggi,
penjual tidak boleh meminta tambahan harga
– Jika penjual menyerahkan barang dgn kualitas lebih rendah, dan
pembeli rela menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta
pengurangan harga (diskon).
– Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat : kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesekapatan dan tidak boleh menuntut tambahan harga.
-Jika semua/sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu penyerahan atau kualitasnya lebih
rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka pembeli memiliki 2 pilihan :
1. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang.
2. Menunggu sampai barang tersedia.
• PEMBATALAN KONTRAK :
Pembatalan boleh dilakukan selama tidak merugikan kedua belah pihak.

 Perselisihan :
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka persoalannya diselesaikan
melalui pengadilan Agama sesuai dengan UU No 3/2006 setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
Para pihak dapat juga memilih BASYARNAS dalam penyelesaian sengketa.Tetapi jika
lembaga ini yang dipilih dan disepakatyi sejak awal, maka tertutup lah peranan PA.
SALAM PARALEL
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat

• Akad kedua terpisah dari akad pertama


• Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
SKEMA PEMBIAYAAN BAI’AS-SALAM PARALEL
di Bank Syariah (Model 1)

PRODUSEN (Petani

Bolug or
5 Grosir
Pemesanan Serahkan barang
Barang (beras)
Oleh Bank dgn Bayar
Bayaran tunai 2 Bayar cash di awal
cash 4
Pada waktu akad
(Terjadi akad 3 Dilakukan akad
Salam 1) 1 Salam kedua

Bank Islam

Dalam Kasus ini Bank Islam menjual suatu barang yang belum qabadh/belum
diterimanya, sedangkan penyerahan uang secara cash.
Tetapi bagaimana jika bulog (nasabah 2),
melakukan akad salam dgn bank, di mana uang
bayarannya diserahkan kemudian, yakni pada
saat barang (beras) itu diterimanya? sehingga
pada akad tersebut penyerahan barang dilakukan
kemudian dan uangnya juga dilakukan
kemudian?. Bolehkah?

Menurut hadits saw, hal tersebut dilarang karena ia praktek jual beli kali bi kali.
Namun dalam kasus ini dibenarkan, karena alasan istihsan. Tujuan Bulog dalam
jual beli ini bukanlah untuk kegiatan spekulasi dan tidak membuka jalan bagi
spekulasi. Dan bay kali bi kali tsb, harus dibatasi tahapan kedua ini. Maka bolog
tidak boleh lagi melakukan bay salam ketiga, dst.
Dalam salam paralel bank bertindak sebagai :
1. Pembeli (Muslim) kepada petani Dalam salam paralel, Bank
2. Penjual (Muslam Ilaih) kepada Bulog Sebagai muslam ilaih 2

Harga
Harga
P
E
Membeli
Muslam Membeli N
Muslim Muslam
Ilaih Muslim J
(Bank) (Petani) Ilaih
Rukun (Bulog) (Bank) U
Rukun A
Salam
Salam L

Muslam Akad
Muslam Akad
Fih salam
Fih salam
Istihsan
• Di Indoneia Seluruh transaksi jual beli dikenakan pajak
(PPn), kecuali pada jual beli murabahah di LKS atas
dasar istihsan, yakni pengecualian dari umum.
• Pengecualian ini harus dilakukan karena jual beli
murabahah di bank berbeda dengan jual beli biasa
bukan bank. Jual Beli di bank Islam bentuknya adalah
pembiayaan (kredit) pada bank konvensional
• Bank Islam dalam hal ini berfungsi sebagai lembaga
intermediasi, sebagaimana bank pada umumnya. Maka
tidak perlu ada pajak PPn, sebagaimana BK tanpa PPn
• Harga pembelian beras/padi dari petani harus
jelas, demikian pula harga penjualan kepada
nasabah/bulog juga harus jelas dicantumkan
dalam masing-masing akad, baik akad salam
pertama maupun akad salam kedua
• Nasabah (bolog) tidak perlu mengetahui harga
pembelian bank kepada petani.
SKEMA PEMBIAYAAN BAI’AS-SALAM
dan Bay’ (M0del akad 2)
PRODUSEN (Petani

