Anda di halaman 1dari 3

Ayo Vaksin Booster, Beri Perlindungan

Risiko Terburuk COVID19 Hingga 91


Persen
2 Mar 2022

Foto: Shuttersock

Pandemi COVID-19 masih belum berakhir, proteksi diri dengan menerapkan protokol kesehatan dan
juga melengkapi vaksinasi wajib dilakukan oleh semua orang. Selain itu kini pemerintah juga
menambah perlindungan masyarakat dari infeksi virus corona melalui program vaksin dosis lanjutan
(booster).
Vaksin booster ini menurut Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Sit Nadia
Tarmizi, punya peran yang sangat krusial untuk menekan angka risiko sakit yang parah hingga
kematian akibat terinfeksi COVID-19.

"Vaksinasi lengkap ditambah booster dapat memberikan perlindungan hingga 91 persen dari


kematian atau risiko terburuk lainnya akibat COVID19," ungkap dr. Nadia, seperti dikutip dari laman
resmi Kementrian Kesehatan.

Data dari Kemenkes sendiri mencatat bahwa risiko kematian bagi non-lansia tanpa penyakit
penyerta (komorbid) yang telah mendapat booster sebesar 0,49 persen. Sedangkan risiko kematian
bagi lansia tanpa komorbid yang sudah mendapat booster yaitu 7,5 persen.

Sementara bila dibandingkan dengan non-lansia tanpa komorbid yang baru mendapatkan vaksinasi
lengkap (1 dan 2), risiko kematiannya 2,9 persen. Kemudian, risiko kematian lansia tanpa komorbid
yang mendapat vaksin lengkap dua dosis yakni 22,8 persen.

Lalu dari analisis jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit selama periode 21 Januari-22 Februari
2022, diketahui sebagian besar pasien yang meninggal belum divaksinasi lengkap. Jumlah kematian
pada kelompok dengan komorbid yang belum mendapat vaksin lengkap sebanyak 739 orang
sedangkan kematian pada pasien yang sudah mendapatkan booster tercatat 20 orang.

"Pasien yang meninggal ini terdiri dari berbagai kategori kelompok, baik itu kelompok pasien lansia
dan non lansia, kelompok pasien komorbid dan non komorbid, serta kelompok pasien yang belum
divaksinasi dan telah divaksinasi. Tetapi angka kematian terpantau meningkat pada kelompok
lansia, komorbid, dan yang belum melengkapi vaksinasi,” ujar dr. Nadia.

Ia pun mendorong masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin booster supaya memiliki


perlindungan tubuh yang maksimal. Meski begitu dr. Nadia juga mengingatkan agar tidak abai
terhadap protokol kesehatan setelah mendapatkan vaksinasi lengkap dan booster. Menurutnya
vaksinasi dan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan yang dijalankan secara bersama-sama
menjadi kunci dalam memutus penyebaran virus corona dan melindungi orang-orang yang ada di
sekitar kita.

Aturan Vaksin Booster


Untuk melindungi masyarakat dari lonjakan kasus infeksi COVID19 yang masih terjadi saat ini,
pemerintah pun melakukan perubahan jarak pemberian suntikan vaksin primer dengan
vaksin booster. Vaksin booster yang dulunya diberikan setelah enam bulan penyuntikan vaksin
dosis kedua, kini jaraknya dipersingkat menjadi hanya tiga bulan.

Aturan baru yang berlaku bagi masyarakat umum dan lansia ini ditetapkan daalam Surat Edaran
(SE) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nomer SR.02.06/II/1180/2022 yang ditandatangi oleh
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwi, pada
25 Februari 2022.

Kemenkes pun meminta masyarakat supaya tak perlu pilih-pilih jenis vaksin karena vaksin yang
tersedia sudah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) serta sesuai dengan rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional
(ITAGI).

Saat ini pemerintah resmi menambah satu regimen vaksin booster, yaitu vaksin Sinopharm.
Sehingga total ada enam jenis vaksin booster yang digunakan di Indonesia, yaitu Sinova,
AstraZeneca, Pfizer, Moderna, Janssen (J&J), dan Sinopharm.

Sementara itu berdasarkan data Kemenkes per Minggu, (27/2/2022) total masyarakat yang sudah
divaksin dosis pertama adalah 190.672.557 (91,55 persen). Sedangkan masyarakat yang sudah
divaksin dosis kedua mencapai 143.778.623 (69,04 persen) dan untuk vaksin dosis ketiga sejumlah
9.809.784 (4,71 persen). (f)

Anda mungkin juga menyukai