Anda di halaman 1dari 2

1.

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian
yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa
perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan
tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah atau research
questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai fenomena
mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagi fenomena yang saling terkait di antara
fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai
akibat. Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan
bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah merupakan kegiatan separuh dari
penelitian itu sendiri.

Dalam kedudukannya sebagai unsur penting bagi suatu penelitian, perumusan


masalah memiliki posisi yang beragam di dalam sistematika proposal atau laporan
hasil penelitian. Sekalipun perumusan masalah penelitian merupakan inspirasi awal
bagi suatu penelitian, namun bukan berarti bahwa perumusan masalah selalu berada
di bagian paling awal dari suatu sistematika penelitian. Ada di antaranya yang
ditempatkan setelah latar belakang, dan ada pula yang ditempatkan setelah tujuan
penelitian.

Penempatan rumusan masalah di antara penelitian yang satu dengan yang lain tidak
sama. Mengapa demikian, karena landasan pijakan awal dari masing-masing peneliti
tidak selalu sama. Bahkan kadang kala berhubung sedemikian kentalnya seorang
peneliti mendiskusikan antara latar belakang penelitian dengan permasalahan
penelitian, sampai-sampai para pembaca sering kali tidak mudah untuk menemukan
mana yang menjadi pokok permasalahan karena peneliti menempatkannya secara
implisit di dalam uraian latar belakang.

Menurut Vredenbergt, misalnya (1978: 25-30), rumusan masalah memang


ditempatkan pada bagian paling awal. Namun demikian, bagi peneliti yang lain ada
yang menempatkannya setelah uraian latar belakang penelitian, atau setelah tujuan
penelitian.

2. Peneliti berjenis deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang berusaha untuk
menjelaskan mengenai gambaran dari sebuah fenomena, tanpa mencoba
menghubungkannya dengan fenomena lain. Contoh-contoh judul dari penelitian
berjenis deskriptif dapat dikemukakan sebagai berikut:
(1) Profil sosial masyarakat kumuh di perkotaan,
(2) Strategi dan kebijakan pembangunan perkotaan di Kabupaten Indramayu,
(3) Profil sosial dan problema pekerja rumah tangga,
(4) Studi pemetaan tindak kriminalitas di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
(5) Tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pemilu.
Sedangkan penelitian berjenis eksplanatoris adalah suatu jenis penelitian yang
berusaha mencari penjelasan mengenai hubungan atau pengaruh antara dua atau
lebih fenomena. Adapun contoh-contoh judul dari penelitian berjenis eksplanatoris ini
adalah sebagai berikut
(1) Berbagai faktor penentu tingkat kebetahan/kekerasanan para lansia di Panti
Werdha Pakem DIY,
(2) Relevansi gender dan tingkat partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi,
(3) Pengaruh pola kepemimpinan terhadap tingkat produktivitas kerja karyawan,
(4) Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan tingkat prestasi belajar
SMU,
(5) Pengaruh intensitas menonton televisi terhadap tingkat konsumtif masyarakat.

Agar pemahaman terhadap pengertian mengenai perumusan masalah penelitian


menjadi lebih mudah didapatkan oleh para pembaca, maka perlu kiranya diberikan
beberapa contoh perumusan masalah sesuai dengan masing-masing jenis maupun
sifat judul sebagaimana telah di sebutkan di atas
Contoh perumusan masalah deskriptif yang berkaitan dengan contoh- contoh judul
penelitian deskriptif di atas adalah: 1. Bagaimanakah gambaran struktur sosial dan
budaya masyarakat kumuh di perkotaan?
2. Pola strategi dan kebijakan apa saja yang ditempuh pemerintah dalam
pembangunan perkotaan?
3. Bagaimana profil sosial pekerja rumah tangga dan problema apa saja yang
dihadapinya?
4. Jenis tindakan apa saja yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta?
5. Sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat desa dalam kegiatan pemilu?

Kemudian, contoh-contoh perumusan masalah eksplanatoris, yang juga disesuaikan


dengan contoh-contoh judul penelitian eksplanatoris sebagaimana dikemukakan di
atas adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat kekerasan pada Lansia
di Panti Werdha Pakem D.I.Y.?
2. Bagaimana relevansi gender dengan tingkat partisipasi pria dalam penggunaan
alat kontrasepsi?
3. Sejauh mana pola kepemimpinan yang ditempuh pemimpin dapat berpengaruh
terhadap tingkat produktivitas karyawan?
4. Sejauh mana hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan tingkat
prestasi pelajar SMU?
5. Sampai sejauh mana intensitas menonton televisi dapat berpengaruh terhadap
tingkat konsumtif masyarakat?

Anda mungkin juga menyukai