Bolug or
5 Grosir
Pemesanan Serahkan barang
Barang (beras) bayar
Oleh Bank dgn
Bayaran tunai 2 Bayar cash di awal
4 Beras dijual bank
Pada waktu akad
(Terjadi akad 3 Kpd bulod secara
Salam 1) 1 cash

Bank Islam

Dalam akad ini, tidak ada lagi salam paralel, tetapi salam dan bay’ biasa.
Bay dilakukan untuk ihtiyath (hati-hati),yaitu menghindari bay’ kali-bi kali
SKEMA PEMBIAYAAN BAI’AS-SALAM
dan Bay’ Murabahah (Model akad 3)
PRODUSEN (Petani

Grosir
5
Pemesanan Serahkan barang
Barang (beras)
Oleh Bank dgn Bayar
Bayaran tunai 2 Bayar cash di awal Secara 4
Beras dijual secara
Pada waktu akad
(Terjadi akad Cicilan or
3
Salam 1) 1 cash Murabahah kpd bulog

Bank Islam
Alternatif Akad salam paralel, tetapi sulit
terjadinya…

Grosir
4.KIRIM PESANAN

PRODUSEN NASABAH

2. PEMESANAN 3. KIRIM 2. BAYAR 1. NEGOSIASI


BARANG NASABAH DOKUMEN Cash PESANAN DGN
& BAYAR TUNAI KRITERIA

2 1

BANK ISLAM
Alternatif Akad salam paralel yang mungkin terjadi…

Grosir
4.KIRIM PESANAN

PRODUSEN NASABAH

2. PEMESANAN 3. KIRIM 5. BAYAR 1. NEGOSIASI


BARANG NASABAH DOKUMEN PESANAN DGN
& BAYAR TUNAI KRITERIA

2 1

Praktik
Kali
BANK ISLAM
Bi Kali
ISTISHNA’
(PURCHASE BY ORDER/MANUFACTURE)
• Secara etimologi istishna’ berarti minta
dibuatkan.
• Secara terminologi berarti , “suatu kontrak jual
beli antara pembeli (mustasni’) dan penjual
(shani’) di mana pembeli memesan barang
(mashnu’) dengan kriteria yang jelas dan
harganya dapat diserahkan secara bertahap”.
• Menurut ulama fiqh, istishna’ sama dengan
salam dari segi obyek pesanannya yaitu sama-
sama harus dipesan terlebih dahulu dengan
ciri-ciri/kriteria khusus
• Perbedaannya ; pembayaran salam di awal
sekaligus, sedangkan pembayaran istisna’
dapat di awal, di tengah maupun di akhir.
BAI AL-ISTISHNA’ MENURUT WAHBAH
AZ-ZUHAYLIY
• Bai’Al-Istishna’ ialah kontrak penjualan antara
mustashni’ (pembeli) dan shani’(supplier), dengan cara
pemesanan pembuatan barang, seperti bangunan, jalan
raya, pakaian, furniture, sepatu, dsb. Kedua belah pihak
sepakat atas harga serta sistim pembayaran. Apakah
pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan atau
ditangguhkan pada masa yang akan datang.(Wahbah Az-
Zuhayli)
• Menurut rumusan fatwa DSN MUI Istisna’ ialah ”akad
jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan/pembeli (mustashni’) dan
penjual/pembuat (shani’)
Dasar Hukum Bai’Al-Istishna
• Al Qur’an
“Hai orang –orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya…. ….” (Al Baqarah:282)
• Al Hadits
Dari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
”Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli
secara tangguh, muqarradhah(mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual.” (hr Ibnu Majah)

‫ المقارضة والبيع الى اجل وخلط البر باالشعير‬: ‫ثالثة فيهن البركة‬
)‫للبيت ال للبيع(ابن ماجه‬
• Hadits Nabi Muhammad Saw : “Pendapatan
yang paling afdhal adalah hasil karya tangan
seseorang dan jual beli yang mambrur”.
(H.R.Ahmad, Abu Zar dan Thabrani).

Sabda Nabi
Muhamad
Saw
‫كسب األفضل‬

‫عمل الرجل بيده و كل بيع مبرور‬


‫ان أطيب الكسب كسب التجار الذين اذا حدثوا لم‬
‫يكذبوا واذا وعدوا لم يخلفوا واذا ائتمنوا لم يخونوا واذا‬
‫اشتروا لم يذموا واذا باعوا لم يمدحوا واذا كان عليهم‬
1[‫]لم يمطلوا واذا كان لهم لم يعسروا‬

[1] Muhammad Ali As-Sayis, Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz 2,


tp, tt, hlm 86.

Sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan (jual-beli), yakni


Apabila mereka berbicara tidak dusta, apabila berjanji tidak mengingkari,
Apabila diberi amanah tidak berkhianat, apabila membeli tidak mencela,
Apabila menjual tidak memuji-muji barang jualannya, apabila berhutang
tidak melambatkan pembayaran, dan apabila berpiutang tidak mempersulit
(mendesak-desak/memaksa agar cepat ditunaikan dan diselesaikan)
Hadits Riwayat Tarmizi

‫اح َّل احاراما‬‫أ‬ ‫او‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫ال‬‫ح‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ص‬ َّ
‫ال‬ ِ
‫إ‬ ‫ْي‬ ِ ِ ِ
‫ُ ا َّ ا ا ا ْ ا‬ ْ ‫لص ْل ُح اجائٌ اْ ا ُ ْ ا‬
‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫م‬‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ْي‬ ‫ب‬ ‫ز‬ ُّ ‫ا‬
‫اح َّل احاراما (رواه‬ َّ ِ ِ ِ ِ
‫اوالْ ُم ْسل ُ ا اا ُ ُ ْ ا ْ ا َّ ا ا ا ْ ا‬
‫أ‬ ‫او‬‫أ‬ ‫ال‬ ‫ال‬‫ح‬ ‫م‬‫ر‬‫ح‬ ‫ا‬ ‫ط‬‫ر‬‫ش‬ ‫ال‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫وط‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫و‬‫م‬
‫)الرتمذي عن عمرو بن عوف‬.
• “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf).
• Pendapat Ulama
Menurut mazhab Hanafi, Bai’ al-istishna’ dibenarkan atas
dasar/ dalil istihsan

Selain dalil Istihsan, istisna’ juga dapat diterima


dengan dalil ‘urf
Mazhab Hanafi menyetujui kontrak Istishna’
atas dasar Istihsan karena alasan berikut :
1. Masyarakat telah mempraktekkan Bai’ Al -
Istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa
keberatan sama sekali. Hal ini menjadikan al-
istishna’ sebagai kasus Ijma atau konsensus
secara umum.
2. Dalam syariah dimungkinkan adanya
penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan
ijma’ ulama
3.Keberadaan Bai’ Al Istishna’ didasarkan atas kebutuhan
masyarakat. Banyak orang membutuhkan barang yang
tidak ada dipasar sehingga mereka cenderung
melakukan kontrak agar orang lain membuatkan
barang untuk mereka
4.Bai’ Al Istishna’ sah sesuai dengan aturan umum
mengenai kebolehan kontrak selama tidak
bertentangan dengan nash aturan syariah.
Dari Istihsan mengkristal menjadi
ijma’

• Masyarakat telah mempraktekkan Bai’ Al -


Istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama sekali dari para ulama sepanjang
sejarah. Hal ini menjadikan al-istishna’ sebagai
kasus Ijma dewasa ini atau menjadi konsensus
secara umum.
Rukun Bai’Al-Istishna’ :
1. Mustashni’ (pembeli)
2. Shani’(Penjual)
3. Mashnu’ (Barang)
4. Tsaman (Harga)
5. Shighat (Ijab Kabul)
Rukun
Istishna’ Harga

Penjual/
Produsen/
Pembeli Mustashni Shani’ Pembuat barang
(bank)
Rukun
Salam

Barang
Yang dipesan Mashnu’ Akad
Rukun
Istishna’ Harga

Pembeli Penjual
Rukun
Salam

Barang
Ijab
qabul
Syarat Bai’Al-Istishna’
1. Kedua belah pihak yang bertransaksi berakal, cakap hukum
dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli
2. Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.
3. Shani’ menyatakan kesanggupan untuk membuat barang itu
4. Apabila bahan baku berasal dari Mushtasni’, maka akad ini
bukan lagi Istishna’,tetapi berubah menjadi Ijarah
5. Apabila isi akad mensyaratkan shani’ hanya bekerja saja,
maka akad ini juga bukan lagi Istishna’,tetapi berubah
menjadi Ijarah
6. Manshnu’ (barang yang dipesan) mempunyai kriteria yang
jelas seperti jenis, ukuran(tipe), mutu dan jumlahnya.
7. Barang yang dipesan tidak termasuk kategori yang dilarang
syara’ (najis, haram /tidak jelas)atau menimbulkan
kemudharatan (menimbulkan maksiat)
Istishna’ Pararel
• Pada awalnya bahan baku yang dipesan berasal dari si
pembuat barang. Jika bahan baku berasal dari pihak pemesan
atau pihak lain, tidak disebut pemesanan tetapi disebut
menyewa tukang (Ijarah). Namun perkembangan yang terjadi
kemudian, bisa saja pembeli/pemesan mengizinkan Shani
(bank) menggunakan sub kontraktor untuk melaksanakan
kontrak tersebut. Dengan demikian bank dapat membuat
kontrak Bai’ Al Istishna’ kedua untuk memenuhi
kewajibannya kepada pihak kontrak pertama.
• Kontrak baru ini disebut Bai’ Al Istishna’ Paralel.
• Bai’ Al Istishna Paralel merupakan salah satu model
pembiayaan dalam transaksi perbankan syariah
1. A memesan 1000 pakaian seragam Pemda, kpd B (bank Islam),
dengan pembayaran cicilan i.e 2 kali bayar , maka terjadilah akad istisna’ pertama
Dalam akad itu A menyerahkan sebagian harga sebagai DP
2. B (Bank Islam) memesan pembuatan 1000 pakaian seragam kpd Tukang jahit,
Maka terjadilah akad istishna’ kedua
Dalam akad itu B juga menyerahkan DP kepada C .
3. Setelah pakiaan selesai dibuat, C menyerahkannya kpd A

A B

1 2
C
Bayar DP
Bayar DP

Pegawai Kantor
Bupati Bank Islam Tukang Jahit

3
• Harga jual kepada nasabah kedua (pada
istishna’ paralel), adalah harga beli ditambah
keuntungan, namun jumlah keuntungan yang
diambil bank tidak wajib diberitahukan kepada
nasabah, lainnya halnya dengan murabahah
yang harus diberitahukan kepada nasabah
• Buatah contoh kasus istishna’ paralel pada
pembuatan jalan raya, gedung kuliah untuk
Universitas, gedung perkantoran, dan furniture
Perbandingan antara Bai’ As salam
dan Bai’ Al Istishna’:
Subyek SALAM ISTISHNA’ Aturan dan
Keterangan
Pokok kontrak Muslam fiih Mashnu Barang ditangguhkan dg spesifikasi
Pembeli Muslim Mustashni’
Penjual Muslam ilaih Shani’i

Harga Dibayar saat kontrak Bisa saat kontrak, dicicil, Cara penyelesaian pembayaran
atau diakhir merupakan perbedaan utama antara aa’
dan salam.

Produk Umumnya pada Umumnya pada pemesasan Contoh Salam : hasil pertanian,
pemesasan barang barang yang dapat dibuat perikanan dan peternakan
yang tidak bisa oleh penerima pesan Contoh istishna’ : bangunan, pakaian,
dibuat oleh furniture, jalan raya
penerima pesan
Kontrak Salam parallel Istishna’ parallel Baik salam parallel maupun istishna’
parallel sah asalkan kedua kontrak scr
hukum terpisah
Fatwa MUI-DSN tentang Istishna’
• Fatwa tentang jual beli Istishna’ ditetapkan pada tanggal 4
April 2000 dengan No: 06/DSN_MUI/IV/2000, berisi
ketetapan sebagai berikut :

Ketentuan Pembayaran, meliputi :


Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya,
baik berupa uang, barang, atau manfaat.
Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
• Ketentuan tentang Pembayaran:
• 1.Alat bayar harus diketahui jumlah dan
bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat.
• 2.Pembayaran dilakukan sesuai dengan
kesepakatan.
• 3.Pembayaran tidak boleh dalam bentuk
pembebasan hutang (ibra’).
Ketentuan tentang Barang:
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan.
5.Pembeli (pembeli, mustashni’) tidak boleh menjual barang
sebelum menerimanya.
6.Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan.
7.Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih)
untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
• Ketentuan Lain:
• 1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai
dengan kesepakatan, hukumnya mengikat.
• 2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak
disebutkan di atas berlaku pula pada jual beli
istishna’.
3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Pengadilan Agama setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah. Namun para pihak
dapat memilih Badan Arbitrasi Syari’ah
Al-SHARF
(pertukaran/jual-beli
Valas
SHARF

– Sharf adalah jual beli atau pertukaran antara


mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lainnya. Misalnya antara Rupiah dengan Dollar
Amerika, Yen Jepang dengan Euro dan sebagainya.
Dasar hukum Sharf
 Firman Allah SWT, QS Al-Baqarah (2):275
“……Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…..”
 Hadist Nabi riwayat al Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu
Said al Khudri, Nabi bersabda :
“Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar
kerelaan (antara kedua belah pihak) “

 Hadits Nabi riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda :


“ Juallah emas dengan emas, perak dengan perak,gandum
dengan gandum sya’ir dengansya’ir, kurma denggan kurma dan
garam dengan garam(dengan syarat harus) sama dan sejenis
serta secara tunai “
َّ ‫ضةُ ِِبلْ ِف‬
‫ض ِة اوالْ ُُّب ِِبلْ ُِِب اوالشَّعِريُ ِِبلشَّعِ ِري اوالت َّْم ُر ِِبلت َّْم ِر‬ َّ ‫ب اوالْ ِف‬ ِ ‫الذ اهب ِِب َّلذ اه‬
ُ
َّ
‫ت اه ِذ ِه‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ت‬‫اخ‬ ‫ا‬‫ذ‬ ِ
‫إ‬ ‫ف‬ ،‫د‬ٍ ‫ي‬ ِ
‫ب‬ ‫ا‬ ‫د‬‫ي‬ ، ٍ
‫اء‬ ‫و‬ ‫س‬ ِ
‫ب‬ ‫اء‬‫و‬ ‫س‬ ، ‫ل‬ٍ ‫ث‬ ِِ
‫ِب‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ِ
‫م‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ِ
‫م‬ ‫ل‬ ِ
‫ِب‬ ‫ح‬ ِ
ْ ‫ْا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫اا اا ا ا‬ ْ ْ ِ ْ ْ ُ ْ‫اوال‬
‫ل‬
ْ ‫م‬
‫ف ِشْئ تُ ْم إِ اذا اكا ان يادا بِيا ٍد‬ ‫اف فابْ ُ ْ ْ ا‬
‫ي‬ ‫ك‬‫ا‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ع‬ ‫ي‬ِ ُ ‫اصنا‬ْ ‫اْأل‬.
• (Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma,
dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan
sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah
sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”
• Hadits Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu
Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin
Khatthab, Nabi s.a.w. bersabda:

‫اء‬‫ه‬‫و‬ ‫اء‬‫ه‬ َّ
‫ال‬ ِ
‫إ‬ ‫ِب‬
‫ر‬ِ ِ‫ا َّلذهب ِِبلْوِر‬...
‫ق‬
‫ا ا اا ا‬ ‫ا ُ ا‬
• “(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali
(dilakukan) secara tunai.”
• Hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri,
Nabi s.a.w. bersabda:

ِ ِِ ِ ِ ‫الذهب ِِب َّلذه‬


‫ اوالا تابِْي عُوا الْ اوِر اق‬،‫ض‬
ٍ ‫ض اها اعلاى با ْع‬‫ب إِالَّ مثْال ِبثْ ٍل اوالا تُش ُّف ْوا با ْع ا‬ ‫الا تابِْي عُوا َّ ا ا ا‬
ِ ‫ والا تابِي عوا ِمْن ها اغائِبا بِن‬،‫ض‬
‫اج ٍز‬ ٍ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ل‬
‫ا‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ا‬
‫و‬ ُّ
‫ف‬ ِ
‫ش‬ ‫ت‬
ُ ‫ال‬
‫ا‬ ‫و‬ ٍ
‫ل‬ ‫ث‬
ْ ِِ
‫ِب‬ ‫ال‬ْ‫ث‬‫م‬ِ َّ
‫ال‬ ِ
‫إ‬ ِ
‫ق‬ ِ
‫ر‬‫و‬ ‫ل‬
ْ ِ
‫ِب‬
‫ا‬ ‫ا ُ ا‬ ْ ْ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا ا‬‫ا‬ ْ ‫ا‬ ‫ ا‬.

• “Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali


sama (nilainya) dan janganlah menambahkan
sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual
perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan
janganlah menambahkan sebagian atas sebagian
yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak
tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.”
• Hadits Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib
dan Zaid bin Arqam:

ِ ‫اَّللُ اعلاْي ِه و اسلَّم اع ْن باْي ِع الْوِرِق ِِب َّلذ اه‬


‫ب اديْنا‬ َّ ‫ى‬َّ
‫ل‬ ‫ص‬ َِّ ‫ول‬
‫اَّلل‬ ُ ‫ اَناى ار ُس‬.
‫ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا‬

• “Rasulullah saw melarang menjual perak


dengan emas secara piutang (tidak tunai).”
Hadits Nabi riwayt Muslim, Tirmidzi, Naza’I, Abu Daud,
Ibnu Majah, dan Akhmad, dari Umar bin Khattab, Nabi SAW
bersabdda :
” (Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali
lakukan)secara tunai “

Hadits Nabi riwayat Muslim, dari Bara, bin Azib bin Arqam :
“ Rasulullah saw melarang menjual perak dengan emas dengan
cara hutang (tidak tunai) “

Ijma’Ulama yang menyepakati bahwa akad Al


Sharf disyariatkan dengan syarat-syarat tertentu.
Jual Beli Valas dan Money Changer
• Dunia perbankan termasuk bank syariah sebagai
lembaga keuangan yang menfasilitasi perdagangan
internasional (ekspor-impor) tidak dapat terhindar dari
keterlibatan di pasar valuta asing (foreign exchange).
• Hukum transaksi yang dilakukan oleh sebagian bank
syariah dalam muamalah jual beli valuta asing tidak
dapat dilepaskan dari ketentuan syariah mengenai
Sharf.
• Bentuk transaksi internasional pertukaran valuta asing
yang biasa dilakukan bank syariah harus naqdan/spot.
• Transaksi spot sejalan dengan prinsip Islam
bahwa fungsi uang lebih bersifat flow concept
bukan sebagai stock concept. Karena transksi
sharf membantu nasabah yang melakukan
transaksi bisnisnya dengan memakai valuta
asing, dimana valas yang dibeli atau dijual
tersebut untuk memenuhi transaksinya di
sektor riil (ekspor – impor), bukan untuk
kegiatan spekulasi.
Sharf yang Boleh dan Terlarang
• Sharf dalam tradisi perdagangan (urf tijari) terdiri
dari beberapa bentuk yang status hukumnya dalam
pandangan Islam berbeda antara satu bentuk dengan
bentuk yang lainnya.
• Namun, Status hukum ini akan menentukan bentuk
transaksi Sharf mana yang dibolehkan dan bentuk
transaksi sharf mana yang dilarang.
• Sharf untuk tujuan transaksi dan preceutionary
dibenarkan oleh semua ulama ekonomi Islam
sedangkan untuk motiv spekulasi dilarang
• Menurut Fatwa DSN_MUI transaksi jual beli mata
uang asing (Valas ) yang dibolehkan harus memenuhi
kriteria berikut:
1. Ada kebutuhan transaksi atau berjaga-jaga
2. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan
nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi
dilakukan dan secara tunai Tidak ada unsur spekulasi
(maysir)> Jadi sharf harus terbebas dari unsur riba
dan spekulasi
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-
taqabudh), misalnya Rp 100.000 rupiah harus dituyar
dengan Rp 100.000 rupiah juga.
4. Tidak ada unsur gharar (ketidakjelasan, manipulasi
dan penipuan)
Jenis-Jenis Sharf (Bay valuta Asing)

• 1. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan


penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan
pada saat itu (over the counter) atau
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu
dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap
tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai
proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari ( ‫ِِ ََّّما الاُ بَّد‬
ِ dan merupakan transaksi internasional.
‫)مْن ُه‬

Anda mungkin juga menyukai